Penerapan Model Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Kasus pada Kelas VIII-A Mata Pelajaran IPS Kompetensi Dasar Permintaan dan Penawaran'serta Terbentuknya Harga Pasar Semester Genap SMP Negeri I Muncar Tahun Pelajaran.Z}l1l20l2) Meita Istria Vina I 2 Pudjo Suharso Abstract : This research was conducted to improve students' critical thinking skills by applying a cyclic learning mode (learning cycle). This research included Classroom Action Research (CAR) conducted by 2 cycles that include planning, action, observation, and reflection. The method to determine the study location was using purposive method. Determination of the subjects in this study was using the population of the entire students of class VII l-A of SMP Negeri Muncar year 201112012. Data collection methods used consisted of methods: observation, interviews, and documentation. Analysis of the data used was qualitative descriptive analysis. The results showed that the application of the cyclic learning mode (learning cycle) can improve the students' ability to think critically. Critical thinking skills are sub-indicators in the first cycle are'. analyzing skills by 49.22o/o, 49.61% for synthesizing skills, skills to recognize and solve problems by 59.76%, the evaluating skill by 65.23o/o, and 66.80Yo for concluding skills. Was in increased Cycfe II as follows:68.75%by analyzing skills, synthesizing skills at 74.220 , the skills to recognize and solve problems by75. 45%, 77.11% by evaluating skills, and concluding skills in 79.64%. The achievement critical thinking skills in Cycle I was improved from an average scored of 58.20% 'M"ita 2 Istria Vina adalah mahasiswa Prog. Studi Ekonomi FKIP LINEJ Drs. Pudjo Suharso adalah staf pengajar Prog. Studi Ekonomi FKIP LINEJ 131 132 increased for about 16.85% in the second cycle so that the average value of critical thinking skills of students in the second cycle was 75.03%. Keywords: Cyclic Learning Model (Learning Cycle), the ability to think critically. PENDAHULUAN Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pembelajaran, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan oleh guru. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, salah satu strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sangat diperlukan dalam menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada kebutuhan, minat, bakat, dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna. Melalui pembelajaran ini, diharapkan semua potensi siswa dapat berkembang sesuai dengan latar belakang usia dan latar belakang lainnya dari masing-masing individu siswa. Karena dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa peran guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan yang lebih aktif adalah siswa. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) saat ini masih sering didominasi oleh penggunaan model pembelajaran konvensional dan 133 kegiatan belajar mengajar lebih berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran konvensional tersebut mengkondisikan siswa hanya mendengarkan penjelasan yang disarnpaikan oleh guru dan mencatat hal- hal yang dianggap penting sehingga cenderung membuat siswa merasa bosan dan malas untuk belajar. Akibatnya siswa sering melakukan aktivitas-aktivitas lain yang kurang mendukung kegiatan belajar mengajar seperti berbicara dengan teman atau membuat kesibukan sendiri. Siswa juga kurang dilatih untuk berpikir karena guru belum memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan siswa dalam menganalisis, mensintesis, memecahkan masalah, dan menyimpulkan sehingga siswabelum mampu mengeksplor potensi yang dimiliki. Proses pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri I Muncar, berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS selama ini guru tersebut masih sering menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu dengan metode ceramah yang terkadang diselingi diskusi dan pemberian tugas-tugas. Guru mengungkapkan bahwa metode tersebut diterapkan karena terbiasa dan mudah, khususnya yang berkaitan dengan penyelesaian target materi sesuai waktu yang ditentukan. Selain itu, metode ceramah juga mudah untuk mengendalikan kelas. Meskipun guru juga sudah berupaya dengan menggunakan metode dan teknikteknik lain, namun guru tersebut juga mengatakan bahwa masih kurang mampu menumbuhkan semangat dan rasa ingin tahu siswa karena siswa t34 hanya mendengarkan saja, tidak ada keberanian untuk mengeluarkan pendapat, dan rrasih malu untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini karena siswa kurang dituntut untuk berpikir dan tentunya akan memberi pengaruh yang negatif terhadap kemampuan berpikir kritisnya. Berdasarkan kegiatan observasi awal yang dilakukan, peneliti melihat dalam proses pembelajaran di kelas VIII A SMP Negeri 1 Muncar, secara umum proses belajar mengajar berlangsung cukup baik, kemampuan guru dalam mengendalikan siswa selama kegiatan belajar mengajar sangat baik. Namun, peneliti memperoleh hasil bahwa siswa kelas VIII A memiliki kemampuan berpikir kritis yang masih rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa tersebut ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang belum berani untuk mengemukakan pendapat apabila tidak dirangsang terlebih dahulu dan cenderung mengandalkan buku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru karena siswa kurang terbiasa untuk berpikir selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran di kelas ini tampak beberapa indikator kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti dalam penelitian ini masih belum terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti melalui observasi awal di kelas VIII A, yaitu keterampilan menganalisis mencapai ketuntasan sebesar 35,16%o; keterampilan mensintesis sebesar 38,28oh; keterampilan mengenal dan memecahkan masalah sebesar 33,59o/o; keterampilan menyimpulkan sebesar 32,8loh; dan keterampilan mengevaluasi atau menilai sebesar 135 37,50o/o. Secara keseluruhan persentase ketuntasannya termasuk dalam kategori rendah. Jadi kernampuan berpikir kritis siswa perlu ditingkatkan. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran siklus (learning cycle), yaitu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik yang terdiri atas lima tahap (Lorbach, dalam Wena, 2011 (enga ge l7l) men|, 0) yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat eksp lorasi (eksploration), (c) penje lasan (expl anation), (e) evaluasi (evaluation). Melalui fase-fase dalam model pembelajaran ini membiasakan siswa (d) elaborasi (elaborationlextention), dan untuk berpikir dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru yang diperoleh siswa. Model pembelajaran siklus (learning cycle) merupakan model pembelajaran yang berbasis konstruktivistik yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelaj ar (student centerefl sehingga pebelajar membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalam an y ang telah dimilikinya. Menurut Kamdi (1995: 97), modelpembelajaran siklus (learning cycle) ini patut dikedepankan karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya 136 diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk sementara setelah itu dilupakan. Proses pernbelajaran siklus ini, pebelajar sendiri yang bertanggung jawab atas peristir,va belajar dan hasil belajarnya. Pebelajar sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah diketahui. Belajar merupakan proses negosiasi makna berdasarkan pengertian yang dibangun secara personal. Belajar bermakna terjadi melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, yang semuanya ditunjukan untuk memperbaharui tingkat pemikiran individu sehingga kemampuan berpikir kritisnya menjadi semakin meningkat. Oleh karena itu mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul "Penerapan Model Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Kasus pada Kelas VIII A Mata Pelajaran IPS Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Permintaan dan Penawaran serta Terbentuknya Harga Pasar Semester Genap SMP Negeri I Muncar Tahun Pelajaran 2017-2012)". METODE PENELITIAN Metode penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive yaitu tempat penelitian ditentukan dengan sengaja oleh peneliti yang secara khusus dikaitkan dengan tujuan penelitian ini. Sekolah yang 137 I Muncar. ini menggunakan metode populasi digunakan sebagai tempat penelitian adalah SMP Negeri Penentuan subjek dalam penelitian yakni seluruh siswa kelas VIII-A yang berjumlah 32 siswa terdiri atas 23 siswa perempuan dan kelas VIII-A 9 siswa laki - laki. Penelitian dilaksanakan karena didasarkan pada hasil observasi yakni kelas pada VIII-A memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah dibandingkan dengan kelas VIII lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penyelenggaraan penelitian dilaksanakan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait berkesinambungan yaitu: (l) perencanaan, dan (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setiap siklus dalam penelitian ini bertujuan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran siklus (learning cycle). Peneliti membatasi penelitian ini sebanyak dua siklus karena dengan dua siklus tersebut peneliti sudah berusaha mengadakan perbaikan dalam penelitian tindakan kelas, dengan pertimbangan keterbatasan waktu yang disediakan oleh pihak sekolah. Apabila dalam siklus kedua kemampuan berpikir kritis siswa belum berhasil ditingkatkan, maka penelitian ini akan dideskripsikan dengan alasan dan laporannya. 138 Metode pengumpulan data yang digunakan terdiri dari metode: observasi, wa\vancara, dan dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan yang mencakup proses dan dampak yang terjadi dari suatu siklus secara keseluruhan, selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengkaji apa yang telah dihasilkan atau yang belum berliasil dituntaskan dengan tindakan yang telah dilakukan setelah menggunakan pembelajaran siklus (l e arning cycle). TIASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan model pembelajaran siklus (learning cycle). sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan meningkatkan kemapuan berpikir kritis siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Muncar. Kegiatan yang dilakukan pada tindakan pendahuluan adalah observasi kegiatan belajar mengajar di kelas VIII A SMP Negeri 1 Muncar dan wawancara terhadap guru bidang studi. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru sangat tertarik dengan model ini, hal ini bisa dilihat dari pernyataan guru sebagai berikut: "selama pembelajaran, siswa terlihat kurang aktif berpikir. Siswa yang aktif bertanya dan yang berani berpendapat hanya itu-itu saja, lainnya hampir tidak pernah bertanya. Dalam menerapkan metode tersebut, saya perlu lebih aktif menerangkan, namun siswa menjadi kurang aktif karena saya banyak menerangkan. Observasi awal sebelum tindakan menunjukkan bahwa kemapuan berpikir kelas VIII A kitis siswa di tergolong pada kriteria rendah. Hal ini karena kurang 139 adanya variasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran, model pembelajaran yang digunakan guru masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah. Sehingga pembelajaran masih bersifat searah, sedikit interaksi aktif yang terjadi selama kegiatan pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan penelitian tindakan pada siklus I dan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran siklus (learning cycle). Berdasarkan dari hasil observasi pada siklus I yang dilakukan selama proses pembelajaran diketahui perolehan skor rata-rata kemapuan berpikir kritis siswa adalah 58,25yo. Pada siklus I masih ada beberapa siswa yang masih kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dengan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, cenderung tidak menghiraukan kegiatan diskusi dan bergurau dengan kelompoknya. Pada siklus II pembelajaran menjadi lebih tertib, hal ini Nampak pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran, siswa aktif dalam kegiatan diskusi dengan kelompok dan menangapi pendapat kelompok lain. Kendala yang dihadapi siswa dalam penerapan model pembelajaran siklus (learning cycle) pada siklus I adalah siswa masih belum terbiasa bekerja sama dalam belajar berkelompok dan mengomentari pendapat kelompok lain. Penggunaan waktu juga masih belum bisa terkendali, hal ini dikarenakan guru masih belum terbiasa dengan pembelajaran model siklus belajar (learning cycle). 140 Langkah-langkah yang diambil untuk mengatas kendala pada siklus I sebagai perbaikan pada siklus II yaitu guru menjelaskan kenrbali langkah-langkah kegiatan yang dilakukan saat berdiskusi dengan kelompok dan menjelaskan tentang penggunaan waktu pembelajaran dalam ini. Sehingga pembelajaran secara siklus belajar (learning cycle) dapat efektif dan efisien. Berdasarkan dari hasil observasi pada siklus II yang dilakukan selama proses pembelajaran diketahui bahwa kemapuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I, yaitu dari skor rata-rata 58,25yo menjadi 74,62yo. Suasana kelas pada siklus ini ampak lebih tertib, sehingga pembelajaran berjalan dengan Pada saat diskusi seluruh siswa lebih II lancar. aktif dan berusaha memecahkan masalah secara berkelompok dengan baik, guru juga lebih mampu memperhatikan dan tanggap terhadap setiap kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil wawancara bahwa guru sangat tertarik dengan model ini, seperti pada pernyataan guru sebagai berikut: "setelah menerapkan model pembelajaran siklus (earning cycle) siswa terlihat lebih lcritis dari pada ketika saya ajar sebelumnya, karena saya melihat keterlibatan siswa dalam prose,e belajar mengajar sangat tinggi seperti lebih berani bertanya, berpendapat, dan suasana kelas lebih menyencngknn". Aspek-aspek yang dinilai selama siswa mengikuti proses belajar mengajar meningkat. Siswa tampak mulai aktif dalam berdiskusi, siswa 141 saling bertukar fikiran dan ide dengan teman dalam memahami materi dan menyelesaikan masalah. Keberhasilan yang dicapai juga mendapat pengaruh dari hubungan antar siswa yang saling mendukung dan saling membantu dalam berdiskusidan bertukar fikiran sehingga menumbuhkan semangat belajarnya. Hasil wawancara dengan siswa, siswa mengatakan bahwa senang dan antusias dengan model pembelajaran siklus (learning cycle) seperti hasil wawancara yang diperoleh dari siswa: saya senang, karena bisa lebih berani mengeluarkan pendapat dan bisa saling bertukar argumen bersama teman-teman. Karena dengan belajar siklus (learning cycle) siswa dapat mengungkapkan pendapat dengan leluasa dan memecahkan suatu permasalahan dengan bertukar ide dan pendapat dengan siswa lain dalam satu kelompok. Sehingga memungkinkan siswa untuk mendapatkan informasi lebih banyak dan mengeksplor pengalaman yang dimiliki. Selain itu siswa lebih mampu memahami materi, hal ini ditunjang dari pernyataan siswa "saya lebih bisa menyerap materi ksrena permasalahan yang diberikan banyak yang diambil dari kehidupan sehari-hari ". Guru mata pelajaran IPS kelas VIII A juga rnengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunaka model pembelajaran siklus (learning cycle) selain sangat tepat membantu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa juga memudahkan pengkondisian siswa agar memiliki pengetahuan dan sikap untuk menghayati serta 142 memecahkan masalah, termasuk tanggung jawab siswa terhaap tugas belajar yang diberikan guru. Model pembelajaran inipun menurut guru memberikan kesempatan yang lebih luas kepada sisrva sehingga siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan kognitif dan afektifnya melalui diskusi dan presentasi di depan kelas. Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget (Fajaroh, 2007) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, individu membangun pengetahuannya sendiri pengetahuannya dan banyak di luar sekolah. Oleh karena itu setiap memperoleh siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pandangan konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari guru ke siswa, namun secara aktif dibangun sendiri melalui pengalaman nyata. Sehingga peran guru hanya sebagai pendiagnosa dan fasilitator. Salah satu model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme adalah model siklus belajar (learning cycle) (Rustaman, 2005:173). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan model pembelajaran siklus (learning cycle) pada mata pelajaran IPS terbukti efektif diterapkan karena dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan lebih aktif pembelajaran selama proses belajar mengajar di kelas berlangsung' dalam 143 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan balrwa penerapan model pernbelajaran sikrus (learning cycle) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis keras vlII A sMp Negeri I Muncar mata pelajaran IPS Terpadu (Ekonomi) semester genap tahun pelajaran 201112012. Peningkatan tersebut dapat dilihat kemampuan berpikir dari kritis selama observasi dan penelitian skor sudah mencapai kategori tinggi, yaitu kemampuan menganalisis meningkat menjadi sebesar 68,75%o; kemampuan mensintesis sebesar 74,22%o; kemampuan mengenal dan memecahkan masalah sebesar 75,45yo; kemampuan menyimpulkan sebesar mengevaluasi/menila sebesar 79,640 77 ,l1o/o; serta kemampuan . Hal ini berarti menunjukkan bahwa masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah model p'embelajaran siklus (rearning cycle) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran di dalam kelas dalam rangka kemampuan berpikir kritis siswa pada pemb elajaran ekonomi dan untuk kesempurnaan penerapan model pembelajaran learning cycle, maka harus disediakan alokasi waktu yang cukup agar tidak mengurangi tahap-tahap yang harus dilakukan dalam model pembelajaran tersebut sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Serta dapat dijadikan acuan 144 bagipeneliti lain dengan penelitian yang sejenis pengembangannya untuk masa yang akan datang. DAFTAR RI].IIIKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna. 2007. Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Jurusan Kimia FMIPA UM. linel Iserial http:/ilubisgrafura.wordpress.com/2007109/20l pembelajarandengan-mo Nurkancana, de lsiklus-be laj ar- learn in g-cyc le/. II 2 April 20 1 2]. M., dan Sunartana, P.P.N. 1982. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan KonseptualOperasional. Jakarta: PT Bumi Aksara