LAPORAN AKHIR 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Kerja Sama PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KELAUTAN, PERIKANAN, PERTANIAN DAN PETERNAKAN Dengan CV. ECONATURAL KATA PENGANTAR Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan seharusnya dapat memakmurkan masyarakat Indonesia, namun pada kenyataannya merupakan suatu ironi, karena sebagian besar taraf kehidupan masyarakat Indonesia dalam kondisi pra-sejahtera. Hal ini disebabkan sebagian besar sumberdaya kelautan dan perikanan yang telah ada telah mengalami degradasi sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan laju kerusakan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) merupakan respon langsung kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, projob, pro-growth and pro-sustainability). Sehingga kami menginventarisasi potensi sumberdaya Kelurahan Kodingareng guna pembangunan sektor kelautan dan perikanan secara konfrehensif dan berkelanjutan Atas nama Team Pelaksana mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat membantu pemerintah dalam menentukan arah kebijakan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir Kota Makassar. Team Pelaksana i DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................. i Daftar Isi .......................................................................................................................... ii Daftar Tabel .................................................................................................................... iii Daftar Gambar ................................................................................................................ iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1 1.2 Tujuan ........................................................................................................................2 1.3 Sasaran .....................................................................................................................2 1.4 Keluaran (Outputs) .....................................................................................................2 1.5 Hasil (Outcomes) .......................................................................................................2 1.6 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................................3 1.7 Metodologi .................................................................................................................3 BAB II DATA POTENSI SUMBERDAYA KELURAHAN KODINGARENG 2.1 Sejarah Pulau ............................................................................................................5 2.2 Lokasi dan Keterjangkauan ........................................................................................5 2.3 Karakteristik Fisik Daratan Pulau ...............................................................................6 2.4 Kondisi Perairan .........................................................................................................6 2.5 Sosial Demografi ......................................................................................................20 BAB III ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA 3.1 Kajian Mata Pencaharian Penduduk ........................................................................25 3.2 Kalender Musim dan Kegiatan Harian ......................................................................27 3.3 Sketsa Pulau dan Peta Sumberdaya ........................................................................29 3.4 Isu dan Permasalahan di Kelurahan Kodingareng ....................................................30 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................32 4.2 Saran .......................................................................................................................32 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Keadaan Geologi di Pulau Kodingareng, Kota Makassar .......................... Karakteristik Ombak Terukur di Pulau Kodingareng, Kota Makassar ……. Karakteristik Ombak Kedalaman di Pulau Kodingareng, Kota Makassar ... Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Timur di Pulau Kodingareng …………………………………………………………………… Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Barat di Pulau Kodingareng ……………………………………………………………………. Waktu Pola Perubahan Arus di Pulau Kodingareng, Kota Makassar …….. Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Pagi Hari di Pulau Kodingareng …. Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Sore Hari di Pulau Kodingareng … Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Timur di Pulau Kodingareng …... Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Barat di Pulau Kodingareng …… Jumlah Curah Hujan Musim Barat di Pulau Kodingareng …………………. Jumlah Curah Hujan Musim Timur di Pulau Kodingareng ………………… Persentase kelompok umur di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar … Tabel 14 Tingkat Pendidikan Masyarakat Pulau Kodingareng, Kota Makassar ……. 21 Tabel 15 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar ……… 22 Tabel 16 Kondisi dan Jenis Bantuan di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar …. 24 Tabel 17 Jenis Hasil Tangkapan Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar ………………………………………………………………………. 26 Tabel 18 Jumlah dan Harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kelurahan Kodingareng …………………………………………………………………… 26 Tabel 19 Kalender Musim Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar ………………………………………………… 27 Tabel 20 Aktivitas Harian Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar .. Tabel 5 7 8 9 10 10 11 12 13 14 14 14 15 20 28 iii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Grafik Pasang Surut Pulau Kodingareng, Kota Makassar ……………... Tutupan komponen terumbu karang di Pulau Kodingareng …………… Peta Partisipatif Masyarakat di Pulau Kodingareng …………………….. 10 15 29 iv 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketergantungan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang sangat besar terhadap kualitas lingkungan hidup yang baik dan ketersediaan sumber daya alam mengharuskan konservasi lingkungan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perencanaan pengelolaannya. Besarnya potensi keanekaragaman hayati ekosistem di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah kota maupun badan legislatif dan stakeholders secara keseluruhan. Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) merupakan respon langsung kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and prosustainability) yang sejalan dengan kebijakan dan program IFAD. Ada empat alasan kerjasama KKP dengan IFAD dalam menjalankan proyek ini, yaitu: (i) masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau kecil pada umumnya termasuk kelompok masyarakat miskin sampai sangat miskin; (ii) banyak masyarakat yang memiliki motivasi dan berkomitmen untuk memperbaiki tingkat ekonomi mereka dan bertanggungjawab dalam pembangunan; (iii) adanya peluang-peluang ekonomi yang baik dengan potensi pasar yang kuat terutama untuk produk kelautan dan perikanan yang bernilai tinggi; dan (iv) secara konsisten mendukung kebijakan dan prioritas pemerintah. Proyek ini juga akan merespon pentingnya mengatasi masalah degradasi sumberdaya alam dan perubahan iklim serta memberi pengalaman kepada pemerintah dalam mereplikasi dan merencanakan kegiatan yang lebih baik lagi (scaling up). Masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebenarnya tidak tertinggal. Mereka hidup dikelilingi sumberdaya alam yang sangat melimpah. Namun, selama ini mereka tidak mendapat ruang keterlibatan dan partisipasi yang lebih. Tidak dilibatkannya mereka dalam menyusun kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil mengakibatkan pola pemanfataan sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka dieksploitasi tanpa batas. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil selalu dijadikan sebagai objek penyebab kerusakan ekosistem laut, padahal bisa jadi mereka melakukan aktivitas pemanfaatan yang tidak terkendali karena ada penyebabnya. Bila pemerintah daerah dapat memberi sedikit ruang keterlibatan bagi mereka, bukan niscaya 1 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR justru upaya pemanfaatan sumberdaya alam yang ramah lingkungan lahir dari ide-ide masyarakat, seperti halnya masyarakat Kelurahan Kodingareng. 1.2. a. Tujuan Mendorong peran serta masyarakat dalam menginventarisasi potensi sumberdaya desa guna pembangunan sektor kelautan dan perikanan secara konfrehensif dan berkelanjutan b. Menyediakan acuan data dan informasi dalam pengelolaan sumberdaya desa secara lestari dan berkelanjutan. c. Menyusun rekomendasi pengembangan dan pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat 1.3. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini yaitu masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (masyarakat Kelurahan Kodingareng) terlibat langsung dalam mendukung program Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP). 1.4. Keluaran (Outputs) Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat, yakni : a. Terdapatnya baseline data potensi sumberdaya desa. b. Terdapatnya Peta Partisipatif potensi sumberdaya desa c. Tersusunnya laporan hasil pelaksanaan kegiatan. 1.5. Hasil (Outcomes) Baseline data potensi sumberdaya desa dapat dijadikan sebagai pedoman pengelolaan sumberdaya pada tingkat desa, dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal dalam penyusunan rencana pembangunan sektor kelautan dan perikanan. 2 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 1.6. 2013 Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat, dilakukan secara sistematis dengan ruang lingkup: a) Persiapan Tahapan persiapan merupakan tahapan awal yang perlu direncanakan secara terencana, sistematis dan strategis agar proses pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan dapat berjalan secara optimal. Pada tahapan persiapan juga dilakukan Desk Study¸ yakni mempelajari studi atau kegiatan-kegiatan sejenis yang sudah pernah dilaksanakan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kegiatan ini tidak tumpang tindih atau mengulang kegiatan sebelumnya, dan juga diharapkan dapat diketahui tahapan proses yang akan digunakan saat implementasi kegiatan. b) Melakukan koordinasi dan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan di desa/kelurahan dalam rangka penyusunan Baseline data dan informasi. c) Survey lapangan d) Analisis Data dan Informasi e) Penyusunan Laporan Akhir 1.7. Metodologi Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat, antara lain : a. Desk Studi (Studi Pendahuluan) Tujuan desk studi adalah pengambilan dan pengumpulan data sekunder yang sudah tersedia, serta dipelajari guna mendapatkan gambaran sementara untuk perencanaan pengambilan dan verifikasi data di lapangan. Data yang dikumpulkan dan dipelajari adalah data-data yang bersifat khusus ataupun yang bersifat umum. Adapun data-data sekunder yang dicari pada kegiatan desk studi meliputi kondisi geografis, kondisi Sosial-Ekonomi masyarakat, serta kondisi Institusi dan Kelembagaan pada lokasi survey. b. Observasi Tujuan observasi adalah mengenal rona awal dari wilayah/lokasi yang akan dijadikan sebagai objek penelitian (Inventori Sumberdaya Desa Berbasis Masyarakat). Pada kegiatan observasi juga diharapkan sudah diketahui sumbersumber informasi, baik sumber informasi secara personal maupun sumber informasi secara institusi/kelompok. Observasi dilakukan agar pada saat 3 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR pelaksanaan kegiatan, semua tim bisa langsung melakukan tugasnya masingmasing dilapangan secara detail dan tersistematis. c. Focus Group Discussion (FGD) Metode ini dilaksanakan dengan melibatkan kelompok masyarakat dan digunakan untuk memperoleh sejumlah informasi berdasarkan persepsi stakeholder: mengenai masalah-masalah yang ada, alternatif solusi, kebijakankebijakan yang tidak relevan, aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian, program-program yang sedianya dikembangkan, dan sebagainya. Kegiatan FGD merupakan proses awal dalam menjaring aspirasi masyarakat sebagai pengguna/pemanfaatan langsung sumberdaya di wilayah pesisir dan laut. 4 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 BAB II DATA POTENSI SUMBERDAYA KELURAHAN KODINGARENG 2.1. Sejarah Pulau Sejarah terbentuknya Pulau Kodingareng Lompo diawali dengan suku yang pertama kali datang ke Kodingareng Lompo yaitu Suku Mandar dan Bajo. Pulau Kodingareng Lompo mulai dihuni sejak awal pemberontakan DII oleh Kahar Muzakkar sekitar tahun 1953. Orang-orang mandar datang ke Pulau Kodingareng Lompo untuk berlindung dari pemberontakan tersebut. Nama Kodingareng Lompo berasal dari kata “kodi yang artinya dua puluh satu maknanya pandangan orang terhadap diri orang lain”. Pulau Kodingareng Lompo telah berganti nama beberapa kali dari diantaranya Pulau Pa’ditikan, Pulau Perjuangan, Pulau Harapan dan terakhir bernama Kodingareng Lompo sampai sekarang. Tahun 2003 masyarakat mulai mengambil karang secara besar-besaran untuk bahan bangunan, dan sejak itu mulai terjadi abrasi. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM) Mandiri masuk membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat Pulau Kodingareng Lompo, karena dengan adanya bantuan PNPM masyarakat bisa membuat tanggul/ break water sehingga abrasi mulai teratasi. Program ini sangat nampak keberadaannya di Pulau Kodingareng karena manfaatnya sangat besar dirasakan oleh masyarakat utamanya bantuan break water ini dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) oleh Kementerian Pekerjaan Umum. 2.2. Lokasi dan Keterjangkauan Kelurahan Kodingareng terletak pada wilayah administrasi Kota Makassar, Kecamatan Ujung Tanah, Kelurahan Kodingareng terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Kodingareng yang yang biasanya dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Pulau Kodingareng Lompo, dan Pulau Kodingareng Keke. Menurut Mambo (2009) bahwa Pulau Kodingareng Keke terletak disebelah utara Pulau Kodingareng Lompo, dan berjarak 14 km dari Makassar. Bentuk pulaunya memanjang timur laut – barat daya, dengan luas ± 1 Ha. Pada sisi selatan pulau, pantainya tersusun oleh pecahan karang yang berukuran pasir hingga kerikilan, sedangkan pada sisi utara tersusun oleh pasir putih yang berukuran sedang-halus dan bentuknya berubah mengikuti musim barat dan timur. Tidak tersedia transportasi reguler menuju pulau ini, namun dapat menggunakan perahu motor carteran (sekoci), 40 PK dengan biaya Rp. 500.000,- (pergi-pulang). Tidak tercatat adanya penduduk di pulau ini, namun dalam 10 tahun terakhir ini terdapat beberapa 5 bangunan peristirahatan semi permanen bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau ini. CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Pulau Kodingareng (Kodingareng Lompo) secara geografis terletak pada 119o16’00 BT dan 05o08’54 LS. Pulau Kodingareng memiliki luas + 48 Ha dan tinggi dari permukaan air laut 1,5 meter. Di pulau ini terdapat 2 (dua) dusun / lingkungan yaitu Maminasa dan Perjuangan. Pulau ini berbatasan di sebelah Barat dengan Selat Makassar, sebelah Timur dengan Kota Makassar, sebelah Utara dengan perairan laut Pulau Bonetambung, dan sebelah Selatan dengan perairan laut Kabupaten Takalar. Letak pulau ini dapat ditempuh selama 1 jam dari Kota Makassar dengan menggunakan kapal mesin (42 PK). Akses ke pulau ini cukup baik dengan tersedianya kapal reguler, di mana biaya transportasi laut ke pulau ini adalah Rp. 30.000 (PP) per orang. Jumlah kapal regular yang dimiliki oleh penduduk pulau ini sebanyak 3 buah, beroperasi setiap hari termasuk hari Minggu. Selain menggunakan kapal regular, biasanya untuk mengakses daerah ini dapat dilakukan dengan menyewa kapal khusus yang biayanya mencapai Rp. 500.000,– (PP) 2.3. Karakteristik Fisik Daratan Pulau Luas areal dataran Pulau Kodingareng seluas 48 Ha. Tutupan daerah pulau umumnya didominasi oleh pemukiman, sekitar 85% lahan di Pulau Kodingarengkeke digunakan untuk pemukiman selebihnya adalah fasilitas dan vegetasi pulau. Vegetasi darat Pulau Kodingareng ditandai dengan tumbuhan darat yang cukup beragam. Vegetasi ini menutupi areal sekitar 2%. Pinggiran sebelah Utara Pulau Kodingareng berupa hamparan pasir yang ditumbuhi semak belukar. Bagian Tengah pulau ke arah Utara tersebut didominasi oleh tumbuhan kelapa dan beberapa jenis tanaman keras. Tumbuhan jenis sukun, kelor, dan pepaya juga ditemukan pada bagian tengah pulau yang tumbuh di sekitar rumah–rumah penduduk. Areal perumahan penduduk dominan berada di bagian tengah ke bagian Selatan pulau, berjejer menghadap dan/atau membelakangi pantai dari sisi Timur sampai Barat pulau. Ujung bagian Timur pulau ditandai dengan spit (lidah pasir) yang pada saat surut akan kelihatan jelas memanjang keluar sekitar 75 meter dari garis pantai. Pinggiran pantai bagian Barat sampai Selatan pulau ditandai undakan dan patahan daratan pasir akibat abrasi. 2.4. Kondisi Perairan Karakteristik fisik perairan Pulau Kodingareng ditandai fenomena perairan yang sangat dinamis. Hal ini disebabkan pulau tersebut berada pada pertemuan arus antara perairan Selat Makassar dan Laut Jawa, sehingga mendapat pengaruh kuat dari perairan Laut Jawa dan Selat Makassar di waktu musim Barat. Namun pada waktu musim Timur, 6 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Pulau Kodingareng mendapat pengaruh dari Laut Banda yang melewati Selat Selayar dan Selat Makassar. Keadaan perairan Pulau Kodingareng merupakan fenomena yang sangat dinamis ini dikarenakan pulau tersebut berada pada muara perairan Selat Makassar dan Laut Jawa. Sehingga mendapat pengaruh kuat dari perairan Laut Jawa dan Selat Makassar diwaktu musim Barat. Namun pada waktu musim Timur pulau Kodingareng mendapat pengaruh dari Laut Banda melewati Selat Selayar dan Selat Makassar. 2.4.1. Keadaan Geologi Pulau Kodingareng memiliki kondisi geologi perairan yang sangat dinamis. Hal ini dapat dilihat dari data hasil survei lapangan di Pulau Kodingareng secara rinci pada Tabel. 1 berikut : Tabel 1. Keadaan Geologi di Pulau Kodingareng, Kota Makassar Stasiun N No Parameter Kemiringan Kelandaian Topografi Tekstur Kedalam Sedimen muka pantai perairan an (m) terangkut pantai darat (m3) 1 I 0.0502 0.024 Datar Pasir kasar 0.92 0.200 2 II 0.346 0.004 Datar Pasir halus 0.93 0.011 3 III 0.0613 0.01 Datar Pasir halus 0.87 0.090 4 IV 0.0414 0.009 Datar Pasir halus 0.82 0.130 5 V 0.064 0.005 Datar Pasir kasar 0.90 0.313 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 Dari tabel tersebut diperoleh gambaran tentang kondisi geologi pantai Pulau Kodingareng diantaranya kemiringan muka pantai di pulau tersebut adalah berkisar antara 0.34 (meter) sampai dengan 0.0414 (meter) atau 19o sampai dengan 2.4o. Nilainilai tersebut dapat menjelaskan bahwa muka pantai di sekitar Pulau Kodingareng adalah datar di sekitar pantai Timur mulai dari sebelah kanan dermaga menuju Utara. Untuk pantai sebelah kiri dermaga cenderung agak miring menuju Selatan. Pada umumnya pantai pulau Kodingareng memiliki muka pantai yang agak miring. Tekstur tanah di sepanjang pantai dan dasar perairan umumnya terdiri dari pasir kasar dan pasir halus. Topografi pantai (dasar perairan ) cenderung datar pada daerah sebelah kanan pelabuhan sampai pada jarak 100 (meter) dari pantai kemudian terdapat slope. Bentuk topografi darat umumnya datar dan tidak terdapat perbukitan. Menurut Rani, dkk (2012) bahwa Pulau Kodingareng memiliki jenis sedimen biogeneuos dengan laju sedimentasi 0,96 – 0,45 g/cm2/hari. Hal ini menunjukkan adanya 7 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR perbedaan jenis sedimen berdasarkan sumber sedimen pada setiap stasiun penelitian. Stasiun yang dekat dengan daratan utama sedimennya yang berasal dari daratan berupa sedimen lithogeneous. Pulau yang jauh dari daratan utama sumber sedimennya adalah biogeneous atau sedimen yang berasal dari pecahan-pecahan karang dan pasir berkapur. Hasil analisis data ditemukan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan tingginya sedimentasi di perairan Kepulauan Spermonde yaitu pertama suplai sedimen dari daratan utama melalui aliran sungai dalam bentuk suspensi sedimen, saltasi (meloncat) dan rolling (menggelinding) (Selley, 1988). Kedua adalah resuspensi sedimen biogenik di dasar perairan yang disebabkan oleh gerakan hidrodinamika seperti arus, gelombang, badai dan aktivitas organisme (Mc. Grail dan Carnes, 1991). Laju sedimentasi di Pulau Kodingareng pada musim kemarau ditemukan tinggi, hal ini disebabkan oleh faktor resuspensi material dasar akibat arus laut dari selatan dan barat daya (Rasyid, 2011). Material dasar yang tersuspensi kembali berupa material dari pecahan karang dan biogenik lainnya. 2.4.2. Keadaan Ombak Tinggi ombak di periaran Pulau Kodingareng sangat bervariasi tergantung bentuk topografi dan keadaan iklim setempat. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2. dan Tabel. 3 sebagai berikut : Tabel 2. Karakteristik Ombak Terukur di Pulau Kodingareng, Kota Makassar No Stasiun Parameter Hr(m) H1/10 Hs(m) Ts(m) C(m/dtk) Ls(m) f(Hz) (m) 1 I 0.07 0.12 0.08 4 8.1 42.2 0.25 2 II 0.05 0.06 0.07 9.4 14.7 137.8 0.11 3 III 0.05 0.06 0.08 4.7 7.3 34.5 0.21 4 IV 0.07 0.05 0.11 5.7 8.9 50.7 0.18 5 V 0.02 0.01 0.03 4.7 7.3 34.5 0.21 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 8 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Tabel 3. Karakteristik Ombak Kedalaman di Pulau Kodingareng, Kota Makassar No Stasiun Parameter L(m) C(m/dtk) Hr(m) H1/10(m) Hs(m) E(Joulle) 1 I 15.7 3.9 0.08 0.14 0.09 0.010 2 II 28 2.98 0.07 0.09 0.10 0.013 3 III 13.43 2.86 0.07 0.09 0.12 0.018 4 IV 15.98 2.8 0.03 0.02 0.05 0.003 5 V 13.61 0.39 0.09 0.45 0.13 0.021 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 Tinggi ombak di sekitar perairan Pulau Kodingareng pada awal bulan Desember tidak begitu besar (angin agak teduh) yaitu berkisar antara 0.09 (meter) sampai dengan 0.13 (meter). Hal ini dikarenakan pada awal bulan (tgl 26 –11-1999 s/d 7 – 12- 1999) merupakan bulan mati (neap tide) sehingga ombak yang berada di sekitar Selat Makassar tidak begitu besar . Selain dari itu kecepatan angin yang terukur hanya berkisar 2.08 m/dtk merupakan angin sunyi. Energi yang timbulkan oleh ombak pada awal bulan Desember hanya berkisar antara 0.003 (Joulle) sampai dengan 0.021 (joulle). Tinggi ombak pecah di perairan tersebut sebesar 0.08 (meter) sampai dengan 4.1 (meter) dengan kedalaman ombak pecah adalah 0.1 (meter) sampai dengan 5.1 (meter). Data-data ombak hasil survei telah diprediksi pada musim Timur dan Barat sebagai pelengkap data ombak yang diukur pada saat survei lapangan. Selanjutnya dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada musim Timur tinggi ombak signifikan tertinggi pada bulan Juli dan Agustus, serta yang terendah teramati pada bulan November dan Oktober dengan tinggi ombak signifikan hanya berkisar 0.11 (m) dan 0.08 (m). Pada bulan tersebut juga dikenal sebagai bulan-bulan tenang. Pada musimTimur umunya ombak berasal dari arah selatan (bagian Timur). Pada musim Barat tinggi ombak sifnifikan tertinggi terjadi pada bulan Januari, Maret, dan April dimana pada bulan-bulan tersebut tinggi ombak sebesar 2.67 (m) dan 2.7 (m), sedangkan ombak signifikan terendah terlihat pada bulan Desember dan Mei. Karakteristik ombak pada musim Timur dan Barat dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. 9 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Tabel 4. Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Timur di Pulau Kodingareng No Bulan 1 Parameter Hr(m) H1/10 (m) Hs (m) Hrms Amplitudo ombak (m) Juni 0.08 1.78 1.4 0.99 0.7 2 Juli 1.69 3.43 2.7 1.91 1.35 3 Agustus 1.5 3.05 2.4 1.69 1.2 4 September - - - - - 5 Oktober 0.14 0.11 0.11 0.07 0.06 6 November 0.05 0.08 0.08 0.06 0.04 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 Tabel 5. Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Barat di Pulau Kodingareng No Bulan 1 Parameter Hr(m) H1/10 (m) Hs (m) Hrms Amplitudo ombak (m) Desember 0.06 0.11 0.09 0.06 0.045 2 Januari 1.67 3.39 2.67 1.89 1.34 3 Februari 1.38 2.80 2.2 1.55 1.1 4 Maret 1.67 3.39 2.67 1.89 1.34 5 April 1.69 3.43 2.7 1.91 1.35 6 Mei 0.08 1.78 1.4 0.99 0.7 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 2.4.3. Keadaan Pasang - Surut Tipe pasang surut (pasut) muka air, di perairan Pulau Kodingareng adalah merupakan tipe pasut semi diurnal, di mana air laut akan naik 2 (dua) kali dalam sehari. Grafik tinggi muka air laut saat pasang surut dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini: 130 120 110 100 90 80 70 60 50 14.00 12.00 10.00 08.00 06.00 04.00 02.00 00.00 22.00 20.00 18.00 16.00 Gambar 1. Grafik Pasang Surut Pulau Kodingareng, Kota Makassar 10 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Pola arus di perairan Pulau Kodingareng dipengaruhi oleh pola pasang surut yang terjadi di perairan Selat Makassar. Pada saat pasang terjadi massa air bergerak dari Selatan menuju ke Utara. Selanjutnya pada saat surut massa air bergerak dari Utara ke Selatan. Karena gerakan massa air di perairan Selat Makassar adalah sangat kuat yang tertahan oleh massa air yang kuat dari laut Banda dan laut Jawa menyebabkan gerakan massa air dari laut cina cenderung melemah. Namun pada saat surut menyebabkan massa air yang bergerak dari arah selatan sangat lemah. Pada saat air surut massa air dari laut Jawa dan Banda tertarik kembali ke laut Banda sehingga massa air di Selat Makassar bergerak deras. Pada awal bulan (spring tide) tinggi muka air saat pasang adalah berkisar 1.25 (meter) selanjutnya tinggi air pada sata surut berkisar 0.8 meter. Tinggi muka air ratarata pada saat pasang dan surut muka air laut di perairan Pulau Kodingareng adalah berkisar 1.03 (meter). Pada pertengahan bulan atau bulan ke 15 (lima belas) (Neap Tide) tinggi muka air di Pulau Kodingareng pada saat pasang adalah 2.5 (meter) dan pada saat surut adalah 1.6 (meter) dan tinggi muka air rata-rata berkisar 2.06 (meter). 2.4.4. Keadaan Arus Arus adalah gerakan massa air yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tiupan angin, perbedaan densitas air laut, gerakan pasang surut dan gelombang. Karena kompleksnya penyebab arus laut maka untuk penentuan arah dan kecepatan arus dari data sesaat menjadi tidak akurat (Wyrtki, 1961). Pola pergerakan arus di perairan pantai Pulau Kodingareng mengikuti pola pasang surut seperti telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel pola perubahan arus yang memiliki kecenderung sama dengan pola pasang surut. Apabila terjadi surut, massa air bergerak ke arah Selatan dari arah Barat dan pada saat pasang, massa air bergerak dari arah Selatan menuju ke arah Barat. Arus terlihat sangat kuat pada saat surut bila dibandingkan pada saat pasang muka air. Tabel 6. Waktu Pola Perubahan Arus di Pulau Kodingareng, Kota Makassar Arah Arus No Waktu 1 2200 s/d 9 00 2 Dari Arah Ke Arah Selatan Utara 15 00 Utara Selatan 10 00 Selatan Utara Utara Selatan 10 s/d 16 3 17 s/d 21 4 2200 s/d 1000 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 11 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Berdasarkan hasil penelitian Rani, dkk (2012) bahwa perairan Pulau Kodingareng memiliki rata-rata kecepatan arus bulanan (0.07 - 0.28 m/det). Hasil tersebut sebagai indikasi bahwa stasiun yang terbuka dengan lautan lepas memiliki kecepatan arus lebih kencang dibandingkan dengan pulau yang semi tertutup atau terlindung. Perbedaan kecepatan arus setiap satasiun sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. DKP (2008) mencatat bahwa kecepatan arus maksimal terjadi pada saat musim kemarau adalah 0,15 m/det lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pengamatan pada musim hujan 0,07 m/det. Hal yang sama tercatat pada penelitian yang dilaksanakan oleh Rasyid (2011) di Kepulauan Spermonde bahwa pada zona luar tercatat mempunyai kecepatan arus yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona dalam. Jika di bandingkan dengan prediksi arah dan kecepatan arus pada musim hujan dan kemarau (Rasyid, 2011). Terlihat bahwa pengukuran in situ pada musim hujan mempunyai kemiripan dengan pola dan kecepatan arus pada saat pasang ataupun surut. Selanjutnya Rasyid, (2011) mencatat bahwa puncak musim hujan pada bulan Januari – Maret ditandai dengan curah hujan tinggi dan kecepatan angin yang tinggi, yang mempengaruhi arus permukaan. 2.4.5. Keadaan Suhu dan Salinitas Perairan Kondisi parameter suhu dan salinitas perairan Pulau Kodingareng adalah sangat bervariasi. Hal ini diakibatkan sirkulasi air di sekitar perairan tersebut yang sangat bervariasi. Dari data hasil pengamatan lapangan diperoleh nilai kisaran suhu di sekitar perairan Pulau Kodingareng adalah 29oC sampai dengan 31oC dan salinitas berkisar antara 38 ppt sampai dengan 40 ppt. Pola sebaran salinitas dan suhu perairan pulau Kodingareng secara digital dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Pagi Hari di Pulau Kodingareng No Stasiun Suhu (0 C) Salinitas (0/00) 1 I 29 39 2 II 29 40 3 III 39 38 4 IV 39 39 5 V 30 40 6 VI 31 40 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 12 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Tabel 8. Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Sore Hari di Pulau Kodingareng No Stasiun Suhu(0 C) Salinitas(0/00) 1 I 30 38 2 II 30 39 3 III 31 40 4 IV 31 40 5 VI 31,5 41 6 VII 32 40 7 VIII 31 40 8 IX 31,5 40 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 Salinitas sangat terpengaruh oleh tingginya kadar garam dan besarnya konsentrasi air tawar di perairan. Penyebaran konsentrasi salinitas di perairan menunjukkan peredaran massa air dari satu area (perairan) ke area lainnya, misalnya dari area estuaria ke area ekosistem terumbu karang Menurut Rani, dkk (2012) bahwa Pulau Kodingareng memiliki kisaran salinitas 30o 36 /oo. Hal ini tergolong kisaran salinitas tinggi, dimana pengaruh daratan utama kurang sebagaimana diketahui bahwa salinitas rendah (<30 o/oo) pada musim hujan terukur sampai pada jarak ± 13 km dari garis pantai dan pada musim kemarau terukur sampai pada ± 14 km. 2.4.6. Kecepatan Angin dan Curah Hujan Keadaan iklim di Pulau Kodingareng adalah sangat bervariasi dari musim ke musim. Pada musim Barat umumnya angin bertiup dengan kecepatan 2 (m/dtk) s/d 2.03 (m/dtk) dari arah Barat dan Barat laut. Kecepatan angin tertinggi teramati pada bulan Januari dan Maret. Pada musim timur angin bertiup dengan kecepatan rata-rata adalah 1.4 (meter/dtk) s/d 2.7 (meter/dtk) dengan arah angin dari Timur dan Barat laut. Angin tertinggi pada bulan Agustus. Selanjutnya data kecepatan angin secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10. 13 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Tabel 9. Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Timur di Pulau Kodingareng Bulan Kecepatan Angin Arah (m/dtk) Faktor tegangan (m/dtk) Juni 10.2 Barat laut 12.35 Juli 10.7 Timur 13.10 Agustus 10.71 Timur 13.10 September - - - Oktober 2 Barat 1.7 November 2 Barat 1.7 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 Tabel 10. Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Barat di Pulau Kodingareng Bulan Kecepatan angin Arah (m/dtk) Faktor tegangan (m/dtk) Desember 2.03 Barat 1.70 Januari 11.22 Barat 13.89 Februari 10.2 Barat laut 12.35 Maret 11.22 Barat laut 13.89 April 0.18 Barat laut 0.086 Mei 0.16 Timur 0.075 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 Curah hujan rata tertinggi termasuk di kawasan perairan Pulau Kodingareng pada musim Timur adalah bulan Oktober dengan jumlah curah hujan rata-rata berkisar 126 (mm) dan terendah pada bulan Agustus sebesar 6 (mm). Pada musim Barat jumlah curah hujan tertinggi rata-rata pada bulan Januari berkisar 1277 (mm) dan terendah pada bulan Mei yakni berkisar 140 (mm). Tabel 11. Jumlah Curah Hujan Musim Barat di Pulau Kodingareng Bulan Jumlah hujan rata-rata (mm) Desember - Februari 1277 Januari 994 Maret 433 April 580 Mei 140 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 14 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Tabel 12. Jumlah Curah Hujan Musim Timur di Pulau Kodingareng Bulan Jumlah hujan rata-rata (mm) Juni 76 Juli 31 Agustus 6 September 31 Oktober 126 November 225 Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002 2.4.7. Kondisi Bio-Fisik dan Ekologi - Terumbu Karang Pulau Kodingareng berbentuk memanjang utara-selatan, sementara sisi barat dan timur badan pulau menyempit akibat abrasi pantai pasir di sisi selatan dan baratnya. Proses sedimentasi membentuk endapan di sisi utara dan timur pulau sehingga pulau terus memanjang. Kondisi terumbu karang Pulau Kodingareng yang banyak dipengaruhi oleh massa air pantai dapat dilihat pada gafik berikut. Pada kedalaman 3 m, sedikit peningkatan tutupan terjadi pada komponen karang Acropora, sementara pada komponen non Acropora terjadi peningkatan tutupan dari tahun 2007 – 2009, sebaliknya pada tahun 2010 komponen tersebut menurun akibat bleaching. Komponen rubble ( R) pada kedalaman merupakan yang tertinggi hampir mencapai 50% pada tahun 2007 dan 2010, sementara tahun 2009 komponen ini turun dibawah 40 % (DKP Sulsel, 2011). Gambar 2. Tutupan komponen terumbu karang di Pulau Kodingareng 15 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Selama 3 tahun selangnya, data tutupan komponen terumbu karang kedalaman 10 m dapat dilihat pada gambar di atas. pada Komponen kunci AC dan NA cenderung menurun selama tiga tahun terakhir. Walaupun demikian, terumbu karang masih dalam kondisi ‘sedang’. Komponen yang masih signifikan lebih tinggi adalah DCA (karang mati tertutupi algae). Kondisi terakhir 2010 terumbu karang di pulau Kodingareng Lompo tergolong sedang, dengan penutupan karang hidup 29,58 %. Komponen terumbu karang lainnya yang dominan di pulau ini adalah karang mati (DCA/DC), yang penutupannya 33 %, rubble dan pasir yang penutupannya masingmasing 20 % dan 9 %. Genera karang batu yang dominan di pulau ini adalah: Diplostrea, Plathygyra, Cypastrea, Pavona, Montipora, Goniastrea, Galaxea, Favites, Porites, Leptoseris, Echynophora, Pectinia, Lobophylum, Acropora, dan Seriatophora. Sedangkan karang lunak umumnya Sarcophyton, Lobophytum, Sinularia, Nephtea, dan Streonephtea. Selain itu di dapatkan juga beberapa jenis sponge dari kelas Demospongiae. Lain halnya menurut Rani, dkk (2012) bahwa Pulau Kodingareng termasuk memiliki tutupan karang hidup yang kritis, yaitu 40,62 – 46,97. Hal ini disebabkan oleh letak pulau yang dekat dengan daratan utama sehingga memiliki tutupan karang hidup yang rendah, rendahnya penutupan karang hidup disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien sehingga tutupan dasar didominasi oleh makroalga serta tingginya tingkat kekeruhan dan sedimentasi. Kekeruhan dan sedimentasi yang tinggi dapat menjadi faktor pembatas bagi sebaran dan pertumbuhan karang, karena secara langsung sedimen dapat menutupi polip-polip karang sehingga menghalangi proses makan karang dan juga dapat mengurangi laju fotosintesis bagi alga renik (zooxanthellae) yang bersimbiosis dengan karang. Tren kondisi terumbu karang semakin mendekati daratan utama memiliki tutupan karang hidup semakin kecil. Fenomena ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik, seperti limbah, sedimentasi, aktivitas penangkapan dan aktivitas pertanian di daratan utama (Chazottes et al., 2008). Gejala yang sama terjadi di Kepulauan Seribu, tekanan terhadap terumbu karang akibat beban limbah dari Kota Jakarta (Cesar, 2001 dalam Tambaru, 2008), limbah domestik, limbah industri dan penangkapan ikan yang merusak (termasuk bom sianida) (Bryant et al., 1998; Erdman, 1996). Pada prinsipnya kondisi terumbu karang yang asli didominasi oleh karang hidup dengan tingkat keanekaragaman biologi yang tinggi. Perubahan lingkungan atau aktivitas yang secara langsung merusak atau pengambilan karang hidup menyebabkan komposisi tersebut berubah (Lapointe, 1987). Penggunaan bom, penambangan karang, dan pembuangan jangkar di daerah terumbu karang merupakan contoh ancaman akut 16 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 bagi terumbu karang. Ancaman tersebut menyebabkan kerusakan terumbu karang yang terjadi secara drastis dalam jangka waktu yang singkat. Perubahan lingkungan fisik dan biologi akibat pencemaran limbah cair, pencemaran industri, pencemaran limbah kota dan eutrofikasi akan mempunyai dampak yang sama yaitu menyebabkan terjadinya kerusakan karang yang akan terlihat dalam jangka waktu yang lama sehingga digolongkan sebagai tekanan kronik (Edinger et al., 1998). Sekeliling Pulau Kodingareng merupakan paparan terumbu (reef flat) yang luas ke arah selatan–barat dan utara. Sedangkan sisi timurnya cukup dalam bagi pertumbuhan karang ditambah lagi dengan laju sedimentasi substrat pasir dan kegiatan pelayaran lokal sehingga terumbu karang tidak berkembang. Tutupan pasir dan karang pecahan di sisi utara lebih mendominasi habitat terumbu karang, sedangkan di sisi selatannya karang keras lebih banyak ditemukan dari pada karang lunak. Beberapa spot di sisi selatan pulau ini terdapat terumbu karang dengan kondisi yang sedang (tutupan karang hidup maksimum 25 %), namun demikian kebanyakan ditemukan terumbu karang yang sudah rusak atau kurang dari 25 % karang hidup, kecuali di sisi tenggara masih ditemukan tutupan karang yang cukup tinggi, yaitu berkisar 40,63 – 46,97% yang mengindikasikan bahwa terumbu karang sudah mengalami gangguan dengan kondisi yang sudah tergolong kritis. Meskipun demikian, area terumbu karang di perairan ini masih memiliki keragaman ikan karang yang tinggi, yaitu berkisar 19 – 23 jenis dengan kelimpahan berkisar 99 – 557 ekor/transek dan tergolong tinggi. Dengan demikian terumbu karang di periaran Pulau Kodinagreng lompo masih memiliki potensi sebagai area pemijahan dan pembesaran bagi ikan-ikan karang. Kondisi perairan yang cukup jernih dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi termasuk hamparan padang lamun yang luas, tentunya dapat menjadi daya tarik wisata bahari ke tempat ini untuk snorkling dan diving (Jurusan Kelautan Unhas, 2012). - Padang Lamun Hamparan padang lamun di perairan pulau ini cukup luas, terdiri dari lima jenis lamun penyusun, yaitu Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides, dengan tingkat penutupan berkisar antara 67% - 76% (Rizal, 2012). Berdasarkan kriteria tersebut, padang lamun di daerah ini masih dalam kondisi “bagus”, sehingga masih dapat dikategorikan asli dan alami. Sebagian besar masyarakat P. Kodingareng Lompo bermata pencaharian sebagai nelayan purse seine dan beroperasi di perairan sekitarnya. Hal ini dapat menunjukkan tingginya kekayaan organisme laut, khususnya ikan, di perairan ini. Tingginya produksi perikanan di perairan P. Kodingareng Lompo tentunya tidak terlepas 17 dari peranan padang lamun di daerah tersebut baik sebagai daerah asuhan, mencari CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 makan, dan perlindungan bagi berbagai jenis ikan komersil maupun non-komersil namun penting dalam rantai makanan (Gillanders, 2006). - Ikan Herbivora Ikan herbivora salah satu pengontrol kelimpahan makroalga di perairan. Ikan herbivora menjadi pemangsa utama makroalga di samping pemangsa lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Rani, dkk (2012) bahwa kisaran dan nilai rata-rata ikan herbivora di Pulau Kodingareng 0.090 - 0.310 ind/ m2. Secara alami hewan herbivora merupakan makanan dari karnivora atau pemangsa (predator). Perairan yang dekat dengan daratan yang padat penduduk, pengendali populasi ikan herbivora adalah manusia. Ikan-ikan Scaridae yang memiliki ukuran yang besar telah lama menjadi target penangkapan, seperti B. Muricatum, Cholorurus microrhinos dan C. bicolor, serta Chlorurus bleekeri, Chlorurus japanensis dan Chlorurus sordidus, bahkan pada terumbu karang di Indonesia keenam jenis ikan herbivora tersebut tersebut tidak tercatat di dalam survei LIPI di perairan Lombok, Nias dan Banggai (Suharsono et al., 1995a,b,c). Atau kemungkinan pemangsaan ikan herbivora ukuran kecil oleh ikan piscivora (pemakan ikan) yang meliputi Serranidae, Lutjanidae, Barracuda, dan Moray eels serta ikan kerapu Epinephelus inserti yang merupakan salah satu pemangsa ikan herbivora Scarus dan Sparisoma di kawasan Karibia (Mumby et al., 2006). Kemungkinan faktor lain yang menyebabkan rendahnya kepadatan ikan herbivore adalah berubahnya kondisi lingkungan dengan tingkat kekeruhan tinggi. Perubahan ini menyebabkan ketidakmampuan ikan herbivora untuk bertahan (Mumby et al., 2006). Secara temporal tidak menunjukkan adanya perbedaan kepadatan ikan herbivora di Kepulauan Spermonde, yang mengindikasikan bahwa kepadatan ikan hampir tidak terpengaruh oleh kondisi musim. Tetapi kepadatan ikan lebih banyak dipengaruhi oleh tekanan penangkapan. Radjawali (2010) mengemukakan bahwa perairan Spermonde dan sekitarnya memberikan sumbangan ikan hidup untuk ekspor sekitar 10.000 – 20.000 ton per tahun. 2.4.8. Kondisi Kimia Perairan - pH Pada prinsipnya pH baik air tawar maupun air laut adalah ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+). Semakin tinggi ikatan hidrogen maka semakin tinggi pH dari air, yang dinyatakan dalam kisaran 0 – 14 dan besarnya dinyatakan dalam minus (-) logaritma dari konsentrasi ion. Misalnya air laut dengan pH 7, artinya konsentrasi ion hidrogen dalam air sebesar 0,0000001 bagian dari total larutan atau dinyatakan dalam 18 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 bentuk logaritma (H = -log107). pH sebagai indikator pada kepekatan ion H dalam perairan, selain itu juga berfungsi sebagai katalis dalam beberapa reaksi kimia dalam air. Hasil penelitian Rani, dkk (2012) menunjukkan bahwa sebaran pH di perairan Pulau Kodingareng tidak memperlihatkan fluktuasi nilai yang besar, yaitu 7.59 - 7.79. Hal ini menandakan kecilnya pengaruh eksternal. Kondisi ini sangat memungkinkan, karena salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kondisi pH di perairan adalah ketersediaan C02 (karbon dioksida) (Rixen et al., 2010). Pada musim kemarau pelepasan karbondioksida sangat besar menyebabkan air laut akan menyerap C02 yang lebih banyak dan meingkatkan ikatan hidrogen dalam air yang pada akhirnya menurunkan nilai pH. Parameter pH sangat penting karena fungsinya yang dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. - Nitrat Berdasarkan Rani, dkk (2012) bahwa pulau-pulau yang jauh dari daratan utama ditemukan kecenderungan konsentrasi nitrat yang rendah, hal ini sangat terkait dengan suplai bahan organik. Berdasarkan kandungan nitratnya, maka Pulau Kodingareng tergolong masih dalam kondisi oligotrofik, dengan kisaran nitrat 30 - 113 µg/L. Hasil penelitian menunjukkan dua hal yang menjadi pemicu tingginya konsentrasi nitrat di Kepulauan Spermonde yaitu 1). Faktor Lokasi; semakin dekat dengan daratan utama atau permukiman padat ditemukan konsentrasi nitrat yang tinggi, kondisi ini sangat memungkinkan karena sumber utama nitrat berasal dari aktivitas di daratan berupa aktivitas budidaya pertanian, budidaya perikanan, limbah rumah tangga dan industri (Lapointe, 1987; Hakanson et al., 2008); dan 2). Faktor Musim; sangat mempengaruhi konsentrasi nitrat di perairan, pada musim hujan rata-rata konsentrasi nitrat lebih tinggi. Tingginya debit air sungai menyebabkan suplai bahan organik masuk ke laut menjadi tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan hal yang sama bahwa konsentrasi nitrat di perairan lebih besar pada musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau (Stapel et al., 2001; Edinger et al., 1998; Nurliah, 2002; Costa et al., 2008 dan Hakanson dan Bryhn, 2008). Tingginya suplai bahan organik khususnya nitrat pada musim hujan bukan saja tergantung pada besarnya debit air sungai, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah tangkapan air hujan (Lihan et al., 2008). - Fosfat Fosfat adalah salah satu bahan anorganik yang masuk ke perairan laut dan menjadi sumber penentu kesuburan perairan. Hasil penelitian Rani dkk (2012) bahwa Pulau Kodingareng berada dalam kondisi hipertrofik dengan kandungan fosfat 160 – 775 µg/L. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat sangat ditentukan oleh jarak dari 19 daratan utama, khususnya yang berkaitan dengan pemukiman padat. Dimana, pada CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 perairan yang dekat dengan pemukiman padat, perairannya memiliki kandungan fosfat yang tinggi. Beberapa penilitian menunjukkan bahwa lokasi yang dekat dengan pantai memiliki konsentrasi fosfat yang tinggi. Selain itu penelitian yang sama di Kepulauan Spermonde juga didapatkan bahwa lokasi yang dekat dengan pemukiman padat ditemukan konsentrasi fosfat yang tinggi (Erfetemeijer et al., 1994; Endiger et al., 1998; Stapel et al., 2001; Nurliah, 2002). Secara temporal menunjukkan penurunan konsentrasi fosfat, pada musim hujan konsentrasi fosfat cenderung tinggi untuk semua pulau sedangkan pada musim kemarau konsentrasi fosfat cenderung menurun. Penyebab utamanya adalah berkurangnya suplai fosfat pada curah hujan yang rendah (Davis, 2004; Costa et al., 2006). 2.5. 2.5.1. Sosial Demografi Jumlah, Struktur Penduduk dan Rumah Tangga Hasil pendataan penduduk tahun 2012 mencatat jumlah penduduk di Kelurahan Kodingareng sebanyak 4.495 jiwa. Jumlah penduduk ini terdiri dari 2.241 laki–laki (49,82%) dan 2.257 wanita (50,18%) (BPS, 2013). Kepadatan penduduk tercatat 9.364,5 jiwa per km2, jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1.043 KK. Tabel 13. Persentase kelompok umur di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar No Kelompok Umur (tahun) Persentase Jumlah (%) 1 0–4 13,7 2 5–9 12,93 3 10 – 14 11,88 4 15 – 19 10,28 5 20 – 24 10,23 6 25 – 29 9,23 7 30 – 34 8,59 8 35 – 39 6,01 9 40 – 44 4,36 10 45 – 49 3,38 11 50 – 54 2,87 12 55 – 59 1,62 13 60 – 64 2,56 14 65 tahun ke atas 2,36 Keterangan tertinggi terendah Sumber: BPS Kota Makassar, 2013 20 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Selama 10 tahun terakhir (2002–2012) di Pulau Kodingareng terjadi pengurangan penduduk sebanyak 1.060 jiwa, hal ini disebabkan karena pernah terjadi bencana alam yang menyebabkan kematian massal di Pulau Kodingareng. Data yang ada juga mencatat bahwa jumlah usia kerja di Pulau Kodingareng sebanyak 2.081 orang. Suku yang ada di pulau ini selain Makassar adalah Mandar dan Bajo. Namun, umumnya orang Mandar menikah dengan orang Cina yang datang berdagang di pulau ini. 2.5.2. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Pulau Kodingereng dibanding beberapa pulau lain dalam kawasan Kepulauan Spermonde, relatif lebih tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan tahun 2012, diketahui bahwa hampir semua penduduk pernah mengenyam pendidikan dasar (SD) sampai tamat, 50% yang melanjutkan pendidikan pada tingkat lanjutan (SLTP/SMU), dan tercatat 51 orang yang berpendidikan diploma/sarjana. Hal ini sesuai dengan data BPS (2013) bahwa ada 51 orang berprofesi sebagai guru di Kelurahan Kodingareng mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga SMA/SMK. Tingkat pendidikan penduduk Pulau Kodingareng berdasarkan data Kantor Kelurahan tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 14. Tingkat Pendidikan Masyarakat Pulau Kodingareng, Kota Makassar Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Tamat SMP/sederajat 169 188 357 Tamat SMA/sederajat 43 35 78 Tamat D2 7 5 12 Tamat D3 1 Tamat S1 11 Tamat S2 2 Total 233 1 12 23 2 240 473 Sumber : Kantor Kelurahan Kodingareng, 2012 Tingkat pendidikan masyarakat Pulau kodingareng tergolong tinggi untuk lingkungan pulau karena sarana pendidikan tergolong lengkap, dimana jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah lanjutan atas, dan masyarakat yang ingin menempuh pendidikan perguruan tinggi melanjutkan di Kota Makassar. 21 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2.5.3. Infrastruktur Sosial Infrastruktur sosial yang berada di Kelurahan Kodingareng tergolong lengkap jika dibandingkan dengan kelurahan/desa lain yang berbentuk pulau. Sarana dan prasarana yang berada di kelurahan ini dibantu oleh beberapa instansi, swasta maupun oleh masyarakat sendiri. Berikut saran dan prasarana yang ada di Kelurahan Kodingareng: Tabel 15. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar No. 1 Sarana dan Prasarana Pembangkit Listrik Jumlah Tenaga 1 Pemilikan Kondisi Negara Baik Surya 2 TK/ TPA 2 (4 kelas) Swasta Baik 3 SD Negeri & Inpres 2 (10 kelas) Negara Baik 4 SMP Negeri 1 (5 kelas) Negara Baik 5 SMA/SMK swasta 1 (3 kelas) Swasta Baik 6 Mesjid 2 Swadaya Baik 7 Mushalla 2 Swadaya Baik 8 Dermaga 3 Negara/Swasta Baik 9 Puskesmas Pembantu (Pustu) 1 Negara Baik dan dukun bayi 6 orang 10 Posyandu dan dukun pijat 1 org 6 Negara Baik 11 Bidan praktek swasta 1 Swasta Baik 12 Toko khusus jamu/obat 1 Swasta Baik 13 Menara Mercusuar 1 (50 m) Negara Baik 14 Jaringan Telepon Seluler 1 (Esia) Swasta Baik 15 Play Station & Video Game 1 Swasta 16 Lapangan Sepak Bola 1 Swadaya 17 Lapangan tennis meja 1 Swadaya 18 Kantor Lurah 1 Negara 19 Warung Makan 7 Swasta 20 Penyulingan Air 1 Negara Baik 21 Villa 1 Swasta Baik Baik Baik Sumber : Kantor Kelurahan Kodingareng, 2013 Fasilitas sosial yang terdapat di pulau Kodingareng berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk memberikan energi standar untuk semua rumah yang ada di Pulau Kodingarengkeke. Sarana ibadah yang ada hanya mesjid/surau karena semua 22 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 penduduk Kelurahan Kodingareng adalah muslim sehingga sarana peribadatan yang ada hanya untuk umat muslim. Sumber air tawar masyarakat Pulau Kodingareng bersumber dari air sumur berstatus kepemilikan pribadi rumah tangga. Kualitas air sumur tanah di pulau ini cukup tawar untuk air minum dan tersedia setiap tahunnya. Selain itu, masyarakat Pulau Kodingareng mendapat bantuan penyulingan air dari pemerintah untuk supply air tawar. Sarana perhubungan seperti dermaga berfungsi sebagai tempat labuh untuk perahu–perahu kecil berada seputar pesisir pantai dimana pemilik kapal menyimpan perahunya lebih berdasarkan kedekatan dengan posisi rumahnya. Menara Mercusuar di Pulau Kodingareng untuk membantu alur pelayaran di Selat Makassar, dibangun pada tahun 1985. Media sosial dan kegiatan kemasyarakatan yang terdapat di pulau ini adalah Pertemuan Rakyat, Telekomunikasi tidak langsung (jaringan seluler, play station, dan video game), Olah Raga (sepak bola, bola volley, bulu tangkis, dan tennis meja), warung/kedai makan, Gudep Pramuka, majelis taklim, PKK, serta Arisan. Toko alat–alat /sarana produksi perikanan terdapat cukup banyak di pulau ini yang menjual perlengkapan penangkapan ikan seperti jaring, jala, mata pancing. Di samping itu juga menjual baling-baling (propeller) dan suku cadang mesin perahu lainnya. Sarana pariwisata di Kelurahan Kodingareng hanya terdapat di Pulau Kodingareng Keke, dimana pengelolaan bangunannya dikelola oleh seorang warga negara Belanda, dan telah menanam kembali beberapa pohon pinus. Pada sisi barat terdapat dataran penghalang yang terbentuk akibat proses sedimentasi yang tersusun atas material pecahan koral. Ada pasang terendah, terdapat dataran yang cukup luas di bagian barat pantai. Perairan sebelah barat laut merupakan daerah yang cukup luas dengan kedalaman kecil dari 5 meter hingga mencapai 2,5 km dari garis pantai, sedangkan di perairan sebelah timur dan selatan merupakan alur pelayaran masuk dan keluar dari pelabuhan Samudera Makassar. Tersedia fasilitas resort standar bagi wisatawan. Perairan di sekitar pulau ini merupakan tempat yang ideal bagi mereka yang menyenangi snorkeling. Pulau ini juga memiliki hamparan pasir putih yang indah (Mambo, 2009). 2.5.4. Kelembagaan Kelembagaan yang terdapat di Kelurahan Kodingareng adalah lembaga kelurahan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan BKM-Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Kementerian Pekerjaan Umum. Akan tetapi, Kelurahan 23 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Kodingareng tidak memiliki lembaga perbankan dan pasar, pernah ada koperasi yang dibentuk sejak 20 tahun lalu namun tidak berjalan dengan baik. 2.5.5. Bantuan-Bantuan Pengembangan Seperti halnya kelurahan lain, Kelurahan Kodingareng telah menerima bantuan dari berbagai institusi pemerintah dan swasta baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti tercantum pada tabel berikut: Tabel 16. Kondisi dan Jenis Bantuan di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar Tahun 2003 Sumber Bantuan PNPM Kementerian PU Jenis bantuan 2003 2004 2004 PEMP-DKP Dana bergulir Perbaikan rumah Sarana dan prasarana (mis. Pavin Block) MCK Tanggul (penanggulangan abrasi) Dana bergulir Dinas Prov. Sul sel Tanggul (± 30 m) 2007 Dinas Prov. Sul sel Kapal fiber, mesin, & alat tangkap Pelatihan pembuatan kapal Pemberian bantuan alat pertukangan Alat tangkap, perahu, dan mesin katinting UNISMUH 2010 PUMP (Program Usaha Mina Pedesaan) 2013 IFAD Penyulingan air bersih (belum diresmikan) Pondok Informasi (Rp 50jt) Aula Pertemuan (Rp 39jt) Jumlah Kelompok/ Kondisi Kurang berhasil Baik Baik Baik 14 kelompok (5 orang/ klp) Kondisi sudah rusak 7 kelompok (5 orang/klp) 8 orang 3 kelompok (15 orang/klp) Kelompok yang masih aktif: Sinar harapan jaya Cakalang Infrastruktur Sumber: Hasil Wawancara Ketua RW dan Ketua LPM, 2013 Berbagai bantuan telah diberikan kepada Kelurahan Kodingareng, namun hanya infrastruktur yang bertahan lama karena bantuan dana dalam bentuk kelompok tidak dilengkapi dengan tenaga pendamping yang handal di bidangnya sehingga ketika dana telah habis maka kelompok menjadi macet. 24 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 BAB III ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA 3.1. Kajian Mata Pencaharian Penduduk Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Kodingareng sudah cenderung lebih heterogen/beragam jika dibandingkan dengan pulau–pulau lain dalam kawasan Kepulauan Spermonde. Sekitar 70% penduduk menggantungkan diri dari aktifitas nelayan/petani. Sebagian masyarakat bekerja pada sektor jasa seperti jasa transportasi/ angkutan perairan, pertokoan, pertukangan, buruh bangunan, guru, pegawai negeri serta pembuat perahu kayu dan Fiber. Menurut BPS (2013) jumlah rumah tangga masyarakat Kelurahan Kodingareng yang teridentifikasi bekerja dalam bidang jasa pertanian/perikanan (286), industri (15), konstruksi/bangunan (7), transportasi/angkutan (9), pemerintahan (25), dan jasa-jasa lainnya (37). Sekitar 75% masyarakat Pulau Kodingareng bekerja di bidang pertanian/perikanan sehingga bantuan yang diberikan oleh pemerintah juga umumnya yang mendukung petani/nelayan, misalnya bantuan kapal fiber dari Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan Peternakan Kota Makassar. Bantuan ini sangat membantu nelayan di Pulau Kodingareng yang selama ini sangat bergantung pada ponggawa. Dari sisi karakteristik mata pencaharian masyarakat Pulau Kodingareng umumnya sebagai nelayan. Di antaranya sebagai ponggawa alat tangkap Gae (Purse Seine) dan pancing. Selebihnya adalah sebagai nelayan bagi hasil atau anak buah sawi dan nelayan individu dengan kapal ukuran kecil yang disebut Jolloro. Bagian lain dari nelayan adalah pedagang pengumpul ikan Pa’–balolang, kategori ini berjumlah 4 orang. Alat tangkap yang dioperasikan di Pulau Kodingareng adalah purse seine dan pancing, akan tetapi masih ada yang menggunakan bom. Ciri-ciri ikan yang ditangkap dengan menggunakan bom, adalah cepat busuk dan dagingnya lembek. Adapun jenis ikan tangkapan di Pulau Kodingareng berdasarkan jarak fishing groundnya yaitu: - Jarak 0 mil : Ikan teri, sibula dan bete-bete - Jarak 2 - 8 mil : ikan layang, ikan selar, ikan kembung, cumi-cumi Pendapatan nelayan di Pulau Kodingareng berbeda-beda tergantung bagian yang mereka kerjakan, misalnya nelayan purse seine memiliki penghasilan sekitar Rp 700.000 – 1.000.000/hari, pedagang perantara memiliki penghasilan sekitar Rp 700.000 – 1.000.000/hari, dan nelayan Pa’–balolang berpenghasilan kotor sekitar Rp 300.000 – 400.000/hari. Berikut adalah tabel jenis hasil tangkapan nelayan secara umum di Kelurahan Kodingareng: 25 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Tabel 17. Jenis Hasil Tangkapan Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar No. Hasil Tangkapan Jenis Alat Tangkap Bulan Tangkap 1 2 3 4 5 6 7 8 √ √ √ 9 10 11 12 √ √ Bagan , jaring dan 1 Ikan Teri bom Bagan , jaring dan 2 Ikan Layang bom √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bagan , jaring dan 3 Ikan Sibula bom 4 Cumi-cumi Bagan dan bom 5 Ikan Tongkol Bagan dan bom 6 Ikan Sunu Bagan dan bom 7 Ikan Tenggiri Pancing 8 Ikan Selar Pukat dan bom √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 Ikan Kembung Pukat dan bom √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 Ikan Peperek Jaring dan bagan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa umumnya ikan-ikan yang bisa ditangkap sepanjang tahun adalah ikan pelagis, misalnya ikan laying, sibula, tongkol, selar, kembung, dan peperek. Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan jaring. Sedangkan ikan yang bisa ditangkap pada musim-musim tertentu adalah ikan tenggiri pada akhir tahun dan cumi-cumi pada petengahan tahun. Ikan hasil tangkapan nelayan dijual dengan harga yang berbeda-beda tergantung jenis tangkapannya. Berikut jumlah dan harga tangkapan ikan di Kelurahan Kodingareng: Tabel 18. Jumlah dan Harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kelurahan Kodingareng No. Hasil Tangkapan Jumlah Tangkapan Tinggi Rendah Harga Tangkapan (Rp) Tinggi Rendah 1 Ikan Teri 0 100 basket 50.000/ gabus 150.000 / basket 2 Ikan Layang 0 200 basket 50.000 / gabus 150.000 / basket 0,5 basket 200 basket 30.000 / basket 400.000 / gabus 3 Ikan Sibula 4 Cumi-cumi 1 Basket 100 basket 100.000 / basket 1.000.000 / gabus 5 Ikan Tongkol 1 ekor 1000 ekor 20.000 / ekor 40.000 / ekor 6 Ikan Sunu 4 ons 20 kg 30.000 / kg 50.000 /kg 1 ons 20 kg 30.000 / kg 50.000 /kg 0,5 basket 100 basket 70.000 / basket 250.000 / basket 70.000 / basket 250.000 / basket 10.000 / basket 50.000 / basket 7 8 Ikan Tenggiri Ikan Selar 9 Ikan Kembung 0,5 basket 100 basket 10 Ikan Peperek 0,5 basket 100 basket Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013, (Ket: 1 basket = 15 kg, 1 gabus = 4 basket) 26 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR Berdasarkan tabel di atas, ikan hasil tangkapan yang harganya paling tinggi adalah ikan tongkol, sunu, dan tenggiri. Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan bagan. Alat tangkap ini membutuhkan operasional yang tinggi sehingga dalam operasionalnya nelayan membutuhkan bantuan ponggawa. 3.2. Kalender Musim dan Kegiatan Harian Sama seperti halnya di wilayah lain yang ada di Indonesia, Kelurahan Kodingareng memiliki 2 musim yang bergantian sepanjang tahun, yaitu musim Barat dan musim Timur. Pada bulan-bulan pergantian musim (musim pancaroba) biasanya kondisi perairan cukup teduh sehingga memungkinkan nelayan untuk mencari ikan lebih banyak, terutama nelayan-nelayan yang menggunakan jaring, sedangkan untuk nelayan lain seperti pemancing ikan tenggiri biasanya lebih mengikuti bulan-bulan tertentu dimana jumlah ikan tenggiri lebih banyak, yaitu antara bulan November – bulan Desember. Kegiatan atau musim yang umumnya terjadi di Kelurahan Kodingareng dapat dilihat pada kalender musim berikut: Tabel 19. Kalender Musim Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar No. Hasil Tangkapan Bulan 1 2 3 √ √ √ 4 5 1 2 Penghujan 3 Silir berganti (Hujan / panas) √ √ 4 Pancaroba √ √ 5 Nelayan Melaut √ √ 6 Pasang / Air besar 7 Penghasilan bagus 8 Masa Paceklik 9 Nelayan tidak melaut √ √ √ 7 8 9 10 11 12 Ket. √ Kemarau Panas (puncak) √ 6 Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kondisi Angin Bulan Purnama Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nelayan hampir setiap saat melaut dalam setahun kecuali bulan Januari – Maret. Hal ini berhubungan dengan musim penghujan dan pasang tinggi serta masa paceklik dalam penangkapan ikan. Sedangkan hasil tangkapan bagus berada pada bulan Juli – November. Aktifitas harian masyarakat di Kelurahan Kodingareng nampak bahwa sebagian besar waktunya digunakan untuk melaut, yaitu sekitar 13 – 17 jam dalam sehari. Selebihnya digunakan untuk istirahat, nonton, olah raga, mengurusi peralatan melaut, 27 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 dan tidur. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan aktifitas harian masyarakat di Kelurahan Kodingareng. Tabel 20. Aktivitas Harian Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar No. Waktu (wita) Kegiatan Kegiatan Nelayan Bagan: 1 04.00 – 05.00 Persiapan nelayan untuk turun melaut 05.00 – 22.00 Nelayan melaut 22.00 – 23.00 Cerita-cerita 21.00 – 04.00 Tidur Kegiatan Nelayan Pancing: 2 05.00 – 13.00 Melaut 13.00 - 14.00 Pulang dari melaut 14.00 - 15.30 Memperbaiki jarring 15.30 - 18.00 Bercengkrama dengan tetangga/keluarga 18.00 - 21.00 Nonton TV bersama keluarga 21.00 – 05.00 Tidur Kegiatan Ibu-Ibu: 3 04.00 – 07.00 Persiapan makanan untuk nelayan untuk melaut 07.00 - 08.00 Mencuci 08.00 – 09.00 Memasak 09.00 – 11.00 Membersihkan rumah 11.00 – 15.00 Istirahat /cerita-cerita 15.00 – 18.00 Membantu nelyan untuk membersihkan hasil tangkapannya 18.00 – 19.00 Memasak untuk makan malam 19.00 – 21.00 Istirahat/ menonton TV 21.00 – 04.00 Tidur Kegiatan Anak-anak: 4 07.00 – 13.00 Anak-anak ke sekolah 13.00 - 14.00 Istirahat/ bermain 14.00 – 16.00 Mengaji 16.00 – 18.00 Istirahat / bermain 18.00 – 21.00 Shalat, makan malam, belajar 21.00 – 07.00 Tidur Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013 28 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 3.3. 2013 Sketsa Pulau dan Peta Sumberdaya Berdasarkan hasil dari beberapa kegiatan diskusi kelompok terfokus (FGD) dan Wawancara Semi Terstruktur dengan beberapa orang masyarakat yang ada di Kelurahan Kodingareng, dapat diketahui bahwa potensi sumberdaya terumbu karang di daerah ini relatif masih baik atau hampir sama dengan keadaan terumbu karang yang ada di beberapa pulau di sekitarnya. Menurut gambaran masyarakat Kelurahan Kodingareng bahwa perairan Kodingareng masih memiliki ekosistem yang lengkap. Masyarakat mengetahui bahwa terumbu karang adalah rumah ikan. Oleh karena itu, masyarakat menganggap perlu keberadaan aparat untuk mengawasi wilayah perairan tersebut agar tidak ada nelayan luar maupun dalam pulau/desa yang menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan. Selain itu, masyarakat juga menggambarkan letak sarana dan prasarana di Pulau Kodingarengkeke. Berikut ini adalah sketsa pulau dan peta sumberdaya laut yang dibuat oleh masyarakat melalui kegiatan pemetaan partisipatif di Kelurahan Kodingareng: Gambar 3. Peta Partisipatif Masyarakat di Pulau Kodingareng 29 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 3.4. Isu dan permasalahan di Kelurahan Kodingareng Beberapa issue dan permasalahan yang muncul dari hasil FGD dan wawancara semi terstruktur dengan masyarakat di Kelurahan Kodingareng yang dikelompokkan dalam beberapa issue pokok antara lain: Isu Pemanfaatan Sumberdaya Pemboman ikan banyak terjadi di Pulau Kodingarengkeke sehingga merusak ekosistem terumbu karang. Masyarakat banyak mengambil batu karang dan pasir sebagai bahan bangunan, akibat susahnya mendapatkan material untuk bahan bangunan baik dari segi materi maupun akses karena tidak ada kapal regular dai Pulau Kodingareng ke Kota Makassar. Isu Sosial Bantuan yang diberikan ke masyarakat tidak semuanya diberikan ke masyarakat, seringkali banyak potongan yang tidak diketahui oleh masyarakat peruntukan potongan tersebut yang bahkan hingga 25%. Masyarakat berharap bantuan dari pemerintah sebaiknya dikomunikasikan dan disalurkan dengan baik ke masyarakat. Harga BBM yang semakin meningkat mahal dan ketersediaan BBM di pulau juga sangat kurang sehingga untuk membeli BBM masyarakat harus ke Kota Makassar Sulitnya mendapatkan es balok sehingga untuk kebutuhan melaut nelayan harus langsung beli ke Pelabuhan Paotere (Kota Makassar). Masyarakat berharap adanya bantuan pabrik es atau listrik yang memadai untuk pembuatan es balok. Isu Lingkungan Pembuangan limbah rumah tangga dan hasil perikanan secara sembarangan, serta tidak adanya sarana pembuangan sampah di Pulau Kodingareng. Akibatnya, terjadi penumpukan bahan organik baik di lingkungan darat maupun daerah sekitar pantai yang mempercepat terjadinya proses abrasi Isu Kelembagaan Tidak ada koperasi, padahal masyarakat sangat membutuhkan koperasi untuk simpan pinjam hasil penjualan ikan tangkapan Kurangnya keterwakilan masyarakat Kelurahan Kodingareng di lembaga pemerintahan, sehingga kepentingan masyarakat Kelurahan Kodingareng cenderung terabaikan. Warga menginginkan aparat yang menjadi Lurah Kodingareng adalah warga yang berdomisili di pulau tersebut, sehingga dapat lebih memperhatikan daerahnya. 30 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Masyarakat sangat bergantung pada Ponggawa, karena mereka tidak memiliki modal yang cukup untuk melaut. Namun, Ponggawa tidak mau meminjamkan modal tanpa ada jaminan sehingga nelayan cenderung memberikan jaminan hasil tangkapannya. Akibatnya, Ponggawa cenderung memainkan harga, biasanya jika hasil tangkapan ikan banyak, Ponggawa langsung menurunkan harga ikan. Isu Penegakan Hukum Pelayanan aparat keamanan di pulau perlu ditingkatkan karena selama ini penegak hukum yang bertugas di pulau jarang berkunjung, bahkan jika terjadi pelanggaran di pulau aparat yang bertugas cenderung meminta uang operasional. Penegakan hukum di pulau masih minim, karena akses dan barang bukti yang sulit. Keputusasaan masyarakat tentang penegakan hukum hingga hilangnya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah, akibatnya penangkapan ikan secara destruktif tetap dilakukan. 31 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan analisa terhadap permasalahan di Kelurahan Kodingareng, dapat disimpulkan bahwa: Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Kelurahan Kodingareng bahwa sebagian besar penduduk tamat pendidikan dasar, terumbu karang dan ikan target masih bagus dan beragam, kondisi perairan masih baik, hasil tangkapan ikan pelagis masih banyak serta perdagangan ikan kerapu hidup masih tinggi, sehingga disarankan untuk mengembangkan usaha budidaya Keramba Jaring Apung (KJA), pengembangan dan pembinaan penangkapan ikan pelagis, serta pengolahan hasil tangkapan yang disertai dengan pendampingan hingga ke pemasaran. Sebagain besar masyarakat menyadari pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang. Namun, kurangnya penegakan hukum sehingga kepercayaan masyarakat terhadap aparat lemah sehingga mereka tetap melakukan destructive fishing dengan menggunakan bahan peledak dan bahan kimia. Penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya di Kelurahan Kodingareng perlu melibatkan semua pihak terkait (stakeholder) dari tingkat kelurahan seperti Pemerintah Kelurahan Kodingareng, pemerintah desa/kelurahan sekitarnya, masyarakat nelayan, tokoh masyarakat, hingga ke tingkat atas seperti pemerintah kecamatan, kabupaten dan provinsi, dinas-dinas terkait, BAPPEDA kabupaten maupun provinsi karena rencana pengelolaan membutuhkan komitmen dan partisipasi semua pihak terkait, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan secara bertanggung jawab dan sungguh-sungguh. Masyarakat Kelurahan Kodingareng membutuhkan lembaga yang bisa mengakomodir kebutuhan sehari-hari mereka agar tidak bergantung lagi terhadap Ponggawa dan bisa memperbaiki taraf hidup tanpa bergantung terhadap sumberdaya alam yang jumlahnya semakin hari semakin menurun, misalnya koperasi simpan pinjam. 32 CV. Econatural 2013 INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 4.2. Saran Untuk menggerakkan tumbuhnya jiwa konservatif masyarakat dalam mengelola sumberdaya ikan dan terumbu karang, perlu dirangsang dengan cara menciptakan akses dan fasilitas kepada masyarakat setempat dalam bentuk dukungan terhadap kegiatan Mata Pencaharian Alternatif (MPA) guna mengalihkan aktifitas dan tekanan terhadap terumbu karang dengan membentuk dan membuka peluang usaha lain dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Perlunya koordinasi dan pendampingan kegiatan antar lembaga yang memiliki program/kegiatan di Kelurahan Kodingareng agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan yang berujung pada kegiatan yang tidak tepat sasaran Perlu penegak hukum khusus yang dominsili di pulau untuk mengawasi tindakan yang merusak lingkungan 33 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 DAFTAR PUSTAKA BPS. 2013. Kecamatan Ujung Tanah dalam angka. Badan Pusat Statistik Kota Makassar. Makassar. Bryant D., Burke L., McManus J. & Spalding M. 1998. Reefs at risk: A map basedindicator of threats to the world's coral reefs. World Resources Institute Report, WRI/ICLARM/WCMC/UNEP, Washington. Chazottes, V., J. J. G. Reijmer. 2008. "Sediment characteristics in reef areas influenced by eutrophication-related alterations of benthic communities and bioerosion processes." Marine Geology 250(1-2): 114-127. Costa Jr, O.S., M. Nimmo, Cordier, E. 2008. Coastal nutrification in Brazil: A review of the role of nutrien excess on coral reef demise. Journal of South American Earth Sciences 25(2): 257-270. Davies, P. 2004. Nutrien processes and chlorophyll in the estuary and plumeof the Gulf of Papua. Continental Shelf Research 24, 2317-2341 DKP Sulsel. 2011. Laporan Monitoring Terumbu Karang di Luar Coremap Sulsel. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar. Edinger, E.N., J. Jompa, Limmon, Gino V. Widjatmoko, Wisnu Risk, Michael J. 1998. Reef degradation and coral biodiversity in indonesia: Effects of land-based pollution, destructive fishing practices and changes over time. Marine Pollution Bulletin 36(8): 617-630. Erftemeijer P.L.A. 1994. Differences in Nutrient Concentrations and Resources Between Seagrass Communities On Carbonate and Terrigenous Sediments in South Sulawesi, Indonesia. Bulletin of Marine Science, 54: 403-419. Gilanders, B.M. 2006. Seagrasses, Fish, and Fisheries. In: Larkum, A.W.D., Orth, R.J., Duarte, C.M. (Eds.), Seagrasses: Biology, Ecology, and Conservation. Springer, The Netherland, 503-536pp. Jurusan Kelautan Unhas. 2012. Laporan Potensi Ekosistem Pesisir Kota Makassar. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hakanson. L and A.C. Bryhn. 2008. Eutrophication in the Baltic Sea Present Situation, Nutrien Transport Processes, Remedial Strategies. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p. 263 Lapointe B.E. 1987. Phosphorus- and nitrogen-limited photosynthesis and growth of Gracilari tikvahiae (Rhodophyceae) in the Florida Keys: an experimental field study. Marine Biology, 93: 561-568. Mambo. 2009. Pesona Wisata Bahari. http://wisata.makassarkota.go.id. Tourism Kota Makassar. diakses 24 November, 2013, 11:56 Mumby PJ, Dahlgren CP, Harborne AR, Kappel CV, Micheli F, Brumbaugh DR, Holmes KE, Mendes JM, Broad K, Sanchirico JN, Buch K, Box S, Stoffle RW, Gill AB. 2006. Fishing, trophic cascades, and the process of grazing on coral reefs. Science 311:98-101 Nurliah, 2002. Kajian mengenai dampak eutrofikasi dan sedimentasi pada ekosistem terumbu karang di beberapa pulau Perairan Spermonde, Sulawesi selatan. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar 34 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Radjawali I. 2010. Reconsidering Development – Coping with Uncertainties: Live Reef Food Fish (LRFF) Trade in Spermonde Archipelago, Indonesia, A Photographic Essay. Reconsidering Development. 1(1). Rani, C., Nessa, N., Jompa, J., Toaha, S., dan Faizal, A. 2012. Pengembangan model dinamik dampak eutrofikasi dan sedimentasi dalam pengendalian kerusakan terumbu karang di kepulauan spermonde, Sulawesi Selatan. Laporan hasil penelitian unggulan perguruan tinggi. LPPM Universitas Hasanuddin. Makassar. Rasyid. A. 2011. Dinamikan Massa Air Terkait dengan Lokasi Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Kepulauan Spermonde. Disertasi. Program Pasca Sarjana Unhas. Rizal, 2012. Analisis Kondisi dan Keragaman Lamun di Beberapa Pulau di Kota Makassar, Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Uiversitas Hasanuddin, Makassar. Selley, R. C. 1986. Applied Sedimentology. Second Edition. MW.c Brown. Publishing. IOWA. Stapel J, Marten A, Hemminga, Cornelis, B. Bogert and Yvonne E. M. 2001. Nitrogen (15N) retention in small Thalassia hemprichii seagrass plots in an offshore meadow in South Sulawesi, Indonesia. Limnol. Oceanogr., 46(1), 24-37 Suharsono, Sukarno R, Adrim M, Arief D, Budiyanto A, Giyanto, Ibrahim A, Yahmantoro. 1995. Wisata Bahari Kepulauan Banggai. LIPI Jakarta. Tambaru, R. 2008. Dinamika Komunitas Fitoplankton dalam Kaitannya dengan Produktivitas Perairan di Perairan Maros, Sulawesi Selatan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wyttki, K. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters. Scientific Results of Marine Investigations of the South China Sea and the Gulf of Thailand. Naga Report. 2:195 p. YKL-Indonesia. 2002. Profil kondisi biofisik osenografi dan sosial ekonomi Pulau Kodingareng. YKL Indonesia. Makassar. 35 CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Lampiran 1 Gambar Sarana dan Prasarana Di Kelurahan Kodingareng 36 PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) Kelurahan Kodingareng Penyulingan Air Bersih Kelurahan Kodingareng Mesjid Al Hidayah Kelurahan Kodingareng Kantor Lurah Kelurahan Kodingareng Kelompok Bermain/Taman Kanak-Kanak Kelurahan Kodingareng Dermaga Kelurahan Kodingareng CV. Econatural INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR 2013 Lampiran 2 Gambar Pada Saat Survei 37 CV. Econatural