MANAJEMEN WAKTU Mendapatkan yang terbaik dari waktu kita Murni Sulsityawati ABSTRACT The purpose of writing this article is to explain the importance of time as one unique resource. The people have it in the same quantity, 24 hours. Time can not be bought and everything takes time. Time can not be saved, and time that has passed will be lost forever. The problem is not on how much time but the important thing is how to use and manage resource supply this time wisely, effectively and efficiently. Based on research by researcher related to time management, there are five major areas that can be done are : 1) use of the time out of habit; 2) set goals; 3) determine priorities; 4) communication and 5) avoid delays. Time as one of the resources like other resources must be managed in order to achieve effectiveness and efficiency in our lives activities. Key word: Jika anda ingin mengelola waktu anda dengan efektif, anda harus dapat mengendalikan hidup anda. Hidup yang terorganisasi dengan baik memberikan w aktu untuk apa saja, untuk merencanakan, bertindak dan melanjutkan.Waktu tidak dihabiskan untuk menyesali atau mencoba hidup secara retroaktif atau dengan menjelaskan mengapa sesuatu yang tidak perlu dikerjakan (Jitendra M Mishra- Prabhakra Misra) A.PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini, ketika kelangkaan sumber menjadi topik yang begitu populer dan banyak dibicarakan, selayaknya kita memberi perhatian pada penjatahan sumber yang paling langka, yaitu waktu yang kita miliki (terlebih lagi bagi para manajer yang paling kompeten). Sebagian besar ahli manajemen waktu, lengkap dengan literatur terbitan terbaru, penelitian dan latihan manajemen dan catatan waktu saat ini memberikan instruksi kepada para manajer dan kepada kita pada umumnya, bagaimana caranya memanfaatkan waktu yang paling efektif. Yang menjadi kunci adalah perbedaan antara efektif dan efisien, karena seperti ditunjukkanoleh para pakar, efisiensi hanya berarti melakukan pekerjaan dengan baik sedangkan efektif berarti melakukan pekerjaan yang tepat secara b enar. Efisiensi pekerja produksi dapat diukur agak tepat dengan memeriksa penggunaan waktu mereka selama produksi. Metodologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga kerja ini dirintis oleh Fedrerick Winslow Taylor, dan diterapkan langsung ke usaha produksi. Efisiensi pekerja kantor dan tenaga penjualan terampil dapat diukur dengan teknik pengambilan sampel (sampling).Walaupun teknik ini tidak memiliki tingkat ketepatan penelitian dengan pencatat waktu, tetapi efisiensi dapat dikaji dengan cuku p memuaskan. Banyak penelitian menunjukkan hanya sedikit saja di antara kita dan para manajer yang mengetahui dengan tepat bagaimana sebenarnya menggunakan waktu, dan sebagai konsekuensinya kita tidak mengetahui seberapa efisien penggunaan waktu kita. Hanya beberapa diantara kita dalam manajemen yang dapat lulus dalam penelitian penggunaan waktu (time study), tanpa merasa malu melihat hasilnya. Kita menghamburkan waktu, kita habiskan waktu memburu sesuatu hal yang keliru kita melakukan pekerjaan orang la in yang bukan porsi kita, sehingga kita mengeluh merasa kepayahan, namun tetap berusaha tegar yang pada akhirnya membuat tegang diri kita sendiri, keluarga maupun kesehatan kita. Apabila kita tidak yakin dan meragukan hal ini, maka cobalah bertanya tentang hari kemarin kita, dengan beberapa pertanyaan berikut ini : 1. Apakah ada tiga masalah utama yang sudah kita tangani? Apakah itu benar masalah kita dan pada tingkat tugas/pekerjaan kita? Ataukah seharusnya ditangani oleh orang lain? 2. Ambillah salah satu masalah itu, apakah kita sudah menyelesaikannya secara tuntas? Apakah kita sudah menandainya untuk menyelidiki hingga ke akar akarnya dan benar-benar tahu penyebabnya? Ataukah kita hanya meneyelesaikan apa yang terlihat di permukaannya saja? 3. Apakah kita lebih banyak bereaksi daripada beraksi? 4. Berapa banyakkah kita melakukan penelusuran kembali, umpamanya menelusuri kesalahan orang lain dan bukan berusaha menghindari masalah untuk tahun depan ? Supaya efisien sebagai manajer atau pimpinan, kita harus berusaha b anyak hal dapat terlaksana tanpa menghamburkan waktu dan tenaga. ”Pekerjaan” bukan suatu tujuan, biasanya itu penyakit psikologis. Orang yang efisien menggunakan fakta, ketrampilan, pemikiran dan imajinasi. Ia juga menggunakan waktu. Waktu merupakan salah satu sumber daya yang unik. Setiap orang memilikinya dalam kuantitas yang sama. Ia tidak dapat dibeli dan setiap hal memakan waktu. Pemecahan nyata satu -satunya adalah penggunaan waktu dengan lebih baik.Waktu tidak dapat ditabung, hanya dapat dipergunakan secara bijaksana. Waktu yang sudah berlalu akan hilang selamanya, tidak kembali. Waktu tidak dapat diganti dan tidak elastis, juga tidak mungkin dibalik jalannya. Waktu adalah sumber yang paling penting bagi seseorang. Kita semua terlebih lagi para eksekutif dan manajer harus belajar untuk memanage penggunaan waktu kita. Peter F. Drucker (2001) sudah mencatat bahwa satu dari lima kebiasaan yang umum dimiliki eksekutif dan manajer yang efektif adalah tahu bagaimana dan kemana waktu mereka dimanfaatkan dan kemana seharusnya digunakan. Praktek mengelola waktu adalah kebiasaan yang dapat dipelajari. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara adalah dengan mencoba dan membuat kesalahan. Banyak eksekutif dan manajer yang berhasil telah belajar memecahkan persoalan waktu mereka dengan cara ini, hal mana terbukti dari banyaknya literatur yang telah terbit membahas mengenai pelestarian waktu. Cara belajar lain yang lebih diutamakan adalah melalui pendekatan metodis dan sistematis ke persoalannya. Waktu sama bagi siapapun, 24 jam dalam sehari. Banyaknya waktu tidak begitu penting, yang lebih penting adalah bagaimana waktu itu dikelola. Waktu yang akan datang dapat dikelola dengan efektif hanya dengan merencanakannnya sejak sekarang. Bagaimana kita memanfaatkan waktu kita adalah pilihan pribadi, apakah secara acak beralih dari satu tugas rencana ke tugas lain tanpa arah atau perencanaan,atau dengan merencanakan aktivitas sehari-hari, yang akan menghasilkan penggunaan waktu lebih efektif serta kemampuan mencapai hasil lebih banyak dalam waktu yang sama. Berbeda dengan energi dan ketrampilan, waktu tidak pernah kembali atau diciptakan kembali. Bila waktu sudah berlalu maka akan tetap hilang. Karena alasan itulah, waktu mungkin merupakan komoditi paling berharga dan tidak berbelas kasihan yang digunakan dalam bisnis. Namun anehnya karena suatu sebab, waktu sering diperlakukan sebagai sampah saja. Waktu harus diinvestasikan, bukan dibuang-buang. Dan memang waktu kita dan khususnya para manajer sangat berharga. Lebih tinggi kedudukannya maka semakin besar investasi bagi perusahaannya dan seperti kebanyakan faktor penting dalam bisnis, investasi itu dapat dibuat lebih efisien setiap hari dengan hal-hal kecil sebab waktu adalah investasi dari jam ke jam atau dari hari ke hari. Manajemen waktu menjadi sangat penting baik dalam kehidupan pribadi individu maupun dalam susunan organisasi/perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan manajer, mulai dari administrator puncak sampai pengawas di lini pertama. Manajemen waktu yang baik sangat bermanfaat dalam pengertian efisiensi biaya proyek maupun pemanfaatan asset organisasi yang paling berharga, yaitu pegawai (SDM). Mengutip ungkapan Peter F.Drucker,”Waktu adalah sumber yang paling langka dan jika itu tidak dapat dikelola, maka hal lainpun tidak dapat dikelola.” Ini berarti bahwa untuk mempelajari aspek manusia dari perubahan sikap menuju ke manajemen lebih baik dari sumber waktu yang berharga. Obyek dari manajemen waktu adalah untuk menambah dan mengoptimalkan penggunaan waktu luang kita. Begitu banyak aspek “sistem” yang juga dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas penggunaan waktu, seperti contoh bagaimana menyusun sistem file yang baik, bagaimana menyusun sistem penarikan informasi yang baik dan mas ih banyak lagi sarana efisiensi waktu dan kerja lainnnya. Namun semua sistem tersebut harus disusun sesuai dengan maksud dan jenis organisasi serta individu yang menggunakannya. Tetapi yang jauh lebih penting daripada sistem adalah pengakuan bahwa manajemen waktu yang baik serta sasaran dan tujuan yang dapat dicapai sangat penting bagi individu dan organisasi. Selanjutnya yang menjadi permasalahan adalah hal-hal utama apa sajakah yang tidak boleh ditinggalkan agar dapat meningkatkan manajemen waktu? B.PEMBAHASAN Dari semua sumber yang tersedia bagi manusia, barangkali waktulah yang paling banyak dibicarakan tetapi juga paling sedikit dimengerti. Setiap harinya, dari 24 jam yang tersedia bagi kita, hanya sejumlah terbatas saja yang tersedia untuk dimanfaatkan bagi sesuatu yang bernilai. Maka yang menjadi masalah bukan waktu, tetapi apa yang bisa kita perbuat dengan jumlah “pasokan” yang terbatas itu. Karena itulah penggunaan waktu menjadi masalah manajemen pribadi dan pemanfaatan yang baik dari sumber tersebut seringkali membedakan antara pencapaian dan kegagalan. Tidak ada rumus ajaib yang dapat membuat kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Itu adalah ketrampilan yang dikembangkan melalui belajar dan praktek. Proses belajar adalah sesuatu yang individual,tetapi ada beberapa sarana dan konsep dasar yang dapat membantu. Kita harus tahu tentang teknik yang digunakan agar berhasil memaksimalkan penggunaan waktu kita. Perlu diingat dalam hal ini, setiap orang yang berbeda membutuhkan teknik yang yang berbeda pula. Apa yang baik buat seseorang belum tentu baik untuk orang lain. Tugas kita memilih gagasan yang sesuai dengan gaya kita dan dapat memberikan manfaat terbanyak. Sekali lagi perlu diingat, masalahnya bukan kekurangan waktu. Setiap orang memiliki waktu dalam jumlah yang sama, tidak seorangpun mempunyai lebih banyak dari kita. Yang terpenting adalah bagaimana menggunakan/ memanage waktu kita tersebut. Untuk menjawab permasalahan mengenai hal-hal utama apa sajakah yang tidak boleh ditinggalkan dalam meningkatkan manajemen waktu dapat diuraikan ada lima bidang utama yang harus dipikirkan berdasarkan hasil riset para penulis berkaitan dengan topik manajemen waktu. Lima pemikiran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penggunaan Kebiasaan Waktu Karena Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai kebiasaan. Sebagian besar dari kita menghabiskan waktu dengan kebiasaan/rutinitas, tanpa memikirkan dengan sadar bagaimana menggunakan waktunya.Seorang pakar manajemen waktu Merrill E.Douglass (1999) menuliskan: Cara anda menghabiskan waktu akan menentukan bagaimana anda memanfaatkan hidup anda-dan hal itu sama dengan siapa anda sebenarnya.Hari esok berhubungan dengan hari ini dan hari kemarin. Pernyataan Douglass tersebut di atas, secara tegas menantang para pembacanya untuk memikirkan bagaimana mereka memanfaatkan waktu mereka. “Belajar untuk mengendalikan waktu sendiri berarti mengubah beberapa kebiasaan waktu kita.Akan tetapi kita tidak dapat mengubahnya sebelum kita mengetahui apa kebiasaan itu.” Selanjut nya Douglass menyarankan untuk membuat catatan tentang bagaimana kita menghabiskan waktu dalam satu atau dua pekan, bila perlu bisa lebih. Catatlah semua yang kita lakukan dan jangan melupakan satu halpun. Pada setiap akhir pekan, ringkaslah apa yang telah kita kerjakan dan periksa prosentase waktu yang tersita oleh setiap kegiatan. Kemudian periksa berapa banyak dari waktu kita yang sebenarnya digunakan untuk kegiatan yang berorientasi ke sasaran, yang diprioritaskan, dan berapa banyak waktu yang dihabiska n untuk kegiatan tanpa tujuan, berulang atau berprioritas rendah. Selain Douglass, seorang pakar lainnya dalam manajemen waktu adalah Harry C. Rotenbury (1998), seorang manajer sistem instalasi pada The Insurance Company of North America. Beliau juga menyarankan pembuatan catatan waktu untuk memerangi pemborosan waktu karena kebiasaan. Selain kegiatan pencatatan, beliau juga menyarankan untuk menuliskan alasan khusus yang dihubungkan dengan tujuan perusahaan atau dihubungkan dengan tujuan pribadi. Ringkasan dari catatan waktu tersebut akan memberikan gambaran yang baik apakah kita sudah mengendalikan waktu kita ataukah waktu kita dikendalikan oleh pengaruh dari luar atau kebiasaan. Dalam artikel yang lain tentang manajemen waktu, Rotenbury menggunakan model yang dibuat oleh Norris dan Gottfried yang memperlihatkan rincian penggunaan waktu yang seharusnya dilakukan manajer dalam rata-rata satu hari kerja: Waktu Pay-Off – 50% dari rata-rata hari Waktu ini adalah waktu yang digunakan manajer untuk beroperasi dalam bidang keahlian teknisnya, seperti : pengambilan keputusan yang memberikan manfaat segera, mendelegasikan, memecahkan masalah, korespondensi, damn membuat keputusan. Waktu Investasi-25% dari rata-rata hari Adalah waktu yang digunakan untuk menentukan program jangka panjang, merencanakan dan mengembangkan pemecahan alternative. Waktu Organisasi-15% dari rata-rata hari Waktu ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif: laporan, konferensi dan rapat eksekutif. Waktu Terbuang-10% dari rata-rata hari Adalah waktu dimana didalamnya termasuk kegiatan tidak produktif, masalah-masalah yang tidak direncanakan dan sebagainya. Nilai mencatat, menganalisis dan selalu memperbaharui sistem pemantauan pemanfaatan waktu tidak dapat dilebih-lebihkan. Menurut Douglass (1999), hampir setiap orang menghamburkan waktu secara sia-sia selama dua jam per hari. Dengan menganalisis bagaimana kita memanfaatkan waktu, akan memberikan kita lebih banyak waktu luang dan inilah satu-satunya waktu yang dapat kita kendalikan. Buatlah daftar hal yang harus kita lakukan. Apa yang tertinggal pada daftar hari ini dipindahkan ke daftar hari berikutnya, terkecuali jika sudah terlambat atau tidak begitu penting sehingga dapat didelegasikan kepada orang lain. Jangan menyimpan daftar selama beberapa hari; daftar dibuat untuk ditulis kembali, dicoret dan disobek. Pada intinya buatlah daftar baru setiap hari dan usahakan untuk mengelompokkan tugas yang sejenis. 2. Menetapkan Sasaran Setelah menganalisis bagaimana kita sekarang menghabiskan waktu mestinya sudah jelas bagaiana hidup kita berada dalam keseimbangan antara berbagai aspek yang membentuk hidup kita. Di dalam aspek itu termasuk karier, keluarga, pengembangan sosial dan pribadi serta sasaran batiniah. Mengenai sasaran Merri ll E. Douglass (1999) menyatakan sebagai berikut: Kebanyakan di antara kita tidak begitu memikirkan tentang sasaran. Kita hanya bereaksi atau menanggapi tekanan dari orang lain atau keadaan. Jika kita ingin mengendalikan waktu dan hidup kita sendiri, maka kita harus menentukan sasaran kita. Orang lain tidak dapat melakukannya untuk kita. Dan karena kita cenderung menemukan apa yang kita cari maka penting untuk memburu sasaran pribadi yang benar. Rencanakan waktu kita dengan menetapkan sasaran. Sasaran apa yang hendak kita kerjakan yang terbagi dalam tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tentukan waktu yang hendak kita bagi pada setiap sasaran yang telah kita tetapkan. Hal ini mencakup rencana pekerjaan untuk sasaran harian maupun sasaran sepanjang hidup. Selama hari kerja tekankan usaha pada dua atau tiga hal utama yang ingin kita selesaikan, daripada mengerjakan sedikit-sedikit dari semua pekerjaan. Sasaran kita yang spesifik, terbagi dalam tujuan nyata dan wajar dapat dicapai. Jika sasaran telah ditentukan, kita perlu menetapkan prioritas. Susun peringkat sasaran kita menurut derajat kepentingannya. Setelah menerapkan sistem prioritas pada sasaran dan tujuan, kita harus memusatkan perhatian untuk mengerjakan yang paling penting bagi kita. Satu peraturan yang baik untuk diingat dan diterapkan, yaitu Prinsip atau Hukum Pareto, yang dirintis oleh Vilfredo Pareto dalam ukuran ekonomi dengan menerapkan metode ilmu fisika pada ilmu sosial. Hukum Pareto telah banyak diterapkan dalam pengendalian mutu dan masalah manajemen. Sekarang kita coba menerapkan Hukum Pareto pada pengendalian waktu dengan pendekatan pragmatis pada masalah operasional yaitu menggunakan distribusi 20 -80. “Bila semua item dideretkan menurut peringkat nilainya, maka 80% dari nilai akan berasal dari 20% dari item, sementara 20% nilai berasal dari 80% item.” Untuk menjadi lebih efektif dan puas dengan penggunaan waktu kita, belajarlah untuk memusatkan perhatian pada 20% kegiatan bernilai tinggi. Dua puluh persen ini biasanya akan mewakili penggunaan waktu kita yang terbaik”. Sasaran seharusnya menjadi bagian terpadu dari hidup. Selain menjadi alat untuk pengelolaan waktu yang lebih baik, sasaran dapat memberikan dampak sekunder dalam mengurangi ketegangan hidup kita. Dengan menetapkan sasaran dalam kehidupan bisnis dan pribadi, kita memperoleh gambaran lebih baik tentang siapa kita ini dan kemana tujuan kita. 3. Menentukan Prioritas Proses menentukan prioritas melibatkan perencanaan. Seperti dapat dikutip dari pernyataan Profesor Hibbard dan Landrum (1998) mengenai perencanaan sebagai berikut: Meskipun proses perencanaan menyita waktu pada mulanya, tetapi hal itu memberikan kompensasi yang lebih baik dengan membawa hasil lebih baik karena menghemat waktu dalam kinerja sebenarnya dari kegiatan. Karena itu sempatkan diri untuk membuat rencana. Jangan melibatkan diri dalam manajemen krisis. Untuk dapat merencanakan dengan baik dan menentukan prioritas, pakailah waktu di akhir hari, entah pagi atau petang, untuk menetapkan sasaran harian dengan membuat peringkat menurut derajat kepentingannya. Prioritas sebaiknya ditetapkan setiap hari. Tuliskan semua yang hendak kita kerjakan besok, selanjutnya kelompokkan menurut kepentingannya: :”A”, “B” atau “C”. Mulailah dengan prioritas “A”, sehingga waktu kita tersita untuk hal terpenting lebih dulu. Kembangkan kebiasaan untuk membuat rencana setiap hari. Tuliskan semua sasaran dan rencana pada daftar harian dan ikuti daftar itu. Ini merupakan cara yang cepat untuk menambah kendali atas waktu kita. Sebenarnya kita menganalisis cara kita menggunakan waktu sebelum bertindak, dimana kita masih dapat mengubahnya. Perencanaan harian dari sub sasaran adalah hal yang esensial untuk mengelola waktu dengan baik. Agar perencanaan dari sasaran harian menjadi efektif, prioritas harus ditetapkan. Dengan menjadwalkan waktu kita melalui penetapan prioritas, kita belajar untuk menghindari komitmen berlebihan. Belajar untuk kapan dan bagaimana berkata “tidak” menjadi hal yang penting karena komitmen berlebihan akan mencairkan efektivitas kita. Ketidakmampuaan untuk berkonsentrasi pada sasaran penting seringkali karena memberikan sedikit waktu kepada banyak banyak hal daripada mencurahkan waktu cukup pada beberapa hal saja. Dengan menetapkan prioritas, kita dipaksa untuk mendelegasikan tanggung jawab kepada orang lain karena kita harus menggunakan waktu kita sebaik-baiknya. Seharusnya kita tidak melakukan sesuatu yang dapat didelegasikan kepada orang lain. Jangan pernah menghamburkan waktu kita pada item berprioritas rendah. Kita dapat melakukan lebih banyak hal dengan menjadwalkannya secara efektif. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menyisihkan sedikit waktu setiap hari untuk berpikir, meninjau kembali dan merencanakan. Waktu ini merupakan waktu tenang untuk mengorganisasikan pikiran kita. Hal ini sangat penting. “Jam tenang” memberikan kesempatan untuk berpikir dan membuat rencana. Gagasan jam tenang ini sebenarnya bukanlah gagasan baru. Sekali-sekali manajer yang efektif menutup pintunya dan meminta sekretaris atau operator untuk menampung semua telepon masuk agar si manajer mempunyai waktu untuk berkonsentrasi tanpa ada gangguan. Pada hakikatnya, kita semua mempunyai waktu utama, satu atau dua jam dimana kita sempat berpikir kreatif dan bekerja dengan efisiensi puncak. Bagi sebagian orang, waktu itu adalah pada pagi hari, sedangkan bagi orang lain waktu itu mungkin pada malam hari. Waktu ini harus digunakan untuk mempersiapkan pembicaraan, menulis kertas kerja atau mengerjakan beberapa pekerjaan yang terbengkelai. Manajer yang paling efektif mampu membuat waktu bebasnya justru pada saat paling sibuk. Mereka yang tidak menyukai bangun pagi dan bekerja lebih baik pada malam hari, dapat “cuti” atau “mengambil istirahat”. Yang lain mungkin mulai pagi seka li untuk menghindari gangguan. Pada intinya, kita harus memanfaatkan waktu utama untuk tugas penting, berpikir dan merencanakan. Dengan menganalisis penggunaan waktu, menetapkan sasaran dan prioritas, kita menjadi terorganisir, kita mengatasi rintangan ber at dalam menjalankan kantor, bisnis ataupun rumah dengan efisien. Karena lebih terorganisasikan di kantor atau di rumah, kita memiliki pandanganke dalam yang lebih baik mengenai pekerjaan penting mana yang harus didahulukan. Setiap hari tidak terhitung ber apa banyak waktu kita terbuang di kantor karena tidak terorganisasi. Hal ini paling nyata dari penampilan meja kerja seseorang. Meja kerja seharusnya merupakan sarana bagi seseorang yang memerlukannya untuk menyelesaikan pekerjaan, dan bukannya lemari untu k menyimpan barang bekas. Meja kerja kita harus fungsional, bukan hanya indah untuk dipandang. Laci meja kerja harus digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara barang-barang yang selalu kita butuhkan untuk bekerja. Apabila kita tidak memerlukan laci, mintalah disediakan meja kerja tanpa laci, karena laci dapat merupakan tempat penyimpanan barang-barang yang tidak terpakai lagi. Setelah menemukan meja kerja yang sesuai, maka semua harus diorganisasikan. Kita harus selalu mampu melihat permukaan meja kerja setiap saat. Kita hanya dapat mengerjakan satu hal pada satu saat yang sama. Sedangkan yang lain harus ditempatkan pada tempatnya dahulu, sehingga mudah dimbil apabila diprlukan. Meja kerja yang penuh sesak dapat menghilangkan konsentrasi. Kita dari proyek yang sedang kita kerjakan. Supaya meja kerja kita benar-benar efektif, bersihkan semua materi yang terkumpul. Jangan melakukan hal ini dengan menempatkan semuanya dalam satu laci. Hai itu hanya menunda persoalannya saja. Sebaiknya susunlah system prioritas bagi barang yang masuk ke dalam laci. Pertimbangkan membuang barang yang menurut pikiran kita tidak digunakan untuk apapun juga. Arsip-arsip ( file) juga harus diorganisasikan agar informasi yang diperlukan dapat segera dikeluarkan dan bukan malah menjadi sulit untuk menemukannya. Arsip harus diberi label yang jelas dan diatur dengan sederhana sehingga memastikan penemuan informasi dalam beberapa detik saja. Arsip harus diatur dalam kategori aktif, tidak aktif dan kadaluarsa. Hanya arsip aktif disimpan dekat meja kerja kita. Buanglah yang kadaluarsa lalu pindahkan yang tidak aktif ke tempat penyimpanan yang lebih murah. Apabila sistem ini telah dikerjakan, usahakan untuk tetap memeliharanya dalam keadaan seperti itu dan selalu memperbaharuinya. Langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan pekerjaan surat-menyurat. . Hanya ada tiga macam surat: yang memerlukan tindakan, yang perlu dibaca dan diteruskan atau diarsipkan dan yang dapat dibuang. Pisahkan kertas kerja kita dalam ketiga kategori ini kemud ian menganalisisnya. Pertama jangan mengesampingkan item apapun yang memerlukan tindakan sebelum suatu tindakan dimulai. Dalam kategori kedua, kita harus segera membacanya kemudian membaginya ke dalam item yang harus diteruskan dan item yang harus diarsipkan. Pada akhirnya kategori ketiga harus ditempatkan ke dalam bak sampah. Cobalah ikuti pola ini setiap hari dan arus kertas kerja harus tetap bergerak. Sedapat mungkin setiap kertas kerja hanya ditangani sekali saja. Mengorganisasiukan meja kerja dan metode penanganan kertas kerja merupakan suatu contoh dari prioritas dasar dalam setiap jenis organisasi. Proses penetapan prioritas menjamin bahwa keperluan dasar untuk menjalankan kantor atau bisnis tidak diabaikan atau tidak diperhitungkan. 4. Komunikasi Setelah kebiasaan dianalisis, sasaran diidentifikasi dan prioritas ditetapkan, tidak berarti bahawa organisasi atau bisnis secara otomatis memanfaatkan jam kerjanya dengan cara yang paling efisien.Masihada persoalan mengkomunikasikan sasaran dan tujuan tersebut kepada bawahan dengan cara sedemikian rupa sehingga apa yang direncanakan, itulah yag dilaksanakan. Dalam kenyataannya, komunikasi menjadi alat manajemen untuk menyatukan aktivitas organjsasi dengan mana sasaran organisasi/perusahaan dapat dicapai. Yang harus dicamkan bahwa sangat penting untuk menentukan seberapa efektif alat ini beroperasi sebelum bergantung padanya. Berdasarkan satu penelitian, diketahui sebanyak 74% sampel yaitu para manajer yang berasal dari perusahaan di Amerika Serikat, Inggris dan Jepang, mengatakan bahwa hambatan tunggal terbesar menuju keunggulan perusahaan adalah tidak terbangunnya komunikasi secara efektif. Para ahli mengatakan bahwa komunikasi bagi organisasi/perusahaan dapat dianalogkan sebagai darah bagi tubuh , tanpa itu organisasi/perusahaan tidak akan bias bertahan hidup. Komunikasi yang efektif akan mencapai kejelasan, pengertian, komitmen dan kreativitas. Agar supaya kejelasan dan pengertian bukan sekedar harapan, tapi benar-benar menjadi kenyataan maka tak bisa ditawar lagi bahwa saluran komunikasi vertikal adalah harga mati, harus terbuka. Bawahan mempunyai hak untuk mengetahui apa yang diharapkan dari mereka oleh pengawas mereka. Bawahan harus memperoleh informasi yang relevan, padat, akurat,langsung dan segera. Tidak saja harus ada komunikasi ke bawah, akan tetapi komunikasi ke atas dari bawahan ke pengawas pun harus tercipta. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya dorongan dari pengawas melaui pencarian umpan balik secara aktif, misalnya : dengan meminta, mengakui dan memberi reward (penghargaan) untuk gagasan yang diajukan; dengan berlaku luwes atau fleksibel dalam meluluskan peningkatan yang disarankan oleh bawahan.Kondisi yang demikian ini akan mengarah pada komitmen dan kreativitas di pihak bawahan; dan apabila orang sudah kreatif dan penuh komitmen, maka besar kemungkinan manajemen tidak menjadi masalah. Membangun jaringan komunikasi yang efektif dan efisien adalah penting supaya bawahan mengerti dan mamahami keperluan dan sasaran organisasi. Dengan terciptanya iklim komunikasi yang terbuka akan meningkatkan peluang produktivitas yang tinggi dan kepuasan bekerja yang lebih tinggi pula, yang pada akhirnya mengacu pada pencapaian sasaran individu dan organisasi/perusahaan. 5. Penundaan Semua perencanaan yang mungkin dapat dikerjakan. Pernyataan sasaran dan prioritas dapat ditulis. Analisis mengenai penggunaan waktu sekarang dan pemantapan program untuk memperbaiki kekurangan dapat diterapkan. Akan tetapi semua itu akan sis -sia jika tidak dilaksanakan. Kegagala n seperti ini disebut penundaan. Kebanyakan waktu yang terbuang dilakukan oleh kita sendiri, bukan orang lain! Jadi bila kita mencoba untuk mengendalikan waktu kita, mulailah dengan menyingkirkan tugas yang tidak menyenangkan sepagi mungkin. Penundaan merupakan batu sandungan terbesar bagi hampir semua orang yang mencari perbaikan dalam memanfaatkan waktunya. Penundaan merupakan penyebab rencana menjadi kabur, mimpi tidak terpenuhi dan lebih banyak waktu terbuang percuma. Penundaan tidak menghargai apapun dan siapapun. Bagi banyak orang menunda-nunda sudah menjadi kebiasaan buruk yang dapat menghancurkan karier kita, merusak kebahagiaan bahkan dapat memperpendek umur kita. Dapat disinyalir bahwa ada tiga penyebab utama yang mengarah pada penundaan, yaitu: 1) hal yang tidak menyenangkan 2) proyek yang sulit 3) keraguan. Bagi kebanyakan orang, hal yang tidak menyenangkan merupakan penyebab tunggal terbesar terjadinya penundaan. Kita cenderung menunda pekerjaan yang tidak menyenangkan. Deng an kata lain, kita tidak mendapat kepuasan dalam melakukan kegiatan yang satu ini. Menunda melakukan pekerjaan yang tidak menyenangkan akan membuatnya semakin tidak menyenangkan. Satu jalan keluar terletak pada cara menjadwalkan kegiatan hari itu. Tugas yang kita anggap tidak menyenangkan dan selalu ditunda, seharusnya dijadwalkan pertama. Dengan cara demikian ini kita dapat dengan cepat menyingkirkannya, sehingga membebaskan kita untuk berkonsentrasi pada pekerjaan untuk sisa hari itu, Perasaan puas karena sudah menyelesaikan tugas yang tidak disenangi akan mendorong kita untuk menyelesaikan tugas lain yang dijadwalkan. Apabila tugas ini telah diselesaikan, maka pikiran kita sekarang bebas untuk beralih pada topik yang lain, dan kita tidak perlu memikirkan tugas yang tidak menyenangkan lagi. Seringkali , jika tugas tidak menyenangkan ditangani secara langsung, ternyata hal itu tidak seburuk seperti apa yang kita piker dan bayangkan. Cara lain untuk menangani tugas yang tidak menyenangkan adalah dengan : menganalisis tugas untuk melihat apa yang membuatnya tidak menyenangkan; menangani tugas yang tidak menyenangkan sedikit demi sedikit, misalnya dengan mengerjakan tugas itu setiap kali selama lima atau sepuluh menit; belajar untuk mengenal kegiatan kritis kita yang sedikit dan memusatkan perhatian kita untuk mengerjakannya terlebih dahulu. Harry Rotenbury (1998) merekomendasikan: “ Tetapkan batas akhir untuk setiap sasaran. Tidak ada jalan lain yang lebih baik untuk mempercepat kinerja.” Penyebab kedua penund aan adalah kesulitan. Proyek yang sulit membutuhkan pendekatan khusus yang memecah tugas sulit itu ke dalam unit yang lebih kecil dan setiap saat memfokuskan usaha pada satu bagian saja. Hal ini dapat dicapai dengan atau memecah unit menurut isi atau wakt u yang tersita untuk setiap sub unit. Metode ini memberikan hasil dalam membuat tugas yang rumit menjadi serangkaian tugas sederhana. Selain itu juga mampu memberikan pandangan yang lebih baik dimana harus memulai. Apabila tugas dimulai maka akan lebih muah untuk menggabungkan semua bagian. Pada kenyataannya, seringkali kita menghindari tugas sulit karena tidak tahu dimana harus memulai. Penyebab ketiga penundaan adalah munculnya keraguan. Setiap orang ingin membuat keputusan yang benar agar menghindari hasil yang tidak memuaskan. Cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan mengumpulkan semua informasi yang ada, membuat keputusan kemudian bertolak dari situ dengan tindak lanjut. Yang terpenting untuk mengatasi keraguan ini, jangan terus menerus mengenang dan memikirkan masalah itu kembali. Apabila keputusan yang kita ambil ternyata kurang tepat, maka kita dapat menanganinya saat masalahnya muncul nanti. Sehingga kesimpulannya, para sarjana di lapangan memberikan dua gagasan untuk menghindari, menjauhi, serta menyingkirkan penundaan. Pertama adalah dengan menjelaskan tujuan kita, memastikan bahwa apa yang kita piker menjadi keinginan kita dan benar-benar kita inginkan. Saran yang kedua adalah mengembangkan kebiasaan membuat rencana setiap hari. Tuliskan rincian apa saja yang hendak kita selesaikan setiap hari, kemudian laksanakan itu dan mulailah dengan hal yang terpenting terlebih dahulu. Dan pada akhirnya, penundaan seperti juga masalah yang lain, dapat diatasi dengan tindakan yang positif. Cara termudah untuk mengatasi penundaan adalah dengan berusaha jangan mamperkenankannya untuk terjadi. C.KESIMPULAN Dari apa yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: kita harus dapat mengendalikan hidup kita jika kita ingin mengendalikan waktu kita secara efektif. “Hidup yang diatur dengan baik memberikan waktu untuk segala hal, untuk merencanakan, melaksanakan dan bertindak lanjut. Waktu tidak dihabiskan dengan menyesali atau mencoba hidup secara retroaktif, atau dengan menjel askan mengapa sesuatu yang dibutuhkan tidak dilakukan.” Belajarlah menerapkan praktek manajemen waktu yang baik untuk meningkatkan penggunaan waktu kita. “Hal terpenting dalam mengelola waktu kita dengan efektif adalah dengan mengukir kehidupan kita yang p aling memuaskan dan sekaya mungkin.” Kita dapat mengendalikan waktu dan hidup kita. Kita akan dapat mencapai hasil lebih besar dan memperoleh kepuasan yang lebih besar pula dari apa yang kita kerjakan. Dengan meningkatnya perasaan pencapaian, kepuasan dan pemenuhan kita, maka akan meningkat pula kualitas kehidupan kita. Waktu kita adalah hidup kita. “Waktu adalah hidup, dan hidup adalah waktu; jika kita membuang waktu, maka kita juga membuang kehidupan; dan apabila kita mengendalikan waktu kita, maka kita mengendalikan hidup kita.” Jadi kalau waktu adalah salah satu suber daya yang unik, langka dan penting sama halnya dengan sumber daya lain yang harus kita kelola dengan baik, secara efektif dan efisien maka sangatlah tepat dan bijak jika kita kembali pada pepatah bahwa “time is money”. Berikut ini dapat dikemukakan sepuluh petunjuk untuk manajemen waktu yang efektif sebagai berikut: Buatlah daftar baru hal-hal yang hendak kita kerjakan, setiap hari. Gunakan “jam tenang” atau “waktu utama” untuk berpikir,merencanakan dan melakukan tugas penting. Kelompokkan tugas-tugas yang serupa. Tetapkan sasaran jangka pendek maupun jangka panjang, dan tetapkan batas waktunya. Tetapkan prioritas setiap hari. Buat peringkat tugas dalamurutan prioritas dan kepentingan. Lakukan tugas terpenting; delegasikan tugas yang mendesak dan tidak mendesak. Hindari komitmen berlebihan. Jangan mengerjakan sendiri tugas yang berprioritas rendah. Organisasikan pekerjaan kertas; golongkan mana yang memerlukan tindakan, yang harus dibaca dan diteruskan atau diarsipkan, dan yang dapat dibuang. Laksanakan terlebih dahulu tugas yang menyenangkan atau tugas yang dienggani. Sadari jika kita membuang waktu. Ambillah tindakan yang sesuai. D. DAFTAR PUSTAKA A.Dale Timpe, The Management of Time,The Art and Science of business Management; KEND Publishing, Inc, New York, 1997. A.Dale Timpe, Seri manajemen Sumber Daya Manusia, Menegelola Waktu ( terjemahan Susanto Boedidharmo); PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta,2002. Harry C. Rotenbury, The Time Log; Management World ( edisi Juli, 1997). Harry C. Rotenbury, Time Management and Scheduling; Management World ( edisi Mei, 1997) Harry C. Rotenbury, Time Management and Communication; Management World (edisi September, 1998 ) Janet G. Hibbard dan Robert K. Landrum, How to Fight Time and Win; Personnel Journal ( edisi Mei 1998) Merrill E. Douglass, Creative Use of Time; The Personnel Administrator (edisi Oktober, 1999) Peter F. Drucker, How to Be an Effective Executive; Nation’s Business ( edisi April, 2001) Pareto, Vilfredo., Course d’Economie Politique ( Hukum Pareto atau Peraturan 80/20).