LAP ORA NA KH IR - CCDP-IFAD

advertisement
LAPORAN AKHIR
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Kerja Sama
PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KELAUTAN,
PERIKANAN, PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Dengan
CV. ECONATURAL
KATA PENGANTAR
Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan seharusnya dapat memakmurkan
masyarakat Indonesia, namun pada kenyataannya merupakan suatu ironi, karena
sebagian besar taraf kehidupan masyarakat Indonesia dalam kondisi pra-sejahtera.
Hal ini disebabkan sebagian besar sumberdaya kelautan dan perikanan yang telah
ada telah mengalami degradasi sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal,
dengan laju kerusakan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Coastal
Community
Development
International
Fund
for
Agricultural
Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir
(PMP) merupakan respon langsung kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga
kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, projob, pro-growth and pro-sustainability). Sehingga kami menginventarisasi potensi
sumberdaya Kelurahan Kodingareng guna pembangunan sektor kelautan dan
perikanan secara konfrehensif dan berkelanjutan
Atas nama Team Pelaksana mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
membantu pemerintah dalam menentukan arah kebijakan pengembangan ekonomi
masyarakat pesisir Kota Makassar.
Team Pelaksana
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
Daftar Tabel .................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................2
1.3 Sasaran .....................................................................................................................2
1.4 Keluaran (Outputs) .....................................................................................................2
1.5 Hasil (Outcomes) .......................................................................................................2
1.6 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................................3
1.7 Metodologi .................................................................................................................3
BAB II DATA POTENSI SUMBERDAYA KELURAHAN KODINGARENG
2.1 Sejarah Pulau ............................................................................................................5
2.2 Lokasi dan Keterjangkauan ........................................................................................5
2.3 Karakteristik Fisik Daratan Pulau ...............................................................................6
2.4 Kondisi Perairan .........................................................................................................6
2.5 Sosial Demografi ......................................................................................................20
BAB III ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA
3.1 Kajian Mata Pencaharian Penduduk ........................................................................25
3.2 Kalender Musim dan Kegiatan Harian ......................................................................27
3.3 Sketsa Pulau dan Peta Sumberdaya ........................................................................29
3.4 Isu dan Permasalahan di Kelurahan Kodingareng ....................................................30
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................32
4.2 Saran .......................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Keadaan Geologi di Pulau Kodingareng, Kota Makassar ..........................
Karakteristik Ombak Terukur di Pulau Kodingareng, Kota Makassar …….
Karakteristik Ombak Kedalaman di Pulau Kodingareng, Kota Makassar ...
Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Timur di Pulau
Kodingareng ……………………………………………………………………
Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Barat di Pulau
Kodingareng …………………………………………………………………….
Waktu Pola Perubahan Arus di Pulau Kodingareng, Kota Makassar ……..
Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Pagi Hari di Pulau Kodingareng ….
Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Sore Hari di Pulau Kodingareng …
Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Timur di Pulau Kodingareng …...
Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Barat di Pulau Kodingareng ……
Jumlah Curah Hujan Musim Barat di Pulau Kodingareng ………………….
Jumlah Curah Hujan Musim Timur di Pulau Kodingareng …………………
Persentase kelompok umur di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar …
Tabel 14
Tingkat Pendidikan Masyarakat Pulau Kodingareng, Kota Makassar ……. 21
Tabel 15
Sarana dan Prasarana di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar ………
22
Tabel 16
Kondisi dan Jenis Bantuan di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar ….
24
Tabel 17
Jenis Hasil Tangkapan Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota
Makassar ……………………………………………………………………….
26
Tabel 18
Jumlah dan Harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kelurahan
Kodingareng ……………………………………………………………………
26
Tabel 19
Kalender Musim Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kelurahan
Kodingareng, Kota Makassar ………………………………………………… 27
Tabel 20
Aktivitas Harian Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar ..
Tabel 5
7
8
9
10
10
11
12
13
14
14
14
15
20
28
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Grafik Pasang Surut Pulau Kodingareng, Kota Makassar ……………...
Tutupan komponen terumbu karang di Pulau Kodingareng ……………
Peta Partisipatif Masyarakat di Pulau Kodingareng ……………………..
10
15
29
iv
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ketergantungan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang sangat besar
terhadap kualitas lingkungan hidup yang baik dan ketersediaan sumber daya alam
mengharuskan konservasi lingkungan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
perencanaan pengelolaannya. Besarnya potensi keanekaragaman hayati ekosistem di
wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil perlu mendapat perhatian serius dari
pemerintah kota maupun badan legislatif dan stakeholders secara keseluruhan.
Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development
(CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) merupakan
respon langsung kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi,
dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and prosustainability) yang sejalan dengan kebijakan dan program IFAD. Ada empat alasan
kerjasama KKP dengan IFAD dalam menjalankan proyek ini, yaitu: (i) masyarakat yang
tinggal di pesisir dan pulau kecil pada umumnya termasuk kelompok masyarakat miskin
sampai sangat miskin; (ii) banyak masyarakat yang memiliki motivasi dan berkomitmen
untuk
memperbaiki
tingkat
ekonomi
mereka
dan
bertanggungjawab
dalam
pembangunan; (iii) adanya peluang-peluang ekonomi yang baik dengan potensi pasar
yang kuat terutama untuk produk kelautan dan perikanan yang bernilai tinggi; dan
(iv) secara konsisten mendukung kebijakan dan prioritas pemerintah. Proyek ini juga
akan merespon pentingnya mengatasi masalah degradasi sumberdaya alam dan
perubahan iklim serta memberi pengalaman kepada pemerintah dalam mereplikasi dan
merencanakan kegiatan yang lebih baik lagi (scaling up).
Masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebenarnya
tidak tertinggal. Mereka hidup dikelilingi sumberdaya alam yang sangat melimpah.
Namun, selama ini mereka tidak mendapat ruang keterlibatan dan partisipasi yang lebih.
Tidak dilibatkannya mereka dalam menyusun kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, laut
dan pulau-pulau kecil mengakibatkan pola pemanfataan sumberdaya alam yang ada di
sekitar mereka dieksploitasi tanpa batas. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil selalu
dijadikan sebagai objek penyebab kerusakan ekosistem laut, padahal bisa jadi mereka
melakukan aktivitas pemanfaatan yang tidak terkendali karena ada penyebabnya. Bila
pemerintah daerah dapat memberi sedikit ruang keterlibatan bagi mereka, bukan niscaya
1
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
justru upaya pemanfaatan sumberdaya alam yang ramah lingkungan lahir dari ide-ide
masyarakat, seperti halnya masyarakat Kelurahan Kodingareng.
1.2.
a.
Tujuan
Mendorong
peran
serta
masyarakat
dalam
menginventarisasi
potensi
sumberdaya desa guna pembangunan sektor kelautan dan perikanan secara
konfrehensif dan berkelanjutan
b.
Menyediakan acuan data dan informasi dalam pengelolaan sumberdaya desa
secara lestari dan berkelanjutan.
c.
Menyusun rekomendasi pengembangan dan pengelolaan sumberdaya pesisir
berbasis masyarakat
1.3.
Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini yaitu masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil (masyarakat Kelurahan Kodingareng) terlibat langsung dalam
mendukung program Coastal Community Development International Fund for Agricultural
Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP).
1.4.
Keluaran (Outputs)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis
Masyarakat, yakni :
a. Terdapatnya baseline data potensi sumberdaya desa.
b. Terdapatnya Peta Partisipatif potensi sumberdaya desa
c. Tersusunnya laporan hasil pelaksanaan kegiatan.
1.5.
Hasil (Outcomes)
Baseline data potensi sumberdaya desa dapat dijadikan sebagai pedoman
pengelolaan sumberdaya pada tingkat desa, dan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi awal dalam penyusunan rencana pembangunan sektor kelautan dan perikanan.
2
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
1.6.
2013
Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat, dilakukan secara
sistematis dengan ruang lingkup:
a) Persiapan
Tahapan persiapan merupakan tahapan awal yang perlu direncanakan secara
terencana, sistematis dan strategis agar proses pelaksanaan kegiatan secara
keseluruhan dapat berjalan secara optimal. Pada tahapan persiapan juga
dilakukan Desk Study¸ yakni mempelajari studi atau kegiatan-kegiatan sejenis
yang sudah pernah dilaksanakan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kegiatan ini
tidak tumpang tindih atau mengulang kegiatan sebelumnya, dan juga diharapkan
dapat diketahui tahapan proses yang akan digunakan saat implementasi kegiatan.
b) Melakukan koordinasi dan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan di
desa/kelurahan dalam rangka penyusunan Baseline data dan informasi.
c) Survey lapangan
d) Analisis Data dan Informasi
e) Penyusunan Laporan Akhir
1.7.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan Inventori Sumberdaya
Pesisir Berbasis Masyarakat, antara lain :
a. Desk Studi (Studi Pendahuluan)
Tujuan desk studi adalah pengambilan dan pengumpulan data sekunder
yang sudah tersedia, serta dipelajari guna mendapatkan gambaran sementara
untuk perencanaan pengambilan dan verifikasi data di lapangan. Data yang
dikumpulkan dan dipelajari adalah data-data yang bersifat khusus ataupun yang
bersifat umum. Adapun data-data sekunder yang dicari pada kegiatan desk studi
meliputi kondisi geografis, kondisi Sosial-Ekonomi masyarakat, serta kondisi
Institusi dan Kelembagaan pada lokasi survey.
b. Observasi
Tujuan observasi adalah mengenal rona awal dari wilayah/lokasi yang
akan dijadikan sebagai objek penelitian (Inventori Sumberdaya Desa Berbasis
Masyarakat). Pada kegiatan observasi juga diharapkan sudah diketahui sumbersumber informasi, baik sumber informasi secara personal maupun sumber
informasi secara institusi/kelompok. Observasi dilakukan agar pada saat
3
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
pelaksanaan kegiatan, semua tim bisa langsung melakukan tugasnya masingmasing dilapangan secara detail dan tersistematis.
c. Focus Group Discussion (FGD)
Metode ini dilaksanakan dengan melibatkan kelompok masyarakat dan
digunakan
untuk
memperoleh
sejumlah
informasi
berdasarkan
persepsi
stakeholder: mengenai masalah-masalah yang ada, alternatif solusi, kebijakankebijakan yang tidak relevan, aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian,
program-program yang sedianya dikembangkan, dan sebagainya. Kegiatan FGD
merupakan
proses
awal
dalam
menjaring
aspirasi masyarakat
sebagai
pengguna/pemanfaatan langsung sumberdaya di wilayah pesisir dan laut.
4
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
BAB II
DATA POTENSI SUMBERDAYA KELURAHAN KODINGARENG
2.1.
Sejarah Pulau
Sejarah terbentuknya Pulau Kodingareng Lompo diawali dengan suku yang
pertama kali datang ke Kodingareng Lompo yaitu Suku Mandar dan Bajo. Pulau
Kodingareng Lompo mulai dihuni sejak awal pemberontakan DII oleh Kahar Muzakkar
sekitar tahun 1953. Orang-orang mandar datang ke Pulau Kodingareng Lompo untuk
berlindung dari pemberontakan tersebut.
Nama Kodingareng Lompo berasal dari kata “kodi yang artinya dua puluh satu
maknanya pandangan orang terhadap diri orang lain”. Pulau Kodingareng Lompo telah
berganti nama beberapa kali dari diantaranya Pulau Pa’ditikan, Pulau Perjuangan, Pulau
Harapan dan terakhir bernama Kodingareng Lompo sampai sekarang.
Tahun 2003 masyarakat mulai mengambil karang secara besar-besaran untuk
bahan bangunan, dan sejak itu mulai terjadi abrasi. Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat PNPM) Mandiri masuk membawa dampak yang sangat besar bagi
masyarakat Pulau Kodingareng Lompo, karena dengan adanya bantuan PNPM
masyarakat bisa membuat tanggul/ break water sehingga abrasi mulai teratasi. Program
ini sangat nampak keberadaannya di Pulau Kodingareng karena manfaatnya sangat
besar dirasakan oleh masyarakat utamanya bantuan break water ini dari Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
2.2.
Lokasi dan Keterjangkauan
Kelurahan Kodingareng terletak pada wilayah administrasi Kota Makassar,
Kecamatan Ujung Tanah, Kelurahan Kodingareng terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau
Kodingareng yang yang biasanya dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Pulau
Kodingareng Lompo, dan Pulau Kodingareng Keke. Menurut Mambo (2009) bahwa Pulau
Kodingareng Keke terletak disebelah utara Pulau Kodingareng Lompo, dan berjarak 14
km dari Makassar. Bentuk pulaunya memanjang timur laut – barat daya, dengan luas
± 1 Ha. Pada sisi selatan pulau, pantainya tersusun oleh pecahan karang yang berukuran
pasir hingga kerikilan, sedangkan pada sisi utara tersusun oleh pasir putih yang
berukuran sedang-halus dan bentuknya berubah mengikuti musim barat dan timur. Tidak
tersedia transportasi reguler menuju pulau ini, namun dapat menggunakan perahu motor
carteran (sekoci), 40 PK dengan biaya Rp. 500.000,- (pergi-pulang). Tidak tercatat
adanya penduduk di pulau ini, namun dalam 10 tahun terakhir ini terdapat beberapa
5
bangunan peristirahatan semi permanen bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau ini.
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Pulau Kodingareng (Kodingareng Lompo) secara geografis terletak pada
119o16’00 BT dan 05o08’54 LS. Pulau Kodingareng memiliki luas + 48 Ha dan tinggi dari
permukaan air laut 1,5 meter. Di pulau ini terdapat 2 (dua) dusun / lingkungan yaitu
Maminasa dan Perjuangan. Pulau ini berbatasan di sebelah Barat dengan Selat
Makassar, sebelah Timur dengan Kota Makassar, sebelah Utara dengan perairan laut
Pulau Bonetambung, dan sebelah Selatan dengan perairan laut Kabupaten Takalar.
Letak pulau ini dapat ditempuh selama  1 jam dari Kota Makassar dengan
menggunakan kapal mesin (42 PK). Akses ke pulau ini cukup baik dengan tersedianya
kapal reguler, di mana biaya transportasi laut ke pulau ini adalah Rp. 30.000 (PP) per
orang. Jumlah kapal regular yang dimiliki oleh penduduk pulau ini sebanyak 3 buah,
beroperasi setiap hari termasuk hari Minggu. Selain menggunakan kapal regular,
biasanya untuk mengakses daerah ini dapat dilakukan dengan menyewa kapal khusus
yang biayanya mencapai Rp. 500.000,– (PP)
2.3.
Karakteristik Fisik Daratan Pulau
Luas areal dataran Pulau Kodingareng seluas 48 Ha. Tutupan daerah pulau
umumnya didominasi oleh pemukiman, sekitar 85% lahan di Pulau Kodingarengkeke
digunakan untuk pemukiman selebihnya adalah fasilitas dan vegetasi pulau. Vegetasi
darat Pulau Kodingareng ditandai dengan tumbuhan darat yang cukup beragam.
Vegetasi ini menutupi areal sekitar 2%. Pinggiran sebelah Utara Pulau Kodingareng
berupa hamparan pasir yang ditumbuhi semak belukar. Bagian Tengah pulau ke arah
Utara tersebut didominasi oleh tumbuhan kelapa dan beberapa jenis tanaman keras.
Tumbuhan jenis sukun, kelor, dan pepaya juga ditemukan pada bagian tengah pulau
yang tumbuh di sekitar rumah–rumah penduduk. Areal perumahan penduduk dominan
berada di bagian tengah ke bagian Selatan pulau, berjejer menghadap dan/atau
membelakangi pantai dari sisi Timur sampai Barat pulau. Ujung bagian Timur pulau
ditandai dengan spit (lidah pasir) yang pada saat surut akan kelihatan jelas memanjang
keluar sekitar 75 meter dari garis pantai. Pinggiran pantai bagian Barat sampai Selatan
pulau ditandai undakan dan patahan daratan pasir akibat abrasi.
2.4.
Kondisi Perairan
Karakteristik fisik perairan Pulau Kodingareng ditandai fenomena perairan yang
sangat dinamis. Hal ini disebabkan pulau tersebut berada pada pertemuan arus antara
perairan Selat Makassar dan Laut Jawa, sehingga mendapat pengaruh kuat dari perairan
Laut Jawa dan Selat Makassar di waktu musim Barat. Namun pada waktu musim Timur,
6
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Pulau Kodingareng mendapat pengaruh dari Laut Banda yang melewati Selat Selayar
dan Selat Makassar.
Keadaan perairan Pulau Kodingareng merupakan fenomena yang sangat dinamis
ini dikarenakan pulau tersebut berada pada muara perairan Selat Makassar dan Laut
Jawa. Sehingga mendapat pengaruh kuat dari perairan Laut Jawa dan Selat Makassar
diwaktu musim Barat. Namun pada waktu musim Timur pulau Kodingareng mendapat
pengaruh dari Laut Banda melewati Selat Selayar dan Selat Makassar.
2.4.1. Keadaan Geologi
Pulau Kodingareng memiliki kondisi geologi perairan yang sangat dinamis. Hal ini
dapat dilihat dari data hasil survei lapangan di Pulau Kodingareng secara rinci pada
Tabel. 1 berikut :
Tabel 1. Keadaan Geologi di Pulau Kodingareng, Kota Makassar
Stasiun
N
No
Parameter
Kemiringan Kelandaian Topografi
Tekstur
Kedalam
Sedimen
muka pantai
perairan
an (m)
terangkut
pantai
darat
(m3)
1
I
0.0502
0.024
Datar
Pasir kasar
0.92
0.200
2
II
0.346
0.004
Datar
Pasir halus
0.93
0.011
3
III
0.0613
0.01
Datar
Pasir halus
0.87
0.090
4
IV
0.0414
0.009
Datar
Pasir halus
0.82
0.130
5
V
0.064
0.005
Datar
Pasir kasar
0.90
0.313
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
Dari tabel tersebut
diperoleh gambaran tentang kondisi geologi pantai Pulau
Kodingareng diantaranya kemiringan muka pantai di pulau tersebut adalah berkisar
antara 0.34 (meter) sampai dengan 0.0414 (meter) atau 19o sampai dengan 2.4o. Nilainilai tersebut dapat menjelaskan bahwa muka pantai di sekitar Pulau Kodingareng adalah
datar di sekitar pantai Timur mulai dari sebelah kanan dermaga menuju Utara. Untuk
pantai sebelah kiri dermaga cenderung agak miring menuju Selatan. Pada umumnya
pantai pulau Kodingareng memiliki muka pantai yang agak miring.
Tekstur tanah di sepanjang pantai dan dasar perairan umumnya terdiri dari pasir
kasar dan pasir halus. Topografi pantai (dasar perairan ) cenderung datar pada daerah
sebelah kanan pelabuhan sampai pada jarak 100 (meter) dari pantai kemudian terdapat
slope. Bentuk topografi darat umumnya datar dan tidak terdapat perbukitan.
Menurut Rani, dkk (2012) bahwa Pulau Kodingareng memiliki jenis sedimen
biogeneuos dengan laju sedimentasi 0,96 – 0,45 g/cm2/hari. Hal ini menunjukkan adanya
7
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
perbedaan jenis sedimen berdasarkan sumber sedimen pada setiap stasiun penelitian.
Stasiun yang dekat dengan daratan utama sedimennya yang berasal dari daratan berupa
sedimen lithogeneous. Pulau yang jauh dari daratan utama sumber sedimennya adalah
biogeneous atau sedimen yang berasal dari pecahan-pecahan karang dan pasir
berkapur.
Hasil analisis data ditemukan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan tingginya
sedimentasi di perairan Kepulauan Spermonde yaitu pertama suplai sedimen dari
daratan utama melalui aliran sungai dalam bentuk suspensi sedimen, saltasi (meloncat)
dan rolling (menggelinding) (Selley, 1988). Kedua adalah resuspensi sedimen biogenik
di dasar perairan yang disebabkan oleh gerakan hidrodinamika seperti arus, gelombang,
badai dan aktivitas organisme (Mc. Grail dan Carnes, 1991).
Laju sedimentasi di Pulau Kodingareng pada musim kemarau ditemukan tinggi,
hal ini disebabkan oleh faktor resuspensi material dasar akibat arus laut dari selatan dan
barat daya (Rasyid, 2011). Material dasar yang tersuspensi kembali berupa material dari
pecahan karang dan biogenik lainnya.
2.4.2. Keadaan Ombak
Tinggi ombak di periaran Pulau Kodingareng sangat bervariasi tergantung bentuk
topografi dan keadaan iklim setempat. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2.
dan Tabel. 3 sebagai berikut :
Tabel 2. Karakteristik Ombak Terukur di Pulau Kodingareng, Kota Makassar
No
Stasiun
Parameter
Hr(m)
H1/10
Hs(m)
Ts(m)
C(m/dtk)
Ls(m)
f(Hz)
(m)
1
I
0.07
0.12
0.08
4
8.1
42.2
0.25
2
II
0.05
0.06
0.07
9.4
14.7
137.8
0.11
3
III
0.05
0.06
0.08
4.7
7.3
34.5
0.21
4
IV
0.07
0.05
0.11
5.7
8.9
50.7
0.18
5
V
0.02
0.01
0.03
4.7
7.3
34.5
0.21
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
8
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Tabel 3. Karakteristik Ombak Kedalaman di Pulau Kodingareng, Kota Makassar
No
Stasiun
Parameter
L(m)
C(m/dtk)
Hr(m)
H1/10(m)
Hs(m)
E(Joulle)
1
I
15.7
3.9
0.08
0.14
0.09
0.010
2
II
28
2.98
0.07
0.09
0.10
0.013
3
III
13.43
2.86
0.07
0.09
0.12
0.018
4
IV
15.98
2.8
0.03
0.02
0.05
0.003
5
V
13.61
0.39
0.09
0.45
0.13
0.021
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
Tinggi ombak di sekitar perairan Pulau Kodingareng pada awal bulan Desember
tidak begitu besar (angin agak teduh) yaitu berkisar antara 0.09 (meter) sampai dengan
0.13 (meter). Hal ini dikarenakan pada awal bulan (tgl 26 –11-1999 s/d 7 – 12- 1999)
merupakan bulan mati (neap tide) sehingga ombak yang berada di sekitar Selat
Makassar tidak begitu besar .
Selain dari itu kecepatan angin yang terukur hanya
berkisar 2.08 m/dtk merupakan angin sunyi. Energi yang timbulkan oleh ombak pada
awal bulan Desember hanya berkisar antara 0.003 (Joulle) sampai dengan 0.021 (joulle).
Tinggi ombak pecah di perairan tersebut sebesar 0.08 (meter) sampai dengan 4.1
(meter) dengan kedalaman ombak pecah adalah 0.1 (meter) sampai dengan 5.1 (meter).
Data-data ombak hasil survei telah diprediksi pada musim Timur dan Barat
sebagai pelengkap data ombak yang diukur pada saat survei lapangan. Selanjutnya dari
data tersebut dapat dilihat bahwa pada musim Timur tinggi ombak signifikan tertinggi
pada bulan Juli dan Agustus, serta yang terendah teramati pada bulan November dan
Oktober dengan tinggi ombak signifikan hanya berkisar 0.11 (m) dan 0.08 (m). Pada
bulan tersebut juga dikenal sebagai bulan-bulan tenang. Pada musimTimur umunya
ombak berasal dari arah selatan (bagian Timur).
Pada musim Barat tinggi ombak
sifnifikan tertinggi terjadi pada bulan Januari, Maret, dan April dimana pada bulan-bulan
tersebut tinggi ombak sebesar 2.67
(m) dan 2.7 (m), sedangkan ombak signifikan
terendah terlihat pada bulan Desember dan Mei. Karakteristik ombak pada musim Timur
dan Barat dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
9
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Tabel 4. Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Timur di Pulau Kodingareng
No
Bulan
1
Parameter
Hr(m)
H1/10 (m)
Hs (m)
Hrms
Amplitudo ombak (m)
Juni
0.08
1.78
1.4
0.99
0.7
2
Juli
1.69
3.43
2.7
1.91
1.35
3
Agustus
1.5
3.05
2.4
1.69
1.2
4
September
-
-
-
-
-
5
Oktober
0.14
0.11
0.11
0.07
0.06
6
November
0.05
0.08
0.08
0.06
0.04
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
Tabel 5. Keadaan Tinggi Ombak Prediksi pada Musim Barat di Pulau Kodingareng
No
Bulan
1
Parameter
Hr(m)
H1/10 (m)
Hs (m)
Hrms
Amplitudo ombak (m)
Desember
0.06
0.11
0.09
0.06
0.045
2
Januari
1.67
3.39
2.67
1.89
1.34
3
Februari
1.38
2.80
2.2
1.55
1.1
4
Maret
1.67
3.39
2.67
1.89
1.34
5
April
1.69
3.43
2.7
1.91
1.35
6
Mei
0.08
1.78
1.4
0.99
0.7
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
2.4.3. Keadaan Pasang - Surut
Tipe pasang
surut (pasut) muka air, di perairan Pulau Kodingareng adalah
merupakan tipe pasut semi diurnal, di mana air laut akan naik 2 (dua) kali dalam sehari.
Grafik tinggi muka air laut saat pasang surut dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:
130
120
110
100
90
80
70
60
50
14.00
12.00
10.00
08.00
06.00
04.00
02.00
00.00
22.00
20.00
18.00
16.00
Gambar 1. Grafik Pasang Surut Pulau Kodingareng, Kota Makassar
10
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Pola arus di perairan Pulau Kodingareng dipengaruhi oleh pola pasang surut
yang terjadi di perairan Selat Makassar. Pada saat pasang terjadi massa air bergerak
dari Selatan menuju ke Utara. Selanjutnya pada saat surut massa air bergerak dari Utara
ke Selatan. Karena gerakan massa air di perairan Selat Makassar adalah sangat kuat
yang tertahan oleh massa air yang kuat dari laut Banda dan laut Jawa menyebabkan
gerakan massa air dari laut cina cenderung melemah.
Namun pada saat surut
menyebabkan massa air yang bergerak dari arah selatan sangat lemah. Pada saat air
surut massa air dari laut Jawa dan Banda tertarik kembali ke laut Banda sehingga massa
air di Selat Makassar bergerak deras.
Pada awal bulan (spring tide) tinggi muka air saat pasang adalah berkisar 1.25
(meter) selanjutnya tinggi air pada sata surut berkisar 0.8 meter. Tinggi muka air ratarata pada saat pasang dan surut muka air laut di perairan Pulau Kodingareng adalah
berkisar 1.03 (meter). Pada pertengahan bulan atau bulan ke 15 (lima belas) (Neap
Tide) tinggi muka air di Pulau Kodingareng pada saat pasang adalah 2.5 (meter) dan
pada saat surut adalah 1.6 (meter) dan tinggi muka air rata-rata berkisar 2.06 (meter).
2.4.4. Keadaan Arus
Arus adalah gerakan massa air yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain,
yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tiupan angin, perbedaan densitas air
laut, gerakan pasang surut dan gelombang. Karena kompleksnya penyebab arus laut
maka untuk penentuan arah dan kecepatan arus dari data sesaat menjadi tidak akurat
(Wyrtki, 1961).
Pola pergerakan arus di perairan pantai Pulau Kodingareng mengikuti pola
pasang surut seperti telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel pola
perubahan arus yang memiliki kecenderung sama dengan pola pasang surut. Apabila
terjadi surut, massa air bergerak ke arah Selatan dari arah Barat dan pada saat pasang,
massa air bergerak dari arah Selatan menuju ke arah Barat. Arus terlihat sangat kuat
pada saat surut bila dibandingkan pada saat pasang muka air.
Tabel 6. Waktu Pola Perubahan Arus di Pulau Kodingareng, Kota Makassar
Arah Arus
No
Waktu
1
2200 s/d 9 00
2
Dari Arah
Ke Arah
Selatan
Utara
15
00
Utara
Selatan
10
00
Selatan
Utara
Utara
Selatan
10 s/d 16
3
17 s/d 21
4
2200 s/d 1000
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
11
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Berdasarkan hasil penelitian Rani, dkk (2012) bahwa perairan Pulau Kodingareng
memiliki rata-rata kecepatan arus bulanan (0.07 - 0.28 m/det). Hasil tersebut sebagai
indikasi bahwa stasiun yang terbuka dengan lautan lepas memiliki kecepatan arus lebih
kencang dibandingkan dengan pulau yang semi tertutup atau terlindung.
Perbedaan kecepatan arus setiap satasiun sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya. DKP (2008) mencatat bahwa kecepatan arus maksimal terjadi pada saat
musim kemarau adalah 0,15 m/det lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pengamatan
pada musim hujan 0,07 m/det. Hal yang sama tercatat pada penelitian yang dilaksanakan
oleh Rasyid (2011) di Kepulauan Spermonde bahwa pada zona luar tercatat mempunyai
kecepatan arus yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona dalam.
Jika di bandingkan dengan prediksi arah dan kecepatan arus pada musim hujan
dan kemarau (Rasyid, 2011). Terlihat bahwa pengukuran in situ pada musim hujan
mempunyai kemiripan dengan pola dan kecepatan arus pada saat pasang ataupun surut.
Selanjutnya Rasyid, (2011) mencatat bahwa puncak musim hujan pada bulan Januari –
Maret ditandai dengan curah hujan tinggi dan kecepatan angin yang tinggi, yang
mempengaruhi arus permukaan.
2.4.5. Keadaan Suhu dan Salinitas Perairan
Kondisi parameter suhu dan salinitas perairan Pulau Kodingareng adalah sangat
bervariasi. Hal ini diakibatkan sirkulasi
air di sekitar perairan tersebut
yang sangat
bervariasi. Dari data hasil pengamatan lapangan diperoleh nilai kisaran suhu di sekitar
perairan Pulau Kodingareng adalah 29oC sampai dengan 31oC dan salinitas berkisar
antara 38 ppt sampai dengan 40 ppt. Pola sebaran salinitas dan suhu perairan pulau
Kodingareng secara digital dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7. Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Pagi Hari di Pulau Kodingareng
No
Stasiun
Suhu (0 C)
Salinitas (0/00)
1
I
29
39
2
II
29
40
3
III
39
38
4
IV
39
39
5
V
30
40
6
VI
31
40
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
12
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Tabel 8. Kondisi Suhu dan Salinitas pada Saat Sore Hari di Pulau Kodingareng
No
Stasiun
Suhu(0 C)
Salinitas(0/00)
1
I
30
38
2
II
30
39
3
III
31
40
4
IV
31
40
5
VI
31,5
41
6
VII
32
40
7
VIII
31
40
8
IX
31,5
40
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
Salinitas sangat terpengaruh oleh tingginya kadar garam dan besarnya
konsentrasi air tawar di perairan. Penyebaran konsentrasi salinitas di perairan
menunjukkan peredaran massa air dari satu area (perairan) ke area lainnya, misalnya
dari area estuaria ke area ekosistem terumbu karang
Menurut Rani, dkk (2012) bahwa Pulau Kodingareng memiliki kisaran salinitas 30o
36 /oo. Hal ini tergolong kisaran salinitas tinggi, dimana pengaruh daratan utama kurang
sebagaimana diketahui bahwa
salinitas rendah (<30 o/oo) pada musim hujan terukur
sampai pada jarak ± 13 km dari garis pantai dan pada musim kemarau terukur sampai
pada ± 14 km.
2.4.6. Kecepatan Angin dan Curah Hujan
Keadaan iklim di Pulau Kodingareng adalah sangat bervariasi dari musim ke
musim. Pada musim Barat umumnya angin bertiup dengan kecepatan 2 (m/dtk) s/d 2.03
(m/dtk) dari arah Barat dan Barat laut. Kecepatan angin tertinggi teramati pada bulan
Januari dan Maret. Pada musim timur angin bertiup dengan kecepatan rata-rata adalah
1.4 (meter/dtk) s/d 2.7 (meter/dtk) dengan arah angin dari Timur dan Barat laut. Angin
tertinggi pada bulan Agustus. Selanjutnya data kecepatan angin secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 9 dan 10.
13
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Tabel 9. Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Timur di Pulau Kodingareng
Bulan
Kecepatan Angin
Arah
(m/dtk)
Faktor tegangan
(m/dtk)
Juni
10.2
Barat laut
12.35
Juli
10.7
Timur
13.10
Agustus
10.71
Timur
13.10
September
-
-
-
Oktober
2
Barat
1.7
November
2
Barat
1.7
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
Tabel 10. Kecepatan dan Arah Angin pada Musim Barat di Pulau Kodingareng
Bulan
Kecepatan angin
Arah
(m/dtk)
Faktor tegangan
(m/dtk)
Desember
2.03
Barat
1.70
Januari
11.22
Barat
13.89
Februari
10.2
Barat laut
12.35
Maret
11.22
Barat laut
13.89
April
0.18
Barat laut
0.086
Mei
0.16
Timur
0.075
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
Curah hujan rata tertinggi termasuk di kawasan perairan Pulau Kodingareng pada
musim Timur adalah bulan Oktober dengan jumlah curah hujan rata-rata berkisar 126
(mm) dan terendah pada bulan Agustus sebesar 6 (mm). Pada musim Barat jumlah
curah hujan tertinggi rata-rata pada bulan Januari berkisar 1277 (mm) dan terendah
pada bulan Mei yakni berkisar 140 (mm).
Tabel 11. Jumlah Curah Hujan Musim Barat di Pulau Kodingareng
Bulan
Jumlah hujan rata-rata (mm)
Desember
-
Februari
1277
Januari
994
Maret
433
April
580
Mei
140
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
14
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Tabel 12. Jumlah Curah Hujan Musim Timur di Pulau Kodingareng
Bulan
Jumlah hujan rata-rata (mm)
Juni
76
Juli
31
Agustus
6
September
31
Oktober
126
November
225
Sumber Data: YKL-Indonesia, 2002
2.4.7. Kondisi Bio-Fisik dan Ekologi
- Terumbu Karang
Pulau Kodingareng berbentuk memanjang utara-selatan, sementara sisi barat dan
timur badan pulau menyempit akibat abrasi pantai pasir di sisi selatan dan baratnya.
Proses sedimentasi membentuk endapan di sisi utara dan timur pulau sehingga pulau
terus memanjang. Kondisi terumbu karang Pulau Kodingareng yang banyak dipengaruhi
oleh massa air pantai dapat dilihat pada gafik berikut. Pada kedalaman 3 m, sedikit
peningkatan tutupan terjadi pada komponen karang Acropora, sementara pada
komponen non Acropora terjadi peningkatan tutupan dari tahun 2007 – 2009, sebaliknya
pada tahun 2010 komponen tersebut menurun akibat bleaching.
Komponen rubble ( R)
pada kedalaman merupakan yang tertinggi hampir mencapai 50% pada tahun 2007 dan
2010, sementara tahun 2009 komponen ini turun dibawah 40 % (DKP Sulsel, 2011).
Gambar 2. Tutupan komponen terumbu karang di Pulau Kodingareng
15
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Selama 3 tahun selangnya, data tutupan komponen terumbu karang
kedalaman 10 m dapat dilihat pada gambar di atas.
pada
Komponen kunci AC dan NA
cenderung menurun selama tiga tahun terakhir. Walaupun demikian, terumbu karang
masih dalam kondisi ‘sedang’. Komponen yang masih signifikan lebih tinggi adalah DCA
(karang mati tertutupi algae). Kondisi terakhir
2010 terumbu karang di pulau
Kodingareng Lompo tergolong sedang, dengan penutupan karang hidup 29,58 %.
Komponen terumbu karang lainnya yang dominan di pulau ini adalah karang mati
(DCA/DC), yang penutupannya 33 %, rubble dan pasir yang penutupannya masingmasing 20 % dan 9 %.
Genera karang batu yang dominan di pulau ini adalah: Diplostrea, Plathygyra,
Cypastrea, Pavona, Montipora, Goniastrea, Galaxea, Favites, Porites, Leptoseris,
Echynophora, Pectinia, Lobophylum, Acropora, dan Seriatophora. Sedangkan karang
lunak umumnya Sarcophyton, Lobophytum, Sinularia, Nephtea, dan Streonephtea. Selain
itu di dapatkan juga beberapa jenis sponge dari kelas Demospongiae.
Lain halnya menurut Rani, dkk (2012) bahwa Pulau Kodingareng termasuk
memiliki tutupan karang hidup yang kritis, yaitu 40,62 – 46,97. Hal ini disebabkan oleh
letak pulau yang dekat dengan daratan utama sehingga memiliki tutupan karang hidup
yang rendah, rendahnya penutupan karang hidup disebabkan oleh tingginya konsentrasi
nutrien sehingga tutupan dasar didominasi oleh makroalga serta tingginya tingkat
kekeruhan dan sedimentasi.
Kekeruhan dan sedimentasi yang tinggi dapat menjadi
faktor pembatas bagi sebaran dan pertumbuhan
karang, karena secara langsung
sedimen dapat menutupi polip-polip karang sehingga menghalangi proses makan karang
dan juga dapat mengurangi laju fotosintesis bagi alga renik (zooxanthellae) yang
bersimbiosis dengan karang.
Tren kondisi terumbu karang semakin mendekati daratan utama memiliki tutupan
karang hidup semakin kecil. Fenomena ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
antropogenik, seperti limbah, sedimentasi, aktivitas penangkapan dan aktivitas pertanian
di daratan utama (Chazottes et al., 2008). Gejala yang sama terjadi di Kepulauan Seribu,
tekanan terhadap terumbu karang akibat beban limbah dari Kota Jakarta (Cesar, 2001
dalam Tambaru, 2008), limbah domestik, limbah industri dan penangkapan ikan yang
merusak (termasuk bom sianida) (Bryant et al., 1998; Erdman, 1996).
Pada prinsipnya kondisi terumbu karang yang asli didominasi oleh karang hidup
dengan tingkat
keanekaragaman biologi yang tinggi. Perubahan lingkungan atau
aktivitas yang secara langsung merusak atau pengambilan karang hidup menyebabkan
komposisi tersebut berubah (Lapointe, 1987). Penggunaan bom, penambangan karang,
dan pembuangan jangkar di daerah terumbu karang merupakan contoh ancaman akut
16
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
bagi terumbu karang. Ancaman tersebut menyebabkan kerusakan terumbu karang yang
terjadi secara drastis dalam jangka waktu yang singkat. Perubahan lingkungan fisik dan
biologi akibat pencemaran limbah cair, pencemaran industri, pencemaran limbah kota
dan eutrofikasi akan mempunyai dampak yang sama yaitu menyebabkan terjadinya
kerusakan karang yang akan terlihat dalam jangka waktu yang lama sehingga
digolongkan sebagai tekanan kronik (Edinger et al., 1998).
Sekeliling Pulau Kodingareng merupakan paparan terumbu (reef flat) yang luas ke
arah selatan–barat dan utara. Sedangkan sisi timurnya cukup dalam bagi pertumbuhan
karang ditambah lagi dengan laju sedimentasi substrat pasir dan kegiatan pelayaran lokal
sehingga terumbu karang tidak berkembang. Tutupan pasir dan karang pecahan di sisi
utara lebih mendominasi habitat terumbu karang, sedangkan di sisi selatannya karang
keras lebih banyak ditemukan dari pada karang lunak. Beberapa spot di sisi selatan
pulau ini terdapat terumbu karang dengan kondisi yang sedang (tutupan karang hidup
maksimum 25 %), namun demikian kebanyakan ditemukan terumbu karang yang sudah
rusak atau kurang dari 25 % karang hidup, kecuali di sisi tenggara masih ditemukan
tutupan karang yang cukup tinggi, yaitu berkisar 40,63 – 46,97% yang mengindikasikan
bahwa terumbu karang sudah mengalami gangguan dengan kondisi yang sudah
tergolong kritis. Meskipun demikian, area terumbu karang di perairan ini masih memiliki
keragaman ikan karang yang tinggi, yaitu berkisar 19 – 23 jenis dengan kelimpahan
berkisar 99 – 557 ekor/transek dan tergolong tinggi. Dengan demikian terumbu karang di
periaran Pulau Kodinagreng lompo masih memiliki potensi sebagai area pemijahan dan
pembesaran bagi ikan-ikan karang. Kondisi perairan yang cukup jernih dengan
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi termasuk hamparan padang lamun yang luas,
tentunya dapat menjadi daya tarik wisata bahari ke tempat ini untuk snorkling dan diving
(Jurusan Kelautan Unhas, 2012).
-
Padang Lamun
Hamparan padang lamun di perairan pulau ini cukup luas, terdiri dari lima jenis
lamun penyusun, yaitu Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule pinifolia,
Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides, dengan tingkat penutupan berkisar antara
67% - 76% (Rizal, 2012). Berdasarkan kriteria tersebut, padang lamun di daerah ini
masih dalam kondisi “bagus”, sehingga masih dapat dikategorikan asli dan alami.
Sebagian besar masyarakat P. Kodingareng Lompo bermata pencaharian
sebagai nelayan purse seine dan beroperasi di perairan sekitarnya. Hal ini dapat
menunjukkan tingginya kekayaan organisme laut, khususnya ikan, di perairan ini.
Tingginya produksi perikanan di perairan P. Kodingareng Lompo tentunya tidak terlepas
17
dari peranan padang lamun di daerah tersebut baik sebagai daerah asuhan, mencari
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
makan, dan perlindungan bagi berbagai jenis ikan komersil maupun non-komersil namun
penting dalam rantai makanan (Gillanders, 2006).
-
Ikan Herbivora
Ikan herbivora salah satu pengontrol kelimpahan makroalga di perairan. Ikan
herbivora menjadi pemangsa utama makroalga di samping pemangsa lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian Rani, dkk (2012) bahwa kisaran dan nilai rata-rata ikan
herbivora di Pulau Kodingareng 0.090 - 0.310 ind/ m2. Secara alami hewan herbivora
merupakan makanan dari karnivora atau pemangsa (predator). Perairan yang dekat
dengan daratan yang padat penduduk, pengendali populasi ikan herbivora adalah
manusia. Ikan-ikan Scaridae yang memiliki ukuran yang besar telah lama menjadi target
penangkapan, seperti B. Muricatum, Cholorurus microrhinos dan C. bicolor, serta
Chlorurus bleekeri, Chlorurus japanensis dan Chlorurus sordidus, bahkan pada terumbu
karang di Indonesia keenam jenis ikan herbivora tersebut tersebut tidak tercatat di dalam
survei LIPI di perairan Lombok, Nias dan Banggai (Suharsono et al., 1995a,b,c). Atau
kemungkinan pemangsaan ikan herbivora ukuran kecil oleh ikan piscivora (pemakan
ikan) yang meliputi Serranidae, Lutjanidae, Barracuda, dan Moray eels serta ikan kerapu
Epinephelus inserti yang merupakan salah satu pemangsa ikan herbivora Scarus dan
Sparisoma di kawasan Karibia (Mumby et al., 2006).
Kemungkinan faktor lain yang menyebabkan rendahnya kepadatan ikan herbivore
adalah berubahnya kondisi lingkungan dengan tingkat kekeruhan tinggi. Perubahan ini
menyebabkan ketidakmampuan ikan herbivora untuk bertahan (Mumby et al., 2006).
Secara temporal tidak menunjukkan adanya perbedaan kepadatan ikan herbivora di
Kepulauan Spermonde, yang mengindikasikan bahwa kepadatan ikan hampir tidak
terpengaruh oleh kondisi musim. Tetapi kepadatan ikan lebih banyak dipengaruhi oleh
tekanan penangkapan. Radjawali (2010) mengemukakan bahwa perairan Spermonde
dan sekitarnya memberikan sumbangan ikan hidup untuk ekspor sekitar 10.000 – 20.000
ton per tahun.
2.4.8. Kondisi Kimia Perairan
-
pH
Pada prinsipnya pH baik air tawar maupun air laut adalah ekspresi dari
konsentrasi ion hidrogen (H+). Semakin tinggi ikatan hidrogen maka semakin tinggi pH
dari air, yang dinyatakan dalam kisaran 0 – 14 dan besarnya dinyatakan dalam minus (-)
logaritma dari konsentrasi ion. Misalnya air laut dengan pH 7, artinya konsentrasi ion
hidrogen dalam air sebesar 0,0000001 bagian dari total larutan atau dinyatakan dalam
18
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
bentuk logaritma (H = -log107). pH sebagai indikator pada kepekatan ion H dalam
perairan, selain itu juga berfungsi sebagai katalis dalam beberapa reaksi kimia dalam air.
Hasil penelitian Rani, dkk (2012) menunjukkan bahwa sebaran pH di perairan
Pulau Kodingareng tidak memperlihatkan fluktuasi nilai yang besar, yaitu 7.59 - 7.79.
Hal ini menandakan kecilnya pengaruh eksternal. Kondisi ini sangat memungkinkan,
karena salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kondisi pH di perairan adalah
ketersediaan C02 (karbon dioksida) (Rixen et al., 2010). Pada musim kemarau pelepasan
karbondioksida sangat besar menyebabkan
air laut akan menyerap C02 yang lebih
banyak dan meingkatkan ikatan hidrogen dalam air yang pada akhirnya menurunkan nilai
pH. Parameter pH sangat penting karena fungsinya yang dapat mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air.
-
Nitrat
Berdasarkan Rani, dkk (2012) bahwa pulau-pulau yang jauh dari daratan utama
ditemukan kecenderungan konsentrasi nitrat yang rendah, hal ini sangat terkait dengan
suplai bahan organik.
Berdasarkan kandungan nitratnya, maka Pulau Kodingareng
tergolong masih dalam kondisi oligotrofik, dengan kisaran nitrat 30 - 113 µg/L.
Hasil penelitian menunjukkan dua hal yang menjadi pemicu tingginya konsentrasi
nitrat di Kepulauan Spermonde yaitu 1). Faktor Lokasi; semakin dekat dengan daratan
utama atau permukiman padat ditemukan konsentrasi nitrat yang tinggi, kondisi ini sangat
memungkinkan karena sumber utama nitrat berasal dari aktivitas di daratan berupa
aktivitas budidaya pertanian, budidaya perikanan, limbah rumah tangga dan industri
(Lapointe, 1987; Hakanson et al., 2008); dan 2). Faktor Musim; sangat mempengaruhi
konsentrasi nitrat di perairan, pada musim hujan rata-rata konsentrasi nitrat lebih tinggi.
Tingginya debit air sungai menyebabkan suplai bahan organik masuk ke laut menjadi
tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan hal yang sama bahwa konsentrasi nitrat di
perairan lebih besar pada musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau (Stapel et
al., 2001; Edinger et al., 1998; Nurliah, 2002; Costa et al., 2008 dan Hakanson dan
Bryhn, 2008). Tingginya suplai bahan organik khususnya nitrat pada musim hujan bukan
saja tergantung pada besarnya debit air sungai, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi daerah tangkapan air hujan (Lihan et al., 2008).
-
Fosfat
Fosfat adalah salah satu bahan anorganik yang masuk ke perairan laut dan
menjadi sumber penentu kesuburan perairan. Hasil penelitian Rani dkk (2012) bahwa
Pulau Kodingareng berada dalam kondisi hipertrofik dengan kandungan fosfat 160 – 775
µg/L. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat sangat ditentukan oleh jarak dari
19
daratan utama, khususnya yang berkaitan dengan pemukiman padat. Dimana, pada
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
perairan yang dekat dengan pemukiman padat, perairannya memiliki kandungan fosfat
yang tinggi.
Beberapa penilitian menunjukkan bahwa lokasi yang dekat dengan pantai
memiliki konsentrasi fosfat yang tinggi. Selain itu penelitian yang sama di Kepulauan
Spermonde juga didapatkan bahwa lokasi yang dekat dengan pemukiman padat
ditemukan konsentrasi fosfat yang tinggi (Erfetemeijer et al., 1994; Endiger et al., 1998;
Stapel et al., 2001;
Nurliah, 2002). Secara temporal menunjukkan penurunan
konsentrasi fosfat, pada musim hujan konsentrasi fosfat cenderung tinggi untuk semua
pulau sedangkan pada musim kemarau konsentrasi fosfat cenderung menurun.
Penyebab utamanya adalah berkurangnya suplai fosfat pada curah hujan yang rendah
(Davis, 2004; Costa et al., 2006).
2.5.
2.5.1.
Sosial Demografi
Jumlah, Struktur Penduduk dan Rumah Tangga
Hasil pendataan penduduk tahun 2012 mencatat jumlah penduduk di Kelurahan
Kodingareng sebanyak 4.495 jiwa. Jumlah penduduk ini terdiri dari 2.241 laki–laki
(49,82%) dan 2.257 wanita (50,18%) (BPS, 2013). Kepadatan penduduk tercatat 9.364,5
jiwa per km2, jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1.043 KK.
Tabel 13. Persentase kelompok umur di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar
No
Kelompok Umur (tahun)
Persentase Jumlah (%)
1
0–4
13,7
2
5–9
12,93
3
10 – 14
11,88
4
15 – 19
10,28
5
20 – 24
10,23
6
25 – 29
9,23
7
30 – 34
8,59
8
35 – 39
6,01
9
40 – 44
4,36
10
45 – 49
3,38
11
50 – 54
2,87
12
55 – 59
1,62
13
60 – 64
2,56
14
65 tahun ke atas
2,36
Keterangan
tertinggi
terendah
Sumber: BPS Kota Makassar, 2013
20
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Selama 10 tahun terakhir (2002–2012) di Pulau Kodingareng terjadi pengurangan
penduduk sebanyak 1.060 jiwa, hal ini disebabkan karena pernah terjadi bencana alam
yang menyebabkan kematian massal di Pulau Kodingareng.
Data yang ada juga
mencatat bahwa jumlah usia kerja di Pulau Kodingareng sebanyak 2.081 orang. Suku
yang ada di pulau ini selain Makassar adalah Mandar dan Bajo. Namun, umumnya orang
Mandar menikah dengan orang Cina yang datang berdagang di pulau ini.
2.5.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Pulau Kodingereng dibanding beberapa pulau lain
dalam kawasan Kepulauan Spermonde, relatif lebih tinggi.
Berdasarkan data yang
diperoleh dari Kantor Kelurahan tahun 2012, diketahui bahwa hampir semua penduduk
pernah mengenyam pendidikan dasar (SD) sampai tamat, 50% yang melanjutkan
pendidikan pada tingkat lanjutan (SLTP/SMU), dan tercatat 51 orang yang berpendidikan
diploma/sarjana. Hal ini sesuai dengan data BPS (2013) bahwa ada 51 orang berprofesi
sebagai guru di Kelurahan Kodingareng mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga
SMA/SMK.
Tingkat pendidikan penduduk Pulau Kodingareng berdasarkan data Kantor
Kelurahan tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 14. Tingkat Pendidikan Masyarakat Pulau Kodingareng, Kota Makassar
Tingkat Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Tamat SMP/sederajat
169
188
357
Tamat SMA/sederajat
43
35
78
Tamat D2
7
5
12
Tamat D3
1
Tamat S1
11
Tamat S2
2
Total
233
1
12
23
2
240
473
Sumber : Kantor Kelurahan Kodingareng, 2012
Tingkat pendidikan masyarakat Pulau kodingareng tergolong tinggi untuk
lingkungan pulau karena sarana pendidikan tergolong lengkap, dimana jenjang
pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah lanjutan atas, dan masyarakat
yang ingin menempuh pendidikan perguruan tinggi melanjutkan di Kota Makassar.
21
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2.5.3. Infrastruktur Sosial
Infrastruktur sosial yang berada di Kelurahan Kodingareng tergolong lengkap jika
dibandingkan dengan kelurahan/desa lain yang berbentuk pulau. Sarana dan prasarana
yang berada di kelurahan ini dibantu oleh beberapa instansi, swasta maupun oleh
masyarakat sendiri. Berikut saran dan prasarana yang ada di Kelurahan Kodingareng:
Tabel 15. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar
No.
1
Sarana dan Prasarana
Pembangkit
Listrik
Jumlah
Tenaga 1
Pemilikan
Kondisi
Negara
Baik
Surya
2
TK/ TPA
2 (4 kelas)
Swasta
Baik
3
SD Negeri & Inpres
2 (10 kelas)
Negara
Baik
4
SMP Negeri
1 (5 kelas)
Negara
Baik
5
SMA/SMK swasta
1 (3 kelas)
Swasta
Baik
6
Mesjid
2
Swadaya
Baik
7
Mushalla
2
Swadaya
Baik
8
Dermaga
3
Negara/Swasta
Baik
9
Puskesmas Pembantu (Pustu) 1
Negara
Baik
dan dukun bayi 6 orang
10
Posyandu dan dukun pijat 1 org
6
Negara
Baik
11
Bidan praktek swasta
1
Swasta
Baik
12
Toko khusus jamu/obat
1
Swasta
Baik
13
Menara Mercusuar
1 (50 m)
Negara
Baik
14
Jaringan Telepon Seluler
1 (Esia)
Swasta
Baik
15
Play Station & Video Game
1
Swasta
16
Lapangan Sepak Bola
1
Swadaya
17
Lapangan tennis meja
1
Swadaya
18
Kantor Lurah
1
Negara
19
Warung Makan
7
Swasta
20
Penyulingan Air
1
Negara
Baik
21
Villa
1
Swasta
Baik
Baik
Baik
Sumber : Kantor Kelurahan Kodingareng, 2013
Fasilitas sosial yang terdapat di pulau Kodingareng berupa Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) untuk memberikan energi standar untuk semua rumah yang ada di
Pulau Kodingarengkeke. Sarana ibadah yang ada hanya mesjid/surau karena semua
22
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
penduduk Kelurahan Kodingareng adalah muslim sehingga sarana peribadatan yang ada
hanya untuk umat muslim. Sumber air tawar masyarakat Pulau Kodingareng bersumber
dari air sumur berstatus kepemilikan pribadi rumah tangga. Kualitas air sumur tanah di
pulau ini cukup tawar untuk air minum dan tersedia setiap tahunnya. Selain itu,
masyarakat Pulau Kodingareng mendapat bantuan penyulingan air dari pemerintah untuk
supply air tawar.
Sarana perhubungan seperti dermaga berfungsi sebagai tempat labuh untuk
perahu–perahu kecil berada seputar pesisir pantai dimana pemilik kapal menyimpan
perahunya lebih berdasarkan kedekatan dengan posisi rumahnya. Menara Mercusuar di
Pulau Kodingareng untuk membantu alur pelayaran di Selat Makassar, dibangun pada
tahun 1985.
Media sosial dan kegiatan kemasyarakatan yang terdapat di pulau ini adalah
Pertemuan Rakyat, Telekomunikasi tidak langsung (jaringan seluler, play station, dan
video game), Olah Raga (sepak bola, bola volley, bulu tangkis, dan tennis meja),
warung/kedai makan, Gudep Pramuka, majelis taklim, PKK, serta Arisan.
Toko alat–alat /sarana produksi perikanan terdapat cukup banyak di pulau ini
yang menjual perlengkapan penangkapan ikan seperti jaring, jala, mata pancing. Di
samping itu juga menjual baling-baling (propeller) dan suku cadang mesin perahu
lainnya.
Sarana pariwisata di Kelurahan Kodingareng hanya terdapat di Pulau
Kodingareng Keke, dimana pengelolaan bangunannya dikelola oleh seorang warga
negara Belanda, dan telah menanam kembali beberapa pohon pinus. Pada sisi barat
terdapat dataran penghalang yang terbentuk akibat proses sedimentasi yang tersusun
atas material pecahan koral. Ada pasang terendah, terdapat dataran yang cukup luas di
bagian barat pantai. Perairan sebelah barat laut merupakan daerah yang cukup luas
dengan kedalaman kecil dari 5 meter hingga mencapai 2,5 km dari garis pantai,
sedangkan di perairan sebelah timur dan selatan merupakan alur pelayaran masuk dan
keluar dari pelabuhan Samudera Makassar. Tersedia fasilitas resort standar bagi
wisatawan. Perairan di sekitar pulau ini merupakan tempat yang ideal bagi mereka yang
menyenangi snorkeling. Pulau ini juga memiliki hamparan pasir putih yang indah
(Mambo, 2009).
2.5.4. Kelembagaan
Kelembagaan yang terdapat di Kelurahan Kodingareng adalah lembaga
kelurahan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan BKM-Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Kementerian Pekerjaan Umum. Akan tetapi, Kelurahan
23
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Kodingareng tidak memiliki lembaga perbankan dan pasar, pernah ada koperasi yang
dibentuk sejak 20 tahun lalu namun tidak berjalan dengan baik.
2.5.5. Bantuan-Bantuan Pengembangan
Seperti halnya kelurahan lain, Kelurahan Kodingareng telah menerima bantuan
dari berbagai institusi pemerintah dan swasta baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
seperti tercantum pada tabel berikut:
Tabel 16. Kondisi dan Jenis Bantuan di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar
Tahun
2003
Sumber Bantuan
PNPM Kementerian PU
Jenis bantuan
2003 2004
2004
PEMP-DKP
 Dana bergulir
 Perbaikan rumah
 Sarana dan prasarana
(mis. Pavin Block)
 MCK
 Tanggul (penanggulangan
abrasi)
 Dana bergulir
Dinas Prov. Sul sel
 Tanggul (± 30 m)
2007
Dinas Prov. Sul sel
 Kapal fiber, mesin, & alat
tangkap
 Pelatihan pembuatan kapal
 Pemberian bantuan alat
pertukangan
 Alat tangkap, perahu, dan
mesin katinting
UNISMUH
2010
PUMP (Program
Usaha Mina
Pedesaan)
2013
IFAD
 Penyulingan air bersih
(belum diresmikan)
 Pondok Informasi (Rp 50jt)
 Aula Pertemuan (Rp 39jt)
Jumlah
Kelompok/
Kondisi
 Kurang berhasil
  Baik
 Baik
 Baik
14 kelompok (5
orang/ klp)
Kondisi sudah
rusak
7 kelompok (5
orang/klp)
8 orang
3 kelompok (15
orang/klp)
Kelompok yang
masih aktif:
 Sinar harapan
jaya
 Cakalang
Infrastruktur
Sumber: Hasil Wawancara Ketua RW dan Ketua LPM, 2013
Berbagai bantuan telah diberikan kepada Kelurahan Kodingareng, namun hanya
infrastruktur yang bertahan lama karena bantuan dana dalam bentuk kelompok tidak
dilengkapi dengan tenaga pendamping yang handal di bidangnya sehingga ketika dana
telah habis maka kelompok menjadi macet.
24
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
BAB III
ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA
3.1.
Kajian Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Kodingareng sudah cenderung lebih
heterogen/beragam jika dibandingkan dengan pulau–pulau lain dalam kawasan
Kepulauan Spermonde. Sekitar 70% penduduk menggantungkan diri dari aktifitas
nelayan/petani. Sebagian masyarakat bekerja pada sektor jasa seperti jasa transportasi/
angkutan perairan, pertokoan, pertukangan, buruh bangunan, guru, pegawai negeri serta
pembuat perahu kayu dan Fiber.
Menurut BPS (2013) jumlah rumah tangga masyarakat Kelurahan Kodingareng
yang teridentifikasi bekerja dalam bidang jasa pertanian/perikanan (286), industri (15),
konstruksi/bangunan (7), transportasi/angkutan (9), pemerintahan (25), dan jasa-jasa
lainnya (37). Sekitar 75% masyarakat Pulau Kodingareng bekerja di bidang
pertanian/perikanan sehingga bantuan yang diberikan oleh pemerintah juga umumnya
yang mendukung petani/nelayan, misalnya
bantuan kapal fiber dari Dinas Kelautan,
Perikanan, Pertanian, dan Peternakan Kota Makassar. Bantuan ini sangat membantu
nelayan di Pulau Kodingareng yang selama ini sangat bergantung pada ponggawa.
Dari sisi karakteristik mata pencaharian masyarakat Pulau Kodingareng umumnya
sebagai nelayan. Di antaranya sebagai ponggawa alat tangkap Gae (Purse Seine) dan
pancing. Selebihnya adalah sebagai nelayan bagi hasil atau anak buah sawi dan nelayan
individu dengan kapal ukuran kecil yang disebut Jolloro. Bagian lain dari nelayan adalah
pedagang pengumpul ikan Pa’–balolang, kategori ini berjumlah 4 orang.
Alat tangkap yang dioperasikan di Pulau Kodingareng adalah purse seine dan
pancing, akan tetapi masih ada yang menggunakan bom. Ciri-ciri ikan yang ditangkap
dengan menggunakan bom, adalah cepat busuk dan dagingnya lembek. Adapun jenis
ikan tangkapan di Pulau Kodingareng berdasarkan jarak fishing groundnya yaitu:
-
Jarak 0 mil : Ikan teri, sibula dan bete-bete
-
Jarak 2 - 8 mil : ikan layang, ikan selar, ikan kembung, cumi-cumi
Pendapatan nelayan di Pulau Kodingareng berbeda-beda tergantung bagian yang
mereka kerjakan, misalnya nelayan purse seine memiliki penghasilan sekitar
Rp 700.000 – 1.000.000/hari, pedagang perantara memiliki penghasilan sekitar Rp
700.000 – 1.000.000/hari, dan nelayan Pa’–balolang berpenghasilan kotor sekitar Rp
300.000 – 400.000/hari. Berikut adalah tabel jenis hasil tangkapan nelayan secara umum
di Kelurahan Kodingareng:
25
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Tabel 17. Jenis Hasil Tangkapan Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar
No.
Hasil
Tangkapan
Jenis Alat Tangkap
Bulan Tangkap
1
2
3
4
5
6
7
8
√
√
√
9
10
11
12
√
√
Bagan , jaring dan
1
Ikan Teri
bom
Bagan , jaring dan
2
Ikan Layang
bom
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Bagan , jaring dan
3
Ikan Sibula
bom
4
Cumi-cumi
Bagan dan bom
5
Ikan Tongkol
Bagan dan bom
6
Ikan Sunu
Bagan dan bom
7
Ikan Tenggiri
Pancing
8
Ikan Selar
Pukat dan bom
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
9
Ikan Kembung
Pukat dan bom
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
10
Ikan Peperek
Jaring dan bagan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa umumnya ikan-ikan yang bisa ditangkap
sepanjang tahun adalah ikan pelagis, misalnya ikan laying, sibula, tongkol, selar,
kembung, dan peperek. Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan jaring.
Sedangkan ikan yang bisa ditangkap pada musim-musim tertentu adalah ikan tenggiri
pada akhir tahun dan cumi-cumi pada petengahan tahun. Ikan hasil tangkapan nelayan
dijual dengan harga yang berbeda-beda tergantung jenis tangkapannya. Berikut jumlah
dan harga tangkapan ikan di Kelurahan Kodingareng:
Tabel 18. Jumlah dan Harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Kelurahan Kodingareng
No.
Hasil Tangkapan
Jumlah Tangkapan
Tinggi
Rendah
Harga Tangkapan (Rp)
Tinggi
Rendah
1
Ikan Teri
0
100 basket
50.000/ gabus
150.000 / basket
2
Ikan Layang
0
200 basket
50.000 / gabus
150.000 / basket
0,5 basket
200 basket
30.000 / basket
400.000 / gabus
3
Ikan Sibula
4
Cumi-cumi
1 Basket
100 basket
100.000 / basket
1.000.000 / gabus
5
Ikan Tongkol
1 ekor
1000 ekor
20.000 / ekor
40.000 / ekor
6
Ikan Sunu
4 ons
20 kg
30.000 / kg
50.000 /kg
1 ons
20 kg
30.000 / kg
50.000 /kg
0,5 basket
100 basket
70.000 / basket
250.000 / basket
70.000 / basket
250.000 / basket
10.000 / basket
50.000 / basket
7
8
Ikan Tenggiri
Ikan Selar
9
Ikan Kembung
0,5 basket
100 basket
10
Ikan Peperek
0,5 basket
100 basket
Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013, (Ket: 1 basket = 15 kg, 1 gabus = 4 basket)
26
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
Berdasarkan tabel di atas, ikan hasil tangkapan yang harganya paling tinggi
adalah ikan tongkol, sunu, dan tenggiri. Ikan ini umumnya ditangkap dengan
menggunakan bagan. Alat tangkap ini membutuhkan operasional yang tinggi sehingga
dalam operasionalnya nelayan membutuhkan bantuan ponggawa.
3.2.
Kalender Musim dan Kegiatan Harian
Sama seperti halnya di wilayah lain yang ada di Indonesia, Kelurahan
Kodingareng memiliki 2 musim yang bergantian sepanjang tahun, yaitu musim Barat dan
musim Timur. Pada bulan-bulan pergantian musim (musim pancaroba) biasanya kondisi
perairan cukup teduh sehingga memungkinkan nelayan untuk mencari ikan lebih banyak,
terutama nelayan-nelayan yang menggunakan jaring, sedangkan untuk nelayan lain
seperti pemancing ikan tenggiri biasanya lebih mengikuti bulan-bulan tertentu dimana
jumlah ikan tenggiri lebih banyak, yaitu antara bulan November – bulan Desember.
Kegiatan atau musim yang umumnya terjadi di Kelurahan Kodingareng dapat dilihat pada
kalender musim berikut:
Tabel 19. Kalender Musim Kegiatan Perikanan Masyarakat di Kelurahan Kodingareng,
Kota Makassar
No.
Hasil Tangkapan
Bulan
1
2
3
√
√
√
4
5
1
2
Penghujan
3
Silir berganti (Hujan / panas)
√
√
4
Pancaroba
√
√
5
Nelayan Melaut
√
√
6
Pasang / Air besar
7
Penghasilan bagus
8
Masa Paceklik
9
Nelayan tidak melaut
√
√
√
7
8
9
10
11
12
Ket.
√
Kemarau Panas (puncak)
√
6
Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Kondisi
Angin
Bulan
Purnama
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nelayan hampir setiap saat melaut dalam
setahun kecuali bulan Januari – Maret. Hal ini berhubungan dengan musim penghujan
dan pasang tinggi serta masa paceklik dalam penangkapan ikan. Sedangkan hasil
tangkapan bagus berada pada bulan Juli – November.
Aktifitas harian masyarakat di Kelurahan Kodingareng nampak bahwa sebagian
besar waktunya digunakan untuk melaut, yaitu sekitar 13 – 17 jam dalam sehari.
Selebihnya digunakan untuk istirahat, nonton, olah raga, mengurusi peralatan melaut,
27
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
dan tidur. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan aktifitas harian masyarakat di
Kelurahan Kodingareng.
Tabel 20. Aktivitas Harian Masyarakat di Kelurahan Kodingareng, Kota Makassar
No.
Waktu (wita)
Kegiatan
Kegiatan Nelayan Bagan:
1
04.00 – 05.00
Persiapan nelayan untuk turun melaut
05.00 – 22.00
Nelayan melaut
22.00 – 23.00
Cerita-cerita
21.00 – 04.00
Tidur
Kegiatan Nelayan Pancing:
2
05.00 – 13.00
Melaut
13.00 - 14.00
Pulang dari melaut
14.00 - 15.30
Memperbaiki jarring
15.30 - 18.00
Bercengkrama dengan tetangga/keluarga
18.00 - 21.00
Nonton TV bersama keluarga
21.00 – 05.00
Tidur
Kegiatan Ibu-Ibu:
3
04.00 – 07.00
Persiapan makanan untuk nelayan untuk melaut
07.00 - 08.00
Mencuci
08.00 – 09.00
Memasak
09.00 – 11.00
Membersihkan rumah
11.00 – 15.00
Istirahat /cerita-cerita
15.00 – 18.00
Membantu nelyan untuk membersihkan hasil
tangkapannya
18.00 – 19.00
Memasak untuk makan malam
19.00 – 21.00
Istirahat/ menonton TV
21.00 – 04.00
Tidur
Kegiatan Anak-anak:
4
07.00 – 13.00
Anak-anak ke sekolah
13.00 - 14.00
Istirahat/ bermain
14.00 – 16.00
Mengaji
16.00 – 18.00
Istirahat / bermain
18.00 – 21.00
Shalat, makan malam, belajar
21.00 – 07.00
Tidur
Sumber: Hasil Wawancara Tahun 2013
28
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
3.3.
2013
Sketsa Pulau dan Peta Sumberdaya
Berdasarkan hasil dari beberapa kegiatan diskusi kelompok terfokus (FGD) dan
Wawancara Semi Terstruktur dengan beberapa orang masyarakat yang ada di Kelurahan
Kodingareng, dapat diketahui bahwa potensi sumberdaya terumbu karang di daerah ini
relatif masih baik atau hampir sama dengan keadaan terumbu karang yang ada di
beberapa pulau di sekitarnya. Menurut gambaran masyarakat Kelurahan Kodingareng
bahwa perairan Kodingareng masih memiliki ekosistem yang lengkap. Masyarakat
mengetahui bahwa terumbu karang adalah rumah ikan. Oleh karena itu, masyarakat
menganggap perlu keberadaan aparat untuk mengawasi wilayah perairan tersebut agar
tidak ada nelayan luar maupun dalam pulau/desa yang menggunakan alat tangkap yang
merusak lingkungan. Selain itu, masyarakat juga menggambarkan letak sarana dan
prasarana di Pulau Kodingarengkeke. Berikut ini adalah sketsa pulau dan peta
sumberdaya laut yang dibuat oleh masyarakat melalui kegiatan pemetaan partisipatif di
Kelurahan Kodingareng:
Gambar 3. Peta Partisipatif Masyarakat di Pulau Kodingareng
29
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
3.4.
Isu dan permasalahan di Kelurahan Kodingareng
Beberapa issue dan permasalahan yang muncul dari hasil FGD dan wawancara
semi terstruktur dengan masyarakat di Kelurahan Kodingareng yang dikelompokkan
dalam beberapa issue pokok antara lain:
Isu Pemanfaatan Sumberdaya

Pemboman ikan banyak terjadi di Pulau Kodingarengkeke sehingga merusak
ekosistem terumbu karang.

Masyarakat banyak mengambil batu karang dan pasir sebagai bahan bangunan,
akibat susahnya mendapatkan material untuk bahan bangunan baik dari segi materi
maupun akses karena tidak ada kapal regular dai Pulau Kodingareng ke Kota
Makassar.
Isu Sosial

Bantuan yang diberikan ke masyarakat tidak semuanya diberikan ke masyarakat,
seringkali banyak potongan yang tidak diketahui oleh masyarakat peruntukan
potongan tersebut yang bahkan hingga 25%. Masyarakat berharap bantuan dari
pemerintah sebaiknya dikomunikasikan dan disalurkan dengan baik ke masyarakat.

Harga BBM yang semakin meningkat mahal dan ketersediaan BBM di pulau juga
sangat kurang sehingga untuk membeli BBM masyarakat harus ke Kota Makassar

Sulitnya mendapatkan es balok sehingga untuk kebutuhan melaut nelayan harus
langsung beli ke Pelabuhan Paotere (Kota Makassar). Masyarakat berharap adanya
bantuan pabrik es atau listrik yang memadai untuk pembuatan es balok.
Isu Lingkungan

Pembuangan limbah rumah tangga dan hasil perikanan secara sembarangan, serta
tidak adanya sarana pembuangan sampah di Pulau Kodingareng. Akibatnya, terjadi
penumpukan bahan organik baik di lingkungan darat maupun daerah sekitar pantai
yang mempercepat terjadinya proses abrasi
Isu Kelembagaan

Tidak ada koperasi, padahal masyarakat sangat membutuhkan koperasi untuk
simpan pinjam hasil penjualan ikan tangkapan

Kurangnya
keterwakilan
masyarakat
Kelurahan
Kodingareng
di
lembaga
pemerintahan, sehingga kepentingan masyarakat Kelurahan Kodingareng cenderung
terabaikan.

Warga menginginkan aparat yang menjadi Lurah Kodingareng adalah warga yang
berdomisili di pulau tersebut, sehingga dapat lebih memperhatikan daerahnya.
30
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR

2013
Masyarakat sangat bergantung pada Ponggawa, karena mereka tidak memiliki modal
yang cukup untuk melaut. Namun, Ponggawa tidak mau meminjamkan modal tanpa
ada jaminan sehingga nelayan cenderung memberikan jaminan hasil tangkapannya.
Akibatnya, Ponggawa cenderung memainkan harga, biasanya jika hasil tangkapan
ikan banyak, Ponggawa langsung menurunkan harga ikan.
Isu Penegakan Hukum

Pelayanan aparat keamanan di pulau perlu ditingkatkan karena selama ini penegak
hukum yang bertugas di pulau jarang berkunjung, bahkan jika terjadi pelanggaran di
pulau aparat yang bertugas cenderung meminta uang operasional.

Penegakan hukum di pulau masih minim, karena akses dan barang bukti yang sulit.

Keputusasaan masyarakat tentang penegakan hukum hingga hilangnya rasa percaya
masyarakat terhadap pemerintah, akibatnya penangkapan ikan secara destruktif tetap
dilakukan.
31
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan analisa terhadap
permasalahan di Kelurahan Kodingareng, dapat disimpulkan bahwa:
 Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Kelurahan Kodingareng bahwa sebagian
besar penduduk tamat pendidikan dasar, terumbu karang dan ikan target masih
bagus dan beragam, kondisi perairan masih baik, hasil tangkapan ikan pelagis
masih banyak serta perdagangan ikan kerapu hidup masih tinggi, sehingga
disarankan untuk mengembangkan usaha budidaya Keramba Jaring Apung
(KJA), pengembangan dan pembinaan penangkapan ikan pelagis, serta
pengolahan hasil tangkapan yang disertai dengan pendampingan hingga ke
pemasaran.
 Sebagain besar masyarakat menyadari pentingnya menjaga kelestarian terumbu
karang. Namun, kurangnya penegakan hukum sehingga kepercayaan masyarakat
terhadap aparat lemah sehingga mereka tetap melakukan destructive fishing
dengan menggunakan bahan peledak dan bahan kimia.
 Penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya di Kelurahan Kodingareng perlu
melibatkan semua pihak terkait (stakeholder) dari tingkat kelurahan seperti
Pemerintah Kelurahan Kodingareng, pemerintah desa/kelurahan sekitarnya,
masyarakat nelayan, tokoh masyarakat, hingga ke tingkat atas seperti pemerintah
kecamatan, kabupaten dan provinsi, dinas-dinas terkait, BAPPEDA kabupaten
maupun provinsi karena rencana pengelolaan membutuhkan komitmen dan
partisipasi semua pihak terkait, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan secara
bertanggung jawab dan sungguh-sungguh.
 Masyarakat
Kelurahan
Kodingareng
membutuhkan
lembaga
yang
bisa
mengakomodir kebutuhan sehari-hari mereka agar tidak bergantung lagi terhadap
Ponggawa dan bisa memperbaiki taraf hidup tanpa bergantung terhadap
sumberdaya alam yang jumlahnya semakin hari semakin menurun, misalnya
koperasi simpan pinjam.
32
CV. Econatural
2013
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
4.2. Saran

Untuk menggerakkan tumbuhnya jiwa konservatif masyarakat dalam mengelola
sumberdaya ikan dan terumbu karang, perlu dirangsang dengan cara
menciptakan akses dan fasilitas kepada masyarakat setempat dalam bentuk
dukungan
terhadap
kegiatan
Mata
Pencaharian
Alternatif
(MPA)
guna
mengalihkan aktifitas dan tekanan terhadap terumbu karang dengan membentuk
dan membuka peluang usaha lain dalam upaya peningkatan pendapatan
masyarakat.

Perlunya koordinasi dan pendampingan kegiatan antar lembaga yang memiliki
program/kegiatan di Kelurahan Kodingareng agar tidak terjadi tumpang tindih
kegiatan yang berujung pada kegiatan yang tidak tepat sasaran

Perlu penegak hukum khusus yang dominsili di pulau untuk mengawasi tindakan
yang merusak lingkungan
33
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Kecamatan Ujung Tanah dalam angka. Badan Pusat Statistik Kota Makassar.
Makassar.
Bryant D., Burke L., McManus J. & Spalding M. 1998. Reefs at risk: A map
basedindicator of threats to the world's coral reefs. World Resources Institute
Report, WRI/ICLARM/WCMC/UNEP, Washington.
Chazottes, V., J. J. G. Reijmer. 2008. "Sediment characteristics in reef areas influenced
by eutrophication-related alterations of benthic communities and bioerosion
processes." Marine Geology 250(1-2): 114-127.
Costa Jr, O.S., M. Nimmo, Cordier, E. 2008. Coastal nutrification in Brazil: A review of the
role of nutrien excess on coral reef demise. Journal of South American Earth
Sciences 25(2): 257-270.
Davies, P. 2004. Nutrien processes and chlorophyll in the estuary and plumeof the Gulf of
Papua. Continental Shelf Research 24, 2317-2341
DKP Sulsel. 2011. Laporan Monitoring Terumbu Karang di Luar Coremap Sulsel. Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.
Edinger, E.N., J. Jompa, Limmon, Gino V. Widjatmoko, Wisnu Risk, Michael J. 1998.
Reef degradation and coral biodiversity in indonesia: Effects of land-based
pollution, destructive fishing practices and changes over time. Marine Pollution
Bulletin 36(8): 617-630.
Erftemeijer P.L.A. 1994. Differences in Nutrient Concentrations and Resources Between
Seagrass Communities On Carbonate and Terrigenous Sediments in South
Sulawesi, Indonesia. Bulletin of Marine Science, 54: 403-419.
Gilanders, B.M. 2006. Seagrasses, Fish, and Fisheries. In: Larkum, A.W.D., Orth, R.J.,
Duarte, C.M. (Eds.), Seagrasses: Biology, Ecology, and Conservation. Springer,
The Netherland, 503-536pp.
Jurusan Kelautan Unhas. 2012. Laporan Potensi Ekosistem Pesisir Kota Makassar.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hakanson. L and A.C. Bryhn. 2008. Eutrophication in the Baltic Sea Present Situation,
Nutrien Transport Processes, Remedial Strategies. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. p. 263
Lapointe B.E. 1987. Phosphorus- and nitrogen-limited photosynthesis and growth of
Gracilari tikvahiae (Rhodophyceae) in the Florida Keys: an experimental field
study. Marine Biology, 93: 561-568.
Mambo. 2009. Pesona Wisata Bahari. http://wisata.makassarkota.go.id. Tourism Kota
Makassar. diakses 24 November, 2013, 11:56
Mumby PJ, Dahlgren CP, Harborne AR, Kappel CV, Micheli F, Brumbaugh DR, Holmes
KE, Mendes JM, Broad K, Sanchirico JN, Buch K, Box S, Stoffle RW, Gill AB.
2006. Fishing, trophic cascades, and the process of grazing on coral reefs.
Science 311:98-101
Nurliah, 2002. Kajian mengenai dampak eutrofikasi dan sedimentasi pada ekosistem
terumbu karang di beberapa pulau Perairan Spermonde, Sulawesi selatan. Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar
34
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Radjawali I. 2010. Reconsidering Development – Coping with Uncertainties: Live Reef
Food Fish (LRFF) Trade in Spermonde Archipelago, Indonesia, A Photographic
Essay. Reconsidering Development. 1(1).
Rani, C., Nessa, N., Jompa, J., Toaha, S., dan Faizal, A. 2012. Pengembangan model
dinamik dampak eutrofikasi dan sedimentasi dalam pengendalian kerusakan
terumbu karang di kepulauan spermonde, Sulawesi Selatan. Laporan hasil
penelitian unggulan perguruan tinggi. LPPM Universitas Hasanuddin. Makassar.
Rasyid. A. 2011. Dinamikan Massa Air Terkait dengan Lokasi Penangkapan Ikan Pelagis
Kecil di Perairan Kepulauan Spermonde. Disertasi. Program Pasca Sarjana
Unhas.
Rizal, 2012. Analisis Kondisi dan Keragaman Lamun di Beberapa Pulau di Kota
Makassar, Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Uiversitas Hasanuddin, Makassar.
Selley, R. C. 1986. Applied Sedimentology. Second Edition. MW.c Brown. Publishing.
IOWA.
Stapel J, Marten A, Hemminga, Cornelis, B. Bogert and Yvonne E. M. 2001. Nitrogen
(15N) retention in small Thalassia hemprichii seagrass plots in an offshore
meadow in South Sulawesi, Indonesia. Limnol. Oceanogr., 46(1), 24-37
Suharsono, Sukarno R, Adrim M, Arief D, Budiyanto A, Giyanto, Ibrahim A, Yahmantoro.
1995. Wisata Bahari Kepulauan Banggai. LIPI Jakarta.
Tambaru, R. 2008. Dinamika Komunitas Fitoplankton dalam Kaitannya dengan
Produktivitas Perairan di Perairan Maros, Sulawesi Selatan. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wyttki, K. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters. Scientific
Results of Marine Investigations of the South China Sea and the Gulf of Thailand.
Naga Report. 2:195 p.
YKL-Indonesia. 2002. Profil kondisi biofisik osenografi dan sosial ekonomi Pulau
Kodingareng. YKL Indonesia. Makassar.
35
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Lampiran 1 Gambar Sarana dan Prasarana Di Kelurahan Kodingareng
36
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
Kelurahan Kodingareng
Penyulingan Air Bersih
Kelurahan Kodingareng
Mesjid Al Hidayah
Kelurahan Kodingareng
Kantor Lurah
Kelurahan Kodingareng
Kelompok Bermain/Taman Kanak-Kanak
Kelurahan Kodingareng
Dermaga
Kelurahan Kodingareng
CV. Econatural
INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT
DI KELURAHAN KODINGARENG KOTA MAKASSAR
2013
Lampiran 2 Gambar Pada Saat Survei
37
CV. Econatural
Download