Peningkatan Hasil Belajar Materi Gerak Benda Melalui Metode Penemuan Terbimbing Siswa Kelas III SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh Suci Lestari Guru SDN Wakah 1 Abstrak. Metode penemuan terbimbing adalah sebuah model proses pembelajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Penemuan terbimbing merupakan suatu proses yang ditempuh guru untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan teknik observasi secara langsung terhadap siswa pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing berhasil meningkatkan keaktifan siswa saat pembelajaran dan juga pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Saat menerapkan penemuan terbimbing guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode ini sehingga diperoleh hasil yang optimal. Kata Kunci : Hasil Belajar, Gerak benda, Penemuan Terbimbing A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia yang sangat penting bagi pembangunan nasional. Pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul dari sekolah yang berkualitas. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas sekolah merupakan tujuan utama untuk mencapai terciptanya pendidikan yang berkualitas sehingga bisa mencetak generasi yang berkualitas pula. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan komptensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Berdasarkan hasil observasi di kelas III SDN Wakah 1 diketahui bahwa hasil belajar siswa untuk pelajaran IPA ternyata masih belum menjangkau tingkat keberhasilan pada pokok bahasan Gerak Benda yang rata-rata nilainya hanya 6,1. Menurut pedoman penilaian kelas dalam KTSP ketuntasan klasikal adalah 80% dengan nilai yang dicapai adalah 70. Mencermati data tersebut, ternyata hasil belajar siswa Kelas III SDN Wakah 1 masih belum optimal, dari 12 siswa hanya 6 siswa saja yang faham dengan konsep Gerak Benda. Dari hasil observasi peneliti hal ini disebabkan karena interaksi antara guru dan siswa selama pembelajaran masih kurang efektif, siswa terkadang ramai sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Sementara itu guru hanya membacakan materi kepada siswa, dan terkadang hanya memberikan sedikit penjelasan atau mencatat di papan tulis. Hal inilah yang menyebabkan rata-rata JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 87 siswa mengalami kejenuhan pembelajaran. Oleh sebab itu penulis merasa perlu melakukan penelitian kelas (clasroom action research) dalam rangka memperbaiki hasil belajar dengan menerapkan pembelajaran berbasis penemuan terbimbing untuk materi Gerak Benda. B. KAJIAN TEORI Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh setelah melakukan proses belajar. Hal tersebut senada dengan Sudjana, (2005:22) menjelaskan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya”. Dimyati (2002:3) menjelaskan bahwa “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Dalam proses belajar dan mengajar timbul suatu interaksi antara siswa dan pendidik. Oemar Hamalik, (2001) menjelaskan bahwa “Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh baik kemampuan atau tingkah laku setelah orang tersebut menerima pembelajaran. Hasil belajar dapat diidentifikasi melalui penilaian tes belajar dan observasi kegiatan belajar siswa dan observasi kemampuan mengajar guru. Observasi kegiatan belajar siswa dan kemampuan mengajar guru digunakan untuk peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan penilaian tes belajar digunakan untuk (a) mengetahui kemajuan hasil belajar siswa, (b) mendiagnosis kesulitan belajar, (c) memberikan umpan balik proses belajar mengajar, (d) penentuan kenaikan kelas, dan (e) memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan suatu perbaikan. Metode Penemuan Terbimbing. Metode penemuan terbimbing didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin menggunakan simbulsimbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membadingkan apa yang ditemukan orang lain. Dahar (1988) mendefinisikan Metode penemuan terbimbing sebagai pengajaran dimana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan penemuan terbimbing adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa diharapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur krlompok yang digariskan secara jelas. Menurut (Trowbrige, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa Metode penemuan terbimbing adalah sebuah Metode proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Penemuan terbimbing JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 88 merupakan suatu cara mengajar siswa bagaimana belajar dengan mengggunakan ketrampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional. Berdasarkan definisi-difinisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penemuan terbimbing merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam Metode penemuan terbimbing ini siswa terlibat secara mental maupun fisikuntuk memcahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa terbiasa bersikap seperti para ilmuwan IPA, yaitu teliti, tekun, ulet, objektif, jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain. Langkah-langkah Metode Penemuan Terbimbing Soedjadi (dalam Julie Susilowati, 2008, 15-16), menjelaskan langkah-langkah dalam metode pembelajaran dalam penemuan terbimbing adalah sebagai berikut: Penemuan soal atau masalah, siswa diminta memahami masalah tersebut. Pengembangan data, siswa diminta mencari atau menunjuk kemungkinan-kemungkinan lain. Penyusunan data, siswa diminta memasukkan perolehan dari butir-butir dalam suatu tabel. Penambahan data, (bila belum terdapat modelnya, siswa diminta menambah data). Prompting (bila masih belum dipandang lengkap, siswa diminta menambah data secara tidak urut). Pemeriksaan hasil, siswa diminta memeriksa ulang hasil langkah demi langkah yang telah dilakukan. Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: Startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Startegi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya: Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 89 optimal. Makin tepat metode yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan penerapan penemuan terbimbing siswa Kelas III SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi pada materi Gerak Benda dan untuk mengetahui sejauh mana penerapan penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi pada materi Gerak Benda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, peneliti, guru, dan sekolah. Bagi siswa penelitian ini memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajar siswa sehingga siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya serta dapat meningkatkan interaksi siswa saat kegiatan belajar berlangsung, meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat. Bagi Peneliti dapat meningkatkan ketrampilan pengembangan metode atau model pembelajaran di kelas maupun diluar kelas, serta meningkatkan pendekatan pembelajaran dengan siswa. Bagi guru dapat meningkatkan hasil belajar tentang penelitian dan menumbuhkan minat untuk melakukan penelitian. Dan bagi sekolah Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum sekolah agar tidak terpaku dengan cara-cara yang biasa. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas karena penelitian ini dilaksanakan berdasarkan adanya temuan masalah di kelas. Sedangkan model PTK yang akan digunakan adalah model PTK bersiklus yang mengacu pada model John Elliot. PTK tersebut dilaksanakan secara bersiklus, setiap siklus penelitian terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, obrservasi, dan refleksi. Tahap perencanaan yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan.Tahap pelaksanaan tindakan yaitu merupakan suatu hal yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang dilakukan.Tahap observasi/ pengamatan yaitu mengamati secara sistematis hasil/ dampak tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan tahap refleksi yaitu mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai instrument penelitian, kehadiran peneliti mutlak diperlukan, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksanaan pengajaran, pengumpul data, penganalisis, penafsir dan sebagai pelapor hasil penelitian.Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IV sebagai observer dan juga dengan teman sejawat sebagai pendominasi. Perbaikan ini bertempat di SDN Wakah 1, Desa Wakah , Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Perbaikan dilakukan pada mata pelajaran IPA materi Gerak Benda dengan subjek dalam penelitian adalah Kelas III dengan jurnlah siswa 12 anak, terdiri dari 5 siswa lakilaki dan 7 siswa perempuan. Siswa Kelas III SDN Wakah 1 mempunyai ciri khas JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 90 yaitu saat proses pembelajaran berlangsung siswa ramai, berbicara atau bercanda dengan ternannya, bermain sendiri, berjalan-jalan rneninggalkan tempat duduknya untuk kepentingan yang tidak jelas, serta sulit konsentrasi terhadap materi yang diberikan oleh guru. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa yang meliputi produk dan keterlaksanaan pembelajaran penemuan terbimbing. Secara rinci dijelaskan antara lain : (1) Data proses belajar siswa yang berupa keterlaksanaan pembelajaran Penemuan Terbimbing; (2) Data hasil belajar siswa berupa pemahaman materi yang dibelajarkan diperoleh dari skor hasil belajar siswa dalam mengerjakan evaluasi pada setiap siklus. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas III SDN Wakah 1 Ngrambe, Ngawi dan peneliti sebagai guru. Prosedur penelitian dapat dilakukan beberapa tahap diantaranya perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, angket, dokumentasi, tes, wawancara, dan catatan lapangan.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu menggambarkan kenyataan atau data sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Gerak Benda serta sejauh mana siswa mampu memunculkan sikap rasa tanggung jawab dalam pembelajaran. Langkah-langkah analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan. Pada kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran penemuan terbimbing, hasil belajar siswa, karakter tanggung jawab siswa yang diseleksi, difokuskan, dan disederhanakan sesuai dengan kebutuhan untuk memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan. Kegiatan penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi, dengan menyusun secara narasi sekumpulan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi hingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi yang dimaksud adalah uraian proses kegiatan pembelajaran, respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, serta hasil yang diperoleh sebagai akibat dari pemberian tindakan. Sajian data selanjutnya ditafsirkan dan dievaluasi untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Kegiatan penarikan kesimpulan mencakup pencarian arti dan makna data serta memberi penjelasan. Makna dan arti yang diperoleh tersebut harus di uji kebenarannya serta kecocokannya melalui kegiatan verifikasi. Verifikasi tersebut merupakan validitas data yang disimpulkan. Hasil analisis data ini akan dijadikan dasar untuk menentukan keberhasilan pemberian tindakan. Selain itu analisis data ini akan digunakan dasar untuk melaksanakan tindakan selanjutnya, jika pemberian tindakan sebelumnya tidak berhasil. Berdasarkan analisis maka akan ditentukan mana yang perlu dilakukan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil ketuntasan siswa baik secara JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 91 individu maupun klasikal selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing. Patokan penilaian yang digunakan adalah Standar Ketuntasan Minimal (SKM) mata pelajaran IPA di SDN Wakah 1, dimana seorang siswa disebut tuntas belajar jika pada nilai akhir siswa mencapai ≥ 65, sedangkan patokan penilaian penerapan model Pembelajaran Penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA dikatakan keberhasilan jika persentase klasikal pembelajaran mencapai ≥ 75%. Evaluasi dilaksanakan setelah diperoleh hasil analisis yang akurat. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan penelitian dalam meningkatkan hasil belajar dan tanggung jawab siswa melalui model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi Gerak Benda, jika hasil penelitian belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya. Untuk itu dalam penelitian juga diperlukan refleksi. Refleksi merupakan kegiatan memikirkan atau merenungkan kembali semua kegiatan yang telah dilakukan, kemudian mencari solusi perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan tindakan yang dilakukan. D. HASIL PENELITIAN Dalam perencanaan kegiatan pada siklus I adalah: 1) Menganalisis kurikulum untuk menentukan kompetensi dasar. Pada tanggal 15 April 2014 peneliti menganalisis kurikulum KTSP kelas III yang tercantum: Standar Kompetensi: Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber, Kompetensi Dasar: Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran, Indikator: Mengidentifikasi berbagai gerak benda melalui percobaan, dan Mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda. 2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus pertama dilakukan 1 kali pertemuan dan membutuhkan waktu 2 jam pelajaran. 3) Menyiapkan materi pembelajaran dan sumber belajar. Materi perbaikan pembelajaran ini diambil dari buku kurikulum KTSP melelui pengembangan silabus dan penilaian yang terdapat dalam materi semester I yaitu Gerak Benda dengan menggunakan sumber belajar dari buku IPA kelas III. 4) Menyiapkan evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil, yang didasarkan pada observasi dan test tulis. Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran difokuskan pada proses pembelajaran dalam bentuk kegiatan, siswa belajar dan menemukan sendiri masalah yang dipelajari. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 April 2014. Pembelajaran pada siklus I berlangsung selama 2 x 35 menit mulai pukul 07.00 – 08.10 WIB. Berdasarkan aktivitas yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran tentang gerak benda, siswa terlihat tertarik pada penyajian materi yang disampikan guru, akan tetapi mereka masih malu bertanya dan enggan untuk memahami. Dalam diskusi kelompok terlihat pasif, dari sini tampak sekali bahwa minat belajar siswa masih rendah. JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 92 Dari data yang dikumpulkan dapat diketahui proses pembelajaran dan hasil belajar siswa sebagai berikut : Tabel 1: Analisis Keaktifan Siswa Siklus I No Klp Nama siswa 1 1 Sinta Ariska 2 Titis Wahyu S 3 Devi Novita Sari 4 Elsa Widyaningsih 1 2 Vina Dwi Okta 2 Karisma Asitasari 3 Chelvin Juneva 4 Narko Setiawan 1 3 Rico Setiawan 2 Septiyan Dwianto 3 Mella Yulia Sari 4 Sintiasari Jumlah Presentase ( % ) Bertanya Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6 6 50 50 Aspek yang dinilai Menjawab Keaktifan Ya Tidak Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7 5 6 6 58 42 42 58 Jumlah Skor = 6 + 7 + 6 = 19 Ketuntasan Siswa = ∑ 50% + 58% + 50% 3 = 158% 3 = 53% Tabel 2 : Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I Nama Siswa Nilai Test 1 Sinta Ariska 2 Titis Wahyu S 1 3 Devi Novita Sari 4 Elsa Widyaningsih 1 Vina Dwi Okta 2 Karisma Asitasari 2 3 Chelvin Juneva 4 Narko Setiawan 1 Rico Setiawan 2 Septiyan Dwianto 3 3 Mella Yulia Sari 4 Sintiasari Jumlah Rata – Rata Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai diatas rata-rata Nilai dibawah rata-rata 65 50 75 70 80 70 75 60 50 70 70 60 795 66,25 80 50 7 5 No Kel KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Keterangan Tidak Tuntas Tuntas 7 5 JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 93 Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa pada siklus I yaitu rata-rata nilai 66,25, dari 12 siswa kelas III SDN Wakah 1 yang dinyatakan tuntas belajar sebanyak 7 siswa (58%), sedang 5 siswa (42%) dinyatakan belum tuntas . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar belum mencapai KKM secara klasikal yang dikehendaki, yakni 80% dengan nilai rata-rata 70. Sehingga proses pembelajaran masih perlu di tingkatkan lagi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I dapat direfleksikan hal-hal yang terjadi selama pembelajaran IPA yang menerapkan model penemuan terbimbing sebagai berikut: Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah cukup memuaskan, terlihat dari adanya peningkatan aktifitas siswa. Demikian juga bila dilihat dari hasil belajar juga ada peningkatan kemampuan siswa. Namun secara klasikal baik aktifitas belajar siswa maupun hasil belajar siswa belum mencapai target yang ditentukan yakni sebesar 80% dengan rata-rata nilai 70, oleh karena itu peneliti akan melanjutkan dengan siklus ke II. Pada tahap siklus II peneliti menelaah hasil pertemuan siklus I yang dilakukan pada tanggal 22 April 2014 pada materi Gerak Benda. Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan siklus II. adapun langkah-langkah dalam perencanaan sebagai berikut: 1) Menentukan Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Menyusun Lembar Kerja Kelompok. 4) Mempersiapkan sumber belajar dan media pembelajaran. 5) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar aktifitas siswa. 6) Mempersiapkan soal evaluasi hasil belajar siswa. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014. Pembelajaran pada siklus II berlangsung selama 2 x 35 menit mulai pukul 07.00 – 08.10 WIB. Kegiatan awal Guru membuka pelajaran dengan salam, do’a, dan presensi. Setelah itu guru melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab tentang pelajaran yang telah lalu yaitu macam-macam gerak benda, semua anak terlihat mengangkat tangannya, beberapa menjawab dengan tepat. Setelah itu guru menyampaikan materi dan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan inti Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca buku pelajaran tentang hal-hal yang mempengaruhi gerak benda untuk persiapan kerja kelompok. Setelah 5 menit membaca buku pelajaran, siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 94 Pada kegiatan akhir, guru menyampaikan beberapa pertanyaan yang dapat menggiring siswa untuk dapat menyimpulkan pembelajaran, 7 anak mencoba menyampaikan kesimpulan. 5 anak dapat menyimpulkan dengan benar, 2 anak mendekati benar. setelah itu siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dimengerti. ada 2 anak yang menanyakan materi yang belum dimengerti . selanjutnya guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan secara individu. Setelah selesai, tugas dikumpulkan, kemudian guru menutup pelajaran dengan penguatan dan salam. Saat peneliti melaksanakan perbaikan, peneliti berkolaborasi dengan kepala sekolah dan teman sejawat untuk mengamati kegiatan pembelajaran. Kolaborator mencatat berbagai peristiwa pembelajaran yang terjadi. Teman sejawat bertugas mengamati aktifitas siswa dengan berpedoman pada lembar pengamatan. Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa. Pengamatan yang dilakukan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 3 : Analisis Keaktifan Siswa Siklus II No Klp Nama siswa Bertanya Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 3 75 25 1 1 Sinta Ariska 2 Titis Wahyu S 3 Devi Novita Sari 4 Elsa Widyaningsih 1 2 Vina Dwi Okta 2 Karisma Asitasari 3 Chelvin Juneva 4 Narko Setiawan 1 3 Rico Setiawan 2 Septiyan Dwianto 3 Mella Yulia Sari 4 Sintiasari Jumlah Presentase ( % ) Aspek yang dinilai Menjawab Keaktifan Ya Tidak Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 1 10 2 92 8 83 17 Jumlah skor = 9+11+10= 30 Ketuntasan Siswa = ∑ 75% + 92% + 83% 3 Dari data diatas diketahui bahwa secara klasikal prosentase keaktifan siswa sebesar 83% . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA mengalami peningkatan, dan sudah mencapai KKM secara klasikal yang ditentukan, yakni 80%. Sehingga proses pembelajaran dianggap sudah berhasil. Sedangkan hasil pengamatan dari = 250% 3 = 83% evaluasi hasil belajar yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini: JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 95 Tabel 4 : Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II Nama Siswa Nilai Test 1 Sinta Ariska 2 Titis Wahyu S 1 3 Devi Novita Sari 4 Elsa Widyaningsih 1 Vina Dwi Okta 2 Karisma Asitasari 2 3 Chelvin Juneva 4 Narko Setiawan 1 Rico Setiawan 2 Septiyan Dwianto 3 3 Mella Yulia Sari 4 Sintiasari Jumlah Rata – Rata Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai diatas rata-rata Nilai dibawah rata-rata 65 70 85 90 85 85 70 75 65 80 80 85 935 77,9 90 65 7 5 No Kel Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa pada siklus II yaitu ratarata nilai 77.9. Dari 12 siswa, dinyatakan tuntas belajar sebanyak 10 siswa (83%), sedang 2 siswa (17%) dinyatakan belum tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses sudah mencapai KKM secara klasikal yang dikehendaki, yakni 80%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pertemuan siklus II dapat direfleksikan, tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti ternyata cukup memuaskan, terlihat dari adanya peningkatan nilai aktifitas siswa yaitu 83%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA pada materi Gerak Benda sudah mencapai KKM KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Keterangan Tidak Tuntas Tuntas 10 2 secara klasikal yang ditentukan, yakni 80% dan rata-rata nilai sudah melebihi 70. Sehingga proses pembelajaran di anggap sudah berhasil. Berdasarkan hasil observasi, diskusi dengan teman sejawat dan hasil latihan siswa ditemukan bahwa dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa terlihat pasif dan kurang bergairah dalam proses pembelajaran. Hasil belajar siswapun kurang memuaskan dengan nilai ketuntasan klasikal sebesar 50%, akhirnya peneliti bersama teman sejawat memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan penemuan peneliti dari hasil observasi siklus pra tindakan, peneliti bersama dengan teman sejawat memutuskan untuk mengadakan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 96 perbaikan pembelajaran dengan model rata nilai mencapai 77,9 dari rata-rata penemuan terbimbing mata pelajaran minimal yang ditentukan yaitu 70. IPA kompetensi dasar menyimpulkan Dari hasil tindakan yang hasil pengamatan bahwa gerak benda dilakukan pada siklus I dan siklus II, dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran. terlihat bahwa pembelajaran IPA Pertemuan I dilakukan pada hari selasa dengan model penemuan terbimbing tanggal 22 April 2014, berdasarkan berhasil meningkatkan keaktifan siswa data observasi aktifitas siswa dibanding yakni dari 58% ketuntasan klasikal siklus pra tindakan, terjadi peningkatan pada pra tindakan menjadi 83% pada aktifitas siswa secara klasikal selama akhir siklus II, dan rata-rata hasil proses pembelajaran yakni menjadi belajar siswa dari 66,25 meningkat 58% dengan rata-rata nilai 66,25. menjadi 77,9 dengan ketuntasan Ketuntasan klasikal minimal yang klasikal dari 58% pada siklus pertama ditentukan yaitu sebesar 80% dan rata- menjadi 83% pada akhir siklus. rata nilai 70. Berdasarkan penemuan peneliti E. KESIMPULAN DAN SARAN dari hasl observasi siklus I , peneliti Kesimpulan bersama dengan teman sejawat Dari hasil kegiatan memutuskan untuk mengadakan pembelajaran yang telah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan model selama dua siklus, dan berdasarkan penemuan terbimbing mata pelajaran seluruh pembahasan serta analisis yang IPA kompetensi dasar menyimpulkan telah dilakukan dapat disimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda bahwa, penerapan metode dipengaruhi oleh bentuk dan pembelajaran penemuan terbimbing ukurandengan mempertahankan termasuk metode yang tepat untuk kekuatan pada siklus I dan digunakan dalam penyampaian materi memperbaiki kekurangannya. Gerak Benda pada siswa kelas III SDN Pertemuan siklus II dilakukan pada hari Wakah 1 Kecamatan Ngrambe senin tanggal 29 April Kabupaten Ngawi dan dapat 2014.Berdasarkan data pada lembar dipertimbangkan penggunaannya untuk observasi, aktifitas siswa terus pembelajaran yang sejenis. meningkat, dibandingkan pelaksanaan Pembelajaran dengan metode pada siklus I, yakni sebesar 83% dari penemuan terbimbing memiliki ketuntasan minimal yang ditentukan dampak positif dalam meningkatkan sebesar 80%. Sama halnya dengan hasil hasil belajar siswa yang ditandai belajar siswa, ketuntasan klasikal dengan peningkatan ketuntasan belajar mencapai 83% dari ketuntasan minimal siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I yang ditentukan sebesar 80% dan rata- (58%), dan siklus II (83%). JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 97 Saran Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Peneliti hendaknya meningkatkan ketrampilan pengembangan metode atau model pembelajaran di kelas maupun diluar kelas, serta meningkatkan pendekatan pembelajaran dengan siswa. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. Untuk melaksanakan metode pembelajaran penemuan terbimbing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum sekolah agar tidak terpaku dengan caracara yang biasa. F. DAFTAR PUSTAKA Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Alam Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta. Balai Pustaka. Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Suryabrata. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Usman, Moh. Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 98