BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saliva adalah salah satu cairan di dalam mulut. Cairan ini sangat penting
berkaitan dengan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut (Amerongen
dkk., 1991). Fungsi saliva yaitu melindungi gigi dan mukosa mulut, membantu
menelan, berbicara, dan awal proses pencernaan sebelum masuk ke bagian
gastrointestinal. Salah satu fungsi penting saliva adalah melidungi jaringan keras
dengan cara mechanical cleansing, antimikrobial dan efek bufering (Pedersen,
2007).
Daya kerja bufer saliva menetralkan asam, sehingga dapat mencegah
kerusakan gigi (Hoogendorn dan Konig, 1982). Kapasitas cairan bufer memiliki
kemampuan untuk menahan perubahan pH. Hal ini diperlukan karena bila
mengkonsumsi makanan atau minuman ringan yang asam dapat menurunkan pH
saliva (Seow dkk., 2005; Takahashi dkk., 2011). Sistem bufer asam karbonatbikarbonat, serta kandungan ammonia dalam saliva dapat menahan dan
menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang melakukan
metabolisme karbohidrat (Kidd dan Bechal, 1991; Sardana, 2012).
Derajad keasaman (pH) saliva total yang tidak dirangsang umumnya
bervariasi dari 6,4 hingga 6,9 (Amerongen dkk., 1991), sedangkan pH kritis mulut
berkisar 5,5, yang pada keadaan ini dapat terjadi demineralisasi gigi (Pedersen,
2009; Collin, 2009). Derajat keasaman saliva selalu dipengaruhi oleh berberapa
faktor diantaranya irama circadian perangsangan kecepatan sekresi dan diet
1
2
(Amerongen dkk., 1991). Menurut Stokey (2008), derajat keasaman plak gigi
akan cepat menurun dalam waktu yang cepat setelah pejamu makan atau
meminum minuman yang mengandung karbohidrat yang mudah terfermentasi.
Menurut Sports Dietitians Australia (2007) sumber karbohidrat di dalam
minuman ringan adalah berupa glukosa, glukosa polimer, sukrosa dan fruktosa.
Menurut Ryan dan Ray (2010) konsumsi sukrosa, glukosa, fruktosa ini dapat
menyediakan substrat untuk aktivitas glikolisis bakteri yang akan menghasilkan
asam. Bakteri Streptococcus mutans memiliki kemampuan untuk melakukan
metabolisme karbohidrat sejenis sukrosa. Hasil metabolisme karbohidrat tersebut
akan menempel pada seluruh permukaan plak gigi, dan dapat diabsorbsi oleh
bakteri. Menurut Fraunhofer dan
Rogers
(2004) semakin cepat karbohidrat
terfermentasi mengakibatkan semakin tingginya aktifitas kariogenik. Faktor yang
dapat mempengaruhi efek kariogenik tergantung dari kecepatan fermentasi
karbohidrat, karena fermentasi menghasilkan asam sehingga dapat menurunkan
pH saliva.
Saat ini, WHO memprioritaskan untuk meningkatkan diet makanan bergizi
dan kesehatan mulut. Menurut World Oral Health Report tahun 2003 kejadian
erosi gigi dan karies berhubungan erat dengan jumlah dan frekuensi konsumsi
minuman ringan maupun minuman jus. Industri minuman isotonik menikmati
pertumbuhan bisnis rata-rata 20% per tahun. Beberapa merek minuman isotonik
yang beredar di pasar domestik adalah Pocari Sweat (PT Amerta Indah Otsuka),
Mizone (Danone), Vitazone (Mayora), Mari Sweat (PT Ulam Tiba Halim), dan
Powerade Isotonik (PT Coca Cola Indonesia). Produk-produk tersebut dipasarkan
3
dengan berbagai jenis kemasan, seperti sachet dan kaleng, serta dengan target
pasar terbagi, mulai dari anak-anak hingga dewasa (Kemenperin, 2012). Minuman
Isotonik merupakan salah satu pengganti cairan dan elektrolit tubuh yang hilang
akibat aktivitas. Khasiat utama yang ditimbulkan dengan mengkonsumsi
minuman isotonik ini antara lain untuk memulihkan tenaga setelah beraktivitas.
Aktivitas manusia dewasa muda seperti mahasiswa membutuhkan banyak tenaga,
hal tersebut merupakan potensi besar meningkatnya konsumsi minuman isotonik
(Astiti, 2010).
Minuman isotonik digolongkan menjadi dua konsentrasi karbohidrat, yaitu
karbohidrat konsentrasi rendah (kurang dari 10%) dan karbohidrat konsentrasi
tinggi (lebih dari 10%). Minuman isotonik yang populer di pasar yaitu yang
memiliki karbohidrat konsentrasi rendah (Combes dan Hamilton, 2000). Terdapat
perbedaan perubahan pH saliva setelah mengkonsumsi berbagai variasi minuman
isotonik. Hal ini disebabkan karena perbedaan variasi konsentrasi karbohidrat di
dalam minuman isotonik (Diwangkari, 2011). Konsentrasi karbohidrat pada
minuman kemasan bermerek powerade adalah 5 % (CocaCola Amatil Indonesia,
2012). Minuman isotonik bermerek mizone memiliki konsentrasi 9 % (Sport
Drink Nutrition, 2010). Hal ini disebabkan karena fermentasi karbohidrat dapat
menghasilkan asam dan diet kaya karbohidrat juga akan menurunkan bufer saliva
sehingga dapat mengakibatkan penurunan pH saliva (Walsh, 2007). Dilaporkan
konsumsi minuman isotonik dengan kadar 6% karbohidrat dapat menurunkan
derajat keasaman saliva lebih rendah dibandingkan minuman isotonik dengan
kadar karbohidrat 4 % (Diwankari, 2011). Penelitian Estorina (2006)
4
menunjukkan bahwa minuman isotonik yang mengandung sukrosa dapat
menurunkan derajat keasaman (pH) saliva, meskipun tidak mencapai pH saliva
kritis. Berdasarkan fakta adanya minuman isotonik yang sangat bervariasi kadar
karbohidratnya, maka penelitian untuk mengkaji efek kadar karbohidrat terhadap
perubahan derajat keasaman (pH) saliva perlu dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: adakah perbedaan pH saliva setelah mengkonsumsi minuman isotonik
dengan karbohidrat konsentrasi 9 % dibandingkan dengan konsentrasi 5 % pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan pH (derajat keasaman)
saliva setelah mengkonsumsi minuman isotonik karbohidrat konsentrasi 9 %
dibandingkan dengan konsentrasi 5 % pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang perubahan pH saliva setelah mengkonsumsi minuman
isotonik telah dilakukan oleh Diwangkari (2011). Hasil menunjukkan bahwa
minuman isotonik dengan kadar karbohidrat 6% dapat menurunkan derajat
keasaman saliva lebih rendah dibandingkan minuman isotonik dengan kadar
5
karbohidrat 4 %. Selain itu Estorina (2006) melakukan penelitian tentang efek
minuman isotonik yang mengandung sukrosa terhadap perubahan derajat
keasaman (pH) Saliva. Hasil menunjukkan bahwa minuman isotonik yang
mengandung sukrosa dapat menurunkan keasaman (pH) saliva, meskipun tidak
mencapai pH saliva kritis. Namun masalahnya penelitian tentang perubahan pH
saliva setelah mengkonsumsi minuman isotonik dengan kadar karbohidrat 9 %
dibandingkan dengan 5 % sejauh pengamatan penulis pengetahuan penulis belum
pernah dilaporkan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Memberikan sumbangan informasi ilmiah mengenai perbedaan derajat
keasaman saliva setelah mengkonsumsi minuman isotonik karbohidrat
konsentrasi 9 % dibandingkan dengan konsentrasi 5 %.
2.
Memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat tentang upaya
pencegahan kesehatan gigi dan mulut dengan memilih konsentrasi
karbohidrat
yang
baik
di
dalam
minuman
isotonik.
Download