1 HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI

advertisement
HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)
Maya Oktaviani 1)
Hj. Ai Sri Kosnayani dan Lilik Hidayanti 2)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi 1)
Universitas Siliwangi ([email protected])
Dosen Pembimbing Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan 2)
Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Sasaran utama Millenium Development Goals (MDGs) dalam pembangunan kesehatan
nasional adalah memperhatikan kesehatan ibu, bayi dan anak. Salah satu masalah yang
berkaitan dengan kesehatan bayi adalah ketidakberhasilan dalam memberikan ASI. Pada
bayi 0 – 6 bulan sebaiknya bayi hanya diberi ASI saja karena komposisinya cukup
memenuhi kebutuhan gizinya hingga tercapai status gizi yang baik. Pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pada bayi sangat ideal dalam membentuk status gizi. Akan tetapi pemberian
ASI eksklusif masih menjadi permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan riwayat pemberian ASI dengan ststus gizi bayi usia 7 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode survei
dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik total sampling pada 38
bayi usia 7 bulan dan responden sebanyak 38 ibu dari sampel. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner serta alat ukur berupa timbangan badan dan microtoise.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 16 bayi usia 7 bulan yang diberi ASI
eksklusif, 5 diantaranya dengan status gizi kurus (31,2%) dan 11 bayi dengan status gizi
normal (68,8%). Dan sebanyak 22 bayi dengan riwayat tidak diberi ASI eksklusif, 7 bayi
diantaranya dengan status gizi kurus (31,8%), dan 15 bayi dengan status gizi normal
(68,2%). Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p =
1,00 (p>0.05), ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara riwayat pemberian ASI dengan
status gizi bayi berusia 7 bulan. Dengan diberikannya ASI eksklusif pada bayi sampai
dengan usia 6 bulan maka bayi tersebut akan mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga
status gizinya akan menjadi baik pula. Oleh sebab itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan
untuk mendapatkan hasil yang objektif dan menyeluruh hendaknya tidak hanya meneliti
pemberian ASI terhadap status gizi namun juga terhadap perkembangan motorik bayi.
Kata Kunci : ASI, Status Gizi, Bayi.
Kepustakaan : 25 (2000-2012)
ABSTRACT
The main target of millenium development goals (MDGs) in national health develpoment are
observe mother, baby, and children health. One of the problem associated with baby health
is unsuccessfully in giving breastfeeding. In 0 to 6 month infants should be only given
breastfeeding, because the compotition of it is enough to fulfill baby nutrient to achieve a
good nutritional status. Exclusive breastfeeding for 6 month in infants are very good to
shaping nutritional status. But the giving of exclusive breastfeeding still be a problem. The
purpose of this research is to know the relation of breastfeeding history with nutritional status
of 7 months infants in the region of Kahuripan health centers, Tasikmalaya 2015. This
research used observational method with Cross Sectional design. The sample of this
research is taken by total sampling technique at 38 babies with 7 months infants and
participants as many as 38 mothers from sample, and data collected by using quesioner and
measure instrument that scales and microtoise. Based of research found that 16 infants with
exclusive breastfeeding history there are 5 babies with thin nutrient status (31,2%), and 11
1
were normal nutrient status (68,8%) as many as 22 infants at 7 months infants who have not
exclusive breastfeeding there are 7 infants with thin nutrient status (31,8%) and 15 infants
with normal nutrient (68,2%). Analysis by using statistic test of Chi Square found p value =
1,00 ( p>0,05) its means that there is no relationship between breastfeeding history with
nutritional status of 7 months infants. By exclusive breastfeeding to infants until they are 6
months, they will get good nutritional input so that their nutritional status will too. To get the
comprehensive objective result the next reasearchers are desirebale to not only examine the
issue of giving breastfeedingon nutrient status but also the baby motorik development.
Keywords : Breastfeeding, Nutritional Status, Baby
Reference : 25 (2000-2012)
Pendahuluan
Pemberian ASI sejak awal
Tujuan
Millenium
pembangunan
Development
dapat menangani tingginya AKB.
Goals
Menurut penelitian yang dilakukan
(MDGs) pada tahun 2015 yakni
oleh UNICEF, resiko kematian bayi
upaya peningkatan kualitas sumber
(AKB) bisa berkurang sebanyak 22%
daya manusia Indonesia, khusus
dengan pemberian ASI eksklusif
untuk bidang kesehatan berfokus
namun, prevalensi pemberian ASI
pada
khususnya
mendorong
perbaikan
kesehatan anak dan ibu. Target
terbilang
MDGs
Menurut
untuk
penurunan
angka
ASI
eksklusif
rendah
hasil
di
masih
Indonesia.
Riskesdas
kematian bayi di Indonesia adalah
2013,
sebesar 23 per 1.000 KH pada tahun
memberikan ASI eksklusif sampai
2015 dari kondisi saat ini yaitu
dengan 5 bulan hanya sebesar
sebesar 34 per 1.000 KH. Data profil
27,2% kepada bayinya. Disamping
kesehatan
barat
itu di Indonesia status gizi bayi
menunjukan AKB di Provinsi Jawa
berdasarkan BB/TB masih sangat
Barat masih berada diatas angka
tinggi.
nasional yaitu sebesar 52 per 1.000
secara nasional tahun 2013 masih
KH.
cukup tinggi yaitu 5,3% demikian
provinsi
Angka
Indonesia
jawa
kematian
yang
tinggi
bayi
di
sebagian
pula
besar disebabkan karena masalah
gizi
yang
penurunan
berdampak
daya
tahan
presentase
tahun
Prevalensi
dengan
ibu
yang
sangat
kurus
prevalensi
kurus
sebesar 6,8%.
pada
Status
gizi
pada
bayi
tubuh.
dipengaruhi oleh faktor langsung
(Depkes RI, 2011) Menurut data
dan tidak langsung. Faktor langsung
Riskesdas 2013 Angka kematian
yang
bayi masih diatas target pencapaian
adalah
MDGs tahun 2015 sebesar 15,5%.
Konsumsi energi protein pada bayi
mempengaruhi
konsumsi
status
dan
gizi
infeksi.
merupakan cerminan dari pola asuh
2
yang dilakukan oleh ibu terhadap
sekitar 90,5%, untuk balita dengan
bayi. Bayi usia 0-6 bulan cukup
status BB/TB gemuk yaitu sekitar
diberi
(Soediaoetama,
4,6%, untuk balita dengan status gizi
2010). Karena pada usia 0-6 bulan,
kurus yaitu sekitar 5%, dan untuk
enzim-enzim pencernaannya belum
balita dengan status gizi sangat
sempurna sehingga apabila diberi
kurus yaitu sekitar 0,31%. (Dinkes
makanan
Kota Tasikmalaya, 2015)
ASI
saja
selain
ASI
akan
berdampak tidak baik.
Status gizi dapat diketahui
Komposisi ASI cukup untuk
pertumbuhan
dan
dengan metode antropometri salah
perkembangan
satunya
dengan
bayi apabila ASI diberikan secara
pertumbuhan
tepat
Terdapat
dan
(ukuran
bayi
Bayi
yang
menilai ukuran tubuh bayi antara lain
mendapat ASI sampai dengan 6
lingkar kepala, umur, tinggi badan
bulan jauh lebih sehat dari bayi yang
(TB) atau panjang badan (PB) dan
menyusu ASI sampai dengan 4
berat badan (BB). Interpensi dari
bulan, frekuensi terkena diare juga
nilai – nilai tersebut disajikan dalam
jauh lebih kecil pada bayi yang diberi
indeks untuk menilai status gizi bayi.
ASI eksklusif dibandingkan dengan
Indeks
bayi
ASI
penelitian ini yaitu menggunakan
eksklusif, bayi yang terkena diare
BB/PB untuk bayi dibawah umur dua
juga cenderung akan mengalami gizi
tahun
kurang (Purwanti, 2004).
tersebut
6
yang
bulan.
tidak
Berdasarkan
diberikan
yang
cara
digunakan
(baduta)
Karena
merupakan
untuk
dalam
indeks
pengukuran
survei
antropometri yang terbaik. Ukuran ini
peneliti dari 20 Puskesmas yang ada
dapat menggambarkan status gizi
di kota Tasikmalaya, pada tahun
saat
2013
eksklusif
Berdasarkan uraian diatas maka
terendah terdapat di Puskesmas
tujuan penelitian ini adalah untuk
Kahuripan,
mengetahui
cakupan
hasil
beberapa
tubuh).
sampai
berumur
benar
pengukuran
ASI
dimana
cakupan
ini
dengan
lebih
hubungan
sensitif.
riwayat
keberhasilannya sebesar 25,8% dari
pemberian ASI dengan status gizi
target
bayi usia 7 bulan di wilayah kerja
69%.
Berdasarkan
penimbangan BB/TB pada bulan
Puskesmas
Agustus
Tasikmalaya.
2014
prevalensi
balita
Metode
dengan status gizi normal yaitu
3
Kahuripan
Kota
Penelitian ini dilaksanakan
Wilayah
Kerja
Kahuripan
Kecamatan
ststus
kelurahan
Kecamatan
bayi
usia
7
bulan
Puskesmas
dilakukan analisis data dengan uji
Tawang,
statistik Chi-Square untuk menguji
yang meliputi 2 (dua) wilayah dari 5
(lima)
gizi
yang
ada
Tawang,
hipotesis yang ada.
di
Hasil Penelitian
yaitu
Kelurahan Kahuripan dan Kelurahan
Puskesmas
Kahuripan
Cikalang Tasikmalaya pada bulan
merupakan bagian dari Kecamatan
September 2015. Populasi dalam
Tawang Kota Tasikmalaya, dengan
penelitian
yang
luas wilayah 40,12 km2, dengan
berusia 7 bulan di wilayah kerja
jumlah penduduk sebanyak ± 63.132
Puskesmas
yang
orang pada tahun 2014, jarak ke
berjumlah 38 orang, sampel dalam
pusat kota ± 1 Km, daerah mudah
penelitian
dijangkau.
ini
adalah
bayi
Kahuripan
ini
diambil
dengan
Mayoritas lahan adalah
menggunakan teknik total sampling
pemukiman
dikarenakan jumlah populasi bayi
sedikit lahan perkantoran. Jumlah
yang akan di teliti kurang dari 100
Posyandu ada 35 buah dengan
bayi. Penelitian ini menggunakan
jumlah balita 2596 orang.
metode survei dengan pendekatan
penduduk
dengan
Karakteristik
umum
Cross Sectional. Pengumpulan data
responden menjadi penting agar
dilakukan
peneliti
memperoleh gambaran yang jelas
dengan teknik wawancara dengan
mengenai karakteristik responden
bantuan kuesioner. Untuk menilai
pada hasil penelitian. Data yang
status
ditampilkan
langsung
gizi
oleh
bayi
dilakukan
dalam
karakteristik
pengukuran pada berat badan dan
responden adalah data responden
tinggi badan bayi. Alat bantu untuk
yang terpilih sebagai sampel yang
mengambil
adalah
merupakan ibu yang memiliki bayi
dan
berusia 7 bulan di wilayah kerja
timbangan
datanya
badan
(dacin)
microtoise. Pengukuran BB/PB bayi
Puskesmas
dihitung
Tasikmalaya.
menggunakan
Software
Kahuripan
Tingkat
Kota
pendidikan
Komputer WHOAnthro 2005 untuk
responden dikategorikan menjadi 4,
memudahkan menghitung status gizi
yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan
bayi. Untuk mengetahui hubungan
Tinggi.
riwayat
karakteristik
pemberian
ASI
dengan
4
Distribusi
responden
frekuensi
menurut
tingkat pendidikan ibu terlihat pada
Tabel 2 menjelaskan bahwa
tabel berikut
responden dengan status bekerja
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi
sebanyak
Karakteristik Responden Menurut
sedangkan
Tingkat Pendidikan Ibu
status tidak bekerja sebanyak 29
Pendidikan
F
orang
%
9
orang
(23,7%)
responden
dengan
(76,3%).
Hal
ini
dapat
disimpulkan bahwa ibu yang tidak
Ibu
SD
4
10,5
bekerja jumlahnya lebih banyak dari
SMP
13
34,2
ibu yang bekerja.
SMA
14
36,8
PT
7
18,4
menurut jenis kelamin dapat dilihat
Jumlah
38
100
pada tabel 3 berikut
Data
karakteristik
sampel
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Bayi
Usia 7 Bulan Berdasarkan Jenis
Dari 38 responden sebagian
besar memiliki tingkat pendidikan
Kelamin
SMA sebanyak 14 orang (36,8%),
Jenis Kelamin
F
%
SMP sebanyak 13 orang (34,2%),
Laki – laki
25
65,8
Perempuan
13
34,2
Jumlah
38
100
selanjutnya
Perguruan
Tinggi
7
orang (18,4%) sisanya reponden
dengan
tingkat
pendidikan
SD
Berdasarkan
sebanyak 4 orang (10,5%).
tabel
3
Status pekerjaan responden
menunjukan bahwa dari 38 bayi
dikategorikan menjadi 2 yaitu tidak
yang berusia 7 bulan, terdiri dari
bekerja dan bekerja.
65,8%
Tabel
2
:
Distribusi
laki
dan
34,2%
Data riwayat pemberian ASI
pada bayi dikelompokan menjadi 2
Status Pekerjaan Ibu
F
–
perempuan.
Frekuensi
Karakteristik Responden Menurut
Status
laki
kategori, yaitu tidak diberi ASI dan
%
diberi ASI. Bayi dengan riwayat tidak
Pekerjaan
Tidak Bekerja
29
76,3
diberi ASI ekslusif sebanyak 22 bayi
Bekerja
9
23,7
(57,9%) dan bayi dengan riwayat
Jumlah
38
100
diberi ASI eksklusif sebanyak 16
bayi (42,1%). Distribusi frekuensi
5
menurut
riwayat
pemberian
ASI
38 bayi, sebesar 68,4% memiliki
dapat dilihat pada tabel 4
Tabel
4
:
Distribusi
ststus gizi normal dan 31,6% dengan
Frekuensi
status gizi kurus.
Sampel Menurut Riwayat Pemberian
Hubungan riwayat pemberian
ASI
ASI dengan status gizi bayi usia 7
Pemberian
F
bulan disajikan dalam tabel 6
%
Tabel
ASI
Diberi ASI
16
6
:
Hubungan
Riwayat
Pemberian ASI dengan Status Gizi
42,1
Bayi Usia 7 Bulan
Eksklusif
Tidak diberi
22
Pemberian
57,9
ASI
ASI Eksklusif
Jumlah
Status Gizi
38
100
Kurus
Total
Normal
n
%
n
%
7
31,8
15
68,2
n
%
22
100
p-
OR
value
95%
CI
Tidak
diberi ASI
Status
gizi
bayi
Eksklusif
dikelompokan menjadi 2 kategori
Diberi ASI
yaitu bayi dengan status gizi kurus
1,00
Eksklusif
5
Jumlah
12
31,2
11
68,8
16
100
31,6
26
68,4
38
100
(<-2 SD) dan bayi dengan status gizi
normal
(≥ -2 SD) berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian
pengukuran BB/PB menggunakan
Software
Computer
diketahui sebanyak 22 bayi dengan
WHOAnthro
riwayat tidak diberi ASI eksklusif, 7
2005. Distribusi frekuensi sampel
bayi diantaranya dengan status gizi
menurut status gizi bayi berdasarkan
kurus (31,8%), dan 15 bayi dengan
BB/PB dapat dilihat pada tabel 5
Tabel
5
:
Distribusi
status
Frekuensi
gizi
normal
(68,2%).
Sebanyak 16 bayi usia 7 bulan yang
Sampel Menurut Status Gizi Bayi
diberi ASI eksklusif, 5 diantaranya
Berdasarkan BB/PB
dengan status gizi kurus (31,2%)
Status Gizi
F
%
dan 11 bayi dengan status gizi
Normal
26
68,4
normal (68,8%). Hasil analisis data
Kurus
12
31,6
dengan menggunakan uji statistik
Jumah
38
100
Chi-Square diperoleh nilai p = 1,00
(p>0.05), ini berarti bahwa tidak ada
Dari tabel 5 dapat dilihat dari
hubungan antara riwayat pemberian
jumlah bayi usia 7 bulan sebanyak
6
1,027
ASI dengan status gizi bayi pada
kurus.
Serupa
dengan
hasil
usia 7 bulan
penelitian yang dilakukan oleh Leny
Sri Rahayu dkk (2011) menunjukan
Pembahasan
ASI
yang
bahwa pemberian ASI eksklusif tidak
merupakan
higenis,
makanan
murah,
berhubungan
bulan
bayi.
(p>0,05).
menjadi
makanan
yang
satu-satunya
dibutuhkan
kejadian
status gizi kurus pada usia 7 – 12
mudah
diberikan dan sudah tersedia bagi
ASI
dengan
dengan
bayi
p-value
Penelitian
ini
0,269
berbeda
selama 6 bulan pertama hidupnya
dengan penelitian lain yaitu Endang
agar
sehat.
(2007)
untuk
dengan diberikannya ASI eksklusif
perkembangan
selama 6 bulan, maka kebutuhan
menjadi
Komposisi
bayi
ASI
pertumbuhan
dan
yang
cukup
memberikan
gizi
yang optimal bagi bayi apabila ASI
responden 113 bayi yang tidak diberi
diberikan secara tepat dan benar
ASI eksklusif prevalensi gizi kurus
sampai bayi berumur 6 bulan.
sebesar 79%. Angka ini lebih tinggi
hasil
analisis
terpenuhi.
dibandingkan
dengan
Dari
bahwa
bayi dan merupakan asupan gizi
Berdasarkan
bayi
hasil
bayi
143
yang
terdapat 16 bayi dengan riwayat
diberikan ASI eksklusif yang hanya
diberi ASI eksklusif dan 22 bayi
21%.
dengan riwayat tidak diberi ASI
Kesimpulan dan Saran
eksklusif. Sementara untuk status
gizi dari 38 responden sebesar 26
Berdasarkan
hasil
uraian
bayi berstatus gizi normal, sisanya
pembahasan diatas nilai p = 1,00
sebanyak 12 bayi berstatus gizi
(p>0,05) menunjukan bahwa tidak
kurus. Hasil uji statistik Chi – square
terdapat hubungan antara riwayat
menunjukan p =
pemberian ASI dengan status gizi
dengan
demikian
1,00 (P>0,05)
tidak
ada
bayi usia 7 bulan di wilayah kerja
hubungan riwayat pemberian ASI
Puskesmas
dengan status gizi bayi, dengan OR
Tasikmalaya. Nilai OR = 1, 027
1,027 dapat dilihat bahwa bayi yang
bahwa bayi yang tidak mendapat
tidak
ASI
mendapat
mempunyai
ASI
kemungkinan
eksklusif
resiko
Kahuripan
eksklusif
Kota
mempunyai
kemungkinan resiko 1,02 kali untuk
1,02 kali untuk terjadi status gizi
mengalami status gizi kurus.
7
Adapun saran yang diperoleh
berdasarkan
kesimpulan
diatas
Prasetyo, Dwi. Buku Pintar ASI
untuk meningkatkan upaya promosi
Eksklusif, EGC Jakarta. 2009
kesehatan tentang
Purwanti, Konsep Penerapan ASI
ASI
eksklusif
tidak hanya kepada ibu-ibu hamil
Eksklusif,
dan menyusui, akan tetapi perlu
Kedokteran EGC, Jakarta,
lebih luas kepada keluarga dan
2004
masyarakat
sehinga
mampu
Penerbit
Buku
Puspita, Theresia. Bahan Kuliah Gizi
memberikan dukungan kepada ibu
Dalam
Daur
Kehidupan,
menyusui agar dapat memberikan
Banda Aceh, 2005.
ASI-nya secara eksklusif, dan bagi
peneliti
untuk
selanjutnya
mendapatkan
diharapkan
hasil
Riskesdas, tahun 2013, Kementrian
yang
Kesehatan; Jakarta, 2013.
objektif dan menyeluruh hendaknya
tidak hanya meneliti pemberian ASI
Roesli, Utami. Bayi Sehat Berkat ASI
terhadap status gizi namun juga
Eksklusif,
terhadap
Jakarta, 2001.
perkembangan
motorik
ustaka
Bunda,
bayi.
Roesli, Utami. Inisiasi Menyusu Dini
Daftar Pustaka
Depkes
RI.
Plus ASI Eksklusif, Pustaka
Buku
Panduan
Bunda, Jakarta, 2008.
Manajemen Laktasi, Dit.Gizi
Masyarakat-Depkes
Sugiono. Statistika untuk Penelitian.
RI,
Alfabeta, Bandung, 2006
Jakarta, 2011.
Supriasa I Dewa Nyoman, Penilaian
Status
Departemen Gizi dan Kesmas FKM
Gizi,
Pertama,
UI, Gizi Dan Kesehatan
EGC,
Cetakan
Jakarta,
2002.
Masyarakat, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007
Tim Dosen Manajemen Data. Modul
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi
Penelitian
Rineka
Manajemen Data. FIK Unsil.
Kesehatan,
Cipta,
TSM. 2014.
Jakarta,
2005.
8
9
Download