Dinamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR IPA MATERI PROSES TERJADINYA TANAH DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Edi Suprapto SD Negeri Margamulya 01 Kecamatan Kedungbanteng Kab. Tegal Abstrak Berdasarkan pengalaman peneliti, masalah yang terjadi dalam penelitian in adalah hasil belajar IPA masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan belajar siswa sehingga mengalami tuntas belajar IPA melalui penggunaan metode discovery. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Margamulya 01 dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa. Semua data yang telah diperoleh dalam penelitian selanjutnya dianalisa menggunakan teknik analisis deskriptif persentase. Penelitian ini menggunakan dua siklus, yang tiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan memahami proses terjadinya tanah pada kelas V SD N Margamulya 02 pada siklus II nilai rata-ratanya 78,28 dengan ketuntasan 86,21%. Motivasi belajar siswa siklus II meningkat menjadi 93,1%. Kemampuan guru dalam mengajar meningkat pada siklus II menjadi dalam kategori baik (87%). © 2013 Dinamika Kata Kunci: metode discovery; tanah PENDAHULUAN Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan dalam bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak disertai dengan peningkatan mutu pendidikan IPA, sedangkan selama ini pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari nilai mata pelajaran IPA yang rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Ini Menunjukkan masih rendahnya mutu pelajaran IPA. Melihat kenyataan di lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa siswa di SDN Margamulya 01, dapat disimpulkan bahwa IPA itu pelajaran yang sulit atau susah dipahami, menakutkan dan bahkan kurang diminati oleh sebagian siswa. Hal itu diperkuat lagi dengan hasil belajar siswa kelas V SDN Margamulya 01 pada materi pokok proses terjadinya tanah masih termasuk rendah karena lebih dari 70% siswanya mendapat skor di bawah 65 sebagai batas tuntas minimal, dengan skor terendah 30 dan tertingginya 90 serta rata-ratanya 56. Berikut adalah hasil belajar selama tiga tahun terakhir di SDN Margamulya 01. Tabel 1. Hasil belajar Kondisi Awal TAHUN PELAJARAN 2008/2009 2009/2010 2010/2011 RATA-RATA NILAI 50,4 51,2 54,7 Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Rumusan masalah yang ada antara lain : a) Apakah metode discovery meningkatkan motivasi belajar terhadap materi proses terjadinya tanah?; b) Apakah metode discovery dapat meningkatkan ketuntasan belajar IPA?; c) Apakah metode discovery dapat meningkatkan profesionalisme guru? Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa sehingga mengalami tuntas belajar IPA melalui penggunaan metode discovery. Sedangkan tujuan khusunya, antara lain : a) Untuk mengetahui keefektifan metode discovery terhadap hasil belajar Matematika; b) Untuk mengetahui pengaruh metode discovery dalam proses pembelajaran IPA; c) Untuk mengetahui dampak pembelajaran metode discovery dalam meningkatkan kemampuan siswa menerapkan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. d) Untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya dalam pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan pembelajaran metode discovery. Secara teoritis, a) penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber referensi yang relevan dengan kajian ilmu pengajaran mata pelajaran IPA; b) Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat penelitian dan kajian teori yang sudah dikembangkan sebelumnya. Secara praktis, a) untuk akademik, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan bidang studi IPA khusunya dalam perencanaan strategi pengajaran dan pembelajaran yang efektif; b) untuk Siswa, meningkatkan peran aktif dalam proses pembelajaran, meningkatkan pemahaman materi pelajaran dengan lebih mudah, meningkatkan rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat, meningkatkan kemampuan menemukan sesuatu, meningkatkan hasil belajar; c) untuk guru, sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa, memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran, menambah pengalaman, keterampilan dan kemampuan guru dalam mengajar. Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suaut konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengemabang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa; b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut; c) Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa; d) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing; e) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat; f) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah 364 Dinamika Vol. 3. No. 3. (2013) kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Margamulya 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Pelaksanaan penelitian siklus I dilakukan pada tanggal 11 April 2012 dan siklus II pada tanggal 18 April 2012 pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Margamulya 01 dengan jumlah siswa 29 orang. Penelitian tindakan kelas ini mempunyai empat tahap yang dirumuskan oleh Kemmis dan Taggar (Hopkins, 1993: 48, dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 66) yaitu perencanaan (planning), aksi /tindakan (action) observasi (observating) dan refleksi (reflection). Untuk lebih memperjelas berikut tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu : Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini harus benar-benar diperhitungkan secara matang, langkah-langkah yang harus dipersiapkan meliputi persiapan materi, rencana pembelajaran yang mencakup metode dan instrumen penelitian yang akan digunakan. Dengan melakukan kerja sama, peneliti dan kolabor diharapkan dapat mengatasi kemungkinan masalah yang akan timbul dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan berjalan dengan baik sesuai rencana. Tahap tindakan, pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari semua rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan dilakukan guru berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Keterlibatan dan kemampuan kolaborator sangat membantu peneliti dalam mempertajam refleksi. Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang terkumpul pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dari rencana yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Dalam melaksanakan observasi dan dan evaluasi diperlukan kerjasama,tetapi dalam mengambil keputusan tindakan, peneliti memiliki wewenang yang penuh. Tahap Refleksi, data yang diperoleh kemudian dianalisa dan ditafsirkan kemudian dibuat kesimpulan. Hasil dari refleksi ini dipergunakan untuk perbaikan pada tahap berikutnya. Peran kolabor pada tahap ini sangat dibutuhkan untuk hasil refleksi yang lebih baik. Setiap siklus dilaksanakan satu pertemuan dengan waktu 2 X 35 menit. Dalam penelitian ini, setiap siklus memiliki perlakuan yang berbeda – beda pada tahap tindakan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai seperti dijelaskan berikut ini. Secara garis besar, maka alat evaluasi yang dapat digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu : tes dan non tes. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan ada 3 macam yaitu : a) Lembar Observasi, b) tes, c) dokumentasi. Observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, Rochiati Wiriaatmadja (2005: 14). Observasi ini diperlukan untuk membuktikan peningkatan hasil belajar Pendidkan Kewarganegaraan dengan menggunakan metode discovery pada kompetensi dasar proses terjadinya tanah di Sekolah Dasar Negeri Margamulya 01. PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR IPA MATERI PROSES TERJADINYA TANAH DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Edi Suprapto 365 Semua data yang telah diperoleh dalam penelitian selanjutnya dianalisa menggunakan teknik analisis deskriptif persentase dengan menggunakan rumus : Persentase ( % ) : Frekuensi X 100 N Keterangan : Frekuensi: Jumlah jawaban setiap option pada setiap soal N : Jumlah Responden (Singarimbun, Masri, 1987: 248) HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Hasil belajar siklus I diperoleh dari tes formatif siklus I sebagai hasil dari pemahaman siswa pada materi proses terjadinya tanah. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut. Tabel 2. Rekapitulasi Tes Siklus II Rentang Nilai 90 – 100 70 – 90 40 – 70 0 - 40 Jumlah Frekuensi 2 17 Keterangan Tuntas Tuntas 10 0 29 Belum Tuntas Belum Tuntas Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 29 siswa yang mendapatkan nilai antara 90 – 100 ada 2 orang, nilai 70 – 90 ada 17 orang, dan yang mendapatkan nilai 40 – 70 ada 10 orang. Hal ini berarti sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini ( ≥ 70 ) ada 19 anak yang dianggap sudah tuntas belajar karena sudah melampaui target yang diharapkan. Sedangkan yang belum tuntas hanya 10 anak. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 90 yang diperoleh 1 siswa. Sedangkan nilai tertendah adalah 50. Untuk memperjelas hasil belajar anak tentang membaca teknik dapat dijelaskan kembali pada tabel berikut. Tabel 3. Nilai Rerata dan Ketuntasan belajar Siklus I Keterangan Nilai Rerata Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Prosentase Ketuntasan Hasil 65,52 19 anak 10 anak 65,52 % Adapun indikator-indikator yang menunjukkan adanya motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran discovery ditunjukkan dalam beberapa aspek, antara lain Kesenangan untuk belajar, orientasi terhadap penguasaan materi, hasrat/rasa ingin tahu, keuletan dalam mengerjakan tugas, keterlibatan yang tinggi pada aktivitas belajar. Adapun motivasi siswa selama pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini. 366 Dinamika Vol. 3. No. 3. (2013) Tabel 4. Rekapitulasi Motivasi Siswa Siklus I NO KRITERIA MOTIVASI JUMLAH SISWA 1 Sangat Termotivasi 2 2 Termotivasi 14 3 Cukup Termotivasi 4 4 Kurang Termotivasi 9 5 Tidak Termotivasi 0 PROSENTASE 6,9 % 48,3 % 13,8 % 31.1 % 0 Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dalam siklus I ini adalah yang dinyatakan sangat termotivasi dan termotivasi mencapai 6,9% + 48,3% = 55,2 %. Hal ini berarti pencapaian motivasi siswa belum mencapai target yang diharapkan. Dimana target indikator pencapaian ditetapkan adalah 80% motivasi dalam pembelajaran kooperatif berbantu media gambar. Meskipun masih jauh harapan, sebetulnya ada 13,8 % yang cukup termotivasi dalam pembelajaran siklus I ini. Memang masih ada beberapa aspek yang menunjukkan siswa belum termotivasi secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan selama pembelajaran. Kekurangan tersebut terlihat pada saat siswa mengerjakan tugas, sebagian besar kurang bersungguh-sungguh. Selain itu juga hasrat/rasa ingin tahu mereka. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan media gambar pada siklus I dapat dilihat dari hasil pengamatan teman sejawat (kolaborator). Menurut hasil pengamatan diperoleh kemampuan guru dalam siklus I masih dalam kategori cukup (67%). Dari hasil pengamatan dan refleksi bersama pengamat dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus I belum bisa dikatakan berhasil. Itu dapat dilihat dari pencapaian yang belum memenuhi indikator keberhasilan. Maka dari itu, peneliti memutuskan perlu ada pelaksanaan siklus lanjutan (siklus II) untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus I tersebut. Perlu ada pengembangan pelaksanaan siklus I artinya kelebihan pada siklus I tetap dipertahankan dan kekurangan yang ada perlu ada perbaikan yang menuju peningkatan pencapaian hasil penelitian. Siklus II Hasil belajar siklus II diperoleh dari tes formatif siklus II sebagai hasil dari pemahaman siswa pada materi proses terjadinya tanah. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut. Tabel 5. Rekapitulasi Tes Siklus II Rentang Nilai 90 – 100 70 – 90 40 – 70 0 - 40 Jumlah Frekuensi 8 17 4 0 29 Keterangan Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 29 siswa yang mendapatkan nilai antara 90 – 100 ada 8 orang, nilai 70 – 90 ada 17 orang, dan yang mendapatkan nilai 40 – 70 ada 4 orang. Hal ini berarti sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini ( ≥ 70 ) ada 25 anak yang dianggap sudah tuntas belajar karena sudah melampaui target yang diharapkan. Sedangkan yang belum tuntas hanya 4 anak. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 100 yang diperoleh 1 siswa. Sedangkan nilai tertendah adalah 60. PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR IPA MATERI PROSES TERJADINYA TANAH DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Edi Suprapto 367 Untuk memperjelas hasil belajar anak tentang membaca teknik dapat dijelaskan kembali pada tabel berikut. Tabel 6. Nilai Rerata dan Ketuntasan belajar Siklus II Keterangan Nilai Rerata Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Prosentase Ketuntasan Hasil 86,21 25 anak 4 anak 86,21 % Adapun indikator-indikator yang menunjukkan adanya motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran discovery ditunjukkan dalam beberapa aspek, antara lain Kesenangan untuk belajar, orientasi terhadap penguasaan materi, hasrat/rasa ingin tahu, keuletan dalam mengerjakan tugas, keterlibatan yang tinggi pada aktivitas belajar. Adapun motivasi siswa selama pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7. Rekapitulasi Motivasi Siswa Siklus II NO KRITERIA MOTIVASI JUMLAH SISWA 1 Sangat Termotivasi 8 2 Termotivasi 19 3 Cukup Termotivasi 2 4 Kurang Termotivasi 0 5 Tidak Termotivasi 0 PROSENTASE 27,6 % 65,5 % 6,9 % 0 0 Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran eksperimen pada siklus II dapat dilihat dari hasil pengamatan teman sejawat (kolaborator). Menurut hasil pengamatan diperoleh kemampuan guru dalam siklus II sudah dalam kategori Baik (87%). Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru masih dalam kategori Baik (87%). Hal ini berarti sudah memenuhi bahkan melampaui target yang diharapkan yaitu kategori baik (70 - 90%). Dari hasil refleksi bersama pengamat atau teman sejawat didapatkan sudah ada peningkatan kemampuan mengajar guru. Guru sudah berusaha mencari sesuatu yang baru, sesuatu yang menarik perhatian siswa agar dapat mengikuti jalannya pembelajaran siklus II ini dengan benar. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah dapat diminimalisir sedemikian rupa. Dari hasil pengamatan dan refleksi bersama pengamat dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus II sudah bisa dikatakan berhasil. Itu dapat dilihat dari pencapaian yang sudah memenuhi indikator keberhasilan. Maka dari itu, peneliti memutuskan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya karena sudah dianggap berhasil dan sudah menunjukkan berbagai peningkatan-peningkatan. Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada materi proses terjadinya tanah di Kelas V SDN Margamulya 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar siswa terbukti dengan hasil post tes siswa, dimana dalam setiap siklusnya menunjukkan peningkatan skor. Bila digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik, rekapitulasi perolehan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar siswa setiap siklusnya adalah sebagai berikut : 368 Dinamika Vol. 3. No. 3. (2013) Tabel 8. Perbandingan Nilai Rerata dan Ketuntasan Siklus I dan Siklus II No Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan 1 Nilai Rata-rata 69,66 78,28 8,62 2 Ketuntasan 65,52 86,21 20,69% Ada beberapa faktor yang membuat peningkatan-peningkatan itu terjadi. Di antaranya pada siklus II peneliti melakukan suatu perubahan pada cara-cara mengajar yang berorientasi kepada motivasi dan perhatian siswa. Pada siklus I guru masih mengadakan pembelajaran di dalam kelas dan masih monoton, akan tetapi pada siklus II peneliti mengubahnya dengan melakukan pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas yang membuat siswa tertarik dan termotivasi. Selain itu juga pada siklus II guru mengajak siswa ke luar kelas sebelum dijelaskan ke materi yang sebenarnya. Hal itu dilakukan bukan semata-mata untuk menyegarkan pikiran anak, tetapi juga bertujuan untuk melakukan apersepsi dan motivasi terhadap anak. Peningkatan yang terjadi juga dapat ditunjukkan dari aktivitas atau motivasi siswa selama pembelajaran discovery. Adapun untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9. Perbandingan Rekapitulasi Siswa yang Termotivasi Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II NO KRITERIA Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Sangat Termotivasi 2 6,9 % 8 27,6 % 2 Termotivasi 14 48,3 % 19 65,5 % 3 Cukup Termotivasi 4 13,8 % 2 6,9 % 4 Kurang Termotivasi 9 31.1 % 0 0 5 Tidak Termotivasi 0 0 0 0 Peningkatan yang terjadi dapat terlihat dari kesungguhan siswa pada siklus II menurut pengamat menunjukkan perubahan yang cukup pesat dari siklus sebelumnya. Anak – anak jadi banyak yang bertanya, tidak malu lagi untuk menanyakan hal-hal yang sulit yang menunjukkan rasa ingin tahu mereka yang besar. Dalam mengerjakan tugas, mereka juga terlihat bersungguhsungguh. Dalam mengikuti pembelajaran mereka terkesan senang, gembira, tidak bosan, dan aktif. Berpindah pada aspek kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengajar pada siklus I masih dalam kategori cukup (64%). Pada siklus I guru masih belum bisa memaksimalkan alat peraga yang ada. Di samping itu juga langkah-langkah dalam mengajar pun masih belum bisa memotivasi siswa untuk memahami materi yang dijelaskan sehingga masih banyak siswa yang kurang memperhatikan. Sedangkan pada siklus II kemampuan guru sudah dalam kategori baik (87%). Hal ini dipengaruhi beberapa faktor yang mendukung peningkatan guru tersebut. Di antaranya guru sudah melakukan langkah-langkah pembelajaran ke arah yang lebih baik. Dalam memberikan apersepsi dan motivasi siswa, sudah mulai baik serta dapat membimbing siswa selama proses pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran kooperatif dengan bantuan media gambar dapat meningkatkan antara lain : a) Kemampuan memahami proses terjadinya tanah pada kelas II SD N Margamulya 02 pada siklus I memperoleh ratarata 69,66 dengan ketuntasan belajar 65,52% dan meningkat pada siklus II menjadi nilai rataratanya 78,28 dengan ketuntasan 86,21%; b) Motivasi belajar siswa pada siklus I ada 55,2% yang PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR IPA MATERI PROSES TERJADINYA TANAH DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Edi Suprapto 369 termotivasi dan siklus II meningkat menjadi 93,1% atau; c) Kemampuan guru dalam mengajar siklus I memperoleh kategori cukup (64%) dan meningkat pada siklus II menjadi dalam kategori Baik (87%). Saran penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Kepada Guru, hendaknya menggunakan alat peraga KIT IPA dalam pembelajaran IPA agar pembelajaran berhasil, menggunakan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi pelajaran IPA agar pelajaran jadi lebih mudah dan menarik bagi siswa; b) Kepada siswa, sebaiknya dalam mengikuti proses belajar mengajar diharapkan dapat dengan penuh semangat dalam pembelajaran. c) Kepada Kepala Sekolah, hendaknya lebih meningkatkan pola kerja guru agar dapat memaksimalkan potensi guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi diantaranya dengan pembelajaran discovery. DAFTAR PUSTAKA Buchori M. 1992. Psikologi Pendidikan 3. Bandung : Jeanmars. Gulo. W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. Jaka Wismono. 2004. Gembira Belajar Sains. Jakarta : Grasindo. Nana Sudjana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Rikananda Puspitasari. 2010. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IIII Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry – Discovery. Malang. Edi Suprapto. Upaya Meningkatkan Keterampilan Belajar IPA Kompetensi Dasar Proses Terjadinya Tanah Dengan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Pada Siswa Kelas V SDN Margamulya 01 Kabupaten Tegal. (Laporan PTK). SD N Margamulya 01. Tegal. 370 Dinamika Vol. 3. No. 3. (2013)