efektivitas model pembelajaran discovery learning pada mata

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep diri merupakan suatu bagian penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia sehingga dapat digunakan untuk membedakan
manusia dari makhluk hidup lainnya. Masing-masing manusia memiliki konsep
diri yang berbeda-beda begitupun siswa, ada yang memiliki konsep diri yang
tinggi atau positif adapula yang memiliki konsep diri yang rendah atau negatif.
Fenomena yang ditemui pada sebagian besar siswa kelas XI di Madrasah
Aliyah Yayasan Islamic Centre (YIC) Bandar menunjukkan konsep diri yang
rendah hal ini ditunjukkan dengan prilaku siswa yang sering berpakaian tidak
sesuai dengan ketentuan sekolah, adanya kenakalan remaja, sering mengeluh,
merasa tidak bermanfaat, tidak mengetahui kelebihan yang dimiliki, pesimis,
malu, tidak percaya diri dan kurang membuka diri. Siswa cenderung
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,
tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan
daya tarik terhadap hidup dan cenderung tidak memiliki kemampuan untuk
berkompetisi dengan lingkungan masyarakat.
Konsep diri negatif atau rendah , menurut William D. Brooks dan Philip
Emmert sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa
konsep diri negatif memiliki ciri-ciri: peka pada kritik, responsif sekali terhadap
pujian, sikap hiperkritis, cenderung tidak disenangi orang lain, dan bersikap
1
2
pesimis terhadap kompetisi. Sebaliknya orang yang memiliki konsep diri
positif ditandai dengan: yakin akan kemampuan mengatasi masalah; merasa
setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu; menyadari bahwa
setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui masyarakat; dan mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubahnya1.
Untuk itu, peran variabel non kognitif dalam proses pembelajaran dan
proses pendidikan secara umum perlu diperhatikan dengan lebih serius. Salah
satu variabel yang dimaksudkan-adalah konsep diri. Secara ringkas, konsep
diri menurut Shavelson dan Marsh sebagimana dikutip oleh Schwarger adalah
bagaimana individu mempersepsi dirinya sendiri.2
Menurut Pervin dan John sebagaimana dikutip oleh Prasetyo Budi
Widodo, secara tradisional, konsep diri ditekankan karena tiga alasan yaitu
pertama, adanya kesadaran tentang diri sendiri sebagai representasi suatu aspek
penting dari pengalaman fenomenologis atau subjektif. Kedua, karena beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa bagaimana diri sendiri merasakan tentang diri
sendiri mempengaruhi bagaimana individu berperilaku dalam berbagai situasi.
Ketiga, konsep diri digunakan dalam mengekspresikan berbagai aspek fungsifungsi kepribadian manusia secara terorganisasi dan terintegrasi.3
Pentingnya konsep diri biasanya didasarkan pada adanya premis yang
1
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.105
R.Schwarger, Self Related Cognitionin Naxisty and Motivation (New Jersey: Lawrence
Erlbaum, 1986), hlm. 210.
3
Prasetyo Budi Widodo, Konsep Diri Mahasiswa Jawa Pesisiran dan Pedalaman, Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro vol.3 no.2, Desember 2006.
2
3
menyatakan bahwa konsep diri yang tinggi (positif) akan berhubungan dengan
perasaan terhadap diri sendiri (self worth) dan penerimaan diri. Perasaan
terhadap diri
sendiri
yang
positif
disertai
penerimaan
diri,
akan
membuat individu berkembang secara optimal dalam konteks kemasyarakatan
melalui pengenalan tahap-tahap perkembangan dengan pemahaman
yang
cerdik, pengambilan keputusan yang matang, pengaturan diri yang bertanggung
jawab dan moral yang otonom.4
Siswa dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh
percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap
kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian,
namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk
melangkah ke depan. Siswa
dengan konsep diri yang positif akan mampu
menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi
keberhasilan di masa depan.
Konsep diri menurut Glover sebagaimana dikutip oleh Zakiyudin
Baidhawy, menjelaskan bahwa konsep diri positif dapat membawa individu bebas
dari segala konflik mental, konflik cinta, dan konflik kerja. Ia mampu
memperkaya jiwa dan pikirannya dengan gagasan-gagasan yang baik dan positif,
mampu
4
memberikan keputusan bijaksana dan menaatinya sebagai pedoman
Craven. The Multidimensional Structure of Self Concept and Its Relationship to Other
Construct, 2002 http://edweb.uws.edu.au/self/Theses/Craven/Chapter2.pdf
4
hidup, juga memperhatikan kematangan emosional dan mengatasi kesengsaraan
hidupnya dengan tindakan-tindakan yang bertanggungjawab.5
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang
dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensisasi.6 Konsep diri menjadi
cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Persepsi individu tentang sifat dan potensi yang
dimiliki, interaksi individu dengan orang lain atau lingkungannya. Nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan dan
keinginannya.
Untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan konsep diri siswa salah
satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran discovery learning pada mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits yang merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) pada Madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta
didik untuk memahami dan mencintai Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber
ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupannya seharihari. Namun kenyataan yang terjadi pelajaran Qur’an Hadits merupakan salah
satu mata pelajaran yang kurang dipahami dan diterapkan
dalam kehidupan
terutama untuk tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya dimuka bumi.
Salah satu cara agar siswa mampu berperan secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan mengembangkan
kemampuan
yang
dimiliki serta
menanamkan konsep diri positif pada siswa dalam mata pelajaran al-Qur’an
5
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural,( Jakarta:Erlangga,
2005), hlm.128.
6
H. Agustini, Psikologi Perkembangan; Pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep
diri dan penyesuaian diri pada remaja ( Bandung: Aditama ,2006), hlm.138.
5
Hadis. Hal itu perlu adanya strategi guru dalam proses belajar mengajarnya yaitu
melalui metode atau model yang digunakan dalam proses pembelajarannya yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Pendidikan
dikatakan
berkualitas
apabila
proses
pembelajaran
berlangsung efektif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru sebagai
pendidik harus mempunyai kemahiran dalam menyampaikan materi dan memilih
model pembelajaran yang tepat agar kegiatan pembelajaran tersebut efektif dan
efisien. Pemilihan model pembelajaran tersebut didasarkan bahwa setiap siswa
mempunyai kemampuan dan taraf berpikir yang berbeda-beda, serta konsep diri
yang berbeda pula sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam hal
ini model pembelajaran discovery learning akan membantu siswa menguasai
materi pelajaran dan menumbuhkan konsep diri positif siswa.
Syaiful Bahri Djamarah, mengemukakan pendapatnya mengenai metode
mengajar sebagai berikut : “Metode adalah salah satu cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar
metode sangat diperlukan oleh setiap guru yang penggunaannya sangat bervariasi
sesuai dengan karakteristik tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran
berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak
memguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan oleh para ahli
psikologi pendidikan”7.
Selama ini proses pembalajaran Qur’an Hadits yang berlangsung di MA
YIC Bandar ini masih menggunakan metode konvensional, yaitu seorang guru
7
hlm.72.
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta,1991),
6
hanya menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits pada siswa. Siswa
kurang memahami dan megaplikasikan ayat-ayat dan hadis nabi. Hal ini
menyebabkan kualitas proses dalam pembelajaran itu sendiri cenderung
berlangsung satu arah, siswa kurang aktif sehingga konsep diri siswa kurang
berkembang, guru hanya menggunakan metode pembelajaran tanpa ada
pembaharuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Dalam upaya menanamkan konsep diri positif siswa pada mata
pelajaran Qur’an Hadits, siswa Kelas XI MA YIC di Bandar, banyak kendala
yang muncul. Siswa cenderung berfikir dari konkret ke abstrak, karena guru
lebih dominan memberikan materi Qur’an Hadits dengan cara ceramah. Kendala
lain yang timbul yaitu kurang antusiasme siswa dalam pelajaran. Sulitnya
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa
cenderung pasif dan malu dalam mengungkapkan pendapatnya.
Model pembelajaran yang dipakai oleh guru pada umumnya adalah
model pembelajaran konvensional atau tradisional. Menurut Blanchard
sebagaimana dikutip oleh Supriyono bahwa model pembelajaran konvensional
memiliki pola menyandarkan pada hafalan, berfokus pada satu bidang(disiplin),
nilai informasi tergantung pada guru, memberikan informasi pada siswa sampai
pada saatnya dibutuhkan, dan penilaian hanya untuk akademik formal berupa
ujian.8 Artinya pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat, atau sumber
materi yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa pasif hanya menerima
materi.
8
Supriyono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.83.
7
Berdasarkan penjelasan diatas kesenjangan antara tujuan pembelajaran
dengan kenyataan pembelajaran Qur’an Hadits serta rendahnya konsep diri
siswa di Kelas XI MA YIC Bandar mendorong peneliti mencoba menerapkan
suatu metode yang tepat pada proses pembelajaran, sebab fungsi metode dalam
keseluruhan sistem pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mengembangkan iklim belajar, sebaiknya guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya. Jadi,
tugas guru bukan hanya memberi pengetahuan saja, melainkan menyiapkan
situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan
eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep dirinya.
Model pembelajaran discovery learning merupakan salah satu model
yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi-materi yang
berhubungan dengan kompetisi dalam kebaikan. Strategi ini dapat digunakan
guru untuk menjembatani bagaimana siswa dapat menumbuhkan konsep diri
positif, membaca, menulis, menerjemahkan, mengkaji, menyimpulkan dan
mengaplikasikan isi kandungan ayat al-Qur’an dan Hadis serta mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga metode discovery learning adalah salah
satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Qur’an
Hadits di Kelas XI MA YIC Bandar.
Penerapan metode discovery learning
ini merupakan suatu cara
mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mencoba menemukan
sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri. Dengan menggunakan metode discovery
learning
siswa
dibiarkan
menemukan
sendiri
atau
mengalami
proses
8
pembelajaran sendiri bagaimana membaca, menulis, menerjemahkan, mengkaji,
menyimpulkan isi kandungan ayat al-Qur’an dan Hadis serta mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi
atau pengarahan.
Berdasarkan penjelasan tersebut untuk meningkatkan konsep diri siswa,
guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi
pelajaran. Pemilihan model pembelajaran discovery learning tersebut dilakukan
oleh guru dan pihak lain (dalam hal ini guru berkolaborasi dengan peneliti)
sebagai
suatu inovasi yang menarik mengiringi pencapaian tujuan pendidikan
dan menumbuhkan konsep diri positif pada siswa MA YIC Bandar. Membuat
pelajaran kreatif, menyenangkan dan siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul efektivitas
model pembelajaran discovery learning pada mapel al-Qur’an Hadis dalam
meningkatkan konsep diri siswa MA YIC Bandar.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan
diteliti. Penegasan tersebut bisa berbentuk pertanyaan dan juga bisa berbentuk
pernyataan deklaratif. Sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan yang
tegas.9 Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan,
maka penulis dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut:
9
hlm.61.
W.Best John, Metode Penelitian Dan Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1982),
9
1. Bagaimana konsep diri siswa MA YIC Bandar
sebelum dan sesudah
diterapkannya model pembelajaran Discovery learning pada mata pelajaran
al-Qur’an Hadis?
2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran discovery learning dibandingkan
model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis dalam
meningkatkan konsep diri siswa MA YIC Bandar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsep diri siswa MA YIC Bandar
sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran discovery learning
pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis.
2. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran discovery learning dari
pada model konvensional pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis dalam
meningkatkan konsep diri siswa MA YIC Bandar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dilihat dari tinjauan teoritis dan praktis adalah sebagai
berikut:
1.
Dari tinjauan teoritis, diharapkan dapat memperoleh pemikiran tentang apa
yang dimaksud dengan discovery learning serta untuk menambah informasi
tentang konsep diri positif siswa. Untuk memberikan pengembangan
pemikiran bagi pengembangan dunia pendidikan pada umuumnya dan
10
khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan yang diperoleh dari
penelitian lapangan ini.
2. Dari tinjauan praktis,
a. Guru: Sebagai bahan informasi dalam membina hubungan yang sehat dan
harmonis antara siswa dan guru agar siswa dapat membentuk atau
mengembangkan konsep diri yang positif. dalam membina hubungan
diharapkan dapat menyumbangkan dan mengaplikasikan wawasan
konstruktif bagi manusia dalam usaha menanamkan konsep diri positif
pada manusia pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis melalui model
pembelajaran discovery learning.
b. Lembaga pendidikan: Sebagai bahan informasi dalam usaha untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan terciptanya tujuan belajar
dan sebagai bahan rujukan dalam membantu siswa memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan perkembangan diri dan sosial
khususnya konsep diri.
c. Siswa: Diharapkan siswa MA YIC Bandar mampu memiliki konsep diri
yang baik sehingga dapat menunjang prestasi belajar pada pendidikan
yang sedang dijalaninya.
E. Kajian Penelitian Relevan
Sepanjang pengetahuan penulis, walaupun belum ditemukan tema
penelitian yang sama namun banyak ditemukan kemiripan persoalan yang dikaji
yakni efektivitas pembelajaran model discovery learning pada mata pelajaran al-
11
Qur’an Hadis dalam meningkatkan konsep diri siswa MA YIC Bandar. Diantara
hasil penelitian yang dapat peneliti kemukakan disini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmin T. Husain tentang penerapan metode
discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Qur’an Hadis di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa penerapan metode
discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an
Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto
Barat sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan langkah-langkah
metode discovery learning yang telah diterapkan pada pembelajaran Qur’an
Hadits di Kelas VII MTs Kiayi Modjo menunjukkan respon yang positif.
Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yang belajar.
Mereka tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan
guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
dalam proses pembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan metode
discovery learning yang memiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal dan diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga menumbuhkan rasa
percaya sendiri, serta tercapainya tujuan penggunaan metode discovery
learning yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir sistematis,
12
logis dan kritis10.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ibrohim NH. Tentang penerapan
model pembelajaran penemuan (discovery learning) untuk meningkatkan
pemahaman konsep fisika siswa SMP. Penelitian ini dilatar belakangi oleh
masih rendahnya pemahaman konsep siswa SMP untuk mata pelajaran IPAFisika di sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui
peningkatan
pemahaman
konsep
siswa
setelah
diterapkannya model pembelajaran penemuan (discovery learning). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain
one group pretest posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswasiswa kelas VII A, salah satu SMP di kota Garut yang diambil dengan teknik
purposive sampling, pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan
dengan cara menghitung skor gain yang dinormalisasi. Hasil analisis data
yang diperoleh rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar 0,608. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep Fisika siswa SMP
setelah diterapkan model pembelajaran penemuan (Discovery learning) berada
pada kategori sedang.11
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muzamil Malik tentang hubungan antara
konsep diri dengan prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Muhamadiyah 1
Malang yang telah menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat konsep diri
10
Rahmin T.Husain, penerapan metode discovery learning dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadis di MTs Kiayi Modjo kecamatan Limboto Barat,
laporan hasil penelitian (Gorontalo: IAIN Gorontalo, 2013), hlm.xii
11
Muhammad Ibrohim NH, Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (discovery
Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP, Tesis ( Bandung: F-MIPA,
2013), hlm.xii.
13
maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah
Muhammadiyah 1 Malang. Hal ini ditunjukkan dengan realita bahwa siswa
MAM 1 Malang memiliki kemampuan prestasi belajar yang rata-rata
menengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang konsep diri
siswa MAM 1 Malang yang berhubungan dengan prestasi belajar. Hipotesis
yang diajukan adalah bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri
dan prestasi belajar. Sebagaimana diungkapkan bahwa konsep diri merupakan
gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya karena konsep diri merupakan
gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang tentang diri mereka
sendiri, karakteristik fisik, psikologi, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi
sedangkan prestasi belajar adalah istilah yang menunjukkan derajat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar setelah mengikuti proses
belajar dari program yang telak ditentukan. Pelajaran yang dimaksud adalah
pelajaran agama yang meliputi Fiqih, Aqidah Akhlak, SKI dan al-Qur’an.12
Berdasarkan berbagai hasil penelitian diatas maka penulis akan
mengkaji tentang efektivitas model pembelajaran discovery learning pada
mata pelajaran al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan konsep diri siswa MA
YIC Bandar. Letak perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
hasil penelitian lain adalah pada efektivitas model pembelajaran discovery
learning dalam upaya meningkatkan konsep diri siswa dalam hal ini adalah
untuk mata pelajaran al-Qur’an Hadits pada siswa kelas XI MA YIC Bandar
tahun pelajaran 2013/2014.
12
Muzamil Malik, Hubungan konsep diri terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Malang,Tesis (Malang:UIN Malang press, 2010), hlm.xi
14
F. Kerangka Teoritis
Dalam buku karya Muhammad Nur yang berjudul Pendekatan Discovery
Dalam Pembelajaran mengemukakan bahwa pembelajaran dengan penemuan
(Discovery Learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan
konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide
pembelajaran penemuan (Discovery Learning) muncul dari keinginan untuk
memberi rasa senang kepada anak/siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh
mereka sendiri dengan mengikuti jejak para ilmuwan. Sehingga pada intinya,
pembelajaran ini lebih menekankan pada pengalaman nyata atau segala hal yang
bersifat aplikatif sains. 13
Dalam buku karya Budiningsih yang berjudul, Belajar dan Pembelajaran
mengemukakan bahwa seorang guru dalam aplikasi metode discovery learning
harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang
lebih mandiri, sebagaimana menurut Bruner yang menyatakan bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep , teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya14.
Dalam buku karya Sumiati dan Asra yang berjudul, Metode Pembelajaran
mengemukakan bahwa metode discovery learning
sangat besar manfaatnya
dalam proses pembelajaran karena belajar melalui penemuan sesuai dengan
bentuk-bentuk belajar pemecahan masalah dan dapat meningkatkan kreativitas
siswa. Pelaksanaanya dapat dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok
13
Muhammad Nur, Pendekatan Discovery dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Paradigma,
2000), hlm.20
14
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.41.
15
kecil (3 sampai 5 orang), tempat pelaksanaanya pun dapat didalam atau diluar
ruangan.15
Dalam buku karya Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno yang
berjudul, Strategi Balajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan
Konsep Islam mengemukakan bahwa penggunaan metode yang tidak sesui
dengan dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan. Dalam menetapkan metode mengajar, bukan tujuan
yang menyesuiakan dengan metode atau karakter anak tetapi hendaknya menjadi
variabel dependent yang dapat berubah dan berkembang sesuai kebutuhan.
Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian
antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan
dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.16
Dalam buku karya Clara R. Pudjijogyanti yang berjudul, Konsep diri dalam
pendidikan berpendapat bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang
menentukan apakah seorang siswa akan berprilaku negatif atau tidak, sebab
prilaku negatif merupakan perwujudan adanya gangguan dalam usaha pencapaian
harga diri. Apabila seorang siswa merasa gagal dalam pencapaian harga diri,
maka ia akan merasa kecewa terhadap keadaan diri dan lingkungannya, Ia akan
memandang dirinya dengan sikap negatif, sebaliknya apabila seorang siswa
berhasil mencapai harga dirinya, maka Ia akan merasa puas dengan dirinya
15
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran (Bandung: Wacana Prima, 2011), hlm.104.
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar Melalui Pemahaman Konsep Umum
dan Konsep Islami (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm.59.
16
16
maupun lingkungannya. Hal ini akan membuat Ia bersikap positif terhadap
dirinya.17
Dalam buku karya Burn yang berjudul Konsep Diri: Teori, Pengukuran
Perkembangan dan Prilaku mengemukakan bahwa pandangan dan penilaian
individu terhadap dirinya disebut dengan konsep diri, yang akan mempengaruhi
individu dalam bertingkah laku ditengah masyarakat. Rasa percaya diri dan harga
diri yang tumbuh seiring dengan adanya keyakinan terhadap kemampuan dirinya
membuat individu cenderung tampil lebih aktif dan terbuka dalam melaksankan
hubungan sosial dengan orang lain.18
Dalam buku karya Moh.Matsna yang berjudul, Pendidikan Agama Islam
Al-Qur’an Hadis mengemukakan bahwa sebagai pelajaran yang tidak terpisahkan
dari pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai suatu keseluruhan , pelajaran alQur’an Hadis tidak akan mampu sepenuhnya dalam memotivasi peserta didik
untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan dan akhlak karimah
dalam kehidupan sehari-hari, tanpa berkorelasi dengan pelajaran PAI lainnya.
Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru al-Qur’an Hadis perlu
bekerja sama dengan guru-guru lain, tenaga pendidikan, orang tua dan pihakpihak lain dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan cara
berfikir, sikap dan pembiasaan akhlak karimah19.
Al-Qur’an hadits memiliki hubungan yang sangat erat dengan konsep
diri karena
17
seseorang yang memiliki konsep diri positif akan mampu
Clara R. Pudjijogyanti, Konsep diri dalam pendidikan (Jakarta:Arcan, 1995), hlm.2.
R.B. Burn, Konsep Diri: Teori, Pengukuran Perkembangan dan Prilaku (Jakarta:
Arcan, 1993), hlm.67.
19
Moh. Matsna, Pendidikan Agama Islam al-Qur’an Hadis kelas XI (Semarang:Karya
Toha Putra, 2008), hlm.xi
18
17
menjalankan kehidupannya berdasarkan al-Qur’an dan hadits akan tetapi jika
seseorang memiliki konsep diri negatif prilakunya tidak didasari oleh al-Qur’an
dan hadits sehingga cenderung mempunyai harapan yang rendah terhadap
keberhasilan.
Jika dikaitkan konsep diri dengan materi al-Qur’an Hadits khususnya
untuk materi kompetisi dalam kebaikan memiliki hubungan yang sangat erat
sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock bahwa individu yang
memiliki konsep diri positif cenderung menginginkan kompetisi sebagai
medium aktualisasi dirinya, sebaliknya individu yang memiliki konsep diri
yang negatif cenderung mengalah pada kompetisi dilingkungannya.20
Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqoroh: 184 agar manusia
selalu berlomba-lomba dalam kebaikan, yang berbunyi:
               
      
“ Dan bagi tiap-iap umat ada kiblatnya sendiri-endiri yang ia menghadap
kepada Nya . Maka berlomba-ombalah kamu ( dalam ) kebaikan. Di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian ( pada hari
kiamat ). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu “(Q.S. alBaqoroh:184)
           
           
“kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih
diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
20
Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1987), hlm.238
18
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."
(Q.S. An-Faaatir: 32)
            
      
" Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakanq.” (Q.S.An-Nahl:97)
Berdasarkan ayat diatas sudah dengan jelas Allah menyerukan agar
manusia senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan, dengan diajarkannya
mata pelajaran al-Qur’an Hadits di sekolah atau madrasah diharapkan para
siswa dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan menjalani
kehidup di dunia ini dengan petunjuk-petunjuk Allah yang sudah ada didalam
al-Qur’an dengan begitu konsep dirinya akan terbentuk dengan baik.
G . Metodologi Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini rencana metodologi yang akan digunakan
antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian eksperimen
(Experimental Research). Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat
didefinisikan
sebagai
metode
sistematis
guna
membangun
hubungan
19
yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship).21
Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.22 Jenis pendekatan penelitian yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen berupa
rancangan penelitian eksperimen semu (quasi) akan tetapi menggunakan
nonequivalent control group design. Alasan menggunakan rancangan
tersebut karena terdapat lebih dari satu kelompok yang menerima perlakuan,
baik
kelompok
eksperimen
maupun
kelompok
kontrol,
keduannya
mendapatkan perlakuan. Hanya saja kelompok eksperimen diberikan
perlakuan tertentu yang diharapkan memberikan pengaruh, sedangkan
kelompok kontrol diberikan perlakuan yang berlawanan secara konsep dari
kelompok eksperimen. Secara konsep model pembelajaran discovery
learning mampunyai efek mampu meningkatkan konsep diri siswa. Oleh
karena itu kelompok control tetap diberi perlakuan yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran konvensional yaitu dengan menggunakan metode
ceramah, yang secara teori efek untuk meningkatkan konsep dirinya tidak
ada. Berikut prosedur penelitian quasi-eksperimen seperti yang ditunjukkan
dalam Tabel 1.1
21
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktinya (Jakarta: Bumi
aksara, 2011), hlm.179
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2011), hlm.72.
20
Tabel 1.1. Prosedur Eksperimen Non-equivalent Control Group Design 23
Kelompok 1
O1
X1
O2
Kelompok 2
O3
X2
O4
Keterangan:
O1,3 = pre-test
O2,4 = post-test
X1 = pembelajaran discovery learning
X2 = pembelajaran konvensional
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak
dipilih secara
random, baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol.24 Untuk mengetahui pengaruh kelompok eksperimen terhadap
kelompok kontrol adalah dengan (O2 – O1) – (O4 - O3).
3. Subjek penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI
MA YIC Bandar tahun pelajaran 2013/2014. Pengelompokan secara cluster
mengahasilkan unit elementer yang heterogen seperti
halnya populasi
sendiri, 1 (satu) kelompok treatmen dan 1 (satu) untuk kelompok kontrol.
Dari hasil random tersebut, ditentukan kelas A sebagai kelompok treatment
dan kelas B sebagai kelompok kontrol. Kelas A berjumlah 15 siswa dan kelas
B berjumlah 15 Siswa.
23
24
Sugiyono. Metode Penelitian …. hlm.116
Sugiyono. Metode Penelitian ….. hlm.116.
21
4. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya
berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Discovery Learning, Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsep diri
siswa.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) tes skala sikap terhadap konsep diri
Tes
diberikan untuk mengukur konsep diri siswa sebelum diberi
perlakuan (treatment) dan setelah diberi perlakuan. Dalam hal ini
instrument tes skala sikap diukur dengan menggunakan Tennesse Self
Concept Scale (TSCS) yang sudah terstandar. TSCS dikembangkan oleh
William H. Fitts pada tahun 1965 dan telah didaptasi dan dikembangkan
oleh Sri Rahayu Partosumindo,dkk di Indonesia pada tahun 1979, dari
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
2) observasi
Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran selama treatment
3) dokumentasi.
22
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pada proses ini sering
digunakan statistik, salah satu fungsi pokoknya adalah menyederhanakan data
penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih
sederhana dan lebih mudah dipahami. Data mentah yang telah dikumpulkan
oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisis. Namun sebelum
data mentah tersebut dianalisis terlebih dahulu data mentah yang telah
teridentifikasi
diinterpretasikan
dalam
kelompok-kelompok,
diadakan
kategorisasi, manipulasi serta diolah sedemikian rupa sehingga data tersebut
mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji
hipotesa. Setelah dilakukan pengolahan baru data itu dianalisis sehingga
dapat memberi makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Adapun dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif
dimana perhitungan dan pengujian dengan metode statistik. Analisis data
kuantitatif ini menggunakan sistem komputer dengan paket SPSS 11.5
dengan menggunakan rumus tes “t” atau “t” tes. Uji t digunakan untuk
menguji kasus yang terdiri dari dua sampel yang bebas satu dengan yang
lain, yaitu model pembelajaran discovery learning dan model pembelajaran
konvensional.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang
pembahasan tesis ini, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan
23
tesis yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian
akhir tesis sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Bagian awal tesis berisi tentang judul tesis, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, moto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi dan daftar
lampiran.
Bagian isi dibagi menjadi lima bagian bab yaitu: Pada bab 1 berisi tentang
pendahuluan yaitu pembahasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, kajian penelitian relevan, kerangka teoritis, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan tesis.
Pada bab II berisi kajian teori tentang model pembelajaran discovery
learning dan konsep diri yaitu pembahasan tentang Pengertian model
pembelajaran discovery leraning, tujuan pembelajaran discovery learning,
prosedur pembelajaran discovery learning, perencanaan penggunaan discovery
learning, kelemahan dan kelebihan discovery learning, pengertian konsep diri,
tahapan-tahapan pembentukan konsep diri, faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri, dimensi-dimensi konsep diri dan jenis-jenis konsep diri.
Pada bab III berisi sajian data efektivitas model pembelajaran discovery
learning dan konsep diri penelitian berisi semua data di lapangan sebagai fokus
kajian yaitu, gambaran umum MA YIC Bandar mulai dari sejarah, deskripsi
singkat, visi dan misi,
keadaan guru, siswa dan model pembelajaran yang
digunakan di MA YIC Bandar. Mata pelajaran al-Qur’an Hadits pada MA YIC
Bandar, Pelaksanaan model pembelajaran discovery learning pada mata pelajaran
al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan konsep diri siswa MA YIC Bandar yang
24
terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan pre-test, tahap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dan tahap pelaksanaan post-test, deskripsi hasil penelitian.
Pada bab IV berisi analisis efektivitas model pembelajaran discovery
learning dan konsep diri . Yang terdiri dari pembahasan perbedaan konsep diri
sebelum dan sesudah diberlakukannya model pembelajaran discovery learning,
pembahasan temuan penelitian efektivitas discovery learning, keterkaitan hasil
penelitian dengan teori yang diajukan dan keterbatasan penelitian. Pada bab V
penutup yang berisi Kesimpulan, implikasi dari kesimpulan, rekomendasi atau
saran. Bagian akhir tesis adalah daftar pustaka yang digunakan dalam penelitian,
lampiran-lampiran dan biodata penulis.
Download