abstrak - Repository | UNHAS

advertisement
KAJIAN EVOLUSI MORPHOLOGI PULAU-PULAU KARANG DI MAKASSAR
SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA ABRASI
Dewi Y.S. Badawing, M. Rijal Idrus, Irwanto, 1) Dadang A. Suriamihardja, dan
Paharuddin 2)
1)
2)
Puslitbang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Unhas
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Ilmu Pasti dan alam, Unhas
ABSTRAK
Penelitian pada tahun pertama ini dilakukan mulai bulan Juni 2013 hingga Oktober
2013, dan bertujuan untuk mengetahui perubahan luasan kesebelas pulau-pulau di Makassar
akibat abrasi dan mengidentifikasi penyebabnya agar upaya mitigasi bencana abrasi dapat
dibuat untuk perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tahun pertama, teknik
yang digunakan untuk mengetahui perubahan luas akibat proses abrasi adalah ground
truthing dengan alat GPS (Geographical Positioning System) yang mencatat titik-titik
koordinat garis pantai setiap pulau. Data yang dihasilkan melalui GPS lalu ditransfer ke
ArcGis, sebuah program Geograhic Information System (GIS). Untuk mengetahui penyebab
abrasi dan sejarahnya dilakukan wawancara melalui pemetaan partisipatif kepada 25 orang
key person. Hasil pemetaan partisipatif, secara umum menyimpulkan bahwa abrasi pulau
terjadi saat Musim Barat dan akresi saat Musim Timur sejak beberapa tahun lalu, walaupun
intensitas abrasi bervariasi antara pulau. Mayoritas responden mengatakan bahwa abrasi yang
terjadi disebabkan oleh meningkatnya angin yang membawa ombak besar dan meningkatkan
kecepatan arus. Responden juga mengidentifikasi kerusakan terumbu karang disekeliling
pulau, baik karena nelayan luar pulau maupun karena ulah nelayan pulau sendiri dapat ikut
menjadi penyebab abrasi. Hasil ground truthing menyimpulkan perubahan luasan kesebelas
pulau di Makassar dalam rentang waktu 8 hingga 12 tahun bervariasi dari yang terkecil 4,7%
hingga yang terbesar 55,56%. Pulau yang terkecil perubahan luasannya adalah Lanyukang,
sedangkan yang terbesar berubah adalah Kodingareng Keke. Umumnya pulau mengalami
pengikisan di sisi Barat pulau, kecuali pulau-pulau Langkai dan Kayangan yang lebih banyak
terkikis sisi Timur pulaunya. Tiga pulau, yaitu: Samalona, Kodingareng Keke dan LumuLumu mengalami pengikisan disemua sisi pulaunya.
.
Kata kunci: luas pulau, abrasi, Makassar, ground truthing, pemetaan partisipatif, mitigasi
bencana
REEF ISLANDS MORPHOLOGICAL EVOLUTION OF MAKASSAR:
MITIGATION FOR ABRASION
Dewi Y.S. Badawing, M. Rijal Idrus, Irwanto, 1) Dadang A. Suriamihardja, and
Paharuddin 2)
1)
2)
Marine Coastal and Small Islands Research and Development Center, Hasanuddin
University
Physic Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin
University
ABSTRACT
This proposed three years research aims at finding the morphological and area changes of
the eleven reef islands of Makassar, due to abrasion as well as identifying it causes as to
support mitigation planning for abrasion. In this first year, this research was conducted from
June to October 2013. The islands changes were calculated through ground truthing using
GPS (Geographical Positioning System), which recorded the coordinate of the islands’ coast.
Data recorded from GPS were then transfered to ArcGis, a Geograhic Information System
(GIS) program. To identify the causes of abrasion and its historical process, participatory
mapping was conducted to 25 key persons. Participatory mapping results showed that in
general, island’s abrasion occured during West Monsoon, some of which sarted in the last 10
years. Alternately, the accredion process is occuring during the East Monsoon. Historically,
the beginning of abrasion intensity varies over the islands. Calculation from ground truthing
concluded that the islands changes over 8 to 12 years varies, from the least of 4,7% to the
highest of 55,56%. The island with the least area losses is Lanyukang, while the biggest is
Kodingareng Keke. In general, abrasion is occured in the west side of the island, except for
Langkai and Kayangan which abrated more on the east side of their islands. Moreover, the
islands of Samalona, Kodingareng Keke and Lumu-Lumu abrated in all side.
Key words: island’s area, abrasion, Makassar, ground truthing, participatory mapping,
abrasion mitigation
Abstrak
KAJIAN EVOLUSI MORFOLOGI PULAU-PULAU KARANG DI MAKASSAR
SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA ABRASI
Ketua: Dr. Dewi Y.S. Badawing (NIDN 0002015801)
Anggota: M. Rijal Idrus, PhD (NIDN 0019126504)
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN/PUSLITBANG LAUT PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
November 2013
ARTIKEL
KAJIAN EVOLUSI MORFOLOGI PULAU-PULAU KARANG DI MAKASSAR
SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA ABRASI
Dr. Dewi Y.S. Badawing (NIDN 0002015801)
M. Rijal Idrus, PhD (NIDN 0019126504)
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
/PUSLITBANG LAUT PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
November 2013
ARTIKEL
KAJIAN EVOLUSI MORPHOLOGI PULAU-PULAU KARANG DI MAKASSAR
SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA ABRASI
Dewi Y.S. Badawing, M. Rijal Idrus, Irwanto, 1) Dadang A. Suriamihardja, dan
Paharuddin 2)
1)
2)
Puslitbang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Unhas
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Ilmu Pasti dan alam, Unhas
Kata kunci: luas pulau, abrasi, Makassar, ground truthing, pemetaan partisipatif, mitigasi
bencana
Latar Belakang
Hasil penelitian Badawing dkk (2011) dengan menggunakan Citra Land-sat tahun 19782010, menyimpulkan bahwa dalam kurun 32 tahun sebanyak 26 pulau di perairan Spermonde
telah kehilangan luas daratannya. Berikutnya, penelitian Manan (2011) juga menyimpulkan
bahwa telah terjadi penurunan luas daratan dari tahun 2000 hingga 2010 , sebesar ± 29.4 %
di Pulau Badi dan ± 16.75 % di Pulau Pajenekang.
Pengurangan luasan pulau-pulau tersebut disebabkan oleh beberapa faktor dan salah
satunya yang paling menonjol adalah karena terjadinya abrasi, yang menurut penduduk
pulau, meningkat setidaknya 10 tahun terakhir. Hasil pengamatan pribadi, pada tahun 2008 2010, sisi Barat Pulau Badi mengalami abrasi sehingga sekitar 30 buah rumah tergerus dan
hancur; sedangkan di Pulau Pajenekang sisi timur pulau juga terkena abrasi yang terlihat dari
bekas puing-puing fondasi rumah yang sudah terendam oleh air laut.
Pulau-pulau karang merupakan bentukan hasil interaksi gelombang, angin dan energi
pasang surut yang mengikis, mentranspor dan mendepositkan sedimen Fluktuasi air laut
karena gelombang, arus dan badai secara perlahan merubah bentuk pulau, sementara
perubahan besar akan terjadi saat badai besar (Leatherman, 1982 dalam Novakowski).
Selain faktor alam, pemanfaatan lahan pulau dan meningkatnya jumlah penduduk serta
pemanfaatan sumberdaya terumbu karang yang tidak lestari di sekitar pulau termasuk yang
mungkin ikut menyebabkan menurunnya tingkat tutupan karang dan secara tidak langsung
dapat merubah bentuk morfologi dan luasan pulau. Sebagai contoh penambangan karang oleh
penduduk pulau di Spermonde (Badawing dkk, 2011) dan perusakan rataan terumbu karang
yang meningkat akibat aktifitas bom, paling tidak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
(Nature Bestari, 2008), telah mempengaruhi bentuk dan luasan pulau.
Permasalahan
Pengaplikasian satelit pengindraan jauh yang dilakukan Badawing dkk (2011) untuk
mengetahui perubahan pulau-pulau di Spermonde tersebut belum cukup tepat dan detail
untuk menentukan mitigasi bencana abrasi. Pengetahuan mengenai dinamika geomorfologi
pulau menentukan perluasan dan pengurangan pulau-pulau berpengaruh penting terhadap
kehidupan penduduk di pulau-pulau tersebut. Laju perubahan luasan setiap pulau
dipengaruhi oleh perbedaan pemanfaatan sumberdaya pulau dan perairan sekitarnya.
Pemetaan pulau kondisi terkini merupakan refleksi kejadian alam seperti perubahan
iklim maupun perubahan sumberdaya alam akibat aktivitas manusia di sebuah pulau sehingga
penting dilakukan untuk perencanaan dan pengelolaan pulau-pulau kecil maupun wilayah
pesisir secara umum. Keberadaan dan keberlanjutan pulau-pulau karang di Makassar
merupakan kombinasi kepentingan berbagai faktor sejarah, budaya, sosial dan ekonomi dan
yang langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan
kota metropolitan Makassar.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penelitan yang direncankan berlangsung tiga
tahun, pada tahun pertama ini ditujukan untuk mengetahui perubahan luasan dan
mengidentifikasi penyebab perubahan morfologi pulau-pulau di Makassar agar dapat
digunakan untuk menentukan mitigasi bencana akibat abrasi;
Metode Penelitian
Teknik yang digunakan untuk mengetahui perubahan luas akibat proses abrasi adalah
kegiatan ground truthing, dengan alat GPS (Geographical Positioning System) yang
mencatat titik-titik koordinat garis pantai setiap pulau. Data yang dihasilkan melalui GPS
kemudian ditransfer ke ArcGis, sebuah program Geograhic Information System (GIS).
Dengan menggunakan Analisis tool yang terdapat di ArcGIS, maka luas pulau terkini
diketahui. Data luasan pulau terkini selanjutnya dianalisis untuk menentukan perubahan
luasan pulau dalam rentang waktu tertentu. Penelitian ground truthing dilakukan pada 11
pulau, yaitu: Kayangan, Samalona, Lae-Lae, Kodingareng Lompo, Kodingareng Keke,
Lanyukkang, Langkai, Bone Tambu, Lumu-Lumu, Barrang Cadi dan Pulau Barrang Lompo
dalam rentang bulan Juni- Oktober 2013.
Identifikasi penyebab abrasi telah dilakukan dengan wawancara melalui pemetaan
partisipatif (participatory mapping) pada tokoh masyarakat atau key person di 11 pulau,
dengan total responden 25 orang.
Hasil dan Pembahasan
Analisa luasan pulau berdasarkan citra land-sat pada tahun 2001, 2005 dibandingkan
dengan hasil ground truthing disajikan pada Tabel berikut. Perbedaan tahun Citra Land-sat
disebabkan karena ketersediaan Citra yang dapat dipakai analisa.
Tabel 1. Rekapitulasi Perubahan Luas Pulau berdasarkan Citra Land-sat tahun 2001 dan
2005 dan Ground-truthing 2013 dan % perubahan luas
Pulau
Citra Land-sat
Ground truthing
2001
2005
2013 % perubahan
Lanyukkang
14,9
14,2
4,70
Langkai
29,7
26,2
11,78
Kodingareng Lompo
na
27,6
21
23,91
Kodingareng keke
na
2,7
1,2
55,56
Lumu-Lumu
5,6
2,9
48,21
Bone Tambu
4,8
3,2
33,33
Barrang Lompo
25,88
21,9
15,37
Barrang Caddi
9,7
5,7
41,24
Samalona
4,2
2
52,38
Lae-Lae
na
7,3
9
23,29
Kayangan
na
2
1,3
35,00
Ket: na= not available
Diantara ke 11 pulau yang mengalami pengurangan luas, hanya Pulau Lae-Lae yang
justru menjadi lebih luas 23,29% (1,7 Ha) selama 6 tahun terakhir, seperti yang terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Perubahan Luas Pulau Lae-Lae pada rentang tahun 2005-2013
Pengurangan luas terkecil ditemukan pada Pulau Lanyukkang (4,70%), sedangkan
terbesar pada terjadi pada Pulau Kodingareng Keke (55,56%), seperti terlihat pada Gambar 2.
Umumnya pulau mengalami pengikisan di sisi Barat pulau, kecuali pulau-pulau
Langkai dan Kayangan yang lebih banyak terkikis sisi Timur pulaunya. Tiga pulau, yaitu:
Samalona, Kodingareng Keke dan Lumu-Lumu mengalami pengikisan disemua sisi
pulaunya.
.
Hasil pemetaan partisipatif, secara umum menyimpulkan bahwa abrasi pulau terjadi
saat Musim Barat dan akresi saat Musim Timur sejak beberapa tahun lalu, walaupun
intensitas abrasi bervariasi antara pulau. Mayoritas responden mengatakan bahwa abrasi yang
terjadi disebabkan oleh meningkatnya angin yang membawa ombak besar dan meningkatkan
kecepatan arus. Responden juga mengidentifikasi kerusakan terumbu karang disekeliling
pulau, baik karena nelayan luar pulau maupun karena ulah nelayan pulau sendiri dapat ikut
menjadi penyebab abrasi..
Rangkuman
Perubahan luasan kesebelas pulau di Makassar dalam rentang waktu 8 hingga 12
tahun bervariasi dari yang terkecil 4,7% hingga yang terbesar 55,56%. Pulau yang terkecil
perubahan luasannya adalah Lanyukang, sedangkan yang terbesar berubah adalah
Kodingareng Keke. Umumnya pulau mengalami pengikisan di sisi Barat pulau, kecuali
pulau-pulau Langkai dan Kayangan yang lebih banyak terkikis sisi Timur pulaunya. Tiga
pulau, yaitu: Samalona, Kodingareng Keke dan Lumu-Lumu mengalami pengikisan disemua
sisi pulaunya.
Mayoritas responden mengatakan bahwa abrasi yang terjadi disebabkan oleh
meningkatnya angin yang membawa ombak besar dan meningkatkan kecepatan arus. Selain
itu, responden juga mengidentifikasi kerusakan terumbu karang disekeliling pulau, baik
karena nelayan luar pulau maupun karena ulah nelayan pulau sendiri dapat ikut menjadi
penyebab abrasi.
Acknowledgement
Ucapan terima kasih disampaikan kepada DIKTI yang memberikan Hibah BOPTN
2013 untuk melakukan penelitian Post Doctoral ini.
Daftar Pustaka
Badawing, Dewi Y.S, Dadang A. Suriamiharja. Yusran Nur Indar and Jamaluddin Jompa.
2011. Long Term Morphological and Socio-Ecological Dynamics of Spermonde Reef Islands :
Management Option. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.
Download