Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] AFIKS DERIVASI BAHASA BAJO DI DESA MAGINTI KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT GUSLINA ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi antaretnis atau sesama suku. Hal ini peneliti anggap sangat penting, karena untuk menjaga kelestarian suatu bahasa daerah sebagai salah satu identitas dan suatu kebanggaan yang harus senantiasa dipelihara agar terhindar dari kepunahan. Sehubungan dengan itu, maka penelitian mengenai afiks derivasi bahasa Bajo penting untuk diteliti sebagai upaya dan pengembangan bahasa Bajo dalam rangka pelestarian dan keutuhannya. Masalah yang mendasar dalam penelitian ini adalah afiks derivasi denominal dan afiks derivasi deverbal bahasa Bajo terutama derivasi yang dihasilkan oleh konstruksi derivasi tersebut. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendeskripsikan sistem afiks derivasi denominal dan derivasi deverbal bahasa Bajo sesuai dengan situasi pemakainya. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai salah satu acuan bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti derivasi dalam bahasa Bajo lebih mendalam lagi. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang memuat derivasi Bahasa Bajo di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik: observasi, interview, kuisioner, dan dokumentasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sistem derivasi Bahasa Bajo meliput: (1.1) jenis-jenis derivasi yang mencangkup derivasi nomina dengan tiga kategori kelas kata, yakni kelas kata kerja (Verba) denominal, kata sifat (Adjektiva) denominal, dan kata bilangan (Numeralia) denominal, derivasi verba juga menurunkan tiga kategori kelas kata, yakni kata benda(Nomina) deverbal, kata bilangan (Numeralia) deverbal dan kata sifat (Adjektiva) deverbal serta derivasi.(1.2) konstruksi derivasi yang terdiri atas pola konstruksi nomina derivatif, dan pola konstruksi verba derivatif. Afiks pembentuk nomina derivatif antara lain afiks /na-/,/ta/,/ma-/,/-ang/,/pa-ang/,/pa-/, serta /da-/. Afiks peembentuk verba derivatif antara lain: pa/,/-ang/, /pa-ang/,/da-/, serta /pa-/. Kata Kunci : Afiks, Derivasi, Bahasa Bajo PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan bahasa sebagai media komunikasi sangat penting karena bahasa digunakan dalam berbagai kehidupan manusia. Untuk mempermudah komunikasi, kita memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang ditetapkan oleh pemerintah di negara kita sebagai alat komunikasi resmi. Selain itu, bangsa Indonesia juga terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnis di tanah air. Tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi antaretnis atau sesama suku. Perencanaan bahasa nasional tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan bahasa daerah. Itulah sebabnya, di samping pengelolaan bahasa Nasional, Politik Bahasa Nasional pun berfungsi sebagai sumber dasar dan pengaruh bagi pengelolaan bahasa daerah yang jumlahnya ratusan dan tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan bahasa Bajo dipengaruhi besarnya jumlah penutur bahasa Bajo. Menyadari cukup besarnya penggunaan bahasa Bajo dalam berbagai daerah di Sulawesi Tenggara dan juga dalam berbagai aspek kebudayaan dalam bentuk sapaan , serta keberadaan bahasa yang bersistem, perlu kiranya diadakan suatu penelitian mengenai Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 1 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] bahasa Bajo. Objek penelitian ini mengacu pada afiks derivasi bahasa Bajo di Maginti, Kecamatan Maginti, Kabupaten Muna Barat. Bahasa Bajo dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, sejajar dengan bahasabahasa daerah lainnya yang ada di Indonesia. Dan mempunyai fungsi serta peranan yang cukup besar di kalangan masyarakat pendukungnya. Bahasa Bajo juga digunakan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan lainnya, seperti upacara adat, kegiatan kebudayaan, adat perkawinan, dan keagamaan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah afiks derivasi denominal, dan derivasi deverbal bahasa bajo? Tujuan Masalah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan afiks derivasi denominal bahasa Bajo, dan derivasi deverbal bahasa bajo. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang lebih besar. Secara umum dua manfaat dari penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori kebahasaan, khususnya dalam bahasa Bajo. 2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih efektif dan efisien, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti derivasi dalam bahasa Bajo lebih mendalam lagi. b. Melalui penelitian ini, akan mendokumentasikan bahasa Bajo yang dianggap sebagai bagian dari disiplin ilmu dan mesti terus dikembangkan. Batasan Operasional Batasan Operasional untuk menghindari sebuah perbedaan pemahaman maka diberikan definisi operasinal sesuai dengan topik penelitian yang dimaksud. 1. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. 2. Morfologi adalah salah satu cabang linguistik yang mempunyai tugas untuk menelaah structural dan pembentukan kata yang ada kaitannya dengan morfem. 3. Derivasi adalah sebuah proses perpaduan morfem yang satu dan yang lainnya yang dapat menyebabkan perubahan kelas kata atau kategori kata. 4. Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan kebentuk dasar (morfem bebas) yang dapat membentuk kata baru atau makna baru. KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini akan mengaju pada seperangkat teori dan pendapat para ahli dan memang relevan dengan tujuan yang hendak dipakai dalam penelitian ini. Adapun teoriteori tersebut dapat diuraikan berikut ini. Pengertian Bahasa Menurut Kridalaksana (2008:19) bahasa merupakan sistem lambang bunyi albitrer, yang dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri lebih lanjut. De Saussure (dalam Chaer dan Leonie, 2010:2) pada awal abad ke-20 ini telah menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu lembaga kemasyarakatan, yang sama dengan lembaga kemasyarakatan lainnya, seperti perkawinan, pewarisan harta peninggalan, dan sebagainya. Bahasa menurut pandangan sosiolinguistik adalah keaktifan masyarakat yang berkembang dari hari ke hari. Bahasa berkembang dengan menerima unsur pinjaman dari luar ataupun secara kreatif mengembangkan unsur-unsur yang telah lama dan dalam Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 2 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] dirinya, memperkaya dirinya, untuk memperoleh pengenalan yang lebih luas. Dan bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Leonie, 2010:11). Dari pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa itu bersifat unik, meskipun juga bersifat universal. Unik, artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain; dan universal berarti, memiliki ciri yang sama yang ada pada semua bahasa. Pengertian Morfologi Chaer (2008:3) secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata”. Bauer (dalam Ba’dulu dan Herman, 2010:2) morfologi membahas struktur internal bentuk kata. Dalam morfologi, analisis membagi bentuk kata ke dalam formatif komponennya (yang kebanyakan merupakan morf yang berwujud akar kata atau afiks). Menurut Rusmajid (dalam Ba’dulu dan Herman, 2010:3) morfologi mencangkup kata,bagian-bagiannya, dan prosesnya. O’Grady dan Dobrovolsky (dalam Ba’dulu dan Herman, 2010:3) morfologi adalah komponen tata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks. O’Grady dan Dobrovolsky membedakan antara teori morfologi umum yang berlaku bagi semua bahasa dengan morfologi khusus yang berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa alamiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang berupa fungsi ganda. Pertama, kaidah-kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidah-kaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya. Dari beberapa teori diatas para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah salah satu cabang linguistik yang mempunyai tugas untuk menelaah struktur dan pembentuk kata yang ada kaitannya dengan morfem. Pengertian Morfem Kridalaksana (2008:158) memberikan defenisi bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. O’ Grady dan Dobrovlsky (dalam Ba’dulu, 2010: 6-7) mengemukakan bahwa morfem adalah satuan-satuan bahasa terkecil yang bermakna dan bersifat abitrer, yang berarti hubungan bunyi dari suatu morfem dengan maknanya sama sekali bersifat konvesional, bukan berakar pada objek yang diwakilinya. Chaer (2008:13) morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Derivasi Pengertian Derivasi Menurut Verhaar (dalam Firman, 2008:5) derivasi adalah afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu. Selain dari pengertian tadi Verhaar mengatakan juga, derivasi adalah proses morfemiks yang mengubah kata sebagai unsur leksikal yang lain. Istilah derivasi sering disebut juga dengan istilah morfologi derivasional. Dalam derivasional ini terjadi perubahan kelas kata , baik dari verba menjadi nomina, menjadi adjektiva, atau dari nomina menjadi verba. Sedangkan Kridalaksana (2008:47) mengemukakan derivasi adalah proses pengimbuhan afiks non-inflektif pada dasar untuk membentuk kata. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 3 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] Menurut Nida dan Ba’dulu (dalam Firman, 2008:90) mengemukakan beberapa ciri-ciri derivasi diantaranya adalah. 1. Cenderung merupakan formasi dalam, muncul lebih dekat ke sistem dibandingkan afiks infleksional; 2. Cenderung lebih bervariasi, namun dengan distribusi yang terbatas; 3. Digunakan untuk menetapkan kata-kata dalam suatu kelas, dan umumnya mengubah kelas kata; 4. Kata-kata yang dibentuk melalui derivasi termasuk kelas distribusi yang sama dengan anggota-anggota yang tidak diturunkan. Perubahan yang diakibatkan oleh derivasi relevan secara morfologis; 5. Paradigma derivasional cenderung tidak dibatasi dengan baik, heterogen, dan hanya menetukan kata-kata tunggal. Derivasi tidak hanya dapat mengubah kelas kata tapi juga mengubah makna kata jadian yang dihasilkan walaupun tidak mengubah kelas katanya. Dalam hal ini, Hockett (dalam Firman, 2008:91) memberikan defenisi mengenai afiks derivasional yaitu penanda yang mempertahankan bentuk dalam suatu kelas kata tertentu. Afiks derivasional ada dua macam, yaitu: 1. Governing derivasional affixes yaitu afiks yang dilekatkan pada kata dasar yang mengubah kelas kata jadian. Misalnya, kata dasar constitute, sebagai kata kerja ditambahkan dengan (-ion) sehingga menghasilkan kata jadian constitution, sebagai sebuah kata benda. 2. Restrictive derivational affixesyaitu afiks yang tidak mengubah kelas kata, tapi mengubah makna dari kata jadian. Misalnya, kata dasar state, sebagai kata benda ditambahkan dengan afiks (-hood) sehingga menghasilkan kata jadian statehood, sebagai sebuah kata benda yang maknanya berbeda dengan kata dasarnya. Berdasarkan beberapa pendapat dan defenisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa afiks derivasonal mencangkup tiga jenis perubahan dalam afiksasi.(1) afiks yang dapat mengubah kelas kata, (2) afiks yang dapat mengubah makna kata dasar, (3) afiks yang dapat mengubah makna tambahan pada kata dasar. Jenis-Jenis Derivasi Perubahan kata makan menjadi makanan, sepeda menjadi bersepeda, malas menjadi pemalas merupakan proses perubahan identitas leksikal sekaligus perubahan kategorialnya. Sebaliknya perubahan bentuk jemur menjadi menjemur, lempar menjadi melempar, tusuk menjadi menusuk yang bentuknya hanyalah identitas leksikalnya, sedangkan status kategorialnya tetap. Berdasarkan proses morfemis yang pertama, dikenal jenis-jenis derivasi (1) denominal; (2) deverbal; (3) deadjektiva; (4) deadverbia. Proses morfemis yang kedua dikenal dengan jenis-jenis derivasi dengan pola (1) nomina; (2) verba; (3) adjektiva (Cook dalam Sutono, et. Al, 1990:5). Untuk lebih jelas mengenai jenis derivasi kategori pertama, di bawah ini akan diuraikan satu demi satu. Denominal Derivasi denominal merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan kategori kata dari kata kelas nomina menjadi kelas kata lain yang menjadi dasar perubahan itu. Perubahan-perubahn itu diantaranya : a. Verba denominal, yaitu verba hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dengan nomina yang merupakan perubahan itu Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 4 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] b. Adjektiva denominal, yaitu adjektiva yang dihasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar nomina sehingga pembentuk adjektiva denominal c. Numeralia denominal, yaitu numeralia yang dihasilkan oleh bentukan derivative yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar nomina sehingga membentuk numeralia denominal Deverbal Derivasi deverbal merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan kategori kata dari kata kelas verba menjadi kelas kata lain yang menjadi dasar perubahan kata itu. Perubahn-perubahan itu diantaranya: a. Nominal deverbal, yaitu nomina hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dengan verba yang merupakan perubahan itu b. Adjektiva deverbal, yaitu adjektiva yang dihasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar verba sehingga membentuk adjektiva deverbal c. Numeralia deverbal, yaitu numeralia yang dihasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar verba, sehingga membentuk numeralia deverbal. Distribusi Afiks Derivasi Dalam pemakaian bahasa, afiks derivasi tidak terhitung jumlahnya. Di samping itu, rentang produktivitasnya juga beragam. Walaupun demikian, afiks derivasi memiliki fungsi yang rendah dan terbatas kombinasinya dengan bentuk dasar atau asalnya juga, afiks derivasi jarang sekali yang dapat bergabung dengan sesama kategori kelas kata ( Sunoto, dkk. 1990:5). Konstruksi Derivasi Derivasi sebagai suatu kontruksi secara potensial berisi dua atau lebih tagmen, yaitu dasar atau asal serta afiks derivasi. Dasar atau asal menepati tagmen pusat sedangkan imbuhan menepati tagmen yang lain. Berkenaan dengan pembagian tagmen di atas, maka tagmen pusat bersifat wajib, sedangkan tagmen yang lain bersifat mana suka (Sunoto, 1990:5). Uraian di atas jika diformulasikan pola konstruksinya adalah sebagai berikut ini. Bentuk Derivasi = afiks derivasi + asal dasar Berdasarkan pola konstruksi di atas, pola-pola bentuk derivasi dapat dilihat dari contoh berikut ini. tunu’ (V) ‘bakar’ nanunu’ (N) ‘ membakar dumalang (V) ‘jalan’ padumalang (Adj) ‘ orang yang suka berjalan’ baong (V) ‘ bicara’ pabaong (Adj) ‘ orang yang suka berbicara’ nindi (V) ‘ tindis’ panindiang (N) ‘alat penindis’ METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian tentang afiks derivasi bahasa Bajo ini dilaksanakan di Desa Maginti, Kecamatan Maginti, Kabupaten Muna Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yakni dari November 2016 sampai Desember 2016. Jenis dan Metode Penelitian Berdasarkan pengelompokan penelitian, tempat (lokasi) penelitian merupakan ciri khas penelitian maka sejalan dengan itu, penelitian ini termasuk jenis penelitian Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 5 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] lapangan karena melibatkan masyarakat bahasa sebagai informan atau sumber data dalam penelitian ini (Djadjasudarma, 1993:7). Penelitian ini menggunakan metode Dekriftif-kualitatif. Deskriftif, yakni suatu metode yang menggambarkan data secara alamiah, serta menghasilkan kaidah-kaidah kebahasaan secara linguistik (Djajasudarma, 1993:9). Sedangkann dikatakan kualitatif karena data-data yang dikumpul bukanlah angka-angka, namun berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Metode ini bertujuan membuat deskripsi yang sistematis yang akurat mengenai data yang diteliti berdasarkan fenomena dan fakta data empiris yang ada. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa data lisan dan data tertulis. Data tertulis yang dimaksud adalah data yang berasal dari data cerita rakyat yang ada di tempat penelitian. Sedangkan data lisan adalah tuturan bahasa daerah Bajo yang dipakai dan diungkapkan dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat penuturnya. Dalam hal ini data yang didapat berasal dari dan ucapan/ tuturan langsung informan sebagai masyarakat pengguna bahasa Bajo dan dari cerita rakyat tersebut. Sumber data lisan dan data tertulis dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tutur masyarakat Bajo. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak lima orang, informan yang dipilih berdomisili di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi penelitian dikernakan penduduknya mayoritas menggunakan bahasa Bajo. Dari informan tersebut di harapkan dapat memberikan data yang betul-betul asli. Adapun penentuan informan dapat dilihat berdasarkan kreteria berikut: 1. Penutur asli bahasa Bajo yang diteliti dan berdomisili di lokasi penelitian. 2. Alat-alat artikulasi harus sempurna 3. Tidak pernah meninggalkan bahasa berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 4. Punya waktu memberikan data keabsahan (Marafad, 2010:16-17). Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini atau alat pengumpul data yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Peneliti sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis data, dan pada akhirnya menjadi pelapor dari hasil penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data sebab sifatnya yang responsif dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, menekankan keutuhan dalam mengembangkan imajinasi dan kreatifitasnya pada situasi yang dipelajarinya, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, berupa memproses data secepatnya, dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisar pada saat terjadi perubahan situasi, serta memiliki kemampuan dalam memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim dan idiosinkratis. Selain peneliti sendiri, alat lain atau instrumen lain yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu alat perekam. Alat perekam digunakan untuk mempermudah kerja peneliti untuk memperoleh apa yang menjadi acuan penelitian, yakni afiks derivasi bahasa Bajo. Adapun data-data yang akan direkam akan memperoleh dari penutur asli bahasa Bajo yang berdomosili di lokasi penelitian. Metode dan Teknik pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan catat, yaitu metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengadakan percakapan dengan informan dan menyimak pembicaraan yang dituturkan oleh informan (Mahsun, 2007:92-102). Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, teknik Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 6 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan mengamati apa yang dilakukan masyarakat, mendengarkan apa yang diucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka (Susan Stranback, 1988 dalam Sugiono, 2012:65). Estenberg dalam Sugiono (2012:72) mendefinisikan interview sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Selanjutnya, Susan Stainback (1988) dalam Sugiono (2012:72) menyatakan dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fonomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Pemeriksaan Keabsahan Data Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik pemeriksaan data. Untuk memperoleh validitas tetap, penelitian menggunakan teknik triangulasi yaitu taknik pemeriksaan data yang memanfaatkan semua sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pendamping terhadap data itu. Pengecekan kabsahan data dimaksudkan untuk mencari pertemuan pada satu titik tengah informan dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembanding data yang telah ada. Sehingga langkah yang dilakukan adalah dengan triangulasi yaitu: 1. Trangulasi teknik. Perpanjangan waktu di lapangan. 2. Trangulasi waktu. Narasumber yang ditemui pada pertemuan awal dapat memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan berulang-ulang agar ditemukan kepastian data yang lebih kreadibel. (Sugiono, 2014). Metode dan Teknik Analisis Data Tahap menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan struktural teknik yang sesuai agar data yang dianalisis kebenarannya dapat teruji dan valid. Menganalisi data adalah kegiatan menguraikan, menjabarkan, menyelidiki, memecahkan, atau menganalisis permasalahan dalam hal ini data penelitian yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode dan teknik tertentu serta berlandaskan pada teori yang sesuai. Metode yang digunakan dalam penelitian untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai afiks derivasional dalam bahasa Bajo, maka data dianalisis dengan menggunakan metode distribusional, yaitu metode dengan menggunakan alat penentu unsur bahasa itu sendiri (Djajasudarman, 1993:69). Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik kajian menurun (top down). Bila teknik tersebut diterapkan dalam menganalisis afiks derivasional dalam bahasa Bajo akan tampak sebagai berikut. Data morfemis yang mengubah identitas leksikal (derivasi) pamono ‘pembunuh’ / pa-/ + /mono’/ ‘ bunuh’ Berdasarkan data morfemis di atas, maka pola kontruksinya sebagai berikut. Dari kajian tersebut, dapat diklasifikasikan menurut kategorial atau kelas katanya dan menurut derivasinya. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 7 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] Menurut kategorinya mono adalah nomina dan pamono’ dalah verba. Menurut derivasinya jika prefiks /pa-/ diletakkan dengan kata mono’ (nomina) menjadi pamono’ (verba). Kata-kata tersebut tergolong derivasi karena dalam proses pembentukannya mengalami perubahan kategorial atau kelas katanya. PEMBAHASAN 1. Derivasi Uraian mengenai jenis-jenis derivasi yang dibahas dalam bab ini meliputi: (1) derivasi dari sebuah nomina (derivasi denominal), (2) derivasi dari sebuah verba (derivasi deverbal), dan (3) derivasi dari sebuah adjektiva (derivasi deadjektival). Untuk hal tersebut, prosedur yang digunakan pertama-tama pengujian kategorial dan identitas leksikal. Selanjutnya, jika diperlukan digunakan pula pengujian berunun atau pengujian struktur sintaksis. 2. Derivasi Denominal Derivasi denominal dalam bahasa Bajo dapat terjadi melalui proses morfemis sebagai berikut: (1) derivasi dengan prefiks /na-/, /ta-/, /ma-/, /pa-/, sufiks /-ang/. Dari proses ini akan terbentuk kelas kata lain dari nomina ynag merupakan dasar perubahan morfemis tersebut. Dalam pembahasan ini derivasi denominal dibatasi dalam tiga kategori kelas kata, yaitu (1) verba denominal, (2) deadjektival denominal, dan (3) numeralia denominal. Verba Denominal Verba denominal dalam bahasa Bajo adalah verba hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dengan nomina yang merupakan perubahan itu. Proses ini dibentuk melalui beberapa cara , yaitu dengan menggunakan (1) prefiks /na-/, /ta-/, /ma-/, /pa-/, dan sufiks /-ang/, serta (3) konfiks /paang/. Verba Denominal dengan Prefiks a) Verba Denominal dengan Prefiks / na-/ Prefiks /ma-/ mempunyai beberapa alomorf yaitu /na’-/, /na- Gem/. Verba Denominal dengan Prefiks /na-/ Penggunaan verba denominal dengan prefiks /na-/ dapat ditemuka dalam konstruksi kalimat-kalimat berikut 1. Tabeakku na’tanang jagoh makoko putonu. (KD 1) ‘Mau ikut tanam jagung di kebun ommu’. “Saya ikut menanam jagung di kebunnya ommu’ Untuk lebih jelasnya pembentukan derivasi Verba Denominal dengan prefiks /na/ pada kontruksi kalimat 1-6, dapat dilihat dari analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /na-/ + tanang ‘tanam’ (N) na’tanang’ ‘menanam’ (V) Berdasarkan analisis di atas, terlihat adanya pembentukan perubahan kelas kata dari kelas kata nomina (N) ke kelas kata verba (V). Verba Denominal dengan Prefiks /na-Gem/ Data: 1. Nassapatu kapenggako? (KD 7) ‘Mau sepatu kemana? “Kamu mau sepatu kemana?’’. Verba denominal dengan prefiks /na-Gem/ pada kontruksi kalimat 1-3, akan tampak jelas derivasinya dalam analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /na-/ + sapatu‘ sepatu’ (N) nassapatu’memakai sepatu’ (V) Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 8 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] Berdasarkan analisis di atas, terlihat adanya pembuktian perubahan kelas kata dari kata nomina (N) ke kelas kata verba (V), dan prefiks /na-/ bentuknya menjadi /naGem/ bila bertemu dengan bentuk dasar yang tidak berawalan dengan fonem: /g-/, /d-/, /b-/, /j/, serta fonem vokal. Verba denominal dengan prefiks /ta-/ Prefiks /ma-/ memiliki beberapa alomorf yaitu: /ma’-/, /ta-Gem/. Verba Denominal dengan prefiks /ta-Gem/ Penggunaan verba denominal dengan prefiks /ta-Gem/ dapat ditemukan dalam kontruksi kalimat-kalimat berikut. 1. Kadampaangna nggai takkancih baduna bagiang diata’ ma iga susuna. (KD 9) ‘Dia suka tidak terkancing bajunya bagian diatas, dekat payudaranya’. “Dia menyukai kalau bajunya tidak terkacing di bagian atas, payudaranya”. Verba denominal dengan prefiks /ta- Gem/ pada kontruksi kalimat 1-5, akan tampak jelas derivasinya dalam analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /ta/ + kancih ‘kancing’(N) takkancih ‘terkancing’ (V) Berdasarkan analisis di atas, terlihat adanya pembuktian perubahan kelas kata dari kelas kata nomina (N) ke kelas kata verba (V). Prefiks /ta-/ bentuknya menjadi /taGem/ bila bertemu dengan bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem: /g/, /d/, /, /j/, serta serta fonem vokal. Verba Denominal dengan Prefiks /ta-/ Penggunaan verba denominal dengan prefiks /ta’-/ dapat ditemukan dalam konstruksi kalimat-kalimat. 1. Ta’sepeda suda ma lapangan. (KD 15) ‘Sebentar kita bersepeda di lapangan’. “Kita bersepeda di lapangan sebentar”. Verba denominal dengan prefiks /ta’-/ pada konstruksi kalimat 1-5, akan tampak jelas derivasinya dalam analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /ta/ + sepeda ’sepeda’(N) ta’sepeda’ mari bersepeda (V) Berdasarkan analisis di atas, terlihat adanya pembuktian perubahan kelas kata dari kata nomina (N) ke kelas kata verba (V). Prefiks /ta-/ bentuknya menjadi /ta’-/ bila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem: /s/, /k/,/d/,/g/, dan /t/. Verba Denominal dengan Sufiks /-ang/ Sufiks /-ang/ dapat membentuk verba denominal bila diletakkan pada bentuk dasar nomina, data: 1. Garagajiang kita behteh bona appo!.(KD 19) ‘Gergajiang kita tiang baru patah!’. “Gergajilah tiang itu baruh patahkan!”. Untuk lebih jelasnya pembentuk derivasi verba denominal dengan sufiks /-ang/ pada konstruksi kalimat 1, dapat dilihat dari analisis distribusi afiks berikut ini. 1. garagaji ‘gergaji’ (N) + /-ang/ garagajiang ‘gergajilah’ (V) Berdasarkan analisis di atas, terlihat adanya pembuktian perubahan kelas kata dari kata nomina (N) ke kelas kata verba (V). Verba Denominal dengan Konfiks /pa-ng/ Konfiks /pa-ang/ dalam bahasa Bajo dapat membentuk verba denominal apabila diletakkan pada bentuk dasar nomina, data: 1. Pa’guruang nu ndinu kalaw sudane mamandi.(KD 20) ‘Ajarkangnah adikmu kalau sudah mi mandi’. “Ajarkanlah adikmu setelah mandi”. Verba denominal dengan konfiks /pa-ang/ pada kontruksi kalimat 1, akan tampak jelas derivasinya dalam analisis distribusi afiks berikut ini. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 9 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] 1. /pa/ + guru ‘guru’(N) + /-ang/ pa’guruang ‘ajarkan’ (V) berdasarkan analisis di atas, terlihat adanya pembentukan perubahan kelas kata dari kelas kata nomina (N) ke kelas kata verba (V). Adjektiva Denominal Adjektiva denominal adalah adjektiva yang dihasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar nomina sehinggamembentuk adjektiva denominal. Sehubungan dengan itu, adjektiva denominal dalan bahasa Bajo hanya dapat dibentuk dengan menggabungkan prefiks /ma-ang/ pada bentuk dasar nomina, data: 1. Maminnyaang takita ruana, darua debba suda ditumpanang minnya’. (KD 21) ‘Berminyak dilihat mukanya, sama seperti habis ditumpahi minyak’. “Wajahnya terlihat berminyak, seakan-akan dibasuhi minyak”. Adjektiva denominal dengan prefiks /ma-/ pada konstruksi kalimat 1, akan tampak jenis derivasinya dalam analisis distribusi afiks ini. 1. /ma/ + minnya’ ‘minyak’(N) maminnyaang ’berminyak’(adj) Numeralia Denominal Numeralia denominal adalah kata bilangan yang dihasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar nomina sehingga membentuk numeralia denominal. Numeralia denominal bahasa Bajo hanya dapat dibentuk dengan menggabungkan prefiks /da-/ pada bentuk dasar nomina. Data: 1. Takaraku buane, ada’ku namilli sarba dakarung.(KD 22 ) ‘Saya kira berbuahmi, saya mau beli barang sekarung’. “Saya kira sudah berbuah, saya ingin membelinya sebanyak satu karung”. Numeralia denominal dengan prefiks /da-/ pada kontruksi kalimat 1-5, akan tampak jelas derivasinya dalam analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /da/ + karung ‘karung’(N) dakarung ‘sekarung’(Num) 3.Derivasi Deverbal Derivasi deverbal merupakan derivasi dari sebuah verba sebagai bentuk dasarnya yang mengalami proses morfemis sebagai derivasi deverbal. Derivasi jenis ini dalam bahasa Bajo akan dijabarkan berikut ini. Nominal Deverbal Nomina Deverbal dengan prefiks /pa-/ Prefiks /pa-/ memiliki beberapa alomorf yang dapat membentuk nomina deverbal jika diletakkan dengan bentuk dasar verbal. Untuk memperjelas proses morfemis ini. Maka akan dijelaskan satu persatu. a. Prefiks /pa-/ bentuknya manjadi /pa’-/ Data : 1. Ditangka’ memong pa’botor ma ruma si uding dilo.(KD 27) ‘Ditangkap semua penjudi dirumahnya uding kemarin’. “Kemarin, semua penjudi yang berada di rumah uding tertangkap”. Untuk lebih jelas, terbentuknya derivasi nomina deverbal dengan prefiks /pa’-/ pada konstruksi kalimat 1-5 dapat dilihat dari analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /pa/ + botor ‘judi’(V) pa’botor ‘ penjudi’ (N) Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi derivasi yakni perubahan kelas kata dari kelas kata verba (V) ke kelas kata nomina (N). Selain itu, afiks /pa-/ bentuknya menjadi /pa’/ bila bertemu bentuk dasar verba yang berawalan dengan fonem: /b/, /m/, /p/, /n/, dan /n/. Prefiks /pa-/ bentuknya menjadi /pa-Gem/ Data: Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 10 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] 1. Iye, masi intangku, para manusia ma passibono’ mate.(KD 32) ‘Iya, saya masih ingat, banyak orang yang berperang meninggal’. “Iya, saya masih ingat, banyak orang yang berperang meninggal dunia”. Untuk lebih jelasnya bentuknya derivasi nomina deverbal dengan prefiks /paGem/ pada kostruksi kalimat 1, dapat dilihat dari analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /pa/ + bono ‘perang’(V) passibono’ ‘orang yang berperang’(N) Prefiks /pa-/ bentuknya menjadi /pang-/ Data: 1. Alanu pangukur ma taha’ ma diata lemari! (KD 33) ‘Ambilkan pengukur yang panjang di atas lemari’! “Ambilkan saya pengukur yang panjang di atas lemari”! Untuk lebih jelasnya, terbentunya derivasi nomina deverbal dengan prefiks /pa-/ pada kontruksi kalimat 1, dapat dilihat dari analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /pa/ + ukur ‘ukur’ (V) pangukur ‘pengukur’(N) Berdasarkan hasil analisis tersebut. Prefiks /pa-/ bentuknya menjadi /pang-/ bila bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan huruf vokal. Akan tetapi, atauran atau kaidah prefiks /pa-/ bentuknya menjadi /pang-/ tidak selamanya berlaku demikian. Nomina Derverbal dengan Sufiks /-ang/ Data: 1. Si Andri mugeyang ndina kukuri.(KD 35) ‘Si Andri buatkan adiknya mainan’. “Andri membuatkan adiknya mainan”. Untuk lebih jelas, terbentuknya derivasi nomina deverbal dengan sufiks /-ang/ pada konstruksi kalimat 1, dapat dilihat dari analisis distribusi afiks berikut ini. 1. Mugey ‘buat’ (V) + /-ang/ mugeyang ‘buatkan’(N) Berdasarkan analisis di atas, terlihat adanya pembuktian perubahan kelas kata dari kelas kata verbal (V) ke kelas kata nomina (N). Nomina Deverbal dengan Konfiks /pa-ang/ Konfiks ini memiliki beberapa alomorf yang dapat membentuk nomina deverbal. Namun, pada bagian ini hanya akan diuraikan perubahan bentuk awal dari konfiks. Sedangkan bentuk akhir dari konfiks ini tidak lagi dibahas karena telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Konfiks /pa-ang/ bentuknya menjadi /pa-ang/ Data: 1. Namugai paningkoloang ikkaku’.(KD 36) ‘Membuat temmpat duduk kakaku’. “Kakaq sedang membuat tempat tidur, Ayah”. Untuk lebih jelas, terbentuk drivasi nomina derverbal dengan konfiks /pa-ang/ pada konstruksi kalimat 1-4, dapat dilihat dari analisis distribusi afiks berikut ini. 1. /pa/ + ‘ningkolo’ minum’ (V) paningkoloang ‘tempat duduk’(N) Berdasarkan hasil analisis distribusi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan kelas kata yakni perubahan kelas kata verbal (V) ke kelas kata nomina (N). Numeralia Deverbal Numeralia deverbal adalah numeralia yang dihasilkan oleh bentuk derivative yang menjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar verba sehingga membentuk Numeralia Deverbal. Numeralia deverbal dalam bahasa Bajo hanya dapat dibentuk dengan menggabungkan /da-/ pada bentuk dasar verba. Data: 1. Dagaine na pamabiliang ta gangah ta daingka’ aya?(KD 40) ‘Berapami mau kita jualakan sayurta satu ikat tante’? Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 11 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] “Berapa akan kamu jualakan sayurmu seikat tante”? Distribusi bentukan derivatif dengan prefiks /da-/ tersebut dengan jelas dapat dilihat pada analisis berikut. 1. /da/ + ingka’ ‘ikat’(V) daingka’ ‘seikat’(Num) Adjektiva Deverbal Adjektiva deverbal adalah adjektiva yang dihasilkan oleh bantuan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar verba, sehingga membentuk adjektiva deverbal. Sehubungan dengan itu, adjektiva deverbal dalam bahasa Bajo dapat dibentuk dengan menggabungkan prefiks /pa-/, pada bentuk dasar verba. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut. Adjektiva Deverbal dengan Prefisk /pa-/ Prefiks /pa-/ akan membentuk adjektiva deverbal bila diletakkan pada verba. prefiks /pa-/ tidak mengalami perubahan bentuk dalam proses morfemis. Akan tetapi, hasil dari proses morfemis akan membentuk kata ulang (reduplikat). Dalam realitasnya dapat dilihat pada bentuk derivatif berikut. 1. Debbane manusia tanjanga’, kadampaangna papore-pore nggai nia tujuanna.(KD 42) ‘Sepertimi orang gila, dia suka pergi-pergi tanpa tujuan’. “Dia sudah seperti orang gila, dia suka pergi-pergi tanpa tujuan”. Distribusi bentukan derivartif dengan prefiks /pa-/ tersebut dengan jelas dapat terlihat pada analisis berikut. 1. /pa/ + pore’ ‘pergi’ (V) papore-pore ‘pergi-pergi’(adj) 4. Konstruksi Derivasi Pola Konstruksi Nomina Derivatif Nomina derivatif pada hakikatnya merupakan sebuah nomina yang dianalisis dari bentuk dasar kelas kata lain dengan afiks pembentuk nomina. Dalam penelitian ini nomina derivatif dalam Bahasa Bajo dapat diturunkan dari kelas kata verba, adjektiva, dan numeralia dengan menggunakan afiks sebagai berikut. Jika diformulasikan pola konstruksi nomina derivatif Bahasa Bajo ini adalah sebagai berikut. Dari pola konstruksi tersebut, dapat dilihat bahwa afiks /ma-/, /ta-/, /na-/, /-ang/, /pa-ang/ hanya dapat bergabung dengan bentuk dasar verba dan khusus afiks /pa-/ dapat pula bergabung dengan bentuk dasar adjektiva. Sedangkan afiks /da-/ hanya dapat bergabung atau melekat pada bentuk dasar numeralia. Realisasi penggunaan keseluruhan afiks pembentuk nomina derivasi di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1: Konstruksi Nomina Derivasi dengan Afiks /na-/ Afiks Jenis Derivasi Bentuk Dasar Bentuk Kompleks Morfem Variasi Nomina Tanang’ tanam’ /na-/ /na’/ /na’tanang/ menanam Denominal Berdasarkan konstruksi sebelumnya, jika dianalisis dengan menggunakan tehnik menurun atau top down maka akan tampak seperti berikut. a. na’tanang /na-/ + /tanang/ Berdasarkan analisis dengan teknik top down tersebut, maka pola konstruksinya adalah sebagai berikut. Nomina Derivatif = prefiks /na-/ + nomina Dari kajian tersebut, dapat diklasifikasikan menurut kategorial atau kelas katanya dan menurut derivasinya. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 12 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] 1. Menurut kategorinya a. na- + tanang (N) na’tanang (V) i. Menurut derivasinya Kata-kata diatas termasuk kelas kata nomina dan apabila frefiks /na-/ diletakkan pada kata-kata tersebut akan menghasilkan verba. Salah satu contoh, misalnya prefiks /na-/ dilekatkan pada kata tanang (Nomina) menjadi na’tanang (Verba). Demikian pula kata-kata tersebut tergolong derivasi. Hal ini dikarenakan dalam proses pembentukan mengalami perubahan kelas kata. 5.Pola Konstruksi Verba Derivatif Verba derivatif pada hakikatnya merupakan sebuah verba yang dianalisis dari bentuk dasar kelas kata lain dengan afiks pembentuk verba. dalam penelitian ini verba derifatif dalam Bahasa Bajo dapat diturunkan dari kelas kata nomina ,adjektiva, dan numeralia dengan menggunakan afiks sebagai berikut. 1. Prefiks /pa-/ yang memiliki alomorf /pa’-/, /pa-Gem/, dan /pang-/ 2. Sufiks / -ang/ 3. Konfiks / pa-ang/ 4. Prefiks/da-/ 5. Prefiks /pa-/ Jika diformulasikan pola konstruksi verba derivatif Bahasa Bajo adalah sebagai berikut. Dari pola konstruksi tersebut, dapat dilihat bahwa afiks /pa-/, /-ang/, dan /pa-ang/, hanya dapat bergabung atau melekat pada bentuk dasar nomina. Sedangkan afiks /da-/ hanya dapat bergabung atau melekat pada bentuk dasar numeralia. Serta afiks /pa-/ hanya dapat bergabung dengan bentuk dasar adjektiva. Realisasi penggunaan keseluruhan afiks pembentuk nomina derivatif di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 9 : Konstruksi Verba Derivatif dengan Afiks / pa-/ Jenis Derivasi Bentuk Dasar Afisk Bentuk Kompleks Morfem Variasi Verba Deverbal /botor/ ‘ judi’ /pa-/ /pa’-/ /pa’botor/ ‘ penjudi Berdasrkan konstruksi sebelumnya, jika dianalisis dengan menggunakan teknik menurun atau top down maka akan tampak seperti berikut. a. pa’botor /pa-/ + /botor/ Berdasarkan analisis dengan teknik top down tersebut, maka pola konstruksinya adalah sebagai berikut. Verba derivatif = prefiks /pa-/ + verba Dari kajian tersebut, dapat diklasifikasikan menurut kategorial atai kelas katanya dan menurut derivasinya. 1. Menurut kategorialnya a. pa- + botor (V) pa’botor (N) judi penjudi 2. Menurut derivasinya Kata-kata di atas termasuk kelas kata verba dan apabila prefiks /pa-/ dilekatkan pada kata-kata tersebut akan menghasilkan nomina. Salah satu contoh, misalnya prefiks /pa-/ dilekatkan pada kata botor (Verba) menjadi pa’botor (Nomina). demikian pula katakata selanjutnya. Sehingga kata-kata tersebut tergolong derivasi. hal ini dikarenakan dalam proses pembentukannya mengalami perubahan kelas kata atau kategorialnya. 6. Relevansi Hasil Penelitian Terhadapa Pembelajaran di Sekolah Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 13 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] Pada hakikatnya pembelajaran bahasa daerah merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yakni perubahan tingkah laku. Standar kompotensi mata pelajaran bahasa Indonesia dan sastra berorientasi pada pembelajaran bahasa, yakni pembelajaran bahasa dan belajar sastra. Belajara berbahasa daerah diarahkan pada bagaimana siswa berkomunikasi dan mengetahui seluk-beluk gramatika bahasanya, sedangkan belajar sastra diarahkan pada siswa agar mereka mampu menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan serta berkreasi atau berkarya sesuai dengan potensi yang ada. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia dan sastra diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Untuk membuat siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar, maka siswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami struktur gramatika bahasa daerah yang dipelajaraninya. Penguasaan struktur gramatika, khususnya kalimat derivasi suatu bahasa sangat menunjang keberhasilan siswa dalam berkomunikasi yang benar. Berdasarkan kondisi yang ada di lapangan melukiskan bahwa proses pembelajaran bahasa daerah masih berlangsung secara tradisional. Oleh karena itu, salah satu upaya pelestarian bahasa daerah adalah menyedikan buku-buku bahasa daerah yang berkualitas untuk dibaca dan digunakan oleh siswa atau pihak yang berkepentingan. Penelitian ini mengkaji tentang Afiks Derivasi Bahasa Bajo di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat. Relevansi dengan pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut. 1. Pengajar dapat mengetahui afiks derivasi bahasa Bajo, sehingga mereka memiliki potensi untuk menyampaikannya. 2. Peserta didik memperoleh informasi tentang afiks derivasi bahasa Bajo, sehingga mereka dapat menggunakannya sesuai dengan posisinya masing-masing. 3. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajar di sekolah terutama yang menggunakan Bahasa Bajo sebagai muatan lokalnya. KESIMPULAN Kesimpulan Dalam Bahasa Bajo, proses penghubungan terjadi melalui proses derivasi, derivasi yang dimaksud adalah perubahan identitas leksikal sebuah kata akibat proses morfemis, atau dengan kata lain perubahan itu akibat afiksasi. Dalam Bahasa Bajo ditemukan beberapa jenis derivasi yaitu: a. Derivasi denominal yang menurunkan tiga kelas kata yaitu verba denominal, deadjektiva denominal, numeralia denominal. Verba denominal adalah proses derivasi berdasarkan pengujian kategorial dan identitas leksikal berbeda dengan nomina yang merupakn perubahan itu. Deadjektiva denominal adalah adjektiva yang dihasilkan oleh bentuk derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar nomina sehingga membentuk adjektiva denominal. Sedangkan numeralia denominal adalah kata bilangan yang di hasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar nomina sehingga membentuk kata bilangan denominal. Verba denominal diturunkan oleh afiks /na-/, /ta-/, /ma-/, /da-/, /-ang/, /pa-ang/. Contohnya: tanang (N) menjadi na’tanang (Verba), kancih (N) menjadi takkancih (V), garagaji (N) menjadi garagajiang (V), guru (N) menjadi pa’guruang (V). Sedangkan adjektiva denominal diturunkan hanya melalui afiks /ma-/. Contohnya minnya’(N) menjadi maminnyaang (adj). Serta numeralia denominal hanya diturunkan melalui afiks /da-/. Contohnya karung (N) menjadi dakarung (Num). Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 14 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] b. Derivasi deverbal yang menurunkan tiga kelas kata yaitu: nomina deverbal, numeralia deverbal, dan adjektival deverbal. Nomina deverbal adalah hasil kata proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategorial dan identitas leksikal berbeda dengan verba yang merupakan perubahan itu. Numeralia deverbal adalah kata bilangan yang dihasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar verba sehingga membentuk numeralia deverbal. Sedangkan adjektiva deverbal adalah adjektiva yang dihasilkan oleh bentukan derivatif yang terjadi akibat proses morfemis pada bentuk dasar sehingga membentuk Deadjektiva Deverbal. Nomina deverbal diturunkan oleh afiks /pa-/, /-ang/, /pa-ang/. Contohnya: botor (V) menjadi pa’botor (N), mugey (V) menjadi mugeyang (N), ningkolo (V) menjadi paningkoloang (N). Numeralia deverbal diturunkan oleh afiks /da-/, contoh ingka’ (V) menjadi daingka’ (Num). Adjektiva deverbal diturunka oleh afiks /pa/, contohnya: pore’ (V) menjadi papore-pore (adj). Secara umum konstruksi derivatif Bahasa Bajo adalah sebagai berikut. Bentuk derivasi = afiks derivasi + bentuk dasar Pola konstruksi tersebut pada dasarnya merupakan gambaran umum pola-pola konstruksi. a. Pola konstruksi nomina derivatif yang dibangun dari bentuk dasar nominadengan afiks bembentuk /na-/, /ta-/, /ma-/, /-ang/, /pa-ang/, /pa-/, /da-/. b. Pola konstruksi verba derivatif yang dibangun dari bentuk dasar verba dengan afiks pembentuk /pa-/, /-ang/, /pa-ang/, /da-/, /pa-/. Saran Penelitian tentang derivasi dalam Bahasa Bajo pada tulisan ini sekiranya belumlah lengkap. Hal ini dikarenakan apa yang dipaparkan dalam penelitian ini, tentu belum mencangkup seluruh fakta yang dugunakan oleh masyarakat pendukung bahasa ini. Oleh karena itu penulis harapkan penelitian lanjutan agar kiranya dapat lebih menyempurnakan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan et al. 2003.Tata bahasa baku Bahasa Indonesia.(Edisi ketiga).Jakarta: Balai Pustaka. Ba’dulu, Abdul Muis. 2010. Morfosintaksis. Jakarta : Rineka Cipta. Chaer, Abdul.2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.2010. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indinesia (Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta. Djajasudarman, T Fatimah. 1993. Metode Linguistik (Ancangan Metode Penelitian Dan Kajian). Bandung : Eresco. Firman.A.D. 2008. Bunga Rampai (Hasil Penelitian Bahasa): Derivasi dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Bugis. Kendari : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara. Krisdalaksana, Harimusrti.2008. Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia. Sidu La Ode. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari : Unhalu Press. Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunoto, dkk. 1990. Sistem Derivasi dan Infleksi Bahasa Jawa Dialeg Tanger. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Mahsun. 2007. Metode penelitian bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 15 Jurnal Bastra [Afiks Derivasi Bahasa Bajo Di Desa Maginti Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat] Marafad, La Ode Sidu. 2010. Buku Ajar Bahasa Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah. Kendari: Unhalu. Marafad, La Ode Sidu dan Nirmala Sari. 2011. Mutiara Bahasa (Seluk-beluk Bahasa dan Uraiannya). Yogyakarta : Pustaka Puitika Yamaguchi, J.W.M. 2012. Aspek-aspek Bahasa Daerah di Sulawesi Bagian Selatan. Jepang: Hukoto Publishing Inc., Kyoto. Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret 2017 16