IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

advertisement
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Lokasi dan Luas
Sub-DAS Progo Hulu, DAS Progo secara administrasi berada di wilayah
Kabupaten Temanggung
dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah.
Secara geografis terletak pada 7011’42” - 7022’46” LS dan 109059’44” 110012’31” BT, seperti disajikan pada Gambar 10.
Menurut hasil analisis digital wilayah Sub-DAS Progo Hulu mempunyai
luas sekitar 30.046 ha, yaitu berada pada ketinggian tempat dari 475 m dpl
sampai 3.145 m dpl yang merupakan puncak Gunung Sindoro, dan 3.250 m dpl
yang merupakan puncak Gunung Sumbing.
Gambar 10. Peta lokasi Sub-DAS Progo Hulu, DAS Progo
72
Iklim
Curah hujan di suatu wilayah merupakan faktor iklim yang utama,
disamping faktor iklim yang lain, seperti temperatur dan kelembaban udara.
Berdasarkan data hujan dari stasiun pengukur curah hujan di Kledung tahun 19872001 (Lampiran 8) dapat diketahui bahwa curah hujan rata-rata tahunan adalah
3.126,2 mm dengan 166 hari hujan. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan
januari dan curah hujan minimum terjadi pada bulan juli.
Curah hujan < 100
mm/bulan terjadi pada bulan juli hingga september, sedangkan curah hujan > 200
mm/bulan terjadi pada bulan nopember hingga april (Gambar 11).
Gambar 11. Variasi curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan di SubDAS Progo Hulu berdasarkan data curah hujan di stasiun
Kledung dari tahun 1987-2001 (Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Temanggung)
Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson (1951), di wilayah penelitian
termasuk tipe iklim B (basah) dengan nilai Q sebesar 32,5%, yaitu mempunyai
jumlah bulan basah (8), bulan kering (2,6), dan bulan lembab (1,4). Nilai rata-rata
73
curah hujan tahunan sebesar 3126,2 mm, curah hujan terrendah terjadi pada bulan
Juli (37,3 mm) dan tertinggi pada bulan Januari (488,1 mm). Berdasarkan peta
zona agroklimat Jawa dan Madura (CRIA 1975, diacu dalam Ropik et al. 2004)
wilayah penelitian termasuk zona agroklimat B2, karena mempunyai bulan basah
(curah hujan > 100 mm) sebanyak 7-9 bulan dan bulan kering (curah hujan < 60
mm) 2-3 bulan.
Menurut klasifikasi tipe iklim Koppen, disamping ditentukan oleh jumlah
curah hujan tahunan dan jumlah curah hujan bulan terkering, juga ditentukan oleh
temperatur. Data temperatur udara di Stasiun Kledung dengan posisi 07023’LS
110001’ BT dan elevasi 1.399 m dpl (Tabel 9). Berdasarkan klasifikasi Koppen, di
wilayah penelitian termasuk tipe iklim Am (tropika basah atau hujan tropis
basah), dicirikan dengan temperatur pada bulan terdingin > 18 0C, curah hujan
tahunan sebesar 3.126,2 mm, dengan puncak periode basah yaitu pada bulan
Desember sampai Maret dan puncak periode kering pada bulan Juli sampai
Agustus.
Tabel 9. Temperatur udara (0C) di Stasiun Kledung, Kabupaten Temanggung
Suhu
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des Ratarata
Max
36,57 36,82 37,32 39,26 45,28 44,20 36,35 36,30 38,43 43,80 45,40 39,76 39,96
Min
18,72 18,60 18,62 18,93 18,97 18,43 18,23 18,15 18,72 19,44 18,94 18,58 18,69
Ratarata
24,80 24,80 24,50 24,75 24,65 24,65 24,70 24,65 25,30 25,40 25,10 25,00 24,86
Sumber : Ropik et al. 2004
Hidrologi
Di wilayah Sub-DAS Progo Hulu memiliki 4 (empat) sungai utama yaitu
Sungai Progo yang mengalir dari Gunung Sindoro; Sungai Galeh yang mengalir
dari Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro; Sungai Kuas yang mengalir dari
Gunung Sumbing; dan Sungai Grabah yang mengalir dari pegunungan Glompang,
pegunungan
Pundong, dan pegunungan Atis. Dari ke-empat sungai utama
tersebut sepanjang tahun ada airnya (perennial), sedang yang ada airnya hanya
pada musim hujan (intermittent) banyak sekali terutama yang merupakan anakanak sungai yang ada di daerah hulu.
74
Wilayah Sub-DAS Progo Hulu (Gambar 12) terbagi kedalam empat Subsub DAS, yaitu Sub-sub DAS Progo Hulu seluas 8.810 ha (29,3%), Sub-sub DAS
Galeh seluas 11.073 ha (36,9%), Sub-sub DAS Kuas seluas 7.107 ha (23,7%), dan
Sub-sub DAS Grabah seluas 3.055 ha (10,2%).
Gambar 12. Peta DAS di wilayah Sub-DAS Progo Hulu
Pola aliran sungai di Sub-DAS Progo Hulu termasuk pola aliran dendritik,
yaitu pola aliran dendritik sedang (dendritic medium) dengan bentuk topografi
berpuncak pada gunung Sumbing, gunung Sundoro, serta pegunungan Glompang,
pegunungan Pundong, dan pegunungan Atis. Sungai-sungai tersebut mempunyai
tebing sungai yang cukup dalam. Pada daerah yang berada di atas ketinggian
tempat lebih 900 m dpl mempunyai lembah sungai berbentuk ”V”, sedangkan
yang berada di bawah ketinggian tempat kurang 700 m dpl lembah sungai
berbentuk ”U”.
Mata air banyak yang muncul di sekitar mintakat lereng kaki gunung api
Sumbing dan Sindoro yang terletak pada ketinggian tempat 800-1000 m dpl.
Mata air yang muncul di beberapa tempat dipergunakan oleh penduduk untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, sedangkan sisanya dipergunakan sebagai air
75
oncoran tanaman. Memperhatikan kondisi tersebut di atas, dapat dipahami jika
kebutuhan air di lahan tegalan hanya diperoleh dari air hujan, air embun, dan air
oncoran. Namun demikian berdasarkan tipe iklimnya: Am/tropika basah (menurut
tipe iklim Koppen) atau tipe B/basah (menurut Schmidt-Ferguson), adalah cukup
wajar jika hampir sepanjang tahun dapat dijumpai tanaman semusim jagung,
sayuran, serta tembakau dan kacang koro (koro merah, koro kapsul, dan koro
babi) di lahan tegalan.
Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Skala 1: 100.000 Lembar Magelang dan
Lembar Banjarnegara, wilayah Sub-DAS Progo Hulu mempunyai 4 (empat) jenis
batuan, yaitu : Qsm (Batuan Gunung Api Sumbing) seluas 9.166 ha (30,5 %), Qsu
(Batuan Gunung Api Sindoro) seluas 16.432 ha (54,7 %), Qos (Batuan Gunung
Api Sindoro Lama) seluas 1.186 ha (3,9%), dan Qtp (Formasi Penyatan) seluas
3.261 ha (10,9%); sebagaimana disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Peta geologi di wilayah Sub-DAS Progo Hulu
76
Batuan gunung api Sumbing (Qsm) terdiri dari
andesit-augit-olivine.
Formasi ini sebagai aliran, dan tersebar di sebelah selatan kota Temanggung dan
Parakan, tepatnya dari puncak Gunung Sumbing sampai lereng bawah Gunung
Sumbing. Menurut Sitorus dan Mulyana (1985), gunung api Sumbing merupakan
salah satu contoh gunung api strato yang bersifat andesitik. Gunung api Sumbing
bermateri andesit terletak pada daerah transisi mintakat fisiografi Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Gunung api Sumbing, Gunung api Sundoro dan dataran tinggi
Dieng terletak pada satu garis patahan yang sama yaitu patahan yang berarah
“barat laut-tenggara” (Bemmelen 1970, diacu dalam Dulbahri 1992). Syarifudin
dan Hadian (1977), menyatakan bahwa kegiatan gunung api Sumbing yang
terakhir terjadi pada tahun 1730. Pada saat itu terjadi letusan yang menghasilkan
letusan lava bongkah dengan massa dasar andesitik hornblende.
Batuan gunung api Sindoro (Qsu) terdiri dari andesit-augit-olivin, basalolivit-augin dan andesit-hipersten-augit. Formasi ini ditemukan sebagai lava, dan
tersebar dari puncak sampai kaki Gunung Sindoro.
Pada lereng gunung api
Sindoro bermulanya hulu Sungai Progo. Materi yang dihasilkan oleh gunung api
ini adalah basalt dan andesit hipersten. Pada lereng bagian selatan materi gunung
api Sundoro tertimbun oleh materi yang berasal dari gunung api Sumbing.
Batuan gunung api Sindoro Lama (Qos) sebagai rombakan batuan
vulkanik yang sangat lapuk, diduga sebagai lahar yang berasal dari gunung
Sindoro.
Penyebarannya di sebelah utara jalan raya yang menghubungkan kota
Temanggung dan Parakan, terdapat di bukit-bukit kecil dikelilingi oleh lahar
muda.
Formasi Penyatan (Qtp) merupakan batupasir, breksi, tuf, batu lempung
dan aliran-aliran lava. Batupasir tufan dan breksi vulkanik (aliran dan lahar)
nampak dominan. Secara setempat ditemukan aliran lava, batu lempung marin dan
napal. Formasi ini mempunyai ketebalan lebih dari 1000 meter dan menunjukkan
umur Miosen Tengah-Plistosen. Formasi ini tersebar memanjang di wilayah
pegunungan Glompang, pegunungan Pundong, dan pegunungan Atis.
77
Kemiringan Lahan
Kemiringan lahan di wilayah Sub-DAS Progo Hulu, dibagi menjadi enam
(6) kelas kemiringan lahan yaitu : (a) datar sampai berombak (0-8%) seluas
14.517 ha (48,3%), (b) bergelombang (8-15%) seluas 5.737 ha (19,1%), (c)
berbukit (15-30%) seluas 3.480 ha (11,6%), (d) agak curam (30-45%) seluas
4.211 ha (14,0%), (e) curam (45-65%) seluas 1.884 ha (6,3%), dan (f) sangat
curam (>65%) seluas 217 ha (0,7%). Peta topografi dan peta kelas kemiringan
lahan di wilayah Sub-DAS Progo Hulu disajikan pada Gambar 14a dan 14b.
Gambar 14a. Peta topografi di Sub-DAS Progo Hulu
Gambar 14b. Peta kemiringan lereng di Sub-DAS Progo Hulu
78
Sekitar 48,3% luas wilayah Sub-DAS Progo Hulu merupakan daerah datar
sampai berombak, secara umum berada pada bagian tengah DAS (mulai bagian
tengah sampai hilir DAS) yaitu merupakan bagian lembah disekitar ke-empat
sungai utama (sungai Progo, sungai Galeh, sungai Kuas, dan sungai Grabah);
sekitar 19,1% luas wilayah merupakan daerah bergelombang yaitu berada tersebar
dan terkonsentrasi di bagian kaki gunung Sumbing dan gunung Sindoro; sekitar
11,6% luas wilayah berupa daerah berbukit merupakan bagian lereng bawah
gunung Sumbing dan gunung Sindoro; sekitar 20,3% luas wilayah berupa daerah
agak curam sampai curam merupakan lereng tengah dan lereng atas gunung
Sumbing dan gunung Sindoro, serta merupakan lereng pegunungan Glompang,
pegunungan Pundong, dan pegunungan Atis; dan sisanya 0,7% luas wilayah
berupa daerah sangat curam merupakan bagian puncak gunung Sumbing dan
gunung Sindoro.
Jenis Tanah
Jenis tanah di wilayah Sub-DAS Progo Hulu, yaitu meliputi : (a) Latosol
Coklat (Lc) seluas 12.392 ha (41,2%); (b) Latosol Coklat Kekuningan (Lck)
seluas 5.036 ha (16,8%); (c) Andosol Coklat (Ac) seluas 3.284 ha (10,9%); (d)
Regosol Coklat Kemerahan (Rckm) seluas 3.043 ha (10,1%) (e) Litosol (Li)
seluas
2.107 ha (7,0%); (f) Regosol Coklat Kelabu (Rckb) seluas 1.901 ha
(6,3%); (g) Latosol Coklat Kemerahan (Lckm) seluas 1.638 ha (5,5%); dan (h)
Regosol Coklat Kekuningan (Rckn) seluas 644 ha (2,1%). Lokasi penyebaran
jenis tanah di wilayah Sub-DAS Progo Hulu disajikan pada Gambar 15.
Menurut Ropik et al. (2004) berdasarkan klasifikasi Soil Taxonomy (Soil
Survey Staff 1998) di wilayah penelitian dibedakan menjadi 3 Ordo yaitu :
Alfisol, Andisol, dan Inceptisol. Ordo Alfisol, diklasifikasikan dalam Sub-Ordo
Udalf, Grup Hapludalfs, dan Sub-grup Typic Hapludalfs.
Ordo Inceptisol,
diklasifikasikan dalam Sub-Ordo Udept, Grup Eutrudepts dan Dystrudepts, dan
Sub-grup Typic Eutrudepts, Aquic Eutrudepts, Lithic Eutrudepts, Humic
Dystrudepts, dan Typic Dystrudepts. Sedangkan Ordo Andisol, diklasifikasikan
79
dalam Sub-Ordo Udand, Grup Hapludands, dan Sub-grup Typic Hapludands,
Eutric Hapludands, Alic Hapludands, dan Aquic Hapludands.
Gambar 15. Peta jenis tanah di wilayah Sub-DAS Progo Hulu
Di wilayah penelitian Alfisol memiliki penyebaran paling luas yaitu
19.066 ha (63,5%), diikuti Inceptisol sekitar 7.695 ha (25,6%), dan sisanya
Andisol sekitar 3.284 ha (10,9%). Alfisol berkembang dari bahan andesit-basal,
tanah ini telah mengalami perkembangan struktur lanjut dicirikan terbentuknya
horison B-argilik, selaput liat/organik yang jelas, dan berstruktur cukup kuat.
Sedangkan Inceptisol penyebarannya terutama pada daerah volkanik (dataran
volkan tua dan perbukitan volkan) yang berkembang dari bahan andesit, andesitbasalt, dan andesit-abu volkan, serta daerah tektonik (perbukitan struktural) yang
berkembang dari napal. Andisol berkembang dari bahan induk abu/tuf volkan
muda (kuarter) yang mempunyai sifat-sifat andik setebal > 36 cm pada
penampang 0-60 cm dari permukaan tanah.
80
Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Progo Hulu, secara rinci
meliputi : (a) hutan alam seluas 1.197 ha (4,0%), (b) hutan sekunder seluas 1.572
ha (5,2%), (c) kebun campuran seluas 3.024 ha (10,1%), (d) tegalan seluas 7.638
ha (25,4%), (e) sawah tadah hujan (irigasi sederhana) seluas 2.982 ha (9,9%), (f)
sawah irigasi teknis (irigasi teknis dan setengah teknis) seluas 10.148 ha (33,8%),
serta (g) pemukiman dan lainnya seluas 3.483 ha (11,6%). Peta citra satelit
landsat ETM 7 dan peta penggunaan lahan disajikan pada Gambar 16a dan 16b.
Gambar 16a. Peta citra satelit landsat ETM 7, Mei 2003
Gambar 16b. Peta penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Progo Hulu
81
Jenis penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Progo Hulu saat ini
didominasi lahan basah yaitu berupa sawah irigasi teknis dan sawah tadah hujan
dengan luas sekitar 13.130 ha (43,7%), berada pada bagian tengah DAS (mulai
bagian tengah sampai hilir DAS) yaitu merupakan bagian lembah disekitar
sungai Progo, sungai Galeh, sungai Kuas, dan sungai Grabah. Untuk lahan kering
berupa tegalan dan kebun campuran mempunyai luas sekitar 10.662 ha (35,5%),
tegalan ini terutama berada tersebar terkonsentrasi di lereng gunung Sumbing dan
gunung Sindoro, sedangkan kebun campuran berada di bagian utara tersebar di
kawasan pegunungan Glompang, pegunungan Pundong, dan pegunungan Atis.
Kawasan hutan mempunyai luas sekitar 2.769 ha (9,2%), berupa hutan alam dan
hutan sekunder yang tersebar di lereng atas dan puncak gunung Sumbing dan
gunung Sindoro.
Kawasan hutan yang hanya 9,2% ini sebenarnya kurang baik di dalam
upaya menjamin retensi DAS yang ideal. Retensi DAS diartikan sebagai
ketahanan dan kemampuan konservasi air oleh DAS, agar air hujan yang jatuh
dapat ditampung, diresapkan dan disimpan dalam tanah dan akuifer, selanjutnya
secara perlahan dilepaskan ke sistem jaringan sungai dengan distribusi merata
sepanjang tahun, dengan fluktuasi debit antara musim hujan dan musim kemarau
relatif kecil. Retensi DAS dipengaruhi oleh keadaan vegetasi, penggunaan lahan,
kondisi topografi, tanah, dan geologi. Vegetasi dan penggunaan lahan relatif
dapat diubah oleh perilaku dan ulah manusia. Secara ideal untuk menjaga retensi
DAS tetap baik diperlukan luasan vegetasi hutan minimal 30% dari luas DAS
yang berada diwilayah hulu, berfungsi sebagai kawasan resapan.
Demografi dan Pertanian
Sub-DAS Progo Hulu mempunyai luas sekitar 30.046 ha atau 300,46 km2,
secara administrasi berada pada 13 kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung
dan 2 kecamatan di wilayah Kabupaten Wonosobo, serta berada pada 129 desa di
Kabupaten Temanggung dan 2 desa di Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan hasil analisa dari data BPS Kabupaten Temanggung (2008),
di wilayah Sub-DAS Progo Hulu mempunyai jumlah penduduk sebesar 330.369
jiwa yang terdiri dari 164.584 laki-laki dan 165.785 perempuan, jumlah kepala
82
keluarga 85.261 KK (3,87 jiwa/KK), dan tingkat laju pertumbuhan penduduk ratarata selama lima tahun terakhir yaitu 3,53%/tahun. Kepadatan penduduk rata-rata
di Sub-DAS Progo Hulu sekitar 1.099 jiwa/km2 dan tersebar di 131 desa, dengan
jumlah penduduk usia produktif yang berumur 15-59 tahun berjumlah 210.313
jiwa (63,7%), sedangkan penduduk usia belum produktif berumur 0-14 tahun
berjumlah 86.722 jiwa (26,2%), dan penduduk usia tidak produktif berumur 60
tahun keatas berjumlah 33.334 jiwa (10,1%).
Ditinjau dari aspek mata pencaharian, penduduk usia 10 tahun keatas
sebagian besar mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian yaitu 100.404
jiwa (30,4%), diikuti bidang perdagangan sebesar 31.675 jiwa (9,6%), bidang jasa
sebesar 24.864 jiwa (7,5%), bidang industri sebesar 15.749 jiwa (4,8%), bidang
bangunan 6.952 jiwa (2,1%), bidang pengangkutan sebesar 4.204 jiwa (1,3%),
serta bidang lain-lain sebesar 4.348 jiwa (1,3%).
Adapun dari aspek pertanian, di wilayah Sub-DAS Progo Hulu memiliki
beberapa komoditas utama, diantaranya : tanaman pangan (padi, jagung, ketela
pohon, kacang tanah), tanaman sayuran (cabe, kobis, kentang, bawang merah,
bawang putih, bawang daun, sawi, kacang merah, kacang panjang), tanaman
perkebunan (tembakau, kopi arabika, kopi robusta, aren, kakao, lada, panili, dan
lainnya), tanaman empon-empon (jahe, kapulogo, kunyit, kemukus). Secara rinci
luas areal dan produksi beberapa komoditas tersebut disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Luas areal dan produksi beberapa jenis komoditas pertanian di SubDAS Progo Hulu tahun 2007
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis komoditas
Padi
Jagung
Tembakau
Cabe
Kobis
Kentang
Bawang merah
Bawang putih
Kopi Robusta
Kopi Arabika
Luas Areal
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
13.130
10.620
8.545
1.945
398
36
444
194
1.508
621
80.578
40.090
5.248
5.297
8.643
603
2.838
878
868
408
6,137
3,775
0,614
2,723
21,716
16,756
6,392
4,528
0,576
0,657
Sumber : Data diolah dari data BPS Kabupaten Temanggung (2008)
Download