PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM

advertisement
PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM
KOMUNITAS VIRTUAL
(Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus)
LATIFA HANUM MUTIARA SARI
DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRACT
LATIFA HANUM MUTIARA SARI. Social Institution and Capital on Virtual
Community (Case of Virtual Community of Kaskus) (under guidance of DJUARA
P LUBIS)
Virtual community is a new form of community that generated by
internet.Virtual community has great potention to build social capital that
disappearing from real life.Virtual community is important not only socially but
also economically and politically. Virtual community has a fundamental
difference with the physical community because its members do not have
geographic proximity, it becomes strongnesses and weaknesses. This research is
using descriptive qualitative metode which aims to provide a picture of a virtual
community based on social institutions and capital in it. The existence of
institutions and social capital provide initial description of the potential of virtual
community. The study found social institutions and capital in virtual community of
Kaskus. However, social institutions and capital have different forms and has its
own advantages and limitations when compared with the physical community.
Keywords
: virtual community, social capital and social institution
RINGKASAN
LATIFA HANUM MUTIARA SARI. Pranata dan Modal Sosial dalam
Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) (Di bawah
bimbingan DJUARA P LUBIS)
Modernisasi dengan berbagai teknologinya sering dianggap sebagai penyebab
peregangan hubungan sosial. Di sisi lain, modernisasi memunculkan berbagai
teknologi yang memudahkan untuk membangun hubungan yang terpisah jarak,
membangun gerakan sosial hingga membangun kembali komunitas. Komunitas
virtual yang muncul di dalam dunia virtual internet, menjadi harapan perbaikan
komunitas yang hilang meskipun banyak ahli meragukan kemampuannya untuk
menjadi setara dengan komunitas fisik.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pranata dan modal sosial yang ada
dalam komunitas virtual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
partisipatif. Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam secara tatap
muka maupun virtual (chatting) serta pengamatan partisipatif terhadap kegiatan
komunitas secara virtual. Hasil wawancara diolah dan diklasifikasikan agar
mengetahui kecukupan data yang diambil. Kemudian hasil tersebut disajikan
dalam bentuk narasi, gambar serta bagan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pranata dan modal sosial dalam
komunitas virtual Kaskus. Akan tetapi baik pranata maupun modal sosial ini
berbeda dengan pranata dan modal sosial dalam komunitas fisik konvensional.
Perbedaan pranata komunitas mencangkup komponen personel, sistem norma,
peralatan fisik serta kelakuan berpola. Personel dalam komunitas virtual lebih
mengandalkan identitas virtual dan cenderung mengabaikan identitas yang
digunakan dalam dunia nyata. Komunitas virtual Kaskus mengandalkan
identifikasi melalui sistem reputasi serta pangkat berdasarkan jumlah posting.
Sistem reputasi dalam komunitas kaskus diwakili dengan jumlah GRP (Good
Reputation Point) dan BRP (Bad Reputation Point). Sistem norma dalam
komunitas virtual memiliki kelemahan dalam menegakkan sanksi. Hukuman
dalam komunitas virtual yang terberat yaitu banned yang dapat disetarakan
dengan hukuman pengusiran dalam komunitas nyata tidak dapat diberlakukan
secara total. Dengan kata lain, anggota yang di-banned masih dapat kembali
masuk ke dalam jaringan komunitas virtual kaskus tanpa dikenali dengan
menggunakan identitas baru. Hal ini disebabkan hukuman tidak dapat menjangkau
pelanggar secara fisik. Oleh karena itu hukuman dalam komunitas virtual sangat
bergantung pada ekspektasi anggota, terutama terkait penghargaan (cendol) dan
hukuman (bata). Komponen peralatan fisik yang digunakan dalam komunitas
virtual kaskus adalah perlengkapan untuk masuk ke dalam jaringan komunitas
virtual. Sementara komponen kelakuan berpola ditunjukkan dengan interaksi
secara online maupun offline.
Modal sosial mencakup kepercayaan dan jaringan. Kepercayaan yang tumbuh
dalam komunitas virtual umumnya memiliki batasan tertentu. Batasan ini pertama
dipengaruhi oleh anonimitas anggota komunitas. Kepercayaan dalam komunitas
virtual dibangun dengan menggunakan data-data personel yang dapat memangkas
sebagian anonimitas serta pertukaran informasi antar anggota. Jaringan dalam
komunitas virtual dapat menjangkau lebih banyak orang sehingga membentuk
jaringan yang sangat luas.
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat pranata dan modal sosial di
dalam komunitas virtual Kaskus. Bentuk pranata dan modal sosial berbeda dengan
komunitas fisik. Pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual memiliki
kelemahan yang terutama berasal dari ketiadaan ikatan fisik antar anggota. Akan
tetapi di sisi lain, komunitas virtual memiliki kelebihan dan potensi besar
dibandingkan komunitas fisik, terutama dalam membangun jaringan sosial.
PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM
KOMUNITAS VIRTUAL
(Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus)
Oleh:
LATIFA HANUM MUTIARA SARI
I34050953
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Fakultas Ekologi Manusia
DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama
:
Latifa Hanum Mutiara Sari
NRP
:
I34050953
Departemen
:
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
:
Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas
Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir Djuara P Lubis, MS
NIP. 19600315 198503 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus:_______________________
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
”PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL
(STUDI KASUS KOMUNITAS VIRTUAL KASKUS)” BELUM PERNAH
DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN
MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK
TERTENTU SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN
DALAM NASKAH.
Bogor, Mei 2010
Latifa Hanum Mutiara Sari
I34050953
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kendal pada tanggal 25 April 1987. Penulis adalah anak
ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Haryanto dan Muzayanah. Penulis
menempuh pendidikannya di SMP Boja Negeri 1 pada tahun 1999, kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Boja pada tahun 2003. Selama masa
pendidikan tersebut, penulis mengikuti organisasi OSIS dan MPK.
Setelah lulus SMA penulis mengikuti program USMI dan diterima di
Institut Pertanian Bogor. Setahun setelahnya, penulis masuk ke dalam Departemen
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama berada di IPB, penulis
mengikuti berbagai keorganisasian dan kepanitiaan seperti HIMASIERA sebagai
sekretaris II, Commnex 2008, Promosi KPM serta Masa Perkenalan Departemen.
Penulis juga pernah mengikuti Training Basic Participatory yang diselenggarakan
oleh Corporate Forum Community Development (CFCD) saat Kuliah Kerja
Profesi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas
Virtual Kaskus)”. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini memberikan gambaran komunitas virtual sebagai komunitas
baru yang muncul pada era cyber, serta memaparkan keberadaan pranata dan
modal sosial sebagai inti kesehatan komunitas di dalamnya. Bentuk-bentuk
pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual serta perbedaannya dengan
komunitas konvensional atau komunitas fisik. Dengan penelitian ini diupayakan
sebuah gambaran tentang komunitas virtual serta potensinya sebagai sebuah
komunitas.
Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih untuk:
1. Dr. Ir Djuara P Lubis, MS, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan dukungan yang luar biasa kepada
penulis sejak awal penulisan studi pustaka.
2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi serta Ir. Anna Fatchiya, MSi selaku dosen
penguji, yang telah memberikan banyak masukan yang berharga untuk
perbaikan skripsi.
3. Keluargaku tercinta: Ibu dan Bapak atas segala do’a, kesabaran dan
dukungan yang luar biasa. Mbak Arum, Mas Ardi, Irwin, Intan, Mas
Hendra dan Eshan.
4. Warga Komunitas Kaskus yang telah membantu dengan segala bantuan
data, informasi dan kepercayaan mereka. Rifky Ayerseptian, Tri Cahyo,
Aditya Rahman, ID setan biasaTM, ID Mendo25, ID Traktor666, ID
Deperruku, serta seluruh moderator dan administrator Kaskus.
5. Sahabat-sahabatku Ciwow, Uthie, Nui, Indah dan teman-teman KPM 42.
6. Segenap teman-teman dari Wisma Bintang yang telah memberikan banyak
dukungan dan bantuan yang sangat berharga.
7. Serta beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima
kasih.
Bogor, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................
1.5 Kegunaan Penelitian .............................................................................
1
1
3
4
4
4
BAB II. PENDEKATAN TEORITIS ...................................................................
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................
2.1.1 Komunitas Virtual .......................................................................
2.1.2 Perkembangan Teknologi dan Komunitas ....................................
2.1.3 Pranata Sosial ..............................................................................
2.1.4 Modal Sosial ...............................................................................
2.1.5 Modal Sosial dan Internet ............................................................
2.2 Kerangka Pemikiran .............................................................................
2.3 Hipotesis Pengarah ..............................................................................
2.4 Definisi Konseptual .............................................................................
5
5
5
9
11
15
17
19
21
21
BAB III. PENDEKATAN LAPANG ...................................................................
3.1 Metode Penelitian .................................................................................
3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................
3.3 Waktu Penelitian...................................................................................
3.4 Penentuan Unit Analisis, Informan dan Responden .............................
3.4.1 Penentuan Unit Analisis ..............................................................
3.4.2 Penentuan Informan ....................................................................
3.4.3 Penentuan Responden ..................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................
23
23
23
25
26
26
26
27
27
27
BAB IV. PROFIL KASKUS ................................................................................
4.1 Gambaran Umum Kaskus .....................................................................
4.2 Kaskus sebagai Komunitas Virtual .......................................................
4.3 Bagian-bagian dalam Forum Kaskus .....................................................
4.4 Pengguna Notable .................................................................................
4.5 Kaskus dan Anti Kaskus .......................................................................
4.6 Ciri Khas Kaskus .................................................................................
28
28
30
33
35
36
37
4.6.1 Pertamax ....................................................................................
4.6.2 Bahasa Khas Kaskus ..................................................................
37
39
BAB V. PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS ...............................................
5.1 Personel ................................................................................................
5.1.1 Data Personel secara Offline .......................................................
5.1.2 Data Personel secara Online .......................................................
5.1.2.1 Pangkat .........................................................................
5.1.2.2 Reputasi ........................................................................
5.2 Sistem Norma .......................................................................................
5.2.1 Konfrontasi .................................................................................
5.2.2 Sistem Norma Komunitas Kaskus ................................................
5. 2.2.1 Sistem Reputasi ............................................................
5. 2.2.2 Aturan-Aturan Terkait Sistem Reputasi ........................
5. 2.2.3 Hak Anggota ISO 2000 ................................................
5.2.3 Sanksi ........................................................................................
5. 2.3.1 Keterbatasan Hukuman Pada Komunitas Virtual ...........
5. 2.3.2 penyimpangan Ekspektasi ............................................
5.3 Peralatan Fisik .....................................................................................
5.4 Kelakuan Berpola ................................................................................
5.4.1 Pertemuan Online .......................................................................
5.4.2 Pertemuan Offline .......................................................................
5.4.3 Bahasa Khas ...............................................................................
41
41
41
42
42
44
44
44
45
46
47
49
50
52
54
56
57
57
59
59
BAB VI. MODAL SOSIAL ..................................................................................
6.1 Kepercayaan ........................................................................................
6.1.1 Kepercayaan dalam Forum Jual Beli ...........................................
6.1.2 Kepercayaan Terhadap Threads ..................................................
6.1.2.1 Aturan dalam Menulis Threads .....................................
6.1.2.2 Umpan Balik Anggota ...................................................
6.1.3 Kelemahan Kepercayaan Virtual ................................................
6.2 Jaringan ...............................................................................................
61
61
61
63
64
65
67
68
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................
7.1 Kesimpulan ..........................................................................................
7.2 Saran ...................................................................................................
71
71
72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 73
LAMPIRAN .......................................................................................................... 75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Komponen-Komponen dari Pranata Sosial ............................................ 12
Bagan Kerangka Analisis ....................................................................... 21
Lambang Kaskus .................................................................................... 28
Halaman depan Situs Anti Kaskus .......................................................... 37
Pertamax dan Gagal Pertamax .............................................................. 39
Penggunaan bahasa Kaskus dalam situs pertemanan Facebook .............. 40
Gambar Profil......................................................................................... 46
Tempat Melaporkan ID secara Langsung ................................................ 51
Bagan Gambaran Kelemahan Hukuman Virtual ..................................... 53
Tips Berjualan Aman di Forum Jual Beli ................................................ 62
Hot Threads ........................................................................................... 66
DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
Pembagian Forum pada Komunitas Kaskus ............................................ 34
Hierarki Pangkat Anggota Kaskus Berdasarkan Jumlah Posting ............. 43
Bahasa Khas Kaskus dan Pengertiannya ................................................. 60
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
1
2
3
4
5
6
7
Contoh Kasus Gerakan Sosial dalam Internet ......................................... 75
Data Peringkat Kaskus Menurut Situs Alexa ......................................... 79
Halaman Depan Situs Kaskus ................................................................ 80
Glossary ................................................................................................ 81
Lirik Lagu Kaskus Anthem..................................................................... 84
Kasus Konfrontasi secara Online ........................................................... 86
Kasus Kelemahan Penegakan Sanksi secara Online ............................... 90
Wawancara Online ................................................................................ 81
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Modernisasi seringkali dikaitkan dengan peregangan hubungan sosial.
Ferdinand Tonnies mengungkapkan terjadinya pergeseran masyarakat yang
memiliki hubungan kekeluargaan dan kontak langsung (gemeinschaft) menjadi
lebih associational (gesselschaft) dimana kontrak dan bukti pembayaran (token)
seperti uang mempersatukan orang (Lyon 1997). Di sisi lain modernisasi ditandai
dengan
kehadiran
teknologi-teknologi
komunikasi
(Information
and
Communications Technologies) baru yang membantu menjembatani hubungan
terpisah jarak dengan komunikasi jarak jauh. Information and Communications
Technologies (ICTs) memfasilitasi kehadiran bentuk baru interaksi manusia yang
kemudian dikenal sebagai cyberspace yaitu sebuah domain publik yang
digerakkan oleh komputer yang tidak memiliki batasan teritorial ataupun atribut
fisik (Loader 1997). oleh karena itu meskipun di satu sisi modernisasi dianggap
sebagai peregang hubungan sosial tetapi di sisi lain, modernisasi memberikan
harapan untuk memperbaiki hubungan sosial dan membangun kembali ikatan
komunitas.
Kemampuan internet yang memungkinkan banyak orang yang terpisah
jarak untuk saling berkomunikasi, berinteraksi secara virtual (tanpa kehadiran
fisik) dan membangun hubungan, memfasilitasi munculnya komunitas virtual.
Komunitas virtual (virtual community) adalah istilah yang digunakan oleh
Howard Rheingold (1993) untuk menjelaskan kumpulan sosial yang muncul
dalam internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup
lama untuk membentuk hubungan sosial.
Komunitas virtual memiliki perbedaan dengan komunitas fisik karena
anggota komunitas virtual terpisah secara geografis. Hal ini mendorong beberapa
peneliti merasa pesimis dengan kemampuan komunitas virtual untuk membangun
modal sosial. Best dan Krueger (2006) mengungkap adanya dua alasan yang
menunjukkan bahwa modal sosial tidak dapat terbentuk dalam komunitas online.
Alasan pertama adalah bahwa ikatan sosial online terlalu lemah untuk membentuk
modal sosial. Alasan kedua adalah bahwa internet memungkinkan individu untuk
memilih komunitas mereka sendiri menurut topik, aktivitas atau ideologi,
sehingga komunitas virtual cenderung menyatukan orang-orang dengan pemikiran
serupa yang menghambat pembentukan modal sosial. Sementara itu London
(1997) mengungkap bahwa komunitas virtual seringkali disebut sebagai
pseudocommunities atau komunitas palsu. Hal ini disebabkan karena komunitas
virtual tidak memiliki banyak ciri mendasar dari komunitas fisik seperti
percakapan tatap muka dan pertemuan-pertemuan yang tidak direncanakan dan
yang terpenting, adalah konfrontasi dengan orang lain yang menganut nilai dan
gaya hidup yang berbeda, sehingga komunitas virtual dipandang cenderung
menjadi utopian.
Komunitas virtual selain memiliki berbagai kelemahan namun juga
memiliki potensi yang besar. Beberapa gerakan sosial terjadi dalam internet yang
turut didukung oleh komunitas virtual. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat
beberapa contoh kasus yang terjadi di Indonesia bahwa internet dapat membangun
gerakan sosial yang sangat kuat. Diantaranya adalah dukungan terhadap Prita
Mulyasari serta kasus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melawan Polri
(Lampiran 1).
Komunitas virtual dengan berbagai potensinya diharapkan dapat
memperbaiki komunitas yang mulai menghilang dalam dunia fisik. Howard
Rheingold (Lyon 1997) memperkirakan kemunculan kembali komunitas sebagai
ganti dari kehilangan di masa lalu. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
melihat komunitas virtual ditinjau dari kepemilikan pranata dan modal sosial.
1.2 Perumusan Masalah
Komunitas virtual merupakan cara baru bagi orang di masa modernisasi
untuk membentuk hubungan dengan orang lain. Fenomena ini layak diamati
karena berbagai fungsi yang dapat dicapai dari komunitas virtual, termasuk
kepentingan sosial dan bisnis. Penelitian ini mencoba meneliti keberadaan dan
ketegasan pranata pengatur komunitas virtual. Hal tersebut dilakukan dengan
asumsi bahwa kepemilikan pranata yang tegas akan membentuk ikatan yang kuat
diantara anggota komunitas, karena pranata mampu menjaga keutuhan kelompok
serta menjadi pegangan pengendalian sosial (Soekanto 2002).
Selanjutnya komunitas yang kuat diharapkan mampu menghasilkan manfaat
berupa modal sosial. Meskipun peneliti tidak menemukan literatur yang secara
tegas menghubungkan pranata dengan kepemilikan modal sosial, akan tetapi
penelitian Wade (Krishna 2000) menyebutkan bahwa efisiensi modal sosial lebih
tinggi ketika tujuan sosial terdefinisi dengan baik dan secara obyektif disetujui.
Sehingga diasumsikan jika pranata yang tegas yang berfungsi menjaga keutuhan
kelompok memiliki hubungan dalam kepemilikan tujuan bersama oleh setiap
anggota komunitas, yang pada akhirnya membentuk modal sosial yang lebih
efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan komponen pranata dan
modal sosial di dalam komunitas virtual, karena kedua komponen tersebut
dianggap penting untuk membentuk komunitas yang kuat dan produktif.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan antara lain:
1. Bagaimana bentuk pranata di dalam komunitas virtual?
2. Apakah terdapat modal sosial di dalam komunitas virtual?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian untuk menghasilkan:
1. Deskripsi pranata sosial di dalam komunitas virtual.
2. Deskripsi modal sosial di dalam komunitas virtual.
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti : dapat menambah wawasan mengenai komunitas virtual
terutama terkait dengan kepemilikan modal sosial.
2. Bagi komunitas dan pengembang komunitas virtual: dapat digunakan
sebagai data yang membantu mengembangkan komunitas virtual.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komunitas Virtual
Komunitas virtual merupakan terjemahan langsung dari kata virtual
community, istilah yang digunakan oleh Rheingold (1993) untuk menyebut
komunitas yang terbentuk di dalam dunia maya internet. Terdapat beberapa istilah
lain yang merujuk pada komunitas yang terbentuk di dalam internet seperti
internet community (Stockdale dan Borovicka 2006; Turner dan Fisher 2006),
cyberspace community (Cantel dan Siegel dikutip oleh Stockdale dan Borovicka
2006) ataupun non-place community (London 1997).
Komunitas virtual memiliki berbagai pengertian berbeda. Stockdale dan
Borovicka (2006) mengambil pengertian yang digunakan oleh Rheingold (1993),
menyatakan bahwa komunitas virtual merupakan kumpulan sosial yang muncul
dari internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup
lama untuk membentuk hubungan sosial. Lee, Voyagel dan Limayem (dikutip
oleh Turner dan Fisher 2006) mengartikannya sebagai teknologi yang didukung
oleh dunia maya, terpusat pada komunikasi dan interaksi partisipan yang
disatukan dalam suatu bangunan relasi. Sementara itu London (1997) mengutip
pengertian lain komunitas virtual dari Rheingold dan mendefinisikannya sebagai
kelompok dari individu-individu yang dihubungkan bukan oleh geografi
melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer. Berbagai pengertian
tersebut, menunjukkan bahwa komunitas virtual membutuhkan beberapa ciri
seperti adanya komunikasi dan interaksi partisipan yang membentuk hubungan
sosial serta mengembangkan sebuah bangunan relasi. Semua itu dilakukan di
dalam sebuah ruang cyber dengan mengesampingkan kedekatan secara geografis
antar partisipan.
Komunitas virtual terbentuk karena adanya keberadaan teknologi
computer-mediated communications (CMC) dan dorongan dari luar. Rheingold
(1993) menyimpulkan bahwa dimanapun teknologi CMC disediakan bagi
seseorang, siapapun dia, mereka tidak bisa dihindari akan membangun komunitas
virtual dengan teknologi tersebut, seperti mikroorganisme membentuk koloni.
Untuk perkembangan internet, cyberspace dan komunitas virtual yang berjalan
cepat Rheingold menggambarkannya dengan perumpamaan biologis: cyberspace
sebagai cawan petri sosial, Net sebagai medium agar-agar dan komunitas virtual
dengan segala keberagamannya sebagai koloni mikroorganisme yang tumbuh
dalam cawan petri. Setiap koloni kecil mikroorganisme (komunitas dalam Net)
adalah percobaan sosial yang tidak direncanakan oleh seseorang tetapi tetap
terjadi. Sementara itu hilangnya ruang publik dalam dunia nyata menumbuhkan
kebutuhan dalam diri setiap orang untuk membentuk komunitas virtual.
Rheingold (1993) meyakini bahwa komunitas virtual dalam internet
merupakan komunitas yang sesungguhnya. Di lain pihak, meski sering dianggap
memiliki ciri komunitas fisik, London (1997) mengungkap bahwa komunitas
virtual seringkali disebut sebagai pseudocommunities atau komunitas palsu. Hal
ini disebabkan karena komunitas virtual tidak memiliki banyak ciri mendasar dari
komunitas fisik seperti percakapan tatap muka dan pertemuan-pertemuan yang
tidak direncanakan, dan mungkin yang terpenting, menurut London (1997), adalah
konfrontasi dengan orang lain yang menganut nilai dan gaya hidup yang berbeda,
sehingga komunitas virtual dipandang cenderung menjadi utopian. London (1997)
juga mengkritisi komunitas virtual yang tidak memiliki tempat tertentu (nonplace) yang memberikan kepada anggota mereka rasa kepemilikan (sense of
belonging) tanpa membebankan kewajiban layaknya komunitas model lama.
Sehingga ketika memvirtualkan hubungan manusia, Ehrenfeld (dikutip oleh
London 1997) mengajukan bahwa manusia tidak lagi menyentuh komposisi
pokok komunitas, dengan beragam perbedaan fisik dan lingkungan.
Perbedaan paling mendasar antara komunitas virtual dengan komunitas
nyata, terdapat pada konteks ruang (space). Ruang, bagi anggota komunitas
virtual adalah sebuah alamat dalam dunia cyber, dan lokasi yang terpisah puluhan
kilometer dalam dunia nyata, disatukan dalam sebuah layar komputer.
Mengambil pernyataan Parson tentang hubungan ruang dengan komunitas
dikutip Brown (2002), bahwa hak hukum (jurisdiction) merujuk pada kewajiban
(obligation). Kewajiban menyebabkan penegakan (reinforcement). Penegakan
diikuti dengan sanksi. Sanksi untuk menyebabkan pengaruh, harus mencapai
obyek. Obyek untuk dapat dicapai harus memiliki lokasi ruang (space). Semua
dimulai dengan hak hukum dan berakhir dengan ruang. Sehingga mengikuti
pernyataan Parson, sebuah komunitas tidak akan melakukan penegakan kewajiban
(jurisdiction) jika mereka tidak menempati sebuah ruang tertentu. Komunitas
tanpa kedekatan ruang seperti komunitas virtual menjadi sulit untuk mengikat
anggotanya.
Penelitian yang dilakukan Blanchard dan Markus (dikutip oleh Stockdale
dan Borovicka 2006) di lain pihak, menemukan elemen obligasi yang oleh mereka
diartikan sebagai komitmen untuk ikut serta secara aktif dalam aktivitas
komunitas. Melihat bukti ini cukup memberikan gambaran bahwa ikatan
komunitas virtual yang didukung oleh kontak fisik memiliki ikatan yang cukup
kuat, meskipun tidak mencapai level penegakan kewajiban (jurisdiction).
Sementara itu, pengalaman yang dialami Thornton memperlihatkan bahwa dalam
komunikasi melalui layar dalam komunitas internet, seseorang dapat dihukum
dengan tindakan pengasingan (alienation). Tindakan tersebut dilakukan dengan
cara tidak menanggapi percakapan yang dilakukan seseorang yang dihukum oleh
semua anggota komunitas.
Stockdale dan Borovicka (2006) menyatakan bahwa suatu komunitas
online memperlihatkan beberapa komponen seperti:
1. Tujuan, kepentingan atau kebutuhan bersama.
2. Partispasi aktif dan berulang oleh anggota-anggota dengan interaksi dan
ikatan yang kuat.
3. Aksesbilitas terhadap sumberdaya bersama dan kebijakan yang mengatur
akses.
4. Pertukaran informasi, dukungan dan layanan.
5. Konteks bersama tentang ketentuan sosial, bahasa atau protokol.
Ciri komunitas tersebut memperlihatkan pentingnya modal sosial dan
pranata sosial. Oleh karena beberapa komponen modal dan pranata sosial turut
menjadi cirinya. Penjelasan terkait modal dan pranata sosial akan dijelaskan
dalam bagian selanjutnya.
2.1.2 Perkembangan Teknologi dan Komunitas
Sejak revolusi industri Eropa pada abad ke-19 hingga revolusi informasi,
perkembangan teknologi dan modernisasi selalu dikaitkan dengan kemunduran
komunitas. Putnam (London 1997) secara tegas menarik garis langsung sejajar
antara kemunculan televisi dengan kemunduran apa yang dia sebut sebagai modal
sosial. Komputer, VCRs, virtual reality dan teknologi lain dituduh mengurung
manusia dari pertetanggaan dan komunitas, memperburuk hilangnya modal sosial.
Di sisi lain, terdapat pula pendapat yang menganggap jaringan komputer dan
komunitas virtual memperkuat ikatan komunitas dan membalikkan kemunduran
modal sosial.
Penelitian Quan-Haase et al (2002), membagi dua sumber pandangan
tentang teknologi dan komunitas. Pandangan pertama berasal dari para utopian,
yang menganggap internet menyediakan cara baru yang lebih baik untuk
melibatkan diri dalam masyarakat dan menemukan informasi. Sementara itu
pandangan kedua berasal dari dystopian yang menganggap internet memikat
orang menjauhi komunitas in-person dan diskusi informasi mereka.
Howard Rheingold (1993), berargumen bahwa jaringan elektronik
sebaiknya dipandang bukan sebagai dunia yang terpisah dari dunia nyata,
melainkan sebagai sistem syaraf dari dunia fisik. Dari pengalamannya selama
bertahun-tahun menjadi anggota sekaligus pengamat komunitas virtual WELL,
Rheingold melihat bahwa komunitas virtual sebenarnya membutuhkan ikatan
kepada komunitas fisik. Selain itu, sense of community berkembang saat anggota
bertemu tatap muka. Francis Fukuyama (London 1997) mendukung gagasan
tersebut, menurutnya manfaat teknologi bukan dalam menciptakan komunitas
baru, melainkan memperkuat jaringan sosial yang sudah ada.
Pengaruh teknologi terhadap komunitas dapat dilihat dalam hasil
penelitian Quan-Haase et al (2002). Penelitian mereka bertujuan untuk melihat
pengaruh internet terhadap kontak sosial, civic engagement, dan sense of
community. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan
internet tidak berhubungan, dengan keseluruhan sense of community maupun
dengan pengasingan diri (alienation). Di lain pihak, terdapat peningkatan dalam
sense of online community yang disebut dalam penelitian Navarrete dan Huerta
(2006) sebagai sense of virtual community. Sementara itu, para peneliti menduga
bahwa orang memiliki lebih banyak hubungan relasi dibandingkan dengan masa
pra-internet, kontak yang lebih sering dengan relasi, serta penguatan pertalian
melalui kontak yang lebih sering.
Dalam penelitian ini (Quan-Haase et al 2002) ditemukan sejumlah
anomali, pertama meskipun penggunaan email berhubungan dengan tingkat sense
of virtual community yang lebih tinggi, namun tidak mempengaruhi sense of
community secara keseluruhan. Kedua, penggunaan email yang tinggi dengan
teman dan keluarga (yang tempat tinggalnya) dekat, sedikit mempengaruhi
penurunan kontak offline. Secara keseluruhan, penelitian tersebut tidak
menunjukkan efek tunggal internet. Pada saat waktu memisahkan komunitas,
internet memfasilitasi kontak sosial yang mendukung kontak tatap muka dan
telepon. Pada saat terjadi kemunduran civic engagement, internet menyediakan
alat bagi mereka yang telah terlibat untuk meningkatkan keterikatan (engagement)
mereka. Ketika identitas menjadi bagian dari komunitas multipersonal, internet
menyediakan alat yang lain untuk merasa terhubung dengan teman dan sanak
keluarga. Daripada melemahkan bentuk komunitas mereka yang lebih aktif secara
offline lebih aktif pula secara online, begitupun sebaliknya. Dengan cara tersebut,
orang
memasukkan internet
kedalam kehidupan sehari-harinya,
internet
membantu perkembangan perubahan komposisi modal sosial (Quan-Haase et al
2002).
2.1.3 Pranata Sosial
Istilah pranata sosial merupakan terjemahan dari kata institution yang
berasal dari bahasa inggris. Istilah ini diterjemahkan dalam berbagai istilah oleh
banyak ahli, sebagai pranata-sosial, bangunan sosial ataupun lembaga sosial
(Soekanto 2002). Soekanto menyebutnya sebagai lembaga kemasyarakatan dan
mengartikannya sebagai “himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat”. Hodgson
mendefinisikannya sebagai sistem dari aturan yang ditetapkan dan umum yang
membangun interaksi sosial. Bahasa, uang, hukum, sistem ukuran berat dan
panjang serta table manners merupakan beberapa contoh dari pranata sosial
(Hodgson 2006).
Koentjaraningrat (2002b) menyebutnya sebagai pranata sosial untuk
membedakannya dengan lembaga dan mengartikannya sebagai suatu sistem
aktivitas khas dari kelakuan berpola beserta komponen-komponennya yaitu:
sistem norma dan tata kelakuannya, dan peralatannya ditambah dengan manusia
atau personel yang melaksanakan kelakuan berpola. Menurut fungsinya,
Koentjaranigrat (2002a) menjelaskannya sebagai sistem-sistem yang menjadi
wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut
pola-pola resmi.
Sistem Norma
Kelakuan Berpola
Personel
Peralatan Fisik
Gambar 1. Komponen-Komponen dari Pranata Sosial
(Koentjaranngrat 2002b)
Pranata sosial atau lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya
memiliki beberapa fungsi, antara lain (Soekanto 2002):
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka
harus bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalahmasalah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut kebutuhan
pokoknya.
2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control), artinya, sistem pengawasan dari
masyarakat terhadap tingkah-laku anggota-anggotanya.
Hodgson (2006) menyebut bahwa pranata sosial membatasi sekaligus
memungkinkan terjadinya tingkah laku (behavior). Keberadaan aturan
mengimplikasikan pembatasan, akan tetapi pembatasan itu membuka pilihan
dan tindakan yang tanpa aturan tidak mungkin hadir, seperti bahasa yang
memungkinkan manusia berkomunikasi atau aturan lalu lintas yang
menjadikan lalu lintas teratur dan lebih aman. Oleh karena itu keberadaan
pranata sosial sangat esensial bagi kelangsungan hidup kelompok.
Norma sebagai salah satu komponen dari pranata sosial dijelaskan oleh
Tuomela (Hodgson 2006) sebagai suatu aturan perilaku (behavioral
regularities) yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi. Tujuan
kolektif tumbuh ketika individu yang memiliki tujuan tertentu mengikuti
kelompok yang memegang tujuan tersebut dan percaya bahwa anggota
kelompok yang lain juga memegang tujuan yang serupa.
Penegakan norma lebih melibatkan jaringan kesalingpercayaan daripada
persetujuan yang sesungguhnya (actual agreements). Sehingga bagi Tuomela
norma berbeda dengan aturan (rules). Peraturan merupakan produk
persetujuan yang jelas yang dibawa oleh suatu otoritas dan mengimplikasikan
sanksi disisi lain, norma ditegakkan melalui pencelaan sosial (social
disapproval). Meskipun sulit menegakkan pembedaan yang tegas diantara
keduanya (Hodgson 2006).
Komponen kelakuan berpola yang digunakan oleh Koentjaraningrat
dalam penelitian ini akan dijelaskan dengan konsep kebiasaan (habit) dalam
konsep Hodgson. Menurut Hodgson, tingkah laku berulang (dalam hal ini
disamakan dengan kelakuan berpola) penting dalam menentukan kebiasaan,
meskipun keduanya tidak sama. Kebiasaan (habit) dijelaskan Hodgson
sebagai repertoire bawah sadar terhadap pemikiran atau tingkah laku
potensial yang dapat dicetuskan atau ditegakkan oleh stimulus atau konteks
yang tepat. Penerimaan kebiasaan merupakan mekanisme psikologis yang
membentuk sebagian besar perilaku mengikuti aturan (rule-following
behavior). Aturan yang berlaku menyediakan imbalan dan batasan bagi
tindakan individu. Oleh karena itu struktur aturan membantu menciptakan
kebiasaan dan preferensi yang sejalan dengan reproduksinya. Kebiasaan
merupakan material konstitutif dari pranata sosial, menyediakan daya tahan,
kekuatan dan otoritas normatif bagi pranata sosial. Pada gilirannya, dengan
mereproduksi
kebiasaan bersama tentang pemikiran, pranata sosial
menciptakan mekanisme kuat terkait konformitas dan persetujuan normatif
(Hodgson 2006).
Hodgson menjelaskan bahwa pranata sosial tidak berdiri terpisah dari
kelompok individu yang terlibat, eksistensi pranata sosial bergantung kepada
individu-individu, interaksi mereka terutama pola pemikiran bersama milik
mereka. Lebih lanjut Hodgson menjelaskan bahwa pranata sosial terletak
pada disposisi individu lain, selain itu juga bergantung pada interaksi yang
tersusun diantara mereka, seringkali juga menyertakan artefak dan instrument
material. Sehingga Hodgson menyatakan bahwa pranata sosial sesuai dengan
botol Klein bahwa the subjective “inside” is simultaneously the objective
“outside.”
2.1.4 Modal Sosial
Modal sosial bukan merupakan entitas tunggal, Krishna (2000)
menyatakannya sebagai aset sosial yang menghasilkan aliran manfaat. Aset
terdiri dari persediaan (stock) modal sosial, sedangkan manfaat sebagai aliran
(flow). Seperti halnya bentuk modal (capital) yang lain, modal sosial bersifat
produktif, memungkinkan prestasi yang saat modal sosial tidak hadir, hal itu
menjadi tidak mungkin (Coleman 2000). Sementara itu Putnam (dikutip oleh
London 1997) mengartikan modal sosial sebagai stok kepercayaan sosial
(social trust), norma dan jaringan yang dapat digunakan orang untuk
menyelesaikan masalah bersama.
Krishna (2000) mengungkap bahwa dalam konsep modal sosial yang
dipopulerkan antara lain oleh Putnam, Leonardi, dan Nanetti, aliran dianggap
berhubungan langsung dengan dengan tingkat
persediaan, sehingga
persediaan modal sosial yang tinggi selalu menghasilkan sebesar-besarnya
aliran manfaat, sementara persediaan yang rendah selalu menghasilkan aliran
yang memiskinkan (impoverished flows). Hubungan antara persediaan dengan
aliran adalah langsung, sebanding, dan invariant. Sehingga menurut teori ini,
modal sosial yang tinggi selalu menghasilkan aliran manfaat yang juga tinggi.
Penelitian Wade di lain pihak (Krishna 2000) menunjukkan hasil yang
berbeda. Wade melihat bahwa sebuah masyarakat dapat membawa persediaan
modal sosial mereka untuk menghasilkan lebih atau kurang efektif terhadap
tugas di tangan mereka. Efisiensi penggunaan akan lebih tinggi ketika tujuan
sosial terdefinisi dengan baik dan disetujui secara obyektif. Jika anggota
dalam kelompok tidak memiliki kesamaan pandangan atau kepentingan
terhadap tugas yang dihadapi, modal sosial tidak akan memberikan manfaat
secara efektif.
Dalam pembentukan modal sosial, baik Krishna maupun Uphoff (2000)
menyadari satu fenomena perilaku obyektif yang menjadi dasar bagi modal
sosial, yaitu ekspektasi. Ekspektasi tersebut terkait bagaimana seseorang
seharusnya berperilaku, bagaimana orang lain berperilaku, dan bagaimana
seseorang memperkirakan akan berperilaku, mempengaruhi bagaimana
masing-masing dari kita akan berperilaku pada suatu situasi yang dihadapi.
Beragam ahli memiliki penjelasan yang beragam tentang modal sosial.
Coleman (2000) mengungkapkan bentuk-bentuk modal sosial berupa:
Kewajiban, pengharapan (expectancy) dan struktur rasa kepercayaan; Saluran
informasi, serta; Norma dan sanksi yang efektif. Tidak banyak berbeda
dengan Coleman, Putnam (dalam Mohan dan Mohan 2002) menekankan
bahwa modal sosial merupakan properti dari kolektivitas, dia mengacu pada
ciri kehidupan sosial berupa jaringan, norma dan kepercayaan yang
memungkinkan partisipan untuk melakukan tindakan bersama dengan lebih
efektif untuk mengejar sasaran bersama (shared objectives). Menyatukan
kedua pendapat tersebut, modal sosial yang ingin diteliti berupa kepercayaan,
dan jaringan.
Rasa kepercayaan memiliki fungsi esensial bagi pembentukan modal
sosial. Coleman (2000) menjelaskan bahwa tanpa rasa kepercayaan yang
tinggi diantara para anggota kelompok, kelembagaan tidak dapat hadir, atau
dengan kata lain tidak memiliki modal sosial. Sementara itu terkait dengan
komponen jaringan, Goddard (2003) dengan mengambil hasil penelitian
Coleman di Korea Selatan menunjukkan bahwa jaringan sosial menyediakan
kesempatan bagi pertukaran informasi yang memfasilitasi hasil yang
diinginkan oleh anggota kelompok. Tanpa hubungan sosial tidak mungkin
dilakukan pertukaran informasi ataupun penegakan norma yang memfasilitasi
tujuan kolektif (Goddard 2003). Sejalan dengan itu Andrea Kavaraugh dan
Scott Patterson (dikutip oleh London 1997) menyatakan bahwa jaringan
komunitas mampu membangun jaringan sosial dan pertukaran informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tindakan kolektif. Hal tersebut dianggap sebagai
sebuah poin kepada kapasitas membangun (building capacity) dengan potensi
meningkatkan modal sosial.
2.1.5 Modal Sosial dan Internet
Berbagai penelitian telah melihat hubungan antara internet dengan
modal sosial. Penelitian Navarrete dan Huerta (2006) terhadap komunitas
Transnasional Communities of Immigrants (TCIs) menyediakan cukup bukti
untuk membuktikan bahwa pengalaman TCIs memiliki perasaan communitylike dan tingkah laku dalam keadaan yang setara dengan komunitas fisik. Hal
ini bisa jadi disebabkan karena komunitas TCIs mampu untuk melakukan
kontak secara online maupun offline, yang disebut oleh Navarrete dan Huerta
sebagai hybrid community of interest (komunitas minat hibrida).
Bertolak belakang dengan hal tersebut, Best dan Krueger (2006)
mengungkapkan beberapa peneliti yang memiliki pandangan berbeda.
Pertama mereka menyatakan bahwa ikatan sosial online terlalu lemah untuk
membentuk modal sosial. Menurut mereka, meskipun interaksi sosial secara
online dapat memperluas jaringan sosial, namun ikatan lemah yang muncul
dari internet tidak menunjukkan kondisi minimal yang dibutuhkan untuk
membentuk modal sosial. Salah satu alasannya adalah karena internet
memungkinkan anggotanya untuk menyembunyikan identitas asli mereka.
Mengambil pendapat Blanchard dan Horan serta Shah et al (dikutip oleh Best
dan Krueger 2006) bahwa meskipun anonimitas ini memiliki manfaat seperti
menyingkirkan ciri pembatas sosial seperti ras atau usia, tetapi karena users
tidak dapat memutuskan dengan siapa dia berinteraksi online, users tidak
dapat membangun kepercayaan.
Alasan kedua yaitu bahwa internet memungkinkan individu untuk
memilih komunitas mereka sendiri menurut topik, aktivitas atau ideologi,
komunitas ini cenderung menyatukan orang-orang dengan pemikiran serupa,
yang menghambat pembentukan modal sosial. Best dan Krueger mengambil
pandangan Uslaner bahwa homophily ini memberikan dampak negatif bagi
pembentukan kepercayaan bersama (Best dan Krueger 2006).
Penelitian Best dan Kruger (2006) tersebut menunjukkan bahwa secara
umum internet menyatukan orang-orang yang saling mempercayai. Oleh
karena itu, meskipun terdapat pandangan bahwa interaksi sosial tidak mampu
menghasilkan modal sosial, penemuan mereka mengimplikasikan bahwa
setidaknya komunitas online bukanlah tempat berkumpul orang-orang yang
saling membenci (misanthropic) (Best dan Krueger 2006). Sejalan dengan hal
tersebut, London (1997) melihat bahwa jaringan elektronik, terutama ketika
ditambah dengan jaringan tatap muka, dapat memperkuat komunitas dengan
menyediakan “free spaces” dengan mengembangkan dialog dan deliberation
serta dengan memperkaya ikatan kepercayaan, pertukaran dan keterhubungan
yang memperbaiki modal sosial.
2.2 Kerangka Pemikiran
Seiring dengan perkembangannya, komunitas virtual menjangkau
berbagai kepentingan, mulai dari kepentingan sosial hingga ekonomi. Dengan
menggunakan internet sebagai sarana penghubung, komunitas virtual mampu
menyatukan berbagai orang dari berbagai wilayah bahkan berbagai negara.
Oleh karena kemampuannya menyatukan orang dan sebagai sarana
komunikasi banyak orang ke banyak orang lainnya (many-to-many) itulah
komunitas virtual memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Akan tetapi
untuk membangun sebuah komunitas dalam dunia virtual bukan hal mudah,
beberapa kendala seperti kerahasiaan identitas dan tingkat kepercayaan antar
anggota yang tidak pernah bertemu muka secara langsung (face-to-face) dapat
menghalangi pembentukan sense of community sebagai syarat komunitas.
Pranata dan modal sosial merupakan dua hal yang penting bagi
keberlanjutan suatu komunitas. Pranata sosial merupakan sistem dari
peraturan sosial yang ditetapkan dan bersifat umum yang membentuk
interaksi sosial (Hodgson 2006). Koentjaraningrat membagi pranata sosial
kedalam empat komponen pembentuk berupa, sistem norma dan tata
kelakuannya, peralatannya ditambah dengan manusia atau personel, yang
melaksanakan kelakuan berpola.
Modal sosial merupakan gabungan dari beberapa entitas yang berbeda.
Akan tetapi setiap ahli memiliki konsep yang berbeda terhadap modal sosial.
Dalam konsep yang digunakan Quan-Haase et al (2002), modal sosial
merupakan gabungan dari modal jaringan (network capital), civic
engangement, serta sense of community. Sementara itu dalam konsep
Coleman menyebutkan tiga entitas berupa kewajiban, pengharapan dan
struktur rasa kepercayaan; Saluran informasi, serta; Norma dan sanksi yang
efektif. Sementara itu Putnam (Mohan dan Mohan 2002) menekankan bahwa
modal sosial merupakan properti dari kolektivitas, dia mengacu pada ciri
kehidupan sosial berupa jaringan, norma dan kepercayaan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa modal sosial tidak dapat terbentuk
didalam komunitas virtual (sebagai contoh Uslaner yang dikutip oleh Best
dan Krueger 2006). Akan tetapi ahli yang berbeda berpendapat bahwa modal
sosial dan sense of community dapat muncul dalam komunitas virtual,
meskipun modal sosial dan sense of community tersebut mulai terbentuk pada
saat anggotanya bertemu secara offline (Rheingold 1993). Penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui kepemilikan modal sosial dan pranata
sosial didalam komunitas virtual, baik dengan ataupun tanpa interaksi offline.
PRANATA SOSIAL
Personel
Karakteristik anggota
Sistem Norma
Aturan
Sanksi
penegakan
MODAL SOSIAL:
• Kepercayaan
• Jaringan
Peralatan fisik
Peralatan komunikasi
Kelakuan berpola
• Pertemuan
offline
• Pertemuan
online
Gambar 2. Bagan Kerangka Analisis
2.3 Hipotesis Pengarah
Komunitas virtual dapat memiliki pranata dan modal sosial layaknya
komunitas dalam dunia nyata. Bentuk-bentuk pranata maupun modal sosial
dalam komunitas virtual dapat berbeda dengan komunitas nyata sehingga
perlu dideskripsikan tersendiri.
2.4 Definisi Konseptual
1. Komunitas Virtual : Komunitas virtual dibentuk oleh cukup banyak orang
dalam waktu yang cukup lama untuk membentuk hubungan sosial.
2. Pranata sosial : sistem dari peraturan sosial yang ditetapkan dan bersifat
umum yang membentuk interaksi sosial yang terdiri dari empat
komponen, yaitu personel, sistem norma, peralatan fisik dan kelakuan
berpola.
3. Personel : individu yang mejadi anggota, berkomunikasi dan berinteraksi
di dalam komunitas.
4. Peralatan fisik : Peralatan fisik dalam penelitian ini ditujukan bagi
instrumen material, yaitu alat-alat yang digunakan oleh anggota
komunitas untuk menjalankan kegiatannya sebagai komunitas.
5. Kelakuan berpola : merupakan tindakan berulang yang dilakukan bersama
oleh anggota komunitas. Kelakuan berpola penting untuk membentuk
kebiasaan (habits).
6. Sistem norma : merupakan aturan perilaku (behavioral regularities) yang
muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi yang penegakannya lebih
lebih melibatkan jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang
sesungguhnya (actual agreements).
7. Modal sosial : aset sosial yang bersifat produktif, properti dari kolektivitas
yang mengacu pada ciri kehidupan sosial berupa jaringan dan
kepercayaan.
8. Jaringan : merupakan pola pertukaran dan interaksi sosial yang
berlangsung terus menerus.
BAB III
PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan dilakukan melalui pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan kegiatan komunitas yang
didukung dengan wawancara mendalam terhadap anggota komunitas virtual Kaskus.
Pendekatan ini dipilih karena peneliti ingin melihat secara langsung keberadaan dan
bentuk-bentuk pranata serta modal sosial yang ada di dalam komunitas virtual.
Pendekatan wawancara dilakukan untuk memperdalam data yang sudah ditemukan dari
pengamatan terhadap komunitas virtual Kaskus. Selain itu untuk melakukan pengamatan
terhadap kegiatan komunitas, peneliti juga melakukan pendekatan partisipatif dengan
menjadi anggota komunitas virtual Kaskus.
Wawancara sebagian dilakukan secara tatap muka dan sebagian yang lain
dilakukan secara online. Pendekatan online dilakukan karena lokasi responden yang
tersebar. Responden dihubungi melalui private message melalui situs Kaskus kemudian
dilanjutkan dengan melakukan percakapan secara online (chatting).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap anggota website komunitas virtual Kaskus yang
diakses melalui www.kaskus.us. Penelitian dilakukan secara online maupun offline untuk
memudahkan pengamatan dan demi mendapatkan data yang lebih lengkap bagi
penelitian. Penelitian secara online selain melakukan pengamatan terhadap situs juga
dilakukan wawancara dengan percakapan online (chatting) melalui “Yahoo! Messenger”.
Sementara itu penelitian offline dilakukan dengan melakukan wawancara tatap muka
terhadap anggota komunitas Kaskus yang berada di sekitar kampus IPB Dramaga.
Komunitas Kaskus sendiri memiliki berbagai forum, selain forum tempat
bertukar informasi, Kaskus juga memiliki forum jual beli, blog, dan radio internet. Forum
bertukar informasi misalnya Lounge, Forum Musik serta Forum Movie, di dalam forum
ini anggota saling berkomunikasi membahas topik-topik tertentu hingga
terbentuk
hubungan yang dinamis. Forum jual beli diisi dengan anggota-anggota yang menjadi
penjual dan pembeli serta melakukan transaksi ekonomi. Blog berisi dengan tulisantulisan catatan personal anggota dan anggota yang lain dapat memberikan umpan balik.
Sementara itu Radio Internet Kaskus merupakan radio online yang memutar musik
layaknya radio konvensional, serta memiliki tempat untuk melakukan komunikasi virtual
antar anggota ataupun dengan pihak (Disk Jockey) radio Kaskus.
Penelitian ini memfokuskan pada satu bidang saja, yaitu forum, dan pengamatan
lebih fokus dilakukan dalam forum lounge. Pilihan ini diambil dengan pertimbangan
antara lain:
1. Bidang yang dicakup Kaskus terlalu luas untuk diteliti secara keseluruhan. Bukan
hanya keterbatasan waktu, melainkan juga adanya keterbatasan bidang ilmu yang
dimiliki peneliti yang tidak memungkinkan melakukan penelitian komunitas
secara menyeluruh.
2. Forum jual beli (FJB) tidak menjadi fokus penelitian karena hubungan yang
terjadi didalamnya adalah berbasis keuntungan materi. Akan tetapi bukan berarti
forum ini diacuhkan sama sekali karena FJB memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan forum Kaskus. Identitas penjual dan pembeli dalam forum ini sama
dengan identitas anggota forum Kaskus. Sistem pangkat, reputasi, norma dan
aturan lain dari forum Kaskus adalah pranata sosial bagi FJB. Perumpamaan
dalam dunia nyata, FJB merupakan sebuah pasar, di dalam sebuah pasar, pranata
sosial komunitas ikut mengatur dan menjadi penggerak terjadinya aktivitas jual
beli, akan tetapi sulit menemukan modal sosial di dalam sebuah pasar.
3. Forum lounge menjadi fokus utama penelitian, karena forum ini berperan sebagai
‘ruang keluarga’ bagi ‘rumah’ komunitas virtual Kaskus. Forum lounge
menampung semua anggota secara umum, baik dia penjual ataupun pembeli
dalam FJB, penggemar musik rock ataupun jazz, anggota grup penggemar klub
Liverpool ataupun Manchester United, semua berkumpul dan berinteraksi di
lounge. Thread yang dikemukakan biasanya bersifat ringan dan dapat diterima
semua anggota. Oleh karena itu dalam forum ini setiap pranata sosial, modal
sosial serta konfrontasi terlihat lebih jelas dibandingkan forum Kaskus yang lain.
Forum lounge juga dianggap dapat mewakili gambaran komunitas Kaskus secara
umum.
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tiga bulan, mulai bulan Oktober 2009 hingga
Januari 2010. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan
dan ikut masuk menjadi anggota komunitas untuk mempermudah penelitian. Awal
penelitian digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan dan melakukan
pengamatan terhadap komunitas Kaskus untuk memahami cara-cara dan aturanaturan dalam komunitas.
3.4 Penentuan Unit Analisis, Informan, dan Responden
3.4.1 Penentuan Unit Analisis
Unit analisis yang dipilih sebagai objek kajian adalah anggota komunitas
virtual Kaskus. Pemilihan dilakukan secara sengaja karena komunitas virtual
Kaskus merupakan komunitas virtual terbesar di Indonesia sehingga dianggap
dapat mewakili gambaran sebuah komunitas virtual. Selain itu komunitas virtual
Kaskus juga telah berdiri cukup lama sehingga diharapkan telah tumbuh pranata
dan modal sosial yang lebih baik dibandingkan komunitas virtual yang masih
baru. Anggota komunitas juga mudah dijangkau peneliti, karena tersebar di
berbagai wilayah, sehingga mempermudah penelitian.
3.4.2 Penentuan Informan
Informan yang dipilih yaitu orang yang mengetahui tentang keberadaan
komunitas virtual Kaskus serta orang yang mengikuti komunitas virtual. Informan
yang dipilih adalah anggota yang telah lama menjadi anggota dan memiliki
hubungan offline dengan peneliti untuk meningkatkan tingkat kepercayaan.
Moderator dan Administrator Kaskus sendiri turut menjadi informan terutama
terkait dengan aturan-aturan dalam Kaskus. Jumlah informan penelitian sebanyak
lima orang.
3.4.3 Penentuan Responden
Responden merupakan anggota komunitas virtual Kaskus. Responden
yang dipilih selain anggota Kaskus yang sudah lama menjadi anggota juga
responden yang memiliki kekhasan seperti menjadi pengumpul bad reputation
point. Responden offline dipilih yang memiliki lokasi dekat dengan peneliti,
sehingga mudah dijangkau. Sementara itu responden online dipilih melalui
informasi yang didapat dari thread Kaskus secara sengaja karena memiliki
kekhasan. Responden penelitian berjumlah tujuh orang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti adalah
pengambilan data primer di lapangan melalui wawancara mendalam secara online
maupun offline, observasi langsung online serta pengamatan berperan serta.
Wawancara dilakukan kepada responden dan informan. Informan yang
diwawancarai adalah anggota komunitas Kaskus yang telah dikenal secara offline,
hal ini untuk memperkuat kepercayaan terhadap sumber informasi.
3.6 Teknik Analisis Data
Data hasil pengamatan dan wawancara merupakan data kualitatif yang
akan dideskripsikan dan dinarasikan berdasarkan hasil yang didapat sesuai dengan
permasalahan yang diambil. Data yang dideskripsikan tersebut digolongkan
berdasarkan permasalahan yang diajukan oleh peneliti sehingga dapat terlihat
kecukupan data yang diambil.
BAB IV
PROFIL KASKUS
4.1 Gambaran Umum Kaskus
Kaskus (www.kaskus.us) adalah situs forum komunitas maya terbesar
Indonesia. Kaskus lahir pada tanggal 6 November 1999 oleh tiga pemuda asal
Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Seattle, Amerika Serikat. Saat ini
Kaskus dikelola oleh PT. Darta Media Indonesia. Kaskus merupakan singkatan
dari kasak kusuk. Kaskus saat ini telah menjadi komunitas virtual terbesar di
Indonesia dengan jumlah anggota mencapai lebih dari satu juta orang yang tidak
hanya berdomisili di Indonesia, melainkan juga tersebar ke berbagai negara yang
lain. Berikut adalah lambang komunitas virtual Kaskus:
Gambar 3. Lambang Kaskus
Situs Alexa (www.alexa.com) merupakan sebuah situs yang khusus
menghitung peringkat situs dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia. Kaskus
dalam peringkat Alexa, menempati urutan ke 368 dunia dan terbesar ke delapan di
Indonesia (data tanggal 12 Oktober 2009). Berikut ini data peringkat beberapa
situs teratas di Indonesia menurut situs Alexa per 12 Oktober 2009:
1. Facebook (facebook.com)
2. Google.co.id (google.co.id)
3. Google (google.com)
4. Yahoo! (yahoo.com)
5. Blogger.com (blogger.com)
6. YouTube (youtube.com)
7. WordPress (wordpress.com)
8. Kaskus (kaskus.us)
Situs-situs yang menempati peringkat diatas Kaskus tersebut tidak satupun
yang berupa komunitas virtual, sehingga data itu mendukung pernyataan Kaskus
sebagai komunitas terbesar di Indonesia. Data peringkat Kaskus menurut situs
Alexa dapat dilihat di Lampiran 2.
Peringkat ini terus diperbarui secara rutin, sehingga peringkat Kaskus
dapat berubah setiap saat. Jumlah anggota dan posting Kaskus sendiri hingga
penelitian selesai dilakukan masih terus meningkat dengan cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa Kaskus masih terus berkembang sehingga terdapat
kemungkinan peringkat Kaskus dalam perhitungan situs Alexa akan meningkat,
meskipun tidak pula menutup kemungkinan muncul pesaing baru yang membuat
peringkat Kaskus turun.
Kaskus sebagai komunitas virtual terbesar Indonesia telah diakui oleh PC
Magazine, sebuah majalah yang membahas tentang komputer dan internet yang
pada tahun 2005 menganugerahi Kaskus sebagai situs terbaik dan komunitas
terbesar. Tahun 2006, Kaskus kembali terpilih sebagai website terbaik pilihan
pembaca PC Magazine.
4.2 Kaskus sebagai Sebuah Komunitas Virtual
Stockdale dan Borovicka (2006) mengambil pengertian yang digunakan
oleh Rheingold, menyatakan bahwa komunitas virtual merupakan kumpulan
sosial yang muncul dari internet ketika ada cukup banyak orang untuk
melanjutkan diskusi cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. Lee, Voyagel
dan Limayem (Turner dan Fisher 2006) mengartikannya sebagai dukungan
teknologi cyberspace terkait komunikasi dan interaksi partisipan, sehingga
menghasilkan pembangunan suatu hubungan (relationship). Sementara itu
London (1997) mengutip pengertian lain komunitas virtual dari Rheingold dan
mendefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu yang dihubungkan
bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer.
Kaskus sendiri merupakan sebuah forum virtual dimana seseorang dapat
bergabung dan kemudian berinteraksi dengan anggota lain dan berpartisipasi
dalam komunitas. Terdapat sebuah bangunan sosial di dalamnya, hierarki berupa
pangkat anggota, modal serta pranata sosial yang mengatur kelakuan anggota.
Stockdale dan Borovicka (2006) menyatakan bahwa suatu komunitas
online memperlihatkan beberapa komponen seperti:
1. Tujuan, kepentingan atau kebutuhan bersama. Berkumpulnya orang-orang
menjadi anggota dalam komunitas virtual Kaskus merupakan sebuah penyaluran
kebutuhan mereka terhadap ruang publik yang semakin menghilang di dalam
dunia nyata, hal ini sesuai dengan pernyataan Rheingold (1993) tentang teknologi
CMC. Di dalam komunitas Kaskus sendiri terdapat kebutuhan bersama, selain
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain juga terdapat kebutuhan untuk
saling berbagi informasi atau bertransaksi (khusus FJB). Sebagai contoh pemilik
ID setan biasa™ yang memilih berinteraksi di forum civitas academica untuk
berhubungan dengan teman satu universitas. Pertemuan itu dapat berlanjut dengan
pertemuan offline melalui acara gathering yang digunakan sebagai sarana
mempererat hubungan. Anggota juga membutuhkan hubungan dengan anggota
lain untuk membangun reputasi. Melalui hubungan antar anggota komunitas,
seorang anggota bisa mendapatkan cendol sebagai pembentuk reputasi.
2. Partispasi aktif dan berulang oleh anggota-anggota dengan interaksi dan ikatan
yang kuat. Setiap anggota aktif berpartisipasi dengan membuat thread dan
anggota yang lain berpartisipasi memberikan posting balasan. Dalam forum Heart
to Heart (H2H) anggota bahkan dapat berinteraksi dengan lebih intim, dalam
artian mereka dapat membicarakan masalah-masalah personal, termasuk masalah
hubungan percintaan, atau masalah dalam keluarga. ID setan biasa™ melalui
pertemuan dalam forum civitas academica, mendapatkan kenalan anggota lain
yang berada dalam satu universitas sehingga memungkinkan dilakukan pertemuan
offline dan membangun interaksi yang lebih erat. Hubungan dipererat melalui
acara seperti menonton film bersama. Anggota yang lain seperti peneliti dengan
ID anaktengah, membangun hubungan dalam forum Movie dan mendapatkan
informasi-informasi terbaru dari anggota-anggota lain. Hubungan dengan anggota
lain diakui peneliti masih belum erat, karena status pangkatnya yang masih
pemula (newbie) sehingga interaksi yang dilakukannya diakuinya masih belum
cukup untuk membentuk ikatan yang kuat.
3. Aksesbilitas terhadap sumberdaya bersama dan kebijakan yang mengatur akses.
Terdapat norma yang mengatur hubungan anggota terutama batasan-batasan hal
yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Setiap anggota memiliki akses dan hak
yang sama di dalam Kaskus akan tetapi terdapat beberapa batasan seperti tidak
boleh memposting sesuatu yang menyinggung SARA dan atau bersifat provokatif
yang dapat menimbulkan perpecahan antar anggota.
4. Pertukaran informasi, dukungan dan layanan. Pertukaran informasi terjadi secara
terus menerus di dalam komunitas virtual Kaskus. Pertukaran ini terjadi dalam
setiap threads baru yang diposting setiap menit dalam berbagai forum Kaskus.
Forum yang paling ramai adalah lounge, dalam forum ini pertukaran informasi
terjadi dengan sangat cepat, melalui threads baru dan posting komentar dari
anggota lain. Akan tetapi forum lounge juga menjadi forum yang paling rawan
dan paling sering mendapatkan “serangan junker”. Junker adalah anggota yang
mem-posting hal-hal yang dianggap sampah (junk) karena tidak penting, tidak
memiliki arti, atau dianggap dapat merusak ketentraman komunitas. Forum-forum
lain lebih teratur dibandingkan lounge karena terdapat beberapa alasan: 1) anggota
yang berkumpul di forum lain memiliki keragaman yang lebih kecil dibandingkan
forum lounge, karena forum-forum tersebut memiliki pengelompokan berdasar
minat yang jelas (seperti musik, film, supranatural, dan sebagainya); 2) anggota
forum lain memiliki minat dan kebutuhan yang serupa (contoh forum Movies diisi
oleh anggota yang memiliki minat yang sama tentang film, forum Music diisi oleh
anggota yang memiliki minat yang sama besar terhadap musik, dan sebagainya);
3) forum lain memiliki jumlah pengunjung yang lebih sedikit dibandingkan forum
lounge. Oleh karena itu meskipun pertukaran informasi terjadi paling cepat dalam
forum lounge, akan tetapi untuk dukungan dan layanan, forum-forum lain dapat
dikatakan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan forum lounge.
5. Konteks bersama tentang ketentuan sosial, bahasa atau protokol. Komunitas
Kaskus memiliki beberapa bahasa khas (seperti: cendol, juragan, bata, TKP, dan
sebagainya) yang telah dikenali oleh anggota (lihat bagian tentang Pranata di Bab
V). Bagi anggota baru, terdapat sebuah forum khusus yang memperkenalkan
Kaskus, kebiasaan, bahasa, serta berbagai pertanyaan umum (FAQ) lainnya.
Aturan-aturan ini meskipun sebagian merupakan aturan tertulis, akan tetapi
sifatnya lebih seperti norma. Penjelasan tentang aturan-aturan ini dijelaskan lebih
lanjut dalam Bab V tentang Sistem Norma.
4.3 Bagian-bagian dalam Forum Kaskus
Forum Kaskus memiliki empat bagian utama yaitu: Kaskus Corner,
Casciscus, Loekeloe dan Regional. Masing-masing bagian tersebut membawahi
beberapa bagian yang lain. Kaskus Corner diisi dengan kabar-kabar tentang
kegiatan yang diselenggarakan oleh Kaskus ataupun yang melibatkan Kaskuser.
Selain itu dalam Kaskus Corner juga terdapat bagian Kaskus Celeb yang menjadi
tempat pemberitaan selebritis yang menjadi Kaskuser, juga menjadi tempat
beberapa selebritis untuk berinteraksi dengan penggemarnya.
Casciscus sebagai tempat untuk berbagi gosip, melakukan curhat (curahan
hati) serta mendiskusikan berbagai informasi, mulai dari info-info ringan hingga
berita dan politik terbaru.
Loekeloe (dibaca Lo ke Lo) yang berarti dari kamu untuk kamu berisi
forum-forum informasi, hobi atau minat. Forum ini menyatukan anggota yang
memiliki kesamaan dan mereka dapat saling berbagi informasi terkait minat
mereka tersebut.
Regional merupakan forum tempat berkumpulnya anggota Kaskus yang
berasal dari wilayah regional yang sama. Wilayah regional Kaskus tidak hanya
mencangkup Indonesia saja melainkan hingga ke negara-negara Australia, Eropa,
Amerika juga beberapa negara lain. Jika Kaskuser membutuhkan informasi
tentang luar negeri maka dapat menghubungi regional negara yang dituju.
Tabel 1. Pembagian Forum pada Komunitas Kaskus
KASKUS CORNER
Kaskus celeb
CASCISCUS
Welcome to
Kaskus
Kaskus Event & Bakti The Lounge
Sosial
Kaskus Promo
Surat Pembaca
Cinta Kaskus
Berita dan
Politik
Cinta Indonesiaku
Business Board
Lelang Amal KaskusPuteri Indonesia
Can You Solve
This Game?
Debate Club
Disturbing
Picture
Education
English
Girls & Boys’s
Corner
Heart to Heart
Dsb
LOEKELOE
All About
Design
AMH
REGIONAL
Australia
Arsitektur
Computer
Stuff
Cooking
Mencooking +
Restaurant
Guide
Fitness &
health body
Gadget &
Gizmo
Games
Indonesia
USA
Handphone &
PDA
Ilmu
Marketing
Health &
Medical
Lifestyle
Dsb
Eropa
Asia
Other Regional
4.4 Pengguna Notable
Anggota komunitas Kaskus menjangkau berbagai kalangan, termasuk
beberapa selebritis. Menurut wikipedia, beberapa dari mereka adalah:
• Exc@libur dan Black Angle. Kaskuser yang sempat dicari karena
keterlibatannya menyebarkan rekaman kotak hitam Adam Air Penerbangan
574 di dunia maya.
• Saykojigor. Rapper, Saykoji.
• AndrieWongso, seorang motivator.
• Katon Bagaskara, seorang musisi.
• Melly Goeslaw, seorang penyanyi dan komposer lagu.
• Budi Anduk, seorang komedian.
• Zahir Ali, seorang pembalap nasional Indonesia.
• Tarzan, seorang komedian.
• Tukul Arwana, seorang komedian.
• Roy Suryo, seorang pakar telematika.
Saykoji, di antara anggota notable tersebut, dapat mewakili ikon Kaskus.
Dalam beberapa kesempatan, Saykoji secara terang-terangan menyebut dirinya
sebagai seorang “Kaskuser”. Sebagai contoh saat dia mengikuti kuis “Siapa Lebih
Berani” di salah satu stasiun TV swasta, dia mengaku dapat memenangkan hadiah
utama karena sering “ngaskus” istilah untuk mengakses situs Kaskus. Saykoji
bahkan memiliki thread khusus untuk berkomunikasi dengan penggemarnya di
forum “Kaskus Celeb”. Saykoji juga membuat sebuah lagu khusus tentang
keseharian seorang kaskuser berjudul “Kaskus Anthem”.
Lagu “Kaskus Anthem” tidak dijadikan lagu yang komersial melainkan
dapat diunduh secara gratis dan bebas melalui Kaskus. Lirik lagu ini
menggambarkan keseharian seorang Kaskuser yang selalu membuka situs Kaskus
sebagai sebuah bagian dari rutinitas hariannya. Lirik lagu ini juga menggunakan
bahasa-bahasa khas Kaskus seperti pertamax, nubitol, momod, cendol ataupun
bata (lirik Kaskus Anthem dapat dilihat dalam lampiran 5).
4.5 Kaskus dan Anti Kaskus
Pada tanggal 26 Oktober 2009, sebuah thread membahas tentang situs
Anti Kaskus. Situs Anti Kaskus bertujuan untuk mengkritik Kaskus. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu tulisan yang muncul di halaman pertama situs tersebut:
”This is a blog which all the people and kaskus member must read. I believe, most of you
wont like me or will be angry with me. Do you reliaze what you get from kaskus? you are
wasting all your valueable time there? What do you think you can get by reading tons of
hoax from a bunch of lame people there? Too many useless and pointless article. Open
your eyes ! It just makes your moral down !”
Beberapa hal yang dikritik situs ini dari Kaskus adalah (1) kebudayaan
Kaskus yang dianggap “siapa yang punya massa, dialah yang benar”, (2)
kebebasan berbicara di dalam Kaskus, (3) gambar-gambar pertamax yang
dianggap menyedihkan dan tidak mendidik, serta (4) informasi dan topik yang
seringkali tidak penting dan memojokkan pihak tertentu tanpa bukti yang jelas.
Akan tetapi saat peneliti ingin membaca isi situs lebih jauh melalui pranala yang
diberikan, ternyata pranala tersebut tidak membuka isi situs yang diinginkan.
Gambar 4. Halaman depan Situs Anti Kaskus
4.6 Ciri Khas Kaskus
Sebagai sebuah komunitas, Kaskus memiliki beberapa hal yang menjadi
ciri khas komunitas. Beberapa ciri khas tersebut adalah Pertamax serta bahasa
khas Kaskus.
4.6.1 Pertamax
Pertamax merupakan istilah yang digunakan oleh Kaskuser saat mereka
berhasil membuat posting balasan pertama kali untuk sebuah thread yang baru
dibentuk. Istilah ini merupakan idiom dari kata ‘pertama’ dan ‘kali (x)’ yang
mendekatkan pada nama produk bahan bakar non subsidi dari PT. Pertamina Tbk.
Pertamax bagi sebagian Kaskuser merupakan sebuah kebanggaan, karena
untuk membuat posting Pertamax, seorang Kaskuser harus bersaing dengan
banyak ‘pemburu Pertamax’ lain yang rata-rata memiliki koneksi internet yang
sangat cepat.
Pemburu Pertamax bahkan telah membuat grup bernama Perpakin atau
Persatuan Pertamax Indonesia. Perpakin berdiri tanggal 1 November 2008 dan
pada ulang tahun pertama mereka, Perpakin mengadakan perlombaan yang
berhadiah GRP atau cendol. Akan tetapi tidak semua pemburu pertamax
tergabung di dalam Perpakin, beberapa dari mereka membentuk persatuan yang
lain, dan beberapa yang lain tidak masuk dalam kelompok apapun.
Pada awalnya, para pemburu Pertamax ditentang oleh banyak anggota lain
yang disebut sebagai Anti Pertamax. Alasannya karena mereka tidak setuju
dengan tingkah usil pemburu pertamax yang terkesan tidak menghargai pembuat
thread (Thread Starter/TS). Pemburu Pertamax seringkali dianggap membuat
junk, karena demi secepatnya membuat posting, mereka menulis sesuatu yang
tidak berarti yang sering disebut mantra Pertamax. Akan tetapi seiring dengan
waktu dan banyaknya protes yang muncul, hingga tak jarang para pemburu
Pertamax di ’timpuk bata’ atau diberikan BRP, mereka mengganti tradisi menjadi
memposting gambar-gambar unik. Saat ini Pertamax tampaknya sudah cukup
diterima di dalam komunitas virtual Kaskus meskipun masih terdapat pihak yang
menentangnya.
Selain gambar unik dari anggota yang berhasil mendapatkan pertamax,
beberapa yang lain juga memposting gambar yang menggambarkan kegagalan
mereka mendapatkan pertamax. Beberapa anggota yang lain merasa puas dengan
berada di halaman pertama thread dan terkadang merekapun memposting gambar
yang menggambarkan keberhasilan mereka muncul di halaman pertama.
Gambar 5. Pertamax dan Gagal Pertamax
4.6.2 Bahasa Khas Kaskus
Kaskus memiliki beragam bahasa khas yang muncul dari interaksi antar
anggotanya. Bahasa-bahasa ini menjadi identitas anggota Kaskus, sebagai contoh
jika seseorang mengatakan “pertamax” dalam status anda di situs pertemanan
facebook, seorang anggota Kaskus lain yang kebetulan membaca status tersebut
akan langsung mengenali anda sebagai seorang Kaskuser.
Bahasa-bahasa ini meskipun khas Kaskus, tak jarang ditemukan pula di
tempat lain, sebagai contoh dalam situs facebook. Hal ini dapat terjadi karena
setiap anggota Kaskus seringkali bukan hanya menjadi anggota sebuah komunitas
virtual, melainkan beberapa komunitas sekaligus. Anggota Kaskus inilah yang
biasa menyebarkan bahasa khas Kaskus ke luar forum. Bahasa khas Kaskus akan
dibahas lebih lanjut dalam Bab V tentang Pranata Sosial dalam Kaskus.
Seorang anggota Kaskus dengan ID mendo25 (diakses tanggal 6 Oktober
2009) membuat thread yang menceritakan tentang penggunaan bahasa Kaskus di
luar forum Kaskus, yaitu dalam situs pertemanan facebook:
Gambar 6. Penggunaan Bahasa Kaskus dalam Situs Pertemanan Facebook
BAB V
PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS
5.1 Personel
Identitas dalam komunitas virtual diwakili oleh simbol-simbol virtual yang
dapat diciptakan oleh anggota yang bersangkutan. Identitas virtual dalam
komunitas Kaskus mencakup nama, gambar (avatar), pangkat serta reputasi.
Identitas virtual dapat dibelokkan dari identitas anggota dalam dunia fisik namun
dapat juga disesuaikan dengan identitas anggota dalam dunia offline. Kebebasan
menciptakan ikon-ikon dan membuat identitas sesuai keinginan anggota ini
disebut oleh Rheingold (1993) sebagai pseudonym.
5.1.1 Data Personel secara Offline
Data personel anggota Kaskus secara offline sebagian besar merupakan
rahasia. Beberapa pengecualian adalah anggota-anggota yang telah melakukan
pertemuan offline. Pertemuan secara offline atau melakukan tatap muka secara
langsung dapat dilakukan antar anggota yang tergabung dalam forum regional
atau dalam civitas academica, yang memiliki kedekatan secara geografis.
Beberapa kali muncul thread yang menanyakan jenis kelamin, usia atau
lokasi anggota Kaskus, akan tetapi data dari thread seperti itu memiliki setidaknya
dua kelemahan. Kelemahan pertama, tidak semua anggota bersedia menunjukkan
identitas personal mereka. Kelemahan kedua, data identitas offline dalam
komunitas virtual sulit untuk dijamin kebenarannya. Oleh karena itu, dalam
komunitas Kaskus, data-data identitas online lebih penting dibandingkan identitas
secara offline.
Pemilik ID setan biasa™ tidak bersedia memberikan nama aslinya saat
dilakukan wawancara online melalui chatting, akan tetapi pemilik ID mengaku
sering mengikuti gathering atau pertemuan offline dengan sesama anggota Kaskus
yang aktif dalam forum civitas academica Universitas Indonesia. Setiap anggota
komunitas virtual memiliki kebebasan dan kemampuan untuk menyembunyikan
data diri mereka. Hal inilah yang seringkali dianggap sebagai kelemahan sekaligus
kelebihan komunitas virtual dibandingkan komunitas fisik.
5.1.2 Data Personel secara Online
Data personel secara online menjadi data yang lebih umum digunakan
dalam membangun pranata dan modal sosial. Data personel online ini mencakup
dua karakteristik penting yaitu reputasi dan pangkat.
5.1.2.1 Pangkat
Pangkat anggota komunitas Kaskus ditentukan oleh jumlah posting yang
telah dikirimkan. Hierarkinya telah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 2.
Tingkatan hierarki ini menentukan tingkat senioritas seorang anggota
komunitas virtual Kaskus dan sekaligus menentukan hak bagi anggota. Anggota
senior memiliki hak yang lebih banyak dibandingkan anggota lain yang lebih
junior. Anggota Kaskus yang telah memiliki jumlah posting sebanyak 2000,
memiliki hak untuk memberikan GRP kepada anggota komunitas lainnya.
Tingkatan dimana anggota dapat mulai memberikan GRP kepada anggota lain ini
disebut tingkatan ISO 2000.
Tingkatan hierarki ini memiliki beberapa fungsi diantaranya memastikan
bahwa anggota yang junior tidak memiliki kemampuan untuk memberikan BRP
dan GRP. Hal ini dianggap penting karena anggota junior seringkali kurang
mengerti aturan dan norma di dalam Kaskus. Mereka kerapkali melakukan
kesalahan-kesalahan seperti salah memilih forum untuk menempatkan thread.
Tabel 2. Hierarki Pangkat Anggota Kaskus Berdasarkan Jumlah Posting (2009)
Jumlah Posting
Pangkat
0 sampai 99
newbie
100 sampai 499
kaskusser
500 sampai 749
aktivis kaskus
750 sampai 999
kaskus holic
1000 sampai 3999
kaskus addict
4000 sampai 9999
kaskus maniac
10000 sampai 24999
kaskus geek
25000 sampai 49999
kaskus freak
Lebih dari 50000
made in kaskus
Sebagai contoh, thread “cerita seram” di forum lounge, padahal Kaskus
sudah memberikan tempat khusus forum spiritual. Forum lounge paling sering
menerima thread salah sasaran, karena forum ini paling banyak dikunjungi,
sehingga umpan balik lebih cepat muncul dibandingkan dengan forum-forum
yang lain. Oleh karena anggota junior kebanyakan masih belum benar-benar
memahami aturan, tingkatan hierarki ini dirasa cukup adil demi ketentraman
bersama komunitas Kaskus.
Tingkatan hierarki ini juga membuat hubungan dalam komunitas virtual
Kaskus menjadi lebih hidup. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keberadaan tingkatan
hierarki menyebabkan anggota memiliki tujuan untuk mendapatkan pangkat yang
lebih tinggi dengan cara rajin membuat posting thread atau komentar. Tindakan
anggota ini menyebabkan komunitas Kaskus menjadi dinamis karena terjadi
interaksi antar anggota secara rutin dan dinamis.
5.1.2.2 Reputasi
Reputasi menjadi data personel yang sangat penting dalam membangun
dan mengembangkan kepercayaan dalam komunitas virtual Kaskus. Reputasi
digambarkan sebagai kotak berwarna hijau, abu-abu dan merah dalam kotak
identitas seorang anggota. Warna hijau biasa disebut cendol, merupakan gambaran
dari Good Reputation Point (GRP) yang bernilai positif bagi anggota komunitas.
Warna abu-abu menggambarkan kekosongan reputasi atau dengan kata lain
anggota tersebut belum memiliki reputasi. Warna merah biasa disebut bata,
menggambarkan Bad Reputation Point (BRP) yang bernilai negatif bagi anggota
komunitas. Reputasi memiliki mekanisme yang cukup rumit yang dijelaskan
dalam sistem norma.
5.2 Sistem Norma
5.2.1 Konfrontasi
Konfrontasi dapat terjadi di dalam komunitas Kaskus. Konfrontasi ini
biasa dipicu oleh anggota yang memberikan posting atau thread dengan kata-kata
yang kasar atau bermuatan SARA (Suku, Agama, Ras dan budaya). SARA
menjadi masalah yang sangat sensitif di dalam Kaskus karena setiap posting
pelecehan SARA yang muncul di Kaskus selalu menimbulkan reaksi yang cepat
dan keras. Reaksi ini dapat dilihat pada kasus pemilik ID Rabbitch yang membuat
thread yang melecehkan Nabi Muhammad sehingga membuat gerah anggota
Kaskus yang lain terutama Kaskuser pemeluk agama Islam. Reaksi yang muncul
adalah makian, pelemparan bata, dan munculnya thread-thread balasan yang
meminta agar pemilik ID di-banned. Semua reaksi tersebut muncul hanya dalam
hitungan menit.
Selain itu konfrontasi ringan juga dapat dipicu oleh anggota baru (newbie)
yang kurang paham peraturan dan membuat thread di dalam forum yang salah,
sebagai contoh membuat thread tentang olah raga di forum lounge. Penyebab
konfrontasi ringan yang lain dapat dipicu oleh perkataan yang merendahkan dan
bernada mengejek.
Salah satu kasus konfrontasi dalam Kaskus yang paling terkenal adalah
kasus konfrontasi yang terjadi antara ID S4ViTr1 dengan ID Sersan Surip.
Konfrontasi ini bahkan pernah dibuat thread oleh anggota Kaskus yang lain (ID
TraktoR6666) agar dapat dibaca kembali oleh lebih banyak orang. Konfrontasi ini
memperjuangkan perbedaan pendapat antara ID S4ViTr1 dengan ID Sersan Surip
terkait kasus IPDN yang terjadi pada tahun 2008 (lihat Lampiran 6).
5.2.2 Sistem Norma Komunitas Kaskus
Terdapat beragam aturan di dalam komunitas Kaskus, baik yang tertulis
ataupun tidak. Aturan-aturan khusus diberlakukan untuk setiap forum, tetapi
terdapat aturan-aturan lain yang bersifat umum dan wajib ditaati. Aturan-aturan
umum tersebut diantaranya: (1) harus sopan dalam menulis posting ataupun
thread; (2) tidak boleh bermuatan SARA, terutama jika bertujuan untuk
menghina; (3) tidak boleh membuat posting atau thread yang tidak ada artinya
(junk); (4) tidak boleh melakukan provokasi; (5) dalam membuat threads harus
disertai sumber dan atau gambar; (6) tidak boleh mengulang informasi (repost).
Aturan-aturan umum ini diawasi oleh semua warga Kaskus, bukan hanya
sekedar tanggung jawab administrator dan moderator. Pemberian hukuman selain
dapat dilakukan oleh administrator dan moderator, juga dapat dilakukan oleh
anggota yang telah mencapai ISO 2000. Seorang anggota Kaskus yang telah
mencapai ISO, memiliki hak untuk memberikan Bad Reputation Point (BRP) atau
“bata” sebagai hukuman. ISO terkait erat dengan sistem reputasi yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
5.2.2.1 Sistem reputasi
Sistem reputasi merupakan sebuah sistem di dalam komunitas virtual
Kaskus, yang muncul dalam profil anggota sebagai kotak hijau, abu-abu atau
merah. Kotak hijau atau GRP (biasa disebut cendol) memperlihatkan reputasi
yang baik, kotak abu-abu berarti belum punya reputasi dan kotak merah atau BRP
(biasa disebut bata) menunjukkan reputasi yang buruk. Semakin banyak jumlah
cendol, semakin baik pula reputasi orang tersebut, sebaliknya semakin banyak
jumlah bata, maka reputasi orang tersebut semakin buruk.
Gambar 7. Gambar Profil
Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pemilik ID anaktengah belum
memiliki reputasi karena kotak reputasi masih berwarna abu-abu. Kotak tersebut
akan berubah warna menjadi hijau jika pemilik ID memiliki reputasi yang baik
dan berwarna merah jika reputasinya buruk. Selain itu, kotak tersebut juga dapat
bertambah jumlahnya tergantung berapa banyak reputasi yang dimiliki oleh
pemilik ID.
5.2.2.2 Aturan-Aturan Terkait Sistem Reputasi
Pemberian reputasi memiliki aturan yang cukup kompleks. Aturan ini
membatasi seseorang memberikan reputasi kepada orang lain yang tidak
kompeten menerimanya.
Beberapa aturan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
ISO 2000. Hanya anggota yang postingannya diatas 2000 post atau telah
mencapai ISO 2000 yang dapat memberikan good atau bad reputation point
berwarna merah atau hijau. Anggota yang belum ISO tidak dapat memberikan
GRP maupun BRP, kotak pemberiannya hanya akan berwarna abu-abu atau
tidak dihitung. Jumlah minimal 2000 posting ini dapat menyeleksi anggotaanggota yang layak dan loyal kepada Kaskus untuk memberikan reputasi. Hal
ini dikarenakan setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dapat
mengurangi jumlah total postingan, sehingga akan makin sulit bagi anggota
tersebut untuk memperoleh status ISO, sementara pelanggaran yang berat
dapat membuat ID tersebut di-banned sebelum mendapatkan status ISO.
2.
Status reputasi. Nilai reputation point akan berpengaruh terhadap status
reputation point itu sendiri (dapat diketahui dari roll over mouse ke kotak
hijau atau abu-abu atau merah). Satu balok melambangkan 1-100 reputasi
(baik bata ataupun cendol), dua balok melambangkan 101-200 dan
seterusnya.
3.
Pemotongan
jumlah
posting.
Anggota
yang
dianggap
melakukan
pelanggaran seperti mem-posting sesuatu yang bermuatan SARA, membuat
junk, dan pelanggaran-pelanggaran lain dapat dikenai hukuman pemotongan
jumlah posting. Hal ini akan memperjauh jumlah posting mereka untuk
mencapai ISO.
4.
Jumlah BRP. Anggota yang banyak memperoleh bata hingga lebih dari dua
kotak (>200 BRP), ID-nya akan di-banned oleh Administrator Kaskus.
Aturan ini belum dapat dilakukan secara optimal, beberapa ID yang memiliki
deretan bata masih tetap bertahan di Kaskus. Pengecualian ini dilakukan
karena keterbatasan manajemen Kaskus untuk mengurus banyak anggota
serta adanya beberapa ID yang sengaja mengumpulkan bata tanpa melakukan
tindakan-tindakan pelanggaran.
5.
BRP dan GRP. Penghitungan nilai BRP dan GRP saling menutupi satu sama
lain. Oleh karena itu jika seseorang memiliki satu GRP, kemudian
mendapatkan satu BRP, maka reputasinya akan kembali menjadi nol, karena
nilai GRP yang didapatnya dikurangi oleh nilai BRP, sehingga menjadi nol.
6.
Banned. Banned secara langsung dapat dilakukan oleh administrator jika
anggota dianggap melakukan pelanggaran berat yang berpotensi merusak
ketentraman Kaskus. Hukuman banned dapat disetarakan dengan hukuman
pengusiran di dalam dunia nyata, karena ID yang di-banned secara otomatis
tidak dapat masuk ke dalam komunitas Kaskus.
5.2.2.3 Hak Anggota ISO 2000
Anggota yang telah mencapai ISO memiliki hak istimewa yang tidak
dimiliki oleh anggota yang masih tergolong newbie. Oleh karena itu status ISO ini
dianggap istimewa dan menjadi impian banyak Kaskuser.
Anggota senior yang telah mencapai ISO 2000 dapat memberikan GRP
ataupun BRP yang menjadi inti dari sistem reputasi, kepada anggota yang lain.
Terdapat beragam alasan seseorang memberikan GRP atau cendol kepada anggota
yang lain, beberapa diantaranya: (1) anggota membuat sebuah thread yang bagus
sehingga dianggap layak untuk diberikan cendol, (2) anggota memberikan
pelayanan yang bagus saat menjual barang di Forum Jual Beli, sehingga pembeli
merasa perlu memberikan cendol untuk menghargai pelayanan tersebut, (3)
beberapa anggota Kaskus menjual barang di FJB dengan memberikan bonus
cendol bagi pembeli, (4) melalui taruhan hasil pertandingan sepakbola di forum
olah raga, (5) bertukar cendol dengan anggota lain.
Cara kelima atau bertukar cendol dengan anggota lain, menjadi cara yang
dianggap curang. Akan tetapi cara ini pun sudah dibatasi oleh sistem Kaskus yang
tidak memungkinkan seseorang memberikan cendol kepada ID yang sama dua
kali berturut-turut kecuali dia telah memberikan cendolnya kepada 20 orang yang
lain terlebih dahulu.
Disisi lain, anggota yang telah mencapai ISO dapat pula memberikan BRP
atau bata kepada anggota lain. Beberapa alasan yang dapat menjadi pemicu yaitu:
(1) anggota dianggap membuat thread yang buruk, baik dari segi tema yang
repost, dianggap menyebarkan berita hoax, bahasa yang kasar dan sebagainya; (2)
anggota membuat posting yang buruk, seperti bermuatan SARA, provokatif atau
memposting sampah (junk).
5.2.3 Sanksi
Terdapat tingkatan norma yang masing-masing memiliki sanksi yang
berbeda. semakin besar kesalahan yang dilakukan dan semakin tinggi tingkatan
norma yang dilanggar, sanksi yang diterima akan semakin berat. Sanksi dalam
komunitas virtual Kaskus setidaknya ada tiga macam dan bertingkat. Hukuman
paling ringan berupa pencelaan melalui posting komentar. Hukuman ini
dijatuhkan oleh semua anggota lain. Hukuman kedua adalah pemberian BRP (Bad
Reputation Point) atau bata. Hukuman ini dapat dijatuhkan oleh anggota yang
sudah mencapai tingkatan ISO. Bata atau BRP dapat dikatakan sebagai hukuman
karena BRP merupakan lambang reputasi yang buruk. Hukuman bata ditunjukkan
dengan reputasi poin yang berwarna merah.
Hukuman paling berat adalah hukuman banned. Hukuman ini membuat ID
anggota yang bersangkutan tidak dapat beraktivitas di dalam komunitas virtual.
Anggota yang dihukum banned tidak dapat membuat posting apapun ke dalam
komunitas. Hukuman banned dapat dilakukan untuk jangka waktu tertentu atau
selamanya, yang ditentukan oleh pelanggaran yang telah dilakukan oleh pemilik
ID tersebut. Hukuman banned hanya dapat dilakukan oleh administrator Kaskus,
namun anggota lain dapat melaporkan ID yang dianggap melanggar kepada pihak
admin.
Banyak cara untuk melakukan pelaporan, yaitu (1) dengan memilih
lambang tanda seru di profil pembuat masalah untuk melaporkan kepada
moderator; (2) dengan memilih lambang ‘lapor hansip’ di profil pembuat masalah
untuk melaporkan kepada moderator; (3) dengan melapor pada thread yang sudah
disediakan khusus untuk pelaporan; (4) dengan membuat threads yang meminta
perhatian moderator yang berisi keluhan atau pelaporan (cara ini ilegal tapi
beberapa kali ditemukan peneliti digunakan sebagai cara pelaporan).
Gambar dibawah menunjukkan salah satu cara pelaporan yang dapat
dilakukan anggota Kaskus:
Gambar 8. Tempat Melaporkan ID secara Langsung
Aturan-aturan umum dalam komunitas virtual tersebut lebih mirip sebuah
norma dibandingkan aturan resmi karena dalam pelaksanaanya lebih menekankan
pada jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang sesungguhnya
(Tuomela dikutip Hodgson 2006). Pengertian norma sendiri oleh Tuomela
(Hodgson 2006) dijelaskan sebagai suatu aturan perilaku (behavioral regularities)
yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi.
Pengamatan peneliti terhadap komunitas Kaskus melihat bahwa kesadaran
anggota untuk ikut serta menegakkan aturan (melaporkan, mencela atau mengirim
bata) merupakan bentuk kepedulian mereka untuk membuat komunitas Kaskus
menjadi sebuah tempat yang nyaman bagi mereka bersama. Tujuan mereka
bersama yang mendorong untuk ikut berperan aktif menjaga ketentraman
komunitas.
Sementara itu terkait ekspektasi, terdapat semacam ekspektasi batasan
tentang jenis pelanggaran dan hukuman yang layak diberikan atas pelanggaran
tersebut. Anggota tidak akan serta merta meminta administrator mem-banned
anggota yang berbicara kasar, mereka hanya akan membalasnya atau memberikan
BRP. Anggota yang dianggap layak banned (dilihat dari permintaan banned yang
muncul) seringkali adalah anggota yang dianggap provokatif dan berbau SARA,
karena berpotensi merusak kerukunan dalam komunitas Kaskus.
5.2.2.1 Keterbatasan Hukuman dalam Komunitas Virtual
Hukuman dalam komunitas virtual memiliki kelemahan besar yang tidak
dapat dihindari. Komunitas virtual, dimana para anggotanya bergabung dengan
nama dan lokasi yang tidak nyata (virtual) tidak dapat melakukan penegakan
hukuman secara mutlak. Hukuman yang dilakukan hanya berlaku bagi ID anggota
yang bersangkutan, tetapi tidak mampu menjangkau secara fisik, seseorang yang
berada di balik ID tersebut.
Sebagai gambaran, seseorang bernama X memiliki ID A yang melakukan
kesalahan dalam komunitas Kaskus. Hukuman banned dijatuhkan kepada ID A
sehingga ID tersebut tidak dapat masuk ke dalam jaringan komunitas Kaskus.
Akan tetapi hukuman tidak dapat menjangkau X, sehingga X dapat kembali
masuk ke dalam komunitas Kaskus dengan ID B, sebagai ID baru yang bersih.
X
ID A
ID A tidak
dapat masuk
ke dalam
komunitas
Kaskus
BANNED
KOMUNITAS
KASKUS
ID B
X membuat
ID baru
Gambar 9. Bagan Gambaran Kelemahan Hukuman Virtual
Kejadian seperti ini tak jarang terjadi dalam komunitas Kaskus. Beberapa
anggota yang di-banned tak jarang kembali dengan ID yang lain. Terkadang
mereka hanya ingin memprotes hukuman banned yang mereka terima, namun tak
jarang pula mereka kembali melakukan kerusuhan serupa. Kejadian seperti ini
dapat digambarkan dengan salah satu legenda Kaskus, ID AppleBreadKe-4.
Seorang anggota Kaskus dengan ID Deperruku (diakses tanggal 17 Oktober 2009)
mengungkapkan kisah pemilik ID AppleBread. AppleBread awalnya membuat
sebuah ID yang gemar melakukan aksi junk, yaitu membuat thread dan posting
tanpa arti. Kejadian ini terjadi berulang kali hingga penghuni lain gerah dan
meminta admin untuk melakukan ban terhadap ID. ID AppleBread kemudian di
banned, akan tetapi tak lama kemudian muncul ID AppleBreadKe-2. ID ini
kembali melakukan kerusuhan yang serupa dengan pendahulunya. Kejadian ini
terulang hingga muncul ID AppleBreadKe-4 yang akhirnya meminta maaf kepada
seluruh penghuni Kaskus (Lampiran 7). Kesamaan orang yang sama dibelakang
ID AppleBread memang tidak dapat dipastikan, akan tetapi ini bisa menjadi
gambaran bagaimana hukuman virtual tidak dapat berlaku mutlak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Parson (Brown 2002) bahwa sebuah
komunitas tidak akan melakukan penegakan kewajiban (jurisdiction) jika mereka
tidak menempati sebuah ruang tertentu. Hubungan antara ruang dengan komunitas
sebagaimana dikutip Brown (2002), adalah bahwa hak hukum (jurisdiction)
merujuk pada kewajiban (obligation). Kewajiban menyebabkan penegakan
(reinforcement). Penegakan diikuti dengan sanksi. Sanksi untuk menyebabkan
pengaruh, harus mencapai obyek. Obyek untuk dapat dicapai harus memiliki
lokasi ruang (space). Semua dimulai dengan hak hukum dan berakhir dengan
ruang.
5.2.2.2 Penyimpangan Ekspektasi
Kelemahan penegakan sanksi dalam komunitas virtual menyebabkan
komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota terhadap sanksi itu
sendiri. Seberapa besar anggota menganggap cendol berharga dan seberapa besar
pula mereka menganggap bata sebagai aib sangat penting bagi kelangsungan
komunitas virtual. Saat anggota tidak lagi mengakui bata dan cendol sebagai
sanksi dan penghargaan, hal tersebut dapat memicu keruntuhan komunitas virtual.
Saat penelitian berlangsung, telah teramati terjadinya “penyimpangan”
yang ditunjukkan perilaku beberapa anggota komunitas yang membuat thread
bagus untuk mengumpulkan BRP atau bata. Hal ini bisa jadi merupakan pertanda
telah terjadi penyimpangan ekspektasi anggota Kaskus terhadap makna cendol
dan bata.
Pemilik ID setan biasa™ adalah salah satu contoh pengumpul bata.
Pemilik ID ini mengaku mengumpulkan bata karena beberapa alasan yang
diakuinya dalam wawancara online:
setan_biasa: 1. ane ga mau orang ngliat hanya dari sisi luarnya aja (karena bata identik
dengan perusuh ato negatif)
setan_biasa: 2. cari hal yg baru dan beda aja (soalnya sudah terlalu sering oran
ngumpulin cendol)
setan_biasa: 3. ane pengen ngejar post 50000 dengan ID bata merah (karena sampai
saat ini belom ada sepertinya, walaupun ID bata merah riskan di banned, karena meman
di larang)
Uniknya pemilik ID setan biasa™ mendapatkan bata bukan hasil dari ngejunk atau membuat posting sampah melainkan dari beberapa sumber seperti minta
pada teman atau membuat thread yang bagus. Selain itu ID setan biasa™ juga
mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap sistem reputasi yang ditunjukkan
oleh cendol dan bata. Menurut ID setan biasa™, cendol tidak dapat lagi mewakili
prestasi karena semakin banyak anggota yang mendapatkan cendol dari cara-cara
ilegal seperti barter atau arisan.
setan_biasa: karena fungsinya udah ga terlalu signifikan
setan_biasa: lagian seharusnya cendol dikasih karena apresiasi
setan_biasa: namun kenyataannya cenderung beda
setan_biasa: cendol dikumpulkan dari hasil barter
setan_biasa: ataupun ikut arisan
setan_biasa: makanya banyak orang buat klonengan banyak dan ngeja ISO
Selain itu, bata juga dianggap tidak efektif sebagai hukuman bagi perusuh.
Hukuman yang dianggap masih cukup efektif hanyalah banned, namun itupun
memiliki kelemahan, sehingga pemilik ID dapat membuat ID baru yang bersih.
Keterbatasan penegakan sanksi menyebabkan norma dalam komunitas
virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota, yaitu seberapa besar anggota
komunitas menghormati aturan dan berusaha mematuhinya. Oleh karena itu,
terjadinya perubahan ekspektasi anggota terhadap kekuatan sanksi berpotensi
menghancurkan norma dan komunitas virtual. Akan tetapi hal ini dapat pula
dipengaruhi perasaan sebagai komunitas (sense of community) anggota komunitas
virtual. Jika anggota merasa membutuhkan keberadaan komunitas virtual, anggota
akan berusaha mempertahankan komunitas. Penelitian ini hanya melihat modal
sosial dan pranata, sehingga komponen SOC tidak akan dibahas lebih lanjut.
5.3 Peralatan Fisik
Alat komunikasi menjadi alat paling penting dalam membentuk komunitas
virtual, karena di dalam alat komunikasi itulah mereka berkumpul sebagai
komunitas. Hal ini dijelaskan oleh Rheingold (London 1997) dengan definisi
komunitas virtual yang didefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu
yang dihubungkan bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam
jaringan komputer. Dengan kata lain, tanpa jaringan komputer, komunitas virtual
tidak akan pernah ada.
Akan tetapi selain jaringan komputer atau internet, komunitas virtual juga
didukung oleh alat-alat komunikasi lainnya. Sebuah layanan baru dari Kaskus
mempermudah anggota untuk saling berhubungan tidak hanya melalui dunia maya
internet, melainkan juga melalui telepon seluler. Layanan yang diberi nama
Kaskus SMS PM ini memungkinkan anggota untuk menghubungi anggota lain
melalui layanan SMS (Short Message Service). Layanan ini dapat digunakan
untuk mendapatkan balasan yang cepat dari anggota lain.
5.4 Kelakuan Berpola
Anggota komunitas Kaskus, tak berbeda dengan anggota komunitas nyata,
mereka butuh untuk melakukan kegiatan bersama. Kegiatan yang paling penting
adalah membangun komunikasi sebagai jalan untuk mengembangkan ikatan
sosial. Komunikasi utama anggota komunitas Kaskus terjadi secara online, akan
tetapi merekapun terkadang melakukan komunikasi offline melalui gathering di
wilayah regional masing-masing.
5.4.1 Pertemuan Online
Kaskus sebagai sebuah komunitas virtual menggunakan pertemuan online
sebagai cara utama untuk berkomunikasi antar anggota. Setiap anggota berkumpul
di dalam forum-forum Kaskus melakukan percakapan jarak jauh dan membentuk
sebuah hubungan sosial. Setiap anggota Kaskus akan memposting komentarkomentar, dukungan ataupun sanggahan sebagai tanggapan terhadap sebuah
posting. Mengirimkan posting menjadi sebuah kelakuan berpola bagi seorang
anggota Kaskus.
Mengirimkan posting juga berarti melakukan komunikasi dengan anggotaanggota Kaskus. Mengirimkan posting dalam dunia maya seolah melakukan
percakapan dengan sekumpulan anggota-anggota komunitas. Setiap anggota
memiliki pendapat sendiri yang bahkan meskipun hanya berwujud tulisan, dapat
menyalurkan emosi kepada pembacanya. Hal ini dirasakan pula oleh peneliti.
Selama meneliti, peneliti beberapa kali menemukan thread yang berisi
provokasi dan adu domba. Beberapa thread menyinggung agama, dan yang lain
menyinggung Ras. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa rasa kebersamaan di dalam
komunitas Kaskus tetap terjaga. Meskipun beberapa anggota dengan cepat
terprovokasi, tetapi lebih banyak anggota lain yang mampu menanggapi dengan
kepala dingin.
Serangan-serangan dari luar seperti itu justru memiliki potensi untuk
mengeratkan hubungan komunitas Kaskus. Pada penelitian bulan Oktober,
peneliti banyak menemukan thread yang ‘berasal’ dari oknum Malaysia yang
muncul di forum lounge. Forum Lounge memiliki pergerakan thread dan posting
yang paling cepat dan pengunjung yang paling banyak dibandingkan forum lain,
bisa jadi itu alasan forum ini banyak diincar oleh pihak-pihak perusuh dan
provokator. Kebenaran asal-usulnya provokator dunia maya tentu sulit di
buktikan, akan tetapi mereka berbicara atas nama Malaysia dan mengeluarkan
thread yang merendahkan Indonesia. Menghadapi perusuh dari pihak luar, semua
anggota Kaskus bersatu layaknya sebuah komunitas yang menghalau pengacau
dari luar.
Anggota Kaskus juga dapat saling mendukung atau memberi nasehat
kepada anggota lainnya. Hal ini sering terjadi di forum “GIRLS&BOYS’s
CORNER”. Forum ini menjadi tempat bagi anggota Kaskus yang ingin
membicarakan masalah hubungan perempuan dengan laki-laki. Seorang anggota
dapat bertanya cara untuk mendapatkan maaf dari kekasihnya di forum ini.
posting balasan biasanya bersifat mendukung pembuat thread atau TS (Thread
Starter).
5.4.2 Pertemuan Offline
Pertemuan offline biasa dilakukan oleh anggota regional komunitas.
Pertemuan ini lebih terasa jika dilakukan oleh anggota regional komunitas di luar
negeri, karena mereka berkumpul sebagai anggota dua komunitas: komunitas
virtual Kaskus serta komunitas karena kesamaan asal. Pertemuan offline dianggap
sebagai hal yang patut diberitakan kepada anggota komunitas, sehingga thread
yang membahas pertemuan regional kerap menjadi hot threads. Akan tetapi
pertemuan rutin anggota kadangkala dijadikan pertemuan rutin yang tidak
diekspose.
Contoh pertemuan yang cukup rutin dilakukan adalah pertemuan oleh
anggota Forum Civitas Academica Universitas Indonesia. Pertemuan offline
mereka diisi dengan berbagai kegiatan mulai dari nonton hingga pertandingan
olahraga.
5.4.3 Bahasa Khas
Percakapan di dalam Kaskus, baik berupa thread, posting dan sebagainya
seringkali menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lisan sehari-hari.
Bahasa cetak yang digunakan di dalam Kaskus selain merupakan standar bahasa
cetak atau chatting yang sudah umum digunakan di dunia cyber seperti LOL
(Laugh Out Loud) atau “tertawa keras” untuk mengomentari sesuatu yang lucu
dan IMO (In My Opinion) atau “menurut pendapat saya” untuk mengungkapkan
pendapat pribadi, juga memiliki beragam bahasa lain yang memang asli muncul
dari percakapan
anggota
komunitas
Kaskus.
Bahasa-bahasa
ini
selain
mempermudah komunikasi juga berfungsi sebagai identitas atau ciri khas anggota
komunitas.
Bahasa Kaskus yang umum digunakan dalam percakapan Kaskus adalah:
Tabel 3. Bahasa Khas Kaskus dan Pengertiannya
No
1.
Bahasa Khas
Kaskus
Pertamax
2.
Maho
3.
4.
Juragan/agan
ISO 2000
5.
GRP/cendol
6.
BRP/bata
7.
Newbie/nubi
8.
BB 17
9.
Thread/Trit
10.
11.
TS
TKP
12.
Kulkas
13.
14.
15.
Momod
Mimin
HOAX
16.
17.
IGO
Repost
18.
19.
20.
Dejavu
Prikitiw
Sedot
Pengertian
Idiom dari kata Pertama dan x (kali) yang digabung menjadi
satu sehingga mendekatkan pada produk bahan bakar non
subsidi dari PT. Pertamina Tbk yaitu PERTAMAX, yang
artinya memposting balasan dari sebuah Thread yang baru
dibentuk atau Thread Starter (TS).
Kependekan dari "manusia homo." Kata yang digunakan
untuk mencela.
Emoticon maho:
Merupakan kata sapaan untuk sesama Kaskuser.
Anggota Kaskus yang telah memberikan 2000 post, pada
tingkatan ini anggota dapat memberikan GRP ataupun BRP
kepada anggota yang lain.
Merupakan singkatan dari Good Reputation Point. Disebut
juga sebagai cendol karena akan muncul dalam tanda kotak
kecil berwarna hijau.
Merupakan singkatan dari Bad Reputation Point. Disebut
juga sebagai bata karena akan muncul dalam tanda kotak
kecil berwarna merah.
Merupakan anggota baru yang memiliki jumlah posting
<100
Kependekan dari buka-bukaan 17 tahun. Awalnya mengacu
pada subforum khusus dewasa di Kaskus. Akan tetapi saat
ini lebih mengacu pada semua thread atau materi yang
mengandung unsur pornografi.
Halaman berisi satu topik tertentu yang dibuat oleh
Kaskuser.
Orang yang membuat thread
Singkatan dari Tempat Kejadian Perkara yang digunakan
untuk menggantikan istilah pranala/link.
Kata lain dari control panel, tempat untuk melihat jumlah
BRP ataupun GRP yang telah diterima.
Bahasa slang untuk menyebut moderator.
Bahasa slang untuk menyebut administrator.
Materi atau thread yang tidak memiliki sumber/bukti dan
dianggap sebagai kebohongan.
Kependekan dari Indonesian Girl Only.
Jika TS mengangkat tema yang sudah pernah dibahas
sebelumnya, seringkali disebut juga sebagai repsol.
Merupakan istilah lain untuk repost.
preview, pratinjau
Istilah lain untuk download atau unduh
BAB VI
MODAL SOSIAL
6.1 Kepercayaan
Tingkat kepercayaan seorang anggota Kaskus terhadap anggota yang lain
terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan
identitas menjadi hal yang sangat umum dalam komunitas virtual, termasuk
komunitas Kaskus. Oleh karena itu, mekanisme sistem reputasi (sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam Bab V tentang Pranata bagian Norma) yang mengatur
pemberian GRP dan BRP menjadi sangat penting dalam membangun dan
mengembangkan kepercayaan antar anggota.
GRP atau cendol menjadi gambaran bahwa anggota yang bersangkutan
dipercaya oleh orang lain. Di lain pihak, BRP atau bata menjadi tanda untuk
berhati-hati dan tidak cepat percaya pada ID yang memilikinya. Dengan melihat
kepemilikan GRP dan BRP, seseorang dapat mengesampingkan identitas fisik
seseorang dan memilih untuk percaya atau tidak percaya pada orang tersebut.
Selain itu faktor kedua adalah jaringan informasi. Kepercayaan terhadap suatu
informasi ataupun identitas seseorang akan lebih dipercaya jika didukung oleh
banyak anggota yang lain.
6.1.1 Kepercayaan dalam FJB
Contoh yang terjadi adalah kepercayaan yang tumbuh di dalam forum
Forum Jual Beli (FJB). Kepercayaan mutlak dibutuhkan di dalam forum ini,
dimana seseorang akan melakukan transaksi dengan seseorang yang tidak
diketahui identitasnya secara fisik. Dalam proses menumbuhkan kepercayaan
inilah sistem reputasi berperan sangat penting, karena dengan sistem ini kita dapat
memperoleh data yang memungkinkan kita mempercayai seseorang yang bahkan
tanpa nama.
Seperti yang diakui oleh Rifki, salah seorang Kaskuser yang telah beberapa
kali melakukan transaksi melalui FJB. Rifki memilih untuk membeli dari anggota
yang memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : (1) Tanggal bergabung (join date).
Semakin lama dia bergabung dengan komunitas Kaskus (lebih lama dari tahun
2000), dia akan semakin dipercaya; (2) Jumlah GRP (Good Reputation
Points/cendol). Karena GRP dapat pula diberikan oleh pembeli yang merasa puas
terhadap penjual tersebut; (3) Testimonial dari pembeli. Thread jual beli
memungkinkan anggota lain memberikan testimonial kepada penjual, baik yang
menunjukkan kepuasan atau kekecewaan. Testimonial ini akan menjadi informasi
penting untuk membangun kepercayaan. Testimonial ini merupakan hasil dari
jaringan informasi yang disediakan dalam komunitas virtual. Testimonial saat ini
menempati posisi yang lebih penting setelah terjadinya penyimpangan reputasi
seperti kemunculan para pengumpul bata dan kegiatan ilegal pertukaran cendol.
Gambar 10. Tips Berjualan Aman di Forum Jual Beli
Hasilnya, selama melakukan transaksi jual beli melalui FJB, Rifki mengaku
selalu puas. Hal ini diakui pula oleh Kaskuser yang lain, seperti yang saya
temukan di dalam sebuah thread di forum lounge yang membahas tentang
keamanan transaksi melalui FJB.
Melalui thread tersebut tampak bahwa kepercayaan di dalam komunitas
virtual dimulai dengan data-data. Dan sumber dari data-data tersebut adalah
sistem reputasi serta pertukaran informasi antar anggota. Hal ini sesuai dengan
pernyataan London yang menyatakan bahwa informasi adalah mata uang bagi
komunitas virtual, seperti banyak budaya pasar (marketplace cultures) lainnya.
Meskipun oleh London informasi lebih ditekankan manfaatnya untuk debat publik
dan deliberation.
6.1.2 Kepercayaan terhadap Threads (Informasi)
Informasi di dalam komunitas Kaskus muncul dalam bentuk artikel yang
disebut sebagai thread. Beragam thread dengan berbagai tema muncul dan
bertambah dengan cepat. Thread ini selanjutnya akan mendapat respon dari
anggota yang lain berupa posting komentar.
Akan tetapi, tidak semua informasi yang masuk ke dalam komunitas Kaskus
merupakan informasi yang benar. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme untuk
membangun kepercayaan dan mencegah informasi palsu yang masuk ke dalam
situs Kaskus, lalu seandainya informasi palsu terlanjur masuk, Kaskus harus
memiliki mekanisme untuk membongkar kepalsuan informasi tersebut.
Mekanisme ini sangat penting karena sekali lagi, kerahasiaan identitas
anggota komunitas virtual yang memungkinkan berbagai penipuan yang “aman”.
Dan jika terjadi penipuan informasi yang terlanjur dipercaya oleh banyak anggota,
maka tingkat kepercayaan terhadap komunitas dapat turun dengan cepat.
Turunnya tingkat kepercayaan anggota berpotensi menurunkan komitmen anggota
terhadap komunitas dan pada akhirnya menjadi sebuah ancaman bagi eksistensi
komunitas Kaskus sendiri.
6.1.2.1 Aturan dalam Menulis Threads
Pembentukan kepercayaan terhadap informasi didukung oleh aturan-aturan
menulis threads dalam komunitas Kaskus. Norma paling utama adalah yang
meminta agar mencantumkan sumber dan atau gambar dalam membuat threads
informasi. Norma ini harus dipatuhi jika penulis thread ingin mendapatkan
kepercayaan dari anggota yang lain. Thread tanpa sumber dan atau gambar hanya
akan dianggap sebagai informasi “sampah” yang tidak layak dipercaya.
Anggota yang membuat thread yang dianggap hoax bisa diberikan respon
negatif dari anggota yang lain dengan posting berupa teguran hingga celaan. Jika
anggota lain merasa sangat dirugikan, maka anggota tersebut dapat saja
mengirimkan BRP (bata) terhadap TS, yang tentu sangat dihindari oleh setiap
anggota.
Selain dorongan hukuman, anggota Kaskus membuat thread yang bagus
juga karena adanya dorongan positif berupa penghargaan. Threads yang bagus
seringkali mendapatkan “penghargaan” berupa GRP (cendol) dari anggota yang
lain. Selain GRP, anggota yang rutin membuat thread bagus juga akan lebih
dikenal yang tentu saja akan meningkatkan kepercayaan anggota yang lain
terhadap dirinya.
6.1.2.2 Umpan Balik Anggota
Umpan balik anggota merupakan mekanisme “pertahanan” komunitas
virtual terhadap informasi palsu. Umpan balik dapat berupa respon positif berupa
pujian, dukungan, tambahan informasi atau GRP. Akan tetapi umpan balik dapat
pula berupa respon negatif berupa kritik, sanggahan, cacian, atau BRP. Umpan
balik anggota sangat dibutuhkan dalam membangun kepercayaan lebih karena
anggota komunitas virtual menjadi pemantau, penyaring sekaligus penegak norma
dalam komunitas virtual disamping moderator dan administrator.
Umpan balik berupa posting komentar dapat berkembang menjadi debat
publik. Debat publik dapat terjadi dengan sengit menjadi sebuah konfrontasi
dalam dunia cyber. Debat juga dapat dilakukan antar thread seperti yang terjadi
saat muncul thread berita ramalan kiamat 2012 yang dibalas dengan thread bahwa
ramalan kiamat 2012 hanyalah berita hoax.
Pertukaran informasi, debat publik dan deliberation ini penting untuk
menjaga kualitas informasi sebagai mekanisme untuk melawan informasiinformasi palsu (hoax). Dengan debat publik ini kualitas informasi di dalam
Kaskus tetap terjaga dan sebagai lanjutannya tingkat kepercayaan anggota
terhadap informasi-informasi di dalam Kaskus akan meningkat.
Mekanisme tingkat kepercayaan di dalam Kaskus ini semakin lengkap
dengan sistem rate dan hot threads. Mekanismenya sebagai berikut, seorang
Kaskuser dapat memberikan rate untuk setiap thread. Rate ini dimulai dari satu
bintang (*) untuk terrible (sangat buruk) hingga lima bintang (*****) untuk
excellent (sangat baik). Kaskuser memberikan peringkat (rate) ini sebagai bentuk
umpan balik (feed back) terhadap isi thread. Thread yang dianggap sangat bagus
akan diberikan lima bintang dan thread yang sangat buruk diberikan satu bintang.
Thread yang memiliki rate yang bagus akan naik posisinya ke halaman depan.
Umpan balik berupa postingan komentar juga dihitung untuk meningkatkan
posisi sebuah threads. Threads yang mendapatkan rate yang bagus serta umpan
balik posting yang banyak akan naik posisinya ke halaman depan. Posisi tertinggi
sebuah threads diberikan penghargaan khusus Hot Threads.
Posisi hot threads (HT) ini sangat istimewa yaitu di halaman muka situs,
sehingga threads yang menjadi HT memiliki peluang lebih besar untuk dibaca
pengunjung situs Kaskus. Oleh karena keistimewaannya, setiap Threads Starter
(para pembuat threads yang biasa disingkat sebagai TS) memimpikan thread
mereka menjadi HT. Sebagai syarat untuk mendapatkan HT, tidak ada jalan lain
adalah dengan membuat threads yang bagus, menarik, terjamin sumbernya, bukan
berita hoax, sehingga menarik Kaskuser lain untuk memberikan rate dan
memberikan komentar mereka.
Gambar 11. Hot Threads
Terkait dengan berita bohong atau hoax, hal tersebut menjadi salah satu
elemen yang dikritik oleh situs Anti Karskus. Akan tetapi menurut pengamatan
peneliti, hal tersebut sudah diantisipasi dengan sangat baik oleh Kaskus melalui
sistem Kaskus yang telah dipaparkan. Melihat fakta tersebut, tuduhan bahwa
komunitas Kaskus berisi berita-berita bohong tidak memiliki bukti yang kuat.
Pada akhirnya keputusan untuk mempercayai atau menolak sesuatu
merupakan pilihan setiap individu. Bahkan pada dunia nyata sekalipun dibohongi
atau mendapatkan berita bohong adalah hal yang biasa terjadi. Kaskus sendiri
sudah menerapkan sebuah sistem yang didukung oleh semua elemennya
(administrator, moderator dan anggota) yang memperkecil kemungkinan
munculnya informasi yang salah.
6.1.3 Kelemahan Kepercayaan Virtual
Meskipun kepercayaan dapat tumbuh diantara anggota komunitas virtual,
akan tetapi kepercayaan ini sulit mencapai tingkatan intim. Hal ini karena
kepercayaan dalam komunitas virtual bergantung pada pertukaran informasi dan
jaringan.
Saat informasi yang diberikan bersifat umum, orang akan dengan mudah
mencari sumber-sumber lain yang mendukung atau menyangkal informasi
tersebut melalui situs-situs berita atau sumber informasi yang lain, akan tetapi saat
informasi yang diberikan bersifat pribadi orang akan sulit mengecek kebenaran
informasi tersebut. Oleh karena itu kepercayaan yang dibangun secara online akan
kesulitan mencapai tingkatan intim.
Kelemahan ini didukung pula dengan kerahasiaan identitas personel secara
fisik serta lemahnya penegakan sanksi dalam komunitas virtual. Dalam penelitian
yang dilakukan, anggota komunitas yang dihubungi dengan mudah mempercayai
peneliti dan memberikan informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi diduga hal ini
karena pertanyaan yang diajukan tidak menyinggung hal-hal yang bersifat pribadi.
Disamping itu juga karena identitas responden terlindungi oleh kerahasiaan yang
serupa. Menghilangkan kerahasiaan adalah cara yang paling mungkin untuk
mengawali pembentukan kepercayaan yang lebih intim dan cara termudah
menghilangkan kerahasiaan tersebut adalah dengan pertemuan offline.
6.2 Jaringan
Jaringan yang paling nyata di dalam Kaskus adalah jaringan informasi.
Melalui jaringan informasi ini, Kaskuser bisa mendapatkan informasi-informasi
terbaru dari dalam maupun luar negeri dengan sangat cepat. Kasus yang paling
menarik dari jaringan Kaskus yang saya temui selama penelitian adalah terkait
dengan kasus “Polri vs KPK”.
Sebelum mengungkapkan jaringan Kaskus akan saya jelaskan sedikit
tentang informasi kasus “Polri vs KPK”. Pada penelitian bulan Oktober terjadi
kasus yang sangat ‘panas’ bagi bangsa Indonesia, dimana dua pimpinan KPK
ditangkap oleh Polri. Sebagai pihak yang dianggap pahlawan pemberantas
korupsi, KPK didukung oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Akan tetapi
dukungan masyarakat tidak akan memberi pengaruh apa-apa jika mereka tidak
dapat
menyuarakan
pendapat
mereka
kepada
pemerintah.
Tindakan
demonstrasipun memiliki banyak kelemahan, seperti sulitnya menyatukan semua
masyarakat dari berbagai wilayah pada satu waktu dan pada tempat tertentu.
Hingga kemudian sebuah grup pendukung KPK diluncurkan di dalam situs
pertemanan facebook.
Grup tersebut selanjutnya mulai beredar dari mulut ke mulut, blog, situs
pertemanan, hingga Kaskus. Anggota grup terus meningkat hingga mencapai satu
juta orang, dan seiring dengan semakin banyaknya anggota, suara para pendukung
KPK ini didengarkan oleh media. Berita-berita dalam dunia nyata melalui media
cetak maupun elektronik mulai menyampaikan dukungan yang diberikan oleh
ratusan ribu masyarakat Indonesia tersebut kepada lebih banyak masyarakat yang
lain. Jaringan informasi ini menjadi sangat kuat hingga akhirnya kedua pimpinan
KPK tersebut ditangguhkan penahanannya.
Kasus kedua adalah kasus “Evan Brimob”. Kasus ini terjadi pada bulan
November awal dan dimulai saat seseorang yang bernama “Evan Brimob”
membuat status “Polri gak butuh masyarakat tapi masyarakat yang butuh polri.
Maju terus kepolisian indonesia, telan hidup2 cicak kecli” dalam akun Facebooknya. Kasus ini memiliki sedikit kaitan dengan kasus “KPK vs Polri” yang telah
dibahas sebelumnya.
Status ini langsung dikecam banyak pihak, terutama karena beberapa
waktu terakhir ini masih hangat kabar pertentangan Buaya vs Cicak, dimana Polri
dianalogikan sebagai buaya dan KPK sebagai cicak. Status Evan ini seakan
menyiram minyak ke dalam bara api. Masyarakat yang tengah gerah merasa
bahwa Polri bermain ‘kotor’ dengan menangkap petinggi Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menjadi semakin gerah dengan kearoganan Evan sebagai bagian
dari Polri.
Sebuah
thread
yang
mengambil
sumber
dari
http://www.kapanlagi.com/h/evan-brim...rnet-baru.html menyebutkan bahwa print
screen dari kasus tersebut disebarkan kedalam forum terbesar di Indonesia yaitu
Kaskus. Oleh karena itulah kasus ini bisa menyebar kepada masyarakat dengan
cepat. Saat sebuah kasus telah menjadi luas, semua media ikut menanggapi,
termasuk media cetak dan elektronik. Inilah gambaran kekuatan jaringan
komunitas virtual Kaskus.
Kasus-kasus tersebut menunjukkan kelebihan utama jaringan komunitas
virtual dibandingkan dengan jaringan yang terbentuk di dunia nyata (non-virtual):
(1) komunitas virtual dapat menjangkau lebih banyak orang, karena setiap orang
dapat mengaksesnya; (2) komunitas virtual dapat menjangkau banyak wilayah,
terutama dengan semakin luasnya jangkauan jaringan internet khususnya di
Indonesia; (3) komunitas virtual dapat
menekan biaya, karena untuk
mengumpulkan jutaan orang hanya membutuhkan beberapa ribu rupiah biaya
internet tanpa biaya transportasi dan sebagainya; (4) praktis karena tidak
membutuhkan tempat yang luas, hanya dengan 21’ layar komputer dapat
menampung jutaan orang; (5) dapat dengan mudah terhubung dengan media
cetak, elektronik dan bahkan pemerintah.
Dengan beragam kelebihan tersebut, jaringan elektronik memiliki potensi
yang sangat besar membangun modal sosial. Kasus tersebut menunjukkan bahwa
Kaskus mampu menyatukan ribuan bahkan jutaan manusia dari berbagai wilayah
menjadi sebuah kekuatan besar yang terpadu. Kekuatan sebuah komunitas dengan
satu tujuan yang sama.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini menemukan keberadaan pranata dan modal sosial di dalam
komunitas virtual Kaskus. Bentuk pranata dan modal sosial berbeda dengan
komunitas fisik. Pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual memiliki
kelemahan yang terutama berasal dari ketiadaan ikatan fisik antar anggota.
Pranata tidak memiliki kekuatan pengikat yang kuat, karena anggota komunitas
virtual diwakili oleh identitas virtual yang bersifat pseudonym, sehingga hukuman
tidak bisa mencapai identitas fisik anggota. Keterbatasan ini menyebabkan
setidaknya dua hal, pertama anggota yang terkena sanksi dapat kembali dengan
membuat identitas baru yang bersih. Kedua, norma dan aturan dalam komunitas
virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota terhadap norma dan aturan
tersebut. Perubahan ekspektasi anggota terhadap norma dan aturan komunitas
virtual, dapat menghancurkan komunitas.
Modal sosial dalam komunitas virtual juga memiliki kelemahan terutama
terkait kepercayaan. Hal ini disebabkan identitas anggota yang bersifat
pseudonym. Akan tetapi meski memiliki kelemahan, di sisi lain komunitas virtual
memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam membangun jaringan sosial.
Jaringan sosial yang terbentuk dalam komunitas virtual dapat menjangkau banyak
orang dari berbagai wilayah dengan mudah dan efisien.
7.2 Saran
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
pendahuluan
yang
masih
membutuhkan banyak perbaikan melalui penelitian-penelitian mendatang. Saran
yang dapat diberikan peneliti diantaranya, bagi pihak manajemen komunitas
virtual Kaskus, harus selalu menjaga agar menghukum pelaku pelanggaran
dengan adil dan terbuka. Peraturan yang tegas dan jelas juga dibutuhkan untuk
mencegah terjadi perbedaan hukuman antara anggota yang melakukan kesalahan
yang sama. Hal ini dikarenakan hukuman dalam komunitas virtual sangat
bergantung terhadap ekspektasi anggota dan ekspektasi tersebut dapat rusak jika
anggota menganggap aturan Kaskus tidak adil sehingga tidak layak dipatuhi.
Komunitas Kaskus dapat berkembang menjadi komunitas yang lebih besar dari
sekarang, akan tetapi hal tersebut harus disikapi dengan lebih waspada. Jumlah
anggota yang semakin besar berarti keberagaman yang semakin besar yang
membuka peluang konfrontasi yang lebih besar. Oleh karena itu dibutuhkan
manajemen yang lebih baik, lebih sigap dan tegas untuk mengatasi anggotaanggota yang melakukan kerusuhan dalam komunitas virtual.
Penelitian ini akan lebih baik jika ditambah dengan dasar ilmu lain dalam
berbagai aras. Seperti aras individu untuk meneliti identitas anggota komunitas
virtual sebagai individu virtual sekaligus individu fisik. Ilmu lain seperti psikologi
untuk melihat self identity dari anggota komunitas virtual, atau pengembangan
masyarakat untuk mengembangkan modal sosial dalam komunitas virtual.
DAFTAR PUSTAKA
Best, Samuel J dan Krueger, Brian S. 2006. Online Interactions and Social
Capital:
Distinguishing
Between
New
and
Existing
Ties.
http://ssc.sagepub.com/cgi/reprint/24/4/395. Diakses pada tanggal 29 April
2009.
Brown, B. Ricardo. 2002. The Sociological Study Of Community: Definition,
Classification,
Evolution,
And
Territory
(C.1945-C.1975).
http://www.allacademic.com//meta/p_mla_apa_research_citation/1/0/6/7/2
/pages106726/p106726-1.php. Diakses tanggal 3 Februari 2009.
Camp, Jean dan Chien, Y.T. The Internet as Public Space: Concepts, Issues, and
Implications in Public Policy. http://www.ljean.com/files/spaces.html.
Diakses pada tanggal 2 Februari 2009.
Coleman, James S. 2000. Social Capital In The Creation Of Human Capital dalam
Social Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan
Ismail Serageldin. The World Bank: Washington, DC.
Goddard, D Roger. 2003. Relational Networks, Social Trust, and Norms: A Social
Capital Perspective on Students' Chances of Academic Success.
http://epa.sagepub.com/cgi/reprint/25/1/59. Diakses pada tanggal 29 April
2009.
Hodgson, Geoffrey N. 2006. What Are Institutions?. http://www.geoffreyhodgson.info/user/image/whatareinstitutions.pdf. Diakses pada tanggal 21
Mei 2009.
Koentjaraningrat. 2002a. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta: Jakarta
Koentjaraningrat. 2002b. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. PT
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Krishna, Anirudh. 2000. Creating and Harnessing Social Capital dalam Social
Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail
Serageldin. The World Bank: Washington, DC.
London, Scott. 1997. Civic Networks: Building Community on the Net.
http://www.scottlondon.com/reports/networks.html. Diakses tanggal 27
Januari 2009.
Lyon, David. 1998. Cyberspace Sociality: Controversies Over ComputerMediated Relationship dalam The Governance of Cyberspace editor Brian
D Loader. Roudledge: New York
Mohan, Giles dan Mohan, John. 2002. Placing Social Capital.
http://phg.sagepub.com/cgi/reprint/26/2/191. Diakses pada tanggal 29
April 2009.
Navarrete, Celene dan Huerta, Esperanza. 2006. A Bridge Home: The Use of the
Internet
by
Transnational
Communities.
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=949626. Diakses pada
tanggal 6 Desember 2008.
Quan-Haase, A., Wellman, B., Witte, J., dan Hampton, K. 2002. Capitalizing On
The Net: Social Contact, Civic Engagement, And Sense Of Community.
http://publish.uwo.ca/~aquanhaa/Quan-Haase_2002.pdf. Diakses tanggal
27 Oktober 2008.
Rheingold,
Howard.
1993.
Virtual
Community.
http://www.rheingold.com/vc/book/10.htm. Diakses tanggal 27 Januari
2009.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada:
Jakarta.
Stockdale, Rosemary dan Borovicka, Michael. 2006. Developing an Online
Business
Community:
A
Travel
Industry
Case
Study.
http://www2.computer.org/plugins/dl/pdf/proceedings/hicss/2006/2507/06/
250760134c.pdf?template=1&loginState=1&userData=anonymousIP1233840834077. Diakses tanggal 6 Desember 2008.
Thornton,
Alinta.
1996.
Does
Internet
Create
Democracy?.
http://www.wr.com.au/democracy/index.html. Diakses tanggal 1 Februari
2009.
Turner, Tammara Combs dan Fisher, Karen E. 2006. The Impact of Social Types
within
Information
Communities:
Findings
from
Technical
Newsgroups.http://www2.computer.org/plugins/dl/pdf/proceedings/hicss/2
006/2507/06/250760135b.pdf?template=1&loginState=1&userData=anony
mous-IP1233840804809. Diakses tanggal 6 Desember 2008.
Uphoff, N. 2000. Understanding Social Capital: learning from the analysis and
experience of participation dalam Social Capital a Multifaceted
Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin. The World
Bank: Washington, DC.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Contoh Kasus Gerakan Sosial dalam Internet
Senin, 07/12/2009 12:02 WIB
'KOIN UNTUK PRITA' JARING 8.600 FACEBOOKER
Jakarta - Seluruh lapisan masyarakat terus berduyun-duyun memberi
dukungan kepada Prita Mulyasari untuk menjawab putusan Pengadilan Tinggi
Banten yang mengharuskan ibu rumah tangga itu membayar denda Rp 204 juta.
Tak terkecuali warga Facebook.
Di situs jejaring sosial tersebut, Facebooker yang tercatat sudah tergabung
dalam grup bernama 'Koin untuk Prita' itu sudah menembus angka 8.600 orang.
Dalam penjelasan di halaman grup tersebut, kelompok simpatisan ini
mengaku terbentuk bukan lantaran unsur politis. Grup ini semata-mata merupakan
bentuk simpati terhadap Prita Mulyasari.
"Mohon simpatisan murni menyuarakan solidaritas dan keprihatinan serta
tidak menggunakan grup ini sebagai ajang fitnah dan penghinaan kepada salah
satu instansi manapun dengan menggunakan asas praduga tak bersalah," demikian
tulis pesan di halaman tersebut.
Grup dukungan ini juga menjadi sarana para pendukung Prita
menyuarakan pendapatnya serta menyindir pihak penguasa. "Hukum di negri ini
sudah milik orng yg berduit saja,hai tuan2 cba laah...bka pintu hatimu.maju
trusss...tuk mba'prita tuk memperjuangkan hak dan keadilan," tulis Facebooker
bernama Arenk Sudiro, yang dikutip detiKINET, Senin (7/12/2009).
"Mudah2an mata hati mereka terbuka! Keadilan bukan hanya milik
penguasa tapi juga rakyat biasa! Dan Pesan Buat bu Prita....jgn sampai di seret
oleh partai politik!" kata Muchrizal Rizal, tak kalah serunya.
Kasus Prita saat ini sudah berada di tahap kasasi ke Mahkamah Agung.
Sebelumnya di tingkat banding, Pengadilan Tinggi Banten menjatuhkan putusan
denda Rp 204 juta kepada ibu dua anak itu.
"Penggalangan dana berupa uang koin ini sebagai langkah persiapan bila
memang nanti di putusan kasasi Prita kalah oleh hakim MA, sebagaimana putusan
Lampiran 1 (Lanjutan)
PT Banten yang memenangkan RS Omni Internasional dalam gugatan perdata,"
pungkas pesan di halaman grup tersebut.
Diambil dari :
http://www.detikinet.com/read/2009/12/07/115234/1255322/398/-koin-untukprita--jaring-8600-facebooker diakses tanggal 17 Mei 2010
Rabu, 30/12/2009 14:35 WIB
Hitung Koin Prita BI Lembur 5 Hari
Prita Divonis Bebas Jakarta - Bank Indonesia (BI) akhirnya selesai
menghitung koin untuk Prita Mulyasari yang berjumlah Rp 650 juta. 70 Pegawai
BI dan 16 pegawai Bank Mandiri menghitung koin itu dari 24 Desember hingga
pagi tadi.
"Penghitungan koin mulai Kamis 24 Desember pukul 14.00 WIB hingga
hari ini pukul 10.00 WIB. Kita mengerahkan 70 pegawai BI ditambah bantuan 16
orang dari Bank Mandiri," ujar kasir muda senior Irwin Azwir di Gedung BI, Jl
MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (30/12/2009). Wartawan diajak oleh pihak BI
untuk melihat koin yang sudah dihitung.
Menurut Irwin, 86 pegawai BI dan Bank Mandiri lembur untuk
menghitung koin itu. Bahkan pada Natal 25 Desember 2009 mereka tetap
menghitung koin. Mereka hanya libur pada Minggu (27/12/2009).
"Hanya hari Minggu kami tidak kerja. Hari Sabtu kami lembur. Natal kami
masuk juga," kata Irwin.
Jumlah pastinya koin Prita belum disampaikan pihak BI secara resmi.
Rencananya uang akan diserahkan kepada Prita. "Tetapi bentuknya mau
seperti apa terserah Bu Prita," imbuh Irwin.
Acara penyerahan koin yang direncanakan pukul 14.00 WIB belum juga
dimulai karena Prita belum datang ke BI.
Lampiran 1 (Lanjutan)
Saat ini, koin masih disimpan di lantai dasar Gedung BI. Koin
ditempatkan dalam 21 kontainer transparan. Kontainer berupa kotak seperti
akuarium dengan panjang 1 meter dan lebar 1 meter dan tinggi 30 cm.
Koin tersebut dipisahkan menjadi 16 spesifikasi berdasarkan nilai pecahan
dan tahun pembuatan koin. Ada juga koin mata uang asing seperti Bath dan
Ringgit. Bahkan ada juga koin pecahan Rp 1 dan koin permainan.
Irwin mengaku kesulitan dalam menghitung koin Prita. Padahal sudah ada
86 kru yang menghitung dan mesin alat penghitung uang logam digunakan.
Penyebabnya karena uang tersebut harus dipisahkan dulu berdasarkan nilai
pecahan dan tahun pembuatan.
Selain itu juga ketika datang ke BI, koin sudah dilakban. "Membukanya
saja butuh waktu lama," tutur Irwin.
Diambil dari :
http://www.detiknews.com/read/2009/12/30/143512/1268579/10/hitung-koinprita-bi-lembur-5-hari diakses tanggal 17 Mei 2010.
Senin, 02/11/2009 06:50 WIB
Bibit & Chandra Ditahan
Dukungan di Facebook Dekati Angka 300 Ribu
Jakarta - Pengguna jejaring sosial Facebook (FB) terus memberikan
dukungan moril atas anggota Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) yang ditahan.
Jumlah masyarakat yang bergabung dalam groups "Gerakan 1.000.000
Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto" kini telah
mendekati angka 300 ribu.
Pantauan detikcom, Senin (2/11/2009) pukul 06.30 WIB tercatat 292.036
orang telah bergabung dalam gerakan tersebut. Berarti setelah sepuluh jam berlalu
Lampiran 1 (Lanjutan)
sejak pukul 20.15 WIB terjadi peningkatan dukungan terhadap Bibit dan Chandra
sebanyak 40 ribu.
Umumnya mereka yang bergabung dalam gerakan ini memberikan
dukungan kepada Bibit dan Chandra dengan menuliskan pendapatnya. Seperti
yang ditulis oleh Hendri Setiawan yang menyatakan agar Cicak tidak perlu takut
dengan buaya.
"Hai Cicak! Jangan pernah takut menghadapi buaya! Kami selalu
dibelakangmu. Bantai koruptor," tulis Hendri.
Gerakan 1.000.000 Facebookers mulai diluncurkan pada Jumat, 30
Oktober pekan lalu, satu hari setelah Chandra dan Bibit ditahan oleh Mabes Polri.
Gerakan ini diprakarsai oleh Ketua Yayasan Lembak Bengkulu, Usman Yasin.
Dia juga merupakan salah satu dosen di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Bengkulu. Dalam pengantarnya, Usman mengatakan, terlepas
dari apakah bersalah atau tidak, tindakan hukum terhadap Bibit dan Chandra telah
membuat masyarakat terganggu.
Dikatakan dia, fakta membuktikan bahwa institusi Polri dan Kejaksaan
Agung telah gagal mewujudkan cita-cita Indonesia yang bebas dari korupsi.
Harapan besar dengan lahirnya KPK, kini harus redup oleh adanya kasus yang
ditimpakan kepada Chandra dan Bibit.
"Sebagai anak bangsa kami mencintai KPK, untuk itu mari kita dukung
Chandra dan Bibit dalam Grup ini. Kita namakan Gerakan Satu Juta Facebookers
Dukung Chandra dan Bibit. Ayo kirim semua teman-teman kita, kejar target
1.000.000 Facebooker," ajak Usman.
Diambil dari:
http://www.detikinet.com/read/2009/11/02/065012/1232892/398/dukungan-difacebook-dekati-angka-300-ribu diakses tanggal 17 Mei 2010.
Lampiran 2
Data Peringkat Kaskus menurut Situs Alexa
(12 Oktober 2009)
Peringkat Kaskus dalam daftar Top Sites Indonesia Menurut Situs Alexa
(12 Oktober 2009)
Lampiran 3
Halaman Depan Situs Kaskus
(25 April 2010)
Lampiran 4
GLOSSARY
Administrator bagian dari manajemen Kaskus yang mengatur situs Kaskus dan
membawahi moderator dalam komunitas virtual Kaskus, sering disebut sebagai
Mimin.
Banned hukuman yang diberikan kepada anggota yang menyebabkan anggota
tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas komunitas. Hukuman ini dapat
disetarakan dengan hukuman pengusiran dalam komunitas fisik, perbedaannya
anggota komunitas virtual yang terkena banned dapat masuk ke dalam komunitas
kembali sebagai anggota yang bersih dengan membuat identitas (ID) baru.
BRP singkatan dari Bad Reputation Point yang menunjukkan bahwa anggota
tersebut memiliki reputasi yang buruk. BRP dalam komunitas Kaskus ditunjukkan
dengan kotak berwarna merah dalam profil anggota dan sering disebut sebagai
bata.
CMC (Computer-Mediated Communication) cara berkomunikasi tidak langsung,
dengan menggunakan media jaringan komputer.
Cyberspace istilah yang diciptakan oleh William Gibson, seorang penulis sciencefiction, yang merujuk pada jaringan komputer masa depan dimana pengguna
melakukan perjalanan secara mental melalui data matrix. Istilah ini saat ini secara
umum digunakan untuk mendeskripsikan internet dan jaringan komputer yang
lain.
Chatting melakukan percakapan secara online dengan menggunakan jaringan
internet sebagai perantara.
Emoticon simbol-simbol yang mewakili ekspresi atau emosi.
FAQ Singkatan dari Frequently Asked Questions atau pertanyatan-pertanyaan
yang sering ditanyakan (berulang).
Lampiran 4 (Lanjutan)
GRP singkatan dari Good Reputation Point yang menunjukkan bahwa seorang
anggota memiliki reputasi yang baik. GRP dalam komunitas Kaskus ditunjukkan
dengan kotak berwarna hijau dan sering disebut sebagai cendol.
ICTs singkatan dari Information and Communications Technologies atau
Teknologi Komunikasi dan Informasi.
Junk (sampah) mengacu pada post yang tidak bermutu, tidak jelas atau tidak
memiliki arti yang selaras.
Junker orang yang membuat junk.
Juragan panggilan kepada sesama anggota Kaskus. istilah ini biasa disingkat
sebagai agan atau gan.
Moderator bagian dari manajemen Kaskus yang bertugas mengatur forum
tertentu, dalam komunitas virtual Kaskus sering disebut sebagai Momod.
Newbie (new begginer) istilah bagi anggota yang baru bergabung dalam
komunitas. Newbie dalam komunitas Kaskus ditandai dengan jumlah posting
yang kurang dari 99.
Offline istilah yang menunjukkan ketiadaan hubungan ke dalam sistem internet.
Online istilah yang menunjukkan terjadinya hubungan ke dalam sistem internet.
PM (private message) mengirim pesan secara privat kepada seorang anggota
Kaskus.
Post sebuah pesan virtual yang dikirimkan oleh anggota komunitas virtual sebagai
cara untuk berkomunikasi dengan anggota lain.
Lampiran 4 (Lanjutan)
Posting cara berinteraksi dalam komunitas virtual, dengan cara mengirimkan
(posting) tulisan sebagai pesan ataupun sebagai umpan balik terhadap anggota
lain.
SOC (sense of community) perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuha
komunitas tertentu.
Thread tulisan berisi satu topik tertentu yang dibuat oleh anggota komunitas
virtual.
Lampiran 5
Lirik Lagu “Kaskus Anthem”
(Diciptakan oleh Saykoji seorang penyanyi rap yang juga seorang kaskuser)
“setiap hari aku gatel pengen ngaskus
dari rumah kantor warnet atau dari kampus
iseng baca, atau posting asal ngaskus
tiap online pasti buka
Kaskus, Kaskus
pertamax, tapi nggak ngejunk
tetap nulis komentar thread yang nendang
ngarep ijo ijo ngarepin cendol
malah ditimpuk bata pala ku benjol
dari nubitol sampe ke momod
dari admin sampe kloningan ngotot
penghuni kaskus demen nya download
video, gambar, mp3 pun dicomot
nangkring di lounge post opini dan gosip
tambah gambar sotosop digosok makin sip
BB17 mata nggak berkedip
puluhan postingan baru muncul perdetik
sensasi muncul di tiap postingan
ditambah pedasnya komen kloningan
moderator pegel ngurusin sortingan
mantau thread ada ratusan kan boring gan?
setiap hari aku gatel pengen ngaskus
dari rumah kantor warnet atau dari kampus
iseng baca, atau posting asal ngaskus
tiap online pasti buka
Kaskus, Kaskus
kalo ke mall, liat harga gua geli
mendingan ngaskus buka forum jual beli
murah murah, man banyak yang oke
bisa rekber, c-o-d, Te-o-pe(TOP) dan yoe..
mau pesen tinggal PM yang buka lapak
sambil lihat reputasi penjual yang tampak
banyak cendol atau banyak bata
salah lapak nanti lo berlinang air mata
pada sebel, kalo kaskus main tenis
yang doyan gambar IGO pada main ...
jangan ngeres dulu maksudnya main tetris
masa gue ngomong jorok, ya nggak etis
Lampiran 5 (Lanjutan)
Kaskus bukan sekedar forum biasa
selalu eksis dan tak kan binasa
banyak forum lain bermunculan ngalor ngidul
tetep Kaskus nomer satu, i love you full
setiap hari aku gatel pengen ngaskus
dari rumah kantor warnet atau dari kampus
iseng baca, atau posting asal ngaskus
tiap online pasti buka
kaskus, kaskus
saat indonesia bersuka atau berduka
saatnya Kaskuser untuk berpikir terbuka
Kaskus punya power untuk mengubah bangsa
sudah seharusnya bahu membahu majukan indonesia..!!
setiap hari aku gatel pengen ngaskus
dari rumah kantor warnet atau dari kampus
iseng baca, atau posting asal ngaskus
tiap online pasti buka
Kaskus, Kaskus”
Lampiran 6
S4ViTr1
Konfrontasi Online
Praja IPDN DIFITNAH Memperkosa
Polisi Nilai Kasus ES Lemah
http://bandung.detik..com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/10/ti
me/150407/idnews/953741/idkanal/486
Alhamdulillah, akhirnya Tuhan menunjukkan akan arti dari sebuah kata
kebenaran.
Memang banyak pihak yang serasa iri hati dengan keberhasilan ksatrian
IPDN Jatinangor, dalam menyediakan pengabdi terbaik bagi pertiwi.
S4ViTr1
Kebenaran adalah selalu kebenaran itu sendiri. Tidak bisa ditutupi dengan
cara apapun. Suatu saat kebenaran akan menampakkan jati-diri nya yang
sebenarnya.
Dan, bukankah sejak dulu, kebenaran memang selalu terpancar dari kawah
Chandradimuka, ksatrian IPDN Jatinangor??
Terimalah kebenaran walaupun pahit adanya. Dan terimalah pula kebenaran
bahwa memang kami, Praja IPDN, para ksatria Jatinangorlah yang terbaik
bagi pertiwi
Sersan
Surip
Dengan ini Sersan nyatakan bahwa klaim Saudara/i S4ViTr1 sangat
berlebihan. Terlihat jelas dari tulisan Saudara/i di atas yang menyatakan
bahwa para Ksatria Janitangor yang terbaik bagi Pertiwi tidak lebih dari
upaya penyesatan.
Upaya membangun bangsa merupakan upaya kita semua, segenap elemen
yang ada di dalam NKRI ini.
Bukan hanya Ksatria Jatinangor saja yang berperan, tetapi juga TNI (dan
Sersan Surip di dalamnya) yang senantiasa membangun NKRI ini dari
keterpurukan, dan jangan juga lupakan unsur-unsur lainnya.
Dengan mengagung-agungkan Ksatria IPDN, Sersan yakin bahwa Saudara/i
S4ViTr1 tidak lah lebih dari seorang yang besar kepala.
Tulisan Saudara/i di atas secara tidak langsung akan membentuk opini
publik, bahwa para Ksatria IPDN sangat melecehkan unsur-unsur lainnya.
Demikian Sersan berpendapat.
Lampiran 6 (Lanjutan)
S4ViTr1
Itulah kalau berpendapat hanya disertai otak yang dangkal, tanpa
kemampuan menganalisa suatu permasalahan
Sadarkah anda, seberapa banyak dari rakyat Indonesia, yang dibekali
kemampuan bela negara , secara baik dan terstruktur???
Sadarkah anda, berapa jumlah personel angkatan perang kita, dibanding total
jumlah penduduk Indonesia?? Berimbangkah rasio ini???
Semoga membuka pikiran anda, mengapa kami, Praja IPDN yang mulia,
dibekali kemampuan teknis bela negara.
Sersan
Surip
Sersan katakan pula, sadarkah bahwa Saudara/i tidak menanggapi komentar
Sersan dengan semestinya? Sadarkah Saudara/i bahwa esensi dari tulisan
Sersan ialah menyinggung keangkuhan diri Saudara/i dan kearoganan diri
Saudara/i?
Mohon dibaca kembali dengan seksama semua tulisan Sersan di atas. Sersan
dengan jelas katakan bahwa usaha pembangunan NKRI merupakan tanggung
jawab kita semua sebagai elemen di dalamnya. Keangkuhan yang membabi
buta terlihat dari tulisan Saudara/i yang menyatakan bahwa Ksatria
Jatonangor lah yang terbaik.
Tak heran Sersan dengan kenyataan ini. Seperti kita semua ketahui, orang
sombong memang berotak kosong.
Sekian.
S4ViTr1
Ungkapan yang di quote diatas hanya berlaku bagi mereka yang mempunyai
kemampuan biasa-biasa saja.
Perhatikan, banyak orang hebat di dunia ini, justru terkesan arogan dan
angkuh, namun berprestasi luar biasa. Anda tentu sangat mengenal nama
Muhammad Ali atau juga Jose Mourinho. Mereka adalah sosok hebat yang
selalu lekat dengan predikat sombong
Bagi kami, Praja IPDN, memang layak sebagai yang terbaik. Atau anda ingin
membuktikan??? Silahkan pilih caranya??? Kami sanggup melayaninya.
Lampiran 6 (Lanjutan)
Sersan
Surip
Menarik sekali membahas Muhammad Ali seperti yang Saudara/i S4ViTr1
tuliskan di atas. Tak dipungkiri bahwa Muhammad Ali merupakan salah satu
legenda dalam dunia tinju profesional kelas berat. Stings like bee, moves like
butterfly, begitu dia sering ucapkan. Semua orang tahu dia adalah petinju
yang sombong. Ucapannya terlalu tinggi, tak sedikit pula orang yang
membencinya.
Saudara/i S4ViTr1 pasti tahu, bagaimana keadaan Muhammad Ali sekarang
ini. Beliau terkena penyakit parkinson. Saudara/i tahu mengapa beliau
sampai mengidap penyakit itu? Mengutip perkataan George Foreman, salah
satu legenda tinju yang juga semasa dengan Muhammad Ali, "satu-satunya
kelemahan dia yaitu terlalu merasa hebat, sehingga dia sering sodorkan
kepalanya untuk menjadi sasaran pukulan lawan".
Dari kisah di atas, dapat diambil kesimpulan (apabila Saudara/i cukup cerdas
untuk memahami), bahwa kesombongan dapat berujung kepada kehancuran,
cepat atau lambat.
Sekian.
S4ViTr1
Terlihat sekali anda memaksakan untuk berpikir melebihi kapasitas otak anda
untuk berpikir. Silahkan anda buka-buka referensi ilmiah yang ada. Mulai
dari the Journal of the American Medical Association sampai The New
England Journal of Medicine, yang terkenal itu. Selanjutnya anda temukan
korelasi antara hipotesis anda yang mengkorelasikan kesombongan dengan
parkinson.
Maaf, kami, Praja IPDN, hanya bisa merasa kasihan dengan otak anda, yang
anda paksa berpikir melebihi daya dan kemampuan nya
Sersan
Surip
Tidak perlu Saudara/i beritahukan apa yang mesti Sersan lakukan. Tak perlu
juga Sersan membaca referensi medis seperti yang Saudara/i tuliskan di atas.
Semakin terlihat di sini bahwa Saudara/i adalah seorang yang pandir.
Di atas Saudara/i tuliskan bahwa orang hebat sangat wajar untuk bertingkah
laku sombong, dengan Muhammad Ali sebagai contoh yang Saudara/i
sebutkan. Cobalah untuk sedikit membaca kembali referensi ilmiah yang
Saudara/i punyai. Dapat Saudara/i ketahui bahwa kepala yang terlalu sering
terkena pukulan dapat mengakibatkan parkinson. Mengapa Muhammad Ali
sampai tersiksa di hari tuanya karena parkinson itu? Sudah barang tentu
karena sewaktu masa mudanya, beliau terlalu sombong. Beliau selalu
berpikir bahwa dia adalah yang terbaik, tak mudah dikalahkan, juga tahan
pukul. Memang kenyataannya seperti itu.
Lampiran 6 (Lanjutan)
Sersan
Surip
Tapi masa sekarang yang membuktikan kesombongannya di masa lalu itu.
Sungguh menggelikan membaca tulisan Saudara/i di atas. Terlihat dari
kemampuan Saudara/i yang tidak dapat memahami analogi yang Sersan
gunakan.
Quote:
Originally Posted by S4ViTr1 View Post
Silahkan pilih caranya??? Kami sanggup melayaninya.
Satu hal lagi, Sersan sarankan agar Saudara/i memperbaiki tata bahasa yang
Saudara/i gunakan.
Kalimat seruan diakhiri dengan tanda baca tanya? Sersan tak habis pikir
karenanya.
S4ViTr1
Bisakah anda membedakan antara pendapat ilmiah dan opini pribadi??
Kalau anda cerdas tentu, anda bisa membedakannya. Namun sayang, anda
tidak terlalu layak untuk disebut cerdas
Atau anda ingin membuktikan, silahkan pilih sendiri metode untuk
membuktikan. Kami Praja IPDN, sanggup melayaninya....Karena kami
dikaruniai kelebihan fisik dan kemampuan berpikir sekaligus.
(semoga anda bisa memahami artinya sekarang)
Sersan
Surip
Klaim sepihak, apabila Saudara/i katakan bahwa Sersan adalah seorang yang
kurang cerdas dibandingkan dengan Saudara yang dalam naungan IPDN.
Mohon untuk tidak sepotong-potong dalam mengutip pernyataan yang
Sersan lontarkan di atas.
Sekali lagi Sersan ucapkan, begitulah kenyataan yang terjadi dengan
Muhammad Ali. Berapa sering Saudara/i mengetahui sepak terjang yang
bersangkutan? Sebesar apakah pengetahuan Saudara/i akan parkinson?
Sungguh terlalu dangkal apabila Saudara/i menganggap Muhammad Ali
dengan penyakit parkinson yang dideritanya sekarang ini tidak ada kaitannya
sama sekali dengan kesombongannya.
Begitu pun dengan Saudara/i beserta jajaran IPDN yang selalu
diagungkannya. Kesombongan, sehebat apa pun Saudara/i, akan berujung
kepada kehancuran.
Demikian.
Lampiran 7 Kelemahan Penegakan Sanksi dalam Komunitas Virtual
Sebuah thread yang dibuat oleh ID Deperruku (diakses tanggal 17 Oktober
2009) menjelaskan tentang ID yang dianggap legenda dalam komunitas Kaskus.
Satu kisah dari penjaga utara dapat menjadi gambaran kelemahan penegakan
sanksi dalam komunitas virtual. Berikut petikan isi thread tersebut:
Penjaga Utara
Penjaga utara diberikan kepada AppleBreadKe-4 yang disebut sebagai
THE KING OF MAHO?? Untuk istilah yang satu ini saya sudah familiar, Maho
atau manusia homo, sebuah kata yang digunakan untuk merendahkan, dengan
emoticon berwarna hijau berbibir tebal yang berkedip genit. Saya sangat hafal,
dan apakah hubungan AppleBreadKe-4 ini dengan maho?? Menurut TS, kisah ini
dimulai dari kemunculan ID AppleBread (belum ada ke-4-nya) yang merusuh di
lounge. Kadang memaki, kadang hanya berisi AIUEO dan hampir semua postingnya berisi sampah semua, AppleBread adalah seorang junker sejati. Sehingga
penghuni forum lounge menjadi terganggu dan akhirnya admin mem-banned dia.
Akan tetapi masalah belum selesai karena ‘kloningan’ AppleBread muncul
dengan nama AppleBreadKe-2 yang menyerang lounge dengan posting-posting
dan membuat thread sampah lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Forum
lounge kembali kacau, sehingga penghuni lounge membalas dengan membuat
posting-posting yang meminta admin untuk menghapus ID tersebut. Admin pun
bertindak, dan AppleBreadKe-2 hilang.
Tapi teror belum selesai karena kembali muncul AppleBreadKe-3,
kejadian lama terulang dan admin kembali mem-banned dia. Lalu muncullah
AppleBreadKe-4 dan untuk keempat kalinya dia menyerang lounge bahkan
mengumpat-umpat admin.
Akan tetapi setelah banyak mendapat protes AppleBreadKe-4 membuat
pernyataan yang dianggap sama gilanya dengan semua serangan ke forum lounge
karena AppleBreadKe-4 kemudian meminta maaf kepada semua penghuni
Kaskus. AppleBreadKe-4 juga berjanji akan menjadi anak baik di forum lounge.
Lampiran 7 (Lanjutan)
Perkataannya terbukti, AppleBreadKe-4 benar-benar menjadi anak baik di
Kaskus, tetapi dia masih sering membuat junk dengan pertamax-nya yang unik
dan ajaib, karena dia pertamax di atas TS. Dengan kata lain sebelum thread
dibuat, dia sudah mengirimkan postingan. Bagaimana mungkin??
Kejadian itu menimbulkan banyak kekaguman di lounge, tetapi anehnya
saat pertamax, AppleBreadKe-4 hanya menampilkan gambar anime jepang serta
kata-kata MAHO MAHO di tengah-tengahnya. Teror kembali terulang karena
setiap pertamax dia menggunakan kata ‘MAHO MAHO’, bahkan di thread admin
AppleBreadKe-4 menggunakan kata MAHO MAHO. Meskipun ada warga lounge
yang melarang kata-kata maho di dalam threadnya, tetapi ada pula yang
mengusulkan agar MAHO MAHO menjadi salam resmi kaskus. Tetapi kemudian
AppleBreadKe-4 mengganti maho-maho menjadi apel apel. Tetapi ‘virus’ maho
telah menyebar di Kaskus, bahkan ada yang memplesetkan Maho sebagai
Manusia Homo. Akhirnya admin memutuskan maho menjadi ikon baru Kaskus
dengan emoticon:
Lampiran 8
Wawancara Online
setan_biasa: sip, apa yg bisa dibantu silahkan ditanya ^^
[email protected]: hehe langsung aja ya
[email protected]: kenapa ngumpulin bata?
setan_biasa: 1. ane ga mau orang ngliat hanya dari sisi luarnya aja (karena bata
identik dengan perusuh ato negatif)
[email protected]: 2nya?
setan_biasa: 2. cari hal yg baru dan beda aja (soalnya sudah terlalu sering oran
ngumpulin cendol)
[email protected]: btw ntu ID klonengan bukan sih?
setan_biasa: 3. ane pengen ngejar post 50000 dengan ID bata merah (karena
sampai saat ini belom ada sepertinya, walaupun ID bata merah riskan di banned,
karena meman di larang)
setan_biasa: oh iya ini PRIME ID
[email protected]: wooow ebat euy ahahaha
[email protected]: kirain ane bakal nemu para klonengan2
[email protected]: gak pengen punya cendol om?
setan_biasa: kalo ane liat temen2 yg lain PRIME IDnya udah pada ijo dan pulbar
setan_biasa: pengen juga sih punya yg ijo
setan_biasa: tapi masih pengen fokus ke yg merah
[email protected]: kalo merah gak bisa nglempar cendol ato nimpuk bata
kan ya?
[email protected]: padahal kan biasanya orang ngejar ISO biar bisa
nimpuk2 ID peruseuh?
setan_biasa: kalo ID perusuh dikasih bata udah ga ngaruh
setan_biasa: biasanya mereka buat ID baru
[email protected]: huuum iya sih, itu kelemahan komunitas internet
[email protected]: makanya lama kelamaan kayaknya orang udah gak
terlalu ngehargain cendol lagi
[email protected]: termasuk tipe2 pengumpul bata nurut ane
[email protected]: maap kalo nyinggung om
setan_biasa: iyah ga pa2 kok ^^
setan_biasa: karena fungsinya udah ga terlalu signifikan
setan_biasa: lagian seharusnya cendol dikasih karena apresiasi
setan_biasa: namun kenyataannya cenderung beda
Lampiran 8 (Lanjutan)
setan_biasa: cendol dikumpulkan dari hasil barter
setan_biasa: ataupun ikut arisan
lampiran 8 (lanjutan)
setan_biasa: makanya banyak orang buat klonengan banyak dan ngeja ISO
[email protected]: wew berarti sistem reputasi kaskus udah rusak ya?
[email protected]: padahal banned juga gak terlalu ngaruh karena orang
bisa bikin klonengan lagi
setan_biasa: iyah begitulah kenyataannnya
setan_biasa: tapi yang terpenting dari itu semua kan bagaimana cara
menikmatinya
setan_biasa: nikmatin aja ngaskusnya
[email protected]: hehehe tapi emang kaskus hebat, biar anggotanya udah
1,3 juta
[email protected]: banyak perusuh, sistem banyak bolong2
[email protected]: tapi kayaknya masih sanggup bertahan
[email protected]: oya, om setuju gak kalo aturan ID pemilik bata 2 bar
di-banned?
setan_biasa: ane sih ga setuju kalo di banned
setan_biasa: karena keberadaan kolektor bata tanpa rusuh ga negatif kalo menurut
ane
 10:31 AM
14/1
lagian kaskus kan udah kayak simulasi di dunia nyata
 10:32 AM
14/1
ga ada yg ideal di dunia ini
 10:32 AM
14/1
paling kita cuma bisa optimasi ke arah y ideal
 10:32 AM
Lampiran 8 (Lanjutan)
14/1
nah saran ane buat ngebenahin kaskus,
 10:33 AM
14/1
ya kudu buat prioritas masalah mana seharusnya didahulukan di urus
setan_biasa: lagian yang perlu diurus kan yang ngrusuh
setan_biasa: prioritas aja
[email protected]: emang biasanya dapet bata-nya darimana?
setan_biasa: macem2 kadang minta ke temen
setan_biasa: kadang ada yg buat trit bagus
setan_biasa: kadang yah ikut arisan biar cendolnya gag sayang ke buang
setan_biasa: sama aja kayak kolektor cendol kok
[email protected]: emang gak ngrusuh sih, tapi kalo makin banyak
pengumpul bata takutnya orang makin gak takut ditimpuk bata
[email protected]: mereka makin berani ngrusuh gitu
setan_biasa: ada atau tidak kolektor bata ga ngaruh sama perusuh
setan_biasa: mereka mah ga ngaruh dibata
setan_biasa: paling ngaruh kalo di banned
setan_biasa: itu juga buat ID baru lg trus ngrusuh
setan_biasa: makanya mnurut ane banned itu sanksi paling berasa kalo bagi
perusuh
setan_biasa: kalo bata udah ga ngaruh lg ^^
[email protected]: kalo bata ma cendol udah gak penting berarti sama aja
gak ada aturan di kaskus dong om?
setan_biasa: aturan tetep ada sis ^^
setan_biasa: cuman yg signifikan aja
setan_biasa: kayak ak post BB
setan_biasa: gag ngrusuh
setan_biasa: *gak post BB
setan_biasa: kalo mnurut ane yg paling urgent skarang :
setan_biasa: 1. masalah perusuh
setan_biasa: 2. trit berbau BB
Lampiran 8 (Lanjutan)
[email protected]: haha kalo BB diilangin emang gak abis tuh anggota
kaskus
[email protected]: soalnya mayoritas anggota kaskus cowok kan?
[email protected]: btw ane setuju kalo BB diilangin sih
setan_biasa: kalo gitu sis kudu teliti motif kaskuser ngaskus apa
setan_biasa: mnurut ane sih sedikit yg mencari BB ^^
setan_biasa: cenderung nyari teman di suatu komunitas yg memiliki hobi yg sama
[email protected]: hehe iya, wawancara-nya cuma perwakilan sih om
[email protected]: gak mungkin wawancara 1,3 orang kan
[email protected]: emang sih dari orang2 yng ketemu pada gak nyari BB
setan_biasa: emang sedikit
setan_biasa: sebagian besar terpusat di :
[email protected]: tapi kayaknya tiap ada trit BB selalu rame tuh
setan_biasa: 1. civitas academica (kumintas akademik)
setan_biasa: 2. regional (nyari teman antar regional)
setan_biasa: 3. Heart to Heart ( buat curhat)
setan_biasa: 4. Soccer Room (yg hobi bola)
setan_biasa: 5. Lounge (tempat nyari info, nah disinilah sering terjadi kerusuhan,
BB, dan juga tempat orang besarin kloningan)
[email protected]: kalo om sendiri biasanya nongkrong dimana?
setan_biasa: sisanya bisa ke musik, berita dan politik, ato DC (buat nampung
orang yg hobinya ngrusuh)
setan_biasa: gw di civitas academica ^^
setan_biasa: kbetulan anak UI jadi nongkrong ditrit UI ^^
[email protected]: gara2 nyari yang paling rame ane emang banyak
ngamati lounge sih, makanya banyak kepergok trit BB
[email protected]: waaah alumnus UI ato masih kuliah om?
[email protected]: padahal ane udah seenaknya pangil2 om
[email protected]: maap, ane panggil agan aja lah kalo gitu
setan_biasa: sip panggil apa aja yg enak bebas kok
setan_biasa: ane masih kul ^^
[email protected]: waaaaaaaah jangan2 lebih muda dari ane lagi
setan_biasa: bisa jadi
Lampiran 8 (Lanjutan)
[email protected]: btw civitas academica kegiatannya apa aja sih?
[email protected]: ngggg... contek2an tugas ada gak? hahaha
setan_biasa: interaksi sama temen2 satu univ ato sekolah yg memiliki hobi sama
(internet)
[email protected]: lah kalo satu univ ato sekolah kan harusnya bisa
ketemu langsung?
setan_biasa: kan hobinya beda2
setan_biasa: itu juga kenalnya juga di kaskus padahal satu univ @_@
[email protected]: hahaha kalo univ emang beda sih, secara kan luas
banget
[email protected]: tapi abis dari kaskus ketemu juga secara langsung kan?
setan_biasa: iyah jadi kenal beda fakultas dan angkatang yg berbeda pula
setan_biasa: iyah ada gathering
setan_biasa: coba aja kemari biar ada gambarannya :
setan_biasa: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2034553
[email protected]: oke meluncur ke TKP dulu
setan_biasa: sip
[email protected]: sering ikut gathering gak gan?
setan_biasa: sering kok ^^
setan_biasa: yg akan datang UGM sama UI mencoba gath bersama
[email protected]: biasanya yang jadi koordinator gath siapa sih?
[email protected]: walah UGM-UI ketemu dimana jadinya? kan jauh tuh?
setan_biasa: sip
[email protected]: wah tapi hebat gath-nya mpe bikin sport gathering,
nobar
[email protected]: btw kalo ane ngutip2 dari trit UI harus ijin dulu gak ya?
setan_biasa: coba aja main ke trit UI
setan_biasa: ada yg namanya orthanc
setan_biasa: tanya sama dia aja
setan_biasa: dia sesepuh situ
[email protected]: oke, ntar ane coba hubungi deh
[email protected]: btw makasih buanyaaaaak info2nya ya gan
setan_biasa: sip sama2 ^^
Lampiran 8 (Lanjutan)
setan_biasa: yg pasti jgn sampe ID ane di banned
[email protected]: mau ngasih tau nama asli gak? ntar biar bisa ane
cantumin di skripsi, hehehe
[email protected]: ahaha kayaknya momod juga fokus ke pengacau kok
setan_biasa: bah makasih
setan_biasa: ID ane aja setan biasa™ dicantumin
[email protected]: rasanya sih aman2 aja pengumpul bata merah secara
damai, gak bakal di-banned
[email protected]: siiip
setan_biasa: sip
setan_biasa: ane off dolo yah
setan_biasa: *dadaaaaaaaaaaah
[email protected]: yup thx banget
setan_biasa sudah sign out. (1/14/2010 11:25 AM)
Download