FAKTOR - E-Journal STIKES YPIB

advertisement
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN
PREMATUR DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2015
Oleh : Ayu Idaningsih
ABSTRAK
Persalinan prematur merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
neonatal di seluruh dunia yaitu 60-80%.Indonesia memiliki angka kejadian prematur
sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kejadian persalinan
prematur di RSUD pada tahun 2015 sebanyak 86 kasus dari 1.794 persalinan (4,8%).
Tingginya kejadian persalinan prematurdi RSUD Cideres tahun 2015 dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor,diantaranya adalah faktor umur, paritas dan riwayat premature.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan
persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan case
control.Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami
persalinan prematur yaitu sebanyak 86 orang dan populasi kontrol adalah ibu bersalin
yang tidak mengalami persalinan prematur yaitu sebanyak 1.708 orang, dengan jumlah
sampel untuk control sebanyak 134 orang. Instrument penelitian yang digunakan adalah
format data. Analisis data meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi
dan analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan α = (0,05), serta analisis OR.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi ibu bersalin yang mengalami persalinan
prematur dan berumur resti (29,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu
bersalin normal dan berumur resti (13,4%). Proporsi ibu bersalin yang mengalami
persalinan prematur dengan paritas beresiko (16,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan
proporsi bersalin normal dengan paritas beresiko (6,0%). Proporsi ibu bersalin yang
mengalami persalinan prematur dan memilki riwayat prematur (17,4%) lebih tinggi
dibandingkan dengan proporsi bersalin normal dan memiliki riwayat prematur (7,5%).
Ada hubungan antara umur ibu (OR : 2,6), paritas (OR:3,06) dan rwiayat prematur (OR :
2,6) dengan persalinan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015.
Saran diajukan bagi petugas kesehatan agar memberikan konseling pada ibu
hamil berumur resti, paritas beresiko dan ibu dengan riwayat prematur agar pemeriksaan
secara intensif untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada masa kehamilan dan
persalinan kepada petugas kesehatan.
Kata Kunci
: Persalinan Prematur
ABSTRACT
Preterm laboris a major causeof neonatalmorbidityandmortalityworldwideis6080%. Indonesiahasthe incidence ofprematureapproximately19% andis a major causeof
perinatalmortality.
Incidence
ofpreterm
birthin
hospitalsin
2015were
86casesof1,794births(4.8%). The highincidence ofpreterm birthin hospitalsin
2015Ciderescan be affectedbyseveralfactors, including the factor ofage, parityandhistory
ofpremature. The purpose ofthis study wastodeterminefactorsassociatedwithpreterm
birthin hospitalsCideresMajalengkain 2015.
This research is aquantitativestudyusing acase control design. The populationof
casesinthis study were allwomen giving birthwho experiencepreterm laboras many
as86peopleandpopulationcontrolisthebirthmotheris notexperiencingpreterm laboras many
as1,708people, withthe number of samplestocontrolas many as134people. Research
instrumentused is thedata format. Dataanalysisincludedunivariateanalysisusingfrequency
distributionandbivariate analysisusingchi square testwithα=(0.05), as well asanalysis
ofOR.
The results showedthatthe proportion ofwomen giving birthpreterm laborandrestiold (29.1%) is higherthan the proportionof normalmaternalandresti-old (13.4%). The
proportion ofwomen giving birthwho areat risk ofpreterm laborbyparity(16.3%) is
higherthan the proportionof normaldeliverywithriskparity(6.0%). The proportion
ofwomen giving birthwho experiencepreterm laborandpretermhave thehistory(17.4%) is
higherthan the proportionof normaldeliveryandhave a history ofpreterm(7.5%). There is a
relationshipbetweenmaternal age(OR: 2.6), parity(OR: 3.06) andrwiayatpreterm(OR: 2.6)
withpreterm birthin hospitalsCideresMajalengkain 2015.
Suggestionsput forwardfor health workerstoprovidecounselingto pregnant
womenrestiage, parityandriskof pretermmotherswitha history ofintensiveinvestigationin
orderto detectany abnormalitiesearlyin pregnancyandchildbirthto health workers.
Keywords: Preterm Birth
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat
yang
setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis.Untuk menilai
derajat kesehatan masyarakat terdapat
beberapa
indikator
yang
dapat
digunakan.Indikator-indikator
tersebut
umumnya tercermin dalam kondisi
morbiditas, mortalitas dan status gizi.
Pada umumnya derajat kesehatan
masyarakat di Indonesia digambarkan
melalui Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Balita (AKABA), Angka
Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas
beberapa penyakit (Depkes RI, 2010 : 35).
Kematian ibu, bayi dan balita merupakan
suatu
gambaran
masyarakat
yang
mempunyai derajat kesehatan yang
rendah.AKB merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui derajat
kesehatan di suatu negara seluruh dunia.
AKB di Indonesia masih sangat tinggi,
menurut
hasil
Survey
Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran
hidup
dimana
target
Millenium
Development Goals (MDG’s) tahun 2015
yaitu 26 per 1000 kelahiran hidup
(Depkes, RI, 2012:45).
Berdasarkan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010
AKB mencapai 40,87 per 1.000 kelahiran
hidup, yang menjadi penyebab langsung
kematian bayi di Jawa Barat sebagian
besar disebabkan asfiksia, Infeksi dan
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) yang
berat
badan
kurang
dari
2.500
gram(Pemda Provinsi Jabar, 2012 : 10).
Sedangkan menurut Dinas Kesehatan
Majalengka jumlah kematian ibu pada
tahun 2015 sebanyak 30 orang dari 21.988
kelahiran hidup,jumlah kematian bayi
sebanyak 264orang (1,20%) dari 21.988
kelahiran hidup dan jumlah kematian
neonatal pada tahun 2012 sebanyak 183
orang
(0,83%)
(Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Majalengka,
2015:51).
Penyebab kematian neonatal di Kabupaten
Majalengka pada tahun 2012 yaitu Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak
69orang (26,14%), asfiksia 62 orang
(23,5%), sepsis7 orang (2,65%), kelainan
kongenital23 orang (8,71%), ikterus 3
(1,13%) dan lain-lain sebanyak 22 orang
(8,33%) (Profil Dinkes Majalengka,
2015:3).BBLR merupakan salah satu
penyebab tertinggi kematian neonatal di
Kabupaten
Majalengka.Bayi
dengan
kondisi lahir BBLR salah satunya di
sebabkan oleh persalinan kurang bulan
atau
prematur.Persalinan
prematur
merupakan persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara
28 – 37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram. Kejadian
kelahiran prematur terdapat pada sekitar
lima persen kehamilan (Prawirohardjo,
2010:429).
Persalinan prematur merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas
neonatal di seluruh dunia yaitu 6080%.Indonesia memiliki angka kejadian
prematur sekitar 19% dan merupakan
penyebab utama kematian perinatal.
Kelahiran di Indonesia diperkirakan
sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka
dapat diperhitungkan kematian bayi
56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per
tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit
bayi meninggal. Penyebab kematian
tersebut antara lain asfiksia (49-60%),
infeksi (24-34%), BBLR (15-20%),
trauma persalinan (2-7%), dan cacat
bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009:135).
Prematur merupakan masalah
besar karena dengan berat badan janin
yang kurang dan belum cukup umur maka
alat-alat vital belum sempurna sehingga
mengalami kesulitan untuk tumbuh dan
berkembang
dengan
baik.Persalinan
preterm atau prematur masih merupakan
masalah penting dalam obstetri khususnya
di bidang perinatologi, karena baik di
negara berkembang maupun negara maju
penyebab morbiditas dan mortalitas
neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir
preterm.Kira-kira 75% kematian neonatus
berasal dari bayi yang lahir preterm atau
prematur (Nuada, 2004).
Persalinan prematur merupakan
persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 28-37
minggu) atau dengan berat janin kurang
dari 2500 gram. Masalah utama dalam
persalinan prematur adalah perawatan
bayinya,
semakin
muda
usia
kehamilannya semakin besar morbiditas
dan
mortalitasnya
(Saifuddin,
2009:721).Penyebab persalinan prematur
yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%),
ketuban pecah dini saat preterm (20-25%),
dan persalinan preterm spontan (20-25%)
(Norwitz & Schorge, 2008:217).
Secara teoritis faktor risiko
prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu
faktor iatrogenik, faktor maternal, faktor
janin,
dan
faktor
perilaku.Faktor
iatrogenik
merupakan
faktor
dari
kesehatan medis.Faktor maternal meliputi
riwayat prematur sebelumnya, umur ibu,
paritas ibu, plasenta previa, kelainan
serviks, hidramnion, infeksi intra-amnion,
hipertensi dan trauma.Faktor janin
meliputi kehamilan kembar, janin mati,
dan cacat bawaan.Faktor perilaku meliputi
ibu yang merokok dan minum alkohol
(Cuningham, dkk. 2006:152).
Berdasarkan
data
rekamedik
RSUD Cideres didapatkanpada tahun
2012
jumlah
persalinan
prematur
mencapai 69 kasus dari 1323 persalinan
(5,21%). Sedangkan jumlah persalinan
prematur pada tahun 2015 sebanyak 86
kasus dari 1.794 persalinan (4,8%).Angka
tersebut mengalami penurunan sebesar
0,41%. Di RSUD Majalengka tahaun
2015 angka kejadian prematur lebih
rendah bila dibandingkan dengan RSUD
Cideres yaitu sebanyak 32 kasus.Masih
banyaknya persalinan prematur di RSUD
Cideres tahun 2015 dapat disebabkan oleh
faktor umur ibu, paritas dan riwayat
prematur.
Usia ibu yang ≤ 20 tahun,
termasuk usia yang terlalu muda dengan
keadaan uterus yang kurang matur untuk
melahirkan sehingga rentan mengalami
persalinan prematur. Sedangkan ibu
dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia
yang terlalu tua untuk melahirkan
khususnya pada ibu primi (tua) dan
berisiko tinggi mengalami persalinan
prematur (Varney, 2007:216).Menurut
Bobak (2004:164)
yang
menyatakan
bahwa persalinan
prematur
lebih
banyak terjadi pada ibu dengan paritas
tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin
dengan
paritas
tinggi
mengalami
kehamilan dan persalinan berulang kali
sehingga padasistem reproduksi terdapat
penurunan fungsi dan akan meningkat
menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan
paritas lebih dari 5. Persalinan prematur
dapat terjadi pada ibu dengan riwayat
prematur sebelumnya.Risiko persalinan
prematur berulang bagi wanita yang
persalinan pertamanya preterm, dapat
meningkat tiga kali lipat disbanding
dengan
wanita
yang
persalinan
pertamanya mencapai aterm (Oxorn,
2003:329).
Dari uraian tersebut, peneliti
tertarik ingin meneliti tentang “Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan
Persalinan Prematur di RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka Tahun 2015”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
faktorfaktor
yang
berhubungan dengan persalinan prematur
di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Tahun 2015, secara khusus akan meneliti :
1. Diketahuinya gambaran kasus dan
kontrol berdasarkan usia ibu bersalin
di
RSUD
Cideres
Kabupaten
Majalengka Tahun 2015
2. Diketahuinya gambaran kasus dan
kontrol
berdasarkanparitas
ibu
bersalin di RSUD Cideres Kabupaten
Majalengka Tahun 2015
3. Diketahuinya gambaran kasus dan
kontrol berdasarkanriwayat prematur
sebelumnya di RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka Tahun 2015
4. Diketahuinya hubungan antara usia
ibu bersalin dengan persalinan
prematur di RSUD Cideres Kabupaten
Majalengka Tahun 2015
5. Diketahuinya hubungan antara paritas
ibu bersalin dengan persalinan
prematur di RSUD Cideres Kabupaten
Majalengka Tahun 2015
6. Diketahuinya
hubungan
antara
riwayat prematur dengan persalinan
prematur di RSUD Cideres Kabupaten
Majalengka Tahun 2015
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian analitik kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan / desain case
control yaitu suatu penelitian dimana efek
(penyakit
atau
status
kesehatan)
diidentifikasikan pada saat ini kemudian
faktor risiko diidentifikasi adanya atau
terjadinya pada waktu yang lalu. Populasi
kasus dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu bersalin yang mengalami persalinan
prematur yaitu sebanyak 86 orang dan
populasi kontrol adalah ibu bersalin yang
tidak mengalami persalinan prematur
yaitu sebanyak 1.708 orang.Jumlah
HASIL PENELITIAN
sampel untuk kasus yaitu 86 dan sampel
untuk control yaitu 134 orang. Cara
pengambilan sampel untuk kasus adalah
secara total sampling. Untuk kontrol,
sampel diambil secara sistematik random
samplingyaitu sampel yang diambil secara
acak sistematik dari populasi.Analisis data
dalam penelitiang ini yaitu Analisis
univariat merupakan suatu analisis untuk
mendeskripsikan karakteristik dari setiap
variabel yang diteliti dan Analisis bivariat
dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan
atau berkorelasi
(Sutanto, 2007:105).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Umur Ibu di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015
Persalinan
Prematur
Prematur
N
o
r
m
a
l
Umur Ibu
Risti
n
25
%
29.1
n
18
%
13.4
Non Risti
61
70.9
116
86.6
Jumlah
86
100.0
134
100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa proporsi ibu
bersalin yang mengalami persalinan
prematur dan berumur Risti (29.1%) lebih
tinggi dibandingkan dengan proporsi
bersalin normal dan berumur risti
(13.4%).Berdasarkan
hal
tersebut
memungkinkan variabel umur ibu
berhubungan dengan persalinan prematur
di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Paritas Ibu di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015
Persalinan
Prematur
Prematur
N
o
r
m
a
l
Paritas
Berisiko
Tidak Berisiko
Jumlah
n
14
%
16.3
n
8
72
83.7
126
94.0
86
100.0
134
100.0
Hasil ini menunjukkan bahwa
proporsi ibu bersalin yang mengalami
persalinan prematur dengan paritas
berisiko
(16.3%)
lebih
tinggi
dibandingkan dengan proporsi bersalin
normal
dengan
paritas
berisiko
%
6.0
(6.0%).Berdasarkan
hal
tersebut
memungkinkan variabel paritas ibu
berhubungan dengan persalinan prematur
di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Riwayat Prematur
Sebelumnya di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015
No
Riwayat Prematur
P
r
e
m
a
t
u
r
Prematur
1
2
3
n
15
71
86
Ada Riwayat
Tidak ada riwayat
Jumlah
Hasil ini menunjukkan bahwa
proporsi ibu bersalin yang mengalami
persalinan prematur dan memilki riwayat
prematur
(17.4%)
lebih
tinggi
dibandingkan dengan proporsi bersalin
normal dan memiliki riwayat prematur
Tabel 4.4
%
17.4
82.6
100.0
N
o
r
m
a
l
N
10
124
134
%
7.5
92.5
100.0
(7.5%).Berdasarkan
hal
tersebut
memungkinkan variabel riwayat prematur
berhubungan dengan persalinan prematur
di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015.
Hubungan Umur Ibu dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka tahun 2015
Persalinan Prematur
Prematur
Normal
OR
(95%CI)
Umur Ibu
Risti
Non Risti
Jumlah
p
n
25
61
86
%
29.1
70.9
100
n
18
116
134
%
13.4
86.6
100
2,6
(1,3-5,2)
v
a
l
u
e
0,007
Berdasarkan umur ibu, ternyata
tahun 2015. Dari nilai odds ratio (OR)
ada perbedaan proporsi yang bermakna
sebesar
2,6
(95%
CI 1,3–5,2)
pada kasus dan kontrol yang ditunjukan
menunjukkan bahwa ibu yang berumur
dengan hasil uji statistik menunjukkan
Risti mempunyai peluang 2,6 kali lebih
nilai p=0,007 (p<0,05) yang berarti H0
besar akan mengalami persalinan
ditolak atau ada hubungan antara umur
prematur dibandingkan ibu yang berumur
ibu
dengan persalinan prematur di
non Risti di RSUD Cideres Kabupaten
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Majalengka tahun 2015.
Tabel 4.5 Hubungan Paritas Ibu dengan Persalinan Prematur di RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka tahun 2015
Paritas Ibu
Persalinan Prematur
Prematur
Normal
n
%
n
%
OR
(95%CI)
p value
Berisiko
Tidak Berisiko
Jumlah
14
72
86
16.3
83.7
100
Berdasarkan paritas ibu, ternyata
ada perbedaan proporsi yang bermakna
pada kasus dan kontrol yang ditunjukan
dengan hasil uji statistik menunjukkan
nilai p=0,024 (p<0,05) yang berarti H0
ditolak atau ada hubungan antara paritas
ibu
dengan persalinan prematur di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
8
126
134
6.0
94.0
100
3,06
(1,2-7,6)
0,024
tahun 2015. Dari nilai odds ratio (OR)
sebesar 3,06 (95% CI 1,2–7,6)
menunjukkan bahwa ibu dengan paritas
berisiko mempunyai peluang 3,06 kali
lebih besar akan mengalami persalinan
prematur dibandingkan ibu dengan
paritas tidak berisiko di RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka tahun 2015.
Tabel 4.6 Hubungan Riwayat Prematur dengan Persalinan Prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2015
Persalinan Prematur
Riwayat Prematur
Ada Riwayat
Tidak ada riwayat
Jumlah
Prematur
n
%
15
17.4
71
82.6
86
100
Berdasarkan riwayat prematur ibu
bersalin, ternyata ada perbedaan proporsi
yang bermakna pada kasus dan kontrol
yang ditunjukan dengan hasil uji statistik
menunjukkan nilai p=0,040 (p<0,05) yang
berarti H0 ditolak atau ada hubungan
antara riwayat prematur dengan persalinan
prematur di RSUD Cideres Kabupaten
Majalengka tahun 2015. Dari nilai odds
Normal
n
%
10
7.5
124
92.5
134
100
OR
(95%CI)
2,6
(1,1-6,1)
p value
0,040
ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI 1,1–6,1)
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki
riwayat prematur mempunyai peluang 2,6
kali lebih besar akan mengalami
persalinan prematur dibandingkan ibu
yang tidak memiliki riwayat prematur di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015.
PEMBAHASAN
1. Gambaran Kasus dan Kontrol
Berdasarkan Umur Ibu di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa proporsi ibu bersalin yang
mengalami persalinan prematur dan
berumur Risti (29,1%) lebih tinggi
dibandingkan
dengan
proporsi
bersalin normal dan berumur Risti
(13,4%) di RSUD Cideres Kabupaten
Majalengka tahun 2015. Hasil
penelitian tersebut menjelaskan masih
banyaknya ibu bersalin yang berumur
Risti mengalami persalinan prematur
di
RSUD
Cideres
Kabupaten
Majalengka tahun 2015.
Hal ini sesuai dengan teori
Varney
(2007:352)
menjelaskan
bahwa usia ibu yang ≤ 20 tahun,
termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang
matur untuk melahirkan sehingga
rentan
mengalami
persalinan
prematur. Sedangkan ibu dengan usia
≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu
tua untuk melahirkan khususnya pada
ibu primi (tua) dan berisiko tinggi
mengalami persalinan prematur
Secara fisik dan mental, usia yang
baik untuk hamil berkisar antara 20 –
35 tahun. Pada usia tersebut alat
reproduksi wanita telah berkembang
dan berfungsi secara maksimal, begitu
juga faktor kejiwaannya, sehingga
akan mengurangi berbagai risiko
ketika hamil, seperti keguguran,
perdarahan, bahkan kematian. Begitu
juga pada saat menjalankan proses
persalinan, risikonya juga akan lebih
kecil (Azwar, 2008 :241).
2. Gambaran Kasus dan Kontrol
Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi ibu bersalin yang
mengalami
persalinan
prematur
dengan paritas berisiko (16,3%) lebih
tinggi dibandingkan dengan proporsi
bersalin normal dengan paritas
berisiko (6,0%). Paritas berisiko akan
berdampak pada resiko komplikasi
baik pada masa kehamilan ataupun
persalinan, salah satunya adalah
persalinan prematur.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori
Bobak (2004:278)
yang
menyatakan
bahwa persalinan
prematur lebih banyak terjadi pada
ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 5
kali). Ibu bersalin dengan paritas
tinggi
mengalami
kehamilan
dan persalinan berulang kali sehingga
pada sistem reproduksi terdapat
penurunan fungsi dan akan meningkat
menjadi risiko tinggi apabila ibu
dengan paritas lebih dari 5.Menurut
Nurdiana (2008) menjelaskan bahwa
jumlah paritas ibu merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya
kelahiran prematur karena jumlah
paritas dapat mempengaruhi keadaan
kesehatan
ibu
dalam
kehamilan.Dimana pada wanita yang
paritasnya lebih dari 3 ada
kecenderungan mempunyai risiko
sebesar 4 kali lebih besar untuk
melahirkan bayi prematur bila
dibandingkan dengan wanita yang
paritasnya kurang dari 3.
3. Gambaran Kasus dan Kontrol
Berdasarkan Riwayat Prematur
Sebelumnya di RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka tahun 2015
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa proporsi ibu bersalin yang
mengalami prematur dan memiliki
riwayat persalinan prematur (17,4%)
lebih tinggi dibandingkan dengan
proporsi ibu bersalin normal dan
memiliki riwayat persalinan prematur
(7,5%). Pada ibu bersalin yang
memiliki riwayat persalinan prematur
memiliki resiko lebih besar untuk
mengalami
persalinan
prematur.
Persalinan prematur dapat terulang
kembali pada ibu yang persalinan
pertamanya
terjadi
persalinan
prematur dan risikonya meningkat
pada ibu yang kehamilan pertama dan
kedua juga mengalami persalinan
prematur
Hal ini seperti yang dijelaskan
menurut
Manuaba,
(2010:372)
penyebab pasti persalinan prematur
tidaklah
diketahui.Ada
berbagai
macam teori yang diduga berperan
dalam memicu terjadinya kontraksi
dan pematangan serta cervix (mulut
rahim) lebih awal.Beberapa faktor
risiko di bawah ini merupakan
penyebab
tersering
terjadinya
kelahiran
prematur,
seperti
pengalaman/riwayat
persalinan
prematur sebelumnya, atau riwayat
keguguran.Persalinan prematur dapat
terjadi pada ibu dengan riwayat
prematur
sebelumnya.
Risiko
persalinan prematur berulang bagi
wanita yang persalinan pertamanya
preterm, dapat meningkat tiga kali
lipat disbanding dengan wanita yang
persalinan pertamanya mencapai
aterm (Oxorn, 2003:329)
4. Hubungan Umur Ibu dengan
Persalinan Prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015
Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan antara umur ibu bersalin
dengan persalinan prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka tahun
2015, dengan nilai odds ratio (OR)
sebesar 2,6 (95% CI 1,3–5,2)
menunjukkan bahwa ibu dengan umur
ibu rendah mempunyai peluang 2,6
kali lebih besar akan mengalami
prematur dibandingkan ibu dengan
umur ibu normal. Pada ibu yang
berusia muda lebih rentan mengalami
persalinan prematur hal ini berkaitan
dengan keadaan organ reproduksi
yang belum siap.
Hal ini sesuai dengan yang
dijelaskan
Varney
(2007:352)
menjelaskan bahwa usia ibu yang ≤
20 tahun, termasuk usia yang terlalu
muda dengan keadaan uterus yang
kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami persalinan
prematur. Sedangkan ibu dengan usia
≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu
tua untuk melahirkan khususnya pada
ibu primi (tua) dan berisiko tinggi
mengalami persalinan prematur
5. Hubungan Paritas Ibu dengan
Persalinan Prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka
tahun 2015
Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan antara paritas ibu bersalin
dengan persalinan prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka tahun
2015, dengan nilai odds ratio (OR)
sebesar 3,06 (95% CI 1,2–7,6)
menunjukkan bahwa ibu dengan
paritas berisiko mempunyai peluang
3,06 kali lebih besar akan mengalami
persalinan prematur dibandingkan ibu
dengan paritas tidak berisiko.
Hasil ini sesuai dengan teori
Bobak (2004:278) yang menyatakan
bahwa persalinan prematur lebih
banyak terjadi pada ibu dengan paritas
tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin
dengan paritas tinggi mengalami
kehamilan dan persalinan berulang
kali sehingga pada sistem reproduksi
terdapat penurunan fungsi dan akan
meningkat menjadi risiko tinggi
apabila ibu dengan paritas lebih dari
5.
KESIMPULAN
6. Hubungan Riwayat
Prematur
dengan Persalinan Prematur di
RSUD
Cideres
Kabupaten
Majalengka tahun 2015
Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan antara riwayat prematur
dengan persalinan prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka tahun
2015, dengan nilai odds ratio (OR)
sebesar 2,6 (95% CI 1,1–6,1)
menunjukkan bahwa ibu yang
memiliki
riwayat
prematur
mempunyai peluang 2,6 kali lebih
besar akan mengalami persalinan
prematur dibandingkan ibu yang tidak
memiliki
riwayat
prematur
sebelumnya.
Hasil ini sejalan dengan teori
Kurniawati, (2008:422) menjelaskan
bahwa jika ibu memiliki riwayat
prematur pada persalinan sebelumnya,
disarankan untuk tidak hamil lagi,
sebab berisiko terjadinya persalinan
Prematur. Namun, jika hamil lagi
diperlukan pengawasan yang ketat
selama kehamilan, kemudian bayi
akan dilahirkan dengan cara caesar.
Komplikasi yang timbul setelah
persalinan prematur pada ibu seperti
nyeri pada daerah incisi, potensi
terjadinya
thrombosis,
potensi
terjadinya penurunan kemampuan
fungsional, penurunan elastisitas otot
perut dan otot dasar panggul,
perdarahan, luka kandung kemih,
infeksi, bengkak pada extremitas
bawah, dan gangguan laktasi.
Selain itu dijelaskan menurut
Manuaba
(2010:321)
bahwa
persalinan yang pernah dialami oleh
ibu dengan persalinan terhalang
karena malposisi dan malpresentasi
janin, Prematur, seksio caesarea,
bayi lahir mati, persalinan lama,
persalinan dengan induksi serta semua
persalinan tidak normal yang dialami
ibu merupakan risiko tinggi pada
persalinan berikutnya.
Dari hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Proporsi ibu bersalin yang mengalami
persalinan prematur dan berumur Risti
(29,1%) lebih tinggi dibandingkan
dengan proporsi bersalin normal dan
berumur Risti (13,4%)
2. Proporsi ibu bersalin yang mengalami
persalinan prematur dengan paritas
berisiko
(16,3%)
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
proporsi
bersalin normal dengan paritas
berisiko (6,0%)
3. Proporsi ibu bersalin yang mengalami
persalinan prematur dan memilki
riwayat prematur (17,4%) lebih tinggi
dibandingkan
dengan
proporsi
bersalin normal dan memiliki riwayat
prematur (7,5%).
4. Ada hubungan antara umur ibu
dengan persalinan prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka tahun
2015, dengan nilai odds ratio (OR)
sebesar 2,6 (95% CI 1,3–5,2)
5. Ada hubungan antara paritas ibu
dengan persalinan prematur di RSUD
Cideres Kabupaten Majalengka tahun
2015, dengan nilai odds ratio (OR)
sebesar 3,06 (95% CI 1,2–7,6).
6. Ada hubungan antara riwayat
prematur dengan persalinan prematur
di
RSUD
Cideres
Kabupaten
Majalengka tahun 2015, dengan nilai
odds ratio (OR) sebesar 2,6 (95% CI
1,1–6,1)
SARAN
Petugas kesehatan agar memberikan
konseling pada ibu hamil dengan
mempertimbangkan faktor usia, paritas
dan riwayat prematur ibu hamil dan
menganjurkan pemeriksaan secara intensif
untuk mendeteksi dini adanya kelainan
pada masa kehamilan dan persalinan
kepada petugas kesehatan. Ibu hamil agar
DAFTAR PUSTAKA
berkonsultasi kepada petugas kesehatan
tentang
perkembangan
janin
dan
melakukan kunjungan ANC secara
teraturdan hendaknya mengikuti anjuran
petugas kesehatan dalam persiapan
persalinan dan memenuhi kebutuhan
nutrisi baik pada ibu ataupun janin.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Menajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR
Bobak, Lowdermik. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.Jakarta : EGC.
Cunningham, F Gary. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Depkes, RI 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012.Jakarta : Depkes RI
______. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Depkes RI
______. 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta : Depkes RI
Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.Jakarta : EGC.
Dinkes Majalengka, 2012. Profil Kesehatan Majalengka 2012. Majalengka : Dinkes Majalengka
Hacker, Neville F. 2001.Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta : Hipokrates.
Hastono, Sutanto, Priyo,. 2007. Statistik Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Irnawati. 2009. Faktor yang Mempengaruhi persalinan prematur di Ruang Rawat Inap Bangsal
Kebidanan RSUD Curup tahun 2009. www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014
Krisnadi, 2009.Prematuritas.Bandung : Refika Aditama
Kurniasih,
Shinta.
2009.
Persalinan
Prematur.
HME
FKM
Selatan.http://himapid.blogspot.com. Diakses: 12 Januari 2014
Unhas.
Sulawesi
Linda. 2007. Hubungan Paritas dengan Persalinan Prematur di RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan tahun 2007.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014
Manuaba, I Gede Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk. Pendidikan
Bidan. Ed.2. Jakarta : EGC.
_______, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2.Jakarta : EGC.
_______, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC
Maryati, 2005 Faktor Resiko Ibu yang berhubungan dengan Persalinan prematur di RSUD
Ambarawa tahun 2005.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014
Najah.2004. Hubungan Umur dan Paritas dengan persalinan prematur di RSUD Banjarbaru Tahun
2004.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014
Norwitz & Schorge, 2008.At a Glance.Obstetri dan Ginekologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
Oxorn. 2003. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan, Yayasan. Essentia Medica.
Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4.Jakarta : P.T Bina. Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
_________, 2009.Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Rayburn, 2001.Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : Widya Medika
Saifuddin, Azwar. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan. Neonatal.Jakarta :
EGC
________, 2007.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan. Neonatal.Jakarta : EGC
Sumarah, Widiastuti. 2008. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin. Yogyakarta: Fitramaya
Sujiyatini, Arum. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Sulistyawati.Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta : Andi Ofset
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2007.
Buku Acuan Nasional Pelayanan.Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina
Widyastuti, dkk, 2009.Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Wuryanti.2010. Hubungan Riwayat Prematur Ibu Dengan Persalinan Prematur di RSUD Wonogiri
Tahun 2010.www.jurnal.penelitian.com. Diakses: 12 Januari 2014.
Download