tinjauan yuridis mengenai perjanjian sewa

advertisement
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERJANJIAN SEWA-MENYEWA
VIRTUAL OFFICE DAN DAMPAK PENGGUNAAN ALAMAT
VIRTUAL OFFICE SEBAGAI DOMISILI PADA PERJANJIAN
Mira Aranti Ciptadi dan Abdul Salam (Pembimbing)
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jalan Lingkar Kampus Raya, Depok, 16424, Indonesia.
E-mail: [email protected], [email protected]
Abstrak
Perkembangan perekenomian menjadikan pelaksanaan virtual office semakin berkembang di berbagai belahan
dunia, Pelaksanaan virtual office merupakan sebuah lokasi usaha yang hanya ada di dunia maya, menyediakan
sebuah alamat kantor untuk disewakan yang memungkinkan untuk penyewa menggunakan alamat Virtual Office
tersebut sebagai alamat bisnis sehingga memiliki alamat bisnis yang prestigious. Pelaksanaan virtual office di
Indonesia berbeda dengan pelaksanaan virtual office dibebetapa Negara. Konsep pelaksaan virtual office di
Indonesia menggunakan konsep sewa-menyewa, hubungan hukum yang timbul antara pengguna dan penyedia
virtual office di Indonesia diwujudkan dalam perjanjian sewa-menyewa, objek perjanjian virtual office yang
dilaksanakan di Indonesia dapat hanya berupa sebuah alamat kantor. Konsep perjanjian sewa-menyewa yang
diatur dalam kUH Perdata menjelaskan bahwa perjanjian sewa-menyewa harus memiliki objek sebuah benda,
dalam hal ini dapat atau tidak alamat kantor dikategorisasikan sebagai sebuah benda/ property. Berdasarkan
permasalahan tersebut dengan menggunakan metode yuridis normatif, penelitian ini ditujukan untuk mengkaji
keabsahan perjanjian sewa-menyewa alamat virtual office dengan dikaitkan alamat sebagai suatu benda atau
properti yang dapat dijadikan sebagai objek didalam suatu perjanjian serta mengkaji mengenai
pertanggungjawaban hukum perdata pihak penyedia virtual office terhadap permasalahan hukum yang
ditimbulkan oleh pihak pengguna virtual office. Hasil dari penelitian ini adalah perjanjian sewa-menyewa alamat
virtual office yang dilaksanakan di Indonesia bukan merupakan suatu perjanjian sewa-menyewa yang diatur
didalam KUH Perdata melainkan dikategorisasikan sebagai perjanjian tak bernama (inominaat). Pertanggung
jawaban hukum perdata mengenai hubungan kontraktual antara pengguna virtual office dengan pihak ketiga
tidak dapat mengikat pihak penyedia virtual office sehingga apabila terjadi permasalahan hukum yang
ditimbulkan atas hubungan kontraktual tersebut pihak penyedia virtual office tidak memiliki tanggung jawab
perdata.
“Juridical Analysis of Virtual Office Lease Agreement and the impact of the use of virtual
addresses office as domicile at an agreement”
Abstract
The development of economies makes the implementation of the virtual office is growing in many parts of the
world, implementation of the virtual office is a business location that exists only in cyberspace, providing an
office address for rent that allow for tenants to use the Virtual Office address as the business address that has a
business address prestigious. Implementation of a virtual office in Indonesia is different from the implementation
of the virtual office in the several States. The concept of virtual office implementation in Indonesia using the
concept of leasing, the legal relationships arising between users and virtual office provider in Indonesia
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
manifested in the lease agreement, the object virtual office agreements are implemented in Indonesia can only be
an office address. The concept of the lease agreement are regulated in chapter third Civil Code, explains that
the lease agreement should have “suatu hal tertentu” an object, in this case might or not “office address be
categorized as an object / property. Based on these problems by using normative methods, this study aimed to
assess the validity of the tenancy agreement with the associated virtual office address as the address of an object
or property that can be used as an object in an agreement and examine the civil liability of the provider of virtual
office to problems law posed by the virtual office users. The results of this study are the lease agreement is
implemented virtual office address in Indonesia is not a lease agreement that is regulated in the Civil Code but is
categorized as a inominaat agreement. Civil liability law regarding the contractual relationship between the
virtual office users with third parties can not bind the virtual office provider so that in the event of legal
problems arising on the contractual relationship the virtual office provider does not have a civil legal liability.
Keywords: virtual office, lease agreement, agreement, contractual, legality, liability,inominaat.
Tinjauan Teoritis
1. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.1
2. Perjanjian Sewa-Menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan
dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang
oleh pihak tersebut belakangan telah disanggupi pembayarannya.2
3. Pacta sunt servanda adalah asas dalam perjanjian yang merupakan asas kekuatan
mengikat yang berhubungan dengan akibat dari perjanjian. Berdasarkan asas ini
setiap pihak dalam perjanjian bertanggungjawab untuk hal-hal yang tidak
dijalankan meskipun kegagalan itu di luar kekuasaannya dan tidak dapat dilihat
lebih dahulu pada waktu penandatanganan perjanjian.3 Asas ini terdapat didalam
Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak didalam perjanjian tersebut.4
Jika salah satu pihak dalam perjanjian tersebut tidak melaksanakan perjanjian,
pihak lain dalam perjanjian berhak untuk menagih atau memaksakan
pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang berlaku.5
4. Asas kebebasan berkontrak merupakan asas hukum perjanjian yang berarti orang
bebas untuk menutup suatu kontrak, mengatur sendiri isi perjanjian yang akan
mengikat pembuatnya. Kebebasan berkontrak ini terdapat pembatasan yakni
1
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], Op.Cit., Ps. 1313.
Ibid., Ps.1548.
3
Madjedi Hasan, Pacta Sund Servanda Penerapan Asas“ janji itu mengikat” Dalam Kontrak Bagi
Hasil di Bidang Minyak dan Gas Bumi, (Jakarta: Fikahati Aneska,2005), hal.13.
4
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], Op.Cit., Ps. 1338 Ayat (1).
5
Mariam Darus Badrulzaman [2], Kompilasi Hukum Perikatan, ( Bandung: PT Citra Aditya
Bakti,2001), hal.82.
2
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan
Undang-Undang.6
5. Virtual Office adalah sebuah lokasi usaha yang hanya ada di dunia maya,
menyediakan sebuah alamat kantor untuk disewakan yang memungkinkan untuk
penyewa menggunakan alamat Virtual Office tersebut sebagai alamat bisnis
sehingga memiliki alamat bisnis yang prestigious.7
6. Domisili dapat diartikan juga sebagai tempat kediaman. Tempat kediaman atau
domisili adalah tempat seseorang melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum
merupakan suatu perbuatan yang menimbulkan akibat hukum. 8
7. Kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak
milik, 9 maka cakupan benda sangat luas, disamping terdapat istilah benda
didalamnya terdapat juga istilah barang ( goed ) dan hak (recht). Sehingga
pengertian benda masih absrak karena tidak saja meliputi benda berwujud tetapi
juga benda tidak berwujud.10
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dipergunakan dalam mengumpulkan data dan bahan bagi
penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, artinya mengacu kepada penggunaan norma
hukum secara tertulis yang didukung dengan hasil wawancara dengan Bapak Risman Daulay
dan Mba Tyas Widiaswara selaku pihak management sebuah kantor Virtual Office.
Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan secara jelas mengenai penggunaan konsep Virtual Office di
Indonesia, serta mengenai keabsahan perjanjian sewa-menyewa alamat Virtual Office
berdasarkan hukum positif Indonesia, dikaitkan dengan alamat dapat dikatakan sebagai
sebuah benda/properti sehingga dapat dijadikan objek (suatu hal tertentu) didalam perjanjian
sewa-menyewa. Selain itu juga dijelaskan mengenai pertanggungjawaban yang dimiliki pihak
penyedia Virtual Office terhadap permasalahan hukum yang timbul karena adanya
penggunaan konsep Virtual Office oleh pengguna/penyewa Virtual Office.
6
J. Satrio, Hukum Perjanjian, ( Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hal.360.
Virtual Office Definition | Investopedia, htttp://www.investopedia.com/terms/v/virtualoffice.asp. diakses pada tanggal 20 Februari 2014.
8
Salim HS, SH.,M.S, Suatu Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Cet. 3, (Yogjakarta: Sinar
Grafika, 2005), hal.37.
9
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], Op.Cit., Ps. 499.
10
Ny. Frieda Husni Hasbulah, SH., MH, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang Memberi
Kenikmatan (Jilid I), ( Jakarta: Ind – Hill- Co, 2002), hal.19.
7
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam memperoleh data sekunder adalah dengan
studi kepustakaan dan penggunaan studi dokumen. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan menekankan kepada kebenaran berdasarkan sumber-sumber
hukum serta doktrin yang ada bukan dari segi kuantitas kesamaan data yang diteliti. Penulis
juga memakai metode wawancara dengan mewawancarai beberapa akademisi, para pihak
yang menggunakan Virtual Office dan pihak-pihak yang bekerja di Kantor yang menyediakan
Virtual Office hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan pandangan dari berbagai sudut
pandang mengenai pelaksanaan penggunaan Virtual Office dalam teori dan praktek.
Bentuk hasil penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan dengan melakukan
penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai
syarat sahnya suatu perjanjian pada umumnya, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan lebih
lanjut mengenai keabsahan perjanjian sewa-menyewa Virtual Office berdasarkan hukum
positif Indonesia dan tinjauan penggunaan alamat Virtual Office sebagai domisili dikaitkan
dengan pertanggungjawaban penyedia jasa Virtual Office terhadap permasalahan hukum yang
timbul oleh pengguna jasa Virtual Office.
Pendahuluan
Perkembangan perekonomian harus disertai dengan perkembangan hukum yang baik untuk
mendapatkan kepastian hukum antar pihak didalam hubungan bisnis diperlukan adanya
perjanjian atau kontrak.11 Perjanjian berdasarkan namanya terbagi menjadi 2 penggolongan
yaitu perjanjian nominaat serta perjanjian inominaat (tidak bernama). Penggolongan
perjanjian berdasarkan nama diatur didalam Pasal 1319 KUH Perdata.12
Perjanjian sewa-menyewa merupakan salah satu perjanjian nominaat. Perjanjian sewamenyewa diatur didalam BAB VII Buku III KUH Perdata (Pasal 1548-1600 KUH Perdata).
Definisi perjanjian sewa-menyewa diatur didalam Pasal 1548 KUH Perdata dimana perjanjian
sewa-menyewa adalah “suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu
tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah
disanggupi pembayarannya”. 13 Pelaksanaan virtual office semakin berkembang di setiap
11
Salim SH.,M.S, Suatu Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Cet. 3, (Yogjakarta: Sinar Grafika,
2005), hal.37.
12
Lihat Pasal 1313, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh
Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradya Paramita, 2009), Ps.1313.
13
Ibid., Ps.1548. Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
Negara, virtual office adalah sebuah lokasi usaha yang hanya ada di dunia maya,
menyediakan sebuah alamat kantor untuk disewakan yang memungkinkan untuk penyewa
menggunakan alamat Virtual Office tersebut sebagai alamat bisnis sehingga memiliki alamat
bisnis yang prestigious.14 Pelaksanaan virtual office memang sangat mudah dan efisien tetapi
dapat menimbulkan beberapa permasalahan, terdapat dua permasalahan mengenai dampak
penggunaan dari virtual office sebagai kantor. Pertama, permasalahan pertama yang dapat
timbul dari penggunaan virtual office adalah mengenai apakah pelaksanaan virtual office
yang didasarkan dengan sebuah perjanjian sewa-menyewa dapat digolongkan sebagai
perjanjian sewa-menyewa yang sah menurut hukum positif di Indonesia. Perjanjian sewamenyewa menurut hukum Indonesia dapat dikatakan sah apabila memenuhi ketentuan yang
tercantum di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan memenuhi
ketentuan Pasal 1548 KUH Perdata.Perjanjian virtual office memiliki permasalahan mengenai
“hal tertentu” karena didalam perjanjian sewa-menyewa objek perjanjian harus merupakan
“kenikmatan dari suatu barang”, barang merupakan pengertian sempit dari benda yaitu
sesuatu yang bersifat konkrit dan berwujud, sementara didalam perjanjian virtual office
dicantumkan bahwa telah terjadi penyewaan sebuah “alamat kantor”. Kedua, permasalahan
kedua yang dapat timbul adalah mengenai pertanggung jawaban penyedia virtual office atas
permasalahan yang timbul atas pengguna Virtual Office. Dalam penggunaan “alamat” virtual
office di Indonesia khususnya di PT.ABC sebagai studi kasus dalam skripsi ini tidak
melakukan pembatasan mengenai penggunaan alamat yang dijadikan objek perjanjian
tersebut. Hal tersebut dapat membuat pengguna virtual office bukan hanya menggunakan
alamat Virtual Office sebagai alamat yang berhubungan dengan korespodensi saja tetapi
untuk segala keperluan yang dikehendaki oleh pengguna Virtual Office. Tidak adanya
pembatasan tersebut dapat menimbulkan permasalahan apabila alamat Virtual Office tersebut
digunakan oleh pengguna Virtual Office sebagai alamat domisili didalam perjanjian yang
dibuat dengan pihak ketiga. Permasalahan akan muncul apabila dalam perjanjian tersebut
terjadi permasalahan hukum yang timbul akibat tindakan pengguna virtual office maka
apabila terjadi hal tersebut penyedia Virtual Office memiliki dan dapat dimintakan
pertanggung jawaban atau tidak.
Berdasarkan penjelasan diatas serta permasalahan yang dapat terjadi didalam pelaksanaan
virtual office maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis
14
Virtual Office Definition | Investopedia, htttp://www.investopedia.com/terms/v/virtualoffice.asp. diakses pada tanggal 20 Februari 2014.
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
Mengenai Perjanjian Sewa-Menyewa Virtual Office dan Dampak Penggunaan Alamat Virtual
Office sebagai Domisili Pada Perjanjian".
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan diatas, maka terdapat beberapa rumusan masalah yang
akan dipecahkan dalam skripsi ini, yakni:
1. Bagaimanakah keabsahan perjanjian sewa-menyewa Virtual Office PT.ABC ditinjau
dari hukum positif di Indonesia ?
2. Apakah alamat dapat dikatakan sebagai sebuah benda/properti sehingga dapat
dijadikan objek didalam perjanjian sewa-menyewa ?
3. Bagaimana pertanggungjawaban perusahaan penyedia Virtual Office (PT. ABC)
terhadap permasalahan hukum yang timbul oleh pengguna/penyewa Virtual Office
(PT.ABC) ?
Maka tujuan dari penulisan skripsi adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana
keabsahan perjanjian sewa-menyewa Virtual Office yang dilakukan oleh PT.ABC ditinjau
dari hukum positif di Indonesia dan mengetahui dan memahami bahwa alamat dapat dijadikan
sebagai sebuah objek didalam perjanjian sewa-menyewa Virtual Office atau tidak.
Pembahasan
Sistem hukum Eropa Kontinental disebut sebagai sistem hukum sipil (civil law).15 Sistem
civil law berarti mengembangkan cara berhukum berdasarkan pada supremasi peraturan (rule
based).16 Dalam sistem hukum civil law peraturan hukum yang telah dikodifikasikan berlaku
sebagai Undang-Undang dan merupakan pedoman penegakan hukum dalam Negara tersebut.
Salah satu penganut sistem hukum civil law adalah Indonesia, sistem hukum Indonesia
merupakan sistem hukum yang sama seperti sistem hukum yang ada di Negara Belanda hal
ini disebabkan karena sistem hukum yang dianut oleh Indonesia merupakan sistem hukum
Belanda, Indonesia menerapkan sistem hukum yang sama dengan sistem hukum di Belanda
melalui asas konkordasi.17 Dengan demikian, di Indonesia segala peraturan hukum Belanda
yang telah dikodifikasikan diberlakukan juga sebagai Undang-Undang dan menjadi pedoman
untuk penegakan hukum.18 Perjanjian atau kontrak dibuat untuk membuat kepastian hokum
15
16
185.
Satjipto Rahardjo [1], Ilmu Hukum, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal. 73-74.
Satjipto Rahardjo [2], Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia, (Jakarta:Kompas, 2008), hal.
17
Subekti [1], Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet. 26, (Jakarta: Intermasa, 1994), hal.11.
18
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, cet. 3, (Bandung:PT. Alumni,2006),
hal.16.
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
bagi para pihak yang memiliki kepentingan. Saat ini berkembang pelaksanaan virtual office di
Indonesia, praktek ini sebenarnya telah ada sebelumnya di berbagai Negara salah satu
penggagas konsep ini adalah Xerox di Waltham Negara bagian di Massachusets. Pelaksanaan
virtual office di Indonesia berbeda dengan pelaksanaan di berbagai Negara lainnya, di
Perancis perlaksanaan virtual office diberlakukan pengawasan yang sangat ketat bagi
pengguna virtual office terdapat badan pengawas yang berwenang memberikan persetujuan
kepada pihak yang ingin menggunakan virtual office. Alamat virtual office yang digunakan
didalam praktek di Perancis hanya terbatas pada alamat bisnis saja, penggunaan alamat
tersebut hanya mengenai koresprodensi, berbeda dengan perancis yang melakukan
pembatasan
serta pengawasan mengenai pelaksanaan virtual office
, Dubai melarang
penggunaan virtual office hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
perusahaan UAE (UAE Companies Law).19 Di Indonesia virtual office tidak memiliki
pengaturan tersendiri dan konsep pelaksanaannya berbeda, tidak jarang penyedia virtual office
di Indonesia menyediakan paket virtual office yang hanya terdiri dari penyewaan “alamat
kantor” dan tidak ada pembatasan tentang penggunaan alamat kantor yang disewakan
tersebut. Perjanjian sewa-menyewa yang diatur didalam Pasal 1548 KUH Perdata
menjelaskan bahwa suatu hal tertentu didalam perjanjian sewa-menyewa harus merupakan
suatu “kenikmatan dari suatu barang”. Barang memiliki pengertian yang lebih sempit
dibanding benda di dalam hukum perdata di Indonesia, barang mempunyai pengertian lebih
sempit daripada benda, barang merupakan suatu yang berwujud tidak bersifat abstrak seperti
benda.Jadi objek perjanjian sewa-menyewa diharuskan barang hal ini ditegaskan juga oleh
arrest Hoge Raad tanggal 27 Mei 1910 dimana mengatakan bahwa perjanjian sewa-menyewa
harus memiliki objek perjanjian yaitu benda.20 Sehingga untuk dapat dikatakan sah sebagai
perjanjian sewa-menyewa menurut hukum perdata Indonesia harus diliat dahulu apakah
perjanjian ini telah mememnuhi ketentuan umum mengenai syarat sah suatu perjanjian di
dalam Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 1548 KUH Perdata mengenai perjanjian sewamenyewa, untuk dapat memenuhi syarat sah perjanjian menurut Pasal 1320, untuk syrarat
yang menjadi permasalahan adalah syarat mengenai “suatu hal tertentu”. Suatu hal tertentu
19 “Virtual Office are Illegal : Says DED”, http://www.emirates247.com/news/virtual-offices-areillegal-says-ded-2011-04-10-1.379074, diakses pada tanggal 20 Juni 2014.
20 Dalam pengaturan di dalam Nieuw Burgelijk Wetboek Belanda pengertian mengenai benda lebih
sempit dibandingkan dengan barang, sehingga benda dipersamakan dengan barang didalam hukum perdata
Indonesia, Ny. Frieda Husni Hasbulah, SH., MH, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang Memberi
Kenikmatan (Jilid I), ( Jakarta: Ind – Hill- Co, 2002), hal.19.
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
dirumuskan didalam Pasal 1320 Angka (3) kUH Perdata dan diperjelas didalam Pasal 1333 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai pokok berupa suatu barang yang sekurang-­‐kurangnya ditentukan jenisnya. Jumlah barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung serta hanya barang-­‐barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat dijadikan pokok-­‐
pokok perjanjian.21 Dalam kedua Pasal tersebut menjelaskan bahwa suatu hal tertentu/ pokok perjanjian adalah “barang” , barang diartikan sebagai suatu yang lebih sempit dibandingkan dengan benda karena bersifat lebih konkrit dan berwujud.22 Pasal 1320 KUH Perdata merupakan peraturan yang umum mengenai perjanjian, apabila Pasal 1332 dan Pasal 1333 KUH Perdata diartikan menjadi barang yang sempit maka perjanjian-­‐perjanjian yang menggunakan objek perjanjian benda tidak berwujud tidak akan dapat memenuhi unsur syarat sah perjanjian mengenai suatu hal tertentu. Menurut Salim yang menjadi objek dalam perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian), prestasi adalah perbuatan positif dan negatif yang terdiri dari: memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata).23Sri Soedewi menambahkan bahwa benda memiliki arti yang sangat luas, karena benda juga meliputi: Perbuatan hukum, kepentingan dan kenyataan hukum.24 Jadi pengertian barang didalam penjelasan mengenai suatu hal tertentu dapat diartikan secara luas atau dipersamakan dengan benda. Perjanjian yang dijadikan pembahasan didalam skripsi ini adalah perjanjian sewa-­‐menyewa virtual office maka selain memenuhi syarat sah perjanjian di dalam Pasal 1320 KUH Perdata maka perjanjian sewa-­‐menyewa virtual office harus memenuhi juga ketentuan-­‐ketentuan mengenai sewa-­‐menyewa yang diatur didalam Pasal 1548-­‐ Pasal 1600 KUH Perdata. Dengan begitu untuk dapat dikatakan sebagai perjanjian sewa-­‐menyewa yang memenuhi ketentuan KUH Perdata objek perjanjian sewa-­‐menyewa harus jelas dan merupakan suatu barang ( berwujud). Objek perjanjian didalam perjanjian sewa-­‐menyewa virtual office PT.ABC adalah sebuah “alamat kantor” dengan begitu untuk dapat dikatakan sebagai perjanjian yang sah maka harus memenuhi unsur-­‐unsur yang telah ditentukan didalam Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 1548 KUH Perdata, bila dikaikan dengan studi kasus didalam skripsi ini maka 21
22
23
24
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek],Op.Cit., Ps.1332.
Frieda Husni Hasbullah.,Op.Cit.,hal.20.
Salim H.S.,Op.Cit.,hal.166.
Sri Soedewi,Op.Cit.,hal.15.
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
untuk dapat menentukan hal tersebut maka harus terlebih dahulu mendefinisikan serta menggolongkan “alamat kantor” merupakan barang atau benda.apabila diliat dari definisi
barang maka “alamat kantor” bukan merupakan sebuah barang kareana tidak berwujud, untuk
dapat mengatakan suatu perjanjian sah atau tidak maka harus juga melihat ketentuan di Pasal
1320 KUH Perdata. Alamat kantor memang bukan merupakan barang hal ini dapat dilihat dari
pengertian barang yaitu segala hal yang berwujud, tetapi alamat kantor dapat
dikategorisasikan sebagai benda. Terdapat persamaan yang mendasar antara alamat kantor
dan nama domain. Nama domain memiliki pengertian sebagai suatu kata, frasa atau
serangkaian huruf alfabetik yang merupakan perkembangan dari alamat IP ( internet protocol)
dari suatu computer atau jaringan computer yang akrab dengan manusia dan mudah diingat.
Alamat IP adalah angka-angka yang mengidentifikasikan suatu host computer sedemikian
rupa sehingga paket-paket informasi sampai kepada computer yang dituju.25 Jka dilihat dari
pengertian dan tujuannya maka alamat kantor dengan nama domain memiliki kesamaan.
Untuk dapat mengatakan suatu hal dapat dikategorikan sebagai benda maka harus memnuhi
kedua unsur yaitu memiliki nilai ekonomi dan dikuasain oleh manusia. Nama domain dan
alamat dapat dilakukan penguasaan atasnya, jika domain dapat dilakukan penguasaan dengan
mendaftarkan nama domain tersebut kepada registrar kalau di Indonesia didaftarkan kepada
pengelola nama domain Indonesia (PANDI) 26 untuk digunakan sebagai alamat web,
sedangkan alamat dapat digunakan dengan bebas ketika seseorang sudah memiliki hak
eigendom atau hak perserorangan atas suatu bangunan, rumah dan kantor. Adanya nilai
ekonomis saat ini nama domain merupakan asset yang sangat berharga, bahkan dari aspek
tertentu nama domain dianggap lebih berharga dibandingkan dengan merek.27Nama domain
bukan saja dapat mengidentifikasi tidak hanya sumber barang, jasa, bisnis atau informasi
tetapi dapat juga mengidentifikasi lokasi virtual dari sumber tersebut.28 Nilai ekonomis dari
nama domain setiap minggu semakin bertambah semakin banyak orang yang merasakan nilai
ekonomis dari nama domain, tiap minggunya rata-rata pada tahun 2009 meningkat tiap
minggunya sebanyak 600.000 nama domain. 29 Alamat dahulu tidak dipandang sebagai
sesuatu yang bernilai ekonomis, tetapi saat ini alamat-alamat konvensional dari suatu rumah
atau gedung terutama yang terletak di kawasan stategis menjadi penawaran yang menarik bagi
para pengusaha yang ingin memililki alamat kantor yang bonafide tetapi tidka memiliki
25
Robinson, Sinaga,Op.Cit.,hal.15.
Robinson, Sinaga,Op.Cit.,hal.40. 27
Ibid.,hal.24.
28
Ibid.
29
Ibid.,hal.23.
26
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
cukup dan untuk menyewa atau membeli kantor dikawasan strategis. Hal ini ditegaskan oleh
Pitlo, beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan zaak itu ditentukan oleh kebutuhankebutuhan masyarakat. 30 Pengertian zaak dibelanda dapat diartikan sebagai barang bila
dihukum perdata, barang adalah suatu yang bersifat konkrit atau dapat diraba, pitlo membuat
rumusan yang luas mengenai definisi barang, maka dapat disimpulkan bahwa goed dalam
rumusan hukum perdata Belanda yang dapat dipersamakan dengan benda didalam hukum
perdata Indonesia memiliki arti yang lebih luas lagi. Dengan kedua unsur adanya penguasaan
dan nilai ekonomi atas nama domain dan alamat dapat dilakukan suatu perbuatan hukum.
Perjanjian adalah salah satu bentuk dari perbuatan hukum karena atasnya menimbulkan hak
dan kewajiban hukum, perjanjian berfungsi untuk menjamin adanya kepastian hukum serta
memiliki fungsi ekonomis juga yaitu untuk menggerakkan sumber daya dari nilai penggunaan
yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi. Alamat dan Nama domain sudah banyak
menjadi objek perjanjian, didalam penggunaan alamat website, dan didalam penggunaan
virtual office bagi alamat konvensional.
Pelaksanaan virtual office melibakan beberapa pihak yaitu, pihak penyedia virtual office dan
pengguna virtual office sehingga pihak- pihak yang terikat dengan perjanjian sewa-menyewa
virtusl office adalah pengguna dan penyedia virtual office tetapi dalam pelaksanaannya karena
penggunaan “alamat kantor” sebagai objek perjanjian tidak diberikan pembatasan
penggunaannya maka pihak pengguna dapat melakukan semua hal menggunakan alamat
kantor yang merupakan objek dari suatu perjanjian virtual office. Salah satu contohnya adalah
dengan menggunakan alamat kantor virtual office sebagai domisili di berbagai perjanjian
yang dibuat oleh pihak pengguna, pemasalahan timbul saat terjadi permasalahan hokum atas
perjanjain –perjanjian yang mencantumkan domisili ‘alamat kantor” virtual office milik
pengguna virtual office dengan pihak ketiga. Dalam hal terjadi permasalahan hokum yang
ditimbulkan oleh pengguna virtual office sebagai dampak digunakannya alamat kantor virtual
office menjadi domisili didalam perjanjian, pihak penyedia virtual office memiliki
pertanggungjawaban secara perdata atau tidak atas hal tersebut.
Pertanggung jawaban perdata terbagi atas 2 macam yaitu, pertanggungjawaban perbuatan
melawan hukum dan pertanggungjawaban kontraktual. 31
30
Sri Soedewi,Op.Cit.,hal.18. Agustina,dkk, Hukum Perikatan (Law of Obligation), cet.1,(Denpasar: Pustaka Larasan;
Jakarta: Universitas Indonesia; Universitas Leiden, Universitas Groningen,2012), hal.4. 31 Rosa
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
Tanggung jawab kontraktual didasarkan adanya hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual
adalah hubungan hukum yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, yaitu
menimbulkan hak dan kewajiban terhadap para pihak dalam perjanjian. Apabila salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajibannya dan karenanya menimbulkan kerugian bagi pihak
lain, pihak yang dirugikan tersebut dapat menggugat dengan dalil wanprestasi.
Pertanggungjawaban Perbuatan Melawan Hukum adalah pertanggungjawaban diluar
hubungan kontraktual dimana untuk dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban perbuatan
melawan hukum maka harus memenuhi unsur-unsur PMH yang berda didalam Pasal 1365
KUH Perdata. Unsur-unsur yang terdapat di dalam pasal 1365 KUH Perdata adalah adanya
unsur perbuatan dimana perbuatan tersebut harus melawan hukum, adanya unsur kesalahan,
adanya unsur kerugian, adanya hubungan kausal antara perbuaatan dan akibat dari perbuatan
secara langsung.
Menurut penulis, perjanjian sewa-menyewa virtual office bukan merupakan perjanjian yang
sewa-menyewa yang memenuhi unsur esensalia dari suatu perjanjian sewa-menyewa yang
diatur didalam KUH Perdata, tetapi dengan tidak memenuhi unsur esensialia dari suatu
perjanjian sewa-menyewa bukan berarti perjanjian ini batal demi hukum, hal tersebut dapat
dianalisis bukan hanya menggunakan Pasal 1548 saja tetapi menggunakan Pasal 1320 KUH
Perdata, jika dianalisis menggunakan Pasal 1320 KUH Perdata maka perjanjian PT .ABC
memenuhi seluruh ketentuan dari Pasal 1320 ini karena alamat kantor merupakan benda maka
perjanjian virtual office yang memiliki objek perjanjian hanya sebuah “alamat kantor” tetap
dapat dikatakan perjanjian yang sah tetapi dikategorisasikan sebagai perjanjian inominaat.
Perjanjian inominaat adalah perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang didalam
masyarakat. Jenis perjanjian ini belum dikenal didalam KUH Perdata, yang termasuk jenis
perjanjian inominaat adalah leasing, beli-sewa, franchise, kontrak rahim, joint venture,
kontrak karya, keagenan, production sharing, nominee agreement, dan lainnya. Konsekuensi
dari digolongkan sebagai perjanjian inominaat adalah ketentuan-ketentuan mengenai
perjanjian sewa-menyewa yang diatur didalam Pasal 1548 – Pasal 1600 kuh perdata tidak
dapat dberlakukan ke dalam perjanjian PT.ABC , ketentuan – ketentuan umum mengenai
perjanjian yang dapat diberlakukan terhadap perjanjian PT .ABC.
Hubungan yang terjadi antara pihak pengguna virtual office dengan pihak ketiga adalah
hubungan kontraktual dan menurut Pasal 1340 Ayat (1) KUH Perdata dimana dijelaskan
bahwa:
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
“Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Persetujuan tidak dapat
merugikan pihak ketiga; persetujuan tidak dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga
selain dalam hal yang ditentukan dalam pasal 1317.”
Sesuai dengan ketentuan Pasal diatas maka hubungan kontraktual hanya terjadi antara para
pihak yang turut serta didalam suatu perjanjiannya, hal tersebut dapat diartikan bahwa pihak
lain diluar perjanjian tidak dapat menerima keuntungan ataupun turut bertanggungjawab atas
permasalahan-permasalahan hukum yang timbul akibat dari dilaksanakannya suatu perjanjain,
maka apabila pihak pengguna virtual office menimbulkan permasalahan hukum yang
ditimbulkan atas suatu perjanjian yang dibuat dengan pihak ketiga meskipun alamat yang
terdapat di dalam perjanjian (domisili) tersebut merupakan alamat penyedia virtual office ,
pihak penyedia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban perdata atas suatu permasalahan
hukum yang ditimbulkan antara hubungan kontraktual pihak pengguna dengan pihak ketiga.
Dalam hal pertanggungjawaban PMH ,maka tidak ada batasan mengenai pertanggungjawaban
PMH ini pihak ketiga yang merasa dirugikan atas adanya penyewaan alamat kantor ( yang
dijadikan sebagai domisili oleh pengguna virtual office) sehingga membuat pihak ketiga yang
terikat oleh perjanjian merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan PMH kepada penyedia
virtual office asalkan dapat membuktikan bahwa tindakan yang dilakukan penyedia virtual
ffice ( PT ABC ) memenuhi ke-4 unsur-unsur suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai PMH.
Kesimpulan
1. Alamat kantor (konvensional) dapat dikategorisasikan sebagai benda/property. Alamat
konvensional dapat dipersamakan dengan nama domain dimana keduanya memiliki
kemiripan yaitu tidak berwujud, merupakan suatu identitas atau penunjuk suatu lokasi.
2. Perjanjian sewa-menyewa alamat virtual office PT.ABC tidak dapat dianggap sebagai
perjanjian sewa-menyewa yang diatur didalam KUH Perdata yang pengertiannya
dirumuskan pada Pasal 1548 kUH Perdata, sebab perjanjian sewa-menyewa alamat
virtual office PT.ABC tidak memenuhi unsur esensialia dari perjanjian. Meskipun
tidak dapat dikatakan sebagai perjanjian sewa-menyewa yang diatur dialam KUH
Perdata, berdasarkan Pasal 1338 jo Pasal 1337 KUH Perdata KUH Perdata menganut
sistem buku terbuka dimana setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian dengan
isi yang disepakati oleh kedua belah pihak asalkan tidak bertentangan dengan UndangUndang, kesusilaan dan ketertiban umum, sehingga perjanjian ini tidak dapat dianggap
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
“batal demi hukum” maka perjanjian ini dapat dikategorisasikan sebagai perjanjian
inominaat. Perjanjian inominaat yang dapat digunakan sebagai konsep dalam
perjanjian virtual office di Indonesia adalah perjanjian jasa.
3. Terkait pertanggungjawaban hukum atas permasalahan hukum yang timbul oleh
pengguna virtual office terhadap pihak ketiga, untuk permasalahan yang timbul dari
adanya hubungan kontraktual maka pihak penyedia virtual office yaitu PT.ABC tidak
memiliki tanggungjawab hukum, karena disetiap perjanjian hanya pihak-pihak yang
mebuat perjanjian saja yang terikat oleh seluruh ketentuan yang berada didalam suatu
perjanjian ( Pasal 1340 KUH Perdata jo Pasal 1315 KUH Perdata). Mengenai
permasalahan pertanggungjawaban diluar hubungan kontraktual, dimungkinkan untuk
pihak ketiga melakukan gugatan perbuatan melawan hukum kepada pihak penyedia
virtual office PT.ABC dengan ketentuan harus dapat membuktikan telah
terpenuhinnya semua unsur-unsur dalam Perbuatan Melawan Hukum ( PMH).
Saran
1. Untuk menjamin kepastian hukum dan tentunya menjamin perlindungan pada
masyarakat luas sebaiknya di Indonesia dibuat pengaturan mengenai pelaksanaan
Virtual Office, Indonesia dapat melihat diberbagai Negara mengenai pengaturan yang
Negara lain lakukan. Pelaksanaan virtual office tidak perlu dilarang seperti yang
dilakukan di Negara Dubai, Indonesia dapat menerapkan atau mengembangkan
pengaturan yang dilakukan oleh Negara Perancis mengenai pelaksanaan virtual office.
Perancis melakukan pembatasan didalam penggunaan alamat virtual office,
Pemerintah Perancis hanya memperbolehkan penggunaan alamat virtual office sebatas
menjadi sebuah “alamat bisnis” yang akan dipergunakan hanya terbatas untuk
dijadikan alamat administratif. Alamat administratif yaitu alamat yang dipergunakan
untuk
kepentingan
administrasi
mengenai
dokumen-dokumen
hukum
(legal
documents) ataupun dokumen perpajakan serta alamat virtual office di Perancis hanya
diperkenankan untuk dipergunakan sebagai alamat kantor cabang atau kantor
perwakilan. Dalam penggunaan virtual office sebagai alamat administratif kantor,
pengguna virtual office di Perancis harus mendapatkan persetujuan dari French
Administration. Persetujuan dari French Administration diperoleh dengan cara
melaporkan perjanjian antara penyedia virtual office dengan pengguna virtual office,
setelah mendapatkan persetujuan dari pihak pemerintah (French Administration) maka
perjanjian penggunaan virtual office antara penyedia dengan pengguna akan menjadi
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
sah dan efektif mengikat secara hukum.Jika, Indonesia menerapkan serta
mengembangkan pengaturan mengenai virtual office yang diterapkan di Perancis,
maka tidak akan ada lagi penyimpangan-penyimpangan dalam penggunaan alamat
virtual office di Indonesia, seperti penipuan dengan menggunakan alamat virtual
office, pendirian kantor pusat PT dengan menggunakan virtual office.
Daftar Referensi
Buku
Badrulzaman, Mariam Darus,. et.al.. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2001.
Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis, cet.1. Bandung: Alumni, 1994.
_______________________. KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan.
Bandung: Alumni, 1993.
Departemen Keuangan. Hukum Kontrak Konstruksi Dan Non Konstruksi. Jakarta: KPDK.
Eddy, Richard. Aspek Legal Properti. Teori. Contoh. dan Aplikasi. Jakarta: CV Andi Offset,
2010.
Erawati, Elly dan Herlien Budiono. Penjelasan Hukum Tentang Pembatalan Perjanjian.
Jakarta: NLRP, 2010.
Fuady, Munir. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis). Bandung: PT Citra
Aditya Bakti: 2001.
Harahap, M. Yahya. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Penerbit Alumni, 1986.
________________. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta. Sinar Grafika, 2009.
Khairandy, Ridwan. Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak. Jakarta: UI Press, 2003.
Mamudji, Sri, dkk.. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, cet.1. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
McLeod Raymond, Sistem Informasi Manajemen,edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2, Prentice
Hall, 2001.
Meliala, A. Qirom Syamsudin. Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya,
cet.1. Jogyakarta: Liberty, 1985.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perikatan. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1992.
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, cet.1. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Prodjodikoro, Wirjono. Azas-Azas Hukum Perjanjian, cet. 8. CV.Mandar Maju, 2000.
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
__________________. Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, cet. 9.
Bandung: Sumur Bandung,1991.
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991.
______________. Manusia Komunikasi. Komunikasi Manusia. Jakarta: Kompas, 2008.
Satrio, J. Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), cet.1. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1992.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Yogyakarta: SNATI, 2005.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Peranan dan Pengunaan Kepustakaan di Dalam
Penelitian Hukum. Jakarta: 1979.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.
Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 2008.
_______. Pokok-Pokok Hukum Perdata. cet, 26. Jakarta: Intermasa, 1994.
_______. Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1988.
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Liberty,
2002.
Suryodiningrat, R.M. Asas-Asas Hukum Perikatan, cet. 1. Bandung: Tarsito, 1982.
_________________. Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian. Bandung: Tarsito, 1991.
Warmelo, P. Van. An Introduction to the Principles of Roman Law. Cape Town: Juta& Co
Ltd, 1976.
Disertasi
Sinaga, Robinson. “Pengaturan nama domain internet di Indonesia : studi tentang sengketa
antara pemilik nama domain internet dan pihak lain di Indonesia”. Disertasi Fakultas
Hukum Universitas Indonesia Tahun 2010.
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia. Undang-Undang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. diterjemahkan oleh Subekti dan
R. Tjitrosudibio. Jakarta: Pradya Paramita, 2009.
Internet
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
BNET Business Directory, http://dictionary.bnet.com/definition/virtual+office.html
Tinjauan yuridis..., Mira Aranti Ciptadi, FH UI, 2014
Download