87 Peningkatan Hasil Belajar Materi Gerak Benda Melalui Metode

advertisement
Peningkatan Hasil Belajar Materi Gerak Benda Melalui Metode Penemuan
Terbimbing Siswa Kelas III SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten
Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014
Oleh
Suci Lestari
Guru SDN Wakah 1
Abstrak.
Metode penemuan terbimbing adalah sebuah model proses pembelajaran yang
berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Penemuan terbimbing merupakan suatu
proses yang ditempuh guru untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik
kesimpulan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
teknik observasi secara langsung terhadap siswa pada saat proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing berhasil meningkatkan keaktifan
siswa saat pembelajaran dan juga pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Saat
menerapkan penemuan terbimbing guru harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode ini sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Gerak benda, Penemuan Terbimbing
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
pilar pengembangan sumber daya manusia
yang sangat penting bagi pembangunan
nasional. Pendidikan yang berkualitas
hanya akan muncul dari sekolah yang
berkualitas. Oleh karena itu upaya
peningkatan kualitas sekolah merupakan
tujuan utama untuk mencapai terciptanya
pendidikan yang berkualitas sehingga bisa
mencetak generasi yang berkualitas pula.
Pendidikan IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan komptensi agar siswa
mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk “mencari tahu” dan
“berbuat” sehingga dapat membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
Berdasarkan hasil observasi di
kelas III SDN Wakah 1 diketahui bahwa
hasil belajar siswa untuk pelajaran IPA
ternyata masih belum menjangkau tingkat
keberhasilan pada pokok bahasan Gerak
Benda yang rata-rata nilainya hanya 6,1.
Menurut pedoman penilaian kelas
dalam KTSP ketuntasan klasikal adalah
80% dengan nilai yang dicapai adalah 70.
Mencermati data tersebut, ternyata hasil
belajar siswa Kelas III SDN Wakah 1
masih belum optimal, dari 12 siswa hanya
6 siswa saja yang faham dengan konsep
Gerak Benda.
Dari hasil observasi peneliti hal ini
disebabkan karena interaksi antara guru
dan siswa selama pembelajaran masih
kurang efektif, siswa terkadang ramai
sendiri
dan
tidak
memperhatikan
penjelasan guru. Sementara itu guru hanya
membacakan materi kepada siswa, dan
terkadang hanya memberikan sedikit
penjelasan atau mencatat di papan tulis.
Hal inilah yang menyebabkan rata-rata
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
87
siswa
mengalami
kejenuhan
pembelajaran. Oleh sebab itu penulis
merasa perlu melakukan penelitian kelas
(clasroom action research) dalam rangka
memperbaiki hasil belajar dengan
menerapkan
pembelajaran
berbasis
penemuan terbimbing untuk materi Gerak
Benda.
B. KAJIAN TEORI
Hasil Belajar
Hasil
belajar
merupakan
kemampuan yang diperoleh setelah
melakukan proses belajar. Hal tersebut
senada dengan Sudjana, (2005:22)
menjelaskan bahwa “Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman
belajaranya”.
Dimyati
(2002:3)
menjelaskan bahwa “Hasil belajar adalah
hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar”. Dalam proses
belajar dan mengajar timbul suatu
interaksi antara siswa dan pendidik.
Oemar Hamalik, (2001) menjelaskan
bahwa “Hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti”.
Beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh baik kemampuan
atau tingkah laku setelah orang tersebut
menerima pembelajaran. Hasil belajar
dapat diidentifikasi melalui penilaian tes
belajar dan observasi kegiatan belajar
siswa dan observasi kemampuan mengajar
guru. Observasi kegiatan belajar siswa dan
kemampuan mengajar guru digunakan
untuk peningkatan proses belajar siswa.
Sedangkan penilaian tes belajar digunakan
untuk (a) mengetahui kemajuan hasil
belajar siswa, (b) mendiagnosis kesulitan
belajar, (c) memberikan umpan balik
proses belajar mengajar, (d) penentuan
kenaikan kelas, dan (e) memotivasi belajar
siswa dengan cara
mengenal dan memahami diri dan
merangsang untuk melakukan suatu
perbaikan.
Metode Penemuan Terbimbing.
Metode penemuan terbimbing
didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge,
1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai:
Pembelajaran yang mempersiapkan situasi
bagi anak untuk melakukan eksperimen
sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa
yang terjadi, ingin menggunakan simbulsimbul dan mencari jawaban atas
pertanyaan
sendiri,
menghubungkan
penemuan yang satu dengan yang lain,
membadingkan apa yang ditemukan orang
lain. Dahar (1988) mendefinisikan Metode
penemuan terbimbing sebagai pengajaran
dimana guru dan anak mempelajari
peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala
ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para
ilmuwan.
Pengajaran
berdasarkan
penemuan terbimbing
adalah suatu
strategi yang berpusat pada siswa dimana
kelompok-kelompok siswa diharapkan
pada suatu persoalan atau mencari
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
didalam suatu prosedur dan struktur
krlompok yang digariskan secara jelas.
Menurut (Trowbrige, 1990) dalam
(Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa
Metode penemuan terbimbing adalah
sebuah Metode proses pengajaran yang
berdasarkan atas teori belajar
dan
perilaku.
Penemuan
terbimbing
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
88
merupakan suatu cara mengajar siswa
bagaimana belajar dengan mengggunakan
ketrampilan,
proses,
sikap,
dan
pengetahuan
berpikir
rasional.
Berdasarkan definisi-difinisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa penemuan terbimbing
merupakan suatu proses yang ditempuh
siswa untuk memecahkan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan
eksperimen,
mengumpulkan
dan
menganalisis
data,
dan
menarik
kesimpulan.
Jadi,
dalam
Metode
penemuan terbimbing ini siswa terlibat
secara
mental
maupun
fisikuntuk
memcahkan suatu permasalahan yang
diberikan guru. Dengan demikian, siswa
terbiasa bersikap seperti para ilmuwan
IPA, yaitu teliti, tekun, ulet, objektif,
jujur, kreatif, dan menghormati pendapat
orang lain.
Langkah-langkah
Metode
Penemuan Terbimbing Soedjadi (dalam
Julie
Susilowati,
2008,
15-16),
menjelaskan
langkah-langkah
dalam
metode pembelajaran dalam penemuan
terbimbing adalah sebagai berikut:
Penemuan soal atau masalah,
siswa diminta memahami masalah
tersebut.
Pengembangan data, siswa
diminta
mencari
atau
menunjuk
kemungkinan-kemungkinan
lain.
Penyusunan
data,
siswa
diminta
memasukkan perolehan dari butir-butir
dalam suatu tabel. Penambahan data, (bila
belum terdapat modelnya, siswa diminta
menambah data). Prompting (bila masih
belum dipandang lengkap, siswa diminta
menambah data secara tidak urut).
Pemeriksaan
hasil,
siswa
diminta
memeriksa ulang hasil langkah demi
langkah yang telah dilakukan.
Strategi
Pembelajaran
Inkuiri
merupakan strategi pembelajaran yang
banyak dianjurkan, karena strategi ini
memiliki beberapa keunggulan, di
antaranya: Startegi ini merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna.
Startegi ini dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Startegi ini merupakan strategi yang
dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi
belajar
modern
yang
menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Keuntungan lain adalah
strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan
siswa
yang
memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya,
siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan,
strategi ini juga mempunyai kelemahan, di
antaranya: Jika strategi ini digunakan
sebagai strategi pembelajaran, maka akan
sulit
mengontrol
kegiatan
dan
keberhasilan siswa. Strategi ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar.
Kadang-kadang
dalam
mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
Dari uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode penemuan terbimbing tersebut
maka hasil-hasil belajar akan menjadi
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
89
optimal. Makin tepat metode yang
diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendiskripsikan penerapan penemuan
terbimbing siswa Kelas III SDN Wakah
1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi
pada materi Gerak Benda dan untuk
mengetahui sejauh mana penerapan
penemuan terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa Kelas III SDN Wakah
1 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi
pada materi Gerak Benda.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat bagi siswa,
peneliti, guru, dan sekolah. Bagi siswa
penelitian ini memberikan pengalaman
baru dan diharapkan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan belajar
siswa sehingga siswa memiliki kesadaran
bahwa proses pembelajaran adalah dalam
rangka mengembangkan potensi dirinya
serta dapat meningkatkan interaksi siswa
saat kegiatan belajar berlangsung,
meningkatkan keberanian siswa bertanya,
menjawab, dan mengemukakan pendapat.
Bagi Peneliti dapat meningkatkan
ketrampilan pengembangan metode atau
model pembelajaran di kelas maupun
diluar
kelas,
serta
meningkatkan
pendekatan pembelajaran dengan siswa.
Bagi guru dapat meningkatkan hasil
belajar
tentang
penelitian
dan
menumbuhkan minat untuk melakukan
penelitian. Dan bagi sekolah Memberikan
bahan
masukan
dalam
rangka
pengembangan kurikulum sekolah agar
tidak terpaku dengan cara-cara yang biasa.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan
penelitian tindakan kelas karena penelitian
ini dilaksanakan berdasarkan adanya
temuan masalah di kelas. Sedangkan
model PTK yang akan digunakan adalah
model PTK bersiklus yang mengacu pada
model John Elliot. PTK tersebut
dilaksanakan secara bersiklus, setiap
siklus penelitian terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
obrservasi,
dan
refleksi.
Tahap
perencanaan yaitu merumuskan masalah,
menentukan tujuan, dan metode penelitian
serta membuat rencana tindakan.Tahap
pelaksanaan tindakan yaitu merupakan
suatu hal yang dilakukan sebagai upaya
perubahan
yang
dilakukan.Tahap
observasi/ pengamatan yaitu mengamati
secara sistematis hasil/ dampak tindakan
terhadap proses belajar-mengajar, dan
tahap refleksi yaitu mengkaji dan
mempertimbangkan hasil atau dampak
tindakan yang dilakukan.
Peneliti dalam penelitian kualitatif
berperan sebagai instrument penelitian,
kehadiran peneliti mutlak diperlukan,
dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
perencana,
pelaksanaan
pengajaran,
pengumpul data, penganalisis, penafsir
dan
sebagai
pelapor
hasil
penelitian.Peneliti berkolaborasi dengan
guru kelas IV sebagai observer dan juga
dengan
teman
sejawat
sebagai
pendominasi.
Perbaikan ini bertempat di SDN
Wakah 1, Desa Wakah , Kecamatan
Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Perbaikan
dilakukan pada mata pelajaran IPA materi
Gerak Benda dengan subjek dalam
penelitian adalah Kelas III dengan jurnlah
siswa 12 anak, terdiri dari 5 siswa lakilaki dan 7 siswa perempuan. Siswa Kelas
III SDN Wakah 1 mempunyai ciri khas
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
90
yaitu saat
proses pembelajaran
berlangsung siswa ramai, berbicara atau
bercanda dengan ternannya, bermain
sendiri, berjalan-jalan rneninggalkan
tempat duduknya untuk kepentingan yang
tidak jelas, serta sulit konsentrasi terhadap
materi yang diberikan oleh guru.
Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah data hasil belajar
siswa yang meliputi produk dan
keterlaksanaan pembelajaran penemuan
terbimbing. Secara rinci dijelaskan antara
lain : (1) Data proses belajar siswa yang
berupa
keterlaksanaan
pembelajaran
Penemuan Terbimbing; (2) Data hasil
belajar siswa berupa pemahaman materi
yang dibelajarkan diperoleh dari skor hasil
belajar siswa dalam mengerjakan evaluasi
pada setiap siklus. Sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa Kelas III SDN
Wakah 1 Ngrambe, Ngawi dan peneliti
sebagai guru. Prosedur penelitian dapat
dilakukan beberapa tahap diantaranya
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/
observasi, dan refleksi.
Pengumpulan
data
dalam
penelitian ini dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi, angket,
dokumentasi, tes, wawancara, dan catatan
lapangan.Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data kualitatif yaitu
menggambarkan kenyataan atau data
sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar Gerak Benda serta sejauh
mana siswa mampu memunculkan sikap
rasa tanggung jawab dalam pembelajaran.
Langkah-langkah analisis terdiri
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: (1) reduksi data, (2)
penyajian data, (3) penarikan kesimpulan.
Pada kegiatan reduksi data, peneliti
mengumpulkan pelaksanaan pembelajaran
model
pembelajaran
penemuan
terbimbing, hasil belajar siswa, karakter
tanggung jawab siswa yang diseleksi,
difokuskan, dan disederhanakan sesuai
dengan
kebutuhan untuk memudahkan peneliti
dalam penarikan kesimpulan.
Kegiatan penyajian data dilakukan
dalam rangka mengorganisasikan hasil
reduksi, dengan menyusun secara narasi
sekumpulan informasi yang diperoleh dari
hasil
reduksi
hingga
memberi
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Informasi yang dimaksud adalah uraian
proses kegiatan pembelajaran, respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran,
serta hasil yang diperoleh sebagai akibat
dari pemberian tindakan. Sajian data
selanjutnya ditafsirkan dan dievaluasi
untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
Kegiatan penarikan kesimpulan
mencakup pencarian arti dan makna data
serta memberi penjelasan. Makna dan arti
yang diperoleh tersebut harus di uji
kebenarannya serta kecocokannya melalui
kegiatan verifikasi. Verifikasi tersebut
merupakan
validitas
data
yang
disimpulkan.
Hasil analisis data ini akan
dijadikan dasar untuk menentukan
keberhasilan pemberian tindakan. Selain
itu analisis data ini akan digunakan dasar
untuk melaksanakan tindakan selanjutnya,
jika pemberian tindakan sebelumnya tidak
berhasil. Berdasarkan analisis maka akan
ditentukan mana yang perlu dilakukan
perbaikan untuk pelaksanaan tindakan
selanjutnya. Penarikan kesimpulan dilihat
dari hasil ketuntasan siswa baik secara
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
91
individu
maupun
klasikal
selama
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
penemuan
terbimbing.
Patokan penilaian yang digunakan
adalah Standar Ketuntasan Minimal
(SKM) mata pelajaran IPA di SDN
Wakah 1, dimana seorang siswa disebut
tuntas belajar jika pada nilai akhir siswa
mencapai ≥ 65, sedangkan patokan
penilaian penerapan model Pembelajaran
Penemuan terbimbing pada mata pelajaran
IPA
dikatakan
keberhasilan
jika
persentase
klasikal
pembelajaran
mencapai ≥ 75%.
Evaluasi dilaksanakan setelah
diperoleh hasil analisis yang akurat.
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan penelitian dalam
meningkatkan hasil belajar dan tanggung
jawab siswa melalui model pembelajaran
penemuan terbimbing pada materi Gerak
Benda, jika hasil penelitian belum sesuai
dengan harapan, maka akan dicari
penyebabnya. Untuk itu dalam penelitian
juga
diperlukan
refleksi.
Refleksi
merupakan kegiatan memikirkan atau
merenungkan kembali semua kegiatan
yang telah dilakukan, kemudian mencari
solusi perbaikan yang dapat dilakukan
untuk
meningkatkan
keberhasilan
tindakan yang dilakukan.
D. HASIL PENELITIAN
Dalam perencanaan kegiatan pada
siklus I adalah: 1) Menganalisis
kurikulum untuk menentukan kompetensi
dasar. Pada tanggal 15 April 2014 peneliti
menganalisis kurikulum KTSP kelas III
yang tercantum: Standar Kompetensi:
Memahami berbagai cara gerak benda,
hubungannya dengan energi dan sumber,
Kompetensi Dasar: Menyimpulkan hasil
pengamatan
bahwa
gerak
benda
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran,
Indikator: Mengidentifikasi berbagai gerak
benda
melalui
percobaan,
dan
Mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi
gerak benda. 2) Menyiapkan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus
pertama dilakukan 1 kali pertemuan dan
membutuhkan waktu 2 jam pelajaran. 3)
Menyiapkan materi pembelajaran dan
sumber
belajar.
Materi
perbaikan
pembelajaran ini diambil dari buku
kurikulum KTSP melelui pengembangan
silabus dan penilaian yang terdapat dalam
materi semester I yaitu Gerak Benda
dengan menggunakan sumber belajar dari
buku IPA kelas III. 4) Menyiapkan
evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang
digunakan pada penelitian ini yaitu
evaluasi proses dan evaluasi hasil, yang
didasarkan pada observasi dan test tulis.
Pelaksanaan tindakan perbaikan
pembelajaran difokuskan pada proses
pembelajaran dalam bentuk kegiatan,
siswa belajar dan menemukan sendiri
masalah yang dipelajari. Pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran
siklus
I
dilaksanakan pada tanggal 22 April 2014.
Pembelajaran pada siklus I berlangsung
selama 2 x 35 menit mulai pukul 07.00 –
08.10 WIB.
Berdasarkan
aktivitas
yang
dilaksanakan
pada
saat
proses
pembelajaran tentang gerak benda, siswa
terlihat tertarik pada penyajian materi
yang disampikan guru, akan tetapi mereka
masih malu bertanya dan enggan untuk
memahami. Dalam diskusi kelompok
terlihat pasif, dari sini tampak sekali
bahwa minat belajar siswa masih rendah.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
92
Dari data yang dikumpulkan dapat
diketahui proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa sebagai berikut :
Tabel 1: Analisis Keaktifan Siswa Siklus I
No
Klp
Nama siswa
1
1
Sinta Ariska
2
Titis Wahyu S
3
Devi Novita Sari
4
Elsa Widyaningsih
1
2
Vina Dwi Okta
2
Karisma Asitasari
3
Chelvin Juneva
4
Narko Setiawan
1
3
Rico Setiawan
2
Septiyan Dwianto
3
Mella Yulia Sari
4
Sintiasari
Jumlah
Presentase ( % )
Bertanya
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6
6
50
50
Aspek yang dinilai
Menjawab
Keaktifan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
7
5
6
6
58
42
42
58
Jumlah Skor = 6 + 7 + 6 = 19
Ketuntasan Siswa =
∑ 50% + 58% + 50%
3
=
158%
3
= 53%
Tabel 2 : Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I
Nama Siswa
Nilai
Test
1
Sinta Ariska
2
Titis Wahyu S
1
3
Devi Novita Sari
4
Elsa Widyaningsih
1
Vina Dwi Okta
2
Karisma Asitasari
2
3
Chelvin Juneva
4
Narko Setiawan
1
Rico Setiawan
2
Septiyan Dwianto
3
3
Mella Yulia Sari
4
Sintiasari
Jumlah
Rata – Rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai diatas rata-rata
Nilai dibawah rata-rata
65
50
75
70
80
70
75
60
50
70
70
60
795
66,25
80
50
7
5
No
Kel
KKM
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
Keterangan
Tidak
Tuntas
Tuntas












7
5
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
93
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
informasi tentang hasil belajar siswa pada
siklus I yaitu rata-rata nilai 66,25, dari 12
siswa kelas III SDN Wakah 1 yang
dinyatakan tuntas belajar sebanyak 7
siswa (58%), sedang 5 siswa (42%)
dinyatakan belum tuntas . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa proses
belajar mengajar belum mencapai KKM
secara klasikal yang dikehendaki, yakni
80% dengan nilai rata-rata 70. Sehingga
proses pembelajaran masih perlu di
tingkatkan lagi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dari siklus I dapat direfleksikan hal-hal
yang terjadi selama pembelajaran IPA
yang menerapkan model penemuan
terbimbing sebagai berikut: Tindakan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan
peneliti sudah cukup memuaskan, terlihat
dari adanya peningkatan aktifitas siswa.
Demikian juga bila dilihat dari hasil
belajar juga ada peningkatan kemampuan
siswa. Namun secara klasikal baik
aktifitas belajar siswa maupun hasil
belajar siswa belum mencapai target yang
ditentukan yakni sebesar 80% dengan
rata-rata nilai 70, oleh karena itu peneliti
akan melanjutkan dengan siklus ke II.
Pada tahap siklus II peneliti
menelaah hasil pertemuan siklus I yang
dilakukan pada tanggal 22 April 2014
pada materi Gerak Benda. Pada tahap ini
peneliti
bersama
teman
sejawat
merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan pada pertemuan siklus II.
adapun
langkah-langkah
dalam
perencanaan
sebagai
berikut:
1)
Menentukan Kompetensi Dasar, Indikator,
dan Tujuan Pembelajaran. 2) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP). 3) Menyusun Lembar Kerja
Kelompok. 4) Mempersiapkan sumber
belajar dan media pembelajaran. 5)
Mempersiapkan instrumen penelitian
berupa lembar aktifitas siswa. 6)
Mempersiapkan soal evaluasi hasil belajar
siswa.
Pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran siklus II dilaksanakan pada
tanggal 29 April 2014. Pembelajaran pada
siklus II berlangsung selama 2 x 35 menit
mulai pukul 07.00 – 08.10 WIB.
Kegiatan awal Guru membuka
pelajaran dengan salam, do’a, dan
presensi. Setelah itu guru melakukan
apersepsi melalui kegiatan tanya jawab
tentang pelajaran yang telah lalu yaitu
macam-macam gerak benda, semua anak
terlihat mengangkat tangannya, beberapa
menjawab dengan tepat. Setelah itu guru
menyampaikan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan. Kegiatan inti Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk
membaca buku pelajaran tentang hal-hal
yang mempengaruhi gerak benda untuk
persiapan kerja kelompok. Setelah 5 menit
membaca
buku
pelajaran,
siswa
dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa selama proses belajar
mengajar
yang
telah
dilakukan.
Instrument yang digunakan adalah tes
formatif II.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
94
Pada
kegiatan
akhir,
guru
menyampaikan beberapa pertanyaan yang
dapat menggiring siswa untuk dapat
menyimpulkan pembelajaran, 7 anak
mencoba menyampaikan kesimpulan. 5
anak dapat menyimpulkan dengan benar,
2 anak mendekati benar. setelah itu siswa
diberi kesempatan untuk menanyakan
materi yang belum dimengerti. ada 2 anak
yang menanyakan materi yang belum
dimengerti . selanjutnya guru memberikan
soal evaluasi untuk dikerjakan secara
individu.
Setelah
selesai,
tugas
dikumpulkan, kemudian guru menutup
pelajaran dengan penguatan dan salam.
Saat
peneliti
melaksanakan
perbaikan, peneliti berkolaborasi dengan
kepala sekolah dan teman sejawat untuk
mengamati
kegiatan
pembelajaran.
Kolaborator mencatat berbagai peristiwa
pembelajaran yang terjadi.
Teman
sejawat bertugas mengamati aktifitas
siswa dengan berpedoman pada lembar
pengamatan. Peneliti juga melakukan
pengamatan terhadap aktifitas siswa.
Pengamatan yang dilakukan dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel 3 : Analisis Keaktifan Siswa Siklus II
No
Klp
Nama siswa
Bertanya
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
9
3
75
25
1
1
Sinta Ariska
2
Titis Wahyu S
3
Devi Novita Sari
4
Elsa Widyaningsih
1
2
Vina Dwi Okta
2
Karisma Asitasari
3
Chelvin Juneva
4
Narko Setiawan
1
3
Rico Setiawan
2
Septiyan Dwianto
3
Mella Yulia Sari
4
Sintiasari
Jumlah
Presentase ( % )
Aspek yang dinilai
Menjawab
Keaktifan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
11
1
10
2
92
8
83
17
Jumlah skor = 9+11+10= 30
Ketuntasan Siswa =
∑ 75% + 92% + 83%
3
Dari data diatas diketahui bahwa
secara klasikal prosentase keaktifan siswa
sebesar 83% . Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar IPA mengalami peningkatan,
dan sudah mencapai KKM secara klasikal
yang ditentukan, yakni 80%. Sehingga
proses pembelajaran dianggap sudah
berhasil. Sedangkan hasil pengamatan dari
=
250%
3
= 83%
evaluasi hasil belajar yang dilakukan pada
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
95
Tabel 4 : Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II
Nama Siswa
Nilai
Test
1
Sinta Ariska
2
Titis Wahyu S
1
3
Devi Novita Sari
4
Elsa Widyaningsih
1
Vina Dwi Okta
2
Karisma Asitasari
2
3
Chelvin Juneva
4
Narko Setiawan
1
Rico Setiawan
2
Septiyan Dwianto
3
3
Mella Yulia Sari
4
Sintiasari
Jumlah
Rata – Rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai diatas rata-rata
Nilai dibawah rata-rata
65
70
85
90
85
85
70
75
65
80
80
85
935
77,9
90
65
7
5
No
Kel
Berdasarkan tabel di atas
diperoleh informasi tentang hasil
belajar siswa pada siklus II yaitu ratarata nilai 77.9. Dari 12 siswa,
dinyatakan tuntas belajar sebanyak 10
siswa (83%), sedang 2 siswa (17%)
dinyatakan belum tuntas. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
proses sudah mencapai KKM secara
klasikal yang dikehendaki, yakni 80%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dari pertemuan siklus II
dapat
direfleksikan,
tindakan
perbaikan
pembelajaran yang dilakukan peneliti
ternyata cukup memuaskan, terlihat
dari adanya peningkatan nilai aktifitas
siswa yaitu 83%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa proses
belajar mengajar IPA pada materi
Gerak Benda sudah mencapai KKM
KKM
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
Keterangan
Tidak
Tuntas
Tuntas












10
2
secara klasikal yang ditentukan, yakni
80% dan rata-rata nilai sudah melebihi
70. Sehingga proses pembelajaran di
anggap sudah berhasil.
Berdasarkan hasil observasi,
diskusi dengan teman sejawat dan hasil
latihan siswa ditemukan bahwa dengan
pembelajaran yang berpusat pada guru,
siswa terlihat pasif dan kurang
bergairah dalam proses pembelajaran.
Hasil
belajar
siswapun
kurang
memuaskan dengan nilai ketuntasan
klasikal sebesar 50%, akhirnya peneliti
bersama teman sejawat memutuskan
untuk
mengadakan
perbaikan
pembelajaran pada siklus I.
Berdasarkan penemuan peneliti
dari hasil observasi siklus pra tindakan,
peneliti bersama dengan teman sejawat
memutuskan
untuk
mengadakan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
96
perbaikan pembelajaran dengan model rata nilai mencapai 77,9 dari rata-rata
penemuan terbimbing mata pelajaran minimal yang ditentukan yaitu 70.
IPA kompetensi dasar menyimpulkan
Dari
hasil
tindakan
yang
hasil pengamatan bahwa gerak benda dilakukan pada siklus I dan siklus II,
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran. terlihat bahwa pembelajaran IPA
Pertemuan I dilakukan pada hari selasa dengan model penemuan terbimbing
tanggal 22 April 2014, berdasarkan berhasil meningkatkan keaktifan siswa
data observasi aktifitas siswa dibanding yakni dari 58% ketuntasan klasikal
siklus pra tindakan, terjadi peningkatan pada pra tindakan menjadi 83% pada
aktifitas siswa secara klasikal selama akhir siklus II, dan rata-rata hasil
proses pembelajaran yakni menjadi belajar siswa dari 66,25 meningkat
58% dengan rata-rata nilai 66,25. menjadi 77,9 dengan ketuntasan
Ketuntasan klasikal minimal yang klasikal dari 58% pada siklus pertama
ditentukan yaitu sebesar 80% dan rata- menjadi 83% pada akhir siklus.
rata nilai 70.
Berdasarkan penemuan peneliti E. KESIMPULAN DAN SARAN
dari hasl observasi siklus I , peneliti Kesimpulan
bersama dengan teman sejawat
Dari
hasil
kegiatan
memutuskan
untuk
mengadakan pembelajaran yang telah dilakukan
perbaikan pembelajaran dengan model selama dua siklus, dan berdasarkan
penemuan terbimbing mata pelajaran seluruh pembahasan serta analisis yang
IPA kompetensi dasar menyimpulkan telah dilakukan dapat disimpulkan
hasil pengamatan bahwa gerak benda bahwa,
penerapan
metode
dipengaruhi
oleh
bentuk
dan pembelajaran penemuan terbimbing
ukurandengan
mempertahankan termasuk metode yang tepat untuk
kekuatan
pada
siklus
I
dan digunakan dalam penyampaian materi
memperbaiki
kekurangannya. Gerak Benda pada siswa kelas III SDN
Pertemuan siklus II dilakukan pada hari Wakah 1 Kecamatan Ngrambe
senin
tanggal
29
April Kabupaten
Ngawi
dan
dapat
2014.Berdasarkan data pada lembar dipertimbangkan penggunaannya untuk
observasi,
aktifitas
siswa
terus pembelajaran
yang
sejenis.
meningkat, dibandingkan pelaksanaan Pembelajaran
dengan
metode
pada siklus I, yakni sebesar 83% dari penemuan terbimbing
memiliki
ketuntasan minimal yang ditentukan dampak positif dalam meningkatkan
sebesar 80%. Sama halnya dengan hasil hasil belajar siswa yang ditandai
belajar siswa,
ketuntasan klasikal dengan peningkatan ketuntasan belajar
mencapai 83% dari ketuntasan minimal siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
yang ditentukan sebesar 80% dan rata- (58%), dan siklus II (83%).
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
97
Saran
Dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru hendaknya
lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode pengajaran, walau
dalam taraf yang sederhana, dimana
siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep
dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya.
Peneliti hendaknya meningkatkan
ketrampilan pengembangan metode
atau model pembelajaran di kelas
maupun
diluar
kelas,
serta
meningkatkan
pendekatan
pembelajaran dengan siswa. Untuk
penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik. Untuk
melaksanakan metode pembelajaran
penemuan terbimbing
memerlukan
persiapan
yang cukup
matang,
sehingga
guru
harus
mampu
menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan
metode
pembelajaran
penemuan
terbimbing
dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal. Bagi sekolah diharapkan dapat
memberikan bahan masukan dalam
rangka pengembangan kurikulum
sekolah agar tidak terpaku dengan caracara yang biasa.
F. DAFTAR PUSTAKA
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar.
Jakarta: Erlangga.
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, 1994. Petunjuk
Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar,
Jakarta.
Balai
Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.
Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineksa Cipta.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988.
The Action Research Planner.
Victoria Dearcin University
Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan
Teknis Evaluasi Pengajaran.
Bandung. Remaja Rosda Karya.
Pusat
Kurikulum
Balitbang
Depdiknas. 2003.
Standar
Kompetensi Mata Pelajaran
Pengetahuan Alam Sekolah
Dasar
dan
Madrasah
Ibtidaiyah.
Jakarta.
Balai
Pustaka.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989.
Penelitian
dan
Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru.
Suryabrata. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta:
PT. Rineksa Cipta.
Usman, Moh. Uzer. 1995. Menjadi
Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
98
Download