sambutan deputi gubernur bank indonesia dalam acara

advertisement
SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA
DALAM ACARA PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJASAMA
BANK INDONESIA DAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 23 Februari 2015
Yang terhormat,
- Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam
Negeri, Bapak H. Irman,
- Bapak/Ibu Pimpinan/Pejabat di lingkungan Kementerian Dalam Negeri,
- Bapak/Ibu Pimpinan/Pejabat di lingkungan kementerian dan lembaga negara,
- Pimpinan Satuan Kerja di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
- Pimpinan lembaga keuangan, asosiasi lembaga keuangan, dan Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia,
- Hadirin yang berbahagia,
Assalamu‘alaikum Wr. Wb,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.
1.
Pada kesempatan yang baik dan berbahagia ini, marilah kita bersama-sama
memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rakhmat-Nya
jualah
kita
diberikan
“Penandatanganan
kesehatan
Perjanjian
sehingga
Kerjasama
dapat
hadir
Pemanfaatan
dalam
acara
Nomor
Induk
Kependudukan, Data Kependudukan, dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik
dalam Layanan Lingkup Tugas Bank Indonesia”.
2.
Penandatanganan kerjasama ini merupakan tindaklanjut dari Nota Kesepahaman
mengenai Pemanfaatan Nomor Induk Kependudukan, Data Kependudukan dan Kartu
Tanda Penduduk Elektronik dalam Layanan Lingkup Tugas Bank Indonesia yang
telah ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Dalam Negeri
tanggal 6 Mei 2013. Memang tindaklanjut ini cukup lama, mengingat banyak aspek
yang perlu dikaji secara mendalam termasuk penyiapan infrastrukturnya dan terutama
dampak kebijakan pemanfaatan Nomor Induk Kependudukan, Data Kependudukan,
dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik bagi Bank Indonesia dan industri keuangan
secara luas.
1
SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA
DALAM ACARA PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJASAMA
BANK INDONESIA DAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 23 Februari 2015
Hadirin yang kami hormati,
3.
Tugas Bank Indonesia di bidang Moneter, Makroprudensial dan Sistem Pembayaran
membutuhkan data dan informasi sebagai elemen penting dalam perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan yang tepat dalam rangka menjaga stabilitas
moneter, mendorong pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan
menjamin keandalan dan kelancaran sistem pembayaran. Data dan informasi tersebut
dihimpun Bank Indonesia dari berbagai sumber melalui laporan dan/atau survey dari
a.l. lembaga keuangan bank dan non bank, instansi pemerintah, pasar modal,
eksportir, perusahaan yang memiliki eksposur utang luar negeri, bahkan dari sektor
rumah tangga.
4.
Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia sangat mendukung penerapan Nomor
Induk Kependudukan dan KTP elektronik yang dilakukan oleh Kementerian Dalam
Negeri, mengingat permasalahan mendasar dari pencatatan kependudukan di
Indonesia adalah permasalahan ketunggalan data. Program yang dilaksanakan oleh
Kemendagri untuk digitalisasi data kependudukan dengan teknologi biometric berupa
perekaman sidik jari dan pemindaian retina mata untuk menjamin ketunggalan
seseorang merupakan suatu langkah yang sangat maju untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
5.
Dalam perkembangannya, data kependudukan yang dihimpun dan dikelola oleh
Kemendagri tersebut dapat memiliki manfaat yang meluas termasuk pada
pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan bahkan lembaga-lembaga terkait lainnya.
Beberapa contoh manfaat data kependudukan tersebut dalam pelaksanaan tugas BI
dan lembaga keuangan khususnya perbankan antara lain:
a. Pertama, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kepada nasabah
dan masyarakat dalam bidang penyaluran kredit. Sebagaimana diketahui
saat ini Bank Indonesia mengelola Sistem Informasi Debitur (SID) yang sampai
saat ini telah menghimpun sekitar 82 juta data debitur dari lembaga keuangan
bank dan non bank dengan lebih dari 180 juta fasilitas kredit. Data SID ini
dimanfaatkan oleh lembaga keuangan bank dan non bank sebagai salah satu
2
SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA
DALAM ACARA PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJASAMA
BANK INDONESIA DAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 23 Februari 2015
pertimbangan utama dalam proses pemberian kredit yaitu untuk mengecek
identitas pribadi debitur, fasilitas kredit yang telah dimiliki dari lembaga keuangan
lain, riwayat pembayaran, agunan dan lain-lain. Dengan demikian, keakuratan
dan ketunggalan data debitur merupakan faktor yang sangat penting.
b. Kedua, meningkatkan efektivitas Bank Indonesia dalam
melakukan
assessment dan merancang kebijakan di bidang perkreditan yang lebih
tepat sasaran.
c. Ketiga, mendukung dunia perbankan untuk lebih memahami dan mengenali
calon nasabah beserta perilaku keuangan secara lebih cepat dan akurat.
Dengan demikian, perbankan diharapkan dapat juga merancang pola-pola
pemberian kredit murah bahkan tanpa agunan bagi individu-individu atau Rumah
Tangga yang memiliki perilaku keuangan yang sehat. Hal inilah yang sering kita
namakan program keuangan inklusif.
Hadirin yang kami hormati,
6.
Dalam berbagai kesempatan seringkali saya menyampaikan bahwa data Global
Financial Inclusion Index tahun 2011 mencatat hanya sekitar 20%1 dari penduduk
dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal, atau
dengan kata lain terdapat lebih dari 135 juta penduduk yang memiliki akses sangat
terbatas atau tanpa akses sama sekali ke lembaga keuangan formal (atau biasa kita
sebut unbanked people). Rendahnya akses masyarakat ke lembaga keuangan formal
tersebut menjadi isu strategis nasional mengingat terdapat hubungan yang kuat
antara perluasan akses keuangan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena
itu, Keuangan Inklusif telah menjadi agenda prioritas pemerintah yang dituangkan
dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif.
7.
Salah satu penyebab rendahnya akses masyarakat unbanked ke lembaga keuangan
formal adalah adanya asimetris informasi. Umumnya data masyarakat unbanked sulit
diperoleh untuk dapat dijadikan sebagai data awal dalam melakukan analisa potensi
1
World Bank report “Global Financial Inclusion Index”
3
SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA
DALAM ACARA PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJASAMA
BANK INDONESIA DAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 23 Februari 2015
nasabah. Oleh karena itu, perlu adanya sarana penyediaan informasi yang mampu
melakukan mapping terhadap potensi masyarakat unbanked secara memadai
sehingga lembaga keuangan formal mampu menyediakan produk dan jasa keuangan
yang dibutuhkan. Berawal dari identifikasi kebutuhan informasi ini, sebagai salah satu
program keuangan inklusif yang diusung oleh Bank Indonesia adalah Financial
Identity Number (FIN).
8.
FIN merupakan nomor yang bersifat unik, inherent, lifetime, simple, transparan dan
interoperabilitas yang diberikan kepada masyarakat termasuk unbanked people.
Tujuannya adalah untuk mengurangi assymetric information & risk premium;
mempermudah dan meningkatkan akses keuangan dari masyarakat; serta
memudahkan
lembaga
keuangan
dalam
memperoleh
informasi
calon
nasabah/nasabah. Bagi Bank Indonesia sendiri, FIN sangat bermanfaat untuk
menghasilkan suatu basis data dan informasi yang lebih terstruktur mengenai
masyarakat yang telah menerima layanan dari lembaga keuangan formal. Namun
yang lebih penting lagi, FIN akan menjadi salah satu sumber data utama untuk
membuat profil (rating) keuangan individu maupun Rumah Tangga yang akurat
sehingga dapat mempermudah bank dalam memberikan paket kredit yang murah,
tanpa agunan dan berkualitas.
9.
Pengembangan FIN oleh BI telah dimulai sejak tahun 2012, dengan cara
pengumpulan data melalui baseline survey dengan menggunakan data sekunder,
serta melalui comprehensive survey dengan wawancara langsung kepada responden.
BI sendiri terus menerus melakukan penyempurnaan model bisnis FIN, a.l. melalui
pengembangan
sistem
informasi
dan
perluasan
cakupan
database
melalui
perumusan konsep digital kuesioner yang dalam tahap awal akan diujicobakan
melalui agen Layanan Keuangan Digital. Dan dalam kaitan ini, data dalam database
NIK (eKTP) akan dimanfaatkan pada saat pembentukan data FIN sehingga dapat
mempercepat proses capturing data dan sekaligus menghindari duplikasi data FIN
sehingga dapat menjamin ketunggalan data FIN bagi setiap penduduk.
4
SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA
DALAM ACARA PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJASAMA
BANK INDONESIA DAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 23 Februari 2015
Hadirin yang kami hormati,
10. Kami bergembira bahwa kebijakan dan program kerja Bank Indonesia untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat a.l. melalui Elektronifikasi dan Keuangan
Inklusif dapat bersinergi dengan Program Data Kependudukan, Nomor Induk
Kependudukan, dan KTP elektronik Kemendagri sehingga dapat memberikan
kemanfaatan yang lebih besar bagi sistem keuangan khususnya dan masyarakat
Indonesia.
11. Kami percaya bahwa penandatanganan Perjanjian Kerja Sama ini merupakan suatu
langkah awal bagi kedua instansi, dan selanjutnya tentu diperlukan berbagai langkahlangkah teknis untuk merealisasikan kemanfaatan yang diharapkan ini.
12. Sebagai penutup, kami menyampaikan apresiasi dan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Kemendagri dan pihak-pihak yang mendukung terealisasinya
Perjanjian Kerja Sama ini. Semoga langkah dan niat baik kita ini diberkahi oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa dan diberikan kelancaran dalam implementasinya.
Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb.
Jakarta, 23 Februari 2015
5
Download