bab ii model bisnis

advertisement
12
BAB II
MODEL BISNIS
2.1
Analisis Pasar
Potensi konsumsi produk plastik di Indonesia masih cukup besar dan ini
merupakan peluang bagi para produsen plastik. Permintaan plastik ini utamanya
didorong oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman dan FMCG (fast moving
consumer good) sebesar 60%. Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, saat ini
struktur industri plastik nasional cukup lengkap dari hulu ke hilir. Namun dia
mengakui, masih ada tantangan yang dihadapi dalam pengembangan industri
tersebut. Terbataskan kapasitas produksi akibat sebagian besar bahan bakunya seperti
polipropilen dan polictilena yang masih diimpor, kurangnya kapasitas oil refinery
yang menghasilkan bahan baku naphta dan kondensat untuk bahan baku industri
petrokimia hulu. Maka dari itu, menurutnya, pemerintah akan mendorong
pengembangan industri oil refinery agar terintergrasi dengan industri perrokimia
dengan memberikan insentif seperti tax holiday, tax allowance, pembebasan bea
masuk untuk barang modal dan mendorong pengembangan SDM. Disisi lain potensi
pasar yang sangat prospektif baik didalam maupun luar negeri, karena untuk perabot
rumah tangga, ini juga banyak digunakan untuk kemasan barang-barang kebutuhan
konsumen. Saat ini sendiri, ada sekitar 892 industri kemasan plastik yang
menghasilkan rigid packaging, flexible packaging thermoforming dan extrusion yang
tersebar di beberapa wilayah Indonesia (Kemenperin.go.id, 2014). Dengan
12
13
meningkatnya industri makanan dan minuman yang masih menggunakan bahan baku
plastik, maka dapat dipastikan sumber plastik yang didapat akan sangat berlimpah
untuk didaur ulang. Berikut adalah data sampah dari setiap jenis yang ada di
Indonesia pada tahun 2013:
Table 2.1: Tingkat sampah yang ada di Indonesia
Jenis Sampah Jumlah (Juta Ton/Tahun) Persentase (%)
Sampah Dapur
22,4
58%
Sampah Plastik
5,4
14%
Sampah Kertas
3,6
9%
Sampah Lainnya
2,3
6%
Sampah Kayu
1,4
4%
Sampah Kaca
0,7
2%
Sampah Karet/Kulit
0,7
2%
Sampah Kain
0,7
2%
Sampah Metal
0,7
2%
Sampah Pasir
0,5
1%
Total
38,5
100%
(Sumber: Kemenperin.go.id)
Kementrian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan
industri plastik hilir karena memiliki potensi pasar yang bagus baik didalam maupun
luar negeri. Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kemenperin
Panggah Susanto mengatakan, potensi konsumsi produk plastik di Indonesia masih
cukup besar (Kemenperin.go.id, 2014).
Industri plastik di Indonesia dapat dikatakan berjalan dengan sangat baik,
dikarenakan peningkatan konsumsi dari segala macam produk baik makanan dan
minuman. Pada tahun 2011, pasar plastik lokal meningkat sebesar 22,47% meskipun
di tahun 2012, mengalami peningkatan yang tidak signifikan sebesar 7,75%.
14
Konsumsi per kapita di Indonesia dari barang-barang plastik di Indonesia masih
rendah jika dibanding dengan Negara lain seperti Malaysia dan Thailand, konsumsi
plastik di Indonesia hanya 10 kg per tahun, dibandingkan 45 kg di Malaysia dan 56
kg di Thailand. Pada tahun 2010, permintaan untuk produk olefin dan aromatik
mencapai 2,9 juta MET dengan produsen lokal memasok 1,2 juta MET. Permintaan
polypropylene khususnya, telah secara signifikan meningkat dari 750.000 pada tahun
2010 menjadi lebih dari MET 850.000 pada tahun 2011. Namun hanya dua pemain
lokal yang memiliki kapasitas produksi dalam skala yang dibutuhkan oleh industri
plastik dalam negeri yaitu; Chandra Asri dan Pertamina dengan output tahunan
gabungan sebesar 520.000 MET.
Berikut merupakan produk daur ulang berdasarkan hasil sampah plastik yang
ada dimasyarakat:
Table 2.2: Jenis Sampah Plastik
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jenis Sampah Plastik
Acrylic
As Sen
Chip Tali
Duragon
HD Ember
HD Blowing
HD Hitam
HD Tikar
HD Butek
PVC Selang
PVC Botol
PVC Blue Band
PP Kardus
PP Ember Cat
PP Tali
Sumber Plastik
Pulpen, sen kendaraan
Tempat Kosmetik, sikat gigi
Springbed
Roda Kaset, tempat pita kaset
Ember, krat minuman, gayung, ember cat
Botol sampo, botol oli, drum plastik
Ember hitam
Tikar Plastik
Saringan, ember
Selang
Botol Baygon, soklin
Blue Band
Kardus Lembaran PP
Ember cat
Strapping band
Produk Daur Ulang
Toples, tatakan/tutup gelas
Nampan, korek gas, toples
Rambut Boneka
Roda Kaset
Centong, tempat sabun, piring
Celengan, botol plastik
Ember, roda mobil mainan
Ember, piring, rolan kabel
Corong, tempat sayuran, tempat sambel
Sandal, sepatu boot
Celengan, botol
Botol, celengan, toples
Ember, gayung, piring
Thermos, gayung
Cangkir, gelas, tali rafia, gayung
(Sumber: Maynarulita.blogspot.com)
15
Berdasarkan analisis PESTLE (politic, economy, social, technology, legal and
environment), dari segi politik Indonesia baru saja melakukan pemilihan umum
presiden. Diharapkan dengan terpilihnya presiden baru, segala aspek ekonomi, sosial,
teknologi, legal dan environment dapat berkembang lebih baik lagi. Karena sewaktu
pemilihan presiden dapat diketahui bahwa salah satu calon presiden merupakan faktor
peningkatan IHSG (indeks harga saham gabungan), sehingga dengan terpilihnya
presiden tersebut maka dipandang oleh para pelaku investor sebagai sosok pemimpin
yang akan mendukung para pelaku industri tanah air. Kondisi ekonomi terakhir di
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, berdasarkan data bank
dunia dan lembaga lainnya, kelas menengah atas di Indonesia sudah mencapai angka
60%, tetapi kelas menengah itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok
yang 2-4 dolar perhari, 4-10 dolar perhari dan 10-20 dolar perhari. Dengan
meningkatnya kelas menengah atas yang semakin bertambah, maka daya beli
pastinya juga akan meningkat sehingga akan berdampak positif pada pelaku bisnis.
Sedangkan untuk kesejahteraan masyarakat menengah kebawah, kebijakan UMR
(upah minimum regional), belum lama ini pemerintah baru saja menaikan UMR
didaerah Jakarta sekitar 2,4 juta. Walaupun penting untuk menilai dan mengkaji
seberapa besar UMR tiap daerah, disisi lain pemerintah juga tidak boleh lengah
dalam memutuskan berapa besaran angka. Karena jika terlalu besar, para pelaku
usaha pasti akan kesulitan dalam pembayaran gaji pegawai dan pada akhirnya malah
menyebabkan PHK (pemutusan hak kerja) secara massal. Karena itu pemerintah
harus berhati-hati dalam menghitung besaran gaji pegawai, sehingga masalah
kesenjangan sosial tidak semakin renggang. Sedangkan untuk masalah penting
16
terhadap industri tanah air adalah birokrasi, Indonesia masih harus bercermin dari
negara sekitar, karena bukan rahasia umum lagi bahwa birokrasi di Indonesia sangat
sulit. Seperti contoh keadaan sekarang yang ini sedang terjadi kepada produsen
ponsel Tiongkok Xiaomi yang sedang melakukan ekspansi ke Indonesia dan Brazil
terganjal proses sertifikasi yang diangap berbelit-belit. VP (vice president) untuk
Operasional Global Xiaomi Hugo Barra menyebutkan bahwa di Indonesia dan Brasil,
proses sertifikasi dapat mencapai enam bulan untuk memenuhi standar lokal dan
memperoleh sertifikasi untuk menjual produk. Meski demikian, ponsel Android
Xiaomi tetap ditargetkan mulai dijual ke pasar Indonesia pada akhir Agustus
mendatang, tidak disebutkan secara khusus permasalahan apa yang mendasari
kesulitan proses sertifikasi yang dialami oleh Xiaomi. Sebelumnya, Motorola
mengalami permasalahan yang sama dengan peluncuran Moto G-nya yang tertunda
hingga empat bulan. Proses sertifikasi sendiri tampaknya terlalu bermasalah bagi
vendor smartphone populer yang sudah lama malang melintang di tanah air, seperti
Samsung, Nokia, LG, ataupun BlackBerry. Proses sertifikasi telepon seluler di
Indonesia dikelola oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Informatika – Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain perihal sertifikasi,
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan sendiri sebelumnya juga telah
menggulirkan wacana pemberlakuan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
untuk smartphone dengan tujuan pembatasan impor, meskipun belum ada
kelanjutannya hingga sekarang (tekno.kompas.com, 2014).
Selain membahas PESTLE, ada pula dimunculkannya wacana terkait
peraturan pemerintah akan sistem pengelolaan sampah terpadu atau dapat disebut
17
silarsatu, maka dapat dipastikan sumber-sumber bahan baku akan semakin bertambah
karena sistem pengelolaan sampah terpadu ini memiliki fungsi bahwa setiap daerah
akan melakukan pengelolaan sampahnya secara masing-masing, dimana pengelola
sampah daerah tersebut akan mengumpulkan sampah daerah sekitar kemudian akan
diangkut ketempat pengelolaan sampah terpadu. Tempat pengelolahan sampah
terpadu memiliki fungsi untuk melakukan pemisahan, pencucian/pembersihan,
pengemasan dan produk daur ulang sampah.
2.2
Business Model
Suatu model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah
organisasi menciptakan memberikan dan menangkap nilai-nilai, baik itu ekonomi,
sosial, ataupun bentu-bentuk nilai lainnya. Istilah model bisnis, dipakai untuk ruang
lingkup luas dalam konteks formal dan informal untuk menunjukkan aspek inti suatu
bisnis, termasuk mencakup maksud dan tujuan, apa yang ditawarkan, strategi,
infrastruktur, struktur organisasi, praktik-praktik niaga, serta kebijakan-kebijakan dan
proses-proses operasional. Intinya sebuah model bisnis menjelaskan alasan tentang
bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai dari
bisnis model itu sendiri. (Osterwalder & Pigneur, 2010)
Pada dasarnya yang dimaksud dengan Model Bisnis (Business Model) adalah
bagaimana sebuah organisasi menciptakan, menawarkan dan menangkap nilai
(value). Terdapat 9 block yang meliputi, yaitu:
1. Customer
segments:
Customer
Segments
menggambarkan
18
sekelompok orang atau organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau
dilayani oleh perusahaan. Pelanggan adalah inti dari semua model
bisnis, tanpa pelanggan tidak ada perusahaan yang mampu bertahan
lama. Suatu organisasi harus memutuskan segmen mana yang akan
dilayani dan mana yang diabaikan. Kemudian barulah organisasi
tersebut dapat merancang model bisnis dengan hati-hati dan dengan
pemahaman yang tepat mengenai kebutuhan spesifik pelanggan.
Beberapa contoh jenis segmen yang berbeda yaitu:
a)
Mass market
Model bisnis yang berfokus pada pasar masa tidak
membedakan
antara
segmen-segmen
pelanggan
yang
berbeda. Proposisi Nilai, Saluran Distribusi, dan Hubungan
Pelanggan berfokus pada satu kelompok besar pelanggan
dengan kebutuhan dan masalah yang sebagian besar adalah
sama, Model bisnis jenis ini sering kali ditemukan dalam
sektor produk konsumen elektronik.
b)
Niche market
Model bisnis yang memiliki target melayani pasar ceruk
menyasar
segmen
pelanggan
yang
spesifik
dan
terspesialisasi. Value proposition, saluran Distribusi, dan
Hubungan Pelanggan dibuat khusus untuk kebutuhan
spesifik pasar ceruk. Model bisnis semacam ini banyak
19
ditemukan dalam hubungan pemasok-penjual. Contohnya,
banyak pabrikan suku cadang mobil yang bergantung pada
pembelian yang dilakukan pabrikan kendaraan besar.
c)
Segmented
Beberapa model bisnis membedakan segmen pasar dari
kebutuhan dan masalahnya masing-masing. Misalnya
kekuatan ritel sebuah bank, mereka dapat membedakan
antara kelompok pelanggan besar yang memiliki aset
menengah dengan kelompok klien makmur yang memiliki
aset dengan nilai besar. Kedua kelompok ini memiliki
kebutuhan dan masalah yang serupa tetapi bervariasi.
d)
Diversified
Organisasi dengan model bisnis pelanggan terdiversifikasi
melayani dua Segmen Pelanggan yang tidak terkait satu
sama lain dengan kebutuhan dan masalah yang sangat
berbeda.
Misalnya
Amazon.com,
seperti
mereka
telah
yang
dilakukan
memutuskan
oleh
untuk
mendiversifikasikan bisnis ritelnya dengan menjual layanan
cloud, sebuah ruang penyimpanan online dan penggunaan
server sesuai permintaan. Dengan demikian Amazon.com
mulai melayani Segmen Pelanggan yang benar-benar
berbeda, yaitu perusahaan berbasis web, dengan Value
20
proposition yang sangat berbeda.
e)
Multi-sided platforms
Beberapa organisasi melayani dua atau lebih Segmen
Pelanggan yang saling bergantung. Sebuah perusahaan kartu
kredit, misalnya, memerlukan banyak pemegang kartu kredit
dan pedagang yang bersedia menerima pembelian dengan
kartu kredit tersebut. Demikian juga sebuah perusahaan
yang menawarkan surat kabar gratis memerlukan banyak
pembaca untuk menarik pemasang iklan. Di sisi lain,
perusahaan tersebut juga memerlukan pemasang iklan untuk
mendanai produksi dan distribusinya. Kedua segmen
tersebut dibutuhkan untuk memutar jalannya model bisnis.
Tidak hanya itu, customer segment juga membahas mengenai consumer
behavior dan customer profile. Hal ini membantu dalam menentukan
customer target pada business model creation.
a)
Consumer Behavior
Consumer behavior atau perilaku konsumen adalah proses
dan
aktivitas
pencarian,
ketika
pemilihan,
seseorang berhubungan
pembelian,
penggunaan,
dengan
serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan
dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
21
Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau
jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau
pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan
konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas
produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di
pasar. Mereka mampu memprediksi julah penerimaan untuk
suatu periode konsumsi. Konsumen dari segi wujudnya
dibagi menjadi dua yaitu:
Personal Consumer yaitu konsumen yang membeli atau
menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya
sendiri.
Organizational Consumer yaitu konsumen yang membeli
atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
b)
Customer profile
Sebuah profil konsumen adalah cara untuk menggambarkan
kategori konsumen sehingga mereka dapat dikelompokkan
untuk pemasaran dan tujuan periklanan. Telah terbukti lebih
menguntungkan untuk menargetkan iklan ke segmen pasar
tertentu. Sebagai cara singkat-tangan berbicara tentang
konsumen, segmen pasar yang sering diwakili oleh profil
konsumen.
Pemasaran,
penjualan,
penelitian
dan
22
pengembangan, departemen produksi memerlukan informasi
ini.
2. Value Proposition: Value proposition dalam organisasi merupakan
salah satu bagian dari keseluruhan Bisnis proses perusahaan, yang
memiliki peranan sangat penting bagi keseluruhan proses bisnis.
Kesebelas Value Proposition tersebut adalah: Newness (kebaruan),
Performance
(penyelesaian
(kinerja),
Customization,
pekerjaan),
Design
Getting
the
(desain),
job
done
Brand/Status
(merek/status), Price (harga), Cost Reduction (pengurangan biaya),
Risk Reduction (pengurangan resiko), Accessibility (akses), dan
convenience/usability
(kenyamanan
/
kemudahan
penggunaan)
(Osterwalder & Pigneur, 2010).
a)
Newness, Dimana perusahaan pertama kali memberikan
nilai ini. Nilai yang sebelumnya tidak pernah ditawarkan
oleh perusahaan manapun.
b)
Performance, Untuk dapat menciptakan nilai ini maka
perusahaan harus dituntut untuk melakukan peningkatan
kinerja produk sehingga kinerja produk tersebut dapat
meningkat.
c)
Customization, dimana perusahaan menciptakan suatu
produk sesuai dengan kebutuhan individual pelangganan.
d)
Getting the job done, Perusahaan hanya dapat menciptakan
23
nilai tersebut dengan membantu pelanggan melakukan
pekerjaan tertentu seperti jasa advertising agency.
e)
Design, Suatu produk dimana jasa design memegang
peranan kesuksesan di pasar. Dimana rancangan design
sesuai dengan kebutuhan dan selera pasar, akan sukses.
Sebaliknya design yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan
selera pasar, akan gagal di pasar.
f)
Brand/Status, Status sosial seseorang dapat dilihat dengan
brand yang dipakai olehnya maka perusahaan dapat
memberikan nilai kepada pelangganan dengan brand dan
merk
tertentu.
Perusahaan
dapat
mendesign
value
proposition utnuk memenuhi kebutuhan pengakuan status
pelanggan.
g)
Price, Beberapa dari segmen pasar memiliki tingkat
sensitivitas harga yang sangat tinggi. Maka perusahaan
harus lebih hati – hati untuk menetapkan harga jual produk
mereka di pangsa pasar tertentu.
h)
Cost Reduction, Hal ini perusahaan dapat mengurangi biaya
yang dikeluarkan dengan mengurangi beberapa aktivitas
yang dilakukan oleh pelanggan.
i)
Risk Reduction, Berbagai resiko dapat dihadapi oleh
pelanggan maka perusahaan dapat mengurangi resiko
24
tersebut dengan memberikan nilai lebih kepada pelangganan
seperti memberikan garansi dalam bentuk perbaikan atas
kerusakan.
j)
Accessibility, Ada berbagai cara untuk memberikan nilai
kepada pelanggan seperti memberikan kemudahan akses
untuk mendapatkan produk atau jasa.
k)
Convenience/usability,
Dimana
perusahaan
berusaha
memberikan nilai yang lebih kepada para pelanggan dengan
memberikan kenyaman kepada mereka. Seperti kenyamanan
dalam melakukan aktivitas pembelian maupun pengiriman
produk.
3. Channels:
Definisi
channels
oleh
Osterwalder
&
Pigneur
(Osterwalder & Pigneur, 2010) adalah bagaimana perusahaan
berkomunikasi dan menjangkau segmen pelanggan mereka untuk
menyampaikan value proposition perusahaan. Channels adalah titik
sentuh pelanggan yang sangat berperan dalam setiap kejadian yang
mereka alami. Channels memiliki 5 fase yang berbeda. Kita dapat
membedakan antara Channels langsung dan tidak langsung, dan antara
Channels yang kita miliki dan yang dimiliki mitra. Menemukan
paduan Channels yang tepat untuk memenuhi bagaimana pelanggan
ingin dijangkau sangat penting untuk membawa value propostion ke
pasar.
25
Tabel 2.3: Jenis-Jenis Channels (Osterwalder & Pigneur, 2010).
Fungsi – fungsi channels, antara lain:
a)
Meningkatkan kesadaran pelanggan tentang produk dan jasa
perusahaan.
b)
Membantu pelanggan mengevaluasi value propostion
perusahaan.
c)
Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa.
d)
Menyampaikan value proposition kepada pelanggan.
e)
Menyediakan dukungan pasca pembelian kepada pelanggan.
4. Customer Relationship: Customer Relationship dibangun sesuai
customer segment, karena setiap segmentasi memiliki karakteristik
yang berbeda. Menurut Osterwalder & Pigneur (Osterwalder &
Pigneur, 2010), Customer Relationship dibagi menjadi 6 :
a)
Personal Assistant, Hubungan ini didasarkan pada interaksi
antar manusia. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan
26
petugas pelayanan pelanggan untuk mendapatkan bantuan
selama proses penjualan atau setelah pembelian selesai.
b)
Dedicated Personal Assistant, Perusahaan menugaskan
petugas pelayanan pelanggan yang khusus diperuntukkan
bagi klien individu. Biasanya dikembangkan untuk jangka
panjang seperti yang terjadi di perbankan swasta, dimana
ada bankir khusus untuk melayani pelanggan yang khusus
pula.
c)
Self service, Perusahaan tidak melakukan hubungan
langsung dengan pelanggan, tetapi menyediakan semua
sarana yang diperlukan pelanngan agar dapat membantu
dirinya sendiri.
d)
Automated Service, Hubungan ini mencampurkan bentuk
layanan mandiri yang lebih canggih dengan proses otomatis.
Misalnya, profil online yang memberi pelanggan akses
menggunakan layanan sesuai dengan yang diinginkan.
e)
Communities,
Saat
ini,
banyak
perusahaan
yang
memanfaatkan komunitas pengguna agar lebih terlibat
dengan
pelanggan/prospek
dan
dapat
memfasilitasi
hubungan antar anggota komunitas.
f)
Co-creation, Sekarang mulai banyak perusahaan yang
melakukan lebih dari sekedar hubungan konvensional
27
pelanggan-vendor
untuk
menciptakan
nilai
bersama
pelanggan. Misalnya dengan memberikan ulasan terhadap
sesuatu sehingga akan menimbulkan ketertarikan pelanggan.
5. Revenue Streams: Revenue Stream pada 9 building blocks,
merepresentasikan bagaimana sebuah perusahaan memperoleh
cash dari setiap segmen pelanggan. Osterwalder & Pigneur
(Osterwalder & Pigneur, 2010) menjelaskan bahwa bila customer
adalah jantung dari perusahaan, maka revenue streams adalah
pembuluh darahnya. Dan perusahaan perlu mempertanyakan
untuk nilai seperti apa customer rela untuk membayar. Setiap
revenue stream memiliki price mechanism yang berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, antara lain sistem
tawar-menawar, pelelangan, mengikuti permintaan pasar, harga
tergantung dari volume, dan sebagainya.
Model bisnis melibatkan 2 jenis Arus Pendapatan:
a)
Transaction revenues yang dihasilkan dari satu kali
pembayaran pelanggan.
b)
Recurring revenues yang dihasilkan dari pembayaran
berkelanjutan
baik
untuk
memberikan
Value
Proposition kepada pelanggan maupun menyediakan
dukungan pelanggan pasca pembelian.
28
Ada beberapa cara untuk meng-generate Revenue Streams, antara
lain:
a)
Sale, Pengertian Arus Pendapatan yang paling luas
berasal dari penjualan hak kepemilikan atas produk
fisik.
Misalnya
penjualan
produk
mentah
atau
dihasilkan
dari
penjualan produk jadi.
b)
Usage
fee,
Arus
Pendapatan
penggunaan layanan tertentu. Semakin sering layanan
digunakan,
semakin
membayar.
banyak
Misalnya
pelanggan
penggunaan
yang
operator
telekomunikasi.
c)
Lending/Renting/Leasing, Arus Pendapatan tercipta
karena memberi seseorang hak eksklusif sementara
untuk menggunakan aset tertentu pada periode tertentu
sebagai ganti atas biaya yang ditarik.
d)
Licensing,
Arus
Pendapatan
ini
muncul
karena
memberi izin kepada pelanggan untuk menggunakan
properti intelektual terproteksi sebagai pertukaran atas
biaya lisensi. Lisensi memungkinkan pemegang hak
menghasilkan pendapatan dari properti mereka tanpa
harus
memproduksi
layanan.
atau
mengomersialkan
suatu
29
e)
Brokerage Fees, Arus Pendapatan inu bersumber dari
layanan perantara yang dilakukan atas nama dua pihak
atau lebih. Misalnya antara perusahaan kartu kredit
yangg mendapatkan keuntungan dari pedagang yang
melakukan
transaksi
dengan
pelaanggan
yang
menggunan kartu kredit tersebut.
f)
Advertising, Arus Pendapatan in dihasilkan dari biaya
untuk mengiklankan produk, layanan, atau merek
tertentu. Masing-masing Arus Pendapatan memiliki
mekanisme penetapan harga yang berbeda. Jenis
mekanisme
penetapan
harga
yang
dipilih
dapat
membedakan pendapatan yang dihasilkan. Ada 2 jenis
mekanisme penetapan harga, yaitu penetapan harga
tetap dan penetapan harga dinamis.
Jadi, menurut Osterwalder & Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010),
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam revenue streams adalah
value apakah yang akan membuat customer mau untuk membayar, untuk
apa mereka bayar dan bagaimana cara pembayaran, cara pembayaran apa
yang mereka lebih sukai.
6. Key Resources:
Key
Resources
pada
9
building
blocks
menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar
sebuah
model
bisnis
dapat
berfungsi.
Sumber
daya
ini
30
memnungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan
Proporsi Nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan
dengan Segmen Pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Key
Resources dapat berbentuk Physical, Intellectual, Human,
Financial. Key Resources dapat dimiliki atau disewa oleh
perusahaan atau diperoleh dari mitra usaha. Key Resources
dapat dikategorikan sebagai:
a)
Physical
Kategori ini meliputi semua bentuk aset fisik seperti
fasilitas pabrikan, bangunan, kendaraan, mesin, sistem,
sistem titik penjualan, dan jaringan distribusi.
b)
Intelectual
Sumber daya intelektual seperti merek, pengetahuan
yang dilindungi, paten dan hak cipta, kemitraan, dan
database pelanggan merupakan komponen-komponen
yang semakin penting dalam model bisnis yang kuat.
Sumber saya intelektual sulit untuk dikembangkan,
tetapi jika berhasil, maka akan memberikan nilai yang
sangat berarti.
c)
Human
Setiap perusahaan memerlukan sumber daya manusia,
sumber daya manusia merupakan salah satu bagian
31
terpenting dalam suatu perusahaan. Tenaga kerja yang
kompeten,
kerjasama
yang
baik
serta
memiliki
dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan merupakan
nilai mutlak. Selain itu pentingnya lingkungan kerja
yang kondusif dapat dicapai melalui fasilitas yang
dibutuhkan seperti peralatan kerja yang memadai,
sikap bijaksana atasan terhadap bawahan.
d)
Financial
Beberapa model bisnis membutuhkan sumber daya
finansial dan/atau jaminan finansial, seperti uang
tunai, kredit, atau opsi saham.
Keuangan suatu
perusahaan
kinerja
ialah
cermin
dari
ataupun
perputaran yang terjadi di dalam perusahaan itu
sendiri. Dalam membangun bisnis, modal merupakan
faktor utama. Besar kecilnya modal akan berdampak
pada bentuk bisnisnya. Tanpa dukungan modal, bisnis
tidak akan berjalan. Namun jika bisnis sudah berjalan,
keuangan
yang
transparan
dan
terjadi
jelas
didalam
untuk
harus
mengurangi
terlihat
resiko
kecurangan.
7. Key Activities: Menurut Osterwalder & Pigneur (Osterwalder &
Pigneur, 2010), key activities mendeskripsikan aktifitas penting
32
yang harus dilakukan perusahaan agar bisnis modelnya dapat
berjalan dengan baik. Setiap business model membutuhkan key
activities,
yaitu
tindakan-tindakan
terpenting
yang
harus
diambil perusahaan agar dapat beroperasi dengan sukses. key
activities dikategorikan sebagai berikut :
a)
Production, aktivitas ini berhubungan dengan desain,
membuat dan menyampaikan produk dengan jumlah
tertentu atau kualitas yang baik. Biasanya produksi
didominasi oleh perusahaan manufacturing.
b)
Problem solving, tipe key activities yang berhubungan
dengan langsung dengan solusi baru untuk masalah
pada individu. Biasanya untuk kegiatan konsultan,
rumah sakit, dan organisasi jasa lainnya. Model bisnis
ini
membutuhkan
aktivitas-aktivitas
manajemen
seperti manajemen pengetahuan dan pelatihan yang
berkelanjutan.
c)
Platform/network, bisnis model yang didominasi oleh
platform/network. Sebagai contoh ialah Amazon.com
yang selalu harus mengembangkan bisnisnya dan memonitoring platform.
8. Key Partnerships: Key Partnerships menggambarkan jaringan
pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja.
33
Perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model
bisnis, mengurangi resiko, atau memperoleh sumber daya
mereka. Menurut buku Osterwalder & Pigneur (Osterwalder &
Pigneur, 2010) kemitraan dapat dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu :
a)
Strategic alliances antara non-competitors.
b)
Coopetition : strategic partnership antara competitors
c)
Joint venture untuk mengembangkan bisnis baru.
d)
Buyer-supplier relationship untuk memastikan supply
yang dapat dipercaya.
Terdapat 3 motivasi dalam membangun atau menciptakan
kemitraan:
a)
Optimisasi dan skala ekonomi
Bentuk paling mendasar dari kemitraan atau hubungan
antara
pembeli-pemasok
dirancang
untuk
mengoptimalkan alokasi sumber daya dan aktivitasnya.
Optimisasi dan skala ekonomi kemitraan biasanya
dibuat untuk mengurangi biaya, dan itu sering kali
melibatkan strategi outsourcing atau pemanfaatan
infrastuktur bersama.
34
b)
Pengurangan resiko dan ketdakpastian
Kemitraan dapat membantu mengurangi resiko dalam
lingkungan kompetitif yang bercirikan ketidakpastian.
c)
Akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu
Hanya
sedikit
perusahaan
yang memiliki
semua
sumber daya atau melakukan semua aktivitas yang
digambarkan oleh model bisnisnya. Tidak sedikit dari
mereka lebih suka memperluas kemampuan dengan
mengandalkan
perusahaan
lain
untuk
melengkapi
sumber dayanya atau melaukan aktivitas-aktivitas
tertentu. Kemitraan semacam ini muncul
adanya
kebutuhan
untuk
memperoleh
karena
knowledge,
lisensi, atau akses kepada customer.
9. Cost Structure: Cost Structure merupakan building blocks yang
ke 9, dalam bukunya Business Model Generation, Osterwalder
& Pigneur (Osterwalder & Pigneur, 2010). Cost Structure
menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan
model bisnis. Menciptakan dan memebrikan nilai, mempertahankan
Hubungan Pelanggan, dan menghasilkan pendapatan, menyebabkan
timbulnya biaya.
35
Berikut adalah penjelasan dari dua jenis Cost Structure:
a)
Cost Driven
Model
bisnis
terpacu-biaya
berfokus
pada
peminimalan biaya. Pendekatan ini bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan Cost Structure
seramping mungkin, menggunakan Value Propositions
dengan harga rendah, otomatisasi maksimum, dan
outsourcing secara ekstensif.
b)
Value Driven
Beberapa perusahaan, tidak begitu mementingkan
besar biaya yang akan muncul dalam mendesain bisnis
model, dan lebih berfokus terhadap penciptaan sebuah
nilai untuk pasar. Biasanya Value Propositions dengan
level premium dan pelayanan yang lebih personal
menandakan Cost Structure jenis ini.
Cost Structures dapat memiliki karakteristik-karakteristik di bawah
ini:
a)
Fixed-costs
Biaya-biaya yang tetap sama meskipun volume barang
atau jasa yang dihasilkan berbeda-beda. Contohnya:
gaji, uang sewa, dan fasilitas fisik pabrik.
36
b)
Variable-costs
Biaya yang besarnya tergantung dari jumlah produk
dan jasa yang dihasilkan. Contohnya: biaya bahan
baku, biaya iklan, dan komisi untuk seorang selesman
sesuai dengan levelnya.
c)
Economies of scale
Keunggulan biaya yang dinikmati suatu bisnis ketika
produksinya berkembang. Misalnya perusahaan besar
mendapatkan harga beli yang rendah karena membeli
dengan jumlah besar. Sehingga menyebabkan turunnya
biaya rata-rata per unit ketika produksi meningkat.
d)
Economies of scope
Keunggulan biaya
yang dinimati terkait lingkup
operasional yang lebih besar. Misalnya dalam sebuah
perusahaan besar biaya marketing dan distribusi akan
menjadi lebih efisien karena bisa digunakan untuk
berbagai macam produk, tidak hanya satu jenis saja.
37
Gambar 2.1: Nine Building Blocks
(Sumber: Osterwalder & Pigneur, 2010)
2.3
Porter’s Five Forces Model
Sebelum masuk kedalam bisnis ini, PT Plastic Relife melakukan analisis 5
Porter terhadap industri daur ulang plastik yang akan dijalani. Dari analisis tersebut,
diketahui bahwa adanya temuan yang memberikan kesempatan untuk masuk kedalam
bisnis ini.
Bargaining Power of Buyer, bagaimana kuatnya posisi pembeli
dan mempunyai kekuatan untuk menentukan kemana akan
melakukan transaksi. Dalam hal ini yaitu kekuatan pembeli high,
karena banyaknya pemain atau competitor didalam bidang
industry ini yang saling berusaha merebut hati pelanggannya.
38
Supplier, bagaimana kuatnya posisi penjual hal ini tinggi
dikarenakan masih sangat bergantung terhadap lapak yang ada
dan dimana jumlah lapak sangat terbatas, sehingga dapat
disimpulkan sedikit kesulitan untuk menjamin ketersediaan
bahan baku dan tekanan harga yang diberikan dari supplier.
Threat of substitutes. barang pengganti dari daur ulang plastik ini
juga tidak ada, kecuali produk go green. Akan tetapi itu tidak
cukup menjadi ancaman bagi bisnis ini dikarenakan harga
produk go green tersebut jauh lebih mahal dari produk biasa.
Barrier to entry yang tinggi, yang disebabkan oleh kemudahan
untuk melakukan start up bisnis dalam industri ini. Oleh sebab
itu, PT Plastic Relife membuat competitive advantage sebagai
daya saing untuk mampu berkompetisi didalam industri daur
ulang plastik ini.
Industry Competitors bagaimana cara pesaing untuk masuk
kedalam industri tersebut. Hal ini cukup tinggi karena pemain
untuk pangsa pasar sangat banyak jumlahnya.
39
Gambar 2.2: Porter’s Five Forces Model
2.4
TOWS Analysis
TOWS Analysis adalah singkatan dari Threats, Opportunities, Weakness, and
Strengths. Analisis dengan model TOWS berarti menganalisis faktor-faktor eksternal
perusahaan itu. Analisis TOWS lebih mengarahkan cara pandangnya ke luar. Dengan
menggunakan TOWS, dapat dibilang sedang melakukan proses outside-in (dari luar
ke dalam) – lebih dahulu mempertimbangkan faktor real di ranah eksternal, tekait
dengan ancaman maupun peluang-peluang yang ada. Berbeda dengan analisis TOWS
yang lebih cenderung pada inside-out (dari dalam ke luar), analisis TOWS lebih
cenderung berorientasi pada perubahan-perubahan dan peluang-peluang di lanskap
pasar. Artinya, cara TOWS ini lebih berorientasi pada masa depan yang senantiasa
berubah dan selalu terbuka terhadap peluang-peluang baru. (Kartajaya, 2005).
40
Berikut merupakan TOWS Analysis PT Plastic Relife, yaitu:
Tabel 2.4: TOWS Analysis
Threats
Opportunities
1. Adanya
penggantian
1. Bahan Baku yang mudah
penggunaan produk, dari produk
didapatkan yaitu berupa sampah
plastik ke produk go green.
plastik daur ulang.
2. Pesaing
besar
berpengalaman
dan
lebih
dibidang
pengelolahan biji plastik.
3. Infrastruktur seperti air, listrik,
dan lalu lintas.
4. Harga produk cacah plastik dan
2. Meningkatnya produk-produk
yang terbuat dari plastik.
3. Keuntungan yang tinggi untuk
suatu investasi.
4. Kapasitas produksi terbatas dari
perusahaan plastic
biji plastik yang fluktuatif di
manufacturing, karena masih
pasar.
banyak bahan baku biji plastik
5. Ketidakpastian pasokan bahan
baku dari supplier.
mereka adalah hasil impor dari
negara lain.
Weakness
1. Kapasitas produksi yang rendah.
2. Minimnya informasi mengenai
Strength
1. Kualitas tinggi dari produk biji
plastik.
2. Menyediakan standar yang
41
jaringan dan channel.
tinggi untuk pelayanan terhadap
customer.
3. Menggunakan teknologi yang
sederhana tetapi menghasilkan
output yang maksimal.
4. Harga yang kompetitif.
5. Menerapkan strategi produksi
yang low cost.
Berdasarkan analisis TOWS, diketahui ancaman dan peluang yang ada di
dalam bisnis daur ulang plastik ini. Analisis ini digunakan berbeda dari analisis
TOWS karena sebagai pemain baru PT. Plastic Relife wajib menganalisis terlebih
dahulu ancaman dan peluang yang ada sebelum masuk kedalam bisnis ini. Dengan
mengetahui ancaman dan peluang yang ada, PT. Plastic Relife membuat kelebihan
dan kelemahan yang akan diciptakan ketika masuk kedalam industri ini.
2.5
Idea Generation
Untuk mendapatkan suatu ide bisnis sangat sulit dikarenakan ide harus selalu
melakukan inovasi terhadap perusahaan dari segala lini untuk tetap mampu menjaga
ritme dalam persaingan bisnis yang sangat ketat. Sedikit kesalahan dapat
mengakibatkan dampak yang besar, kehilangan kepercayaan pelanggan, menurunnya
42
penjualan, reputasi perusahaan memburuk, dan sebagainya. Oleh karena itu sebelum
melakukan ide bisnis ini diperlukan riset yang cukup lama, sehingga pada akhirnya
ide ini muncul karena plastik sudah menjadi kebutuhan sehari – hari mulai dari
produk elektronik, makanan, minuman, mainan, rumah tangga, dan lain-lain. Seiring
dengan kemajuan jaman dan pola hidup manusia saat ini maka pemakaian plastik
yang semakin tinggi akhirnya menimbulkan dampak negatif yaitu sampah. Dengan
meningkatnya konsumsi sampah terutama sampah plastik, maka terciptalah suatu ide
untuk membangun perusahaan daur ulang sampah plastik yang juga akan
berpengaruh positif pada lingkungan karena dapat membantu mengurangi kerusakan
lingkungan dan tanah. Dalam konsep green company, ada 3 kategori yang dapat
dikatakan green company yaitu reuse, recycle dan reduce. Dengan konsep reuse
(menggunakan kembali sampah plastik sebagai bahan baku), recycle (daur ulang
sampah) dan reduce (mengurangi sampah plastik), maka perusahaan ini sudah
termasuk green company.
Plastik memiliki proses daur ulang melewati proses yang cukup panjang
dimana menjadi permasalahan serius karena pemprosesan daur sampah plastik yang
sudah dilakukan ini masih berbanding jauh dengan jumlah plastik yang dihasilkan.
Salah satu yang menjadi ide ini adalah ketika sampah berubah fungsi lain yang dapat
memberikan nilai tambah sehingga hal ini menjadi sumber peluang bisnis yang cukup
menguntungkan. Hal ini menjadi salah satu kekuatan karena bahan baku daur ulang
plastik sudah tidak diragukan lagi dan mempunyai sifat tahan lama. Bisnis ini pun
juga dikategorikan tidak memerlukan modal yang terlalu besar dan minim resiko
untuk dijalankan.
43
2.6
Generic Strategy
Menurut Porter (David, 2006), Strategi memungkinkan organisasi untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif dari tiga dasar, yaitu low cost, diferensiasi dan
fokus. Porter juga menyebutkan dasar ini strategi generik (Generic Strategy).
Strategi Porter mengimplikasikan berbagai susunan, prosedur kontrol dan
sistem intensif organisasi. Perusahaan yang lebih besar dengan akses yang lebih besar
terhadap sumber daya biasanya bersaing dengan dasar kepemimpinan harga dan atau
diferensiasi, sementara perusahaan lebih kecil sering kali bersaing dengan fokus.
Strategi yang dikemukakan oleh Michael Porter, terdiri dari empat macam,
yaitu:
A. Strategi Differensiasi (Differentiation)
Strategi Diferensiasi (David, 2006) menawarkan berbagai
tingkat
diferensiasi.
Diferensiasi
tidak
menjamin
keunggulan
kompetitif, khususnya jika produk standar cukup memenuhi kebutuhan
konsumen atau imitasi cepat dilakukan pesaing. Barang tahan lama
yang terlindungi oleh hambatan untuk peniruan secara cepat adalah
yang terbaik. Diferensiasi yang berhasil dapat menghasilkan
fleksibilitas produk yang lebih besar, biaya yang lebih rendah, jasa
yang lebih baik, perawatan yang lebih sedikit, kenyamanan yang lebih
besar, atau fitur yang lebih banyak.
Strategi diferensiasi harus dijalankan setelah proses belajar
yang hati – hati tentang kebutuhan dan preferensi pembeli untuk
44
menentukan kelayakan dari pengguna satu fitur yang membedakan
atau lebih ke dalam satu produk yang unik yang menampilkan sebuah
perusahaan untuk menetapkan harga yang lebih tinggi untuk
produknya dan untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan karena
pelanggan dapat terikat secara kuat dengan fitur yang membedakan
tersebut. Fitur khusus yang membedakan satu produk dapat
mencangkup pelayanan yang superior, ketersediaan mkomponen,
desain mesin, kinerja produk, umur hidup produk, konsumsi bahan
bakar perkilometer atau kemudahan penggunaan.
B. Strategi Biaya Rendah (Low Cost)
Merupakan upaya untuk memproduksi barang standar dalam
biaya perunit yang sangat rendah untuk konsumen yang sensitif
terhadap harga. Perusahaan mampu menyediakan bagi konsumennya
produk yang dibedakan dengan biaya yang relatif rendah untuk dapat
memperoleh laba yang tinggi.
C. Strategi Fokus (Focus)
Strategi fokus yang berhasil (David, 2006) bergantung pada
segmen industri yang memiliki ukuran cukup besar, memiliki potensi
pertumbuhan yang bagus dan tidak penting untuk keberhasilan pesaing
lain. Perusahaan besar dan menengah dapat secara efektif menjalankan
strategi berdasarkan fokus hanya bila digabungkan dengan strategi
diferensiasi dan strategi keunggulan biaya. Semua perusahaan pada
45
dasarnya
mengikuti
strategi
diferensiasi.
Karena
hanya
satu
perusahaan yang dapat mendiferensiasikan dirinya dengan biaya
rendah, perusahaan lainnya dalam industri harus menemukan cara lain
untuk mendiferensiasikan produk mereka.
Strategi fokus adalah yang paling efektif ketika konsumen
memiliki preferensi atau persyaratan yang unik dan ketika perusahaan
pesaing tidak berusaha untuk berspesialisasi dalam target segmen yang
sama. Resiko menjalankan strategi fokus mencangkup kemungkinan
bahwa sejumlah pesaing akan menyadari keberhasilan dari strategi
fokus dan menirunya, atau bahwa preferensi konsumen akan bergeser
ke atribut produk yang diinginkan oleh pasar secara keseluruhan.
Sebuah
organisasi
yang
menggunakan
strategi
fokus
dapat
berkonsentrasi pada kelompok pelanggan, pasar geografis, atau
segmen lini produk tertentu untuk melayani pasar yang sudah
ditentukan lebih sempit lebih baik dari pesaing yang melayani pasar
yang lebih luas.
Generic strategy yang perusahaan PT Plastic Relife gunakan yaitu
strategi differentiation, dan berikut adalah perbedaan antara perusahaan competitor
dengan perusahaan PT Plastic Relife:
46
Table 2.5: Perbedaan PT Plastic Relife dengan Kompetitor
Perusahaan Kompetitor
Perusahaan PT Plastic Relife
1. Kualitas cacah plastik dan biji
1. Kualitas cacah plastik dan biji
plastik yang rendah, dalam arti
plastik dari PT Plastic Relife
masih terdapat cacah plastik yang
adalah tinggi, dalam arti cacahan
kotor seperti tanah atau kotoran
plastik PT Plastic Relife bebas
yang menempel pada cacahan
dari kotoran dan biji plastik tidak
plastik dan biji plastik yang
mengandung keropos.
keropos dalam arti masih ada
kandungan udara dalam sebutir
biji plastik didalamnya.
2. Setelah
customer
2. PT Plastic Relife memberikan
kemudahan bagi customer PT
Plastic Relife khususnya untuk
mereka
perusahaan
industri
dalam
mencapai titik ROP (re-order
melakukan proses procurement
point) maka customer mereka
terhadap
akan melakukan proses order
Relife. Dimana PT Plastic Relife
dengan cara manual, dalam arti
akan memberikan fitur extranet,
customer harus melakukan proses
dengan adanya fitur tersebut,
order
maka PT Plastic Relife sendiri
melalui
telepon
atau
website.
3. Proses bisnis kompetitor dalam
membuat biji plastik yang pada
umumnya dimulai dari proses
yang
produk
akan
selalu
PT
Plastic
melakukan
pengecekkan terhadap keadaan
stok bahan baku produk PT
Plastic
Relife
di
perusahaan
47
pensortiran bahan baku, proses
customer. Dengan begitu, maka
penggilingan, proses pencucian
pihak customer PT Plastic Relife
cacah plastik, proses penjemuran
akan sangat dimudahkan pada
cacah
menggunakan
saat bahan baku mencapai titik
matahari, proses pembuatan biji
Re-Order Point (ROP), tanpa
plastik, dan proses pengarungan.
mereka harus menghubungi PT
plastik
Plastic
Relife
untuk
proses
procurement, PT Plastic Relife
sudah tahu kebutuhan mereka.
3. Proses bisnis pada PT Plastic
Relife dalam membuat biji plastik
yang
dimulai
dari
proses
pensortiran, proses penggilingan,
proses pencucian cacah plastik,
proses pengeringan cacah plastik
tahap 1/proses centris, proses
pengeringan cacah plastik tahap
2/proses oven, proses pembuatan
biji
plastik
dan
proses
pengarungan. Proses bisnis pada
PT
Plastic
Relife
ini
akan
menghasilkan suatu produk biji
48
plastik dengan waktu yang lebih
cepat dan dengan kualitas yang
tinggi.
Table 2.6: Perbedaan efisiensi & kompetitif antara kompetitor dengan PT
Plastic Relife
Kompetitor
Faktor Efisiensi &
Kompetitif
PT Plastic Relife
Kualitas Biji Plastik
Grade A, B, C, D, E
Grade A
Proses pengeringan cacah
plastik
Membutuhkan waktu kurang
lebih 1 – 2 hari untuk
menunggu cacah plastik
kering
dengan
cara
menjemurnya menggunakan
matahari.
Membutuhkan waktu kurang
dari 1 jam untuk menunggu
cacah plastik kering dengan
menggunakan
teknologi
sentris dan oven.
Proses Penjualan
Hanya Menunggu customer Dapat mengetahui stok
melakukan order terhadap inventory customer secara
perusahaan kompetitor.
real
time
dengan
menggunakan fitur extranet.
2.7
Marketing Concept
Didalam marketing ada 2 konsep pasar, yaitu business market (Business to
Business) and consumer market (Business to Consumer). Dimana terdapat perbedaan
konsumen atas keduanya, seperti contoh perusahaan business market memiliki
konsumen A (supplier) yang nantinya akan mengolah barang tersebut lalu dari situ
akan dijual kembali kepada konsumen akhir (end user), dari konsumen A menjual
barang kepada konsumen akhir disebut consumer market.
49
Ada beberapa karakter dalam business market, yaitu: fewer and larger buyers,
close supplier-customer relationships, professional purchasing, multiple buying
infleunces, multiple sales calls, derived demand, inelastic demand, fluctuating
demand, geographically concentrated buyers, direct purchasing.
Download