KENAKALAN REMAJA DALAM KOMUNITAS GENG MOTOR (Studi

advertisement
KENAKALAN REMAJA DALAM KOMUNITAS GENG
MOTOR (Studi Kasus Pada Remaja Geng Motor P-Dox Duren
Sawit Jakarta Timur)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Irvan Matondang
NIM. 106032201107
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK
Irvan Matondang
Kenakalan Remaja dalam Komunitas Geng Motor (Study Kasus Pada Remaja
Geng Motor P-dox Duren sawit Jakarta Timur).
Skripsi dengan judul “Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor
(Studi Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur)”,
dilatarbelakangi dengan menjamurnya geng motor di Jakarta. Geng motor yang diisi
oleh kalangan remaja, sering melakukan perilaku negatif atau menyimpang dari
norma-norma sosial di masyarakat. Kenakalan atau perilaku menyimpang yang
ditunjukkan oleh para remaja geng motor, seperti balapan liar, narkoba, berjudi,
tawuran antar geng motor, perusakan fasilitas umum, dan sek bebas, yang sangat
meresahkan masyarakat dan menyimpang dari norma-norma.
Ada dua konsep utama yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu geng
motor dan kenakalan remaja. Geng motor ialah kelompok remaja yang anggotanya
selalu bersama-sama secara teratur, dan mereka menentukan sendiri kriteria
keanggotaannya. Kenakalan Remaja ialah prilaku jahat atau kenakalan anak-anak
muda yang memiliki gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga hal itu membentuk tingkah
laku yang menyimpang. Selain itu skripsi ini juga akan menggambarkan fenomena
geng motor dengan teori anomi dan tindakan non konformitas, serta teori fungsi dan
disfungsi dari Robert King Merton, dimana suatu institusi tidak harus selalu berfungsi
atau tidak berfungsi tetapi berfungsi untuk sekelompok orang tertentu dan tidak
berfungsi bagi kelompok orang yang lain. Teori anomi Merton adalah kemacetan
dalam struktur kebudayaan, yang terjadi terutama pada saat ada ketidaksesuaian
antara norma kebudayaan dan norma tujuan untuk bertindak sesuai dengan keinginan
mereka.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriftif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi dan wawancara komunitas geng motor P-dox.
Berdasarkan penelitian ini menyimpulkan bahwa kenakalan yang dilakukan
oleh komunitas geng motor P-dox adalah balap liar, mengkonsumsi minuman keras
dan narkoba, seks bebas serta bermain judi. Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya kenakalan yaitu faktor lingkungan keluarga, adanya persoalan
ketidakpuasan terhadap keluarga karena terdapat ketidakharmonisan antara orang tua
dan anak sehingga remaja merasa diabaikan di dalam lingkungan keluarga, kemudian
faktor lingkungan pergaulan, yaitu pencarian jati diri dan rasa kesetiakawanan yang
sangat kuat dengan cara melakukan tindakan negatif, dan faktor hubungan sosial
dengan masyarakat sekitar, yaitu lingkungan sosial yang pasif, tidak memberikan
sanksi sosial ataupun sanksi lainnya yang bersifat tegas kepada remaja geng motor Pdox yang melakukan tidak kenakalan. Adapun dampak kenakalan yang dilakukan
remaja, bagi dirinya sendiri, seringnya terkena razia kepolisian yang membuatnya
dipukuli oleh aparat kepolisian, terkena penyakit dari kenakalan yang dilakukannya,
seperti muntah darah dan penyakit kelamin, serta bagi remaja wanita berakibat pada
kehamilan diluar nikah dan pernikahan usia dini.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Saw dan keluarganya serta para sahabatnya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kenakalan Remaja Dalam
Komunitas Geng motor (Study Kasus Pada Remaja Geng Motor P-dox
Duren Sawit Jakarta Timur).”
Skripsi ini tidak akan bisa rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan,
dukungan dan kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1
Ibu Dzuriyatun Thoyibah, Msi selaku dosen pembimbing, juga sebagai
dosen pembimbing utama, terimakasih atas bimbingan dan arahan yang
diberikan. Terimakasih atas waktu yang sudah diluangkan, sehingga
penulis dapat merampungkan skripsi ini.
2
Bapak Saifudin Asrori, Msi selaku dosen pembimbing atas kesabaran,
kritik dan saran-saran yang diberikan kepada penulis selama menyusun
skripsi ini.
3
Ibu Dra. Jaoharatul Jamillah, Msi selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
4
Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi Sosiologi atas segala
motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang
mendorong penulis selama menempuh studi.
5
Keluargaku tercinta dan tersayang, tiada yang lebih indah dan
menyenangkan apabila berada di kediaman kita sendiri. Penulis sangat
berterima kasih kepada Ayahanda H. Mardan Matondang dan Ibunda Hj.
Yusrani Nasution atas segala kepercayaan, pendidikan, semangat,
kesabaran pengorbanan dan segala doa yang mereka panjatkan untuk
penulis, agar penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini
dengan nilai yang baik. Terimakasih untuk Abangku tercinta Rizal
Matondang atas segala fasilitas yang diberikan selama menempuh
perkuliahan, kakak-ku Halimah Matondang Amd, Irma Matondang SKM
Farida Matondang SPd, yang selalu memberikan motifasi kepada penulis,
kemudian Adik-ku tersayang Fitriyani Matondang dan Sarah Matondang
yang rela berkorban untuk menggantikan segala pekerjaan yang
seharusnya dilakukan penulis. Kebersamaan dalam keluarga Matondang
yang selalu membuat penulis tersenyum dan bahagia.
6
Sahabat-sahabatku Andri Prakarsa yang selalu membantu dan memotifasi
selama mengerjakan skripsi ini, karenanya penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini, Muhammad Ayub yang selalu menasihati penulis agar menjadi
manusia yang lebih baik, Ghundar Muhammad al-Hasan yang mengerti
dan memahami bagaimana penulis. Sampai kapanpun penulis tidak akan
melupakan kalian. Ovar yang selalu membantu segala tugas perkuliahan
iii
dan rela kosan disinggahi untuk bermalam, Lhutfian yang selalu
menghibur penulis dengan canda tawanya, Febri saudara satu suku dari
penulis. Nana, Erfan, Fina, Azharina, Rahmi, Betty, Rizkiyah, Dijah,
Budiman, Pebri, Fajar, Fuad, Hamidah, Syofah, Yandi, penulis akan selalu
merindukan kebersamaan dengan kalian.
7
Kawanku di lingkungan rumah Ari Ramadhan, Maulana Yusuf dan
Muhammad Farhan yang selalu menemani kemanapun dan kapanpun
penulis inginkan, kalian adalah kawan terbaikku. Seluruh remaja geng
motor P-dox terutama saudara Zajuli dan Didi, Handiyansah, Bowo,
Komarudin, Qinay, Engkus, dan para remaja anggota geng motor P-dox
lainnya, terimakasih
telah menerima dan memberikan informasinya
kepada penulis.
8
Semua pihak yang telah membentu dalam penyelesaiaan skripsi ini, yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah Swt.
Begitu pula dengan skripsi ini, karena itu saran dan kritik dari para pembaca
untuk perbaikan di masa mendatang sangat penulis harapkan.
Jakarta, 12 September 2011
Irvan Matondang
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
V
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
5
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ..........................................
7
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................
7
E. Metodologi Penelitian ..................................................................
8
A. Jenis Penelitian..................................................................
8
B. Teknik Pengumpulan Data ................................................
8
C. Instrumen Pengumpulan Data ............................................
10
D. Sumber Data ......................................................................
10
E. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................
10
F. Pengolahan Dan Analisis Data ............................................
10
F. Sistematika Penulisan ......................................................................
12
BAB 2 KAJIAN TEORI
A. Geng Motor ..........................................................................
13
B. Kenakalan Remaja ...............................................................
17
1. Bentuk Kenakalan Remaja ..............................................
19
2. Teori Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja ....................
20
a. Teori Sosiogenis……………………………………...
20
b. Teori Sub-kultur………………………………………
22
v
3. Faktor -Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ..................
24
C. Teori Anomi dan Tindakan Non-Konformitas .....................
25
BAB 3 GAMBARAN UMUM GENG MOTOR P-DOX
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...................................
29
B. Profil Geng Motor P-dox …………………………..............
32
BAB 4 TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng
Motor P-dox.............................................................................
45
B. Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja Dalam Komunitas
Geng Motor P-dox ..................................................................
75
C. Dampak Dari Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng
Motor P-dox ............................................................................
87
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................
93
B. Saran-saran .............................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 98
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Persoalan kenakalan yang dilakukan oleh geng motor merupakan persoalan yang cukup
serius. Hal ini dianggap serius karena menggangu ketertiban umum dan mengarah kepada
tindakan krimninal. Belakangan tindakan yang dilakukan geng motor selalu berkaitan dengan
pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan data dari artikel
terkait teridentifikasi beberapa kasus kenakalan yang dilakukan oleh geng motor seperti balap
liar di jalan umum, tawuran antargeng, mencuri, menjarah, perusakan fasilitas umum, dan
penyerangan terhadap kantor kepolisian. Geng motor yang menjadi pelakunya, antara lain,
geng
bonek Surabaya, geng BRIGEZ (Bandung), geng Binter Mercy (Bandung), GBR
(Bandung), XTC (Bandung), dan Geng Motor Jakarta.
Table 1. Bentuk-bentuk kenakalan Geng Motor
No
1
Nama
Bonek
Daerah
Surabaya
2
BRIGEZ
Bandung
3
4
Binter-Mercy
GBR
Bandung
Bandung
-
5
XTC
Bandung
-
6
Geng motor
Jakarta
-
-
Bentuk kenakalan
Balap liar
Tawuranan antar geng motor
Balap liar
Mencuri
Menjarah
Perusakan fasilitas
Tawuran antar geng motor
Perang besar antar geng motor
menyerang kantor kepolisian
Perang besar antar geng motor
menyerang kantor kepolisian1
Pengroyokan antar geng motor2
Sumber: diolah dari berbagai sumber (Post Kota, http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/06/09/polisiburu-geng-motor-bunuh-takmir-mesjid, http://news.okezone.com/read/2010/07/25/338/356236/dua-geng-motorbentrok-di-monas, dan lain)
1
Erva Kurniawan, “Geng Motor di Bandung.” Artikel diakses dari http://www.poskota.co.id/beritaterkini/2010/06/09/polisi-buru-geng-motor-bunuh-takmir-masjid pada tanggal 1 Februari 2011.
2
News
Okezone,
“Dua
geng
motor
bentrok
di
monas”
artikel
diakses
dari
http://news.okezone.com/read/2010/07/25/338/356236/dua-geng-motor-bentrok-di-monas pada tanggal 1
Februari 2011.
1
2
Dari data tersebut persoalan kenakalan geng motor nampaknya telah mengarah kepada
tindakan melanggar hukum atau kegiatan kriminal sebagai masalah sosial yang terjadi di
kalangan generasi muda. Sebagaimana dijelaskan oleh Soekanto, masalah generasi muda
pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan dan
sikap apatis. Beberapa sikap melawan, misalnya, dalam bentuk radikalisme dan delinkuensi.
Sedangkan sikap apatis seperti penyesuaian yang membabibuta terhadap ukuran moral.
Persoalan ini dialami oleh kelompok usia remaja, yakni suatu kelompok yang jika dilihat
secara fisik bisa disebut telah matang, tetapi belum bisa disebut matang bila dilihat secara
sosial. Kelompok ini perlu banyak belajar mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya.3
Sesuai dengan pemaparan Dariyo, remaja (adolescence) memiliki makna “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan.” Kata tersebut berasal dari bahasa Latin adolescere.
Dengan kata lain, Dariyo menyatakan bahwa remaja (adolescence) adalah masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Dengan mengutip Thornburg, ia
menggolongkan remaja kedalam tiga tahap, yaitu remaja awal (usia 13-14 tahun), remaja
tengah (usia 15-17 tahun), remaja akhir (18-21 tahun). Remaja tidak memiliki tempat yang
jelas, mereka tidak termasuk dalam kategori anak-anak dan tidak juga dikatakan dalam
kategori dewasa4.
Demikian juga Ali dan Asrori menyatakan:
Masa remaja merupakan golongan yang tidak termasuk golongan anak-anak,
tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk dalam golongan dewasa.
Remaja ada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena itu remaja sering kali dikenal
dengan fase “mencari jati diri”. Hal tersebut menyebabkan tidak sedikit remaja-remaja
menyalurkan dengan media yang salah dalam bentuk kenakalan remaja. Beberapa
bentuk dari kenakalan remaja yang terjadi seperti tawuran antar pelajar, perusakan
fasilitas umum, dan juga mencoret dinding sekolah ataupun tempat umum. Hal ini
sangat mengkhawatirkan para orang tua yang memiliki anak remaja. Kenakalan remaja
3
4
Soerjono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1999), h. 413-414.
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13-14
3
bukan hanya terjadi pada keluaga menengah ke bawah, tetapi juga melanda pada
keluarga menengah ke atas5.
Geng motor merupakan salah satu fenomena masalah sosial yang berhubungan erat
dengan persoalan kesulitan remaja dalam melakukan adaptasi dengan modernisasi baik dari
aspek kemunculannya, karakter anggotanya, maupun dari jenis kegiatannya. Derasnya arus
modernisasi mempengaruhi semua aspek yang ada di remaja, baik itu karakter,
perkembangan prilaku, sifat, dan lingkungan pergaulannya.
Dari aspek kemunculannya geng motor berawal dari rasa kesetiakawanan yang tinggi
antar sesama anggota yang sebagian besar adalah remaja, yang disayangkan kesetiakawanan
yang berkembangan pada komunitas geng motor adalah mengarah pada kegiatan dan
tindakan negatif para anggotanya. Adapun karakter anggotanya bahwa mayoritas dari
anggota geng motor adalah remaja laki-laki. Para remaja ini tertarik untu masuk geng motor
karena beberapa faktor seperti: keinginan untuk diakui oleh teman-teman sebayanya,
terutama oleh teman dalam satu geng motor. Geng motor kemudian berkembang untuk
menjadi jagoan yang diakui oleh geng lainnya, geng motor merupakan sarana dalam
penyaluran ekspresi para remaja, geng motor juga merupakan sarana menampilkan eksistensi
diri atau kelompoknya. Geng motor
juga membuat remaja merasa aman dan nyaman
bergaul.6
Ada beberapa alasan yang menyebabkan remaja, terlebih khusus laki-laki termotifasi
untuk masuk dan bergabung di komunitas geng motor seperti yang jabarkan oleh Santrock,
menjadi anggota geng motor dapat memenuhi beberapa kebutuhan. Pertama kebutuhan
membuktikan diri sebagai laki-laki sejati, hal ini dibuktikan dengan pernyataan, setelah
5
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, ( Jakarta: 2006), h. 9.
Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”,.
Studi Kasus Terhadap tiga orang Remaja Laki-laki Anggota geng motor. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_060503_chapter4.pdf
6
4
bergabung dengan geng motor merasa menjadi hebat. Kedua adalah kebutuhan sosialisasi
dengan teman sebaya.7
Selain itu, geng motor merupakan salah satu sarana atau cara bagi para remaja dalam
mengisi waktu luangnya (setelah lelah dengan kegiatan sekolah atau mengisi waktu yang
memang selalu luang bagi mereka anggota yang tidak bersekolah atau bekerja). Dengan
bergabung dalam geng motor, remaja merasa mendapatkan segala sesuatu yang bisa
menghilangkan beban dalam pikiran mereka. Mereka bisa mendapatkan status, aksi-aksi
bersama, ikatan persahabatan, simpati, kasih sayang, prestise, harga diri, dan rasa aman
terlindung.
Namun demikian, sebagaimana ditunjukan dalam data di awal geng motor sangat dekat
dengan masalah kenakalan remaja. Para remaja idealnya adalah generasi muda yang
seharusnya mempunyai aktifitas dalam bentuk yang positif. Sayang ketika mereka bergabung
dalam komunitas geng motor perilaku mereka cenderung mengarah pada perilaku negatif.
Hal ini juga yang terjadi di daerah Duren Sawit Jakarta Timur pada komunitas geng
motor P-dox. Geng Motor P-dox didirikan oleh Komarudin (komandan), pada tahun 1995.
Geng motor ini berawal dari teman sepermainan yang berkumpul bersama dan tumbuh besar
menjadi seorang remaja dalam lingkungan yang sama. Dimulai dari masa anak-anak lalu
tumbuh menjadi anak remaja, para remaja meluangkan waktu senggang, dengan berkumpul
bersama atau yang biasa
disebut dengan istilah”Nongkrong”. Kebersamaan yang
berlangsung lama ini memupuk rasa kesetiakawanan yang tinggi para anggotanya sampai saat
ini.
Namun, demikian ada indikasi dimana para remaja ini melakukan kenakalan-kenakalan
yang meresahkan masyarakat sekitar, seperti balap liar, perjudian, meminum minuman keras,
7
Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”,
Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor. Skripsi Jurusan Bimbingan
Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_060503_chapter4.pdf
5
seks bebas, dan yang paling memprihatinkan ialah menggunakan narkoba, hal ini berdampak
pada lingkungan dimana mereka tinggal baik secara sosiologis maupun sikologis.
Melihat permasalahan ini penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang berjudul:
“Kenakalan Remaja Dalam Komunitas Geng Motor” (Studi Kasus Pada Remaja Geng
Motor P-Dox Duren Sawit Jakarta Timur).
B.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang didapatkan oleh penulis, ada beberapa
skripsi yang membahas, terkait dengan penelitian ini. Diantaranya adalah:
Pertama, penelitian yang berjudul “Kenakalan Remaja: Studi Kasus Remaja
Delinkuensi di MTSN Tanggerang 2 Pamulang.”8 Skripsi ini ditulis oleh Kartini, mahasiswi
Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2009. Berdasarkan kesimpulannya
faktor-faktor penyebab seorang menjadi delinkuensi adalah kontrol diri yang lemah
masalah keluarga, komunitas atau lingkungan keluarga yang tidak baik, untuk itu perlu
adanya nilai-nilai agama yang juga sangat berpengaruh memperkokoh mental dan spiritual
seorang anak dimulai dari lingkungan keluarga dengan menanamkan dan menjunjung tinggi
norma agama. Lingkungan yang tidak baik juga sangat mempengaruhi terhadap tumbuh
kembang anak, seorang anak juga harus selektif dalam memilih teman agar tidak salah dalam
bergaul. Seorang anak juga sangat membutuhkan peran serta orang tua untuk mendidik dan
membimbingnya dalam menjalani setiap proses ketika remaja menjadi dewasa.
Kedua, penelitian yang berjudul Fungsi Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan
Remaja (Studi Kasus Kenakalan Remaja Di KotaMadya Jakarta Timur).9 Penelitian ini
ditulis oleh Isak Sawo, Program Pasca Sarjana Studi Sosiologi Universitas Indonesia, yang
8
Kartini, “Kenakalan Remaja: Studi Kasus RemajaDelinkuensi Di MTSN Tanggerang 2 Pamulang,” (Skripsi
S1Fakultas Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009).
9
Isak Sawo, “Fungsi Keluarga dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja :Studi Kasus Kenalan Remaja di Kota
Madya Jakarta Timur,” (Tesis S2 Pascasarjana UI Jakarta).
6
membahas masalah kenakalan remaja bagaimana keluarga dapat mencegah timbulnya anak
melakukan kenakalan. Keluarga merupakan bentuk institusi sosial yang menentukan remaja
untuk bertingkah laku. Hal ini karena lingkungan keluarga sebagai tempat untuk sosialisasi
bagi anak. Fungsi keluarga diharapkan agar remaja tidak melakukan tindakan menyimpang
yang berimplikasi terhadap kenakalan remaja. Fungsi atau peranan keluarga diharapkan dapat
meminimalisasi kenakalan remaja. Menurut Isak Sawo faktor internal terjadinya adalah untuk
mengaktualisasikan dirinya, rasa aman yang didapatkan ketika berada diluar lingkungan
keluarga, menjaga kesetiakawanannya, takut tidak mempunyai teman, memenuhi rasa puas
terhadap apa yang dilakukannya serta kebebasan yang didapatkan. Faktor eksternalnya adalah
karena lingkungan keluarga (broken home) dan lingkungan pergaulan (kesetiakawanan).
Ketiga, penelitian yang berjudul Profil Perilaku Maskulinitas Agresif pada remaja lakilaki Anggota Geng Motor: Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota
Geng Motor.10 Skripsi ini ditulis oleh Lulu Riszeki Yuliani, mahasiswi Bimbingan Konseling
membahas motifasi bergabungnya pada tiga anak remaja kebutuhan untuk diterima dalam
suatu kelompok. Di Bandung geng motor memiliki reputasi negatif bagi masyarakat, namun
bagi ketiga orang remaja ini menjadi simbol keberanian dan kekuatan. Dengan begitu ketiga
orang remaja ini mau melakukan orientasi anggota baru dan serangkaian kegiatan geng agar
dapat diterima dalam kelompok. Penyebab lainnya adalah ketidaknyamanan tiga anak remaja
dalam keluarga, dikarenakan kurangnya keterbukaan dan komunikasi antara orang tua dan
anak.
Berdasarakan tinjauan pustaka diatas, terlihat bahwa penelitian di atas membahas
kenakalan remaja yang telah dikaji dari berbagai perspektif, akan tetapi kajian mengenai
kenakalan remaja dalam geng motor sangat penting dan menarik untuk dikaji dalam
10
Lulu Riszeki Yuliani. “Profil Perilaku Maskulinitas Agresif Pada Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor”,
Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Laki-laki Anggota Geng Motor. Skripsi Jurusan Bimbingan
Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Artikel diakses pada tanggal 1 februari 2011 dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_060503_chapter4.pdf
7
kenakalan remaja yang dilakukan oleh komunitas dalam geng motor. Oleh karena itu, peneliti
bermaksud untuk mengkaji kenakalan remaja yang terjadi dalam komunitas geng motor Pdox. Peneliti akan melihat kenakalan-kenakalan yang dilakukan para remaja Geng Motor Pdox, faktor-faktor penyebabnya kenakalan remaja, serta apa saja dampak kenakalan dan
aktifitas yang dilakukan oleh komunitas Geng Motor P-dox bagi remaja itu sendiri, keluarga,
dan masyarkat sekitar.
C.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, guna memperjelas, lebih spesifik
dan memudahkan pembahasan masalah penelitian yang diangkat, penulis membatasi
masalah pada kenakalan yang dilakukan remaja dalam komunitas geng motor P-dox di daerah
Duren Sawit Jakarta Timur. Maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana gambaran umum kenakalan remaja dalam komuitas geng motor P-dox
Duren Sawit Jakarta Timur?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya kenakalan yang dilakukan remaja geng motor Pdox Duren Sawit Jakarta Timur?
3. Apa saja dampak dari kenakalan dan aktifitas yang dilakukan para remaja geng
motor P-dox bagi remaja, keluarga, dan masyarakat sekitar?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan peneliti dalam hal ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kenakalan remaja dalam komunitas geng
motor P-dox.
8
2. Untuk menjelaskan apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan yang
dilakukan oleh para remaja geng P-dox.
3. Untuk mengetahui apa saja dampak dari kenakalan dan aktifitas yang dilakukan oleh
para pelaku geng motor.
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Sebagai literatur yang memberikan gambaran tentang kenakalan remaja pada geng
motor, faktor-faktor penyebab dan dampaknya bagi masyarakat.
2. Sebagai prasyarat untuk meraih gelar sarjana pada jurusan sosiologi fakultas ilmu
sosial dan ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan peristiwanya.11 Sedangkan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gambaran, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis
dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Ada beberapa istilah dalam
11
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006),
h. 92.
9
penelitian kualitatif seperti studi kasus, fenomenologi, etnomonologi, dan etnografi. Dalam
penelitian menggunakan pendekatan studi kasus, dengan melakukan penyelidikan intensif
terhadap kenakalan komunitas geng motor P-dox
2.
Subjek Penelitian
Informan utama dalam penelitian kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox
terdiri dari 5 informan laki-laki dan 2 orang informan wanita dengan jumlah keseluruhan 22
orang. Dari kelima orang tersebut salah satunya adalah pemimpin dari geng motor P-dox dan
memiliki peran yang sangat penting dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data lapangan, dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai
berikut :
a.
Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap
objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Metode observasi sebagai alat
pengumpul data, dapat dikatakan berfungsi ganda, sederhana, dan dapat dilakukan tanpa
menghabiskan biaya. Namun demikian, dalam melakukan observasi peneliti dituntut
memiliki keahlian dan penguasaan kompetensi tertentu.12
Dalam penelitian ini menggunakan observasi langsung yaitu dengan mengamatii,
menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas geng motor P-dox secara langsung
bersama subjek yang akan diamati. Kegiatan yang diamati oleh penulis seperti balap motor,
mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dan perjudian yang dilakukan oleh komunitas geng
motor P-dox.
12
Ibid., h. 173.
10
b.
Wawancara (interview)
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi
hubungan antara dua orang atau lebih, dimana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan
peranan mereka masing-masing. Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama
dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi
(interviewer) dan sumber informasi (interviewe).13 Teknik wawancara merupakan salah satu
elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara
yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya
langsung secara tatap muka (face to face).14
Jadi di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara secara langsung
dengan informan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Jumlah keseluruhan anggota
geng motor P-dox 22 orang berjenis kelamin pria. Subjek yang diwawancara secara langsung
oleh peneliti adalah 7 orang, yaitu 5 informan pria dan 2 informan wanita.
5.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara
digunakan agar wawancara menjadi terarah dan tepat. Sedangkan hand phone untuk merekam
pembicaraan agar tidak terlupa pada subyek penelitian, dan buku catatan digunakan untuk
mencatat berbagai hal penting dalam penelitian ini.
13
Ibid., h. 179.
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2007), h. 69.
14
11
6. Sumber Data
Dalam penelitian ini dikategorikan kedalam dua jenis, yaitu: data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui hasil
wawancara dengan informan dan observasi. Data ini diperoleh langsung dari sumbernya,
terutama orang yang dipilih sebagai informan yang akan diajak wawancara. Data primer yang
dimaksud dalam penelitian ini merupakan data yang berupa informasi kenakalan yang
dilakukan oleh geng motor P-dox, penyebab dan dampaknya. Sedangkan data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh melalui kepustakaan, seperti buku-buku, skrisi, tesis, dan
internet, yang berhubungan dengan penelitian ini.
7.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Febuari 2011.
Adapun tempat penelitian dilakukan di lingkungan RT 02, RW 013 Duren Sawit Jakarta
Timur.
8.
Pengolahan dan Analisis Data
Penulis melakukan pengumpulan data dari para informan. Kesimpulan diambil
berdasarkan dari data-data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian. Jadi kesimpulan
merupakan jawaban dari data yang telah didapatkan. Mengemukan bahwa analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas. Data
dianalisis dengan menggunakan tiga tahap yaitu, pertama, reduksi data, mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal penting, terhadap
data yang terkait dengan kenakalan dalam komunitas geng motor P-dox. Kedua, penyajian
data, dengan data, maka akan memudahkan untuk memahami bentuk-bentuk, faktor-faktor
penyebab, dan dampak kenakalan geng motor P-dox, apa yang terjadi dan merencanakan
12
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Ketiga, penarikan kesimpulan dengan
melakukan penyimpulan terhadap data yang sudah didapatkan dan mengaitkannya dengan
teori dan juga dapat menjawab pertanyaan penelitian.15
.
F.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian teori yang berisi definisi geng motor, kenakalan remaja, struktural
fungsional, teori anomi dan tindakan non- konformitas.
Bab III Gambaran umum geng motor P-dox terdiri dari gambaran umum wilayah dan
profil anggota geng motor P-dox.
Bab IV Temuan hasil penelitian terdiri dari gambaran umum kenakalan yang dilakukan
oleh para remaja geng motor P-dox. Faktor penyebab kenakalan yang dilakukan remaja
geng motor P-dox. Dampak kenakalan yang dilakukan oleh remaja geng motor P-dox.
Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
15
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011). h. 253.
BAB II
KAJIAN TEORI
Ada dua konsep utama yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu geng motor
dan kenakalan remaja. Selain itu teori yang berkaitan dengan fenomena geng motor dan
kenakalan remaja teori anomi dan tindakan non-konformitas dari Robert K Merton.
Berikut ini adalah konsep yang digunakan:
A. Geng Motor
Istilah gangs (geng) ini sejak lama telah digunakan untuk merujuk pada
kelompok-kelompok berkisar dari “play group”(kelompok bermain di masa kanak-kanak
dan remaja) hingga kelompok kejahatan terorganisasikan. Geng menjadi perhatian umum
karena secara awam istilah tersebut merujuk pada komunitas perusuh yang biasanya
terdiri dari anak-anak muda. Beranjak pada pengertian yang lebih sederhana, geng adalah
kelompok perkoncoan remaja, bukan kelompok pemuda yang didukung orang dewasa.
Ini merupakan kelompok yang anggotanya selalu bersama-sama secara teratur, dan
mereka menentukan sendiri kriteria keanggotaannya. 1
Menurut Kartini Kartono, geng banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota
besar. Geng juga identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang mengarah pada tindak
kriminalitas. Meskipun sebenarnya, gerombolan anak laki dari suatu geng terdiri dari
anak-anak normal, namun oleh satu atau beberapa bentuk pengabaian, dan upaya mereka
mencari kompensasi bagi segala kekurangannya, menyebabkan anak-anak muda ini
1
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000), h.
389.
13
14
kemudian menjadi jahat. Anak-anak menjadi jahat dan berusaha mendapatkan segala
sesuatu yang membahagiakan dan memuaskan mereka, anak remaja menganggap apa
yang diberikan oleh orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitarnya tidak cukup. Hal-hal
yang tidak ditemukan di tengah-tengah keluarga dan lingkungan sendiri, kemudian justru
mereka dapatkan di dalam sebuah geng motor, seperti kesetiakawanan dan kebersamaan.2
Geng motor menjadi tempat untuk mendapatkan sesuatu kebahagiaan maupun
kepuasan diri bagi para remaja, kebahagiaan yang tidak mereka dapatkan dari lingkungan
keluarga dan sosial lainnya, di dalam geng motor mereka mendapatkan rasa kebersamaan
dan kesetiakawanan antar remaja yang membuat mereka merasa nyaman.
Beberapa hal yang biasanya terdapat dalam geng motor menurut Katini Kartono
adalah: pertama, kepemimpinan; kedua istilah-istilah tertentu yang hanya dimiliki dan
dimengerti oleh geng motor tersebut; ketiga, ada aturan khusus yang apabila dilanggar
akan dikenakan sanksi. 3
Dengan kata lain, di dalam sebuah geng motor ada seorang pemimpin yang
memimpin segala aktifitas dalam sebuah geng motor, salah satu wewenang pemimpin
adalah menentukan wilayah untuk melakukan aktifitas dalam geng motor. Dari segala
aktifitas yang mereka lakukan bertujuan untuk memperkuat dan menumbuhkan loyalitas
bagi setiap anggotanya.
Untuk itu syarat pemimpin dalam sebuah geng adalah memiliki kekuatan,
keterampilan, dan nyali yang besar, jika dibandingkan dengan para anggota lainnya. Hal
tersebut menjadikan si pemimpin mendapatkan respek dan menjadi panutan dari anggota
lainnya. Figur kepemimpinan dalam geng motor harus dimiliki oleh seorang yang
2
3
Kartini Kartono, Patologi Sosiologi 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 13.
Ibid., h. 14-15.
15
memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat, seperti memiliki kekuatan untuk
memimpin para anggotanya, memiliki keberanian dalam mengambil suatu tindakan, dan
disegani oleh para anggota maupun orang lain.
Di dalam kelompok geng motor tadi kemudian muncul bahasa sendiri dengan
penggunaan kata dan istilah khusus yang hanya dapat dimengerti oleh para anggota geng
itu sendiri. Timbul pula ungkapan bahasa, gerak tubuh dan isyarat sandi tertentu. Dari
seluruh kelompok itu selanjutnya muncul satu tekanan kepada semua anggota kelompok,
agar setiap individu mau menghormati dan mematuhi segala aturan yang sudah
ditentukan. Dalam hal ini Kartini Kartono, mengutip salah satu pernyataan Ralf
Dahrendorf, bahwa orang yang tidak pernah mengerjakan sesuatu lebih daripada yang
diharuskan, harus mencari sumber penghargaan lainnya untuk menghindari rasa tidak
senang dari teman-temannya.4
Berkaitan dengan sanksi sebagaiman yang dikatakan oleh Kartono, maka segala
sesuatu yang dianggap melanggar ketentuan dalam geng, maka individu tersebut akan
dikenakan sanksi berupa kekerasan, dikucilkan, dan ejekan yang diterima dari anggota
lainnya sampai dikeluarkan dari keanggotaan geng.5
Beberapa ciri geng tadi dapat disebutkan di bawah ini:
1) Jumlah anggotanya berkisar antara 3-40 anak remaja. Jarang beranggotakan
lebih dari 50 anak remaja.
2) Anggota geng lebih banyak terdiri dari anak laki ketimbang anak perempuan,
walaupun ada juga anak perempuan yang ikut di dalamnya. Didalam geng
tersebut umum terjadi relasi heteroseksual bebas antara hakiki dan perempuan
4
5
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grasindo Persada 1983), h. 59.
Kartini Kartono, Patologi sosiologi 2 Kenakalan Remaja. h 15.
16
(yang merasa dirinya “maju dan modern”), Sering pula berlangsung perkawinan
di antara mereka, sungguhpun pada umumnya anak laki lebih suka kawin
dengan perempuan luar, dan bukan dengan anggota gang sendiri.
3) Kepemimpinan ada di tangan seorang anak muda yang dianggap paling banyak
berprestasi, dan memiliki lebih banyak keunggulan atau kelebihan daripada
anak-anak remaja lainnya.
4) Umur anggotanya berkisar 7-25 tahun. Pada umumnya semua anggota berusia
sebaya; berupa per-group atau kawan-kawan sebaya, yang memiliki semangat
dan ambisi yang kurang lebih sama.
5) Anggota geng biasanya bersikap konvensional bahkan sering fanatik dalam
mematuhi nilai-nilai dan norma geng sendiri. Pada umumnya mereka sangat
setia dan loyal terhadap sesama.
6) Di dalam geng sendiri anak-anak itu mendapatkan status sosial dan peranan
tertentu sebagai imbalan partisipasinya. Mereka harus mampu menjunjung
tinggi nama kelompok sendiri. Semakin kasar, kejam, sadistis dan berandalan
tingkah-laku mereka, semakin "tenarlah" nama gengnya, dan semakin banggalah
hati mereka. Nama pribadi dan gengnya menjadi mencuat dan banyak ditiru oleh
kelompok berandalan remaja lainnya.6
6
Ibid., h. 16-18.
17
B. Kenakalan Remaja
.
Masa Remaja, menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. 7
Kenakalan yang terjadi pada masyarakat sangat berkaitan atau identik dengan
para remaja, oleh karena itu perlu kita ketahui jenjang dimana para remaja banyak
melakukan aksi kenakalan yang dapat meresahkan lingkungan dimana remaja berada dan
tinggal. Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal-hal yang negatif dalam
rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman- temannya
di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal-hal tersebut dapat berbentuk
positif hingga negatif yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja
itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun
norma sosial. 8
Adapun pengertian kenakalan remaja menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a) Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anakanak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b) Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
7
8
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 9.
Agoes dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13-14.
18
c) Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.9
Prof. Dr. Fuad Hasan mengatakan bahwa kenakalan remaja ialah perbuatan anti
sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila dilakukan oleh orang dewasa
dikualifikasikan. 10 Dadang Hawari mengatakan bahwa suatu perbuatan dikatakan nakal
apabila melanggar atau menyimpang dari norna agama, sekolah dan masyarakat. Standar
moralitas menurut ajaran agama sudah jelas dan standar tersebut kemudian diberlakukan
di lingkungan sekolah dan masyarakat, meskipun kadang kala masyarakat setempat
mempunyai standar nilai yang mengacu pada adat istiadat setempat.11
Kenakalan remaja menurut Kartini Kartono, ialah perilaku jahat atau kenakalan
anak-anak muda yang merupakan gejala sakit (Patologis) secara sosial pada anak remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka
itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Pada umumnya anak remaja ini
mempunyai kebiasaan yang aneh dan ciri khas tertentu, seperti cara berpakaian yang
mencolok, mengeluarkan perkataan-perkataan yang buruk dan kasar, kemudian para
remaja ini juga memiliki tingkah laku yang selalu mengikuti trend remaja pada saat
ini.12
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam
perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari
9
Pengertian Kenakalan Remaja. Diakses pada tanggal 8 januari 2011. Dari
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html.
10
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 89.
11
H. Ridjaluddin, Psikologi Agama, Tinjauan Islam Terhadap Kenakalan Pelajar, (Jakarta: LKI Nugraha
Ciputat, 2008), h. 6.
12
Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja, h. 8.
19
nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai
sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep
perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tesebut berarti telah menyimpang.13
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang keluar dari norma-norma atau
aturan-aturan sosial yang telah ada dalam tatanan kehidupan masyarakat. Kenakalan yang
dilakukan oleh kalangan remaja, para remaja dianggap telah melakukan suatu
pelanggaran terhadap norma-norma yang ada di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa juvenile
delinquency adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak remaja dengan
melanggar setiap norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat sehingga dapat
menimbulkan keresahan bagi masyarakat.
1. Bentuk Kenakalan Remaja
Beberapa bentuk kenakalan remaja menurut Gunawan, adalah:
a.
Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui
kecepatan maksimum yang ditetapkan, sehingga dapat mengganggu dan
membahayakan pemakai jalan yang lain (kecepatan maksimum di dalam kota
adalah 25 sampai 40 kilometer per jam).
b.
Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar
cabul, majalah, dan cerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai
peredaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi, dan sebagainya.
13
Suwarniyati Sartono, Pengurangan Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta.
laporan penelitian UI, (Jakarta: Persada, 1985). h. 7.
20
c.
Membentuk kelompok atau gang dengan norma yang menyeramkan, seperti
kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, dan sebagainya.
d.
Berpakaian dengan mode yang tidak selaras dengan selera lingkungan,
sehingga dipandang kurang atau tidak sopan di mata lingkungannya.14
Dari beberapa bentuk kenakalan remaja yang telah disebutkan di atas, ada
beberapa bentuk kenakalan lainnya seperti, perusakan fasilitas umum, membolos
sekolah, mencorat- coret dinding sekolah dan tawuran antar pelajar.
2. Teori Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja.
Kejahatan remaja menurut Kartini Kartono, merupakan gejala penyimpangan
dan patologis secara sosial itu juga dapat dikelompokkan, dan mempunyai sebabmusabab yang majemuk. Dengan menggunakan pemikiran para sarjana yang
menekuni topik ini, maka ia menggolongkannya dalam empat teori yaitu biologis,
psikogenis, sosiogenis, dan teori sub-kultur. Menurut penulis dari keempat teori
tersebut, maka yang paling relevan adalah teori sosiogenis dan sub-kultur.
a. Teori sosiogenis
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kartini Kartono, para sosiolog berpendapat
penyebab tingkah-laku kenakalan pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau
sosial-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh, tekanan kelompok, peranan sosial,
status sosial yang keliru. Maka faktor-faktor kultural dan sosial itu sangat
mempengaruhi, bahkan mendominasi
14
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, h. 92.
peranan sosial setiap individu di tengah
21
masyarakat, status individu di tengah kelompoknya, partisipasi sosial, dan pendefinisiandiri atau konsep dirinya. 15
Proses simbolisasi diri ini berlangsung tidak sadar dan berangsur-angsur untuk
kemudian menjadi bentuk kenakalan pada diri seorang remaja. Menurut Kartini Kartono
hal ini berlangsung sejak usia sangat muda, dimulai dari keluarga sendiri yang
berantakan, sampai pada masa remaja dan masa dewasa di tengah masyarakat.
Terbentuknya pola tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma umum, sehingga
menimbulkan kenakalan yang dilakukan remaja secara terus menerus.16
Perilaku kenakalan yang dilakukan oleh para remaja dapat terjadi karena faktor
keluarga sendiri, seperti keluarga broken home, lingkungan sosial, seperti pergaulan
dengan remaja lainnya yang telah melakukan kenakalan, dan kebudayaan yang telah
melekat dalam lingkungan tersebut sehingga remaja dapat terjerumus dalam kenakalan.
Kartono memiliki pemikiran yang sama dengan E.H Sutherland yang mengatakan
seseorang berperilaku jahat dengan cara yang sama dengan perilaku yang tidak jahat.
Artinya, perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang-orang lain dan orang
tersebut mendapatkan perilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukan oleh orangorang yang berperilaku dengan kecendrungan melawan norma-norma hukum yang ada.
Lebih lanjut Sutherland menyebutnya sebagai proses asosiasi yang diferensial
(differential association), karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut, sebagai
akibat interaksi dengan pola-pola perilaku jahat. Anak dan para remaja menjadi nakal
dikarenakan oleh partisipasinya di tengah-tengah suatu lingkungan sosial. Karena itu,
semakin lama anak bergaul dan semakin intensif relasinya dengan anak-anak jahat
15
Kartini Kartono, Patologi Sosiologi 2 “Kenakalan Remaja”, h. 28.
Ibid., h. 29.
16
22
lainnya, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi diferensial
tersebut dan semakin besar kemungkinan anak-anak remaja tadi benar-benar menjadi
kriminal.17
Jadi, teori Sutherland menekankan kepribadian anak, dengan mental yang lemah
dan tidak terdidik dengan baik, dan menjalani proses pembentukan tadi. Khususnya
proses pembentukan tersebut sangat mudah berlangsung pada anak-anak remaja yang
memiliki kejiwaan yang sangat labil dalam mencari jati diri mereka.
b. Teori subkultur delinkuensi
Menurut Kartini Kartono "Kultur" atau "kebudayaan" dalam hal ini menyangkut
satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah-laku responsif sendiri yang
khas pada anggota-anggota kelompok geng tadi. Sedang istilah "sub" mengindikasikan
bahwa bentuk "budaya" tadi bisa muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif
sifatnya.18
Teori Subkultur mengaitkan kepercayaan atau keyakinan, ambisi-ambisi tertentu
(misal-nya ambisi materiil, hidup santai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dan
lain-lain) yang memotivasi timbulnya kelompok-kelompok remaja brandalan dan
kriminal, dikarenakan mereka ingin mencapai suatu status sosial yang tinggi dan prestise
di kelompoknya. 19
Menurut teori subkultur ini, sumber kenakalan remaja ialah; sifat-sifat suatu
struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkungan familial,
tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja nakal tersebut.
17
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar , (Jakarta: LSA, 2008). h. 213.
Kartini Kartono, Patologi Sosiologi 2 “Kenakalan Remaja”, h. 31.
19
Ibid., h. 31.
18
23
Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain ialah:
(1) punya populasi yang padat,
(2) status sosial-ekonomis penghuninya rendah,
(3) kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk,
(4) banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi. 20
Salah satu hal yang dianggap sebagai faktor yang sangat penting bagi munculnya
sub kultur kenakalan remaja adalah karena besarnya ambisi materil, dan kecilnya
kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan pemunculan kebiasaan hidup yang
menyimpang dari norma hidup wajar, sehingga banyak anak remaja menjadi
menyimpang dan kriminal. 21
Sebaiknya, remaja dengan hidup berkecukupan tidak selalu terhindar dari
tindakan menyimpang, hidup dengan segala fasilitas yang sudah tersedia menyebabkan
remaja merasa jenuh dan mencari sesuatu yang mereka tidak dapatkan dirumah. Proses
pencarian diluar tidak selalu bernilai positif akan tetapi tak jarang remaja dihadapkan
dengan nilai-nilai yang bersifat negatif. Kenakalan yang terjadi pada remaja dapat
disebabkan oleh faktor kejenuhan (jenuh hidup di tengah kemewahan). Kemewahan
membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena terlalu lama
menganggur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan perbuatan yang
bermanfaat, dan terlalu hidup santai, sehingga dari faktor diatas anak-anak dapat
melakukan kenakalan sebagai tempat pelarian dirinya. 22
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa kenakalan yang terjadi dikalangan
remaja, baik dari sub kultur kalangan kelas ekonomi atas, sub kultural menengah,
20
Ibid., h.32.
Ibid., h.32.
22
Ibid., h. 33.
21
24
maupun kultur ekonomi bawah memiliki potensi yang sama untuk berkembangnya
perilaku menyimpang atau kenakalan pada remaja. Dengan kata lain fenomena kenakalan
remaja tidak hanya terjadi pada kalangan bawah saja.
3. Faktor- faktor penyebab kenakalan remaja
Adapun menurut Agoes Dariyo gejala kenakalan timbul dalam masa pubertas,
di mana jiwa dalam keadaan labil, sehingga mudah terseret oleh lingkungan. Seorang
anak tidak tiba-tiba menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah
dibentuk oleh lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), termasuk kesempatan
yang di luar kontrol yaitu:
a. Kondisi keluarga yang berantakan(Broken Home), kondisi keluarga yang
berantakan
merupakan
cerminan
adanya
ketidakharmonisan
antar
individu(suami-istri dan orang tua anak) dalam lembaga rumah tanngga.
Hubungan suami-istri yang tidak sejalan yakni ditandai dengan pertengkaran,
percekcokan, maupun konflik terus menerus. Selama konflik itu berlangsung
dalam keluarga , anak-anak akan mengamati dan memahami tidak adanya
kedamaian dan kenyamanan dalam keluarganya. Kondisi ini membuat anak
tidak merasakan perhatian, dan kasi saying dari orang tua mereka. Akibatnya
mereka melarikan diri untuk mencari kasih sayang dan perhtian dari pihak lain,
dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan diluar rumah.23
b. Situasi (rumah tangga,
sekolah,
lingkungan)
yang
menjemukan dan
membosankan, padahal tempat-tempat tersebut mestinya dapat merupakan
23
Agoes dariyo. Psikologi Perkembangan Remaja. h. 110.
25
faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan
yang kurang rekreatif).24
c. Lingkungan masyarakat yang tidak atau kurang menentu bagi prospek
kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi,
manipulasi, gosip, isu-isu negative atau destruktif, perbedaan terlalu mencolok
antara si kaya dan si miskin, dan sebagainya.25
Beberapa faktor yang telah disebutkan diatas merupakan faktor utama
penyebab terjadinya kenakalan remaja, namun ada beberapa faktor lain yang
menyebabkan terjadinya kenakalan pada remaja, seperti Status sosial ekonomi
orang tua yang rendah, menyebabkan anak remaja ini melakukan pencurian,
karena tidak sangupnya para orang tua mereka untuk memenuhi segala
kebutuhan apa yang mereka inginkan dan juga penerapan disiplin keluarga yang
tidak tepat, ketika anak sering diperlakukan kasar dan keras dari orang tua
mereka, mungkin anak itu akan taat dan patuh dihadapan orang tua, akan tetapi,
sifat kepatuhan itu hanya bersifat sementara. Mereka akan cendrung melakukan
tindakan yang negatife, sebagai pelarian dan protes terhadap kedua orang tua
mereka. 26
C. Teori Anomi dan Tindakan Non-Konformitas
Teori fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif di dalam
sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagianbagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi
24
Ibid., h. 110.
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, h. 93.
26
Agoes dariyo. Psikologi Perkembangan Remaja. h. 111.
25
26
tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada
salah satu bagian akan menyebabkan tidak keseimbangan dan pada gilirannya akan
menciptakan perubahan pada bagian yang lain. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa
semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga
masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.27
Teori ini menekankan pada keteraturan (order) di dalam masyarakat dan
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut teori ini
masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan.28
Fokus pada fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial
ketimbang motif individu. Fungsi, menurut Merton, didefinisikan sebagai “konsekuensikonsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian suatu
sistem”. Selain memiliki fungsi, fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi
fakta sosial yang lain.
Untuk memperbaiki kelemahan serius pada fungsionalisme
struktur awal ini, Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi.29
Menurut Merton fungsi yang telah dijelaskan diatas, harus bersifat netral secara
ideologis, sehingga Merton mengajukan pula satu konsep yang disebutnya dis-fungsi.
Sebagaimana struktur sosial atau pranata sosial dapat menyumbang terhadap
pemeliharaan fakta-fakta sosial lainnya, sebaliknya ia juga dapat menimbulkan akibatakibat yang bersifat negatif. 30 Pokok pemikiran Merton, yakni bahwa suatu institusi tidak
27
Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007). h. 48.
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2002), h. 21.
29
George Ritzer dan Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Jakarta: Kencana Prenada, 2001), h. 269.
30
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, h. 22.
28
27
harus selalu berfungsi atau tidak berfungsi tetapi berfungsi untuk kelompok orang
tertentu dan tidak berfungsi bagi kelompok orang yang lain. 31
Salah satu kasus yang mengaplikasikan teori dalam penelitian ini ialah kenakalan
remaja oleh geng motor. Kenakalan remaja pada geng motor, seperti balapan liar,
narkoba, sek bebas, dan lain-lain ini menjadi dis-fungsi bagi unit sosial lainnya seperti
unit sosial kepolisian, keagamaan, pranata hukum dan menjadi fungsi bagi remaja geng
motor itu.
Kenakalan remaja adalah salah satu bentuk patologi yang ada dalam masyarakat.
Perilaku yang dilakukan para remaja yaitu sebagai saluran untuk mendapatkan
kebahagian, hal itu dilakukan dengan penyimpangan-penyimpangan yang keluar dari
struktur sosial. Kenakalan ini memiliki fungsi bagi remaja itu sendiri, akan tetapi ini
menjadi dis-fungsi bagi sistem sosial lainnya.
Dalam penganut teori fungsional ini harus memandang segala pranata sosial yang
ada dalam kehidupan masyarakat harus berfungsi dalam artian positif maupun negatif.
Setiap unit sosial harus memainkan peranannya masing-masing dan menjalankan
fungsinya dengan baik. Dengan demikian dalam teori struktur fungsional kelompok geng
bisa saja dianggap memiliki fungsi, sebagaiman kemiskinan juga bisa memiliki fungsi
Sebaliknya bagi Merton hal ini merupakan situasi anomi, yaitu suatu kondisi
yang terjadi bila tujuan kultural dan sarana kelembagaan tidak lagi sejalan. Hal ini
merupakan kebalikan dari situasi konformitas dimana sarana yang sudah digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.32
31
32
Bernard Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, h. 63.
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007). h. 34.
28
Situasi anomi terjadi pada fenomena geng motor dimana untuk mendapatkan
teman yang mengerti, para remaja mencarinya melalui cara-cara yang secara sosial
dianggap menyimpang, seperti balap motor, judi, dan seks bebas merupakan perilaku
yang dianggap menyimpang secara sosial. Tindakan-tindakan tersebut secara hukum
merupakan pelanggaran ketertiban dan keamanan. Dengan demikian, kehidupan geng
motor meskipun memiliki fungsi memberi kebahagiaan, tetapilebih tepat untuk
dikelompokan sebagai tindakan non-konformitas.
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A.
Wilayah Geografis
Duren Sawit secara geografis berada di wilayah timur DKI Jakarta. Berdasarkan
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1227 tahun 1989 tentang penyempurnaan batas
dan luas wilayah sebagai pelaksanaan keputusan gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251
tahun 1986 tentang Pemecahan, penyatuan, penetapan batas, perubahan nama kelurahan
yang kembar atau sama dengan penetapan luas wilayah kelurahan, maka kelurahan Duren
Sawit memiliki luas wilayah 455,55 ha, yang ditata kedalam RT/RW sebanyak 17 RW
dan 182 RT (jumlah RT sebelumnya 187 RT namun terjadi pengurangan sebanyak 5 RT
yang disebabkan karena ada beberapa lingkungan RT terkena proyek banjir Kanal Timur
(BKT) yaitu RT 008, 009, 010 yang berada dilingkungan RW 02 RT. 006/4 dan
RT011/11.
Batas wilayah Kelurahan Duren Sawit sebagai berikut :
- Sebelah Utara
: Jalan Raya perumnas, Kelurahan Klender
- Sebelah Timur
: Kali buaran, Kelurahan Malaka Sari, Kelurahan Pondok Kelapa
- Sebelah Selatan : Kalimalang, Kelurahan Cipinang Melayu
- Sebelah Barat
: Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Pondok Bambu.1
Tempat penelitian ini dilakukan di Rt 02 Rw 013 Tegalamba Kelurahan Duren
Sawit, Jakarta Timur. Berikut ini adalah data dan tabel yang didapat peneliti dari
Kelurahan Duren Sawit.
1
Buku Laporan Kegiatan Bulan Maret 2011, Kelurahan Duren Sawit.
29
30
1.
Kependudukan
a. Jumlah Penduduk tiap RW sampai dengan bulan Maret 2011
No.
RW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
01
02
03
04
05
06
07
08
09
010
011
012
013
014
015
016
017
JUMLAH
RT KK
13
723
10
602
9
710
8
654
9
534
14
750
9
602
16
713
16
831
12
663
11
542
8
331
10
502
9
414
8
313
9
640
11
513
WNI
LK
1784
1544
1798
1472
1744
2486
1701
1847
1850
1624
1635
1148
1430
1328
2000
2577
1844
PR
1723
1316
2062
1324
1272
1162
1218
1969
1272
1004
2376
1236
1379
1413
1464
1394
1559
JML
3507
2860
3860
2796
3016
3648
2919
3816
3122
2628
4011
2384
2809
2741
3464
3971
3403
WNA
LK
1
2
Jumlah
182 10.037 29.812 25143 54.955 3
Sumber: Kantor Kelurahan Duren Sawit
PR
1
-
JML
1
1
2
1
4
JUMLAH
3507
2860
3860
2796
3016
3648
2919
3816
3123
2628
4011
2384
2810
2741
3464
3971
3405
55.959
Data penduduk khususnya di RW 013 yang menjadi tempat penelitian terdiri, dari
10 RT dan 502 KK, Jumlah laki-laki 1430 jiwa dan perempuan 1379 jiwa, terdapat 1
warga negara asing yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah keseluruhan penduduk dari
RW 013 adalah 2810 jiwa. Rasio Kepadatan Penduduk : Jumlah Penduduk
2809 :
55.959 = 5,019 %. Dari data diatas RW 013 memiliki kepadatan penduduk ke 12 dari
dari 17 RW yang ada di kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur dengan jumlah 2810 jiwa.
b. Jumlah penduduk menurut pendidikan dan pekerjaan s.d bulan Maret 2011
No
Pekerjaan
1
Jumlah Penduduk
PENDIDIKAN
Tidak sekolah
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
29.815
25144
55.959
36
38
74
31
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Akademi/PT
Jumlah
2
PEKERJAAN
Karyawan swasta/PemerintahABRI
Pedagang
Pensiun
Pertukangan
Lain-lain
Tani
Buruh tani
Nelayan
Fakir miskin
Jumlah
3
DROP OUT (Putus sekolah)
Tidak sekolah
Dari SD
Dari SLTP
Dari SLTA
Dari akademi/PT
Anak-anak dibawah
Jumlah
Sumber: Kantor Kelurahan Duren Sawit
342
1320
1679
559
1862
5167
247
2065
1092
1098
1576
5016
589
1385
2771
1657
3438
9914
4490
7815
3745
2056
6364
9575
5542
5618
3214
8951
14065
13357
9363
5270
42055
539
763
790
2351
547
623
728
2291
1086
1386
1518
3990
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk menurut pendidikan, terdapat 74
orang penduduk yang tidak bersekolah, penduduk yang tidak lulus SD berjumlah 589
orang, penduduk yang lulus SD berjumlah 1385 orang, lulus SMP berjumlah 2771 orang,
lulus SMA berjumlah 1657 orang, dan penduduk yang menyelesaikan akademi berjumlah
3438 orang baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah penduduk menurut pekerjaan,
terdapat 14065 orang karyawan swasta, bekerja sebagai pedagang berjumlah 13357
orang, lain-lain 1963 orang yang berarti adalah pengangguran atau yang tidak memiliki
pekerjaan tetap, dan termasuk golongan fakir miskin berjumlah 5270 orang baik laki-laki
maupun perempuan.
32
c. Data Keagamaan
Data pemeluk agama dari 54.857 jiwa penduduk Kelurahan Duren Sawit adalah
sebagai berikut:
1. Islam
: 43.883 Orang = 79 %
2. Kristen Protestan
: 5.023 Orang = 9,15 %
3. Kristen Katolik
: 4.957 Orang = 9,36 %
4. Hindu
: 415 Orang = 0.75 %
5. Budha
: 579
Jumlah
: 54.857 Orang
Orang = 1.05 %
Mayoritas penduduk kelurahan Duren Sawit beragama Islam dengan jumlah
keseluruhan 43.883 orang. Bergama Kristen Protestan berjumlah 5.023 orang. Beragama
Kristen Katolik berjumlah 4.957 orang. Bergama Hindu berjumlah 415 orang. Beragama
Budha berjumlah 579 orang. Jumlah keseluruhan dari data pemeluk agama di atas adalah
54.857 orang.2
B. Profil Geng Motor P-dox
Fenomena geng motor yang ada di masyarakat telah menjamur diseluruh wilayah
Jakarta khususnya di daerah Jakarta Timur. Dari beberapa geng motor yang berada di
Duren Sawit Jakarta Timur ada salah satu geng motor yang bernama P-dox, kata P-dox
yang berarti tempat persinggahan dari anak-anak brutal yang menghiraukan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Berikut ini adalah data tabel profil geng motor P-dox Duren Sawit Jakarta Timur:
2
Buku Laporan Kegiatan Bulan Maret 2011, Kelurahan Duren Sawit.
33
Seperti yang telah diungkapkan oleh saudara Handay:
“P-dox merupakan tempat yang dimana dalam istilah dunia balap motor
nasional yaitu “Peadock” tempat dimana untuk pengaturan sebuah motor
Sport, istilah ini lebih di permudah dengan sebutan P-dox oleh tongkrongan
kami”.3
Geng Motor P-dox didirikan oleh Komarudin (komandan) pada tahun 1995, pada
saat itu Komarudin berumur 16 tahun. Geng motor ini berawal dari teman sepermainan
terdiri dari sembilan orang yang sebaya dan ada tiga orang yang masih bertahan sampai
saat ini termasuk Komarudin. Mereka berkumpul bersama dan tumbuh besar menjadi
seorang remaja dalam lingkungan yang sama, dari kesembilan orang tersebut kebanyakan
dari mereka tidak mengenyam pendidikan sekolah hanya sebagian kecil yang lulus
sekolah dasar.
Pertemanan dalam geng P-Dox dimulai dari masa anak-anak lalu tumbuh menjadi
anak remaja. Mereka memiliki latar belakang yang sama sebagai yang memiliki hobi
yang
sama
yakni
berkumpul
bersama
atau
yang
biasa
disebut
dengan
istilah”nongkrong”. Karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan maka mereka
sering melakukan aktifitas berkumpul bersama tersebut. Sampai akhirnya muncul ide
untuk menyebut perkumpulan ini dengan nama P-dox yang berarti tempat persinggahan
dan pelarian anak-anak remaja.
Dari tongkrongan tersebut mereka mulai mencoba mengkonsumsi minuman keras
kemudian narkoba yang bisa membuat mereka merasa senang. Pada tahun 2000 ada salah
satu anggota baru masuk kedalam tongkrongan P-dox bernama Ikin (nama samaran), dia
memiliki kemampuan untuk membongkar dan mengatur agar motor bisa lebih cepat.
Kemudian timbul keinginan diantara anggota P-dox untuk membuat perkumpulan motor
3
Hasil Wawancara Peneliti dengan saudara Handay anggota Geng Motor P-Dox, Sabtu 7 Mei 2011.
34
yang diberi nama geng motor P-dox dengan melakukan aktifitas balapan motor dan
berjudi untuk menghasilkan uang dan membeli minuman keras ataupun narkoba. Hal-hal
yang telah disebutkan terjadi secara turun-temurun sampai saat ini.
Dengan kata lain, munculnya geng motor P-dox ini adalah sebagai sarana
menyalurkan hoby balapan liar, mencari kesenangan, melepaskan jenuh, dan ajang
berkumpulnya (nongkrong) bagi para anak-anak remaja terutama para remaja di
lingkungan Duren Sawit Jakarta Timur.
Seperti yang diungkapkan oleh ketua geng motor P-dox :
“Bahwa geng motor P-dox ini adalah tempat untuk menyalurkan hoby dalam
balapan liar dan tempat mencari kesenangan yang tidak ada tongkrongan
lainnya.4
“Tongkrongan P-dox, jadi tempat untuk mencari kesenangan buat anak
muda atau remaja”.5
“P-dox jadi tempat buat anak muda atau remaja untuk menyalurkan hoby di
balap liar”.6
Hal ini juga diungkapkan oleh saudara inisial P:
“P-dox jadi tenar dikalangan anak-anak motor dan dikalangan tongkrongan,
biar kata kita da tenar dari dulu, siapa si yang ga kenal P-dox”.7
Geng motor P-dox merupakan geng yang disegani dan ditakuti oleh geng lain sejak
dahulu.
Seperti pernyataan saudara inisial D:
“Biar P-dox disegani dan ditakuti sama geng motor dan tongrongan lain, biar
kata kita dari dulu udah ditakutin sama geng dan tongkrongan lain”.8
4
Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei2011.
Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011.
6
Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011.
7
Hasil Wawancara Penulis dengan P (inisial) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011.
8
Hasil Wawancara Penulis dengan D (inisial) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011.
5
35
Sebagai sebuah perkumpulan perkumpulan yang terdiri dari remaja, mereka yang
bergabung dalam geng motor P-dox mereka juga ingin menjadi orang sukses.
seperti yang diungkapkan oleh saudara Qinay (nama samaran):
“ Anak-anak P-dox ingin menjadi orang sukses meski dengan jalan yang ga
bener siapa si di P-dox yang ga maw sukses ”.9
Geng motor P-dox juga memiliki Motto yang sampai saat ini masih diberlakukan.
Seperti yang dungkapkan saudara P (inisial):
“Di P-dox juga punya motto,mottonya: Lw asik gw santai, lw ngusik gw
bantai”.10
Motto dalam tongkrongan geng motor P-dox ini memiliki makna, bahwa remaja
geng motor P-dox terbuka menerima remaja yang ingin bergabung atau menjalin
persahabatan dengan geng motor lainnya. Tetapi jka remaja geng motor P-dox ini merasa
terusik atau diusik, maka remaja geng motor P-dox tidak segan-segan untuk berperilaku
keras dan kasar pada anggota geng motor lainnya.
Namun demikian, sebagai khas sebuah geng remaja komunitas geng motor P-dox
memiliki ciri lebih menyukai kegiatan seperti keluar malam, balap motor.
Sebagaimana diungkapkan oleh komandan P-dox:
“Kita keluar malam rame-rame, paling dikit empat motor, semuanya jalan
bareng ketempat trek-trekan”
“Kita punya stiker P-dox biar anak lain pada tau, kalo kita anak P-dox”
9
Hasil Wawancara Penulis dengan Qinay (nama samaran) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei
2011.
10
Hasil Wawancara Penulis dengan P (inisial) salah satu anggota geng P-dox, Sabtu 7 Mei 2011.
36
“Sebelum kita keluar malam buat balap liar, kita mabok dulu, biar lebih asik
lebih santai pas dijalan, jadi tambah pede juga kalo ada musuh yang ngajakin
troan”
“Rata-rata motor anak P-dox pake knalpot racing, biar enak didenger sama
anak lain”.11
1.
Karakteristik Anggota P-dox Berdasarkan Umur dan Lama Bergabung
Penggolongan remaja menurut Thornburg sebagaimana telah dibahas sebelumnya
yakni terbagi dalam tiga tahap yaitu: yang pertama adalah remaja awal (usia 13-14
tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun) (c) remaja akhir (usia 18-21 tahun). Terdapat
22 anggota P-Dox, usia di atas 21 tahun sebanyak 8 orang, adapun yang di bawah 21
terdiri dari 13 orang. Dengan pembagian tersebut maka karakteristik anggota P-dox
adalah sebagaimana terlihat dalam table berikut:
No
Umur
Jumlah
Prosentase
13-14 Tahun (Remaja Awal)
0
0%
15-17 Tahun (Remaja Tengah)
1
4,5%
18-21 Tahun (Remaja Akhir)
13
59%
Di atas 21 tahun
8
36.4%
Sumber: Dikumpulkan dari hasil kuestioner dan wawancara
Berdasarkan data yang berhasil penulis kumpulkan sebagaimana terlihat dalam
tabel diatas anggota geng motor P-dox terdiri dari 22 orang. Dengan anggota yang
11
Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Geng Motor P-Dox, Saudara Komarudin, Sabtu 7 Mei 2011.
37
berumur 21 tahun keatas tergolong dewasa terdiri dari 8 individu, dengan persentase
36.4%. Jumlah terbesar terdapat pada usia 18-21 tahun tergolong remaja akhir terdiri dari
13 individu dengan persentase 59%. Usia 15-17 tergolong remaja tengah dengan
persentase 4,5% dan tidak ada anggota geng motor P-dox yaang berumur 13-14 tahun
atau termasuk dalam kategori remaja awal. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Agoes
Dariyo (2004), penggolongan remaja terbagi dalam tiga tahap yang pertama adalah
remaja awal (usia 13-14), (b) remaja tengah (usia 15-17) (c) remaja akhir (usia 18-21),
pada umur 21 tahun keatas dan selebihnya dikategorikan pada usia menuju dewasa.
Dengan demikina bisa dikatakan bahwa anggota geng motor P-dox merupakan geng yang
beranggotakan remaja dengan karateristik dalam masa pencarian jati diri.
Mayoritas lama bergabung anggota P-dox sekitar 1-5 tahun termasuk dalam
anggota baru, anggota lainnya lama bergabung 6-10 tahun termasuk anggota lama dan
lama bergabung 11-16 tahun merupakan anggota terlama yang bergabung dalam
komunitas geng motor P-dox.
Lama Bergabung
Frequency
Valid 1-5 Tahun
14
(Anggota
Baru)
6-10 Tahun
5
(Anggota
lama)
11-16 Tahun
(Anggota
sangat lama)
Total
Percent
63.6
22.7
3
13.6
22
100.0
38
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox, pada tanggal
11November 20011
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox, pada tanggal
11November 20011
Menurut data diatas jumlah terbesar dalam kategori lama bergabung terdapat lama
bergabung 1-5 tahun, meskipun bukan waktu yang singkat namun dibandingkan dengan
anggota lainnya masih tergolong baru. Mereka terdiri dari 14 individu, 63.6% dari
seluruh anggota, Dalam kategori anggota terlama terdiri dari 5 individu, persentase
22.7% dan kategori anggota paling lama terdiri dari 3 individu, persentase 13.6%.
39
2.
Karakteristik Anggota P-dox berdasarkan Pendidikan, Pernikahan dan
Pekerjaan
Identifikasi anggota geng motor P-dox memiliki dasar pendidikan yang berbeda-
beda, akan tetapi kebanyakan dari anggota geng P-dox adalah STM (Sekolah Tehnik
Menengah) dan dari 22 orang anggota geng 20 orang diantaranya pernah merasakan
pendidikan sekolah dan 2 orang yang tidak sekolah. Pada pernikahan kebanyakan belum
menikah dan pekerjaan terdapat 10 orang pengangguran dan 9 orang yang bekerja.
Seperti data data dibawah ini:
Pendidikan 1
Valid Tidak Sekolah
Pernah Sekolah
Total
Frequency
2
20
22
Percent Valid Percent
9.1
9.1
90.9
90.9
100.0
100.0
Cumulative
Percent
9.1
100.0
Sumber: Kuestioner dan wawancara dengan anggota geng motor P-dox, pada tanggal 11
November 2011
40
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal
11November 20011
Dari data yang berhasil dikumpulkan penulis ada dua
anggota geng motor P-dox
yang tidak sekolah terdapat 2 individu dengan persentase 9.1%, kemudian yang sekolah
terdiri dari 20 individu dengan persentase 90.9%. Artinya mayoritas anggota geng motor
P-dox pernah sekolah dan hanya dua orang yang tidak bersekolah.
41
Pendidikan. 2
Frequency Percent
Valid Tidak Sekolah
2
9.1
SD
SMP
STM
Total
1
5
14
22
4.5
22.7
63.6
100.0
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal
11November 20011
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal
11November 20011
Menurut data di atas ada dua anggota geng P-dox yang tidak sekolah, dengan
persentase 9,1%. Anggota yang hanya lulusan SD satu orang, dengan persentase 4,5%,
lulusan SMP lima orang, dengan persentase22,7%, lulusan STM terdiri dari 14 orang,
42
dengan persentase 63,6%, Artinya mayoritas anggota geng motor P-dox adalah lulusan
STM dan terbanyak kedua adalah lulusan SMP.
Status Pernikahan
Valid Cerai
Belum Menikah
Menikah
Total
Frequency
1
17
4
22
Percent
4.5
77.3
18.2
100.0
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng motor P-dox,
pada tanggal 18 November2011
Sumber: Kuestioner dan Wawancara dengan anggota geng P-dox tanggal
11November 20011
43
Menurut data diatas anggota geng motor P-dox yang bercerai terdiri dari 1 orang
dengan persetase 4.5%, anggota yang belum menikah terdiri dari 17 orang, dengan
persentase 77,3% berwarna hijau. Dan yang sudah menikah terdiri dari 4 orang, dengan
persentase 18,2%. Artinya anggota geng motor P-dox yang belum menikah memiliki
jumlah terbesar dari jumlah yang sudah menikah.
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid Pengangguran
10
45.5
Sekolah
3
13.6
Bekerja
9
40.9
Total
22
100.0
Sumber: Kuestioner dan Wawancara anggota geng motor P-dox, pada
tanggal 18 November 2011
Menurut data diatas anggota geng motor P-dox adalah pengangguran yang terdiri
dari 10 individu dengan persentase 45.5%, anggota yang sekolah terdiri dari 3 individu
44
dengan persentase 13.6%, dan anggota yang bekerja teridiri dari 9 individu dengan
persentase 40.9%. Artinya anggota geng motor P-dox yang pengangguran lebih banyak
satu orang dengan yang bekerja, dan sisanya masih dalam masa pendidikan. Kemudian
pekerjaan yang dilakukan remaja Pdox bermacam-macam seperti buruh serabutan
(pekerjaan yang tidak menentu) dan sebagai perantara jual beli barang (hp, motor, dan
lain-lain).
BAB IV
KENAKALAN REMAJA
DALAM KOMUNITAS GENG MOTOR P-DOX
A. Gambaran Umum Kenakalan Remaja Dalam komunitas Geng Motor Pdox
Bab ini akan menggambarkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
menjadi aktifitas utama geng motor P-dox. Dari hasil penelitian yang dilakukan
penulis, setidaknya terdapat empat jenis kenakalan remaja yaitu: 1) balap motor,
2) minuman keras dan narkoba, 3) seks bebas, 4) berjudi.
Selain itu bab ini juga akan menggambarkan faktor-faktor penyebab
terjadinya kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox. Dari hasil
wawancara
yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan
terhadap orang tua dan keluarga yang dianggap tidak mendukung eksistensi
anggota geng motor P-dox secara individu menjadi faktor penyebab yang
dijadikan alasan utama para remaja mencari “kebahagiaan” dengan cara
bergabung menjadi anggota geng motor P-dox. Faktor lainnya adalah faktor
pergaulan dan hubungan sosial yang bersifat pasif.
Adapun gambaran umum bentuk kenakalan yang dilakukan oleh komunitas
geng motor P-dox, antara lain:
1.
Balapan Liar
Geng motor P-dox seperti kebanyakan geng motor lainnya yang terdiri dari
beberapa orang dan berkumpul bersama lalu memiliki kendaraan bermotor hingga
45
46
terbentuk sebuah komunitas geng motor. Dalam setiap komunitas mempunyai
simbol atau ciri khas tertentu, berupa bendera, memiliki motor yang sejenis, dan
kostum berupa jaket yang sama dalam satu geng motor. Pada komunitas geng
motor P-dox juga memiliki symbol untuk mengeksistensikan keberadaan
komunitas geng motor dalam dunia geng motor, symbol itu berupa stiker
bertuliskan P-dox yang ditempelkan pada bagian motor yang mudah terlihat oleh
para komunitas geng motor lainnya. Symbol ini mempermudah untuk mengenali
geng motor P-dox dan menjadi ciri khas dari setiap anggotanya.
Dalam aksinya geng motor P-dox berkumpul secara berkelompok dan
mengunjungi tempat-tempat yang sering dijadikan arena balap liar, dalam setiap
geng motor memiliki beberapa kendaraan bermotor yang kecepatannya melebihi
kendaraan bermotor pada umumnya, agar bisa mengikuti setiap arena balap liar.
Begitu juga dengan geng motor P-dox, para anggotanya memiliki beberapa motor
yang cepat untuk mengikuti setiap aksi balap liar. Ada beberapa motif tertentu
kenapa remaja P-dox melakukan balap liar, antara lain menyalurkan hoby,
mencari kesenangan, dan mengejar prestise.
Kegiatan dalam balap motor meliputi kegiatan memodifikasi (menyetel)
tampilan motor agar sesuai keperluan. Balap motor biasanya juga diikuti dengan
aktifitas taruhan, jalan-jalan dan mencari perempuan untuk diajak berkencan.
Sebagaimana diungkapkan oleh saudara Juri:
“Biasanya kita nyeting motor, taroan, kumpul bareng, jalan-jalan
terus nyari cewe apa jablay dijalan”.1
1
Hasil wawancara dengan Juri (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 1 oktober 2011.
47
Juga diperkuat oleh pernyataan saudara X :
“Pertama kali turun balapan liar di geng P-dox, yang dilakukan
balapan liar biasa, ya adu-adu kecepatan motor”.2
Dipertegas oleh saudara P:
” Awalnya Cuma ikut nonton, lama kelamaan jadi pengen ikut
balapan juga. Balap liar satu untuk menguji kecepatan berkendara,
kedua untuk mencari pamor agar geng P-dox itu banyak dikenal
orang”.3
Juga seperti yang diungkapkan oleh saudara Pade yang dikenal sebagai
perantara dalam perjudian balap liar:
“Jelas saya sering terlibat di balapan geng motor P-dox, karna saya
sebagian dari calo maksudnya ya bisa dikatakan orang pertama yang
ngajakin taruhan. Pertama kali saya terlibat dalam balap liar itu di
lingkup geng motor P-dox”.4
Informan mengakui bahwa mereka pertama kali ikut balapan adalah di
kelompok di P-dox. Sebelumnya mereka sekedar nonton saja. Meskipun dalam
kegiatan balap motor terdapat resiko kecelakaan akan tetapi anggota P-Dox tetap
menikmatinya. Kecelakaan biasanya terjadi jika terdapat peserta balapan yang
mengikutinya, sehingga mudah sekali terjadi senggolan dengan motor lainnya.
Seperti yang diungkapkan oleh saudara X :
“Kalo yang kecelakaan di geng P-dox jarang, Kalo orang-orang laen
sering, Biasanya karena yang balapan lagi banyak yang turun”.5
Diperkuat oleh saudara N:
2
Hasil wawancara dengan sudara Juri (nama samaran) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal
17 oktober 2011.
3
Hasil wawancara dengan sudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17 oktober
2011.
4
Hasil wawancara dengan saudara Pade (nama samaran) anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 17 oktober 2011.
5
Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17
oktober 2011.
48
“Kecelakaan terjadi biasanya karna senggol-senggolan motor”.6
Resiko lain dari balapan motor adalah reaksi aparat keamanan yang
menganggap bahwa kegiatan tersebut melanggar aturan dan bagian dari
pengganggu ketertiban umum.
“Kita ditangkap, ditilang, motor ditahan, paling sering digebukin,
ditendangin, ditabrak sama polisi’.7
Juga diperkuat oleh pernyataan saudara N:
“Menilang motor,ditangkep-tangkepin
tendangin”.
kadang
juga
ditendang-
Juga dipertegas oleh pernyataan saudara P:
“Urusan ketangkep itu ga masalah, besok bisa ditebus, yang namanya
kepolisian itu ujung-ujungnya duit”.8
Demikian juga reaksi anggota masyarakat lainnya yang tidak menyukai
kegiatan ini, juga reaksi keluarga yang umumnya tidak tahu, dan melarang mereka
untuk melakukan kegiatan balap liar ini.
Seperti yang diungkapkan saudara W :
“Kadang ga terima, kadang sering ngadu kepolisi. Terutama ngadu
ke RT dulu terus ke polisi, abis itu digerebek sama polisi”.9
Juga diperkuat oleh penjelasan saudara J:
“Orang tua ga menyetujuinya, Karna geng motor kita geng motor liar.
Jadi kalo ketauan pasti dilarang, Sama aja nyelakain diri sendiri”.10
6
Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17
oktober 2011.
7
Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 17
oktober 2011.
8
Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24
oktober 2011.
9
Hasil wawancara dengan saurdara W (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24
oktober 2011.
10
Hasil wawancara dengan saudara J (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24
oktober 2011.
49
Juga diungkapkan oleh saudara P:
“Orang tua tidak tahu pak, mungkin dia akan melarang untuk balapan
seperti itu”.11
Juga diungkapkan oleh saudara N:
“Orang tua tau kalo saya ikut trek liar, sebenarnya tidak dikasi tapi
karna saya orang badung (nakal) ya saya ikut-ikut aja udah”.12
Juga diperkuat oleh pernyataan saudara X:
“Masyarakat sekitar sebenarnya si engga menerima karna sebenarnya
mengganggu aktifitas dia di malam harinya”.13
Semua itu bagi anggota P-dox sudah biasa saja, karena sudah menjadi resiko
dalam mengikuti setiap aksi dalam balap liar dan juga sudah menjadi kesenangan
para remaja. Seperti yang diungkapkan oleh saudara B:
“Biasa aja, karna dah resiko dan hoby kita”.14
Diperkuat oleh pernyataan saudara W:
“Habis mau gimana lagi orang udah hoby kita”.15
Dipertegas oleh penjelasan Birong salah satu anggota geng motor P-dox.
“Dengan mengikuti aksi balap liar dengan taruhan siapa motor
tercepat kemudian memenangkan balapan tersebut, hal itu akan
membuat nama pribadi ataupun nama geng motor P-dox akan menjadi
terkenal dan disegani oleh kalangan geng motor lainnya”.16
.
11
Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal
24oktober 2011.
12
Hasil wawancara dengan saudara N (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24
oktober 2011.
13
Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24
oktober 2011.
14
Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24
oktober 2011.
15
Hasil wawancara dengan saudara W (inisial) anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 24
oktober 2011.
16
Hasil wawancara dengan saudara Bironk (nama samaran) salah satu anggota geng motor Pdox. Pada tanggal 18 juni 2011.
50
Tempat-tempat yang sering dijadikan arena balap liar antara lain, di Jalan
Raya LP Cipinang Jakarta Timur dan Jalan Raya Matraman Jakarta Timur. Dalam
balap liar ini geng motor P-dox akan mencari musuh dan bertaruh untuk
melakukan balap liar, besar taruhan ditentukan oleh kesepakatan dari kedua geng
motor.
Seperti dijelaskan oleh saudara P:
“Ya jelas, judi pasti jadi bagian dari balap liar, kurang seru kalo ga
taroan”.17
Diperkuat oleh penjelasan saudara A :
“Kalo judi balap liar iya,minimal uang yang dikeluarkan seratus ribu
s/d dua ratus ribu sekitar segitu, kalo untuk bentrok antara geng P-dox
sama yang lain itu tergantung situasi dan kondisinya, dalam perjudian
balap liar ya kadang menang kadang kalah”. 18
Dipertegas oleh pernyataan saudara P:
“Di P-dox judi paling besar lima juta, kalo kita taruhan di balap liar,
taruan terkecil dua puluh ribu itu buat judi kartu”.19
Setelah terjadi kesepakatan lalu para geng motor akan melakukan balap liar.
Uang taruhan tersebut didapat dari patungan setiap anggota geng motor, lalu
dikumpulkan menjadi satu, kemudian jika memenangkan pertaruhan maka modal
uang dikembalikan selebihnya dipakai untuk kesenangan bersama.
17
Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 1 oktober 2011.
18
Hasil wawancara dengan saudara A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 1 oktober 2011.
19
Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 1 oktober 2011.
51
Menurut penjelasan saudara Bodong salah satu anggota geng motor P-dox,
menyatakan:
“Uang taruhan yang didapat dari hasil balapan tersebut akan
digunakan untuk bersenang-senang anggota geng motor P-dox, seperti
mabuk-mabukan, bermain wanita, dan membeli narkoba”.20
Reaksi dari para remaja jika memenangi balapan liar bergembira, namun
jika mereka mengalami kekalahan maka akan timbul rasa tidak terima dan ingin
membalas kekalahannya.
Diungkapkan juga oleh saudara X :
“Bergembira dan Pesta pora sama anak-anak. Seneng lah, kalo da
menang kita bisa mabok, da gitu nama P-dox jadi tenar”.21
Dipertegas oleh pernyataan saudara P:
“Reaksi kalo menang yang pasti happy lah. Sepuluh persen dari hasil
taruhan buat minum, kalo kalah ya mau gimana lagi paling diem aja
dah”.22
Diperkuat oleh pernyataan saudara Dodo:
“Kalo kita kalah kita ga terima, anak P-dox masa kalah. Gimana
caranya kita harus ngebales kekalahan dan menang, tapi kalo tetep
kalah sampe dua kali, kita nerima emang dasar motor musuhnya yang
kencang”.23
20
Hasil wawancara dengan saudara Bodong (nama samaran) salah satu anggota geng motor Pdox. Pada tanggal 18 juni 2011.
21
Hasil wawancara dengan saudara X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 1 oktober 2011.
22
Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 1 oktober 2011.
23
Hasil wawancara dengan saudara Dodo (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox.
Pada tanggal 18 juni 2011.
52
Juga diperkuat oleh saudara Pade:
“Kalo kalah kita langsung ngebales kekalahan, kalo ga menang juga
kita ga bisa mabuk-mabukan”.24
Dalam setiap aksi balap liar juga sering terjadi perkelahian masal antar
remaja geng motor, hal ini disebabkan karena uang taruhan yang tidak dibayar
oleh lawan atau musuh dengan alasan tertentu sehingga memicu perkelahian antar
sesama geng motor. Seperti yang diungkapkan Birong salah satu anggota geng
motor P-dox.
“Kawan-kawan termasuk saya, sering berantem sama anggota geng
motor lain, karena mereka ga mau bayar padahal mereka da jelasjelas kalah dalam balap liar. Kalo mereka main curang pasti kita
berantem sama musuhnya”.25
Juga diperkuat oleh pernyataan saudara P:
“Pernah ribut pas balap liar, karena musuhnya ga sportif, kita yang
menang, tapi dia ngaku menang padahal jelas kita yan masuk finish
duluan, kita baku hantam dan distart ulang, akhirnya kita tetep
menang”.26
Aksi balap liar ini terjadi setiap minggunya, dimulai pada pukul setengah
satu malam sampai pada adzan subuh berkumandang, para anggota geng motor Pdox akan pulang kerumahnya masing-masing atau kembali ke base camp (tempat
tongkrongan). Khususnya pada malam sabtu dan malam minggu, karena malam
tersebut merupakan malam yang ramai untuk melakukan aksi balap liar dan juga
24
Hasil wawancara dengan saudara Pade (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox.
Pada tanggal 18 juni 2011.
25
Hasil wawancara dengan saudara Bironk (nama samaran) salah satu anggota geng motor Pdox. Pada tanggal 18 juni 2011.
26
Hasil wawancara dengan saudara P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 1 oktober 2011.
53
hari dimana para remaja geng motor P-dox berakhir pekan, lepas dari segala
kesibukan kesehariannya. Pada malam-malam biasa hanya beberapa geng motor
saja yang terdapat di arena balap liar.
Seperti yang dijelaskan oleh saudara W :
“Seringnya sih malem sabtu, malem minggu, malem jumat. Tapi kalo
malam jumat jarang-jarang karena sepi yang pada balapan”. 27
Diungkapkan juga oleh saudara B:
“Karena kalo malem biasa ga rame, kan waktunya kerja, karena
malam tersebut dah tradisi juga buat anak-anak motor”.28
Diperkuat oleh pernyataan saudara P:
“Sering hampir setiap hari, lebih sering malam sabtu sama malam
minggu”.29
2.
Mengkonsumsi Minuman Keras dan Narkoba
Kenakalan berikutnya yang dilakukan oleh geng motor P-dox adalah
mengkonsumsi
minuman
keras.
Dalam
komunitas
geng
motor
P-dox
mengkonsumsi minuman keras tidak dapat dipisahkan dalam pergaulan seharihari remaja, hal tersebut bahkan sudah menjadi kebiasaan dari beberapa remaja Pdox. Menurut para informan mereka minum minuman keras setiap hari ketika
remaja ini berkumpul. Dari beberapa informan juga mengatakan bahwa
mengkonsumsi minuman keras agar otak menjadi segar, agar dimata teman
lainnya sebagai anak gaul (modern), menghilangkan kejenuhan, dan dapat
27
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
28
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
29
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
54
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi jika sudah meminum minuman keras
tersebut.
Seperti yang diungkapkan saudara Y :
“Sudah menjadi tradisi untuk minum apa mabok, sejak abangabangan, jadi turun temurun sampe sekarang”.30
Dipertegas juga oleh ungkapan saudara K :
“Awal mula suka minuman keras awalnya nyoba yang berakhir
kebiasaan, dan bisa dibilang tradisi”.31
Juga yang diungkapkan saudara X :
“Namanya anak muda ya pernah merasakan, mau mencoba. Buat
ngeplay aja, biar otak ga boring, ngilangin bete”.32
Menurut salah satu informan mengkonsumsi minumaan keras dan narkoba
pada saat ini merupakan anak gaul (modern), jika tidak mengkosumsi barang
tersebut dianggap sebagai anak remaja yang ketinggalan zaman.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh saudara P:
“Yah gimana ya, nyingkapinya biar gaul anak sekarang ga mabok ga
gaul.. lebih enak aja pikiran kalo uda minum sama ngebags”.33
Diperkuat juga oleh pernyataan saudara X:
“Kalo lagi bete, jadi santai aja bawaannya, kalo pengen gw nokip
(mabuk), kalo ga ya gw ga nokip (mabuk).34
30
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
31
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
32
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
33
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
34
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
55
Seperti yang diungkapkan saudara Y mengatakan :
“Yang dirasain sih enak aja, kalo udah minum enak aja buat jalanjalan, jadi percaya diri, bt ilang dan pikiran jadi lepas ga ada
beban”.35
Para anggota geng motor P-dox pertama kali menkonsumsi minuman keras
dan narkoba berawal dari keinginan mereka untuk mencoba bagaimana rasanya
menkonsumsi minuman keras dan narkoba. Seperti yang dijelaskan saudara W :
”Awalnya nyoba-nyoba, kalo lagi suntuk, bete, ada masalah langsung
make atau minum, terus ketagihan, jadi kterusan sampe sekarang”.36
Diungkapkan juga oleh saudara J :
“Mulai munum itu waktu baru ke jakarta, sebelum masuk geng motor
P-dox, semenjak saya kerja di PT saya sudah ikut-ikut minuman
keras, asal mulanya karna ikut-ikutan teman aja, kemungkinan ya
setelah dicoba ternyata enak, yang dirasa rileks terus enak buat
tidur”.37
Dipertegas oleh pernyataan saudara A :
“Awalnya waktu saya bergabung di geng motor P-dox ini. Sebelum
kita trek-trekan liar itu kadang-kadang kita minum pake-pake narkoba
gitu, sebenarnya saya tidak menyukai, tapi saya jajal-jajal gitu trus
ketagihan”.38
Pada umumnya sejak SMP remaja geng motor P-dox ini sudah mengenal
dan mengkonsumsi
minuman keras tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh
saudara X :
35
Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
36
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
37
Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
38
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
56
“Pertama kali minum hampir semua yang ada disini SMP semua”.39
Dipertegas oleh pernyataan saudara K :
“Mulai minum minuman keras sejak kelas satu SMP sampe gw udah
kerja begini sampe gw di PHK juga larinya keminuman, asal mula
teman-teman minum-minuman keras dari nongkrong aja”. 40
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa mengkonsumsi minuman keras
sudah menjadi kebiasaan bagi setiap anggota geng motor P-dox, bahkan hampir
setiap malam para anggota geng motor mabuk, hal yang sulit dihilangkan atau
sekedar menguranginya, karena dengan mengkonsumsi minuman keras secara
bersama-sama akan memupuk rasa kesetiakawanan yang erat antar sesama
anggota, khususnya geng motor P-dox dan juga kesenangan dapat dirasakan
ketika meminum-minuman keras tersebut. Seperti apa yang
diungkapan
Komandan selaku ketua geng motor P-dox:
“Dengan mabuk-mabukan bersama, rasa kesetiakawanan kita akan
tumbuh dengan erat, kalo satu orang minum yang lain harus ikut
minum meski ada yang ga suka, semua harus rata minum, jangan
sampai ada yang ga minum biar cuma sedikit”.41
Jika salah satu dari para remaja ini tidak ikut minum, maka hal itu sama saja
tidak menghargai teman lainnya yang sedang minum, dengan begitu mau tidak
mau remaja harus ikut minum sebagai bentuk rasa kesetiakawanan, kecuali
dengan alasan tertentu mereka dapat menerimanya. Bagi para remaja geng motor
P-dox ini, dengan mengkonsumsi minuman keras selain mendapatkan kesenangan
39
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
40
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
41
Hasil wawancara dengan Komandan ketua geng motor P-dox. Pada tanggal 18 juni 2011.
57
dari hal tersebut juga bisa mengurangi dan menghilangkan segala beban fikiran
dan permasalahan yang dihadapinya, seperti masalah dengan keluarga, pacar,
ataupun dengan para sahabatnya. Seperti yang diungkapkan juga oleh saudara K,
yang mengatakan.
“Kalo sudah minum dan mabok bareng sama kawan-kawan, lupa
semua masalah yang ada diotak, bawaannya senang terus ga ada
beban pikiran sama sekali, dan jadi lebih santai aja hadapin
masalah apapun”.42
Diperkuat juga oleh pernyataan saudara P:
“Biasanya masalah yang timbul ya paling utang atau juga masalah
keluarga, trus engga jauh masalah pacar lah, entah itu diputusin entah
itu berantem ya seperti itu larinya keminuman”.43
Uang untuk membeli minuman keras ini didapatkan dari hasil taruhan balap
liar dan dari patungan perorangan. Bahkan untuk mendapatkan minuman keras
kadang-kadang properti yang dimiliki seperti HP digadaikan.
Para anggota geng motor P-dox mendapat minuman keras dengan cara
membeli, mereka membeli di warung-warung yang menjual minuman keras. Uang
untuk membeli minuman keras ini di dapat dari patungan (uang yang
dikumpulkan dari beberapa anggota geng motor P-dox) bahkan ada yang dari
menggadai HP.
Seperti yang diungkapkan saudara X :
“Beli, itu juga dari patungan anak-anak atau pete pete, belinya
diwarung”.44
42
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 25 juni
2011.
43
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
58
Dipertegas oleh peryataan saudara Y :
“Patungan, kadang ngutang, karena uda langganan, kadang kita juga
pernah gade HP buat beli minuman, karena ga da duit. Ditebusnya
pas ada duit lagi’’.45
Jenis minuman yang dikonsumsi ada berbagai macam, sesuai dengan uang
yang didapatkan dan dikumpulkan dari
perorangan. Menurut penjelasan
Komandan ketua anggota geng motor P-dox.
“Anak-anak ga masalah mau minum minuman keras jenis apapun,
yang penting mereka bisa mabok dan bersenang-senang, kalo sanggup
beli merk Mansion ya syukur, kalo ga ada duit, minum Tuak juga jadi,
ga masalah asal bisa mabok”.46
Seperti yang diungkapkan juga oleh saudara X :
“Minuman yang biasa gw minum sama anak-anak P-dox biasanya
inex atau chiu, karena harganya lebih murah dibandingin minuman
yang lain dan lebih banyak di jual”.47
Jenis minuman keras yang dikonsumsi sebagaimana dijelaskan dari
beberapa informan terdiri dari merk Mansion dengan harga dalam ukuran besar
Rp 65.000 per botol dan yang ukuran kecil dengan harga Rp 45.000 per botol.
Meskipun demikian, minuman ini termasuk jarang dikonsumsi, karena harganya
termasuk mahal bagi remaja P-dox. Adapun minuman yang biasa dikonsumsi
oleh mereka adalah jenis Inex dan Chiu dengan harga Rp 20.000 per liter, karena
harganya murah dan tidak memberatkan keuangan anggota geng motor P-dox.
44
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
45
Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
46
Hasil wawancara dengan Komandan ketua geng motor P-dox. Pada tanggal 18 juni 2011.
47
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
59
Hasil penelitian kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox
yaitu kenakalan dalam memakai narkoba, ada beberapa dari anggota geng motor
P-dox ini menggunakan barang terlarang tersebut. Jenis narkoba yang mereka
gunakan adalah jenis“daun ganja kering” dalam bentuk rokok, mereka
menyebutnya dengan istilah “Bags” atau “Sayur” mereka menggunakan barang
terlarang tersebut dikarenakan harga yang lebih terjangkau dibandingkan
minuman keras, meski barang tersebut sulit untuk didapatkan. Dalam istilah
remaja geng motor P-dox, satu ampel narkoba dalam bentuk daun ganja kering
seharga Rp 20.000. Apabila dijadikan dalam bentuk rokok, satu ampel bisa
membentuk tiga batang rokok untuk dihisap. Seperti yang diungkapkan oleh
saudara P:
“Bentuknya si daun ganja kering, yang dilinting jadi bentuk roko, kaya
roko samsu lah pasnya. Ada kertas yang buat ngelinting (dibuat agar
berbentuk rokok) namanya Vapir”.48
Mengkonsumsi minuman keras dan narkoba masing-masing remaja geng Pdox memiliki selera tersendiri dalam menentukan apa yang lebih disukai oleh para
remaja. Namun mayoritas remaja P-dox lebih menyukai narkoba dibandingkan
minuman keras, karena lebih memabukan. Seperti yang dijelaskan oleh saudara
Omen:
“Rata-rata anak P-dox lebih doyan bags, dibanding minuman, sayang
aja barangnya susah didapet, coba di indomaret ada, pasti kita borong
dan banyak yang beli”.49
48
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
49
Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
60
Seperti yang dijelaskan oleh saudara Bewox.
“Saya lebih enak pakai bags dibandingin minuman keras, selain harga
yang lebih murah juga karena lebih ngeplay(memabukan)”.50
Dipertegas oleh pernyataan saudara P:
“Yang lebih nikmat awalnya minuman, minuman selesai lari ke
narkoba, itupun kalo ada, kalo ga ada barang (narkoba) ya kita mi
num-minum aja, jadi semuanya nikmat, apalagi minuman ditimpa
narkoba, ngesekspun jadi kalah nikmat”.
Seperti yang diungkapkan oleh informan yang lainnya, anggota geng motor
P-dox sering mengkonsumsi ganja atau bags dan sejenis narkoba lainnya seperti
sabu-sabu dan extasi. Diungkapkan juga oleh pernyataan saudara W :
“Ya, kalo pemakai si engga terlalu, kalo buat nyoba-nyoba, seperti
extasi, sabu, ganja. Biasa dipakai sih ganja, sayur atau bags”.51
Dipertegas oleh pernyataan saudara A :
“Untuk masalah narkoba di kalangan anak P-dox make semua ,
apapun narkoba pernah ngerasain, mau putau, sabu, ganja, pernah
semua”.52
Para remaja ini juga menyadari segala akibat yang harus ditanggung jika
sering menggunakan narkoba, tetapi para anggota tetap saja menggunakan
narkoba tersebut dengan menghiraukan segala akibat yang akan diterimanya.
Selain berakibat pada fisik ataupun psikis bagi para remaja pemakai narkoba, ada
akibat lain dari penggunaan narkoba tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
saudara Omen.
50
Hasil wawancara dengan Bewox (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 25 juni 2011.
51
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
52
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
61
”Resikonya gede kalo pake bags, sekali ketahuan sama aparat
kepolisian kita bakal ditangkap dan masuk penjara, makannya kalo
mau beli barang ini harus udah janjian ditempat tertutup, belinya juga
sama yang udah langganan. Dikonsumsinya pun ga disembarang
tempat, kalo saya make nya di rumah, jadi ga ketahuan siapasiapa”.53
Sebagaimana balap motor, mengkonsumsi minuman juga menjadi hal yang
secara umum dianggap melanggar aturan dan ketertiban. Anggota P-dox juga
menyadari hal tersebut, dan mengetahui jika perbuatan mereka pasti akan
menghasilkan resiko berhadapan dengan aparat kepolisian. Pada suatu ketika
anggota geng motor P-dox pernah terjaring razia minuman keras dan narkoba.
Seperti yang dijelaskan oleh saudara X :
“Pernah, sering
minuman”.54
ketauan,
reaksi
aparat
biasalah,
namanya
Lebih lanjut pengalaman berhadapan dengan aparat diceritakan oleh saudara
K. Dia bisa selamat karena kebetulan hanya membawa minuman keras dan tidak
sedang membawa narkoba.
“Sama aparat pernah sekali, cuma dicaci maki doang terus ditanyatanya. Awalnya kita digerebek di P-dox dari semua arah, untungnya
kita ga bawa narkoba, kita cuma minum doang jadi kita pada lolos.
Kalo ada narkoba abis kita ditangkep”.55
Pengalaman anggota P-dox yang membawa narkoba lebih lengkap
karena dia ditangkap, dipukul, bernegosiasi dengan polisi agar membayar
53
Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 25 juni 2011.
54
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
55
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
62
sejumlah uang agar bebas dari penjara, dan akhirnya dia dipenjara selama
3 tahun. Seperti yang diungkapkan oleh saudara X:
“Ga lama kawan kita tapi anak diluar P-dox, Cuma kadang
nongkrong disini dia ketangkep polisi. Jadi ceritanya dia pengedar,
pas ngejual narkoba dia dijebak sama pembeli yang jadi cepu (gembel
yang dibayar polisi untuk ngejebak pengedar). Pas transaksi langsung
di grebek sama intel. Kawan kita ada dua orang yang ketangkep, yang
satu damai ditempat bayar dua juta setengah. Satu lagi kawan kita ga
bisa damai ditempat karena ga punya uang, akhirnya dia dibawa
kekantor terus digebukin, polisi ini minta seratus juta minimal tujuh
puluh lima juta untuk nebus. Karena ga sanggup dia pun disidang dan
di penjara tiga setengah tahun”.56
Meskipun hubungan tidak harmonis dengan warga sekitar, tetapi P-dox tidak
pernah mengalami bentrok fisik dan tidak pernah rusuh. Anggota geng motor Pdox tidak pernah melakukan kerusuhan terhadap masyarakat sekitar, meskipun
banyak warga yang tidak menyukai keberadaan geng motor P-dox. Seperti yang
diungkapkan saudara X :
“Kita ga pernah rusuh sama warga, yang penting kita minum disitu
bae-bae, kalo buat aparat mah urusan belakangan”.57
Diungkapkan juga oleh saudara A :
“Anggota geng P-dox itu berkomunikasi baik dengan warga sekitar,
penilaian warga terhadap geng P-dox ini ada yang bilang tidak wajar
ada juga yang bilang baik”.58
Diperkuat oleh pernyataan saudara Omen:
“Kita sama warga biasa aja, yang penting gw ga ngusik, juga
sebaliknya warga juga ga ngusik kalo pas anak-anak lagi nokip”.59
56
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
57
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
58
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
63
Geng motor P-dox dapat berhubungan baik dengan masyarakat sekitar,
mereka tidak pernah membuat masalah dengan masyarakat sekitar geng motor Pdox, meskipun perilaku mereka dapat dikatakan menyimpang.
3.
Seks Bebas
Anggota geng motor P-dox umumnya berada dalam usia produktif, 19-23.
Diantaranya 4 orang yang sudah beristri dan selebihnya masih berstatus lajang.
Seperti yang dijelaskan saudara X:
“Ada empat orang yang udah punya istri, ya pinter-pinter aja bagi
waktu, yang penting mah ngasih duit buat belanja”.60
Dipertegas oleh pernyataan saudara P:
“Sebagian punya sebagian engga, rata-rata yang punya istri yang
udah senior di P-dox , tapi tetep nongkrong bareng sama kita meski
punya istri”.61
Menurut pengakuan mereka hasrat seksual mereka biasanya muncul setelah
mereka melakukan aktifitas balapan, minuman keras, dan berjudi. Sebagaimana
dituturkan oleh saudara X :
“Kemungkinan si gitu, kan efeknya dari minuman, apa abis trektrekan, trus ngebags, ya kan larinya ke cewe , namanya laki kita punya
hasrat. Pasti kepingin merasakannya”.62
Diperkuat oleh pernyataan dari saudara P:
59
Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
60
Hasil wawancara X (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
61
Hasil wawancara P (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
62
Hasil wawancara X (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
64
“Kalo kita selesai trek-trekan, apalagi ditambah mabok, kalo cewenya
pengen apa kitanya pengen ya jadilah kita ngeseks, intinya ya sama
sama mau, cewenyapun bisa dipake kawan yang lainnya kecuali dia
punya pacar anak geng motor P-dox, kita ga mau ganggu, kita juga ga
mau ribut Cuma gara-gara cewe”. 63
Selain itu efek dari minuman alkohol, menonton video porno, juga membuat
hasrat seksual anggota P-dox meningkat. Ketika hasrat seksual meningkat dan
mereka menemukan lawan jenis (perempuan) yang mau untuk melayaninya maka
seks bebas itu terjadi. Hal ini Sebagaimana diakui oleh Dodo:
“Kalo pengaruh alkohol itu udah pasti, cowok mana si yang nggak
mau ngeliat dandanan atau penampilan seorang cewek berpakaian
seksi. Kepengen make atau ngerasain tubuhnya, dari situ kita selalu
pengen berhubungan intim. Da gitu cowo yang dah minum atau kena
ganja pasti pikirannya ngeres. Kita kenalan, kita ajak nokip, ngeganja,
sampe pada enak(mabok) . Kita ajakin tuh cewek berhubungan.
Ceweknya juga mau. Ya udah disitulah kita sering ngelakuin sex
bebas. Dah gitu banyak juga kan yang terpengaruh video-video
mesum. Nah disitu rasa kepengenannya masa dia bisa , kita ga
bisa”.64
Dipertegas oleh penjelasa saudara P:
“Kalo udah kena minuman sama narkoba, udah gitun dalam keadaan
giting (mabok) cewe apapun yang penting cewe, ya kami hajar, kalo
untuk urusan jelek apa engganya urusan belakangan”.65
Hal ini juga diperkuat oleh saudari R dan G adalah jablay (wanita nakal)
yang pernah bermain dan melakukan seks bebas dengan beberapa remaja anggota
geng motor P-dox:
63
Hasil wawancara P (inisial) dengan salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
64
Hasil wawancara dengan Dodo(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
65
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
65
“Gw ngelakuin itu karena pengaruh alkohol, suka sama suka Cuma
ngalir gitu aja, karena terbawa suasana, kesenangan lah”.66
Diperkuat oleh pernyataan saudari G:
“Karena suka sama suka, ga sadar, Karena pengaruh alkohol, kadang
dari diri sendiri, kadang gw dicekokin jadi gw mau ngelakuin itu”.67
Pergaulan bebas atau seks bebas, dimana para remaja ini melakukan seks
bebas dengan teman wanita para remaja ini atau yang biasa disebut dengan istilah
pacar. Pada malam-malam remaja geng motor P-dox mengunjungi arena yang
dijadikan balapan liar, para remaja ini mengajak teman wanitanya untuk sekedar
menemani dan melihat setiap aksi remaja geng motor P-dox. Setelah selesai
melihat aksi balap liar, kemudian pasangan remaja ini mencari tempat untuk
melakukan hubungan seks. Seperti yang diungkapkan saudara X :
“Ya, kalo ada rumah temen yang lagi sepi baru kita ngeseks ma pacar,
kadang dihotel yang murah meriah, di kebon pun jadi”.68
Diungkapkan juga oleh saudara A :
“Pernah juga melakukan seks bebas, rasanya nikmat, kalo tidak ada
cewe itu rasanya kurang, kalo cewe itu buat penyemangat. Biasa
ngelakuinnya si dihotel yang murah”.69
Diperkuat oleh pernyataan saudara Dodo:
“Abis balapan terus menang taruhan gw nyewa hotel buat ngeseks
sama cewe gw, kadang juga dikosan temen gw yang texas(bebas)”.70
66
Hasil wawancara dengan R (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
67
Hasil wawancara dengan L (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
68
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
69
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
66
Aktifitas tersebut berlanjut sampai perempuan yang dijadikan pacar hamil.
Awalnya perempuan yang mereka pacari menjadi anggota P-dox dan akhirnya
berhenti ketika telah hamil. Menurut pengakuan informan ada empat orang wanita
yang hamil diluar nikah. Seperti yang diungkapkan Saudara A :
“Pacaran di geng P-dox itu bebas, gak ada yang ngelarang-larang.
Kadang cewenya juga da yang bader(nakal) juga si, kalo si cewe itu
hamil ujung-ujungnya dinikahin”.71
Dijelaskan oleh saudara Omen:
“Ada empat orang cewe P-dox, gara-gara pada bunting(hamil diluar
nikah) jadi kawin satu-satu, abis itu uda ga da lagi cewe P-dox”.72
Dipertegas oleh pernyataan saudara K:
“Kalo engga hamil, dilanjutin lagi, kalo hamil ya kawinin lah”.73
Ada juga wanita milik bersama para remaja geng motor P-dox ini, untuk
melampiaskan nafsu birahi pada wanita tersebut. Wanita ini biasa disebut dengan
istilah “Jablay” oleh kalangan geng motor. Para wanita tersebut juga ikut dalam
setiap aktifitas geng motor P-dox seperti balap liar dan mabuk-mabukkan. Jadi
selain dengan pacar masing-masing anggota P-dox juga melakukan hubungan
intim dengan perempuan bersama. Seperti yang dituturkan oleh saudara B :
“Pernah ada jablay yang dipake rame-rame, awalnya kita rayu,
gombalin, akhirnya dia mau dipake rame-rame. Ada juga jablay yang
70
Hasil wawancara dengan Dodo salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8 oktober
2011.
71
Hasil wawancara dengan A`(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
72
Hasil wawancara dengan Omen (nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
73
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
67
kita cekokin biar bisa dipake rame-rame. Kalo uda sama suka lebih
gampang dipakenya, ini yang sering ada di P-dox, karena suka sama
suka. Satu perempuan itu di pake rame-rame jadi perempuan itu juga
yang kegatelan namanya juga WTS (Wanita Tenaga Setan) perempuan
itu juga gampangan sama siapa aja mau”.74
Hamil diluar nikah menjadi hal yang biasa terjadi di komunitas geng motor
P-dox. Dipertegas oleh pernyataan saudara P:
“Hamil diluar nikah si udah biasa, kalo orang tua yang tau mah kaget,
tapi kalo di p-dox mah udah biasa, kalo ada yang bikin sange
(terangsang) hajar, selama kita mau cewenya mau hajar terus”.75
Untuk perempuan yang digunakan ramai-ramai meskipun hamil, biasanya
tidak ada yang mau bertanggung jawab. Seperti yang diungkapkan saudara B :
“ Pernah kejadian, waktu itu ada jablay P-dox yang bunting, tapi ga
ketauan siapa bapaknya karena terlalu banyak yang make dia.
Akhirnya dia pulang kampung buat nutupin aibnya”.76
Aktifitas seks bebas di kalangan P-dox dilakukan secara sukarela, tanpa ada
bayaran. Perempuan yang diajak kencan juga bukan perempuan penjaja seks
komersial tetapi jablay (sebutan untuk perempuan gampangan) yang juga
memiliki hasrat naluri seks yang tinggi. Seperti yang diungkap Saudara A :
“Gak lah, kalo namanya anak-anak P-dox sejarahnya ga ada yang
bayar, kalo buat anak-anak main ma cewek kaya gitu. Buat cewekcewek bayaran anti anak P-dox, maklum yang ada ceweknya yang
minta terus ma kita”.77
74
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
75
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
76
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
77
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
68
Dipertegas oleh saudara P:
“Untuk cewe bayaran engga, tapi kalo jablay iya, kalo jablay suka
sama kehidupan malam apa balapan liar”.78
Kesadaran terhadap penyakit kelamin yang diakibatkan oleh seks bebas
sebenarnya sudah mulai muncul, namun kesadarn tersebut tidak mampu
mengalahkan harapan tentang kesenangan yang akan mereka dapatkan. Seperti
yang dituturkan oleh saudara B :
“Sebenernya si rasa takut ada dengan adanya HIV itu, kita semua
bener-bener takut banget. Tapi mau gimana lagi. Kita udah
sange(terangsang), giting(mabok), terus masalah penyakit mah
belakangan. Kita nikmatin ajah. Demi kepuasan sendiri terus da rasa
penarasarn nikmatnya dunia tuh kaya gimana, make cewe”.79
Ada Pengalaman tentang penyakit yang diderita oleh salah satu remaja geng
motor P-dox, penyakit itu dinamakan Sipilis, yang diakibatkan oleh seks bebas
sebagaimana diceritakan oleh seorang informan saudara B :
“Awalnya si kena penyakit itu, lagi minum minum tuh, nyampe giting,
ngeganja pokoknya tuh udah parah. Da gitu ada cewe, cewe itu jablay,
setelah gue dah giting dan main sama dia, selesai make, pas sehari
atau dua hari baru berasa dah tuh kencing gua nahan terus pas
kencing keluar darah, keluar nanah, pas setelah dua hari itu gak tau
nya cewek itu penyakitan, trus anu gue berdarah, bernanah, gitu dah
terus kalo kencing gue sakit. Itu juga kalo ngencing rasanya kaya
pegangan mau-mau kagak-kaga tuh kencing, dan tuh kalo kencing
kaya orang abis sunat udah pusing banget, kalo kita pengen kencing
bawaannya pengen ngamuk, sakit banget dah pokoknya setiap detik
pasti keluar nanah”.80
78
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
79
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
80
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
69
Dari penyakit yang mereka alami, ada enam remaja geng motor P-dox yang
terkena penyakit dari seks bebas tersebut, seperti yang diungkapkan oleh saudara
W:
“Di P-dox ada sekitar enam orangan yang kena penyakit Sipilis,
awalnya pada bingung, Cuma pas tau obatnya dan sembuh, pada nge
seks lagi”.81
Kehawatiran tentang penyakit dan pengalaman mereka terhadap penyakit
tersebut tidak membuat mereka jera dan berupaya melakukan aktifitas seks bebas
dengan alat-alat pengaman. Karena bagi mereka hal tersebut tidak sempat mereka
lakukan. Seperti yang dituturkan saudara B :
“Pake pengaman, kita pake pengaman gak bakalan sempet kepikiran
buat pake pengaman, sekarang mikir aja udah giting udah parah
mana sempet si kita kepikiran buat pake pengaman, makanya sekarang
kita belajar dari pengalaman makanya sekarang-sekarang kita kalo
mau make cewek pake pengaman kita sekarang belajar dari
pengalaman kemaren kan kita dah kena penyakit”.82
Perempuan yang disebut sebagai jablay, juga mengakui jika dia melakukan
seks bebas dengan anggota P-dox karena suka sama suka. Dia juga mengakui
bahwa dia melakukan gonta-ganti pasangan dalam hubungan intim dengan
anggota P-dox, ada yang 6 orang dan ada yang 3 orang. Seperti yang diungkapkan
saudari R.
“Karena suka sama suka, ga sadar, Karena pengaruh alkohol, kadang
dari w sendiri, kadang w dicekokin jadi w mau ngelakuin itu. Suka
Cuma ngalir gitu aja, karena terbawa suasana, kesenangan lah”.83
81
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
82
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
83
Hasil wawancara dengan C (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
70
Sebagaimana diungkapkan oleh anggota P-dox laki-laki, perempuan yang
disebut jablay dan WTS juga menyadari bahaya penyakit, tetapi dia tidak mau
peduli dengan dampak penyakit tersebut. Karena bagi dia kesenangan sesaat
itulah yang menjadi prioritas. Seperti yang diungkapkan saudari G:
“Kalo mikirin penyakit Cuma bikin w pusing aja, w ngerasai Cuma
nyari kesenangan w ngejalanin aja intinya w nongkrong, cari
kesenangan”.84
Selain itu dia juga sudah tidak lagi memperdulikan statusnya di masyarakat,
apakah dia disebut orang baik-baik atau perempuan rendahan. Seperti yang
diungkapkan saudari R:
“Gw ga peduli dengan status w yang jablay w ga harus malu, orang
mau bilang apa w ga peduli. Orang bilang w jablay, iya emang
benar”.85
Meskipun demikian, dia masih memiliki merasa bersalah ketika harus
menggugurkan kandungannya berkali-kali. Seperti yang dituturkan saudari G :
“Gw sempet hamil beberapa kali, gw gugurin, ya gimana nya sedih
sih, kan itu darah daging sendiri dan gw kecewa sama diri gw
sendiri”.86
84
Hasil wawancara dengan G (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
85
Hasil wawancara dengan C (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
86
Hasil wawancara dengan G (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
71
4.
Bermain Judi
Selain kenakalan seperti balapan liar, mengkonsumsi minuman keras,
narkoba dan seks bebas, dalam komunitas geng motor P-dox juga terdapat
kenakalan berupa perjudian. Perjudian yang dilakukan bermacam-macam, seperti
judi balapan liar, judi dengan menggunakan kartu dan lain-lain. Seperti yang
diungkapkan oleh saudara X:
“Ya, hampir semua yang ada disini suka judi, apa judi balap liar,
mokay (judi kartu), adu ikan cupang, judi play station”. 87
Dijelaskan oleh saudara J:
“Sebagian anggota P-dox ada yang suka judi ada juga yang tidak.
Kalo judi kartu saya sendiri tidak pernah, tetapi kalo judi balap liar
iya, minimal uang yang dikeluarkan seratus ribu sampai dengan dua
ratus ribu sekitar segitu”.88
Dipertegas oleh pernyataan saudar A:
“Masalah judi di P-dox itu emang suka berjudi, kalo saya pribadi
paling judinya ya dimotor aja, selain judi motor kadang si main kyukyu (jenis permainan judi kartu), terus remi gaple, judi bola juga tapi
enggak hanya di ruang lingkup P-dox aja. Taruhannya paling seratus
ribu sampai lima ratus ribu lah kurang lebih”.89
Karena terlalu asik bermain judi anggota P-dox pernah berjudi samapai dua
hari dua malam. Sebagaimana dijelaskan saudara K.
87
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
88
Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
89
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
72
“Ya, sampe ga sadar kita pernah judi sampe dua hari dua malam”.90
Diungkapkan oleh saudara B:
“Biasanya kita main mokay dari jam sebelas sampe subuh itu uda
selesai, tapi kalo orang-orangnya banyak bisa sampe satu hari satu
malem”.91
Besar uang yang dipertaruhkan dalam permainan judi ini sesuai dengan
kesepakatan sebelum permainan judi ini dimulai. Kegiatan ini berlangsung pada
malam remaja anggota geng motor P-dox ini tidak melakukan aksi balap liar,
dimulai antara pukul 23.00 sampai uang yang dipertaruhkan habis dan sampai
menjelang subuh. Seperti yang diungkapkan saudara Birong.
“ Saya main judi sampai semalaman, jika uang habis ya berenti dan
digantiin sama yang lain, kalo menang terus sampai pagi. kalo
menang keuntungan yang didapat bisa seratus sampai dua ratus ribu
rupiah dalam semalam”. 92
Judi juga merupakan bagian dari balap liar, karena tidak ada balap liar yang
dilakukan tanpa judi. Seperti diungkapkan saudara W:
“Ya jelas, judi pasti jadi bagian dari balap liar, kurang seru kalo ga
taroan. Ya, bisanya kalo judi balap motor taroan nya antara 500-1
juta. Tergantung dari musuhnya kita siap aja”.93
Ketika menang balapa motor, artinya juga menang taruhan, dan ketika kalah
maka berarti juga kalah taruhan. Seperti yang diungkapkan saudara Pade:
“Bergembira dan Pesta pora sama anak-anak. Seneng lah, kalo da
menang kita bisa mabok, da gitu nama P-dox jadi tenar. Sebaliknya
90
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
91
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
92
Hasil wawancara dengan Birong(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
93
Hasil wawancara dengan W(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
73
reaksinya sih kalo kalah timbul rasa tidak terima. Pengen ngebales
kekalahan kita, Istilah bahasa anak motor ngebal, ngebal ( ngebales
kekalahan taroan motor) , ga mau kita kalah, maunya menang terus,
Untuk nyari nama juga karena P-dox paling terdepan”.94
Tidak hanya pada saat balapan motor, judi juga dilakukan pada saat ada
peristiwa pertandingan bola. Seperti yang diungkapkan saudara A:
“Pasti kita ikut judi juga, bikin kocokan kaya arisan, yang ikut
diutamain anak-anak P-dox, selebihnya baru dari luar. Paling lima
puluh ribu, itu kalo taroan bola”.95
Peserta permainan judi, bisa berasal dari kelompok P-dox atau berasal dari
luar P-dox tergantung pada jenis judinya, entah judi yang dilakukan balap liar,
judi kartu ataupun perjudian dalam sepak bola.
“Ga cuma anak P-dox aja, kadang kita juga nyaloin (perantara dalam
judi) anak luar untuk main atau ngelawan anak P-dox”.96
Baik judi maupun balapan liar bisa berdampak pada pertikaian jika sala satu
fihak merasa dirugikan. Seperti yang diungkapkan saudara X:
“Pernah, waktu kita balap liar, jadi motor kita masuk finis duluan,
tapi kalo kata musuhnya dia yang masuk duluan, kecot lah kita, sempet
pukul-pukulan. Bis itu biar jelas, akhirnya kita ulang balapannya, kita
menang waktu itu”.97
Diperkuat oleh pernyataan saudara P:
“Kita pernah bentork sama salah satu orang, karena hp yang kita
gadai untuk main judi dijual sama yang bersangkutan. kita pukul pake
94
Hasil wawancara dengan Pade(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
95
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
96
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
97
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
74
batu sampe bocor kepalnya, akhirnya dia minta maaf dan ngeganti hp
yang dijual”.98
Hal-hal yang telah disebutkan diatas adalah beberapa gambaran umum
bentuk kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng motor P-dox.
Kenakalan kenakalan para remaja tersebut dapat dihindari atau bahkan dicegah,
apabila lembaga dalam suatu masyarakat berfungsi dengan baik.
Salah satu kasus yang mengaplikasikan teori dalam penelitian ini ialah
kenakalan remaja oleh geng motor. Kenakalan remaja pada geng motor, seperti
balapan liar, narkoba, sek bebas, dan lain-lain ini menjadi disfungsi bagi unit
sosial lainnya seperti unit sosial kepolisian, keluarga, keagamaan, pranata hukum
dan menjadi fungsi bagi remaja geng motor itu.
Kenakalan remaja merupakan gejala patologis masyarakat, untuk itu dalam
menangani permasalahan kenakalan remaja dibutuhkan peran-peran sosial dari
unit sosial maupun pranata sosial yang ada di masyarakat, seperti pranata
keluarga, pranata agama dan pranata hukum. Peranan di sini lebih banyak
menunjuk kepada fungsi. Peranan merupakan konsep apa yang bisa dilakukakan
oleh individu dalam kehidupan masyarakat sebagai organisasi ataupun peranan
juga merupakan suatu perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
Struktur sosial kerangka terorganisasi dari hubungan sosial yang melibatkan
anggota-anggota kelompok masyarakat. Dari konsep-konsep diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa anomi adalah kemacetan dalam struktur kebudayaan, yang
98
Hasil wawancara dengan P(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
75
terjadi terutama pada saat ada ketidaksesuaian yang akut antara norma
kebudayaan dan norma tujuan-tujuan serta kapasitas terstruktur secara sosial dari
anggota atau kelompok untuk bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Dalam
konsep ini, nilai kebudayaan akan membantu menghasilkan perilaku yang
menyimpang dengan amanat nilai-nilai sendiri.99
Dalam teori struktural fungsional, setiap elemen-elemen saling berhubungan
sehingga membentuk satu kesatuan yang menciptakan keseimbangan. Elemenelemen ini menjalankan fungsinya dalam suatu struktur, apabila didalamnya
terdapat penyimpangan elemen lain mencoba menyeimbangkannya, mencoba
untuk tetap statis dalam keadaan seimbang atau ekuilibrium dan mengabaikan
terjadinya konflik-konflik.
B.
Faktor-Faktor penyebab kenakalan Remaja yang dilakukan oleh
komunitas geng motor P-dox
1.
Faktor Lingkungan keluarga
Sebagai lembaga terkecil dalam suatu masyarakat, keluarga mempunyai
fungsi-fungsi tertentu, fungsi-fungsi itu adalah sebagai berikut:
a) Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi setiap anggota keluarga,
dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah
tersebut.
b) Keluarga merupakan unit sosial-ekonomi yang secara materil
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
99
Amelliafitta’s, Robert K. Merton, Strukturalis Yang Bersahaja. Diakses pada tanggal 18 agustus
2011. Dari http://amelliafitta.blog.uns.ac.id/2010/01/19/robert-k-merton-strukturalis-yangbersahaja/.
76
c) Keluarga menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan
hidup.
d) Keluarga merupakan wadah di mana manusia mengalami proses
sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari
dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.100
Dari penyajian beberapa fungsi yang telah disebutkan, nyatalah betapa
penting nya fungsi keluarga bagi perkembangan remaja. Faktor utama penyebab
terjadinya kenakalan remaja dalam komunitas geng motor P-dox dari temuan
penelitian dilapangan adalah persoalan ketidakpuasan terhadap keluarga karena
faktor-faktor ketidakharmonisan antara orang tua dan anak. Masalah internal yang
dihadapi para remaja ini adalah kurangnya perhatian, pengawasan dan kasih
sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Anak menganggap
orang tua terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga mereka
mengabaikan segala perilaku yang dilakukan oleh anak mereka. Beberapa
informan menganggap dengan kesibukan orang tua, mereka bisa bebas melakukan
kegiatan apapun.
Seperti yang diungkapkan oleh saudara P-tet:
“ Orang tua saya selalu sibuk sama kerjaannya dan jarang pulang
kerumah, mereka juga cuek sama saya, jadi saya bebas ngelakuin hal
apapun di luar, seperti balap liar, hisap ganja dan mabuk-mabukan,
tanpa sepengetahuan mereka”.101
100
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1992) h. 23.
Hasil wawancara dengan P-tet(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
101
77
Anggota P-dox yang berinisial P juga merasa memiliki tekanan batin
meskipun sebenarnya keluarganya tidak termasuk broken home:
“ Broken home si ga, Cuma kalo buat bermasalah si iya yang saya
alami si ya seperti itu, trus tekanan batin dari keluarga ya seperti itu,
efeknya kita semua menjadi brutal”.102
Demikian juga yang diungkapkan oleh saudara X:
“Saya pribadi biasanya kurang perhatian orang tua saya terhadap
saya, makanya bisa dikatakan keluarga saya keluarga yang broken
home. Tapi bukan di katakan keluarga broken home yang
terpisah(cerai)”.103
Ditegaskan responden yang berinisial G mengatakan bahwa menjadi
anggota P-dox dan menyukai segala aktifitasnya adalah karena tidak pernah
dapat kesenangan dirumah. Selain itu juga karena alasan broken home.
“Gw dirumah ga pernah dapat kesenangan, termasuk broken home,
karena orang tua cerai jadi gw kesenangan diluar yang w ga dapat di
rumah”.104
Harapan anak untuk mendapatkan kebahagiaan dari dalam lingkungan
keluarga tidak berhasil mereka dapatkan. Akhirnya mencari kebahagiaan di
komunitas geng motor P-dox. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan
yang didapatkan ketika mereka melakukan kegiatan yang bisa disebut sebagai
kenakalan . Hal tersebut membuktikan bahwasannya fungsi unit sosial dalam
keluarga, dimana anggota P-dox tidak
mampu memberikan nilai dan tidak
berperan untuk mempertahankan norma-norma.
102
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
103
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
104
Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
78
Hanya satu orang anggota geng motor P-dox yang orang tuanya bercerai
dan empat orang yang bapaknya telah meninggal. Seperti yang diungkapkan oleh
saudara P:
“Ada empat orang anak P-dox ga punya bapak, setahu saya begitu”.105
Juga diungkapkan oleh saudara X:
“Ada sekitar enam orangan yang orang tuanya ga utuh, Cuma ga tau
cerai apa meninggal”.106
Hal ini cukup unik karena pada umumnya
anggota geng motor P-dox
tinggal bersama keluarga atau orang tuanya.
Hal ini ditegaskan oleh pernyataan dari saudara yang berinisial W:
“Hampir semua anak P-dox tinggal sama orang tuanya, kecuali yang
uda pada merid (nikah)”
Nampak tidak ada perbedaan antara anggota P-dox yang memiliki orang tua
lengkap, maupun yang orang tuanya bercerai atau merupakan anak yatim.
Terdapat ketidak harmonisan dalam keluarga remaja anggota geng motor P-dox
dijadikan alasan untuk terlibat dalam aktifitas kenakalan. Faktor utamanya adalah
karena anak merasa diabaikan dalam keluarga.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh saudara P:
“ Hubungan baik-baik aja, tapi di keluarga cuek, masing-masinglah.
Kalo nganggur ga ngapa-ngapain pasti kita jadi bulan-bulanan atau
diomelin sama orang tua”.107
Dijelaskan oleh saudara X:
105
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
106
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
107
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
79
“Ya kalo dikelurga cuek aja, gw pengen ngapain aja terserah gw,
yang penting gw ga nyusahin orang-orang rumah”.108
Juga ditegaskan oleh saudara W:
“Kalo ma abang pernah bentrok, bisanya karena gw nganggur, kalo
gw kerja ga bakal lah”.109
Dengan kata lain, karena menjadi pengangguran maka orang tua tidak suka
dan sering memarahi, karena tidak senang dengan perlakuan orang tua dan mersa
tidak mendapatkan dukungan, sehingga mereka masuk dalam komunitas geng
motor P-dox. Sebagian keluarga dan orang tua mengetahui bahawa anak-anak
remaja ini mengikuti aktifitas geng motor P-dox salah satunya balap liar, ada juga
sebagian remaja yang keluarganya tidak mengetahuinya. Seperti yang
diungkapkan oleh saudara X:
“Ya biasa aja si orang tua kita ini orang tua kita kan jarang merhatiin
anaknya”.110
Juga dijelaskan oleh saudara Y:
“Orang tua kita tuh biasa-biasa ajalah, orang dari pagi sampe malem
tuh selalu kerja atau sibuk sendiri-diri”111
Hal ini diperkuat oleh pernyataan oleh saudari W:
“Bokap nyokap tau, kalo nyokap cuek, kalo bokap sering ngontrol.
Kalo gw kelayapan sering dicari bokap. Cuma w nya nyari
108
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
109
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
110
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
111
Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
80
kesenagnan, diomelin pun biasa aja masuk kuping kiri keluar kuping
kanan”.112
2.
Faktor Lingkungan Pergaulan
Pada masa remaja seorang anak telah tumbuh dan berkembang dalam
pergaulan dimana remaja tinggal dan juga diikuti dengan tumbuhnya rasa
kesetiakawanan antar remaja di kelompoknya. Dalam hal ini perilaku remaja
dalam tahapan perluasan pergaulan sosial ini mencari jati dirinya dengan masuk
dalam komunitas geng motor P-dox.
Menurut para informan, para remaja di komunitas geng motor P-dox dapat
menemukan rasa kesetiakawanan. Menurut mereka rasa kesetiakawanan yang ada
diantara remaja tumbuh menjadi sangat kuat, hal ini ditunjukan dengan tindakantindakan kebersamaan termasuk
dalam hal-hal yang negatif . Rasa
kesetiakawanan yang tinggi menjadi alasan utama kenapa para remaja ini masuk
dalam komunitas geng motor P-dox. Rasa kesetiakawanan yang dimaksud adalah
teman yang bisa mengerti mereka baik susah maupun senang.
Seperti yang diungkapakan oleh saudara X:
“Yang ngertiin kita, susah seneng bareng-bareng”.113
Sebenarnya dalam berteman tidak memilih-milih, mereka mencari teman
yang bisa diajak santai dan nongkrong bareng.
Dijelaskan oleh saudara Y:
112
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
113
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
81
“Kalo buat bertemen si, kita ga milih-milih ya, kita si nongkrongnongkrong bareng, yang lebih penting tuh kita setia kawanlah”.114
Pergaulan di P-dox selama ini membuat mereka merasa nyaman, karena
mereka merasa bisa dimengerti.
“Pengennya punya temen ya yang ngerti gw, tapi jujur kalo di P-dox
ngertiin w semua”.115
Selain itu mereka juga mersa terdapat solidaritas yang tinggi diantara
anggota P-dox.
“Kalo teman saya tidak milih milih ya. Cuma saya suka aja dengan
solidaritas di geng P-dox ini”.116
Dengan demikian sebagaimana yang diungkapkan oleh informan berinisial
J, P-dox merupakan sebuah keluarga yang mereka diinginkan.
“Ya di geng P-dox ini, jadi di geng P-dox ini dah kita anggap seperti
keluarga kita atau saudara”.117
Adapun awal mula para remaja ini masuk dalam komunitas geng motor Pdox ini bermacam-macam, karena teman sejak kecil dan ada yang mulanya diajak
oleh teman yang lainnnya. Seperti yang diungkapkan oleh P:
“Kebetulan kita dari kecil kan dah main bareng, apalagi dan pada
dewasa gini, jadi kita mikir tuh kecil bareng masa dah gede gini kita
misah, makannya kita tuh jalin hubungan di geng P-dox ini lebih erat
lagi”.118
Selain pengaruh pertemanan sejak kecil, sekedar bergaul, nongkrong juga
menjadi awal beberapa informan masuk dalam komunitas geng motor P-dox.
114
Hasil wawancara denganY (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
115
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
116
Hasil wawancara dengan W (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
117
Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
118
Hasil wawancara dengan P(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
82
“Ya jadi waktu itu kan istilahnya kalo buat dari masalah minuman
berawal dari di ajak nongkrong di P-dox ditawarin minum, trus
diceritain juga sama anak-anak P-dox disini kalo minum anak asik
anak motor juga, namanya geng motor P-dox, udah gitu anaknya asikasik, rasa kebersamaanya tuh bener-bener terjalin banget nongkrong
di P-dox ini”.119
Dipertegas oleh pernyataan saudara Y:
“Awal saya masuk di geng motor P-dox itu diajak teman lalu saya
merasa nyaman”.120
Meskipun menemukan teman yang memiliki rasa kesetiakawanan yang
tinggi dan membuat mereka merasa nyaman, tetapi tidak menutup kemungkinan
anak remaja geng motor P-dox ini berteman dengan remaja diluar komunitas geng
motor P-dox. Seperti yang diunhgkapkan oleh saudara P:
“Pernah, banyak juga dari luar p-dox, kawan-kawan pada seneng
nongkrong di P-dox, karena orang-orang di P-dox enak-enak dan
asik-asik”.121
Hal senada juga diungkapkan oleh informan lainnaya:
“Pernah dapet temen yang enak di luar P-dox, sampe sekarang juga
masih beteman”.122
Dalam komunitas geng motor P-dox teman tidak spenuhnya bisa
mempengaruhi dalam setiap pengamilan keputusan seperti yang diungkapkan oleh
saudara P:
“Kalo ada kawan kasih masukan kita hargai, nanti kita pikirin kalo
bagus ya dijalanin”.123
119
Hasil wawancara dengan J(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
120
Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
121
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
122
Hasil wawancara dengan J (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
83
Diungkapkan oleh saudara X:
“Kalo untuk mempengaruhi si engga, tapi kalo lagi ada masalah kita
curhatin”.124
Dipertegas oleh pernyataan saudara P:
“Teman saya ada yang berpengaruh dalam kehidupan saya ada juga
yang tida, ya itu tergantung orangnya”.125
Persahabatan di antara para remaja didasarkan pada kesetiakawanan yang
tinggi, maka persahabatan diantaranya terjadi tanpa memandang siapa sebenarnya
teman-teman tersebut, apakah temannya seorang penjahat, seorang baik-baik, hal
ini tidak dipermasalahkan. Persahabatan yang ada di antara remaja adalah karena
kesetiakawan yang sudah terbentuk. Dalam kasus minuman keras, narkoba, seks
bebas, apabila teman-temannya melakukan hal tersebut, maka yang lainnya akan
melakukan hal yang sama tanpa ada pertimbangan dan pemikiran tertentu. Fakta
inilah yang menjadikan lingkungan pergaulan kemudian rasa kesetiakawanan
yang erat, menjadi salah satu faktor penyebab kenakalan-kenakalan yang terjadi
terjadi dalam komunitas geng motor P-dox.
3.
Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar
Sejak masa kanak-kanak, seorang remaja mulai belajar dari lingkungan
keluarga. Anak belajar menyerap nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang ada
dalam sebuah keluarga, di mana nilai-nilai dan unsur-unsur tersebut berasal dari
123
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
124
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
125
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
84
budaya komunitas yang lebih luas. Kemudian, ketika mnginjak masa remaja, dia
akan memperluas pergaulan sosialnya, seperti dengan teman sebaya dan orang
dewasa. Dalam hubungan dengan masyarakat, beberapa informan merasa
memiliki komunikasi yang sangat baik dengan lingkungan sekitarnya.
Seperti yang diungkapkan oleh informan yang berinisial P:
“Sama lingkungan baik lah yang penting kita ga ganggu begitupun
sebaliknya”.126
Juga diungkapkan oleh Y:
“Kalo berkomunikasi baik si ya pastinya. Kita tuh orangnye sangat
menghargai orang ga mengusik-ngusik orang jadi tuh kalo sama
tetangga kita hargai banget”. 127
Dipertegas oleh pernyataan saudara X:
“Kita kan nongkrong disitu ga buat onar, dia juga kan ga pernah
ngusik kita”.128
Namun demikian, beberapa informan juga menyadari terdapat berbagai
macam tanggapan dari masyarakat tentang keberadaan geng motor P-dox, baik
yang berpendapat positif baik juga yang berpendapat negatif. Seperti yang
diungkapkan oleh saudara P:
“Penilaian warga terhadap geng P-dox ini ada yang bilang tidak
wajar ada juga yang bilang baik”.129
Diungkapkan oleh saudara X:
“Ada juga yang ngomong kalo dia tuh bikin onar mulu padahalkan
kalo dikampung kita ga bikin onar. Ya bermacam-macam ragamlah
126
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
127
Hasil wawancara dengan Y (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
128
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
129
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
85
orang yang bekata atau menilai, kita nanggepin nya ya biasalah orang
berhaklah beropini berpendapat”.130
Hubungan sosial bersifat pasif, sekedar hanya bertegur sapa tanpa ada
komunikasi yang intensif.
“Ya kita si ga ngobrol banyak, kalo ketemu ya negor aja”131
Diperkuat oleh pernyataan saudara W:
“Ya beragam, ada yang anggap kalo geng motor P-dox tuh brutal
segala macem”.132
Dari data di atas bisa dimaknai bahwa lingkungan sosial P-dox berada
cenderung pasif. Meskipun terdapat kesan negatif tetapi juga tidak ada sanksi
sosial ataupun sanksi lainnya yang bersifat tegas ataupun menghukum. Hal ini
menunjukkan bahwa ikatan-ikatan sosial tidak memiliki kekuatan untuk
mencegah remaja terjerumus dalam perilaku yang secara sosial menyimpang.
Daya tarik kehidupan geng sangat kuat menjadi saluran alternatif para remaja
untuk mencari kebahagiaan hidup.
Meski remaja geng motor P-dox ini suka balapan liar, mengkonsumsi
minuman keras, narkoba, dan seks bebas. Mereka mengakui sebagai manusia
beragama, salah satunya pernah mengikuti pengajian dan percaya dengan adanya
surga dan neraka. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh saudara P:
“Percayalah, kita kan kecilnya pernah ikut ngaji, meski kita tukang
balapan, mabok, pasti mau masuk surga, siapa si yang ga mau masuk
surga”.133
130
Hasil wawancara dengan X(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
131
Hasil wawancara dengan J(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
132
Hasil wawancara dengan W(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
133
Hasil wawancara dengan P(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
86
Diperkuat oleh saudara X:
“Pernah waktu kecil belajar ngaji, tapi kalo sekarang uda engga,
jangankan ngaji, solat aja ga pernah”.134
Cara remaja dalam menjalani kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
faktor sosial dimana remaja tinggal dan hidup. Lingkungan kehidupan remaja
dalam masyarakat mengandung unsur nilai, norma, etika, kebiasaan, dan adatistiadat. Hal ini sangat mempengaruhi baik atau tidaknya pola perilaku remaja
dalam lingkungan masyarakat.
Pada kasus anomi (penyimpangan) kenakalan yang terjadi pada remaja
dalam komunitas geng motor P-dox seperti balapan liar, menkonsumsi minuman
keras dan narkoba, seks bebas, dan bermain judi, tidak semata-mata kesalahan
dari remaja itu sendiri, tetapi ada faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan
remaja seperti faktor keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan sosial. Maka
untuk mempertahankan struktur yang ada dalam suatu masyarakat, pranata
keluarga, pranata hukum, agama, dan pendidikan harus memberikan hukuman
kepada remaja anggota geng motor P-dox karena telah melakukan tindak
kenakalan yang dapat merusak struktur.
134
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
87
C. Dampak dari kenakalan yang dilakukan oleh para remaja geng motor Pdox
Kenakalan-kenakalan yang terjadi dalam komunitas geng motor P-dox telah
memberi dampak terhadap anggota geng P-dox baik secara individu maupun
keluarga. Kenakalan yang dilakukan oleh geng motor P-dox berdampak pada:
1. Kekerasan fisik.
Dampaknya bagi fisik yaitu seringnya para remaja dipukuli dan ditendangi
oleh aparat kepolisian dan mudahnya remaja anggota geng motor P-dox terkena
penyakit akibat dari kenakalan yang dilakukannya. Menurut beberapa informan
mengatakan bahwa mereka pernah tertangkap aparat kepolisian karena melakukan
balap motor, kemudia mereka dipukuli, ditilang, dan dibawa ke kantor polisi.
Seperti dijelaskan oleh saudara X:
“Saya pernah tertangkap polisi waktu melakukan aksi balap liar, saya
langsung dipukuli dan motor yang dipakai untuk balapan hampir
hancur ditendangin sama polisi, abis itu dibawa ke kantor polisi dan
diminta uang tebusan kalau mau bebas”.135
Juga diungkapakan oleh saudara B:
“Gw pernah ketangkep sama intel di pemuda lagi trek liar bareng
anak P-dox, tanpa basa-basi langsung digebukin dan ditendangin. Gw
lolos karena ada salah satu kawan gw yang bapaknya polisi, gw ngaku
jadi ponakannya, akhirnya gw dilepas tanpa dibawa ke kantor
polisi”.136
135
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
136
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
88
Dijelaskan oleh saudara P:
“Kita ditangkap, ditilang, motor ditahan, paling sering digebukin,
ditendangin, ditabrak sama polisi’.137
Selain tertangkap karena balapan motor, ada juga beberapa anggota Pdox yang tertangkap karena kasus narkoba, kemudian yang
bersangkutan dipenjara karena tidak sanggup untuk membayar denda
yang dibuat aparat kepolisian.
Seperti yang diungkapkan oleh saudara yang berinisial X:
“Ga lama kawan kita tapi anak diluar P-dox, Cuma kadang
nongkrong disini dia ketangkep polisi. Jadi ceritanya dia pengedar,
pas ngejual narkoba dia dijebak sama pembeli yang jadi cepu (gembel
yang dibayar polisi untuk ngejebak pengedar). Pas transaksi langsung
di grebek sama intel. Kawan kita ada dua orang yang ketangkep, yang
satu damai ditempat bayar dua juta setengah. Satu lagi kawan kita ga
bisa damai ditempat karena ga punya uang, akhirnya dia dibawa
kekantor terus digebukin, polisi ini minta seratus juta minimal tujuh
puluh lima juta untuk nebus. Karena ga sanggup dia pun disidang dan
di penjara tiga setengah tahun”.138
2. Kesehatan reproduksi
Dalam kenakalan seks bebas, ada beberapa anggota geng motor P-dox ini
melakukan pernikahan dalam usia dini (muda). Dikarenakan hamil diluar nikah.
Dampak pada anak yang dilahirkan adalah di cap oleh masyarakat sekitar sebagai
anak haram, karena anak tersebut lahir diluar pernikahan orang tuanya.
Selanjutnya dampak yang terima setelah menikah adalah ketidaksiapan para
remaja ini untuk mengemban tanggung jawab sebagi orang tua, dikarenakan usia
137
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
138
Hasil wawancara dengan X(inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
89
yang belum matang dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang berakibat
pada pertengkaran dalam keluarga kemudian berakhir pada perceraian.
Seperti yang diungkapkan oleh saudara Zebong:
“ Saya salah satu pelaku seks bebas, yang pada akhirnya pacar saya
hamil, dan mau ga mau harus nikah muda sebelum tetangga pada tau
tentang kehamilan pacar saya. Setelah menikah kami justru sering
bertengkar, anak pun jadi ga ke urus dan kitapun hampir cerai. Sulit
rasanya untuk ngurus rumah tangga, apalagi di usia muda seperti
saya ini”139
Kebebasan dalam berhubungan dengan lawan jenis menyebabkan terjadinya
kehamilan dan pernikahan usia muda di komunitas geng motor P-dox, menurut
informan ada empat orang wanita hamil diluar nikah.
Seperti yang diungkapkan Saudara A :
“Pacaran di geng P-dox itu bebas, gak ada yang ngelarang-larang.
Kadang cewenya juga da yang bader(nakal) juga si, kalo si cewe itu
hamil ujung-ujungnya dinikahin.140 Ada empat orang cewe P-dox,
gara – gara pada bunting(hamil diluar nikah) jadi kawin satu-satu,
abis itu uda ga da lagi cewe P-dox”.141
Kenakalan seks bebas di geng P-dox tidak akan berhenti sampai wanita
teman kencan mereka hamil, hal ini akan terus berlanjut sampai si wanita benarbenar hamil.
139
Hasil wawancara dengan Zebong(nama samaran) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada
tanggal 8 oktober 2011.
140
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
141
Hasil wawancara dengan A (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
90
Seperti yang diungkapkan oleh saudara yang berinisial K:
“Kalo engga hamil, dilanjutin lagi, kalo hamil ya kawinin
lah”.142
Seperti yang diungkapkan saudara B :
“ Pernah kejadian, waktu itu ada jablay P-dox yang bunting, tapi ga
ketauan siapa bapaknya karena terlalu banyak yang make dia.
Akhirnya dia pulang kampung buat nutupin aibnya”.143
Ada juga sekitar enam orang yang terkena penyakit akibat dari seks bebas
yang dilakukannya. Jenis penyakit dari seksbebas itu bernama Sipilis.
Seperti yang diungkapkan oleh saudara B:
“Awalnya si kena penyakit itu, lagi minum minum tuh, nyampe giting,
ngeganja pokoknya tuh udah parah. Da gitu ada cewe, cewe itu jablay,
setelah gue dah giting dan main sama dia, selesai make, pas sehari
atau dua hari baru berasa dah tuh kencing gua nahan terus pas
kencing keluar darah, keluar nanah, pas setelah dua hari itu gak tau
nya cewek itu penyakitan, trus anu gue berdarah, bernanah, gitu dah
terus kalo kencing gue sakit. Itu juga kalo ngencing rasanya kaya
pegangan mau-mau kagak-kaga tuh kencing, dan tuh kalo kencing
kaya orang abis sunat udah pusing banget, kalo kita pengen kencing
bawaannya pengen ngamuk, sakit banget dah pokoknya setiap detik
pasti keluar nanah”.144
Ada juga yang sempat menggugurkan kandungan, akibat dari seks bebas
yang dilakukannya.
142
Hasil wawancara dengan K (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
143
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
144
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
91
Seperti yang dituturkan saudari G :
“W sempet hamil beberapa kali, w gugurin, ya gimana nya sedih sih,
kan itu darah daging sendiri dan gw kecewa sama diri w sendiri”.145
3. Dampak fisik dan emosional dari minuman keras dan narkoba.
Kemudian yang terakhir adalah dampak dari minuman keras dan narkoba,
mereka merasakan hal seperti emosi yang sulit dibendung memicu terjadinya
perkelahian antar geng motor sampai terjadi perkelahian antar teman sepermainan.
Barang terlarang tersebut juga menjadikan para remaja ini pemalas untuk
melakukan aktifitas kesehariannya. Hal ini juga merupakan pemicu utama
terjadinya seks bebas dan perkelahian yang terjadi dalam komunitas geng motor.
Seperti yang diungkapkan oleh saudara X:
“Kalo da kena tokipan atau narkoba, anak-anak P-dox gampang
emosi, apa bentrok sama geng motor lain atau kawan sendiri”.146
Dijelaskan oleh saudara B:
“Abis minum efeknya Cuma seharian, tapi kalo narkoba bisa sampe
duahari, gw jadi males ngapa-ngapain, berat aja bawaanya”.147
Dijelaskan oleh pernyataan saudara P:
“Selesai nokip atau ngebags kebanyakan, gw jekpot(muntah), abis itu
langsung sakit”.148
145
Hasil wawancara dengan G (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
146
Hasil wawancara dengan X (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
147
Hasil wawancara dengan B (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
148
Hasil wawancara dengan P (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
92
Dijelaskan oleh saudara Z:
“Gara-gara sering begadang gw gampang masuk angin. Terus pernah
sekali muntah darah kebanyakan nokip(mengkonsumsi minuman
keras)”.149
149
Hasil wawancara dengan Z (inisial) salah satu anggota geng motor P-dox. Pada tanggal 8
oktober 2011.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kelompok anak muda yang tergabung dalam geng P-dox merupakan salah
satu wujud dari kehidupan geng di mana terjadi kenakalan remaja. Sebagaimana
dinyatakan Kartono (1986) geng identik dengan berbagai bentuk kenakalan yang
mengarah pada tindak kriminalitas. Adapun kenakalan-kenakalan yang dilakukan
oleh remaja dalam komunitas geng motor P-dox, sebagai berikut;
1. Balapan Liar merupakan aksi kebut-kebutan di jalan umum dan dilakukan pada
malam hari yang diperlihatkan oleh setiap anggota geng motor dalam mencari
kesenangan, mengejar prestise, menyalurkan hoby, dan mencari uang melalui
taruhan balap motor.
2. Mengkonsumsi Minuman Keras dan Narkoba, merupakan bentuk dan sarana
untuk mempererat rasa kesetiakawanan antar anggota geng motor P-dox. Dan
juga sebagai bentuk pelarian dari segala permasalahan yang dihadapi oleh anakanak remaja, terutama masalah yang terjadi dalam keluarga.
3. Seks Bebas, hubungan yang dilakukan oleh anak-anak remaja geng motor P-dox
kepada teman wanita (pacar) atas dasar nafsu, tanpa mempertimbangkan segala
akibat-akibat yang akan diterima, baik dalam jangka waktu pendek ataupun dalam
jangka waktu panjang.
93
94
4. Bermain Judi, merupakan sarana permainan untuk mengisi waktu luang ketika
anak-anak remaja ini sedang berkumpul (nongkrong). Judi yang dilakukan seperti
judi balap motor, judi sepak bola, dan judi kartu.
Penelitian ini memperkuat teori tentang geng dan kenakalan remaja
sebagaimana dinyatakan oleh Kartono (1986). Melalui wawancara intensif dengan
anggota P-dox bisa disimpulkan bahwa penyebab sekelompok remaja
yang
tergabung dalam P-dox adalah upaya mereka untuk mendapatkan kebahagiaan dan
kepuasan. Mereka menganggap apa yang diberikan oleh orang tua, keluarga, dan
masyarakat sekitarnya tidak cukup. Mereka mendapatkan hal-hal seperti rasa
kesetiakawanan dan kebersamaan melalui geng P-Dox.
Dengan kata lain faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang terjadi
dalam komunitas geng motor P-dox, yaitu;
1. Adanya persoalan ketidakpuasan terhadap keluarga dan ketidakharmonosan
antara orangtua dan anak, yang tidak baik dikarenakan hubungan yang tidak
harmonis antara orang tua dan anak. Kurangnya kasih sayang dan pengawasan
pada anak remaja menyebabkan remaja ini melakukan tindak kenakalan.
2. Pencarian jati diri, menemukan arti pershabatan dan rasa kesetiakawanan, melalui
tindakan-tindakan bersama kearah negatif.
3. Kondisi hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, dimana remaja P-dox tinggal
cendrung pasif. Meskipun terdapat kesan yang negatif tetapi tidak ada sanksi
sosial yang tegas ataupun menghukum untuk remaja yang melakukan tindaka
kenakalan.
95
Mengingat
karakteristik
anggota
P-dox
pada
umumnya
merupakan
pengangguran maka apa yang terjadi dalam geng P-dox memperkuat teori subkultul
deliquensi. Menurut teori ini faktor yang sangat penting bagi munculnya sub kultur
kenakalan remaja adalah karena besarnya ambisi materil, dan kecilnya kesempatan untuk
meraih sukses. Keinginan untuk sukses di satu sisi dan ketidaktersediaan fasilitas untuk
mendapatkan sukses memudahkan pemunculan kebiasaan hidup yang menyimpang dari
norma hidup wajar, sehingga banyak anak remaja menjadi menyimpang dan kriminal.
Temuan-temuan dalam penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagaimana
dijelaskan oleh Robert K.Merton, struktur sosial atau pranata sosial dapat menyumbang
terhadap pemeliharaan integritas sosial. Namun demikian, struktur sosial juga dapat
menimbulkan akibat-akibat yang bersifat negatif. Maka penulis berkesimpulan bahwa
keluarga, institusi pendidikan, dan juga hubungan-hubungan sosial yang dialami oleh
anggota P-dox tidak mengintegrasikan mereka terhadap nilai-nilai yang diterima oleh
masyarakat. Sebaliknya mereka merasa tidak puas dan melakukan apa yang disebut
perlawanan atau tindakan non-konformitas. Tindakan-tindakan anggota P-dox cenderung
melawan norma-norma mapan yang ada dalam masyarakat. Sesuatu yang secara sosial
buruk, sebaliknya mereka anggap sebagai hal yang membahagiakan.
Kebahagiaan yang dicari oleh anggota P-dox bukanlah sesuatu yang tanpa
memiliki dampak negatif. Dari pengakuan anggota P-dox, dampak-dampak yang diterima
dari kenakalan yang dilakukan mereka adalah mudahnya remaja ini terserang penyakit
karena gaya hidup yang tidak teratur, kepribadian yang terus menyimpang, terkena razia
kepolisian, dipukuli oleh kepolisian, kecelakaan yang berakibat kematian, kehamilan di
luar nikah, dan pernikihan usia dini. Mereka nampaknya menyadari bahwa kondisi
96
tersebut merupakan resiko dan harga yang harus mereka bayar untuk mendapatkan apa
yang disebut ‘kebahagiaan’ dan ‘kebebasan’.
B. Saran-Saran
Kenakalan-kenakalan yang terjadi dalam komunitas geng motor P-dox adalah
bagian dari masalah social. Tidak seharusnya cara-cara non-konformitas menjadi
pilihan remaja dalam menjalani hidup.
Semua pihak terkait seharusnya melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Orang tua seharusnya lebih memahami anak-anak mereka, menjadi pelindung
dan teman yang bisa menegerti kesulitan anak. Agar anak
tidak merasa
diabaikan, maka diperlukan komunikasi yang intensif sehingga anak-anak
remaja tidak menjadikan kehidupan geng sebagai pilihan.
2.
Mengarahkan para remaja geng motor P-dox ini untuk mengikuti balapan
resmi yang diadakan oleh pihak swasta dan meninggalkan balap liar yang
selama ini
mereka lakukan, dengan memberitahukan keuntungan dan
kerugian yang mereka terima. Dengan begitu mereka bisa menyalurkan hoby
tanpa ada resiko buruk yang akan menimpa para remaja ini.
3.
Memberikan bimbingan tentang dampak buruk dari setiap kenakalan yang
mereka lakukan. Hal lainnya adalah dengan membawa para remaja ini kearah
yang bersifat positif, seperti mengikuti olahraga futsal, biliyar, dengan adanya
kegiatan tersebut setidaknya mengurangi kenakalan yang biasa dilakukan oleh
komunitas geng motor P-dox.
97
4.
Perlunya peranan
masyarakat dan pemerintah sekitar untuk berani
memberantas kenakalan yang terjadi dengan memberikan sanksi ataupun
hukuman yang tegas agar memberikan efek jera pada setiap anggota geng
motor P-dox.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad dan Asrori Mohammad,. “Psikologi Remaja” Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : Bumi Aksara, 2010.
Bagong Suyanto dan sutinah, “Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif Pendekatan”. Edisi
Perdana. Jakarta: LKI “Nugraha” Ciputat, 2008.
Berry, David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Dariyo, Agus. “Psikologi Perkembangan Remaja”. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.
Gunawan H, Ari. Sosiologi Pendidikan. Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problema
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial II “Kenakalan Remaja”. Jakarta: Rajawali, 1986.
Kuper Jessica & Kuper Adam. Esiklopedi ilmu-ilmu social. Edisi kedua: Accelator Lyotard.
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000.
Poloma, Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Raho, Bernard. SVD. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Presentasi Pustaka. 2007.
Razak, Yusron, “Sosiologi Sebuah Pengantar” . Jakarta: LSA, 2008.
Ridjaluddin H, Psikologi Agama. “ Tinjauan Islam Terhadap Kenakalan Pelajar”. Edisi
Perdana. Jakarta: LKI “ Nugraha” Ciputat, 2008.
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002.
Ritzer, George dan Goodman J Douglas. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik SampaI
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008.
Shadily Hassan. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Cetakan ketujuh, PT Pembangunan,
1980.
Sartono, Suwarniyati. Pengurangan Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI
Jakarta. Laporan penelitian UI. Jakarta: Persada, 1985.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1992.
Sukanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
99
Tim Penulis . Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Ceqda, 2007.
Zuriah, Nurul. “Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi”. Jakarta PT Bumi
Aksara, 2006.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Keterangan Gambar:
Gambar (1), menunjukan simbol bertuliskan dari komunitas geng motor P-dox
berupa stiker bertulisakan P-dox, yang ditempelkan pada salah satu bagian motor.
Simbol ini bertujuan agar geng motor P-dox ini dikenal oleh geng motor lainnya.
Gambar (2), menunjukan anggota geng motor P-dox sedang berkumpul,
sebelum berangkat menuju arena balap liar.
Gambar (3), menunjukan dua remaja geng motor P-dox sedang memeriksa
kondisi motor yang akan dipakai saat balapan liar. Kegiatan ini dilakukan sebelum
mereka turun dalam aksi balap liar.
Gambar (4), menunjukan beberapa remaja anggota geng motor P-dox sedang
berkumpul dan digambar tersebut ada salah satu motor yang sering digunakan untuk
balap liar oleh komunitas geng motor P-dox.
Gambar 5
Gambar 7
Gambar 6
Gambar 8
Keterangan Gambar:
Gambar (5), menggambarkan aktifitas salah satu anggota P-dox sedang melakukan
taruhan (judi) balap liar. Kejadian ini terjadi pada malam sabtu pukul 02.00 WIB,
besar taruhannya adalah tiga ratus ribu. Geng motor P-dox memenangi judi balap liar
tersebut.
Gambar (6,7,8), menggambarkan balap liar antar geng motor, termasuk geng motor Pdox yang ada di dalamnya. Aktifitas ini terjadi pada malam sabtu dan malam minggu
di jalan raya LP Cipinang, dimulai pada pukul 01.00 sampai terdengar adzan subuh.
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Keterangan Gambar:
Gambar diatas menunjukan salah satu kenakalan yang dilakukan oleh anggota geng
motor P-dox yaitu mengkonsumsi minuman keras yang sudah menjadi kebiasaan
mereka. Jenis minuman yang dikonsumsi pada gambar tersebut adalah mansion dan
bir.
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Keterangan Gambar:
Gambar (13), menunjukan dimulainya permainan judi dengan kartu dan uang
sebagai taruhan. Besarnya uang yang dipertaruhkan adalah Rp 5000/orang seperti
yang tampak dalam gambar, dan dimainkan oleh empat orang anggota geng motor
P-dox.
Gambar (14), menunjukan uang yang terkumpul dan kartu yang dibuka adalah
pemenang dalam judi kartu tersebut.
Gambar (15 dan 16), menunjukan sedang berlangsungnya permainan. Tampak
anggota geng motor P-ox sedang menikmati permainan judi kartu.
Download