12 BAB II MODEL BISNIS 2.1 Analisis Pasar Potensi konsumsi produk plastik di Indonesia masih cukup besar dan ini merupakan peluang bagi para produsen plastik. Permintaan plastik ini utamanya didorong oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman dan FMCG (fast moving consumer good) sebesar 60%. Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, saat ini struktur industri plastik nasional cukup lengkap dari hulu ke hilir. Namun dia mengakui, masih ada tantangan yang dihadapi dalam pengembangan industri tersebut. Terbataskan kapasitas produksi akibat sebagian besar bahan bakunya seperti polipropilen dan polictilena yang masih diimpor, kurangnya kapasitas oil refinery yang menghasilkan bahan baku naphta dan kondensat untuk bahan baku industri petrokimia hulu. Maka dari itu, menurutnya, pemerintah akan mendorong pengembangan industri oil refinery agar terintergrasi dengan industri perrokimia dengan memberikan insentif seperti tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk untuk barang modal dan mendorong pengembangan SDM. Disisi lain potensi pasar yang sangat prospektif baik didalam maupun luar negeri, karena untuk perabot rumah tangga, ini juga banyak digunakan untuk kemasan barang-barang kebutuhan konsumen. Saat ini sendiri, ada sekitar 892 industri kemasan plastik yang menghasilkan rigid packaging, flexible packaging thermoforming dan extrusion yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia (Kemenperin.go.id, 2014). Dengan 12 13 meningkatnya industri makanan dan minuman yang masih menggunakan bahan baku plastik, maka dapat dipastikan sumber plastik yang didapat akan sangat berlimpah untuk didaur ulang. Berikut adalah data sampah dari setiap jenis yang ada di Indonesia pada tahun 2013: Table 2.1: Tingkat sampah yang ada di Indonesia Jenis Sampah Jumlah (Juta Ton/Tahun) Persentase (%) Sampah Dapur 22,4 58% Sampah Plastik 5,4 14% Sampah Kertas 3,6 9% Sampah Lainnya 2,3 6% Sampah Kayu 1,4 4% Sampah Kaca 0,7 2% Sampah Karet/Kulit 0,7 2% Sampah Kain 0,7 2% Sampah Metal 0,7 2% Sampah Pasir 0,5 1% Total 38,5 100% (Sumber: Kemenperin.go.id) Kementrian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan industri plastik hilir karena memiliki potensi pasar yang bagus baik didalam maupun luar negeri. Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, potensi konsumsi produk plastik di Indonesia masih cukup besar (Kemenperin.go.id, 2014). Industri plastik di Indonesia dapat dikatakan berjalan dengan sangat baik, dikarenakan peningkatan konsumsi dari segala macam produk baik makanan dan minuman. Pada tahun 2011, pasar plastik lokal meningkat sebesar 22,47% meskipun di tahun 2012, mengalami peningkatan yang tidak signifikan sebesar 7,75%. 14 Konsumsi per kapita di Indonesia dari barang-barang plastik di Indonesia masih rendah jika dibanding dengan Negara lain seperti Malaysia dan Thailand, konsumsi plastik di Indonesia hanya 10 kg per tahun, dibandingkan 45 kg di Malaysia dan 56 kg di Thailand. Pada tahun 2010, permintaan untuk produk olefin dan aromatik mencapai 2,9 juta MET dengan produsen lokal memasok 1,2 juta MET. Permintaan polypropylene khususnya, telah secara signifikan meningkat dari 750.000 pada tahun 2010 menjadi lebih dari MET 850.000 pada tahun 2011. Namun hanya dua pemain lokal yang memiliki kapasitas produksi dalam skala yang dibutuhkan oleh industri plastik dalam negeri yaitu; Chandra Asri dan Pertamina dengan output tahunan gabungan sebesar 520.000 MET. Berikut merupakan produk daur ulang berdasarkan hasil sampah plastik yang ada dimasyarakat: Table 2.2: Jenis Sampah Plastik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jenis Sampah Plastik Acrylic As Sen Chip Tali Duragon HD Ember HD Blowing HD Hitam HD Tikar HD Butek PVC Selang PVC Botol PVC Blue Band PP Kardus PP Ember Cat PP Tali Sumber Plastik Pulpen, sen kendaraan Tempat Kosmetik, sikat gigi Springbed Roda Kaset, tempat pita kaset Ember, krat minuman, gayung, ember cat Botol sampo, botol oli, drum plastik Ember hitam Tikar Plastik Saringan, ember Selang Botol Baygon, soklin Blue Band Kardus Lembaran PP Ember cat Strapping band Produk Daur Ulang Toples, tatakan/tutup gelas Nampan, korek gas, toples Rambut Boneka Roda Kaset Centong, tempat sabun, piring Celengan, botol plastik Ember, roda mobil mainan Ember, piring, rolan kabel Corong, tempat sayuran, tempat sambel Sandal, sepatu boot Celengan, botol Botol, celengan, toples Ember, gayung, piring Thermos, gayung Cangkir, gelas, tali rafia, gayung (Sumber: Maynarulita.blogspot.com) 15 Berdasarkan analisis PESTLE (politic, economy, social, technology, legal and environment), dari segi politik Indonesia baru saja melakukan pemilihan umum presiden. Diharapkan dengan terpilihnya presiden baru, segala aspek ekonomi, sosial, teknologi, legal dan environment dapat berkembang lebih baik lagi. Karena sewaktu pemilihan presiden dapat diketahui bahwa salah satu calon presiden merupakan faktor peningkatan IHSG (indeks harga saham gabungan), sehingga dengan terpilihnya presiden tersebut maka dipandang oleh para pelaku investor sebagai sosok pemimpin yang akan mendukung para pelaku industri tanah air. Kondisi ekonomi terakhir di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, berdasarkan data bank dunia dan lembaga lainnya, kelas menengah atas di Indonesia sudah mencapai angka 60%, tetapi kelas menengah itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok yang 2-4 dolar perhari, 4-10 dolar perhari dan 10-20 dolar perhari. Dengan meningkatnya kelas menengah atas yang semakin bertambah, maka daya beli pastinya juga akan meningkat sehingga akan berdampak positif pada pelaku bisnis. Sedangkan untuk kesejahteraan masyarakat menengah kebawah, kebijakan UMR (upah minimum regional), belum lama ini pemerintah baru saja menaikan UMR didaerah Jakarta sekitar 2,4 juta. Walaupun penting untuk menilai dan mengkaji seberapa besar UMR tiap daerah, disisi lain pemerintah juga tidak boleh lengah dalam memutuskan berapa besaran angka. Karena jika terlalu besar, para pelaku usaha pasti akan kesulitan dalam pembayaran gaji pegawai dan pada akhirnya malah menyebabkan PHK (pemutusan hak kerja) secara massal. Karena itu pemerintah harus berhati-hati dalam menghitung besaran gaji pegawai, sehingga masalah kesenjangan sosial tidak semakin renggang. Sedangkan untuk masalah penting 16 terhadap industri tanah air adalah birokrasi, Indonesia masih harus bercermin dari negara sekitar, karena bukan rahasia umum lagi bahwa birokrasi di Indonesia sangat sulit. Seperti contoh keadaan sekarang yang ini sedang terjadi kepada produsen ponsel Tiongkok Xiaomi yang sedang melakukan ekspansi ke Indonesia dan Brazil terganjal proses sertifikasi yang diangap berbelit-belit. VP (vice president) untuk Operasional Global Xiaomi Hugo Barra menyebutkan bahwa di Indonesia dan Brasil, proses sertifikasi dapat mencapai enam bulan untuk memenuhi standar lokal dan memperoleh sertifikasi untuk menjual produk. Meski demikian, ponsel Android Xiaomi tetap ditargetkan mulai dijual ke pasar Indonesia pada akhir Agustus mendatang, tidak disebutkan secara khusus permasalahan apa yang mendasari kesulitan proses sertifikasi yang dialami oleh Xiaomi. Sebelumnya, Motorola mengalami permasalahan yang sama dengan peluncuran Moto G-nya yang tertunda hingga empat bulan. Proses sertifikasi sendiri tampaknya terlalu bermasalah bagi vendor smartphone populer yang sudah lama malang melintang di tanah air, seperti Samsung, Nokia, LG, ataupun BlackBerry. Proses sertifikasi telepon seluler di Indonesia dikelola oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika – Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain perihal sertifikasi, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan sendiri sebelumnya juga telah menggulirkan wacana pemberlakuan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk smartphone dengan tujuan pembatasan impor, meskipun belum ada kelanjutannya hingga sekarang (tekno.kompas.com, 2014). Selain membahas PESTLE, ada pula dimunculkannya wacana terkait peraturan pemerintah akan sistem pengelolaan sampah terpadu atau dapat disebut 17 silarsatu, maka dapat dipastikan sumber-sumber bahan baku akan semakin bertambah karena sistem pengelolaan sampah terpadu ini memiliki fungsi bahwa setiap daerah akan melakukan pengelolaan sampahnya secara masing-masing, dimana pengelola sampah daerah tersebut akan mengumpulkan sampah daerah sekitar kemudian akan diangkut ketempat pengelolaan sampah terpadu. Tempat pengelolahan sampah terpadu memiliki fungsi untuk melakukan pemisahan, pencucian/pembersihan, pengemasan dan produk daur ulang sampah. 2.2 Business Model Suatu model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan memberikan dan menangkap nilai-nilai, baik itu ekonomi, sosial, ataupun bentu-bentuk nilai lainnya. Istilah model bisnis, dipakai untuk ruang lingkup luas dalam konteks formal dan informal untuk menunjukkan aspek inti suatu bisnis, termasuk mencakup maksud dan tujuan, apa yang ditawarkan, strategi, infrastruktur, struktur organisasi, praktik-praktik niaga, serta kebijakan-kebijakan dan proses-proses operasional. Intinya sebuah model bisnis menjelaskan alasan tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai dari bisnis model itu sendiri. (Osterwalder & Pigneur, 2010) Pada dasarnya yang dimaksud dengan Model Bisnis (Business Model) adalah bagaimana sebuah organisasi menciptakan, menawarkan dan menangkap nilai (value). Terdapat 9 block yang meliputi, yaitu: 1. Customer segments: Customer Segments menggambarkan 18 sekelompok orang atau organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Pelanggan adalah inti dari semua model bisnis, tanpa pelanggan tidak ada perusahaan yang mampu bertahan lama. Suatu organisasi harus memutuskan segmen mana yang akan dilayani dan mana yang diabaikan. Kemudian barulah organisasi tersebut dapat merancang model bisnis dengan hati-hati dan dengan pemahaman yang tepat mengenai kebutuhan spesifik pelanggan. Beberapa contoh jenis segmen yang berbeda yaitu: a) Mass market Model bisnis yang berfokus pada pasar masa tidak membedakan antara segmen-segmen pelanggan yang berbeda. Proposisi Nilai, Saluran Distribusi, dan Hubungan Pelanggan berfokus pada satu kelompok besar pelanggan dengan kebutuhan dan masalah yang sebagian besar adalah sama, Model bisnis jenis ini sering kali ditemukan dalam sektor produk konsumen elektronik. b) Niche market Model bisnis yang memiliki target melayani pasar ceruk menyasar segmen pelanggan yang spesifik dan terspesialisasi. Value proposition, saluran Distribusi, dan Hubungan Pelanggan dibuat khusus untuk kebutuhan spesifik pasar ceruk. Model bisnis semacam ini banyak 19 ditemukan dalam hubungan pemasok-penjual. Contohnya, banyak pabrikan suku cadang mobil yang bergantung pada pembelian yang dilakukan pabrikan kendaraan besar. c) Segmented Beberapa model bisnis membedakan segmen pasar dari kebutuhan dan masalahnya masing-masing. Misalnya kekuatan ritel sebuah bank, mereka dapat membedakan antara kelompok pelanggan besar yang memiliki aset menengah dengan kelompok klien makmur yang memiliki aset dengan nilai besar. Kedua kelompok ini memiliki kebutuhan dan masalah yang serupa tetapi bervariasi. d) Diversified Organisasi dengan model bisnis pelanggan terdiversifikasi melayani dua Segmen Pelanggan yang tidak terkait satu sama lain dengan kebutuhan dan masalah yang sangat berbeda. Misalnya Amazon.com, seperti mereka telah yang dilakukan memutuskan oleh untuk mendiversifikasikan bisnis ritelnya dengan menjual layanan cloud, sebuah ruang penyimpanan online dan penggunaan server sesuai permintaan. Dengan demikian Amazon.com mulai melayani Segmen Pelanggan yang benar-benar berbeda, yaitu perusahaan berbasis web, dengan Value 20 proposition yang sangat berbeda. e) Multi-sided platforms Beberapa organisasi melayani dua atau lebih Segmen Pelanggan yang saling bergantung. Sebuah perusahaan kartu kredit, misalnya, memerlukan banyak pemegang kartu kredit dan pedagang yang bersedia menerima pembelian dengan kartu kredit tersebut. Demikian juga sebuah perusahaan yang menawarkan surat kabar gratis memerlukan banyak pembaca untuk menarik pemasang iklan. Di sisi lain, perusahaan tersebut juga memerlukan pemasang iklan untuk mendanai produksi dan distribusinya. Kedua segmen tersebut dibutuhkan untuk memutar jalannya model bisnis. Tidak hanya itu, customer segment juga membahas mengenai consumer behavior dan customer profile. Hal ini membantu dalam menentukan customer target pada business model creation. a) Consumer Behavior Consumer behavior atau perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas pencarian, ketika pemilihan, seseorang berhubungan pembelian, penggunaan, dengan serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. 21 Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Konsumen dari segi wujudnya dibagi menjadi dua yaitu: Personal Consumer yaitu konsumen yang membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri. Organizational Consumer yaitu konsumen yang membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut. b) Customer profile Sebuah profil konsumen adalah cara untuk menggambarkan kategori konsumen sehingga mereka dapat dikelompokkan untuk pemasaran dan tujuan periklanan. Telah terbukti lebih menguntungkan untuk menargetkan iklan ke segmen pasar tertentu. Sebagai cara singkat-tangan berbicara tentang konsumen, segmen pasar yang sering diwakili oleh profil konsumen. Pemasaran, penjualan, penelitian dan 22 pengembangan, departemen produksi memerlukan informasi ini. 2. Value Proposition: Value proposition dalam organisasi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan Bisnis proses perusahaan, yang memiliki peranan sangat penting bagi keseluruhan proses bisnis. Kesebelas Value Proposition tersebut adalah: Newness (kebaruan), Performance (penyelesaian (kinerja), Customization, pekerjaan), Design Getting the (desain), job done Brand/Status (merek/status), Price (harga), Cost Reduction (pengurangan biaya), Risk Reduction (pengurangan resiko), Accessibility (akses), dan convenience/usability (kenyamanan / kemudahan penggunaan) (Osterwalder & Pigneur, 2010). a) Newness, Dimana perusahaan pertama kali memberikan nilai ini. Nilai yang sebelumnya tidak pernah ditawarkan oleh perusahaan manapun. b) Performance, Untuk dapat menciptakan nilai ini maka perusahaan harus dituntut untuk melakukan peningkatan kinerja produk sehingga kinerja produk tersebut dapat meningkat. c) Customization, dimana perusahaan menciptakan suatu produk sesuai dengan kebutuhan individual pelangganan. d) Getting the job done, Perusahaan hanya dapat menciptakan 23 nilai tersebut dengan membantu pelanggan melakukan pekerjaan tertentu seperti jasa advertising agency. e) Design, Suatu produk dimana jasa design memegang peranan kesuksesan di pasar. Dimana rancangan design sesuai dengan kebutuhan dan selera pasar, akan sukses. Sebaliknya design yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan selera pasar, akan gagal di pasar. f) Brand/Status, Status sosial seseorang dapat dilihat dengan brand yang dipakai olehnya maka perusahaan dapat memberikan nilai kepada pelangganan dengan brand dan merk tertentu. Perusahaan dapat mendesign value proposition utnuk memenuhi kebutuhan pengakuan status pelanggan. g) Price, Beberapa dari segmen pasar memiliki tingkat sensitivitas harga yang sangat tinggi. Maka perusahaan harus lebih hati – hati untuk menetapkan harga jual produk mereka di pangsa pasar tertentu. h) Cost Reduction, Hal ini perusahaan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan dengan mengurangi beberapa aktivitas yang dilakukan oleh pelanggan. i) Risk Reduction, Berbagai resiko dapat dihadapi oleh pelanggan maka perusahaan dapat mengurangi resiko 24 tersebut dengan memberikan nilai lebih kepada pelangganan seperti memberikan garansi dalam bentuk perbaikan atas kerusakan. j) Accessibility, Ada berbagai cara untuk memberikan nilai kepada pelanggan seperti memberikan kemudahan akses untuk mendapatkan produk atau jasa. k) Convenience/usability, Dimana perusahaan berusaha memberikan nilai yang lebih kepada para pelanggan dengan memberikan kenyaman kepada mereka. Seperti kenyamanan dalam melakukan aktivitas pembelian maupun pengiriman produk. 3. Channels: Definisi channels oleh Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010) adalah bagaimana perusahaan berkomunikasi dan menjangkau segmen pelanggan mereka untuk menyampaikan value proposition perusahaan. Channels adalah titik sentuh pelanggan yang sangat berperan dalam setiap kejadian yang mereka alami. Channels memiliki 5 fase yang berbeda. Kita dapat membedakan antara Channels langsung dan tidak langsung, dan antara Channels yang kita miliki dan yang dimiliki mitra. Menemukan paduan Channels yang tepat untuk memenuhi bagaimana pelanggan ingin dijangkau sangat penting untuk membawa value propostion ke pasar. 25 Tabel 2.3: Jenis-Jenis Channels (Osterwalder & Pigneur, 2010). Fungsi – fungsi channels, antara lain: a) Meningkatkan kesadaran pelanggan tentang produk dan jasa perusahaan. b) Membantu pelanggan mengevaluasi value propostion perusahaan. c) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa. d) Menyampaikan value proposition kepada pelanggan. e) Menyediakan dukungan pasca pembelian kepada pelanggan. 4. Customer Relationship: Customer Relationship dibangun sesuai customer segment, karena setiap segmentasi memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010), Customer Relationship dibagi menjadi 6 : a) Personal Assistant, Hubungan ini didasarkan pada interaksi antar manusia. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan 26 petugas pelayanan pelanggan untuk mendapatkan bantuan selama proses penjualan atau setelah pembelian selesai. b) Dedicated Personal Assistant, Perusahaan menugaskan petugas pelayanan pelanggan yang khusus diperuntukkan bagi klien individu. Biasanya dikembangkan untuk jangka panjang seperti yang terjadi di perbankan swasta, dimana ada bankir khusus untuk melayani pelanggan yang khusus pula. c) Self service, Perusahaan tidak melakukan hubungan langsung dengan pelanggan, tetapi menyediakan semua sarana yang diperlukan pelanngan agar dapat membantu dirinya sendiri. d) Automated Service, Hubungan ini mencampurkan bentuk layanan mandiri yang lebih canggih dengan proses otomatis. Misalnya, profil online yang memberi pelanggan akses menggunakan layanan sesuai dengan yang diinginkan. e) Communities, Saat ini, banyak perusahaan yang memanfaatkan komunitas pengguna agar lebih terlibat dengan pelanggan/prospek dan dapat memfasilitasi hubungan antar anggota komunitas. f) Co-creation, Sekarang mulai banyak perusahaan yang melakukan lebih dari sekedar hubungan konvensional 27 pelanggan-vendor untuk menciptakan nilai bersama pelanggan. Misalnya dengan memberikan ulasan terhadap sesuatu sehingga akan menimbulkan ketertarikan pelanggan. 5. Revenue Streams: Revenue Stream pada 9 building blocks, merepresentasikan bagaimana sebuah perusahaan memperoleh cash dari setiap segmen pelanggan. Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010) menjelaskan bahwa bila customer adalah jantung dari perusahaan, maka revenue streams adalah pembuluh darahnya. Dan perusahaan perlu mempertanyakan untuk nilai seperti apa customer rela untuk membayar. Setiap revenue stream memiliki price mechanism yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, antara lain sistem tawar-menawar, pelelangan, mengikuti permintaan pasar, harga tergantung dari volume, dan sebagainya. Model bisnis melibatkan 2 jenis Arus Pendapatan: a) Transaction revenues yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan. b) Recurring revenues yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan Value Proposition kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian. 28 Ada beberapa cara untuk meng-generate Revenue Streams, antara lain: a) Sale, Pengertian Arus Pendapatan yang paling luas berasal dari penjualan hak kepemilikan atas produk fisik. Misalnya penjualan produk mentah atau dihasilkan dari penjualan produk jadi. b) Usage fee, Arus Pendapatan penggunaan layanan tertentu. Semakin sering layanan digunakan, semakin membayar. banyak Misalnya pelanggan penggunaan yang operator telekomunikasi. c) Lending/Renting/Leasing, Arus Pendapatan tercipta karena memberi seseorang hak eksklusif sementara untuk menggunakan aset tertentu pada periode tertentu sebagai ganti atas biaya yang ditarik. d) Licensing, Arus Pendapatan ini muncul karena memberi izin kepada pelanggan untuk menggunakan properti intelektual terproteksi sebagai pertukaran atas biaya lisensi. Lisensi memungkinkan pemegang hak menghasilkan pendapatan dari properti mereka tanpa harus memproduksi layanan. atau mengomersialkan suatu 29 e) Brokerage Fees, Arus Pendapatan inu bersumber dari layanan perantara yang dilakukan atas nama dua pihak atau lebih. Misalnya antara perusahaan kartu kredit yangg mendapatkan keuntungan dari pedagang yang melakukan transaksi dengan pelaanggan yang menggunan kartu kredit tersebut. f) Advertising, Arus Pendapatan in dihasilkan dari biaya untuk mengiklankan produk, layanan, atau merek tertentu. Masing-masing Arus Pendapatan memiliki mekanisme penetapan harga yang berbeda. Jenis mekanisme penetapan harga yang dipilih dapat membedakan pendapatan yang dihasilkan. Ada 2 jenis mekanisme penetapan harga, yaitu penetapan harga tetap dan penetapan harga dinamis. Jadi, menurut Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010), pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam revenue streams adalah value apakah yang akan membuat customer mau untuk membayar, untuk apa mereka bayar dan bagaimana cara pembayaran, cara pembayaran apa yang mereka lebih sukai. 6. Key Resources: Key Resources pada 9 building blocks menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Sumber daya ini 30 memnungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan Proporsi Nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan Segmen Pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Key Resources dapat berbentuk Physical, Intellectual, Human, Financial. Key Resources dapat dimiliki atau disewa oleh perusahaan atau diperoleh dari mitra usaha. Key Resources dapat dikategorikan sebagai: a) Physical Kategori ini meliputi semua bentuk aset fisik seperti fasilitas pabrikan, bangunan, kendaraan, mesin, sistem, sistem titik penjualan, dan jaringan distribusi. b) Intelectual Sumber daya intelektual seperti merek, pengetahuan yang dilindungi, paten dan hak cipta, kemitraan, dan database pelanggan merupakan komponen-komponen yang semakin penting dalam model bisnis yang kuat. Sumber saya intelektual sulit untuk dikembangkan, tetapi jika berhasil, maka akan memberikan nilai yang sangat berarti. c) Human Setiap perusahaan memerlukan sumber daya manusia, sumber daya manusia merupakan salah satu bagian 31 terpenting dalam suatu perusahaan. Tenaga kerja yang kompeten, kerjasama yang baik serta memiliki dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan merupakan nilai mutlak. Selain itu pentingnya lingkungan kerja yang kondusif dapat dicapai melalui fasilitas yang dibutuhkan seperti peralatan kerja yang memadai, sikap bijaksana atasan terhadap bawahan. d) Financial Beberapa model bisnis membutuhkan sumber daya finansial dan/atau jaminan finansial, seperti uang tunai, kredit, atau opsi saham. Keuangan suatu perusahaan kinerja ialah cermin dari ataupun perputaran yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri. Dalam membangun bisnis, modal merupakan faktor utama. Besar kecilnya modal akan berdampak pada bentuk bisnisnya. Tanpa dukungan modal, bisnis tidak akan berjalan. Namun jika bisnis sudah berjalan, keuangan yang transparan dan terjadi jelas didalam untuk harus mengurangi terlihat resiko kecurangan. 7. Key Activities: Menurut Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010), key activities mendeskripsikan aktifitas penting 32 yang harus dilakukan perusahaan agar bisnis modelnya dapat berjalan dengan baik. Setiap business model membutuhkan key activities, yaitu tindakan-tindakan terpenting yang harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi dengan sukses. key activities dikategorikan sebagai berikut : a) Production, aktivitas ini berhubungan dengan desain, membuat dan menyampaikan produk dengan jumlah tertentu atau kualitas yang baik. Biasanya produksi didominasi oleh perusahaan manufacturing. b) Problem solving, tipe key activities yang berhubungan dengan langsung dengan solusi baru untuk masalah pada individu. Biasanya untuk kegiatan konsultan, rumah sakit, dan organisasi jasa lainnya. Model bisnis ini membutuhkan aktivitas-aktivitas manajemen seperti manajemen pengetahuan dan pelatihan yang berkelanjutan. c) Platform/network, bisnis model yang didominasi oleh platform/network. Sebagai contoh ialah Amazon.com yang selalu harus mengembangkan bisnisnya dan memonitoring platform. 8. Key Partnerships: Key Partnerships menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. 33 Perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis, mengurangi resiko, atau memperoleh sumber daya mereka. Menurut buku Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010) kemitraan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : a) Strategic alliances antara non-competitors. b) Coopetition : strategic partnership antara competitors c) Joint venture untuk mengembangkan bisnis baru. d) Buyer-supplier relationship untuk memastikan supply yang dapat dipercaya. Terdapat 3 motivasi dalam membangun atau menciptakan kemitraan: a) Optimisasi dan skala ekonomi Bentuk paling mendasar dari kemitraan atau hubungan antara pembeli-pemasok dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dan aktivitasnya. Optimisasi dan skala ekonomi kemitraan biasanya dibuat untuk mengurangi biaya, dan itu sering kali melibatkan strategi outsourcing atau pemanfaatan infrastuktur bersama. 34 b) Pengurangan resiko dan ketdakpastian Kemitraan dapat membantu mengurangi resiko dalam lingkungan kompetitif yang bercirikan ketidakpastian. c) Akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu Hanya sedikit perusahaan yang memiliki semua sumber daya atau melakukan semua aktivitas yang digambarkan oleh model bisnisnya. Tidak sedikit dari mereka lebih suka memperluas kemampuan dengan mengandalkan perusahaan lain untuk melengkapi sumber dayanya atau melaukan aktivitas-aktivitas tertentu. Kemitraan semacam ini muncul adanya kebutuhan untuk memperoleh karena knowledge, lisensi, atau akses kepada customer. 9. Cost Structure: Cost Structure merupakan building blocks yang ke 9, dalam bukunya Business Model Generation, Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010). Cost Structure menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis. Menciptakan dan memebrikan nilai, mempertahankan Hubungan Pelanggan, dan menghasilkan pendapatan, menyebabkan timbulnya biaya. 35 Berikut adalah penjelasan dari dua jenis Cost Structure: a) Cost Driven Model bisnis terpacu-biaya berfokus pada peminimalan biaya. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan Cost Structure seramping mungkin, menggunakan Value Propositions dengan harga rendah, otomatisasi maksimum, dan outsourcing secara ekstensif. b) Value Driven Beberapa perusahaan, tidak begitu mementingkan besar biaya yang akan muncul dalam mendesain bisnis model, dan lebih berfokus terhadap penciptaan sebuah nilai untuk pasar. Biasanya Value Propositions dengan level premium dan pelayanan yang lebih personal menandakan Cost Structure jenis ini. Cost Structures dapat memiliki karakteristik-karakteristik di bawah ini: a) Fixed-costs Biaya-biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang dihasilkan berbeda-beda. Contohnya: gaji, uang sewa, dan fasilitas fisik pabrik. 36 b) Variable-costs Biaya yang besarnya tergantung dari jumlah produk dan jasa yang dihasilkan. Contohnya: biaya bahan baku, biaya iklan, dan komisi untuk seorang selesman sesuai dengan levelnya. c) Economies of scale Keunggulan biaya yang dinikmati suatu bisnis ketika produksinya berkembang. Misalnya perusahaan besar mendapatkan harga beli yang rendah karena membeli dengan jumlah besar. Sehingga menyebabkan turunnya biaya rata-rata per unit ketika produksi meningkat. d) Economies of scope Keunggulan biaya yang dinimati terkait lingkup operasional yang lebih besar. Misalnya dalam sebuah perusahaan besar biaya marketing dan distribusi akan menjadi lebih efisien karena bisa digunakan untuk berbagai macam produk, tidak hanya satu jenis saja. 37 Gambar 2.1: Nine Building Blocks (Sumber: Osterwalder & Pigneur, 2010) 2.3 Porter’s Five Forces Model Sebelum masuk kedalam bisnis ini, PT Plastic Relife melakukan analisis 5 Porter terhadap industri daur ulang plastik yang akan dijalani. Dari analisis tersebut, diketahui bahwa adanya temuan yang memberikan kesempatan untuk masuk kedalam bisnis ini. Bargaining Power of Buyer, bagaimana kuatnya posisi pembeli dan mempunyai kekuatan untuk menentukan kemana akan melakukan transaksi. Dalam hal ini yaitu kekuatan pembeli high, karena banyaknya pemain atau competitor didalam bidang industry ini yang saling berusaha merebut hati pelanggannya. 38 Supplier, bagaimana kuatnya posisi penjual hal ini tinggi dikarenakan masih sangat bergantung terhadap lapak yang ada dan dimana jumlah lapak sangat terbatas, sehingga dapat disimpulkan sedikit kesulitan untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan tekanan harga yang diberikan dari supplier. Threat of substitutes. barang pengganti dari daur ulang plastik ini juga tidak ada, kecuali produk go green. Akan tetapi itu tidak cukup menjadi ancaman bagi bisnis ini dikarenakan harga produk go green tersebut jauh lebih mahal dari produk biasa. Barrier to entry yang tinggi, yang disebabkan oleh kemudahan untuk melakukan start up bisnis dalam industri ini. Oleh sebab itu, PT Plastic Relife membuat competitive advantage sebagai daya saing untuk mampu berkompetisi didalam industri daur ulang plastik ini. Industry Competitors bagaimana cara pesaing untuk masuk kedalam industri tersebut. Hal ini cukup tinggi karena pemain untuk pangsa pasar sangat banyak jumlahnya. 39 Gambar 2.2: Porter’s Five Forces Model 2.4 TOWS Analysis TOWS Analysis adalah singkatan dari Threats, Opportunities, Weakness, and Strengths. Analisis dengan model TOWS berarti menganalisis faktor-faktor eksternal perusahaan itu. Analisis TOWS lebih mengarahkan cara pandangnya ke luar. Dengan menggunakan TOWS, dapat dibilang sedang melakukan proses outside-in (dari luar ke dalam) – lebih dahulu mempertimbangkan faktor real di ranah eksternal, tekait dengan ancaman maupun peluang-peluang yang ada. Berbeda dengan analisis TOWS yang lebih cenderung pada inside-out (dari dalam ke luar), analisis TOWS lebih cenderung berorientasi pada perubahan-perubahan dan peluang-peluang di lanskap pasar. Artinya, cara TOWS ini lebih berorientasi pada masa depan yang senantiasa berubah dan selalu terbuka terhadap peluang-peluang baru. (Kartajaya, 2005). 40 Berikut merupakan TOWS Analysis PT Plastic Relife, yaitu: Tabel 2.4: TOWS Analysis Threats Opportunities 1. Adanya penggantian 1. Bahan Baku yang mudah penggunaan produk, dari produk didapatkan yaitu berupa sampah plastik ke produk go green. plastik daur ulang. 2. Pesaing besar berpengalaman dan lebih dibidang pengelolahan biji plastik. 3. Infrastruktur seperti air, listrik, dan lalu lintas. 4. Harga produk cacah plastik dan 2. Meningkatnya produk-produk yang terbuat dari plastik. 3. Keuntungan yang tinggi untuk suatu investasi. 4. Kapasitas produksi terbatas dari perusahaan plastic biji plastik yang fluktuatif di manufacturing, karena masih pasar. banyak bahan baku biji plastik 5. Ketidakpastian pasokan bahan baku dari supplier. mereka adalah hasil impor dari negara lain. Weakness 1. Kapasitas produksi yang rendah. 2. Minimnya informasi mengenai Strength 1. Kualitas tinggi dari produk biji plastik. 2. Menyediakan standar yang 41 jaringan dan channel. tinggi untuk pelayanan terhadap customer. 3. Menggunakan teknologi yang sederhana tetapi menghasilkan output yang maksimal. 4. Harga yang kompetitif. 5. Menerapkan strategi produksi yang low cost. Berdasarkan analisis TOWS, diketahui ancaman dan peluang yang ada di dalam bisnis daur ulang plastik ini. Analisis ini digunakan berbeda dari analisis TOWS karena sebagai pemain baru PT. Plastic Relife wajib menganalisis terlebih dahulu ancaman dan peluang yang ada sebelum masuk kedalam bisnis ini. Dengan mengetahui ancaman dan peluang yang ada, PT. Plastic Relife membuat kelebihan dan kelemahan yang akan diciptakan ketika masuk kedalam industri ini. 2.5 Idea Generation Untuk mendapatkan suatu ide bisnis sangat sulit dikarenakan ide harus selalu melakukan inovasi terhadap perusahaan dari segala lini untuk tetap mampu menjaga ritme dalam persaingan bisnis yang sangat ketat. Sedikit kesalahan dapat mengakibatkan dampak yang besar, kehilangan kepercayaan pelanggan, menurunnya 42 penjualan, reputasi perusahaan memburuk, dan sebagainya. Oleh karena itu sebelum melakukan ide bisnis ini diperlukan riset yang cukup lama, sehingga pada akhirnya ide ini muncul karena plastik sudah menjadi kebutuhan sehari – hari mulai dari produk elektronik, makanan, minuman, mainan, rumah tangga, dan lain-lain. Seiring dengan kemajuan jaman dan pola hidup manusia saat ini maka pemakaian plastik yang semakin tinggi akhirnya menimbulkan dampak negatif yaitu sampah. Dengan meningkatnya konsumsi sampah terutama sampah plastik, maka terciptalah suatu ide untuk membangun perusahaan daur ulang sampah plastik yang juga akan berpengaruh positif pada lingkungan karena dapat membantu mengurangi kerusakan lingkungan dan tanah. Dalam konsep green company, ada 3 kategori yang dapat dikatakan green company yaitu reuse, recycle dan reduce. Dengan konsep reuse (menggunakan kembali sampah plastik sebagai bahan baku), recycle (daur ulang sampah) dan reduce (mengurangi sampah plastik), maka perusahaan ini sudah termasuk green company. Plastik memiliki proses daur ulang melewati proses yang cukup panjang dimana menjadi permasalahan serius karena pemprosesan daur sampah plastik yang sudah dilakukan ini masih berbanding jauh dengan jumlah plastik yang dihasilkan. Salah satu yang menjadi ide ini adalah ketika sampah berubah fungsi lain yang dapat memberikan nilai tambah sehingga hal ini menjadi sumber peluang bisnis yang cukup menguntungkan. Hal ini menjadi salah satu kekuatan karena bahan baku daur ulang plastik sudah tidak diragukan lagi dan mempunyai sifat tahan lama. Bisnis ini pun juga dikategorikan tidak memerlukan modal yang terlalu besar dan minim resiko untuk dijalankan. 43 2.6 Generic Strategy Menurut Porter (David, 2006), Strategi memungkinkan organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dari tiga dasar, yaitu low cost, diferensiasi dan fokus. Porter juga menyebutkan dasar ini strategi generik (Generic Strategy). Strategi Porter mengimplikasikan berbagai susunan, prosedur kontrol dan sistem intensif organisasi. Perusahaan yang lebih besar dengan akses yang lebih besar terhadap sumber daya biasanya bersaing dengan dasar kepemimpinan harga dan atau diferensiasi, sementara perusahaan lebih kecil sering kali bersaing dengan fokus. Strategi yang dikemukakan oleh Michael Porter, terdiri dari empat macam, yaitu: A. Strategi Differensiasi (Differentiation) Strategi Diferensiasi (David, 2006) menawarkan berbagai tingkat diferensiasi. Diferensiasi tidak menjamin keunggulan kompetitif, khususnya jika produk standar cukup memenuhi kebutuhan konsumen atau imitasi cepat dilakukan pesaing. Barang tahan lama yang terlindungi oleh hambatan untuk peniruan secara cepat adalah yang terbaik. Diferensiasi yang berhasil dapat menghasilkan fleksibilitas produk yang lebih besar, biaya yang lebih rendah, jasa yang lebih baik, perawatan yang lebih sedikit, kenyamanan yang lebih besar, atau fitur yang lebih banyak. Strategi diferensiasi harus dijalankan setelah proses belajar yang hati – hati tentang kebutuhan dan preferensi pembeli untuk 44 menentukan kelayakan dari pengguna satu fitur yang membedakan atau lebih ke dalam satu produk yang unik yang menampilkan sebuah perusahaan untuk menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produknya dan untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan karena pelanggan dapat terikat secara kuat dengan fitur yang membedakan tersebut. Fitur khusus yang membedakan satu produk dapat mencangkup pelayanan yang superior, ketersediaan mkomponen, desain mesin, kinerja produk, umur hidup produk, konsumsi bahan bakar perkilometer atau kemudahan penggunaan. B. Strategi Biaya Rendah (Low Cost) Merupakan upaya untuk memproduksi barang standar dalam biaya perunit yang sangat rendah untuk konsumen yang sensitif terhadap harga. Perusahaan mampu menyediakan bagi konsumennya produk yang dibedakan dengan biaya yang relatif rendah untuk dapat memperoleh laba yang tinggi. C. Strategi Fokus (Focus) Strategi fokus yang berhasil (David, 2006) bergantung pada segmen industri yang memiliki ukuran cukup besar, memiliki potensi pertumbuhan yang bagus dan tidak penting untuk keberhasilan pesaing lain. Perusahaan besar dan menengah dapat secara efektif menjalankan strategi berdasarkan fokus hanya bila digabungkan dengan strategi diferensiasi dan strategi keunggulan biaya. Semua perusahaan pada 45 dasarnya mengikuti strategi diferensiasi. Karena hanya satu perusahaan yang dapat mendiferensiasikan dirinya dengan biaya rendah, perusahaan lainnya dalam industri harus menemukan cara lain untuk mendiferensiasikan produk mereka. Strategi fokus adalah yang paling efektif ketika konsumen memiliki preferensi atau persyaratan yang unik dan ketika perusahaan pesaing tidak berusaha untuk berspesialisasi dalam target segmen yang sama. Resiko menjalankan strategi fokus mencangkup kemungkinan bahwa sejumlah pesaing akan menyadari keberhasilan dari strategi fokus dan menirunya, atau bahwa preferensi konsumen akan bergeser ke atribut produk yang diinginkan oleh pasar secara keseluruhan. Sebuah organisasi yang menggunakan strategi fokus dapat berkonsentrasi pada kelompok pelanggan, pasar geografis, atau segmen lini produk tertentu untuk melayani pasar yang sudah ditentukan lebih sempit lebih baik dari pesaing yang melayani pasar yang lebih luas. Generic strategy yang perusahaan PT Plastic Relife gunakan yaitu strategi differentiation, dan berikut adalah perbedaan antara perusahaan competitor dengan perusahaan PT Plastic Relife: 46 Table 2.5: Perbedaan PT Plastic Relife dengan Kompetitor Perusahaan Kompetitor Perusahaan PT Plastic Relife 1. Kualitas cacah plastik dan biji 1. Kualitas cacah plastik dan biji plastik yang rendah, dalam arti plastik dari PT Plastic Relife masih terdapat cacah plastik yang adalah tinggi, dalam arti cacahan kotor seperti tanah atau kotoran plastik PT Plastic Relife bebas yang menempel pada cacahan dari kotoran dan biji plastik tidak plastik dan biji plastik yang mengandung keropos. keropos dalam arti masih ada kandungan udara dalam sebutir biji plastik didalamnya. 2. Setelah customer 2. PT Plastic Relife memberikan kemudahan bagi customer PT Plastic Relife khususnya untuk mereka perusahaan industri dalam mencapai titik ROP (re-order melakukan proses procurement point) maka customer mereka terhadap akan melakukan proses order Relife. Dimana PT Plastic Relife dengan cara manual, dalam arti akan memberikan fitur extranet, customer harus melakukan proses dengan adanya fitur tersebut, order maka PT Plastic Relife sendiri melalui telepon atau website. 3. Proses bisnis kompetitor dalam membuat biji plastik yang pada umumnya dimulai dari proses yang produk akan selalu PT Plastic melakukan pengecekkan terhadap keadaan stok bahan baku produk PT Plastic Relife di perusahaan 47 pensortiran bahan baku, proses customer. Dengan begitu, maka penggilingan, proses pencucian pihak customer PT Plastic Relife cacah plastik, proses penjemuran akan sangat dimudahkan pada cacah menggunakan saat bahan baku mencapai titik matahari, proses pembuatan biji Re-Order Point (ROP), tanpa plastik, dan proses pengarungan. mereka harus menghubungi PT plastik Plastic Relife untuk proses procurement, PT Plastic Relife sudah tahu kebutuhan mereka. 3. Proses bisnis pada PT Plastic Relife dalam membuat biji plastik yang dimulai dari proses pensortiran, proses penggilingan, proses pencucian cacah plastik, proses pengeringan cacah plastik tahap 1/proses centris, proses pengeringan cacah plastik tahap 2/proses oven, proses pembuatan biji plastik dan proses pengarungan. Proses bisnis pada PT Plastic Relife ini akan menghasilkan suatu produk biji 48 plastik dengan waktu yang lebih cepat dan dengan kualitas yang tinggi. Table 2.6: Perbedaan efisiensi & kompetitif antara kompetitor dengan PT Plastic Relife Kompetitor Faktor Efisiensi & Kompetitif PT Plastic Relife Kualitas Biji Plastik Grade A, B, C, D, E Grade A Proses pengeringan cacah plastik Membutuhkan waktu kurang lebih 1 – 2 hari untuk menunggu cacah plastik kering dengan cara menjemurnya menggunakan matahari. Membutuhkan waktu kurang dari 1 jam untuk menunggu cacah plastik kering dengan menggunakan teknologi sentris dan oven. Proses Penjualan Hanya Menunggu customer Dapat mengetahui stok melakukan order terhadap inventory customer secara perusahaan kompetitor. real time dengan menggunakan fitur extranet. 2.7 Marketing Concept Didalam marketing ada 2 konsep pasar, yaitu business market (Business to Business) and consumer market (Business to Consumer). Dimana terdapat perbedaan konsumen atas keduanya, seperti contoh perusahaan business market memiliki konsumen A (supplier) yang nantinya akan mengolah barang tersebut lalu dari situ akan dijual kembali kepada konsumen akhir (end user), dari konsumen A menjual barang kepada konsumen akhir disebut consumer market. 49 Ada beberapa karakter dalam business market, yaitu: fewer and larger buyers, close supplier-customer relationships, professional purchasing, multiple buying infleunces, multiple sales calls, derived demand, inelastic demand, fluctuating demand, geographically concentrated buyers, direct purchasing.