PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) LATIFA HANUM MUTIARA SARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRACT LATIFA HANUM MUTIARA SARI. Social Institution and Capital on Virtual Community (Case of Virtual Community of Kaskus) (under guidance of DJUARA P LUBIS) Virtual community is a new form of community that generated by internet.Virtual community has great potention to build social capital that disappearing from real life.Virtual community is important not only socially but also economically and politically. Virtual community has a fundamental difference with the physical community because its members do not have geographic proximity, it becomes strongnesses and weaknesses. This research is using descriptive qualitative metode which aims to provide a picture of a virtual community based on social institutions and capital in it. The existence of institutions and social capital provide initial description of the potential of virtual community. The study found social institutions and capital in virtual community of Kaskus. However, social institutions and capital have different forms and has its own advantages and limitations when compared with the physical community. Keywords : virtual community, social capital and social institution RINGKASAN LATIFA HANUM MUTIARA SARI. Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) (Di bawah bimbingan DJUARA P LUBIS) Modernisasi dengan berbagai teknologinya sering dianggap sebagai penyebab peregangan hubungan sosial. Di sisi lain, modernisasi memunculkan berbagai teknologi yang memudahkan untuk membangun hubungan yang terpisah jarak, membangun gerakan sosial hingga membangun kembali komunitas. Komunitas virtual yang muncul di dalam dunia virtual internet, menjadi harapan perbaikan komunitas yang hilang meskipun banyak ahli meragukan kemampuannya untuk menjadi setara dengan komunitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pranata dan modal sosial yang ada dalam komunitas virtual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan partisipatif. Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam secara tatap muka maupun virtual (chatting) serta pengamatan partisipatif terhadap kegiatan komunitas secara virtual. Hasil wawancara diolah dan diklasifikasikan agar mengetahui kecukupan data yang diambil. Kemudian hasil tersebut disajikan dalam bentuk narasi, gambar serta bagan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pranata dan modal sosial dalam komunitas virtual Kaskus. Akan tetapi baik pranata maupun modal sosial ini berbeda dengan pranata dan modal sosial dalam komunitas fisik konvensional. Perbedaan pranata komunitas mencangkup komponen personel, sistem norma, peralatan fisik serta kelakuan berpola. Personel dalam komunitas virtual lebih mengandalkan identitas virtual dan cenderung mengabaikan identitas yang digunakan dalam dunia nyata. Komunitas virtual Kaskus mengandalkan identifikasi melalui sistem reputasi serta pangkat berdasarkan jumlah posting. Sistem reputasi dalam komunitas kaskus diwakili dengan jumlah GRP (Good Reputation Point) dan BRP (Bad Reputation Point). Sistem norma dalam komunitas virtual memiliki kelemahan dalam menegakkan sanksi. Hukuman dalam komunitas virtual yang terberat yaitu banned yang dapat disetarakan dengan hukuman pengusiran dalam komunitas nyata tidak dapat diberlakukan secara total. Dengan kata lain, anggota yang di-banned masih dapat kembali masuk ke dalam jaringan komunitas virtual kaskus tanpa dikenali dengan menggunakan identitas baru. Hal ini disebabkan hukuman tidak dapat menjangkau pelanggar secara fisik. Oleh karena itu hukuman dalam komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota, terutama terkait penghargaan (cendol) dan hukuman (bata). Komponen peralatan fisik yang digunakan dalam komunitas virtual kaskus adalah perlengkapan untuk masuk ke dalam jaringan komunitas virtual. Sementara komponen kelakuan berpola ditunjukkan dengan interaksi secara online maupun offline. Modal sosial mencakup kepercayaan dan jaringan. Kepercayaan yang tumbuh dalam komunitas virtual umumnya memiliki batasan tertentu. Batasan ini pertama dipengaruhi oleh anonimitas anggota komunitas. Kepercayaan dalam komunitas virtual dibangun dengan menggunakan data-data personel yang dapat memangkas sebagian anonimitas serta pertukaran informasi antar anggota. Jaringan dalam komunitas virtual dapat menjangkau lebih banyak orang sehingga membentuk jaringan yang sangat luas. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual Kaskus. Bentuk pranata dan modal sosial berbeda dengan komunitas fisik. Pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual memiliki kelemahan yang terutama berasal dari ketiadaan ikatan fisik antar anggota. Akan tetapi di sisi lain, komunitas virtual memiliki kelebihan dan potensi besar dibandingkan komunitas fisik, terutama dalam membangun jaringan sosial. PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) Oleh: LATIFA HANUM MUTIARA SARI I34050953 Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nama : Latifa Hanum Mutiara Sari NRP : I34050953 Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir Djuara P Lubis, MS NIP. 19600315 198503 1 002 Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003 Tanggal Lulus:_______________________ PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL (STUDI KASUS KOMUNITAS VIRTUAL KASKUS)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Mei 2010 Latifa Hanum Mutiara Sari I34050953 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kendal pada tanggal 25 April 1987. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Haryanto dan Muzayanah. Penulis menempuh pendidikannya di SMP Boja Negeri 1 pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Boja pada tahun 2003. Selama masa pendidikan tersebut, penulis mengikuti organisasi OSIS dan MPK. Setelah lulus SMA penulis mengikuti program USMI dan diterima di Institut Pertanian Bogor. Setahun setelahnya, penulis masuk ke dalam Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama berada di IPB, penulis mengikuti berbagai keorganisasian dan kepanitiaan seperti HIMASIERA sebagai sekretaris II, Commnex 2008, Promosi KPM serta Masa Perkenalan Departemen. Penulis juga pernah mengikuti Training Basic Participatory yang diselenggarakan oleh Corporate Forum Community Development (CFCD) saat Kuliah Kerja Profesi. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus)”. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini memberikan gambaran komunitas virtual sebagai komunitas baru yang muncul pada era cyber, serta memaparkan keberadaan pranata dan modal sosial sebagai inti kesehatan komunitas di dalamnya. Bentuk-bentuk pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual serta perbedaannya dengan komunitas konvensional atau komunitas fisik. Dengan penelitian ini diupayakan sebuah gambaran tentang komunitas virtual serta potensinya sebagai sebuah komunitas. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih untuk: 1. Dr. Ir Djuara P Lubis, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan yang luar biasa kepada penulis sejak awal penulisan studi pustaka. 2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi serta Ir. Anna Fatchiya, MSi selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi. 3. Keluargaku tercinta: Ibu dan Bapak atas segala do’a, kesabaran dan dukungan yang luar biasa. Mbak Arum, Mas Ardi, Irwin, Intan, Mas Hendra dan Eshan. 4. Warga Komunitas Kaskus yang telah membantu dengan segala bantuan data, informasi dan kepercayaan mereka. Rifky Ayerseptian, Tri Cahyo, Aditya Rahman, ID setan biasaTM, ID Mendo25, ID Traktor666, ID Deperruku, serta seluruh moderator dan administrator Kaskus. 5. Sahabat-sahabatku Ciwow, Uthie, Nui, Indah dan teman-teman KPM 42. 6. Segenap teman-teman dari Wisma Bintang yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan yang sangat berharga. 7. Serta beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih. Bogor, Mei 2010 Penulis DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................................. 1 1 3 4 4 4 BAB II. PENDEKATAN TEORITIS ................................................................... 2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 2.1.1 Komunitas Virtual ....................................................................... 2.1.2 Perkembangan Teknologi dan Komunitas .................................... 2.1.3 Pranata Sosial .............................................................................. 2.1.4 Modal Sosial ............................................................................... 2.1.5 Modal Sosial dan Internet ............................................................ 2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 2.3 Hipotesis Pengarah .............................................................................. 2.4 Definisi Konseptual ............................................................................. 5 5 5 9 11 15 17 19 21 21 BAB III. PENDEKATAN LAPANG ................................................................... 3.1 Metode Penelitian ................................................................................. 3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 3.3 Waktu Penelitian................................................................................... 3.4 Penentuan Unit Analisis, Informan dan Responden ............................. 3.4.1 Penentuan Unit Analisis .............................................................. 3.4.2 Penentuan Informan .................................................................... 3.4.3 Penentuan Responden .................................................................. 3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 23 23 23 25 26 26 26 27 27 27 BAB IV. PROFIL KASKUS ................................................................................ 4.1 Gambaran Umum Kaskus ..................................................................... 4.2 Kaskus sebagai Komunitas Virtual ....................................................... 4.3 Bagian-bagian dalam Forum Kaskus ..................................................... 4.4 Pengguna Notable ................................................................................. 4.5 Kaskus dan Anti Kaskus ....................................................................... 4.6 Ciri Khas Kaskus ................................................................................. 28 28 30 33 35 36 37 4.6.1 Pertamax .................................................................................... 4.6.2 Bahasa Khas Kaskus .................................................................. 37 39 BAB V. PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS ............................................... 5.1 Personel ................................................................................................ 5.1.1 Data Personel secara Offline ....................................................... 5.1.2 Data Personel secara Online ....................................................... 5.1.2.1 Pangkat ......................................................................... 5.1.2.2 Reputasi ........................................................................ 5.2 Sistem Norma ....................................................................................... 5.2.1 Konfrontasi ................................................................................. 5.2.2 Sistem Norma Komunitas Kaskus ................................................ 5. 2.2.1 Sistem Reputasi ............................................................ 5. 2.2.2 Aturan-Aturan Terkait Sistem Reputasi ........................ 5. 2.2.3 Hak Anggota ISO 2000 ................................................ 5.2.3 Sanksi ........................................................................................ 5. 2.3.1 Keterbatasan Hukuman Pada Komunitas Virtual ........... 5. 2.3.2 penyimpangan Ekspektasi ............................................ 5.3 Peralatan Fisik ..................................................................................... 5.4 Kelakuan Berpola ................................................................................ 5.4.1 Pertemuan Online ....................................................................... 5.4.2 Pertemuan Offline ....................................................................... 5.4.3 Bahasa Khas ............................................................................... 41 41 41 42 42 44 44 44 45 46 47 49 50 52 54 56 57 57 59 59 BAB VI. MODAL SOSIAL .................................................................................. 6.1 Kepercayaan ........................................................................................ 6.1.1 Kepercayaan dalam Forum Jual Beli ........................................... 6.1.2 Kepercayaan Terhadap Threads .................................................. 6.1.2.1 Aturan dalam Menulis Threads ..................................... 6.1.2.2 Umpan Balik Anggota ................................................... 6.1.3 Kelemahan Kepercayaan Virtual ................................................ 6.2 Jaringan ............................................................................................... 61 61 61 63 64 65 67 68 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 7.1 Kesimpulan .......................................................................................... 7.2 Saran ................................................................................................... 71 71 72 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 73 LAMPIRAN .......................................................................................................... 75 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Komponen-Komponen dari Pranata Sosial ............................................ 12 Bagan Kerangka Analisis ....................................................................... 21 Lambang Kaskus .................................................................................... 28 Halaman depan Situs Anti Kaskus .......................................................... 37 Pertamax dan Gagal Pertamax .............................................................. 39 Penggunaan bahasa Kaskus dalam situs pertemanan Facebook .............. 40 Gambar Profil......................................................................................... 46 Tempat Melaporkan ID secara Langsung ................................................ 51 Bagan Gambaran Kelemahan Hukuman Virtual ..................................... 53 Tips Berjualan Aman di Forum Jual Beli ................................................ 62 Hot Threads ........................................................................................... 66 DAFTAR TABEL Halaman 1 2 3 Pembagian Forum pada Komunitas Kaskus ............................................ 34 Hierarki Pangkat Anggota Kaskus Berdasarkan Jumlah Posting ............. 43 Bahasa Khas Kaskus dan Pengertiannya ................................................. 60 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 1 2 3 4 5 6 7 Contoh Kasus Gerakan Sosial dalam Internet ......................................... 75 Data Peringkat Kaskus Menurut Situs Alexa ......................................... 79 Halaman Depan Situs Kaskus ................................................................ 80 Glossary ................................................................................................ 81 Lirik Lagu Kaskus Anthem..................................................................... 84 Kasus Konfrontasi secara Online ........................................................... 86 Kasus Kelemahan Penegakan Sanksi secara Online ............................... 90 Wawancara Online ................................................................................ 81 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Modernisasi seringkali dikaitkan dengan peregangan hubungan sosial. Ferdinand Tonnies mengungkapkan terjadinya pergeseran masyarakat yang memiliki hubungan kekeluargaan dan kontak langsung (gemeinschaft) menjadi lebih associational (gesselschaft) dimana kontrak dan bukti pembayaran (token) seperti uang mempersatukan orang (Lyon 1997). Di sisi lain modernisasi ditandai dengan kehadiran teknologi-teknologi komunikasi (Information and Communications Technologies) baru yang membantu menjembatani hubungan terpisah jarak dengan komunikasi jarak jauh. Information and Communications Technologies (ICTs) memfasilitasi kehadiran bentuk baru interaksi manusia yang kemudian dikenal sebagai cyberspace yaitu sebuah domain publik yang digerakkan oleh komputer yang tidak memiliki batasan teritorial ataupun atribut fisik (Loader 1997). oleh karena itu meskipun di satu sisi modernisasi dianggap sebagai peregang hubungan sosial tetapi di sisi lain, modernisasi memberikan harapan untuk memperbaiki hubungan sosial dan membangun kembali ikatan komunitas. Kemampuan internet yang memungkinkan banyak orang yang terpisah jarak untuk saling berkomunikasi, berinteraksi secara virtual (tanpa kehadiran fisik) dan membangun hubungan, memfasilitasi munculnya komunitas virtual. Komunitas virtual (virtual community) adalah istilah yang digunakan oleh Howard Rheingold (1993) untuk menjelaskan kumpulan sosial yang muncul dalam internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. Komunitas virtual memiliki perbedaan dengan komunitas fisik karena anggota komunitas virtual terpisah secara geografis. Hal ini mendorong beberapa peneliti merasa pesimis dengan kemampuan komunitas virtual untuk membangun modal sosial. Best dan Krueger (2006) mengungkap adanya dua alasan yang menunjukkan bahwa modal sosial tidak dapat terbentuk dalam komunitas online. Alasan pertama adalah bahwa ikatan sosial online terlalu lemah untuk membentuk modal sosial. Alasan kedua adalah bahwa internet memungkinkan individu untuk memilih komunitas mereka sendiri menurut topik, aktivitas atau ideologi, sehingga komunitas virtual cenderung menyatukan orang-orang dengan pemikiran serupa yang menghambat pembentukan modal sosial. Sementara itu London (1997) mengungkap bahwa komunitas virtual seringkali disebut sebagai pseudocommunities atau komunitas palsu. Hal ini disebabkan karena komunitas virtual tidak memiliki banyak ciri mendasar dari komunitas fisik seperti percakapan tatap muka dan pertemuan-pertemuan yang tidak direncanakan dan yang terpenting, adalah konfrontasi dengan orang lain yang menganut nilai dan gaya hidup yang berbeda, sehingga komunitas virtual dipandang cenderung menjadi utopian. Komunitas virtual selain memiliki berbagai kelemahan namun juga memiliki potensi yang besar. Beberapa gerakan sosial terjadi dalam internet yang turut didukung oleh komunitas virtual. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa contoh kasus yang terjadi di Indonesia bahwa internet dapat membangun gerakan sosial yang sangat kuat. Diantaranya adalah dukungan terhadap Prita Mulyasari serta kasus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melawan Polri (Lampiran 1). Komunitas virtual dengan berbagai potensinya diharapkan dapat memperbaiki komunitas yang mulai menghilang dalam dunia fisik. Howard Rheingold (Lyon 1997) memperkirakan kemunculan kembali komunitas sebagai ganti dari kehilangan di masa lalu. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat komunitas virtual ditinjau dari kepemilikan pranata dan modal sosial. 1.2 Perumusan Masalah Komunitas virtual merupakan cara baru bagi orang di masa modernisasi untuk membentuk hubungan dengan orang lain. Fenomena ini layak diamati karena berbagai fungsi yang dapat dicapai dari komunitas virtual, termasuk kepentingan sosial dan bisnis. Penelitian ini mencoba meneliti keberadaan dan ketegasan pranata pengatur komunitas virtual. Hal tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa kepemilikan pranata yang tegas akan membentuk ikatan yang kuat diantara anggota komunitas, karena pranata mampu menjaga keutuhan kelompok serta menjadi pegangan pengendalian sosial (Soekanto 2002). Selanjutnya komunitas yang kuat diharapkan mampu menghasilkan manfaat berupa modal sosial. Meskipun peneliti tidak menemukan literatur yang secara tegas menghubungkan pranata dengan kepemilikan modal sosial, akan tetapi penelitian Wade (Krishna 2000) menyebutkan bahwa efisiensi modal sosial lebih tinggi ketika tujuan sosial terdefinisi dengan baik dan secara obyektif disetujui. Sehingga diasumsikan jika pranata yang tegas yang berfungsi menjaga keutuhan kelompok memiliki hubungan dalam kepemilikan tujuan bersama oleh setiap anggota komunitas, yang pada akhirnya membentuk modal sosial yang lebih efisien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan komponen pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual, karena kedua komponen tersebut dianggap penting untuk membentuk komunitas yang kuat dan produktif. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan antara lain: 1. Bagaimana bentuk pranata di dalam komunitas virtual? 2. Apakah terdapat modal sosial di dalam komunitas virtual? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian untuk menghasilkan: 1. Deskripsi pranata sosial di dalam komunitas virtual. 2. Deskripsi modal sosial di dalam komunitas virtual. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti : dapat menambah wawasan mengenai komunitas virtual terutama terkait dengan kepemilikan modal sosial. 2. Bagi komunitas dan pengembang komunitas virtual: dapat digunakan sebagai data yang membantu mengembangkan komunitas virtual. BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunitas Virtual Komunitas virtual merupakan terjemahan langsung dari kata virtual community, istilah yang digunakan oleh Rheingold (1993) untuk menyebut komunitas yang terbentuk di dalam dunia maya internet. Terdapat beberapa istilah lain yang merujuk pada komunitas yang terbentuk di dalam internet seperti internet community (Stockdale dan Borovicka 2006; Turner dan Fisher 2006), cyberspace community (Cantel dan Siegel dikutip oleh Stockdale dan Borovicka 2006) ataupun non-place community (London 1997). Komunitas virtual memiliki berbagai pengertian berbeda. Stockdale dan Borovicka (2006) mengambil pengertian yang digunakan oleh Rheingold (1993), menyatakan bahwa komunitas virtual merupakan kumpulan sosial yang muncul dari internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. Lee, Voyagel dan Limayem (dikutip oleh Turner dan Fisher 2006) mengartikannya sebagai teknologi yang didukung oleh dunia maya, terpusat pada komunikasi dan interaksi partisipan yang disatukan dalam suatu bangunan relasi. Sementara itu London (1997) mengutip pengertian lain komunitas virtual dari Rheingold dan mendefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu yang dihubungkan bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer. Berbagai pengertian tersebut, menunjukkan bahwa komunitas virtual membutuhkan beberapa ciri seperti adanya komunikasi dan interaksi partisipan yang membentuk hubungan sosial serta mengembangkan sebuah bangunan relasi. Semua itu dilakukan di dalam sebuah ruang cyber dengan mengesampingkan kedekatan secara geografis antar partisipan. Komunitas virtual terbentuk karena adanya keberadaan teknologi computer-mediated communications (CMC) dan dorongan dari luar. Rheingold (1993) menyimpulkan bahwa dimanapun teknologi CMC disediakan bagi seseorang, siapapun dia, mereka tidak bisa dihindari akan membangun komunitas virtual dengan teknologi tersebut, seperti mikroorganisme membentuk koloni. Untuk perkembangan internet, cyberspace dan komunitas virtual yang berjalan cepat Rheingold menggambarkannya dengan perumpamaan biologis: cyberspace sebagai cawan petri sosial, Net sebagai medium agar-agar dan komunitas virtual dengan segala keberagamannya sebagai koloni mikroorganisme yang tumbuh dalam cawan petri. Setiap koloni kecil mikroorganisme (komunitas dalam Net) adalah percobaan sosial yang tidak direncanakan oleh seseorang tetapi tetap terjadi. Sementara itu hilangnya ruang publik dalam dunia nyata menumbuhkan kebutuhan dalam diri setiap orang untuk membentuk komunitas virtual. Rheingold (1993) meyakini bahwa komunitas virtual dalam internet merupakan komunitas yang sesungguhnya. Di lain pihak, meski sering dianggap memiliki ciri komunitas fisik, London (1997) mengungkap bahwa komunitas virtual seringkali disebut sebagai pseudocommunities atau komunitas palsu. Hal ini disebabkan karena komunitas virtual tidak memiliki banyak ciri mendasar dari komunitas fisik seperti percakapan tatap muka dan pertemuan-pertemuan yang tidak direncanakan, dan mungkin yang terpenting, menurut London (1997), adalah konfrontasi dengan orang lain yang menganut nilai dan gaya hidup yang berbeda, sehingga komunitas virtual dipandang cenderung menjadi utopian. London (1997) juga mengkritisi komunitas virtual yang tidak memiliki tempat tertentu (nonplace) yang memberikan kepada anggota mereka rasa kepemilikan (sense of belonging) tanpa membebankan kewajiban layaknya komunitas model lama. Sehingga ketika memvirtualkan hubungan manusia, Ehrenfeld (dikutip oleh London 1997) mengajukan bahwa manusia tidak lagi menyentuh komposisi pokok komunitas, dengan beragam perbedaan fisik dan lingkungan. Perbedaan paling mendasar antara komunitas virtual dengan komunitas nyata, terdapat pada konteks ruang (space). Ruang, bagi anggota komunitas virtual adalah sebuah alamat dalam dunia cyber, dan lokasi yang terpisah puluhan kilometer dalam dunia nyata, disatukan dalam sebuah layar komputer. Mengambil pernyataan Parson tentang hubungan ruang dengan komunitas dikutip Brown (2002), bahwa hak hukum (jurisdiction) merujuk pada kewajiban (obligation). Kewajiban menyebabkan penegakan (reinforcement). Penegakan diikuti dengan sanksi. Sanksi untuk menyebabkan pengaruh, harus mencapai obyek. Obyek untuk dapat dicapai harus memiliki lokasi ruang (space). Semua dimulai dengan hak hukum dan berakhir dengan ruang. Sehingga mengikuti pernyataan Parson, sebuah komunitas tidak akan melakukan penegakan kewajiban (jurisdiction) jika mereka tidak menempati sebuah ruang tertentu. Komunitas tanpa kedekatan ruang seperti komunitas virtual menjadi sulit untuk mengikat anggotanya. Penelitian yang dilakukan Blanchard dan Markus (dikutip oleh Stockdale dan Borovicka 2006) di lain pihak, menemukan elemen obligasi yang oleh mereka diartikan sebagai komitmen untuk ikut serta secara aktif dalam aktivitas komunitas. Melihat bukti ini cukup memberikan gambaran bahwa ikatan komunitas virtual yang didukung oleh kontak fisik memiliki ikatan yang cukup kuat, meskipun tidak mencapai level penegakan kewajiban (jurisdiction). Sementara itu, pengalaman yang dialami Thornton memperlihatkan bahwa dalam komunikasi melalui layar dalam komunitas internet, seseorang dapat dihukum dengan tindakan pengasingan (alienation). Tindakan tersebut dilakukan dengan cara tidak menanggapi percakapan yang dilakukan seseorang yang dihukum oleh semua anggota komunitas. Stockdale dan Borovicka (2006) menyatakan bahwa suatu komunitas online memperlihatkan beberapa komponen seperti: 1. Tujuan, kepentingan atau kebutuhan bersama. 2. Partispasi aktif dan berulang oleh anggota-anggota dengan interaksi dan ikatan yang kuat. 3. Aksesbilitas terhadap sumberdaya bersama dan kebijakan yang mengatur akses. 4. Pertukaran informasi, dukungan dan layanan. 5. Konteks bersama tentang ketentuan sosial, bahasa atau protokol. Ciri komunitas tersebut memperlihatkan pentingnya modal sosial dan pranata sosial. Oleh karena beberapa komponen modal dan pranata sosial turut menjadi cirinya. Penjelasan terkait modal dan pranata sosial akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya. 2.1.2 Perkembangan Teknologi dan Komunitas Sejak revolusi industri Eropa pada abad ke-19 hingga revolusi informasi, perkembangan teknologi dan modernisasi selalu dikaitkan dengan kemunduran komunitas. Putnam (London 1997) secara tegas menarik garis langsung sejajar antara kemunculan televisi dengan kemunduran apa yang dia sebut sebagai modal sosial. Komputer, VCRs, virtual reality dan teknologi lain dituduh mengurung manusia dari pertetanggaan dan komunitas, memperburuk hilangnya modal sosial. Di sisi lain, terdapat pula pendapat yang menganggap jaringan komputer dan komunitas virtual memperkuat ikatan komunitas dan membalikkan kemunduran modal sosial. Penelitian Quan-Haase et al (2002), membagi dua sumber pandangan tentang teknologi dan komunitas. Pandangan pertama berasal dari para utopian, yang menganggap internet menyediakan cara baru yang lebih baik untuk melibatkan diri dalam masyarakat dan menemukan informasi. Sementara itu pandangan kedua berasal dari dystopian yang menganggap internet memikat orang menjauhi komunitas in-person dan diskusi informasi mereka. Howard Rheingold (1993), berargumen bahwa jaringan elektronik sebaiknya dipandang bukan sebagai dunia yang terpisah dari dunia nyata, melainkan sebagai sistem syaraf dari dunia fisik. Dari pengalamannya selama bertahun-tahun menjadi anggota sekaligus pengamat komunitas virtual WELL, Rheingold melihat bahwa komunitas virtual sebenarnya membutuhkan ikatan kepada komunitas fisik. Selain itu, sense of community berkembang saat anggota bertemu tatap muka. Francis Fukuyama (London 1997) mendukung gagasan tersebut, menurutnya manfaat teknologi bukan dalam menciptakan komunitas baru, melainkan memperkuat jaringan sosial yang sudah ada. Pengaruh teknologi terhadap komunitas dapat dilihat dalam hasil penelitian Quan-Haase et al (2002). Penelitian mereka bertujuan untuk melihat pengaruh internet terhadap kontak sosial, civic engagement, dan sense of community. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan internet tidak berhubungan, dengan keseluruhan sense of community maupun dengan pengasingan diri (alienation). Di lain pihak, terdapat peningkatan dalam sense of online community yang disebut dalam penelitian Navarrete dan Huerta (2006) sebagai sense of virtual community. Sementara itu, para peneliti menduga bahwa orang memiliki lebih banyak hubungan relasi dibandingkan dengan masa pra-internet, kontak yang lebih sering dengan relasi, serta penguatan pertalian melalui kontak yang lebih sering. Dalam penelitian ini (Quan-Haase et al 2002) ditemukan sejumlah anomali, pertama meskipun penggunaan email berhubungan dengan tingkat sense of virtual community yang lebih tinggi, namun tidak mempengaruhi sense of community secara keseluruhan. Kedua, penggunaan email yang tinggi dengan teman dan keluarga (yang tempat tinggalnya) dekat, sedikit mempengaruhi penurunan kontak offline. Secara keseluruhan, penelitian tersebut tidak menunjukkan efek tunggal internet. Pada saat waktu memisahkan komunitas, internet memfasilitasi kontak sosial yang mendukung kontak tatap muka dan telepon. Pada saat terjadi kemunduran civic engagement, internet menyediakan alat bagi mereka yang telah terlibat untuk meningkatkan keterikatan (engagement) mereka. Ketika identitas menjadi bagian dari komunitas multipersonal, internet menyediakan alat yang lain untuk merasa terhubung dengan teman dan sanak keluarga. Daripada melemahkan bentuk komunitas mereka yang lebih aktif secara offline lebih aktif pula secara online, begitupun sebaliknya. Dengan cara tersebut, orang memasukkan internet kedalam kehidupan sehari-harinya, internet membantu perkembangan perubahan komposisi modal sosial (Quan-Haase et al 2002). 2.1.3 Pranata Sosial Istilah pranata sosial merupakan terjemahan dari kata institution yang berasal dari bahasa inggris. Istilah ini diterjemahkan dalam berbagai istilah oleh banyak ahli, sebagai pranata-sosial, bangunan sosial ataupun lembaga sosial (Soekanto 2002). Soekanto menyebutnya sebagai lembaga kemasyarakatan dan mengartikannya sebagai “himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat”. Hodgson mendefinisikannya sebagai sistem dari aturan yang ditetapkan dan umum yang membangun interaksi sosial. Bahasa, uang, hukum, sistem ukuran berat dan panjang serta table manners merupakan beberapa contoh dari pranata sosial (Hodgson 2006). Koentjaraningrat (2002b) menyebutnya sebagai pranata sosial untuk membedakannya dengan lembaga dan mengartikannya sebagai suatu sistem aktivitas khas dari kelakuan berpola beserta komponen-komponennya yaitu: sistem norma dan tata kelakuannya, dan peralatannya ditambah dengan manusia atau personel yang melaksanakan kelakuan berpola. Menurut fungsinya, Koentjaranigrat (2002a) menjelaskannya sebagai sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi. Sistem Norma Kelakuan Berpola Personel Peralatan Fisik Gambar 1. Komponen-Komponen dari Pranata Sosial (Koentjaranngrat 2002b) Pranata sosial atau lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, antara lain (Soekanto 2002): 1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalahmasalah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut kebutuhan pokoknya. 2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan. 3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control), artinya, sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah-laku anggota-anggotanya. Hodgson (2006) menyebut bahwa pranata sosial membatasi sekaligus memungkinkan terjadinya tingkah laku (behavior). Keberadaan aturan mengimplikasikan pembatasan, akan tetapi pembatasan itu membuka pilihan dan tindakan yang tanpa aturan tidak mungkin hadir, seperti bahasa yang memungkinkan manusia berkomunikasi atau aturan lalu lintas yang menjadikan lalu lintas teratur dan lebih aman. Oleh karena itu keberadaan pranata sosial sangat esensial bagi kelangsungan hidup kelompok. Norma sebagai salah satu komponen dari pranata sosial dijelaskan oleh Tuomela (Hodgson 2006) sebagai suatu aturan perilaku (behavioral regularities) yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi. Tujuan kolektif tumbuh ketika individu yang memiliki tujuan tertentu mengikuti kelompok yang memegang tujuan tersebut dan percaya bahwa anggota kelompok yang lain juga memegang tujuan yang serupa. Penegakan norma lebih melibatkan jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang sesungguhnya (actual agreements). Sehingga bagi Tuomela norma berbeda dengan aturan (rules). Peraturan merupakan produk persetujuan yang jelas yang dibawa oleh suatu otoritas dan mengimplikasikan sanksi disisi lain, norma ditegakkan melalui pencelaan sosial (social disapproval). Meskipun sulit menegakkan pembedaan yang tegas diantara keduanya (Hodgson 2006). Komponen kelakuan berpola yang digunakan oleh Koentjaraningrat dalam penelitian ini akan dijelaskan dengan konsep kebiasaan (habit) dalam konsep Hodgson. Menurut Hodgson, tingkah laku berulang (dalam hal ini disamakan dengan kelakuan berpola) penting dalam menentukan kebiasaan, meskipun keduanya tidak sama. Kebiasaan (habit) dijelaskan Hodgson sebagai repertoire bawah sadar terhadap pemikiran atau tingkah laku potensial yang dapat dicetuskan atau ditegakkan oleh stimulus atau konteks yang tepat. Penerimaan kebiasaan merupakan mekanisme psikologis yang membentuk sebagian besar perilaku mengikuti aturan (rule-following behavior). Aturan yang berlaku menyediakan imbalan dan batasan bagi tindakan individu. Oleh karena itu struktur aturan membantu menciptakan kebiasaan dan preferensi yang sejalan dengan reproduksinya. Kebiasaan merupakan material konstitutif dari pranata sosial, menyediakan daya tahan, kekuatan dan otoritas normatif bagi pranata sosial. Pada gilirannya, dengan mereproduksi kebiasaan bersama tentang pemikiran, pranata sosial menciptakan mekanisme kuat terkait konformitas dan persetujuan normatif (Hodgson 2006). Hodgson menjelaskan bahwa pranata sosial tidak berdiri terpisah dari kelompok individu yang terlibat, eksistensi pranata sosial bergantung kepada individu-individu, interaksi mereka terutama pola pemikiran bersama milik mereka. Lebih lanjut Hodgson menjelaskan bahwa pranata sosial terletak pada disposisi individu lain, selain itu juga bergantung pada interaksi yang tersusun diantara mereka, seringkali juga menyertakan artefak dan instrument material. Sehingga Hodgson menyatakan bahwa pranata sosial sesuai dengan botol Klein bahwa the subjective “inside” is simultaneously the objective “outside.” 2.1.4 Modal Sosial Modal sosial bukan merupakan entitas tunggal, Krishna (2000) menyatakannya sebagai aset sosial yang menghasilkan aliran manfaat. Aset terdiri dari persediaan (stock) modal sosial, sedangkan manfaat sebagai aliran (flow). Seperti halnya bentuk modal (capital) yang lain, modal sosial bersifat produktif, memungkinkan prestasi yang saat modal sosial tidak hadir, hal itu menjadi tidak mungkin (Coleman 2000). Sementara itu Putnam (dikutip oleh London 1997) mengartikan modal sosial sebagai stok kepercayaan sosial (social trust), norma dan jaringan yang dapat digunakan orang untuk menyelesaikan masalah bersama. Krishna (2000) mengungkap bahwa dalam konsep modal sosial yang dipopulerkan antara lain oleh Putnam, Leonardi, dan Nanetti, aliran dianggap berhubungan langsung dengan dengan tingkat persediaan, sehingga persediaan modal sosial yang tinggi selalu menghasilkan sebesar-besarnya aliran manfaat, sementara persediaan yang rendah selalu menghasilkan aliran yang memiskinkan (impoverished flows). Hubungan antara persediaan dengan aliran adalah langsung, sebanding, dan invariant. Sehingga menurut teori ini, modal sosial yang tinggi selalu menghasilkan aliran manfaat yang juga tinggi. Penelitian Wade di lain pihak (Krishna 2000) menunjukkan hasil yang berbeda. Wade melihat bahwa sebuah masyarakat dapat membawa persediaan modal sosial mereka untuk menghasilkan lebih atau kurang efektif terhadap tugas di tangan mereka. Efisiensi penggunaan akan lebih tinggi ketika tujuan sosial terdefinisi dengan baik dan disetujui secara obyektif. Jika anggota dalam kelompok tidak memiliki kesamaan pandangan atau kepentingan terhadap tugas yang dihadapi, modal sosial tidak akan memberikan manfaat secara efektif. Dalam pembentukan modal sosial, baik Krishna maupun Uphoff (2000) menyadari satu fenomena perilaku obyektif yang menjadi dasar bagi modal sosial, yaitu ekspektasi. Ekspektasi tersebut terkait bagaimana seseorang seharusnya berperilaku, bagaimana orang lain berperilaku, dan bagaimana seseorang memperkirakan akan berperilaku, mempengaruhi bagaimana masing-masing dari kita akan berperilaku pada suatu situasi yang dihadapi. Beragam ahli memiliki penjelasan yang beragam tentang modal sosial. Coleman (2000) mengungkapkan bentuk-bentuk modal sosial berupa: Kewajiban, pengharapan (expectancy) dan struktur rasa kepercayaan; Saluran informasi, serta; Norma dan sanksi yang efektif. Tidak banyak berbeda dengan Coleman, Putnam (dalam Mohan dan Mohan 2002) menekankan bahwa modal sosial merupakan properti dari kolektivitas, dia mengacu pada ciri kehidupan sosial berupa jaringan, norma dan kepercayaan yang memungkinkan partisipan untuk melakukan tindakan bersama dengan lebih efektif untuk mengejar sasaran bersama (shared objectives). Menyatukan kedua pendapat tersebut, modal sosial yang ingin diteliti berupa kepercayaan, dan jaringan. Rasa kepercayaan memiliki fungsi esensial bagi pembentukan modal sosial. Coleman (2000) menjelaskan bahwa tanpa rasa kepercayaan yang tinggi diantara para anggota kelompok, kelembagaan tidak dapat hadir, atau dengan kata lain tidak memiliki modal sosial. Sementara itu terkait dengan komponen jaringan, Goddard (2003) dengan mengambil hasil penelitian Coleman di Korea Selatan menunjukkan bahwa jaringan sosial menyediakan kesempatan bagi pertukaran informasi yang memfasilitasi hasil yang diinginkan oleh anggota kelompok. Tanpa hubungan sosial tidak mungkin dilakukan pertukaran informasi ataupun penegakan norma yang memfasilitasi tujuan kolektif (Goddard 2003). Sejalan dengan itu Andrea Kavaraugh dan Scott Patterson (dikutip oleh London 1997) menyatakan bahwa jaringan komunitas mampu membangun jaringan sosial dan pertukaran informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tindakan kolektif. Hal tersebut dianggap sebagai sebuah poin kepada kapasitas membangun (building capacity) dengan potensi meningkatkan modal sosial. 2.1.5 Modal Sosial dan Internet Berbagai penelitian telah melihat hubungan antara internet dengan modal sosial. Penelitian Navarrete dan Huerta (2006) terhadap komunitas Transnasional Communities of Immigrants (TCIs) menyediakan cukup bukti untuk membuktikan bahwa pengalaman TCIs memiliki perasaan communitylike dan tingkah laku dalam keadaan yang setara dengan komunitas fisik. Hal ini bisa jadi disebabkan karena komunitas TCIs mampu untuk melakukan kontak secara online maupun offline, yang disebut oleh Navarrete dan Huerta sebagai hybrid community of interest (komunitas minat hibrida). Bertolak belakang dengan hal tersebut, Best dan Krueger (2006) mengungkapkan beberapa peneliti yang memiliki pandangan berbeda. Pertama mereka menyatakan bahwa ikatan sosial online terlalu lemah untuk membentuk modal sosial. Menurut mereka, meskipun interaksi sosial secara online dapat memperluas jaringan sosial, namun ikatan lemah yang muncul dari internet tidak menunjukkan kondisi minimal yang dibutuhkan untuk membentuk modal sosial. Salah satu alasannya adalah karena internet memungkinkan anggotanya untuk menyembunyikan identitas asli mereka. Mengambil pendapat Blanchard dan Horan serta Shah et al (dikutip oleh Best dan Krueger 2006) bahwa meskipun anonimitas ini memiliki manfaat seperti menyingkirkan ciri pembatas sosial seperti ras atau usia, tetapi karena users tidak dapat memutuskan dengan siapa dia berinteraksi online, users tidak dapat membangun kepercayaan. Alasan kedua yaitu bahwa internet memungkinkan individu untuk memilih komunitas mereka sendiri menurut topik, aktivitas atau ideologi, komunitas ini cenderung menyatukan orang-orang dengan pemikiran serupa, yang menghambat pembentukan modal sosial. Best dan Krueger mengambil pandangan Uslaner bahwa homophily ini memberikan dampak negatif bagi pembentukan kepercayaan bersama (Best dan Krueger 2006). Penelitian Best dan Kruger (2006) tersebut menunjukkan bahwa secara umum internet menyatukan orang-orang yang saling mempercayai. Oleh karena itu, meskipun terdapat pandangan bahwa interaksi sosial tidak mampu menghasilkan modal sosial, penemuan mereka mengimplikasikan bahwa setidaknya komunitas online bukanlah tempat berkumpul orang-orang yang saling membenci (misanthropic) (Best dan Krueger 2006). Sejalan dengan hal tersebut, London (1997) melihat bahwa jaringan elektronik, terutama ketika ditambah dengan jaringan tatap muka, dapat memperkuat komunitas dengan menyediakan “free spaces” dengan mengembangkan dialog dan deliberation serta dengan memperkaya ikatan kepercayaan, pertukaran dan keterhubungan yang memperbaiki modal sosial. 2.2 Kerangka Pemikiran Seiring dengan perkembangannya, komunitas virtual menjangkau berbagai kepentingan, mulai dari kepentingan sosial hingga ekonomi. Dengan menggunakan internet sebagai sarana penghubung, komunitas virtual mampu menyatukan berbagai orang dari berbagai wilayah bahkan berbagai negara. Oleh karena kemampuannya menyatukan orang dan sebagai sarana komunikasi banyak orang ke banyak orang lainnya (many-to-many) itulah komunitas virtual memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Akan tetapi untuk membangun sebuah komunitas dalam dunia virtual bukan hal mudah, beberapa kendala seperti kerahasiaan identitas dan tingkat kepercayaan antar anggota yang tidak pernah bertemu muka secara langsung (face-to-face) dapat menghalangi pembentukan sense of community sebagai syarat komunitas. Pranata dan modal sosial merupakan dua hal yang penting bagi keberlanjutan suatu komunitas. Pranata sosial merupakan sistem dari peraturan sosial yang ditetapkan dan bersifat umum yang membentuk interaksi sosial (Hodgson 2006). Koentjaraningrat membagi pranata sosial kedalam empat komponen pembentuk berupa, sistem norma dan tata kelakuannya, peralatannya ditambah dengan manusia atau personel, yang melaksanakan kelakuan berpola. Modal sosial merupakan gabungan dari beberapa entitas yang berbeda. Akan tetapi setiap ahli memiliki konsep yang berbeda terhadap modal sosial. Dalam konsep yang digunakan Quan-Haase et al (2002), modal sosial merupakan gabungan dari modal jaringan (network capital), civic engangement, serta sense of community. Sementara itu dalam konsep Coleman menyebutkan tiga entitas berupa kewajiban, pengharapan dan struktur rasa kepercayaan; Saluran informasi, serta; Norma dan sanksi yang efektif. Sementara itu Putnam (Mohan dan Mohan 2002) menekankan bahwa modal sosial merupakan properti dari kolektivitas, dia mengacu pada ciri kehidupan sosial berupa jaringan, norma dan kepercayaan. Beberapa ahli berpendapat bahwa modal sosial tidak dapat terbentuk didalam komunitas virtual (sebagai contoh Uslaner yang dikutip oleh Best dan Krueger 2006). Akan tetapi ahli yang berbeda berpendapat bahwa modal sosial dan sense of community dapat muncul dalam komunitas virtual, meskipun modal sosial dan sense of community tersebut mulai terbentuk pada saat anggotanya bertemu secara offline (Rheingold 1993). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kepemilikan modal sosial dan pranata sosial didalam komunitas virtual, baik dengan ataupun tanpa interaksi offline. PRANATA SOSIAL Personel Karakteristik anggota Sistem Norma Aturan Sanksi penegakan MODAL SOSIAL: • Kepercayaan • Jaringan Peralatan fisik Peralatan komunikasi Kelakuan berpola • Pertemuan offline • Pertemuan online Gambar 2. Bagan Kerangka Analisis 2.3 Hipotesis Pengarah Komunitas virtual dapat memiliki pranata dan modal sosial layaknya komunitas dalam dunia nyata. Bentuk-bentuk pranata maupun modal sosial dalam komunitas virtual dapat berbeda dengan komunitas nyata sehingga perlu dideskripsikan tersendiri. 2.4 Definisi Konseptual 1. Komunitas Virtual : Komunitas virtual dibentuk oleh cukup banyak orang dalam waktu yang cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. 2. Pranata sosial : sistem dari peraturan sosial yang ditetapkan dan bersifat umum yang membentuk interaksi sosial yang terdiri dari empat komponen, yaitu personel, sistem norma, peralatan fisik dan kelakuan berpola. 3. Personel : individu yang mejadi anggota, berkomunikasi dan berinteraksi di dalam komunitas. 4. Peralatan fisik : Peralatan fisik dalam penelitian ini ditujukan bagi instrumen material, yaitu alat-alat yang digunakan oleh anggota komunitas untuk menjalankan kegiatannya sebagai komunitas. 5. Kelakuan berpola : merupakan tindakan berulang yang dilakukan bersama oleh anggota komunitas. Kelakuan berpola penting untuk membentuk kebiasaan (habits). 6. Sistem norma : merupakan aturan perilaku (behavioral regularities) yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi yang penegakannya lebih lebih melibatkan jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang sesungguhnya (actual agreements). 7. Modal sosial : aset sosial yang bersifat produktif, properti dari kolektivitas yang mengacu pada ciri kehidupan sosial berupa jaringan dan kepercayaan. 8. Jaringan : merupakan pola pertukaran dan interaksi sosial yang berlangsung terus menerus. BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan kegiatan komunitas yang didukung dengan wawancara mendalam terhadap anggota komunitas virtual Kaskus. Pendekatan ini dipilih karena peneliti ingin melihat secara langsung keberadaan dan bentuk-bentuk pranata serta modal sosial yang ada di dalam komunitas virtual. Pendekatan wawancara dilakukan untuk memperdalam data yang sudah ditemukan dari pengamatan terhadap komunitas virtual Kaskus. Selain itu untuk melakukan pengamatan terhadap kegiatan komunitas, peneliti juga melakukan pendekatan partisipatif dengan menjadi anggota komunitas virtual Kaskus. Wawancara sebagian dilakukan secara tatap muka dan sebagian yang lain dilakukan secara online. Pendekatan online dilakukan karena lokasi responden yang tersebar. Responden dihubungi melalui private message melalui situs Kaskus kemudian dilanjutkan dengan melakukan percakapan secara online (chatting). 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan terhadap anggota website komunitas virtual Kaskus yang diakses melalui www.kaskus.us. Penelitian dilakukan secara online maupun offline untuk memudahkan pengamatan dan demi mendapatkan data yang lebih lengkap bagi penelitian. Penelitian secara online selain melakukan pengamatan terhadap situs juga dilakukan wawancara dengan percakapan online (chatting) melalui “Yahoo! Messenger”. Sementara itu penelitian offline dilakukan dengan melakukan wawancara tatap muka terhadap anggota komunitas Kaskus yang berada di sekitar kampus IPB Dramaga. Komunitas Kaskus sendiri memiliki berbagai forum, selain forum tempat bertukar informasi, Kaskus juga memiliki forum jual beli, blog, dan radio internet. Forum bertukar informasi misalnya Lounge, Forum Musik serta Forum Movie, di dalam forum ini anggota saling berkomunikasi membahas topik-topik tertentu hingga terbentuk hubungan yang dinamis. Forum jual beli diisi dengan anggota-anggota yang menjadi penjual dan pembeli serta melakukan transaksi ekonomi. Blog berisi dengan tulisantulisan catatan personal anggota dan anggota yang lain dapat memberikan umpan balik. Sementara itu Radio Internet Kaskus merupakan radio online yang memutar musik layaknya radio konvensional, serta memiliki tempat untuk melakukan komunikasi virtual antar anggota ataupun dengan pihak (Disk Jockey) radio Kaskus. Penelitian ini memfokuskan pada satu bidang saja, yaitu forum, dan pengamatan lebih fokus dilakukan dalam forum lounge. Pilihan ini diambil dengan pertimbangan antara lain: 1. Bidang yang dicakup Kaskus terlalu luas untuk diteliti secara keseluruhan. Bukan hanya keterbatasan waktu, melainkan juga adanya keterbatasan bidang ilmu yang dimiliki peneliti yang tidak memungkinkan melakukan penelitian komunitas secara menyeluruh. 2. Forum jual beli (FJB) tidak menjadi fokus penelitian karena hubungan yang terjadi didalamnya adalah berbasis keuntungan materi. Akan tetapi bukan berarti forum ini diacuhkan sama sekali karena FJB memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan forum Kaskus. Identitas penjual dan pembeli dalam forum ini sama dengan identitas anggota forum Kaskus. Sistem pangkat, reputasi, norma dan aturan lain dari forum Kaskus adalah pranata sosial bagi FJB. Perumpamaan dalam dunia nyata, FJB merupakan sebuah pasar, di dalam sebuah pasar, pranata sosial komunitas ikut mengatur dan menjadi penggerak terjadinya aktivitas jual beli, akan tetapi sulit menemukan modal sosial di dalam sebuah pasar. 3. Forum lounge menjadi fokus utama penelitian, karena forum ini berperan sebagai ‘ruang keluarga’ bagi ‘rumah’ komunitas virtual Kaskus. Forum lounge menampung semua anggota secara umum, baik dia penjual ataupun pembeli dalam FJB, penggemar musik rock ataupun jazz, anggota grup penggemar klub Liverpool ataupun Manchester United, semua berkumpul dan berinteraksi di lounge. Thread yang dikemukakan biasanya bersifat ringan dan dapat diterima semua anggota. Oleh karena itu dalam forum ini setiap pranata sosial, modal sosial serta konfrontasi terlihat lebih jelas dibandingkan forum Kaskus yang lain. Forum lounge juga dianggap dapat mewakili gambaran komunitas Kaskus secara umum. 3.3 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tiga bulan, mulai bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan dan ikut masuk menjadi anggota komunitas untuk mempermudah penelitian. Awal penelitian digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan dan melakukan pengamatan terhadap komunitas Kaskus untuk memahami cara-cara dan aturanaturan dalam komunitas. 3.4 Penentuan Unit Analisis, Informan, dan Responden 3.4.1 Penentuan Unit Analisis Unit analisis yang dipilih sebagai objek kajian adalah anggota komunitas virtual Kaskus. Pemilihan dilakukan secara sengaja karena komunitas virtual Kaskus merupakan komunitas virtual terbesar di Indonesia sehingga dianggap dapat mewakili gambaran sebuah komunitas virtual. Selain itu komunitas virtual Kaskus juga telah berdiri cukup lama sehingga diharapkan telah tumbuh pranata dan modal sosial yang lebih baik dibandingkan komunitas virtual yang masih baru. Anggota komunitas juga mudah dijangkau peneliti, karena tersebar di berbagai wilayah, sehingga mempermudah penelitian. 3.4.2 Penentuan Informan Informan yang dipilih yaitu orang yang mengetahui tentang keberadaan komunitas virtual Kaskus serta orang yang mengikuti komunitas virtual. Informan yang dipilih adalah anggota yang telah lama menjadi anggota dan memiliki hubungan offline dengan peneliti untuk meningkatkan tingkat kepercayaan. Moderator dan Administrator Kaskus sendiri turut menjadi informan terutama terkait dengan aturan-aturan dalam Kaskus. Jumlah informan penelitian sebanyak lima orang. 3.4.3 Penentuan Responden Responden merupakan anggota komunitas virtual Kaskus. Responden yang dipilih selain anggota Kaskus yang sudah lama menjadi anggota juga responden yang memiliki kekhasan seperti menjadi pengumpul bad reputation point. Responden offline dipilih yang memiliki lokasi dekat dengan peneliti, sehingga mudah dijangkau. Sementara itu responden online dipilih melalui informasi yang didapat dari thread Kaskus secara sengaja karena memiliki kekhasan. Responden penelitian berjumlah tujuh orang. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah pengambilan data primer di lapangan melalui wawancara mendalam secara online maupun offline, observasi langsung online serta pengamatan berperan serta. Wawancara dilakukan kepada responden dan informan. Informan yang diwawancarai adalah anggota komunitas Kaskus yang telah dikenal secara offline, hal ini untuk memperkuat kepercayaan terhadap sumber informasi. 3.6 Teknik Analisis Data Data hasil pengamatan dan wawancara merupakan data kualitatif yang akan dideskripsikan dan dinarasikan berdasarkan hasil yang didapat sesuai dengan permasalahan yang diambil. Data yang dideskripsikan tersebut digolongkan berdasarkan permasalahan yang diajukan oleh peneliti sehingga dapat terlihat kecukupan data yang diambil. BAB IV PROFIL KASKUS 4.1 Gambaran Umum Kaskus Kaskus (www.kaskus.us) adalah situs forum komunitas maya terbesar Indonesia. Kaskus lahir pada tanggal 6 November 1999 oleh tiga pemuda asal Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Seattle, Amerika Serikat. Saat ini Kaskus dikelola oleh PT. Darta Media Indonesia. Kaskus merupakan singkatan dari kasak kusuk. Kaskus saat ini telah menjadi komunitas virtual terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota mencapai lebih dari satu juta orang yang tidak hanya berdomisili di Indonesia, melainkan juga tersebar ke berbagai negara yang lain. Berikut adalah lambang komunitas virtual Kaskus: Gambar 3. Lambang Kaskus Situs Alexa (www.alexa.com) merupakan sebuah situs yang khusus menghitung peringkat situs dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia. Kaskus dalam peringkat Alexa, menempati urutan ke 368 dunia dan terbesar ke delapan di Indonesia (data tanggal 12 Oktober 2009). Berikut ini data peringkat beberapa situs teratas di Indonesia menurut situs Alexa per 12 Oktober 2009: 1. Facebook (facebook.com) 2. Google.co.id (google.co.id) 3. Google (google.com) 4. Yahoo! (yahoo.com) 5. Blogger.com (blogger.com) 6. YouTube (youtube.com) 7. WordPress (wordpress.com) 8. Kaskus (kaskus.us) Situs-situs yang menempati peringkat diatas Kaskus tersebut tidak satupun yang berupa komunitas virtual, sehingga data itu mendukung pernyataan Kaskus sebagai komunitas terbesar di Indonesia. Data peringkat Kaskus menurut situs Alexa dapat dilihat di Lampiran 2. Peringkat ini terus diperbarui secara rutin, sehingga peringkat Kaskus dapat berubah setiap saat. Jumlah anggota dan posting Kaskus sendiri hingga penelitian selesai dilakukan masih terus meningkat dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa Kaskus masih terus berkembang sehingga terdapat kemungkinan peringkat Kaskus dalam perhitungan situs Alexa akan meningkat, meskipun tidak pula menutup kemungkinan muncul pesaing baru yang membuat peringkat Kaskus turun. Kaskus sebagai komunitas virtual terbesar Indonesia telah diakui oleh PC Magazine, sebuah majalah yang membahas tentang komputer dan internet yang pada tahun 2005 menganugerahi Kaskus sebagai situs terbaik dan komunitas terbesar. Tahun 2006, Kaskus kembali terpilih sebagai website terbaik pilihan pembaca PC Magazine. 4.2 Kaskus sebagai Sebuah Komunitas Virtual Stockdale dan Borovicka (2006) mengambil pengertian yang digunakan oleh Rheingold, menyatakan bahwa komunitas virtual merupakan kumpulan sosial yang muncul dari internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. Lee, Voyagel dan Limayem (Turner dan Fisher 2006) mengartikannya sebagai dukungan teknologi cyberspace terkait komunikasi dan interaksi partisipan, sehingga menghasilkan pembangunan suatu hubungan (relationship). Sementara itu London (1997) mengutip pengertian lain komunitas virtual dari Rheingold dan mendefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu yang dihubungkan bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer. Kaskus sendiri merupakan sebuah forum virtual dimana seseorang dapat bergabung dan kemudian berinteraksi dengan anggota lain dan berpartisipasi dalam komunitas. Terdapat sebuah bangunan sosial di dalamnya, hierarki berupa pangkat anggota, modal serta pranata sosial yang mengatur kelakuan anggota. Stockdale dan Borovicka (2006) menyatakan bahwa suatu komunitas online memperlihatkan beberapa komponen seperti: 1. Tujuan, kepentingan atau kebutuhan bersama. Berkumpulnya orang-orang menjadi anggota dalam komunitas virtual Kaskus merupakan sebuah penyaluran kebutuhan mereka terhadap ruang publik yang semakin menghilang di dalam dunia nyata, hal ini sesuai dengan pernyataan Rheingold (1993) tentang teknologi CMC. Di dalam komunitas Kaskus sendiri terdapat kebutuhan bersama, selain kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain juga terdapat kebutuhan untuk saling berbagi informasi atau bertransaksi (khusus FJB). Sebagai contoh pemilik ID setan biasa™ yang memilih berinteraksi di forum civitas academica untuk berhubungan dengan teman satu universitas. Pertemuan itu dapat berlanjut dengan pertemuan offline melalui acara gathering yang digunakan sebagai sarana mempererat hubungan. Anggota juga membutuhkan hubungan dengan anggota lain untuk membangun reputasi. Melalui hubungan antar anggota komunitas, seorang anggota bisa mendapatkan cendol sebagai pembentuk reputasi. 2. Partispasi aktif dan berulang oleh anggota-anggota dengan interaksi dan ikatan yang kuat. Setiap anggota aktif berpartisipasi dengan membuat thread dan anggota yang lain berpartisipasi memberikan posting balasan. Dalam forum Heart to Heart (H2H) anggota bahkan dapat berinteraksi dengan lebih intim, dalam artian mereka dapat membicarakan masalah-masalah personal, termasuk masalah hubungan percintaan, atau masalah dalam keluarga. ID setan biasa™ melalui pertemuan dalam forum civitas academica, mendapatkan kenalan anggota lain yang berada dalam satu universitas sehingga memungkinkan dilakukan pertemuan offline dan membangun interaksi yang lebih erat. Hubungan dipererat melalui acara seperti menonton film bersama. Anggota yang lain seperti peneliti dengan ID anaktengah, membangun hubungan dalam forum Movie dan mendapatkan informasi-informasi terbaru dari anggota-anggota lain. Hubungan dengan anggota lain diakui peneliti masih belum erat, karena status pangkatnya yang masih pemula (newbie) sehingga interaksi yang dilakukannya diakuinya masih belum cukup untuk membentuk ikatan yang kuat. 3. Aksesbilitas terhadap sumberdaya bersama dan kebijakan yang mengatur akses. Terdapat norma yang mengatur hubungan anggota terutama batasan-batasan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Setiap anggota memiliki akses dan hak yang sama di dalam Kaskus akan tetapi terdapat beberapa batasan seperti tidak boleh memposting sesuatu yang menyinggung SARA dan atau bersifat provokatif yang dapat menimbulkan perpecahan antar anggota. 4. Pertukaran informasi, dukungan dan layanan. Pertukaran informasi terjadi secara terus menerus di dalam komunitas virtual Kaskus. Pertukaran ini terjadi dalam setiap threads baru yang diposting setiap menit dalam berbagai forum Kaskus. Forum yang paling ramai adalah lounge, dalam forum ini pertukaran informasi terjadi dengan sangat cepat, melalui threads baru dan posting komentar dari anggota lain. Akan tetapi forum lounge juga menjadi forum yang paling rawan dan paling sering mendapatkan “serangan junker”. Junker adalah anggota yang mem-posting hal-hal yang dianggap sampah (junk) karena tidak penting, tidak memiliki arti, atau dianggap dapat merusak ketentraman komunitas. Forum-forum lain lebih teratur dibandingkan lounge karena terdapat beberapa alasan: 1) anggota yang berkumpul di forum lain memiliki keragaman yang lebih kecil dibandingkan forum lounge, karena forum-forum tersebut memiliki pengelompokan berdasar minat yang jelas (seperti musik, film, supranatural, dan sebagainya); 2) anggota forum lain memiliki minat dan kebutuhan yang serupa (contoh forum Movies diisi oleh anggota yang memiliki minat yang sama tentang film, forum Music diisi oleh anggota yang memiliki minat yang sama besar terhadap musik, dan sebagainya); 3) forum lain memiliki jumlah pengunjung yang lebih sedikit dibandingkan forum lounge. Oleh karena itu meskipun pertukaran informasi terjadi paling cepat dalam forum lounge, akan tetapi untuk dukungan dan layanan, forum-forum lain dapat dikatakan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan forum lounge. 5. Konteks bersama tentang ketentuan sosial, bahasa atau protokol. Komunitas Kaskus memiliki beberapa bahasa khas (seperti: cendol, juragan, bata, TKP, dan sebagainya) yang telah dikenali oleh anggota (lihat bagian tentang Pranata di Bab V). Bagi anggota baru, terdapat sebuah forum khusus yang memperkenalkan Kaskus, kebiasaan, bahasa, serta berbagai pertanyaan umum (FAQ) lainnya. Aturan-aturan ini meskipun sebagian merupakan aturan tertulis, akan tetapi sifatnya lebih seperti norma. Penjelasan tentang aturan-aturan ini dijelaskan lebih lanjut dalam Bab V tentang Sistem Norma. 4.3 Bagian-bagian dalam Forum Kaskus Forum Kaskus memiliki empat bagian utama yaitu: Kaskus Corner, Casciscus, Loekeloe dan Regional. Masing-masing bagian tersebut membawahi beberapa bagian yang lain. Kaskus Corner diisi dengan kabar-kabar tentang kegiatan yang diselenggarakan oleh Kaskus ataupun yang melibatkan Kaskuser. Selain itu dalam Kaskus Corner juga terdapat bagian Kaskus Celeb yang menjadi tempat pemberitaan selebritis yang menjadi Kaskuser, juga menjadi tempat beberapa selebritis untuk berinteraksi dengan penggemarnya. Casciscus sebagai tempat untuk berbagi gosip, melakukan curhat (curahan hati) serta mendiskusikan berbagai informasi, mulai dari info-info ringan hingga berita dan politik terbaru. Loekeloe (dibaca Lo ke Lo) yang berarti dari kamu untuk kamu berisi forum-forum informasi, hobi atau minat. Forum ini menyatukan anggota yang memiliki kesamaan dan mereka dapat saling berbagi informasi terkait minat mereka tersebut. Regional merupakan forum tempat berkumpulnya anggota Kaskus yang berasal dari wilayah regional yang sama. Wilayah regional Kaskus tidak hanya mencangkup Indonesia saja melainkan hingga ke negara-negara Australia, Eropa, Amerika juga beberapa negara lain. Jika Kaskuser membutuhkan informasi tentang luar negeri maka dapat menghubungi regional negara yang dituju. Tabel 1. Pembagian Forum pada Komunitas Kaskus KASKUS CORNER Kaskus celeb CASCISCUS Welcome to Kaskus Kaskus Event & Bakti The Lounge Sosial Kaskus Promo Surat Pembaca Cinta Kaskus Berita dan Politik Cinta Indonesiaku Business Board Lelang Amal KaskusPuteri Indonesia Can You Solve This Game? Debate Club Disturbing Picture Education English Girls & Boys’s Corner Heart to Heart Dsb LOEKELOE All About Design AMH REGIONAL Australia Arsitektur Computer Stuff Cooking Mencooking + Restaurant Guide Fitness & health body Gadget & Gizmo Games Indonesia USA Handphone & PDA Ilmu Marketing Health & Medical Lifestyle Dsb Eropa Asia Other Regional 4.4 Pengguna Notable Anggota komunitas Kaskus menjangkau berbagai kalangan, termasuk beberapa selebritis. Menurut wikipedia, beberapa dari mereka adalah: • Exc@libur dan Black Angle. Kaskuser yang sempat dicari karena keterlibatannya menyebarkan rekaman kotak hitam Adam Air Penerbangan 574 di dunia maya. • Saykojigor. Rapper, Saykoji. • AndrieWongso, seorang motivator. • Katon Bagaskara, seorang musisi. • Melly Goeslaw, seorang penyanyi dan komposer lagu. • Budi Anduk, seorang komedian. • Zahir Ali, seorang pembalap nasional Indonesia. • Tarzan, seorang komedian. • Tukul Arwana, seorang komedian. • Roy Suryo, seorang pakar telematika. Saykoji, di antara anggota notable tersebut, dapat mewakili ikon Kaskus. Dalam beberapa kesempatan, Saykoji secara terang-terangan menyebut dirinya sebagai seorang “Kaskuser”. Sebagai contoh saat dia mengikuti kuis “Siapa Lebih Berani” di salah satu stasiun TV swasta, dia mengaku dapat memenangkan hadiah utama karena sering “ngaskus” istilah untuk mengakses situs Kaskus. Saykoji bahkan memiliki thread khusus untuk berkomunikasi dengan penggemarnya di forum “Kaskus Celeb”. Saykoji juga membuat sebuah lagu khusus tentang keseharian seorang kaskuser berjudul “Kaskus Anthem”. Lagu “Kaskus Anthem” tidak dijadikan lagu yang komersial melainkan dapat diunduh secara gratis dan bebas melalui Kaskus. Lirik lagu ini menggambarkan keseharian seorang Kaskuser yang selalu membuka situs Kaskus sebagai sebuah bagian dari rutinitas hariannya. Lirik lagu ini juga menggunakan bahasa-bahasa khas Kaskus seperti pertamax, nubitol, momod, cendol ataupun bata (lirik Kaskus Anthem dapat dilihat dalam lampiran 5). 4.5 Kaskus dan Anti Kaskus Pada tanggal 26 Oktober 2009, sebuah thread membahas tentang situs Anti Kaskus. Situs Anti Kaskus bertujuan untuk mengkritik Kaskus. Hal ini dapat dilihat dari salah satu tulisan yang muncul di halaman pertama situs tersebut: ”This is a blog which all the people and kaskus member must read. I believe, most of you wont like me or will be angry with me. Do you reliaze what you get from kaskus? you are wasting all your valueable time there? What do you think you can get by reading tons of hoax from a bunch of lame people there? Too many useless and pointless article. Open your eyes ! It just makes your moral down !” Beberapa hal yang dikritik situs ini dari Kaskus adalah (1) kebudayaan Kaskus yang dianggap “siapa yang punya massa, dialah yang benar”, (2) kebebasan berbicara di dalam Kaskus, (3) gambar-gambar pertamax yang dianggap menyedihkan dan tidak mendidik, serta (4) informasi dan topik yang seringkali tidak penting dan memojokkan pihak tertentu tanpa bukti yang jelas. Akan tetapi saat peneliti ingin membaca isi situs lebih jauh melalui pranala yang diberikan, ternyata pranala tersebut tidak membuka isi situs yang diinginkan. Gambar 4. Halaman depan Situs Anti Kaskus 4.6 Ciri Khas Kaskus Sebagai sebuah komunitas, Kaskus memiliki beberapa hal yang menjadi ciri khas komunitas. Beberapa ciri khas tersebut adalah Pertamax serta bahasa khas Kaskus. 4.6.1 Pertamax Pertamax merupakan istilah yang digunakan oleh Kaskuser saat mereka berhasil membuat posting balasan pertama kali untuk sebuah thread yang baru dibentuk. Istilah ini merupakan idiom dari kata ‘pertama’ dan ‘kali (x)’ yang mendekatkan pada nama produk bahan bakar non subsidi dari PT. Pertamina Tbk. Pertamax bagi sebagian Kaskuser merupakan sebuah kebanggaan, karena untuk membuat posting Pertamax, seorang Kaskuser harus bersaing dengan banyak ‘pemburu Pertamax’ lain yang rata-rata memiliki koneksi internet yang sangat cepat. Pemburu Pertamax bahkan telah membuat grup bernama Perpakin atau Persatuan Pertamax Indonesia. Perpakin berdiri tanggal 1 November 2008 dan pada ulang tahun pertama mereka, Perpakin mengadakan perlombaan yang berhadiah GRP atau cendol. Akan tetapi tidak semua pemburu pertamax tergabung di dalam Perpakin, beberapa dari mereka membentuk persatuan yang lain, dan beberapa yang lain tidak masuk dalam kelompok apapun. Pada awalnya, para pemburu Pertamax ditentang oleh banyak anggota lain yang disebut sebagai Anti Pertamax. Alasannya karena mereka tidak setuju dengan tingkah usil pemburu pertamax yang terkesan tidak menghargai pembuat thread (Thread Starter/TS). Pemburu Pertamax seringkali dianggap membuat junk, karena demi secepatnya membuat posting, mereka menulis sesuatu yang tidak berarti yang sering disebut mantra Pertamax. Akan tetapi seiring dengan waktu dan banyaknya protes yang muncul, hingga tak jarang para pemburu Pertamax di ’timpuk bata’ atau diberikan BRP, mereka mengganti tradisi menjadi memposting gambar-gambar unik. Saat ini Pertamax tampaknya sudah cukup diterima di dalam komunitas virtual Kaskus meskipun masih terdapat pihak yang menentangnya. Selain gambar unik dari anggota yang berhasil mendapatkan pertamax, beberapa yang lain juga memposting gambar yang menggambarkan kegagalan mereka mendapatkan pertamax. Beberapa anggota yang lain merasa puas dengan berada di halaman pertama thread dan terkadang merekapun memposting gambar yang menggambarkan keberhasilan mereka muncul di halaman pertama. Gambar 5. Pertamax dan Gagal Pertamax 4.6.2 Bahasa Khas Kaskus Kaskus memiliki beragam bahasa khas yang muncul dari interaksi antar anggotanya. Bahasa-bahasa ini menjadi identitas anggota Kaskus, sebagai contoh jika seseorang mengatakan “pertamax” dalam status anda di situs pertemanan facebook, seorang anggota Kaskus lain yang kebetulan membaca status tersebut akan langsung mengenali anda sebagai seorang Kaskuser. Bahasa-bahasa ini meskipun khas Kaskus, tak jarang ditemukan pula di tempat lain, sebagai contoh dalam situs facebook. Hal ini dapat terjadi karena setiap anggota Kaskus seringkali bukan hanya menjadi anggota sebuah komunitas virtual, melainkan beberapa komunitas sekaligus. Anggota Kaskus inilah yang biasa menyebarkan bahasa khas Kaskus ke luar forum. Bahasa khas Kaskus akan dibahas lebih lanjut dalam Bab V tentang Pranata Sosial dalam Kaskus. Seorang anggota Kaskus dengan ID mendo25 (diakses tanggal 6 Oktober 2009) membuat thread yang menceritakan tentang penggunaan bahasa Kaskus di luar forum Kaskus, yaitu dalam situs pertemanan facebook: Gambar 6. Penggunaan Bahasa Kaskus dalam Situs Pertemanan Facebook BAB V PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS 5.1 Personel Identitas dalam komunitas virtual diwakili oleh simbol-simbol virtual yang dapat diciptakan oleh anggota yang bersangkutan. Identitas virtual dalam komunitas Kaskus mencakup nama, gambar (avatar), pangkat serta reputasi. Identitas virtual dapat dibelokkan dari identitas anggota dalam dunia fisik namun dapat juga disesuaikan dengan identitas anggota dalam dunia offline. Kebebasan menciptakan ikon-ikon dan membuat identitas sesuai keinginan anggota ini disebut oleh Rheingold (1993) sebagai pseudonym. 5.1.1 Data Personel secara Offline Data personel anggota Kaskus secara offline sebagian besar merupakan rahasia. Beberapa pengecualian adalah anggota-anggota yang telah melakukan pertemuan offline. Pertemuan secara offline atau melakukan tatap muka secara langsung dapat dilakukan antar anggota yang tergabung dalam forum regional atau dalam civitas academica, yang memiliki kedekatan secara geografis. Beberapa kali muncul thread yang menanyakan jenis kelamin, usia atau lokasi anggota Kaskus, akan tetapi data dari thread seperti itu memiliki setidaknya dua kelemahan. Kelemahan pertama, tidak semua anggota bersedia menunjukkan identitas personal mereka. Kelemahan kedua, data identitas offline dalam komunitas virtual sulit untuk dijamin kebenarannya. Oleh karena itu, dalam komunitas Kaskus, data-data identitas online lebih penting dibandingkan identitas secara offline. Pemilik ID setan biasa™ tidak bersedia memberikan nama aslinya saat dilakukan wawancara online melalui chatting, akan tetapi pemilik ID mengaku sering mengikuti gathering atau pertemuan offline dengan sesama anggota Kaskus yang aktif dalam forum civitas academica Universitas Indonesia. Setiap anggota komunitas virtual memiliki kebebasan dan kemampuan untuk menyembunyikan data diri mereka. Hal inilah yang seringkali dianggap sebagai kelemahan sekaligus kelebihan komunitas virtual dibandingkan komunitas fisik. 5.1.2 Data Personel secara Online Data personel secara online menjadi data yang lebih umum digunakan dalam membangun pranata dan modal sosial. Data personel online ini mencakup dua karakteristik penting yaitu reputasi dan pangkat. 5.1.2.1 Pangkat Pangkat anggota komunitas Kaskus ditentukan oleh jumlah posting yang telah dikirimkan. Hierarkinya telah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 2. Tingkatan hierarki ini menentukan tingkat senioritas seorang anggota komunitas virtual Kaskus dan sekaligus menentukan hak bagi anggota. Anggota senior memiliki hak yang lebih banyak dibandingkan anggota lain yang lebih junior. Anggota Kaskus yang telah memiliki jumlah posting sebanyak 2000, memiliki hak untuk memberikan GRP kepada anggota komunitas lainnya. Tingkatan dimana anggota dapat mulai memberikan GRP kepada anggota lain ini disebut tingkatan ISO 2000. Tingkatan hierarki ini memiliki beberapa fungsi diantaranya memastikan bahwa anggota yang junior tidak memiliki kemampuan untuk memberikan BRP dan GRP. Hal ini dianggap penting karena anggota junior seringkali kurang mengerti aturan dan norma di dalam Kaskus. Mereka kerapkali melakukan kesalahan-kesalahan seperti salah memilih forum untuk menempatkan thread. Tabel 2. Hierarki Pangkat Anggota Kaskus Berdasarkan Jumlah Posting (2009) Jumlah Posting Pangkat 0 sampai 99 newbie 100 sampai 499 kaskusser 500 sampai 749 aktivis kaskus 750 sampai 999 kaskus holic 1000 sampai 3999 kaskus addict 4000 sampai 9999 kaskus maniac 10000 sampai 24999 kaskus geek 25000 sampai 49999 kaskus freak Lebih dari 50000 made in kaskus Sebagai contoh, thread “cerita seram” di forum lounge, padahal Kaskus sudah memberikan tempat khusus forum spiritual. Forum lounge paling sering menerima thread salah sasaran, karena forum ini paling banyak dikunjungi, sehingga umpan balik lebih cepat muncul dibandingkan dengan forum-forum yang lain. Oleh karena anggota junior kebanyakan masih belum benar-benar memahami aturan, tingkatan hierarki ini dirasa cukup adil demi ketentraman bersama komunitas Kaskus. Tingkatan hierarki ini juga membuat hubungan dalam komunitas virtual Kaskus menjadi lebih hidup. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keberadaan tingkatan hierarki menyebabkan anggota memiliki tujuan untuk mendapatkan pangkat yang lebih tinggi dengan cara rajin membuat posting thread atau komentar. Tindakan anggota ini menyebabkan komunitas Kaskus menjadi dinamis karena terjadi interaksi antar anggota secara rutin dan dinamis. 5.1.2.2 Reputasi Reputasi menjadi data personel yang sangat penting dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan dalam komunitas virtual Kaskus. Reputasi digambarkan sebagai kotak berwarna hijau, abu-abu dan merah dalam kotak identitas seorang anggota. Warna hijau biasa disebut cendol, merupakan gambaran dari Good Reputation Point (GRP) yang bernilai positif bagi anggota komunitas. Warna abu-abu menggambarkan kekosongan reputasi atau dengan kata lain anggota tersebut belum memiliki reputasi. Warna merah biasa disebut bata, menggambarkan Bad Reputation Point (BRP) yang bernilai negatif bagi anggota komunitas. Reputasi memiliki mekanisme yang cukup rumit yang dijelaskan dalam sistem norma. 5.2 Sistem Norma 5.2.1 Konfrontasi Konfrontasi dapat terjadi di dalam komunitas Kaskus. Konfrontasi ini biasa dipicu oleh anggota yang memberikan posting atau thread dengan kata-kata yang kasar atau bermuatan SARA (Suku, Agama, Ras dan budaya). SARA menjadi masalah yang sangat sensitif di dalam Kaskus karena setiap posting pelecehan SARA yang muncul di Kaskus selalu menimbulkan reaksi yang cepat dan keras. Reaksi ini dapat dilihat pada kasus pemilik ID Rabbitch yang membuat thread yang melecehkan Nabi Muhammad sehingga membuat gerah anggota Kaskus yang lain terutama Kaskuser pemeluk agama Islam. Reaksi yang muncul adalah makian, pelemparan bata, dan munculnya thread-thread balasan yang meminta agar pemilik ID di-banned. Semua reaksi tersebut muncul hanya dalam hitungan menit. Selain itu konfrontasi ringan juga dapat dipicu oleh anggota baru (newbie) yang kurang paham peraturan dan membuat thread di dalam forum yang salah, sebagai contoh membuat thread tentang olah raga di forum lounge. Penyebab konfrontasi ringan yang lain dapat dipicu oleh perkataan yang merendahkan dan bernada mengejek. Salah satu kasus konfrontasi dalam Kaskus yang paling terkenal adalah kasus konfrontasi yang terjadi antara ID S4ViTr1 dengan ID Sersan Surip. Konfrontasi ini bahkan pernah dibuat thread oleh anggota Kaskus yang lain (ID TraktoR6666) agar dapat dibaca kembali oleh lebih banyak orang. Konfrontasi ini memperjuangkan perbedaan pendapat antara ID S4ViTr1 dengan ID Sersan Surip terkait kasus IPDN yang terjadi pada tahun 2008 (lihat Lampiran 6). 5.2.2 Sistem Norma Komunitas Kaskus Terdapat beragam aturan di dalam komunitas Kaskus, baik yang tertulis ataupun tidak. Aturan-aturan khusus diberlakukan untuk setiap forum, tetapi terdapat aturan-aturan lain yang bersifat umum dan wajib ditaati. Aturan-aturan umum tersebut diantaranya: (1) harus sopan dalam menulis posting ataupun thread; (2) tidak boleh bermuatan SARA, terutama jika bertujuan untuk menghina; (3) tidak boleh membuat posting atau thread yang tidak ada artinya (junk); (4) tidak boleh melakukan provokasi; (5) dalam membuat threads harus disertai sumber dan atau gambar; (6) tidak boleh mengulang informasi (repost). Aturan-aturan umum ini diawasi oleh semua warga Kaskus, bukan hanya sekedar tanggung jawab administrator dan moderator. Pemberian hukuman selain dapat dilakukan oleh administrator dan moderator, juga dapat dilakukan oleh anggota yang telah mencapai ISO 2000. Seorang anggota Kaskus yang telah mencapai ISO, memiliki hak untuk memberikan Bad Reputation Point (BRP) atau “bata” sebagai hukuman. ISO terkait erat dengan sistem reputasi yang akan dijelaskan sebagai berikut: 5.2.2.1 Sistem reputasi Sistem reputasi merupakan sebuah sistem di dalam komunitas virtual Kaskus, yang muncul dalam profil anggota sebagai kotak hijau, abu-abu atau merah. Kotak hijau atau GRP (biasa disebut cendol) memperlihatkan reputasi yang baik, kotak abu-abu berarti belum punya reputasi dan kotak merah atau BRP (biasa disebut bata) menunjukkan reputasi yang buruk. Semakin banyak jumlah cendol, semakin baik pula reputasi orang tersebut, sebaliknya semakin banyak jumlah bata, maka reputasi orang tersebut semakin buruk. Gambar 7. Gambar Profil Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pemilik ID anaktengah belum memiliki reputasi karena kotak reputasi masih berwarna abu-abu. Kotak tersebut akan berubah warna menjadi hijau jika pemilik ID memiliki reputasi yang baik dan berwarna merah jika reputasinya buruk. Selain itu, kotak tersebut juga dapat bertambah jumlahnya tergantung berapa banyak reputasi yang dimiliki oleh pemilik ID. 5.2.2.2 Aturan-Aturan Terkait Sistem Reputasi Pemberian reputasi memiliki aturan yang cukup kompleks. Aturan ini membatasi seseorang memberikan reputasi kepada orang lain yang tidak kompeten menerimanya. Beberapa aturan tersebut adalah sebagai berikut: 1. ISO 2000. Hanya anggota yang postingannya diatas 2000 post atau telah mencapai ISO 2000 yang dapat memberikan good atau bad reputation point berwarna merah atau hijau. Anggota yang belum ISO tidak dapat memberikan GRP maupun BRP, kotak pemberiannya hanya akan berwarna abu-abu atau tidak dihitung. Jumlah minimal 2000 posting ini dapat menyeleksi anggotaanggota yang layak dan loyal kepada Kaskus untuk memberikan reputasi. Hal ini dikarenakan setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dapat mengurangi jumlah total postingan, sehingga akan makin sulit bagi anggota tersebut untuk memperoleh status ISO, sementara pelanggaran yang berat dapat membuat ID tersebut di-banned sebelum mendapatkan status ISO. 2. Status reputasi. Nilai reputation point akan berpengaruh terhadap status reputation point itu sendiri (dapat diketahui dari roll over mouse ke kotak hijau atau abu-abu atau merah). Satu balok melambangkan 1-100 reputasi (baik bata ataupun cendol), dua balok melambangkan 101-200 dan seterusnya. 3. Pemotongan jumlah posting. Anggota yang dianggap melakukan pelanggaran seperti mem-posting sesuatu yang bermuatan SARA, membuat junk, dan pelanggaran-pelanggaran lain dapat dikenai hukuman pemotongan jumlah posting. Hal ini akan memperjauh jumlah posting mereka untuk mencapai ISO. 4. Jumlah BRP. Anggota yang banyak memperoleh bata hingga lebih dari dua kotak (>200 BRP), ID-nya akan di-banned oleh Administrator Kaskus. Aturan ini belum dapat dilakukan secara optimal, beberapa ID yang memiliki deretan bata masih tetap bertahan di Kaskus. Pengecualian ini dilakukan karena keterbatasan manajemen Kaskus untuk mengurus banyak anggota serta adanya beberapa ID yang sengaja mengumpulkan bata tanpa melakukan tindakan-tindakan pelanggaran. 5. BRP dan GRP. Penghitungan nilai BRP dan GRP saling menutupi satu sama lain. Oleh karena itu jika seseorang memiliki satu GRP, kemudian mendapatkan satu BRP, maka reputasinya akan kembali menjadi nol, karena nilai GRP yang didapatnya dikurangi oleh nilai BRP, sehingga menjadi nol. 6. Banned. Banned secara langsung dapat dilakukan oleh administrator jika anggota dianggap melakukan pelanggaran berat yang berpotensi merusak ketentraman Kaskus. Hukuman banned dapat disetarakan dengan hukuman pengusiran di dalam dunia nyata, karena ID yang di-banned secara otomatis tidak dapat masuk ke dalam komunitas Kaskus. 5.2.2.3 Hak Anggota ISO 2000 Anggota yang telah mencapai ISO memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki oleh anggota yang masih tergolong newbie. Oleh karena itu status ISO ini dianggap istimewa dan menjadi impian banyak Kaskuser. Anggota senior yang telah mencapai ISO 2000 dapat memberikan GRP ataupun BRP yang menjadi inti dari sistem reputasi, kepada anggota yang lain. Terdapat beragam alasan seseorang memberikan GRP atau cendol kepada anggota yang lain, beberapa diantaranya: (1) anggota membuat sebuah thread yang bagus sehingga dianggap layak untuk diberikan cendol, (2) anggota memberikan pelayanan yang bagus saat menjual barang di Forum Jual Beli, sehingga pembeli merasa perlu memberikan cendol untuk menghargai pelayanan tersebut, (3) beberapa anggota Kaskus menjual barang di FJB dengan memberikan bonus cendol bagi pembeli, (4) melalui taruhan hasil pertandingan sepakbola di forum olah raga, (5) bertukar cendol dengan anggota lain. Cara kelima atau bertukar cendol dengan anggota lain, menjadi cara yang dianggap curang. Akan tetapi cara ini pun sudah dibatasi oleh sistem Kaskus yang tidak memungkinkan seseorang memberikan cendol kepada ID yang sama dua kali berturut-turut kecuali dia telah memberikan cendolnya kepada 20 orang yang lain terlebih dahulu. Disisi lain, anggota yang telah mencapai ISO dapat pula memberikan BRP atau bata kepada anggota lain. Beberapa alasan yang dapat menjadi pemicu yaitu: (1) anggota dianggap membuat thread yang buruk, baik dari segi tema yang repost, dianggap menyebarkan berita hoax, bahasa yang kasar dan sebagainya; (2) anggota membuat posting yang buruk, seperti bermuatan SARA, provokatif atau memposting sampah (junk). 5.2.3 Sanksi Terdapat tingkatan norma yang masing-masing memiliki sanksi yang berbeda. semakin besar kesalahan yang dilakukan dan semakin tinggi tingkatan norma yang dilanggar, sanksi yang diterima akan semakin berat. Sanksi dalam komunitas virtual Kaskus setidaknya ada tiga macam dan bertingkat. Hukuman paling ringan berupa pencelaan melalui posting komentar. Hukuman ini dijatuhkan oleh semua anggota lain. Hukuman kedua adalah pemberian BRP (Bad Reputation Point) atau bata. Hukuman ini dapat dijatuhkan oleh anggota yang sudah mencapai tingkatan ISO. Bata atau BRP dapat dikatakan sebagai hukuman karena BRP merupakan lambang reputasi yang buruk. Hukuman bata ditunjukkan dengan reputasi poin yang berwarna merah. Hukuman paling berat adalah hukuman banned. Hukuman ini membuat ID anggota yang bersangkutan tidak dapat beraktivitas di dalam komunitas virtual. Anggota yang dihukum banned tidak dapat membuat posting apapun ke dalam komunitas. Hukuman banned dapat dilakukan untuk jangka waktu tertentu atau selamanya, yang ditentukan oleh pelanggaran yang telah dilakukan oleh pemilik ID tersebut. Hukuman banned hanya dapat dilakukan oleh administrator Kaskus, namun anggota lain dapat melaporkan ID yang dianggap melanggar kepada pihak admin. Banyak cara untuk melakukan pelaporan, yaitu (1) dengan memilih lambang tanda seru di profil pembuat masalah untuk melaporkan kepada moderator; (2) dengan memilih lambang ‘lapor hansip’ di profil pembuat masalah untuk melaporkan kepada moderator; (3) dengan melapor pada thread yang sudah disediakan khusus untuk pelaporan; (4) dengan membuat threads yang meminta perhatian moderator yang berisi keluhan atau pelaporan (cara ini ilegal tapi beberapa kali ditemukan peneliti digunakan sebagai cara pelaporan). Gambar dibawah menunjukkan salah satu cara pelaporan yang dapat dilakukan anggota Kaskus: Gambar 8. Tempat Melaporkan ID secara Langsung Aturan-aturan umum dalam komunitas virtual tersebut lebih mirip sebuah norma dibandingkan aturan resmi karena dalam pelaksanaanya lebih menekankan pada jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang sesungguhnya (Tuomela dikutip Hodgson 2006). Pengertian norma sendiri oleh Tuomela (Hodgson 2006) dijelaskan sebagai suatu aturan perilaku (behavioral regularities) yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi. Pengamatan peneliti terhadap komunitas Kaskus melihat bahwa kesadaran anggota untuk ikut serta menegakkan aturan (melaporkan, mencela atau mengirim bata) merupakan bentuk kepedulian mereka untuk membuat komunitas Kaskus menjadi sebuah tempat yang nyaman bagi mereka bersama. Tujuan mereka bersama yang mendorong untuk ikut berperan aktif menjaga ketentraman komunitas. Sementara itu terkait ekspektasi, terdapat semacam ekspektasi batasan tentang jenis pelanggaran dan hukuman yang layak diberikan atas pelanggaran tersebut. Anggota tidak akan serta merta meminta administrator mem-banned anggota yang berbicara kasar, mereka hanya akan membalasnya atau memberikan BRP. Anggota yang dianggap layak banned (dilihat dari permintaan banned yang muncul) seringkali adalah anggota yang dianggap provokatif dan berbau SARA, karena berpotensi merusak kerukunan dalam komunitas Kaskus. 5.2.2.1 Keterbatasan Hukuman dalam Komunitas Virtual Hukuman dalam komunitas virtual memiliki kelemahan besar yang tidak dapat dihindari. Komunitas virtual, dimana para anggotanya bergabung dengan nama dan lokasi yang tidak nyata (virtual) tidak dapat melakukan penegakan hukuman secara mutlak. Hukuman yang dilakukan hanya berlaku bagi ID anggota yang bersangkutan, tetapi tidak mampu menjangkau secara fisik, seseorang yang berada di balik ID tersebut. Sebagai gambaran, seseorang bernama X memiliki ID A yang melakukan kesalahan dalam komunitas Kaskus. Hukuman banned dijatuhkan kepada ID A sehingga ID tersebut tidak dapat masuk ke dalam jaringan komunitas Kaskus. Akan tetapi hukuman tidak dapat menjangkau X, sehingga X dapat kembali masuk ke dalam komunitas Kaskus dengan ID B, sebagai ID baru yang bersih. X ID A ID A tidak dapat masuk ke dalam komunitas Kaskus BANNED KOMUNITAS KASKUS ID B X membuat ID baru Gambar 9. Bagan Gambaran Kelemahan Hukuman Virtual Kejadian seperti ini tak jarang terjadi dalam komunitas Kaskus. Beberapa anggota yang di-banned tak jarang kembali dengan ID yang lain. Terkadang mereka hanya ingin memprotes hukuman banned yang mereka terima, namun tak jarang pula mereka kembali melakukan kerusuhan serupa. Kejadian seperti ini dapat digambarkan dengan salah satu legenda Kaskus, ID AppleBreadKe-4. Seorang anggota Kaskus dengan ID Deperruku (diakses tanggal 17 Oktober 2009) mengungkapkan kisah pemilik ID AppleBread. AppleBread awalnya membuat sebuah ID yang gemar melakukan aksi junk, yaitu membuat thread dan posting tanpa arti. Kejadian ini terjadi berulang kali hingga penghuni lain gerah dan meminta admin untuk melakukan ban terhadap ID. ID AppleBread kemudian di banned, akan tetapi tak lama kemudian muncul ID AppleBreadKe-2. ID ini kembali melakukan kerusuhan yang serupa dengan pendahulunya. Kejadian ini terulang hingga muncul ID AppleBreadKe-4 yang akhirnya meminta maaf kepada seluruh penghuni Kaskus (Lampiran 7). Kesamaan orang yang sama dibelakang ID AppleBread memang tidak dapat dipastikan, akan tetapi ini bisa menjadi gambaran bagaimana hukuman virtual tidak dapat berlaku mutlak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parson (Brown 2002) bahwa sebuah komunitas tidak akan melakukan penegakan kewajiban (jurisdiction) jika mereka tidak menempati sebuah ruang tertentu. Hubungan antara ruang dengan komunitas sebagaimana dikutip Brown (2002), adalah bahwa hak hukum (jurisdiction) merujuk pada kewajiban (obligation). Kewajiban menyebabkan penegakan (reinforcement). Penegakan diikuti dengan sanksi. Sanksi untuk menyebabkan pengaruh, harus mencapai obyek. Obyek untuk dapat dicapai harus memiliki lokasi ruang (space). Semua dimulai dengan hak hukum dan berakhir dengan ruang. 5.2.2.2 Penyimpangan Ekspektasi Kelemahan penegakan sanksi dalam komunitas virtual menyebabkan komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota terhadap sanksi itu sendiri. Seberapa besar anggota menganggap cendol berharga dan seberapa besar pula mereka menganggap bata sebagai aib sangat penting bagi kelangsungan komunitas virtual. Saat anggota tidak lagi mengakui bata dan cendol sebagai sanksi dan penghargaan, hal tersebut dapat memicu keruntuhan komunitas virtual. Saat penelitian berlangsung, telah teramati terjadinya “penyimpangan” yang ditunjukkan perilaku beberapa anggota komunitas yang membuat thread bagus untuk mengumpulkan BRP atau bata. Hal ini bisa jadi merupakan pertanda telah terjadi penyimpangan ekspektasi anggota Kaskus terhadap makna cendol dan bata. Pemilik ID setan biasa™ adalah salah satu contoh pengumpul bata. Pemilik ID ini mengaku mengumpulkan bata karena beberapa alasan yang diakuinya dalam wawancara online: setan_biasa: 1. ane ga mau orang ngliat hanya dari sisi luarnya aja (karena bata identik dengan perusuh ato negatif) setan_biasa: 2. cari hal yg baru dan beda aja (soalnya sudah terlalu sering oran ngumpulin cendol) setan_biasa: 3. ane pengen ngejar post 50000 dengan ID bata merah (karena sampai saat ini belom ada sepertinya, walaupun ID bata merah riskan di banned, karena meman di larang) Uniknya pemilik ID setan biasa™ mendapatkan bata bukan hasil dari ngejunk atau membuat posting sampah melainkan dari beberapa sumber seperti minta pada teman atau membuat thread yang bagus. Selain itu ID setan biasa™ juga mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap sistem reputasi yang ditunjukkan oleh cendol dan bata. Menurut ID setan biasa™, cendol tidak dapat lagi mewakili prestasi karena semakin banyak anggota yang mendapatkan cendol dari cara-cara ilegal seperti barter atau arisan. setan_biasa: karena fungsinya udah ga terlalu signifikan setan_biasa: lagian seharusnya cendol dikasih karena apresiasi setan_biasa: namun kenyataannya cenderung beda setan_biasa: cendol dikumpulkan dari hasil barter setan_biasa: ataupun ikut arisan setan_biasa: makanya banyak orang buat klonengan banyak dan ngeja ISO Selain itu, bata juga dianggap tidak efektif sebagai hukuman bagi perusuh. Hukuman yang dianggap masih cukup efektif hanyalah banned, namun itupun memiliki kelemahan, sehingga pemilik ID dapat membuat ID baru yang bersih. Keterbatasan penegakan sanksi menyebabkan norma dalam komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota, yaitu seberapa besar anggota komunitas menghormati aturan dan berusaha mematuhinya. Oleh karena itu, terjadinya perubahan ekspektasi anggota terhadap kekuatan sanksi berpotensi menghancurkan norma dan komunitas virtual. Akan tetapi hal ini dapat pula dipengaruhi perasaan sebagai komunitas (sense of community) anggota komunitas virtual. Jika anggota merasa membutuhkan keberadaan komunitas virtual, anggota akan berusaha mempertahankan komunitas. Penelitian ini hanya melihat modal sosial dan pranata, sehingga komponen SOC tidak akan dibahas lebih lanjut. 5.3 Peralatan Fisik Alat komunikasi menjadi alat paling penting dalam membentuk komunitas virtual, karena di dalam alat komunikasi itulah mereka berkumpul sebagai komunitas. Hal ini dijelaskan oleh Rheingold (London 1997) dengan definisi komunitas virtual yang didefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu yang dihubungkan bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer. Dengan kata lain, tanpa jaringan komputer, komunitas virtual tidak akan pernah ada. Akan tetapi selain jaringan komputer atau internet, komunitas virtual juga didukung oleh alat-alat komunikasi lainnya. Sebuah layanan baru dari Kaskus mempermudah anggota untuk saling berhubungan tidak hanya melalui dunia maya internet, melainkan juga melalui telepon seluler. Layanan yang diberi nama Kaskus SMS PM ini memungkinkan anggota untuk menghubungi anggota lain melalui layanan SMS (Short Message Service). Layanan ini dapat digunakan untuk mendapatkan balasan yang cepat dari anggota lain. 5.4 Kelakuan Berpola Anggota komunitas Kaskus, tak berbeda dengan anggota komunitas nyata, mereka butuh untuk melakukan kegiatan bersama. Kegiatan yang paling penting adalah membangun komunikasi sebagai jalan untuk mengembangkan ikatan sosial. Komunikasi utama anggota komunitas Kaskus terjadi secara online, akan tetapi merekapun terkadang melakukan komunikasi offline melalui gathering di wilayah regional masing-masing. 5.4.1 Pertemuan Online Kaskus sebagai sebuah komunitas virtual menggunakan pertemuan online sebagai cara utama untuk berkomunikasi antar anggota. Setiap anggota berkumpul di dalam forum-forum Kaskus melakukan percakapan jarak jauh dan membentuk sebuah hubungan sosial. Setiap anggota Kaskus akan memposting komentarkomentar, dukungan ataupun sanggahan sebagai tanggapan terhadap sebuah posting. Mengirimkan posting menjadi sebuah kelakuan berpola bagi seorang anggota Kaskus. Mengirimkan posting juga berarti melakukan komunikasi dengan anggotaanggota Kaskus. Mengirimkan posting dalam dunia maya seolah melakukan percakapan dengan sekumpulan anggota-anggota komunitas. Setiap anggota memiliki pendapat sendiri yang bahkan meskipun hanya berwujud tulisan, dapat menyalurkan emosi kepada pembacanya. Hal ini dirasakan pula oleh peneliti. Selama meneliti, peneliti beberapa kali menemukan thread yang berisi provokasi dan adu domba. Beberapa thread menyinggung agama, dan yang lain menyinggung Ras. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa rasa kebersamaan di dalam komunitas Kaskus tetap terjaga. Meskipun beberapa anggota dengan cepat terprovokasi, tetapi lebih banyak anggota lain yang mampu menanggapi dengan kepala dingin. Serangan-serangan dari luar seperti itu justru memiliki potensi untuk mengeratkan hubungan komunitas Kaskus. Pada penelitian bulan Oktober, peneliti banyak menemukan thread yang ‘berasal’ dari oknum Malaysia yang muncul di forum lounge. Forum Lounge memiliki pergerakan thread dan posting yang paling cepat dan pengunjung yang paling banyak dibandingkan forum lain, bisa jadi itu alasan forum ini banyak diincar oleh pihak-pihak perusuh dan provokator. Kebenaran asal-usulnya provokator dunia maya tentu sulit di buktikan, akan tetapi mereka berbicara atas nama Malaysia dan mengeluarkan thread yang merendahkan Indonesia. Menghadapi perusuh dari pihak luar, semua anggota Kaskus bersatu layaknya sebuah komunitas yang menghalau pengacau dari luar. Anggota Kaskus juga dapat saling mendukung atau memberi nasehat kepada anggota lainnya. Hal ini sering terjadi di forum “GIRLS&BOYS’s CORNER”. Forum ini menjadi tempat bagi anggota Kaskus yang ingin membicarakan masalah hubungan perempuan dengan laki-laki. Seorang anggota dapat bertanya cara untuk mendapatkan maaf dari kekasihnya di forum ini. posting balasan biasanya bersifat mendukung pembuat thread atau TS (Thread Starter). 5.4.2 Pertemuan Offline Pertemuan offline biasa dilakukan oleh anggota regional komunitas. Pertemuan ini lebih terasa jika dilakukan oleh anggota regional komunitas di luar negeri, karena mereka berkumpul sebagai anggota dua komunitas: komunitas virtual Kaskus serta komunitas karena kesamaan asal. Pertemuan offline dianggap sebagai hal yang patut diberitakan kepada anggota komunitas, sehingga thread yang membahas pertemuan regional kerap menjadi hot threads. Akan tetapi pertemuan rutin anggota kadangkala dijadikan pertemuan rutin yang tidak diekspose. Contoh pertemuan yang cukup rutin dilakukan adalah pertemuan oleh anggota Forum Civitas Academica Universitas Indonesia. Pertemuan offline mereka diisi dengan berbagai kegiatan mulai dari nonton hingga pertandingan olahraga. 5.4.3 Bahasa Khas Percakapan di dalam Kaskus, baik berupa thread, posting dan sebagainya seringkali menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lisan sehari-hari. Bahasa cetak yang digunakan di dalam Kaskus selain merupakan standar bahasa cetak atau chatting yang sudah umum digunakan di dunia cyber seperti LOL (Laugh Out Loud) atau “tertawa keras” untuk mengomentari sesuatu yang lucu dan IMO (In My Opinion) atau “menurut pendapat saya” untuk mengungkapkan pendapat pribadi, juga memiliki beragam bahasa lain yang memang asli muncul dari percakapan anggota komunitas Kaskus. Bahasa-bahasa ini selain mempermudah komunikasi juga berfungsi sebagai identitas atau ciri khas anggota komunitas. Bahasa Kaskus yang umum digunakan dalam percakapan Kaskus adalah: Tabel 3. Bahasa Khas Kaskus dan Pengertiannya No 1. Bahasa Khas Kaskus Pertamax 2. Maho 3. 4. Juragan/agan ISO 2000 5. GRP/cendol 6. BRP/bata 7. Newbie/nubi 8. BB 17 9. Thread/Trit 10. 11. TS TKP 12. Kulkas 13. 14. 15. Momod Mimin HOAX 16. 17. IGO Repost 18. 19. 20. Dejavu Prikitiw Sedot Pengertian Idiom dari kata Pertama dan x (kali) yang digabung menjadi satu sehingga mendekatkan pada produk bahan bakar non subsidi dari PT. Pertamina Tbk yaitu PERTAMAX, yang artinya memposting balasan dari sebuah Thread yang baru dibentuk atau Thread Starter (TS). Kependekan dari "manusia homo." Kata yang digunakan untuk mencela. Emoticon maho: Merupakan kata sapaan untuk sesama Kaskuser. Anggota Kaskus yang telah memberikan 2000 post, pada tingkatan ini anggota dapat memberikan GRP ataupun BRP kepada anggota yang lain. Merupakan singkatan dari Good Reputation Point. Disebut juga sebagai cendol karena akan muncul dalam tanda kotak kecil berwarna hijau. Merupakan singkatan dari Bad Reputation Point. Disebut juga sebagai bata karena akan muncul dalam tanda kotak kecil berwarna merah. Merupakan anggota baru yang memiliki jumlah posting <100 Kependekan dari buka-bukaan 17 tahun. Awalnya mengacu pada subforum khusus dewasa di Kaskus. Akan tetapi saat ini lebih mengacu pada semua thread atau materi yang mengandung unsur pornografi. Halaman berisi satu topik tertentu yang dibuat oleh Kaskuser. Orang yang membuat thread Singkatan dari Tempat Kejadian Perkara yang digunakan untuk menggantikan istilah pranala/link. Kata lain dari control panel, tempat untuk melihat jumlah BRP ataupun GRP yang telah diterima. Bahasa slang untuk menyebut moderator. Bahasa slang untuk menyebut administrator. Materi atau thread yang tidak memiliki sumber/bukti dan dianggap sebagai kebohongan. Kependekan dari Indonesian Girl Only. Jika TS mengangkat tema yang sudah pernah dibahas sebelumnya, seringkali disebut juga sebagai repsol. Merupakan istilah lain untuk repost. preview, pratinjau Istilah lain untuk download atau unduh BAB VI MODAL SOSIAL 6.1 Kepercayaan Tingkat kepercayaan seorang anggota Kaskus terhadap anggota yang lain terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan identitas menjadi hal yang sangat umum dalam komunitas virtual, termasuk komunitas Kaskus. Oleh karena itu, mekanisme sistem reputasi (sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Bab V tentang Pranata bagian Norma) yang mengatur pemberian GRP dan BRP menjadi sangat penting dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan antar anggota. GRP atau cendol menjadi gambaran bahwa anggota yang bersangkutan dipercaya oleh orang lain. Di lain pihak, BRP atau bata menjadi tanda untuk berhati-hati dan tidak cepat percaya pada ID yang memilikinya. Dengan melihat kepemilikan GRP dan BRP, seseorang dapat mengesampingkan identitas fisik seseorang dan memilih untuk percaya atau tidak percaya pada orang tersebut. Selain itu faktor kedua adalah jaringan informasi. Kepercayaan terhadap suatu informasi ataupun identitas seseorang akan lebih dipercaya jika didukung oleh banyak anggota yang lain. 6.1.1 Kepercayaan dalam FJB Contoh yang terjadi adalah kepercayaan yang tumbuh di dalam forum Forum Jual Beli (FJB). Kepercayaan mutlak dibutuhkan di dalam forum ini, dimana seseorang akan melakukan transaksi dengan seseorang yang tidak diketahui identitasnya secara fisik. Dalam proses menumbuhkan kepercayaan inilah sistem reputasi berperan sangat penting, karena dengan sistem ini kita dapat memperoleh data yang memungkinkan kita mempercayai seseorang yang bahkan tanpa nama. Seperti yang diakui oleh Rifki, salah seorang Kaskuser yang telah beberapa kali melakukan transaksi melalui FJB. Rifki memilih untuk membeli dari anggota yang memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : (1) Tanggal bergabung (join date). Semakin lama dia bergabung dengan komunitas Kaskus (lebih lama dari tahun 2000), dia akan semakin dipercaya; (2) Jumlah GRP (Good Reputation Points/cendol). Karena GRP dapat pula diberikan oleh pembeli yang merasa puas terhadap penjual tersebut; (3) Testimonial dari pembeli. Thread jual beli memungkinkan anggota lain memberikan testimonial kepada penjual, baik yang menunjukkan kepuasan atau kekecewaan. Testimonial ini akan menjadi informasi penting untuk membangun kepercayaan. Testimonial ini merupakan hasil dari jaringan informasi yang disediakan dalam komunitas virtual. Testimonial saat ini menempati posisi yang lebih penting setelah terjadinya penyimpangan reputasi seperti kemunculan para pengumpul bata dan kegiatan ilegal pertukaran cendol. Gambar 10. Tips Berjualan Aman di Forum Jual Beli Hasilnya, selama melakukan transaksi jual beli melalui FJB, Rifki mengaku selalu puas. Hal ini diakui pula oleh Kaskuser yang lain, seperti yang saya temukan di dalam sebuah thread di forum lounge yang membahas tentang keamanan transaksi melalui FJB. Melalui thread tersebut tampak bahwa kepercayaan di dalam komunitas virtual dimulai dengan data-data. Dan sumber dari data-data tersebut adalah sistem reputasi serta pertukaran informasi antar anggota. Hal ini sesuai dengan pernyataan London yang menyatakan bahwa informasi adalah mata uang bagi komunitas virtual, seperti banyak budaya pasar (marketplace cultures) lainnya. Meskipun oleh London informasi lebih ditekankan manfaatnya untuk debat publik dan deliberation. 6.1.2 Kepercayaan terhadap Threads (Informasi) Informasi di dalam komunitas Kaskus muncul dalam bentuk artikel yang disebut sebagai thread. Beragam thread dengan berbagai tema muncul dan bertambah dengan cepat. Thread ini selanjutnya akan mendapat respon dari anggota yang lain berupa posting komentar. Akan tetapi, tidak semua informasi yang masuk ke dalam komunitas Kaskus merupakan informasi yang benar. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme untuk membangun kepercayaan dan mencegah informasi palsu yang masuk ke dalam situs Kaskus, lalu seandainya informasi palsu terlanjur masuk, Kaskus harus memiliki mekanisme untuk membongkar kepalsuan informasi tersebut. Mekanisme ini sangat penting karena sekali lagi, kerahasiaan identitas anggota komunitas virtual yang memungkinkan berbagai penipuan yang “aman”. Dan jika terjadi penipuan informasi yang terlanjur dipercaya oleh banyak anggota, maka tingkat kepercayaan terhadap komunitas dapat turun dengan cepat. Turunnya tingkat kepercayaan anggota berpotensi menurunkan komitmen anggota terhadap komunitas dan pada akhirnya menjadi sebuah ancaman bagi eksistensi komunitas Kaskus sendiri. 6.1.2.1 Aturan dalam Menulis Threads Pembentukan kepercayaan terhadap informasi didukung oleh aturan-aturan menulis threads dalam komunitas Kaskus. Norma paling utama adalah yang meminta agar mencantumkan sumber dan atau gambar dalam membuat threads informasi. Norma ini harus dipatuhi jika penulis thread ingin mendapatkan kepercayaan dari anggota yang lain. Thread tanpa sumber dan atau gambar hanya akan dianggap sebagai informasi “sampah” yang tidak layak dipercaya. Anggota yang membuat thread yang dianggap hoax bisa diberikan respon negatif dari anggota yang lain dengan posting berupa teguran hingga celaan. Jika anggota lain merasa sangat dirugikan, maka anggota tersebut dapat saja mengirimkan BRP (bata) terhadap TS, yang tentu sangat dihindari oleh setiap anggota. Selain dorongan hukuman, anggota Kaskus membuat thread yang bagus juga karena adanya dorongan positif berupa penghargaan. Threads yang bagus seringkali mendapatkan “penghargaan” berupa GRP (cendol) dari anggota yang lain. Selain GRP, anggota yang rutin membuat thread bagus juga akan lebih dikenal yang tentu saja akan meningkatkan kepercayaan anggota yang lain terhadap dirinya. 6.1.2.2 Umpan Balik Anggota Umpan balik anggota merupakan mekanisme “pertahanan” komunitas virtual terhadap informasi palsu. Umpan balik dapat berupa respon positif berupa pujian, dukungan, tambahan informasi atau GRP. Akan tetapi umpan balik dapat pula berupa respon negatif berupa kritik, sanggahan, cacian, atau BRP. Umpan balik anggota sangat dibutuhkan dalam membangun kepercayaan lebih karena anggota komunitas virtual menjadi pemantau, penyaring sekaligus penegak norma dalam komunitas virtual disamping moderator dan administrator. Umpan balik berupa posting komentar dapat berkembang menjadi debat publik. Debat publik dapat terjadi dengan sengit menjadi sebuah konfrontasi dalam dunia cyber. Debat juga dapat dilakukan antar thread seperti yang terjadi saat muncul thread berita ramalan kiamat 2012 yang dibalas dengan thread bahwa ramalan kiamat 2012 hanyalah berita hoax. Pertukaran informasi, debat publik dan deliberation ini penting untuk menjaga kualitas informasi sebagai mekanisme untuk melawan informasiinformasi palsu (hoax). Dengan debat publik ini kualitas informasi di dalam Kaskus tetap terjaga dan sebagai lanjutannya tingkat kepercayaan anggota terhadap informasi-informasi di dalam Kaskus akan meningkat. Mekanisme tingkat kepercayaan di dalam Kaskus ini semakin lengkap dengan sistem rate dan hot threads. Mekanismenya sebagai berikut, seorang Kaskuser dapat memberikan rate untuk setiap thread. Rate ini dimulai dari satu bintang (*) untuk terrible (sangat buruk) hingga lima bintang (*****) untuk excellent (sangat baik). Kaskuser memberikan peringkat (rate) ini sebagai bentuk umpan balik (feed back) terhadap isi thread. Thread yang dianggap sangat bagus akan diberikan lima bintang dan thread yang sangat buruk diberikan satu bintang. Thread yang memiliki rate yang bagus akan naik posisinya ke halaman depan. Umpan balik berupa postingan komentar juga dihitung untuk meningkatkan posisi sebuah threads. Threads yang mendapatkan rate yang bagus serta umpan balik posting yang banyak akan naik posisinya ke halaman depan. Posisi tertinggi sebuah threads diberikan penghargaan khusus Hot Threads. Posisi hot threads (HT) ini sangat istimewa yaitu di halaman muka situs, sehingga threads yang menjadi HT memiliki peluang lebih besar untuk dibaca pengunjung situs Kaskus. Oleh karena keistimewaannya, setiap Threads Starter (para pembuat threads yang biasa disingkat sebagai TS) memimpikan thread mereka menjadi HT. Sebagai syarat untuk mendapatkan HT, tidak ada jalan lain adalah dengan membuat threads yang bagus, menarik, terjamin sumbernya, bukan berita hoax, sehingga menarik Kaskuser lain untuk memberikan rate dan memberikan komentar mereka. Gambar 11. Hot Threads Terkait dengan berita bohong atau hoax, hal tersebut menjadi salah satu elemen yang dikritik oleh situs Anti Karskus. Akan tetapi menurut pengamatan peneliti, hal tersebut sudah diantisipasi dengan sangat baik oleh Kaskus melalui sistem Kaskus yang telah dipaparkan. Melihat fakta tersebut, tuduhan bahwa komunitas Kaskus berisi berita-berita bohong tidak memiliki bukti yang kuat. Pada akhirnya keputusan untuk mempercayai atau menolak sesuatu merupakan pilihan setiap individu. Bahkan pada dunia nyata sekalipun dibohongi atau mendapatkan berita bohong adalah hal yang biasa terjadi. Kaskus sendiri sudah menerapkan sebuah sistem yang didukung oleh semua elemennya (administrator, moderator dan anggota) yang memperkecil kemungkinan munculnya informasi yang salah. 6.1.3 Kelemahan Kepercayaan Virtual Meskipun kepercayaan dapat tumbuh diantara anggota komunitas virtual, akan tetapi kepercayaan ini sulit mencapai tingkatan intim. Hal ini karena kepercayaan dalam komunitas virtual bergantung pada pertukaran informasi dan jaringan. Saat informasi yang diberikan bersifat umum, orang akan dengan mudah mencari sumber-sumber lain yang mendukung atau menyangkal informasi tersebut melalui situs-situs berita atau sumber informasi yang lain, akan tetapi saat informasi yang diberikan bersifat pribadi orang akan sulit mengecek kebenaran informasi tersebut. Oleh karena itu kepercayaan yang dibangun secara online akan kesulitan mencapai tingkatan intim. Kelemahan ini didukung pula dengan kerahasiaan identitas personel secara fisik serta lemahnya penegakan sanksi dalam komunitas virtual. Dalam penelitian yang dilakukan, anggota komunitas yang dihubungi dengan mudah mempercayai peneliti dan memberikan informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi diduga hal ini karena pertanyaan yang diajukan tidak menyinggung hal-hal yang bersifat pribadi. Disamping itu juga karena identitas responden terlindungi oleh kerahasiaan yang serupa. Menghilangkan kerahasiaan adalah cara yang paling mungkin untuk mengawali pembentukan kepercayaan yang lebih intim dan cara termudah menghilangkan kerahasiaan tersebut adalah dengan pertemuan offline. 6.2 Jaringan Jaringan yang paling nyata di dalam Kaskus adalah jaringan informasi. Melalui jaringan informasi ini, Kaskuser bisa mendapatkan informasi-informasi terbaru dari dalam maupun luar negeri dengan sangat cepat. Kasus yang paling menarik dari jaringan Kaskus yang saya temui selama penelitian adalah terkait dengan kasus “Polri vs KPK”. Sebelum mengungkapkan jaringan Kaskus akan saya jelaskan sedikit tentang informasi kasus “Polri vs KPK”. Pada penelitian bulan Oktober terjadi kasus yang sangat ‘panas’ bagi bangsa Indonesia, dimana dua pimpinan KPK ditangkap oleh Polri. Sebagai pihak yang dianggap pahlawan pemberantas korupsi, KPK didukung oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Akan tetapi dukungan masyarakat tidak akan memberi pengaruh apa-apa jika mereka tidak dapat menyuarakan pendapat mereka kepada pemerintah. Tindakan demonstrasipun memiliki banyak kelemahan, seperti sulitnya menyatukan semua masyarakat dari berbagai wilayah pada satu waktu dan pada tempat tertentu. Hingga kemudian sebuah grup pendukung KPK diluncurkan di dalam situs pertemanan facebook. Grup tersebut selanjutnya mulai beredar dari mulut ke mulut, blog, situs pertemanan, hingga Kaskus. Anggota grup terus meningkat hingga mencapai satu juta orang, dan seiring dengan semakin banyaknya anggota, suara para pendukung KPK ini didengarkan oleh media. Berita-berita dalam dunia nyata melalui media cetak maupun elektronik mulai menyampaikan dukungan yang diberikan oleh ratusan ribu masyarakat Indonesia tersebut kepada lebih banyak masyarakat yang lain. Jaringan informasi ini menjadi sangat kuat hingga akhirnya kedua pimpinan KPK tersebut ditangguhkan penahanannya. Kasus kedua adalah kasus “Evan Brimob”. Kasus ini terjadi pada bulan November awal dan dimulai saat seseorang yang bernama “Evan Brimob” membuat status “Polri gak butuh masyarakat tapi masyarakat yang butuh polri. Maju terus kepolisian indonesia, telan hidup2 cicak kecli” dalam akun Facebooknya. Kasus ini memiliki sedikit kaitan dengan kasus “KPK vs Polri” yang telah dibahas sebelumnya. Status ini langsung dikecam banyak pihak, terutama karena beberapa waktu terakhir ini masih hangat kabar pertentangan Buaya vs Cicak, dimana Polri dianalogikan sebagai buaya dan KPK sebagai cicak. Status Evan ini seakan menyiram minyak ke dalam bara api. Masyarakat yang tengah gerah merasa bahwa Polri bermain ‘kotor’ dengan menangkap petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi semakin gerah dengan kearoganan Evan sebagai bagian dari Polri. Sebuah thread yang mengambil sumber dari http://www.kapanlagi.com/h/evan-brim...rnet-baru.html menyebutkan bahwa print screen dari kasus tersebut disebarkan kedalam forum terbesar di Indonesia yaitu Kaskus. Oleh karena itulah kasus ini bisa menyebar kepada masyarakat dengan cepat. Saat sebuah kasus telah menjadi luas, semua media ikut menanggapi, termasuk media cetak dan elektronik. Inilah gambaran kekuatan jaringan komunitas virtual Kaskus. Kasus-kasus tersebut menunjukkan kelebihan utama jaringan komunitas virtual dibandingkan dengan jaringan yang terbentuk di dunia nyata (non-virtual): (1) komunitas virtual dapat menjangkau lebih banyak orang, karena setiap orang dapat mengaksesnya; (2) komunitas virtual dapat menjangkau banyak wilayah, terutama dengan semakin luasnya jangkauan jaringan internet khususnya di Indonesia; (3) komunitas virtual dapat menekan biaya, karena untuk mengumpulkan jutaan orang hanya membutuhkan beberapa ribu rupiah biaya internet tanpa biaya transportasi dan sebagainya; (4) praktis karena tidak membutuhkan tempat yang luas, hanya dengan 21’ layar komputer dapat menampung jutaan orang; (5) dapat dengan mudah terhubung dengan media cetak, elektronik dan bahkan pemerintah. Dengan beragam kelebihan tersebut, jaringan elektronik memiliki potensi yang sangat besar membangun modal sosial. Kasus tersebut menunjukkan bahwa Kaskus mampu menyatukan ribuan bahkan jutaan manusia dari berbagai wilayah menjadi sebuah kekuatan besar yang terpadu. Kekuatan sebuah komunitas dengan satu tujuan yang sama. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penelitian ini menemukan keberadaan pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual Kaskus. Bentuk pranata dan modal sosial berbeda dengan komunitas fisik. Pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual memiliki kelemahan yang terutama berasal dari ketiadaan ikatan fisik antar anggota. Pranata tidak memiliki kekuatan pengikat yang kuat, karena anggota komunitas virtual diwakili oleh identitas virtual yang bersifat pseudonym, sehingga hukuman tidak bisa mencapai identitas fisik anggota. Keterbatasan ini menyebabkan setidaknya dua hal, pertama anggota yang terkena sanksi dapat kembali dengan membuat identitas baru yang bersih. Kedua, norma dan aturan dalam komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota terhadap norma dan aturan tersebut. Perubahan ekspektasi anggota terhadap norma dan aturan komunitas virtual, dapat menghancurkan komunitas. Modal sosial dalam komunitas virtual juga memiliki kelemahan terutama terkait kepercayaan. Hal ini disebabkan identitas anggota yang bersifat pseudonym. Akan tetapi meski memiliki kelemahan, di sisi lain komunitas virtual memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam membangun jaringan sosial. Jaringan sosial yang terbentuk dalam komunitas virtual dapat menjangkau banyak orang dari berbagai wilayah dengan mudah dan efisien. 7.2 Saran Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang masih membutuhkan banyak perbaikan melalui penelitian-penelitian mendatang. Saran yang dapat diberikan peneliti diantaranya, bagi pihak manajemen komunitas virtual Kaskus, harus selalu menjaga agar menghukum pelaku pelanggaran dengan adil dan terbuka. Peraturan yang tegas dan jelas juga dibutuhkan untuk mencegah terjadi perbedaan hukuman antara anggota yang melakukan kesalahan yang sama. Hal ini dikarenakan hukuman dalam komunitas virtual sangat bergantung terhadap ekspektasi anggota dan ekspektasi tersebut dapat rusak jika anggota menganggap aturan Kaskus tidak adil sehingga tidak layak dipatuhi. Komunitas Kaskus dapat berkembang menjadi komunitas yang lebih besar dari sekarang, akan tetapi hal tersebut harus disikapi dengan lebih waspada. Jumlah anggota yang semakin besar berarti keberagaman yang semakin besar yang membuka peluang konfrontasi yang lebih besar. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang lebih baik, lebih sigap dan tegas untuk mengatasi anggotaanggota yang melakukan kerusuhan dalam komunitas virtual. Penelitian ini akan lebih baik jika ditambah dengan dasar ilmu lain dalam berbagai aras. Seperti aras individu untuk meneliti identitas anggota komunitas virtual sebagai individu virtual sekaligus individu fisik. Ilmu lain seperti psikologi untuk melihat self identity dari anggota komunitas virtual, atau pengembangan masyarakat untuk mengembangkan modal sosial dalam komunitas virtual. DAFTAR PUSTAKA Best, Samuel J dan Krueger, Brian S. 2006. Online Interactions and Social Capital: Distinguishing Between New and Existing Ties. http://ssc.sagepub.com/cgi/reprint/24/4/395. Diakses pada tanggal 29 April 2009. Brown, B. Ricardo. 2002. The Sociological Study Of Community: Definition, Classification, Evolution, And Territory (C.1945-C.1975). http://www.allacademic.com//meta/p_mla_apa_research_citation/1/0/6/7/2 /pages106726/p106726-1.php. Diakses tanggal 3 Februari 2009. Camp, Jean dan Chien, Y.T. The Internet as Public Space: Concepts, Issues, and Implications in Public Policy. http://www.ljean.com/files/spaces.html. Diakses pada tanggal 2 Februari 2009. Coleman, James S. 2000. Social Capital In The Creation Of Human Capital dalam Social Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin. The World Bank: Washington, DC. Goddard, D Roger. 2003. Relational Networks, Social Trust, and Norms: A Social Capital Perspective on Students' Chances of Academic Success. http://epa.sagepub.com/cgi/reprint/25/1/59. Diakses pada tanggal 29 April 2009. Hodgson, Geoffrey N. 2006. What Are Institutions?. http://www.geoffreyhodgson.info/user/image/whatareinstitutions.pdf. Diakses pada tanggal 21 Mei 2009. Koentjaraningrat. 2002a. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta: Jakarta Koentjaraningrat. 2002b. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Krishna, Anirudh. 2000. Creating and Harnessing Social Capital dalam Social Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin. The World Bank: Washington, DC. London, Scott. 1997. Civic Networks: Building Community on the Net. http://www.scottlondon.com/reports/networks.html. Diakses tanggal 27 Januari 2009. Lyon, David. 1998. Cyberspace Sociality: Controversies Over ComputerMediated Relationship dalam The Governance of Cyberspace editor Brian D Loader. Roudledge: New York Mohan, Giles dan Mohan, John. 2002. Placing Social Capital. http://phg.sagepub.com/cgi/reprint/26/2/191. Diakses pada tanggal 29 April 2009. Navarrete, Celene dan Huerta, Esperanza. 2006. A Bridge Home: The Use of the Internet by Transnational Communities. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=949626. Diakses pada tanggal 6 Desember 2008. Quan-Haase, A., Wellman, B., Witte, J., dan Hampton, K. 2002. Capitalizing On The Net: Social Contact, Civic Engagement, And Sense Of Community. http://publish.uwo.ca/~aquanhaa/Quan-Haase_2002.pdf. Diakses tanggal 27 Oktober 2008. Rheingold, Howard. 1993. Virtual Community. http://www.rheingold.com/vc/book/10.htm. Diakses tanggal 27 Januari 2009. Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Stockdale, Rosemary dan Borovicka, Michael. 2006. Developing an Online Business Community: A Travel Industry Case Study. http://www2.computer.org/plugins/dl/pdf/proceedings/hicss/2006/2507/06/ 250760134c.pdf?template=1&loginState=1&userData=anonymousIP1233840834077. Diakses tanggal 6 Desember 2008. Thornton, Alinta. 1996. Does Internet Create Democracy?. http://www.wr.com.au/democracy/index.html. Diakses tanggal 1 Februari 2009. Turner, Tammara Combs dan Fisher, Karen E. 2006. The Impact of Social Types within Information Communities: Findings from Technical Newsgroups.http://www2.computer.org/plugins/dl/pdf/proceedings/hicss/2 006/2507/06/250760135b.pdf?template=1&loginState=1&userData=anony mous-IP1233840804809. Diakses tanggal 6 Desember 2008. Uphoff, N. 2000. Understanding Social Capital: learning from the analysis and experience of participation dalam Social Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin. The World Bank: Washington, DC. LAMPIRAN Lampiran 1 Contoh Kasus Gerakan Sosial dalam Internet Senin, 07/12/2009 12:02 WIB 'KOIN UNTUK PRITA' JARING 8.600 FACEBOOKER Jakarta - Seluruh lapisan masyarakat terus berduyun-duyun memberi dukungan kepada Prita Mulyasari untuk menjawab putusan Pengadilan Tinggi Banten yang mengharuskan ibu rumah tangga itu membayar denda Rp 204 juta. Tak terkecuali warga Facebook. Di situs jejaring sosial tersebut, Facebooker yang tercatat sudah tergabung dalam grup bernama 'Koin untuk Prita' itu sudah menembus angka 8.600 orang. Dalam penjelasan di halaman grup tersebut, kelompok simpatisan ini mengaku terbentuk bukan lantaran unsur politis. Grup ini semata-mata merupakan bentuk simpati terhadap Prita Mulyasari. "Mohon simpatisan murni menyuarakan solidaritas dan keprihatinan serta tidak menggunakan grup ini sebagai ajang fitnah dan penghinaan kepada salah satu instansi manapun dengan menggunakan asas praduga tak bersalah," demikian tulis pesan di halaman tersebut. Grup dukungan ini juga menjadi sarana para pendukung Prita menyuarakan pendapatnya serta menyindir pihak penguasa. "Hukum di negri ini sudah milik orng yg berduit saja,hai tuan2 cba laah...bka pintu hatimu.maju trusss...tuk mba'prita tuk memperjuangkan hak dan keadilan," tulis Facebooker bernama Arenk Sudiro, yang dikutip detiKINET, Senin (7/12/2009). "Mudah2an mata hati mereka terbuka! Keadilan bukan hanya milik penguasa tapi juga rakyat biasa! Dan Pesan Buat bu Prita....jgn sampai di seret oleh partai politik!" kata Muchrizal Rizal, tak kalah serunya. Kasus Prita saat ini sudah berada di tahap kasasi ke Mahkamah Agung. Sebelumnya di tingkat banding, Pengadilan Tinggi Banten menjatuhkan putusan denda Rp 204 juta kepada ibu dua anak itu. "Penggalangan dana berupa uang koin ini sebagai langkah persiapan bila memang nanti di putusan kasasi Prita kalah oleh hakim MA, sebagaimana putusan Lampiran 1 (Lanjutan) PT Banten yang memenangkan RS Omni Internasional dalam gugatan perdata," pungkas pesan di halaman grup tersebut. Diambil dari : http://www.detikinet.com/read/2009/12/07/115234/1255322/398/-koin-untukprita--jaring-8600-facebooker diakses tanggal 17 Mei 2010 Rabu, 30/12/2009 14:35 WIB Hitung Koin Prita BI Lembur 5 Hari Prita Divonis Bebas Jakarta - Bank Indonesia (BI) akhirnya selesai menghitung koin untuk Prita Mulyasari yang berjumlah Rp 650 juta. 70 Pegawai BI dan 16 pegawai Bank Mandiri menghitung koin itu dari 24 Desember hingga pagi tadi. "Penghitungan koin mulai Kamis 24 Desember pukul 14.00 WIB hingga hari ini pukul 10.00 WIB. Kita mengerahkan 70 pegawai BI ditambah bantuan 16 orang dari Bank Mandiri," ujar kasir muda senior Irwin Azwir di Gedung BI, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (30/12/2009). Wartawan diajak oleh pihak BI untuk melihat koin yang sudah dihitung. Menurut Irwin, 86 pegawai BI dan Bank Mandiri lembur untuk menghitung koin itu. Bahkan pada Natal 25 Desember 2009 mereka tetap menghitung koin. Mereka hanya libur pada Minggu (27/12/2009). "Hanya hari Minggu kami tidak kerja. Hari Sabtu kami lembur. Natal kami masuk juga," kata Irwin. Jumlah pastinya koin Prita belum disampaikan pihak BI secara resmi. Rencananya uang akan diserahkan kepada Prita. "Tetapi bentuknya mau seperti apa terserah Bu Prita," imbuh Irwin. Acara penyerahan koin yang direncanakan pukul 14.00 WIB belum juga dimulai karena Prita belum datang ke BI. Lampiran 1 (Lanjutan) Saat ini, koin masih disimpan di lantai dasar Gedung BI. Koin ditempatkan dalam 21 kontainer transparan. Kontainer berupa kotak seperti akuarium dengan panjang 1 meter dan lebar 1 meter dan tinggi 30 cm. Koin tersebut dipisahkan menjadi 16 spesifikasi berdasarkan nilai pecahan dan tahun pembuatan koin. Ada juga koin mata uang asing seperti Bath dan Ringgit. Bahkan ada juga koin pecahan Rp 1 dan koin permainan. Irwin mengaku kesulitan dalam menghitung koin Prita. Padahal sudah ada 86 kru yang menghitung dan mesin alat penghitung uang logam digunakan. Penyebabnya karena uang tersebut harus dipisahkan dulu berdasarkan nilai pecahan dan tahun pembuatan. Selain itu juga ketika datang ke BI, koin sudah dilakban. "Membukanya saja butuh waktu lama," tutur Irwin. Diambil dari : http://www.detiknews.com/read/2009/12/30/143512/1268579/10/hitung-koinprita-bi-lembur-5-hari diakses tanggal 17 Mei 2010. Senin, 02/11/2009 06:50 WIB Bibit & Chandra Ditahan Dukungan di Facebook Dekati Angka 300 Ribu Jakarta - Pengguna jejaring sosial Facebook (FB) terus memberikan dukungan moril atas anggota Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) yang ditahan. Jumlah masyarakat yang bergabung dalam groups "Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto" kini telah mendekati angka 300 ribu. Pantauan detikcom, Senin (2/11/2009) pukul 06.30 WIB tercatat 292.036 orang telah bergabung dalam gerakan tersebut. Berarti setelah sepuluh jam berlalu Lampiran 1 (Lanjutan) sejak pukul 20.15 WIB terjadi peningkatan dukungan terhadap Bibit dan Chandra sebanyak 40 ribu. Umumnya mereka yang bergabung dalam gerakan ini memberikan dukungan kepada Bibit dan Chandra dengan menuliskan pendapatnya. Seperti yang ditulis oleh Hendri Setiawan yang menyatakan agar Cicak tidak perlu takut dengan buaya. "Hai Cicak! Jangan pernah takut menghadapi buaya! Kami selalu dibelakangmu. Bantai koruptor," tulis Hendri. Gerakan 1.000.000 Facebookers mulai diluncurkan pada Jumat, 30 Oktober pekan lalu, satu hari setelah Chandra dan Bibit ditahan oleh Mabes Polri. Gerakan ini diprakarsai oleh Ketua Yayasan Lembak Bengkulu, Usman Yasin. Dia juga merupakan salah satu dosen di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Dalam pengantarnya, Usman mengatakan, terlepas dari apakah bersalah atau tidak, tindakan hukum terhadap Bibit dan Chandra telah membuat masyarakat terganggu. Dikatakan dia, fakta membuktikan bahwa institusi Polri dan Kejaksaan Agung telah gagal mewujudkan cita-cita Indonesia yang bebas dari korupsi. Harapan besar dengan lahirnya KPK, kini harus redup oleh adanya kasus yang ditimpakan kepada Chandra dan Bibit. "Sebagai anak bangsa kami mencintai KPK, untuk itu mari kita dukung Chandra dan Bibit dalam Grup ini. Kita namakan Gerakan Satu Juta Facebookers Dukung Chandra dan Bibit. Ayo kirim semua teman-teman kita, kejar target 1.000.000 Facebooker," ajak Usman. Diambil dari: http://www.detikinet.com/read/2009/11/02/065012/1232892/398/dukungan-difacebook-dekati-angka-300-ribu diakses tanggal 17 Mei 2010. Lampiran 2 Data Peringkat Kaskus menurut Situs Alexa (12 Oktober 2009) Peringkat Kaskus dalam daftar Top Sites Indonesia Menurut Situs Alexa (12 Oktober 2009) Lampiran 3 Halaman Depan Situs Kaskus (25 April 2010) Lampiran 4 GLOSSARY Administrator bagian dari manajemen Kaskus yang mengatur situs Kaskus dan membawahi moderator dalam komunitas virtual Kaskus, sering disebut sebagai Mimin. Banned hukuman yang diberikan kepada anggota yang menyebabkan anggota tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas komunitas. Hukuman ini dapat disetarakan dengan hukuman pengusiran dalam komunitas fisik, perbedaannya anggota komunitas virtual yang terkena banned dapat masuk ke dalam komunitas kembali sebagai anggota yang bersih dengan membuat identitas (ID) baru. BRP singkatan dari Bad Reputation Point yang menunjukkan bahwa anggota tersebut memiliki reputasi yang buruk. BRP dalam komunitas Kaskus ditunjukkan dengan kotak berwarna merah dalam profil anggota dan sering disebut sebagai bata. CMC (Computer-Mediated Communication) cara berkomunikasi tidak langsung, dengan menggunakan media jaringan komputer. Cyberspace istilah yang diciptakan oleh William Gibson, seorang penulis sciencefiction, yang merujuk pada jaringan komputer masa depan dimana pengguna melakukan perjalanan secara mental melalui data matrix. Istilah ini saat ini secara umum digunakan untuk mendeskripsikan internet dan jaringan komputer yang lain. Chatting melakukan percakapan secara online dengan menggunakan jaringan internet sebagai perantara. Emoticon simbol-simbol yang mewakili ekspresi atau emosi. FAQ Singkatan dari Frequently Asked Questions atau pertanyatan-pertanyaan yang sering ditanyakan (berulang). Lampiran 4 (Lanjutan) GRP singkatan dari Good Reputation Point yang menunjukkan bahwa seorang anggota memiliki reputasi yang baik. GRP dalam komunitas Kaskus ditunjukkan dengan kotak berwarna hijau dan sering disebut sebagai cendol. ICTs singkatan dari Information and Communications Technologies atau Teknologi Komunikasi dan Informasi. Junk (sampah) mengacu pada post yang tidak bermutu, tidak jelas atau tidak memiliki arti yang selaras. Junker orang yang membuat junk. Juragan panggilan kepada sesama anggota Kaskus. istilah ini biasa disingkat sebagai agan atau gan. Moderator bagian dari manajemen Kaskus yang bertugas mengatur forum tertentu, dalam komunitas virtual Kaskus sering disebut sebagai Momod. Newbie (new begginer) istilah bagi anggota yang baru bergabung dalam komunitas. Newbie dalam komunitas Kaskus ditandai dengan jumlah posting yang kurang dari 99. Offline istilah yang menunjukkan ketiadaan hubungan ke dalam sistem internet. Online istilah yang menunjukkan terjadinya hubungan ke dalam sistem internet. PM (private message) mengirim pesan secara privat kepada seorang anggota Kaskus. Post sebuah pesan virtual yang dikirimkan oleh anggota komunitas virtual sebagai cara untuk berkomunikasi dengan anggota lain. Lampiran 4 (Lanjutan) Posting cara berinteraksi dalam komunitas virtual, dengan cara mengirimkan (posting) tulisan sebagai pesan ataupun sebagai umpan balik terhadap anggota lain. SOC (sense of community) perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuha komunitas tertentu. Thread tulisan berisi satu topik tertentu yang dibuat oleh anggota komunitas virtual. Lampiran 5 Lirik Lagu “Kaskus Anthem” (Diciptakan oleh Saykoji seorang penyanyi rap yang juga seorang kaskuser) “setiap hari aku gatel pengen ngaskus dari rumah kantor warnet atau dari kampus iseng baca, atau posting asal ngaskus tiap online pasti buka Kaskus, Kaskus pertamax, tapi nggak ngejunk tetap nulis komentar thread yang nendang ngarep ijo ijo ngarepin cendol malah ditimpuk bata pala ku benjol dari nubitol sampe ke momod dari admin sampe kloningan ngotot penghuni kaskus demen nya download video, gambar, mp3 pun dicomot nangkring di lounge post opini dan gosip tambah gambar sotosop digosok makin sip BB17 mata nggak berkedip puluhan postingan baru muncul perdetik sensasi muncul di tiap postingan ditambah pedasnya komen kloningan moderator pegel ngurusin sortingan mantau thread ada ratusan kan boring gan? setiap hari aku gatel pengen ngaskus dari rumah kantor warnet atau dari kampus iseng baca, atau posting asal ngaskus tiap online pasti buka Kaskus, Kaskus kalo ke mall, liat harga gua geli mendingan ngaskus buka forum jual beli murah murah, man banyak yang oke bisa rekber, c-o-d, Te-o-pe(TOP) dan yoe.. mau pesen tinggal PM yang buka lapak sambil lihat reputasi penjual yang tampak banyak cendol atau banyak bata salah lapak nanti lo berlinang air mata pada sebel, kalo kaskus main tenis yang doyan gambar IGO pada main ... jangan ngeres dulu maksudnya main tetris masa gue ngomong jorok, ya nggak etis Lampiran 5 (Lanjutan) Kaskus bukan sekedar forum biasa selalu eksis dan tak kan binasa banyak forum lain bermunculan ngalor ngidul tetep Kaskus nomer satu, i love you full setiap hari aku gatel pengen ngaskus dari rumah kantor warnet atau dari kampus iseng baca, atau posting asal ngaskus tiap online pasti buka kaskus, kaskus saat indonesia bersuka atau berduka saatnya Kaskuser untuk berpikir terbuka Kaskus punya power untuk mengubah bangsa sudah seharusnya bahu membahu majukan indonesia..!! setiap hari aku gatel pengen ngaskus dari rumah kantor warnet atau dari kampus iseng baca, atau posting asal ngaskus tiap online pasti buka Kaskus, Kaskus” Lampiran 6 S4ViTr1 Konfrontasi Online Praja IPDN DIFITNAH Memperkosa Polisi Nilai Kasus ES Lemah http://bandung.detik..com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/10/ti me/150407/idnews/953741/idkanal/486 Alhamdulillah, akhirnya Tuhan menunjukkan akan arti dari sebuah kata kebenaran. Memang banyak pihak yang serasa iri hati dengan keberhasilan ksatrian IPDN Jatinangor, dalam menyediakan pengabdi terbaik bagi pertiwi. S4ViTr1 Kebenaran adalah selalu kebenaran itu sendiri. Tidak bisa ditutupi dengan cara apapun. Suatu saat kebenaran akan menampakkan jati-diri nya yang sebenarnya. Dan, bukankah sejak dulu, kebenaran memang selalu terpancar dari kawah Chandradimuka, ksatrian IPDN Jatinangor?? Terimalah kebenaran walaupun pahit adanya. Dan terimalah pula kebenaran bahwa memang kami, Praja IPDN, para ksatria Jatinangorlah yang terbaik bagi pertiwi Sersan Surip Dengan ini Sersan nyatakan bahwa klaim Saudara/i S4ViTr1 sangat berlebihan. Terlihat jelas dari tulisan Saudara/i di atas yang menyatakan bahwa para Ksatria Janitangor yang terbaik bagi Pertiwi tidak lebih dari upaya penyesatan. Upaya membangun bangsa merupakan upaya kita semua, segenap elemen yang ada di dalam NKRI ini. Bukan hanya Ksatria Jatinangor saja yang berperan, tetapi juga TNI (dan Sersan Surip di dalamnya) yang senantiasa membangun NKRI ini dari keterpurukan, dan jangan juga lupakan unsur-unsur lainnya. Dengan mengagung-agungkan Ksatria IPDN, Sersan yakin bahwa Saudara/i S4ViTr1 tidak lah lebih dari seorang yang besar kepala. Tulisan Saudara/i di atas secara tidak langsung akan membentuk opini publik, bahwa para Ksatria IPDN sangat melecehkan unsur-unsur lainnya. Demikian Sersan berpendapat. Lampiran 6 (Lanjutan) S4ViTr1 Itulah kalau berpendapat hanya disertai otak yang dangkal, tanpa kemampuan menganalisa suatu permasalahan Sadarkah anda, seberapa banyak dari rakyat Indonesia, yang dibekali kemampuan bela negara , secara baik dan terstruktur??? Sadarkah anda, berapa jumlah personel angkatan perang kita, dibanding total jumlah penduduk Indonesia?? Berimbangkah rasio ini??? Semoga membuka pikiran anda, mengapa kami, Praja IPDN yang mulia, dibekali kemampuan teknis bela negara. Sersan Surip Sersan katakan pula, sadarkah bahwa Saudara/i tidak menanggapi komentar Sersan dengan semestinya? Sadarkah Saudara/i bahwa esensi dari tulisan Sersan ialah menyinggung keangkuhan diri Saudara/i dan kearoganan diri Saudara/i? Mohon dibaca kembali dengan seksama semua tulisan Sersan di atas. Sersan dengan jelas katakan bahwa usaha pembangunan NKRI merupakan tanggung jawab kita semua sebagai elemen di dalamnya. Keangkuhan yang membabi buta terlihat dari tulisan Saudara/i yang menyatakan bahwa Ksatria Jatonangor lah yang terbaik. Tak heran Sersan dengan kenyataan ini. Seperti kita semua ketahui, orang sombong memang berotak kosong. Sekian. S4ViTr1 Ungkapan yang di quote diatas hanya berlaku bagi mereka yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja. Perhatikan, banyak orang hebat di dunia ini, justru terkesan arogan dan angkuh, namun berprestasi luar biasa. Anda tentu sangat mengenal nama Muhammad Ali atau juga Jose Mourinho. Mereka adalah sosok hebat yang selalu lekat dengan predikat sombong Bagi kami, Praja IPDN, memang layak sebagai yang terbaik. Atau anda ingin membuktikan??? Silahkan pilih caranya??? Kami sanggup melayaninya. Lampiran 6 (Lanjutan) Sersan Surip Menarik sekali membahas Muhammad Ali seperti yang Saudara/i S4ViTr1 tuliskan di atas. Tak dipungkiri bahwa Muhammad Ali merupakan salah satu legenda dalam dunia tinju profesional kelas berat. Stings like bee, moves like butterfly, begitu dia sering ucapkan. Semua orang tahu dia adalah petinju yang sombong. Ucapannya terlalu tinggi, tak sedikit pula orang yang membencinya. Saudara/i S4ViTr1 pasti tahu, bagaimana keadaan Muhammad Ali sekarang ini. Beliau terkena penyakit parkinson. Saudara/i tahu mengapa beliau sampai mengidap penyakit itu? Mengutip perkataan George Foreman, salah satu legenda tinju yang juga semasa dengan Muhammad Ali, "satu-satunya kelemahan dia yaitu terlalu merasa hebat, sehingga dia sering sodorkan kepalanya untuk menjadi sasaran pukulan lawan". Dari kisah di atas, dapat diambil kesimpulan (apabila Saudara/i cukup cerdas untuk memahami), bahwa kesombongan dapat berujung kepada kehancuran, cepat atau lambat. Sekian. S4ViTr1 Terlihat sekali anda memaksakan untuk berpikir melebihi kapasitas otak anda untuk berpikir. Silahkan anda buka-buka referensi ilmiah yang ada. Mulai dari the Journal of the American Medical Association sampai The New England Journal of Medicine, yang terkenal itu. Selanjutnya anda temukan korelasi antara hipotesis anda yang mengkorelasikan kesombongan dengan parkinson. Maaf, kami, Praja IPDN, hanya bisa merasa kasihan dengan otak anda, yang anda paksa berpikir melebihi daya dan kemampuan nya Sersan Surip Tidak perlu Saudara/i beritahukan apa yang mesti Sersan lakukan. Tak perlu juga Sersan membaca referensi medis seperti yang Saudara/i tuliskan di atas. Semakin terlihat di sini bahwa Saudara/i adalah seorang yang pandir. Di atas Saudara/i tuliskan bahwa orang hebat sangat wajar untuk bertingkah laku sombong, dengan Muhammad Ali sebagai contoh yang Saudara/i sebutkan. Cobalah untuk sedikit membaca kembali referensi ilmiah yang Saudara/i punyai. Dapat Saudara/i ketahui bahwa kepala yang terlalu sering terkena pukulan dapat mengakibatkan parkinson. Mengapa Muhammad Ali sampai tersiksa di hari tuanya karena parkinson itu? Sudah barang tentu karena sewaktu masa mudanya, beliau terlalu sombong. Beliau selalu berpikir bahwa dia adalah yang terbaik, tak mudah dikalahkan, juga tahan pukul. Memang kenyataannya seperti itu. Lampiran 6 (Lanjutan) Sersan Surip Tapi masa sekarang yang membuktikan kesombongannya di masa lalu itu. Sungguh menggelikan membaca tulisan Saudara/i di atas. Terlihat dari kemampuan Saudara/i yang tidak dapat memahami analogi yang Sersan gunakan. Quote: Originally Posted by S4ViTr1 View Post Silahkan pilih caranya??? Kami sanggup melayaninya. Satu hal lagi, Sersan sarankan agar Saudara/i memperbaiki tata bahasa yang Saudara/i gunakan. Kalimat seruan diakhiri dengan tanda baca tanya? Sersan tak habis pikir karenanya. S4ViTr1 Bisakah anda membedakan antara pendapat ilmiah dan opini pribadi?? Kalau anda cerdas tentu, anda bisa membedakannya. Namun sayang, anda tidak terlalu layak untuk disebut cerdas Atau anda ingin membuktikan, silahkan pilih sendiri metode untuk membuktikan. Kami Praja IPDN, sanggup melayaninya....Karena kami dikaruniai kelebihan fisik dan kemampuan berpikir sekaligus. (semoga anda bisa memahami artinya sekarang) Sersan Surip Klaim sepihak, apabila Saudara/i katakan bahwa Sersan adalah seorang yang kurang cerdas dibandingkan dengan Saudara yang dalam naungan IPDN. Mohon untuk tidak sepotong-potong dalam mengutip pernyataan yang Sersan lontarkan di atas. Sekali lagi Sersan ucapkan, begitulah kenyataan yang terjadi dengan Muhammad Ali. Berapa sering Saudara/i mengetahui sepak terjang yang bersangkutan? Sebesar apakah pengetahuan Saudara/i akan parkinson? Sungguh terlalu dangkal apabila Saudara/i menganggap Muhammad Ali dengan penyakit parkinson yang dideritanya sekarang ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kesombongannya. Begitu pun dengan Saudara/i beserta jajaran IPDN yang selalu diagungkannya. Kesombongan, sehebat apa pun Saudara/i, akan berujung kepada kehancuran. Demikian. Lampiran 7 Kelemahan Penegakan Sanksi dalam Komunitas Virtual Sebuah thread yang dibuat oleh ID Deperruku (diakses tanggal 17 Oktober 2009) menjelaskan tentang ID yang dianggap legenda dalam komunitas Kaskus. Satu kisah dari penjaga utara dapat menjadi gambaran kelemahan penegakan sanksi dalam komunitas virtual. Berikut petikan isi thread tersebut: Penjaga Utara Penjaga utara diberikan kepada AppleBreadKe-4 yang disebut sebagai THE KING OF MAHO?? Untuk istilah yang satu ini saya sudah familiar, Maho atau manusia homo, sebuah kata yang digunakan untuk merendahkan, dengan emoticon berwarna hijau berbibir tebal yang berkedip genit. Saya sangat hafal, dan apakah hubungan AppleBreadKe-4 ini dengan maho?? Menurut TS, kisah ini dimulai dari kemunculan ID AppleBread (belum ada ke-4-nya) yang merusuh di lounge. Kadang memaki, kadang hanya berisi AIUEO dan hampir semua postingnya berisi sampah semua, AppleBread adalah seorang junker sejati. Sehingga penghuni forum lounge menjadi terganggu dan akhirnya admin mem-banned dia. Akan tetapi masalah belum selesai karena ‘kloningan’ AppleBread muncul dengan nama AppleBreadKe-2 yang menyerang lounge dengan posting-posting dan membuat thread sampah lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Forum lounge kembali kacau, sehingga penghuni lounge membalas dengan membuat posting-posting yang meminta admin untuk menghapus ID tersebut. Admin pun bertindak, dan AppleBreadKe-2 hilang. Tapi teror belum selesai karena kembali muncul AppleBreadKe-3, kejadian lama terulang dan admin kembali mem-banned dia. Lalu muncullah AppleBreadKe-4 dan untuk keempat kalinya dia menyerang lounge bahkan mengumpat-umpat admin. Akan tetapi setelah banyak mendapat protes AppleBreadKe-4 membuat pernyataan yang dianggap sama gilanya dengan semua serangan ke forum lounge karena AppleBreadKe-4 kemudian meminta maaf kepada semua penghuni Kaskus. AppleBreadKe-4 juga berjanji akan menjadi anak baik di forum lounge. Lampiran 7 (Lanjutan) Perkataannya terbukti, AppleBreadKe-4 benar-benar menjadi anak baik di Kaskus, tetapi dia masih sering membuat junk dengan pertamax-nya yang unik dan ajaib, karena dia pertamax di atas TS. Dengan kata lain sebelum thread dibuat, dia sudah mengirimkan postingan. Bagaimana mungkin?? Kejadian itu menimbulkan banyak kekaguman di lounge, tetapi anehnya saat pertamax, AppleBreadKe-4 hanya menampilkan gambar anime jepang serta kata-kata MAHO MAHO di tengah-tengahnya. Teror kembali terulang karena setiap pertamax dia menggunakan kata ‘MAHO MAHO’, bahkan di thread admin AppleBreadKe-4 menggunakan kata MAHO MAHO. Meskipun ada warga lounge yang melarang kata-kata maho di dalam threadnya, tetapi ada pula yang mengusulkan agar MAHO MAHO menjadi salam resmi kaskus. Tetapi kemudian AppleBreadKe-4 mengganti maho-maho menjadi apel apel. Tetapi ‘virus’ maho telah menyebar di Kaskus, bahkan ada yang memplesetkan Maho sebagai Manusia Homo. Akhirnya admin memutuskan maho menjadi ikon baru Kaskus dengan emoticon: Lampiran 8 Wawancara Online setan_biasa: sip, apa yg bisa dibantu silahkan ditanya ^^ [email protected]: hehe langsung aja ya [email protected]: kenapa ngumpulin bata? setan_biasa: 1. ane ga mau orang ngliat hanya dari sisi luarnya aja (karena bata identik dengan perusuh ato negatif) [email protected]: 2nya? setan_biasa: 2. cari hal yg baru dan beda aja (soalnya sudah terlalu sering oran ngumpulin cendol) [email protected]: btw ntu ID klonengan bukan sih? setan_biasa: 3. ane pengen ngejar post 50000 dengan ID bata merah (karena sampai saat ini belom ada sepertinya, walaupun ID bata merah riskan di banned, karena meman di larang) setan_biasa: oh iya ini PRIME ID [email protected]: wooow ebat euy ahahaha [email protected]: kirain ane bakal nemu para klonengan2 [email protected]: gak pengen punya cendol om? setan_biasa: kalo ane liat temen2 yg lain PRIME IDnya udah pada ijo dan pulbar setan_biasa: pengen juga sih punya yg ijo setan_biasa: tapi masih pengen fokus ke yg merah [email protected]: kalo merah gak bisa nglempar cendol ato nimpuk bata kan ya? [email protected]: padahal kan biasanya orang ngejar ISO biar bisa nimpuk2 ID peruseuh? setan_biasa: kalo ID perusuh dikasih bata udah ga ngaruh setan_biasa: biasanya mereka buat ID baru [email protected]: huuum iya sih, itu kelemahan komunitas internet [email protected]: makanya lama kelamaan kayaknya orang udah gak terlalu ngehargain cendol lagi [email protected]: termasuk tipe2 pengumpul bata nurut ane [email protected]: maap kalo nyinggung om setan_biasa: iyah ga pa2 kok ^^ setan_biasa: karena fungsinya udah ga terlalu signifikan setan_biasa: lagian seharusnya cendol dikasih karena apresiasi setan_biasa: namun kenyataannya cenderung beda Lampiran 8 (Lanjutan) setan_biasa: cendol dikumpulkan dari hasil barter setan_biasa: ataupun ikut arisan lampiran 8 (lanjutan) setan_biasa: makanya banyak orang buat klonengan banyak dan ngeja ISO [email protected]: wew berarti sistem reputasi kaskus udah rusak ya? [email protected]: padahal banned juga gak terlalu ngaruh karena orang bisa bikin klonengan lagi setan_biasa: iyah begitulah kenyataannnya setan_biasa: tapi yang terpenting dari itu semua kan bagaimana cara menikmatinya setan_biasa: nikmatin aja ngaskusnya [email protected]: hehehe tapi emang kaskus hebat, biar anggotanya udah 1,3 juta [email protected]: banyak perusuh, sistem banyak bolong2 [email protected]: tapi kayaknya masih sanggup bertahan [email protected]: oya, om setuju gak kalo aturan ID pemilik bata 2 bar di-banned? setan_biasa: ane sih ga setuju kalo di banned setan_biasa: karena keberadaan kolektor bata tanpa rusuh ga negatif kalo menurut ane 10:31 AM 14/1 lagian kaskus kan udah kayak simulasi di dunia nyata 10:32 AM 14/1 ga ada yg ideal di dunia ini 10:32 AM 14/1 paling kita cuma bisa optimasi ke arah y ideal 10:32 AM Lampiran 8 (Lanjutan) 14/1 nah saran ane buat ngebenahin kaskus, 10:33 AM 14/1 ya kudu buat prioritas masalah mana seharusnya didahulukan di urus setan_biasa: lagian yang perlu diurus kan yang ngrusuh setan_biasa: prioritas aja [email protected]: emang biasanya dapet bata-nya darimana? setan_biasa: macem2 kadang minta ke temen setan_biasa: kadang ada yg buat trit bagus setan_biasa: kadang yah ikut arisan biar cendolnya gag sayang ke buang setan_biasa: sama aja kayak kolektor cendol kok [email protected]: emang gak ngrusuh sih, tapi kalo makin banyak pengumpul bata takutnya orang makin gak takut ditimpuk bata [email protected]: mereka makin berani ngrusuh gitu setan_biasa: ada atau tidak kolektor bata ga ngaruh sama perusuh setan_biasa: mereka mah ga ngaruh dibata setan_biasa: paling ngaruh kalo di banned setan_biasa: itu juga buat ID baru lg trus ngrusuh setan_biasa: makanya mnurut ane banned itu sanksi paling berasa kalo bagi perusuh setan_biasa: kalo bata udah ga ngaruh lg ^^ [email protected]: kalo bata ma cendol udah gak penting berarti sama aja gak ada aturan di kaskus dong om? setan_biasa: aturan tetep ada sis ^^ setan_biasa: cuman yg signifikan aja setan_biasa: kayak ak post BB setan_biasa: gag ngrusuh setan_biasa: *gak post BB setan_biasa: kalo mnurut ane yg paling urgent skarang : setan_biasa: 1. masalah perusuh setan_biasa: 2. trit berbau BB Lampiran 8 (Lanjutan) [email protected]: haha kalo BB diilangin emang gak abis tuh anggota kaskus [email protected]: soalnya mayoritas anggota kaskus cowok kan? [email protected]: btw ane setuju kalo BB diilangin sih setan_biasa: kalo gitu sis kudu teliti motif kaskuser ngaskus apa setan_biasa: mnurut ane sih sedikit yg mencari BB ^^ setan_biasa: cenderung nyari teman di suatu komunitas yg memiliki hobi yg sama [email protected]: hehe iya, wawancara-nya cuma perwakilan sih om [email protected]: gak mungkin wawancara 1,3 orang kan [email protected]: emang sih dari orang2 yng ketemu pada gak nyari BB setan_biasa: emang sedikit setan_biasa: sebagian besar terpusat di : [email protected]: tapi kayaknya tiap ada trit BB selalu rame tuh setan_biasa: 1. civitas academica (kumintas akademik) setan_biasa: 2. regional (nyari teman antar regional) setan_biasa: 3. Heart to Heart ( buat curhat) setan_biasa: 4. Soccer Room (yg hobi bola) setan_biasa: 5. Lounge (tempat nyari info, nah disinilah sering terjadi kerusuhan, BB, dan juga tempat orang besarin kloningan) [email protected]: kalo om sendiri biasanya nongkrong dimana? setan_biasa: sisanya bisa ke musik, berita dan politik, ato DC (buat nampung orang yg hobinya ngrusuh) setan_biasa: gw di civitas academica ^^ setan_biasa: kbetulan anak UI jadi nongkrong ditrit UI ^^ [email protected]: gara2 nyari yang paling rame ane emang banyak ngamati lounge sih, makanya banyak kepergok trit BB [email protected]: waaah alumnus UI ato masih kuliah om? [email protected]: padahal ane udah seenaknya pangil2 om [email protected]: maap, ane panggil agan aja lah kalo gitu setan_biasa: sip panggil apa aja yg enak bebas kok setan_biasa: ane masih kul ^^ [email protected]: waaaaaaaah jangan2 lebih muda dari ane lagi setan_biasa: bisa jadi Lampiran 8 (Lanjutan) [email protected]: btw civitas academica kegiatannya apa aja sih? [email protected]: ngggg... contek2an tugas ada gak? hahaha setan_biasa: interaksi sama temen2 satu univ ato sekolah yg memiliki hobi sama (internet) [email protected]: lah kalo satu univ ato sekolah kan harusnya bisa ketemu langsung? setan_biasa: kan hobinya beda2 setan_biasa: itu juga kenalnya juga di kaskus padahal satu univ @_@ [email protected]: hahaha kalo univ emang beda sih, secara kan luas banget [email protected]: tapi abis dari kaskus ketemu juga secara langsung kan? setan_biasa: iyah jadi kenal beda fakultas dan angkatang yg berbeda pula setan_biasa: iyah ada gathering setan_biasa: coba aja kemari biar ada gambarannya : setan_biasa: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2034553 [email protected]: oke meluncur ke TKP dulu setan_biasa: sip [email protected]: sering ikut gathering gak gan? setan_biasa: sering kok ^^ setan_biasa: yg akan datang UGM sama UI mencoba gath bersama [email protected]: biasanya yang jadi koordinator gath siapa sih? [email protected]: walah UGM-UI ketemu dimana jadinya? kan jauh tuh? setan_biasa: sip [email protected]: wah tapi hebat gath-nya mpe bikin sport gathering, nobar [email protected]: btw kalo ane ngutip2 dari trit UI harus ijin dulu gak ya? setan_biasa: coba aja main ke trit UI setan_biasa: ada yg namanya orthanc setan_biasa: tanya sama dia aja setan_biasa: dia sesepuh situ [email protected]: oke, ntar ane coba hubungi deh [email protected]: btw makasih buanyaaaaak info2nya ya gan setan_biasa: sip sama2 ^^ Lampiran 8 (Lanjutan) setan_biasa: yg pasti jgn sampe ID ane di banned [email protected]: mau ngasih tau nama asli gak? ntar biar bisa ane cantumin di skripsi, hehehe [email protected]: ahaha kayaknya momod juga fokus ke pengacau kok setan_biasa: bah makasih setan_biasa: ID ane aja setan biasa™ dicantumin [email protected]: rasanya sih aman2 aja pengumpul bata merah secara damai, gak bakal di-banned [email protected]: siiip setan_biasa: sip setan_biasa: ane off dolo yah setan_biasa: *dadaaaaaaaaaaah [email protected]: yup thx banget setan_biasa sudah sign out. (1/14/2010 11:25 AM)