1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : ....... TAHUN ............ TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan yang salah satu unsur terpenting yaitu dengan meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai; b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Kehutanan, Nomor 41 Pemerintah Tahun harus 1999 tentang mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai dan/atau pulau dengan sebaran yang proporsional; c. bahwa kerusakan Indonesia dewasa daerah ini aliran sungai semakin (DAS) di memprihatinkan, ditandai dengan kejadian banjir, tanah longsor, erosi, sedimentasi penurunan dan kekeringan yang mengakibatkan fungsi sumber-sumber air, terganggunya perekonomian dan tata kehidupan masyarakat; d. bahwa kegiatan pengelolaan DAS yang melibatkan berbagai para pemangku kepentingan dewasa ini menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks, belum terkoordinasi dan belum mempunyai landasan hukum; 2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Konservasi Nomor Sumber 5 Tahun Daya Alam 1990 tentang Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 3. Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 (Lembaran Tahun Negara 1999 Republik tentang Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 5. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421). 6. Undang-Undang Pemerintahan Nomor Daerah 32 tahun (Lembaran 2004 Negara tentang Republik 3 Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 7. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739). 10.Undang-Undang Pengelolaan Nomor Lingkungan 32 Tahun Hidup 2009 (Lembaran tentang Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu 4 wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 2. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. 3. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. 4. Bagian hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan/atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi dan merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama. 5. Bagian hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial. 6. Sumber daya DAS adalah seluruh sumber daya di dalam DAS yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan sosial-ekonomi dan menopang sistem penyangga kehidupan. 7. Satuan Wilayah Pengelolaan DAS yang selanjutnya disebut SWP DAS adalah satu atau lebih DAS dan/atau pulau-pulau kecil, dimana pulau-pulau kecil tersebut luasnya lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya. 8. Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan dalam DAS dan segala sumber daya manusia di aktivitasnya untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya alam bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS serta kesejahteraan masyarakat. 5 9. Pengelolaan DAS Terpadu adalah rangkaian upaya perumusan tujuan, sinkronisasi program, pelaksanaan dan pengendalian pengelolaan sumber daya DAS lintas para pemangku kepentingan secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi biofisik, ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan guna mewujudkan tujuan Pengelolaan DAS. 10. Ekosistem DAS adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan timbal balik antara sub-sistem atmosfir, penutupan lahan, tanah dan geologi, air dan hayati dalam suatu DAS; 11. Para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah pihak-pihak terkait yang terdiri dari unsur pemerintah dan bukan pemerintah yang berkepentingan dengan pengelolaan DAS. 12. Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS adalah istilah umum untuk organisasi para pemangku kepentingan yang terkoordinasi dan dilegalisasi oleh Nasional/Kepala Menteri Badan Negara Perencanaan Perencanaan Pembangunan Pembangunan Nasional, gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya. 13. Menteri terkait adalah menteri lainnya yang tugasnya berkaitan dengan pengelolaan DAS. 14. Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan. BAB II PRINSIP, TUJUAN, POLA UMUM DAN RUANG LINGKUP PENGELOLAAN DAS Pasal 2 Prinsip Pengelolaan DAS sebagai berikut: a. Pengelolaan DAS didasarkan atas DAS sebagai satu kesatuan ekosistem, satu rencana dan satu sistem pengelolaan secara terpadu. b. Pengelolaan DAS melibatkan para pemangku terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan. kepentingan, 6 c. Pengelolaan DAS bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis sesuai dengan karakteristik DAS. d. Pengelolaan DAS dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya dan manfaat antar para pemangku kepentingan secara adil. e. Pengelolaan DAS berlandaskan pada azas akuntabilitas. Pasal 3 Pengelolaan DAS bertujuan untuk: a. mewujudkan kondisi tata air DAS yang optimal meliputi jumlah, kualitas serta distribusi ruang dan waktu; b. mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan DAS; c. mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasal 4 (1) Dalam rangka memberikan arahan dan acuan umum penyelenggaraan Pengelolaan DAS disusun pola umum, kriteria dan standar; (2) Pola umum, kriteria dan standar Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri. Pasal 5 Ruang lingkup pengelolaan DAS meliputi: a. Perencanaan b. Kelembagaan 7 c. Pelaksanaan d. Pengendalian dan Pengawasan BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Bagian Pertama Umum Pasal 6 (1) Perencanaan Pengelolaan DAS meliputi kegiatan : a. Penetapan urutan DAS Prioritas b. Penyusunan rencana pengelolaan DAS Terpadu (2) Perencanaan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinir oleh Menteri. Pasal 7 (1) Perencanaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah administrasi. Bagian Kedua Penetapan Urutan DAS Prioritas Pasal 8 (1) Penetapan urutan DAS prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dilakukan melalui penilaian kondisi DAS yang dilaksanakan oleh instansi berwenang di daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi bidang pengelolaan DAS. 8 (2) Penilaian kondisi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria dan standar; (3) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria dan standar penilaian kondisi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan Menteri. Pasal 9 (1) Berdasarkan hasil penilaian kondisi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ditetapkan urutan DAS prioritas. (2) Penetapan urutan DAS Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Bagian Ketiga Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Pasal 10 (1) Penyusunan rencana pengelolaan DAS Terpadu harus memperhatikan: a. urutan DAS prioritas; dan b. keterpaduan dengan rencana tata ruang wilayah. (2) Penyusunan dimaksud rencana pada perencanaan. ayat pengelolaan (1) DAS dilakukan Terpadu pada sebagaimana satuan wilayah 9 (3) Satuan wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa: a. DAS lintas provinsi; b. DAS lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi; c. DAS dalam satu kabupaten/kota; atau d. SWP DAS. (4) Penentuan SWP DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d ditetapkan dengan keputusan menteri. Pasal 11 Penyusunan rencana pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi: a. proses penyusunan rencana b. penetapan rencana Paragraf 1 Proses Penyusunan Rencana Pasal 12 (1) Proses penyusunan rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a. meliputi: a. Inventarisasi karakteristik DAS; b. Identifikasi masalah dan parapihak; dan c. Perumusan tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem pemantauan dan evaluasi, dan sistem pendanaan. 10 (2) Inventarisasi karakteristik DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan untuk mengumpulkan data biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan. (3) Identifikasi masalah dan parapihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan, tugas, fungsi dan keterkaitan aktivitas parapihak . (4) Perumusan tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem pemantauan dan evaluasi, dan sistem pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan untuk menyepakati kondisi DAS yang ingin dicapai pada akhir periode rencana pengelolaan DAS terpadu serta menyusun kebutuhan, mekanisme dan alokasi pendanaan. Pasal 13 Pedoman penyusunan rencana pengelolaan DAS terpadu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Paragraf 2 Penetapan Rencana Pasal 14 (1) Penetapan rencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b meliputi lintas provinsi, lintas kabupaten/kota, dan dalam satu kabupaten/kota. (2) Rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS lintas provinsi ditetapkan dengan peraturan bersama gubernur yang bersangkutan. (3) Rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan dengan peraturan gubernur. (4) Rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS dalam kabupaten/ kota ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. satu 11 Pasal 15 (1) Jangka waktu rencana pengelolaan DAS terpadu berlaku paling lama 20 (dua puluh) tahun. (2) Rencana pengelolaan DAS terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau kembali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Pasal 16 (1) Rencana pengelolaan DAS terpadu menjadi landasan bagi setiap sektor dalam menyusun rencana kegiatan sektoral pada DAS dan rencana pembangunan wilayah untuk mencapai tujuan pengelolaan DAS terpadu. (2) Penyusunan rencana kegiatan sektoral pada DAS dan rencana pembangunan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh masing-masing instansi sektor yang bersangkutan. BAB IV KELEMBAGAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Bagian Pertama Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS Pasal 17 (1) Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah administrasi. (2) Pengelolaan DAS terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan para pemangku kepentingan berbagai sektor dan wilayah administrasi. Pasal 18 (1) Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang dapat berupa forum, badan, 12 dewan atau nama lain yang bersifat independen. (2) Lembaga pemerintah dan/atau lembaga bukan pemerintah dapat memprakarsai pembentukan lembaga koordinasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Untuk mengoptimalkan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS Tingkat Nasional. b. Gubernur menetapkan Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS Tingkat Provinsi. c. Bupati/Walikota menetapkan Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS Tingkat Kabupaten/Kota. Pasal 19 Anggota lembaga koordinasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) terdiri dari unsur lembaga pemerintah, lembaga bukan pemerintah dan perorangan. Pasal 20 (1) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Nasional bersifat non struktural, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Nasional mempunyai tugas membantu pemerintah dalam: a. merumuskan kebijakan nasional dan strategi pengelolaan DAS; b. memberikan nasional; pertimbangan untuk penetapan DAS prioritas 13 c. melaksanakan koordinasi dan konsultasi untuk memadukan dan menyelaraskan kepentingan antar sektor dan antar provinsi; d. melaksanakan koordinasi dan konsultasi terhadap Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota; e. memfasiltasi pembiayaan pengelolaan DAS yang bersumber dari dunia usaha dan masyarakat secara transparan dan akuntabel. f. melaksanakan pengendalian terhadap penggunaan dan pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh instansi sektoral, badan usaha dan masyarakat untuk DAS dalam lintas provinsi. Pasal 21 (1) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Provinsi bersifat non struktural, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada gubernur. (2) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat Provinsi mempunyai tugas membantu gubernur dalam: a. menjabarkan kebijakan nasional dalam pengelolaan DAS Terpadu, dan merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan DAS lintas kabupaten/kota; b. melaksanakan koordinasi dan konsultasi untuk memadukan dan menyelaraskan kepentingan antar sektor, antar wilayah dan para pemilik kepentingan lainnya dalam pengelolaan DAS lintas kabupaten/kota; c. menyusun rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS lintas provinsi; d. menyusun rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS lintas kabupaten/kota; e. memfasiltasi pembiayaan pengelolaan DAS yang bersumber dari dunia usaha dan masyarakat secara transparan dan akuntabel. 14 f. melaksanakan pengendalian terhadap penggunaan dan pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh instansi sektoral, badan usaha dan masyarakat untuk DAS lintas kabupaten/kota. Pasal 22 (1) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat kabupaten/kota bersifat non struktural, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota. (2) Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat kabupaten/kota mempunyai tugas membantu bupati/walikota dalam: a. merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan DAS di dalam kabupaten/kota; b. melaksanakan koordinasi dan konsultasi untuk memadukan dan menyelaraskan kepentingan kepentingan lainnya antar dalam sektor dan pengelolaan para DAS pemilik di dalam kabupaten/kota; c. menyusun rencana pengelolaan DAS terpadu untuk DAS di dalam kabupaten/kota; d. memfasilitasi pembiayaan pengelolaan DAS yang bersumber dari dunia usaha dan masyarakat secara transparan dan akuntabel. e. melaksanakan pengendalian terhadap penggunaan dan pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh instansi sektoral, badan usaha dan masyarakat untuk DAS di dalam kabupaten/kota. Pasal 23 (1) Hubungan kerja antara Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat nasional, Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat provinsi dan Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS tingkat kabupaten/kota DAS merupakan bersifat konsultatif dan koordinatif. (2) Lembaga koordinasi pengelolaan mitra kerja Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan DAS terpadu. 15 Pasal 24 Kegiatan Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS dibiayai dari anggaran pemerintah, anggaran kabupaten/kota pemerintah. pemerintah dan/atau sumber provinsi, lain anggaran dari pemerintah anggaran bukan 16 Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal 25 (1) Setiap orang berhak untuk menikmati manfaat berupa barang dan jasa lingkungan yang dihasilkan dari pengelolaan DAS terpadu. (2) Setiap orang berhak untuk: a. mengetahui dan mengakses informasi tentang pengelolaan DAS terpadu, termasuk di dalamnya rencana pengelolaan DAS terpadu. b. berperanserta dalam proses pengambilan keputusan, penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengendalian pengelolaan DAS terpadu. c. memperoleh penggantian yang layak dari pemrakarsa kegiatan atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dengan rencana pengelolaan DAS terpadu. Pasal 26 (1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian ekosistem DAS. (2) Setiap orang berkewajiban mentaati rencana pengelolaan DAS terpadu yang telah ditetapkan. Pasal 27 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangan. 17 BAB V PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Bagian Pertama Umum Pasal 28 (1) Pelaksanaan Pengelolaan DAS didasarkan pada hasil perencanaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan memperhatikan rencana sektoral pada DAS dan rencana pembangunan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16. (2) Pelaksanaan pengelolaan DAS dilakukan pada: a. kawasan budidaya b. kawasan lindung (3) Pelaksanaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada bagian hulu dan hilir DAS. Pasal 29 (1) Pelaksanaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 baik pada kawasan budidaya maupun pada kawasan lindung dilakukan antara lain melalui kegiatan : a. pemanfaatan hutan, tanah dan air; b. restorasi hutan; c. konservasi hutan, tanah dan air; d. rehabilitasi hutan dan lahan serta reklamasi hutan. (2) Pelaksananaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masing-masing instansi atau lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Pelaksananaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan persyaratan teknis masing-masing kegiatan. Bagian Kedua dan 18 Keberhasilan Pelaksanaan Pengelolaan DAS Pasal 30 (1) Keberhasilan pelaksanaan pengelolaan DAS dinilai berdasarkan kriteria biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan. (2) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB VI PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Pasal 31 (1) Pembinaan dan pemberdayaan pengelolaan DAS bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas institusi pemerintah, institusi bukan pemerintah dan masyarakat. (2) Pembinaan dan pemberdayaan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pendanaan. Pasal 32 (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan oleh institusi pemerintah secara berjenjang terhadap institusi pemerintah di bawahnya dan institusi bukan pemerintah. (2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan oleh institusi pemerintah dan/atau institusi bukan pemerintah kepada masyarakat secara partisipatif. Pasal 33 19 (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dilakukan melalui: a. koordinasi; b. pemberian pedoman dan standar; c. pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi; d. pendidikan dan pelatihan; e. pemberian bantuan teknis; f. sosialisasi; dan/atau g. penyediaan sarana dan prasarana. (2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, pendampingan, pemberian bantuan modal, advokasi, penyediaan sarana dan prasarana. BAB VII PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Bagian Pertama Umum Pasal 34 Pengendalian dan Pengawasan pengelolaan DAS diselenggarakan melalui kegiatan monitoring, evaluasi, pemeriksaan dan tindak lanjut. 20 Pasal 35 Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dalam kawasan budidaya dan kawasan lindung di bagian hulu dan hilir DAS. Bagian Kedua Pengendalian Pasal 36 Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 bertujuan untuk mewujudkan kesesuaian rencana pengelolaan DAS dengan pelaksanaan kegiatan masing-masing sektor. Pasal 37 (1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan pengelolaan DAS sesuai dengan kewenangannya. (2) Dalam melaksanakan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibantu oleh Lembaga Koordinasi pengelolaan DAS. Pasal 38 (1) Pengendalian terhadap pelaksanaan pengelolaan DAS diselenggarakan dalam bentuk monitoring dan evaluasi (2) Tata cara pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri. 21 Bagian Ketiga Pengawasan Pasal 39 (1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 bertujuan untuk mewujudkan ketertiban pelaksanaan pengelolaan DAS. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pemeriksaan dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perrencanaan pengelolaan DAS. Pasal 40 (1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan DAS sesuai dengan kewenangannya. (2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibantu oleh Lembaga Koordinasi pengelolaan DAS. Bagian Keempat Sistem Informasi Pengelolaan DAS Pasal 41 (1) Untuk mendukung penyelenggaraan pengelolaan DAS perlu dibangun Sistem Informasi Pengelolaan DAS. (2) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibangun dan dikelola oleh instansi yang berwenang dalam bidang pengelolaan DAS berkepentingan. dengan mengikutsertakan para pihak yang 22 Pasal 42 Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dapat diakses oleh para pemangku kepentingan. Pasal 43 Pedoman pembangunan sistem informasi pengelolaan DAS ditetapkan dengan keputusan menteri. BAB VIII PENDANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Pasal 44 (1) Sumber dana untuk penyelenggaraan pengelolaan DAS dapat berasal dari: a. dana pemerintah; b. dana dunia usaha; c. dana masyarakat; d. dana lainnya. (2) Dana pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi dana APBN dan /atau APBD. (3) Dana dunia usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. dana yang berasal dari penerapan pembebanan biaya pada pihak pembuat pencemaran lingkungan daerah aliran sungai. b. dana yang berasal dari pembebanan biaya pada penerima manfaat penggunaan/pemanfaatan hutan, tanah dan air. c. dana tanggungjawab sosial perusahaan. d. Dana investasi usaha. 23 (4) Dana masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berasal dari perorangan atau kelompok masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS. (5) Dana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat berasal dari negara dan/atau lembaga donor. (6) Pemanfaatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk pendapatan jasa giro atau bunga, hanya diperuntukkan membiayai kegiatan pengelolaan DAS. (7) Laporan pengelolaan dana pengelolaan DAS disampaikan secara berkala kepada pejabat yang berwenang. Pasal 45 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran peningkatan kualitas ekosistem DAS. Pasal 46 (1) Pemerintah mengalokasikan anggaran pembangunan sebagai insentif bagi pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota berdasarkan kriteria: a. implementasi program pembangunan wilayah dan pembangunan sektoral mengacu pada Rencana pengelolaan DAS terpadu. b. kinerja Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS di provinsi, kabupaten/kota. c. kinerja pengelolaan DAS. (2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat menyediakan insentif kepada kelompok masyarakat yang kondisi ekonominya belum memungkinkan namun telah konsisten melakukan upaya konservasi, rehabilitasi dan restorasi DAS. (3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan insentif kepada kelompok masyarakat dan/atau pelaku usaha yang telah menyerahkan dana dan/atau melakukan kegiatan pengelolaan DAS. 24 (4) Tata cara alokasi penganggaran pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 47 (1) Dana pengelolaan DAS terpadu yang bukan berasal dari APBN atau APBD, dapat dikelola oleh institusi bukan pemerintah. (2) Tata cara alokasi penganggaran pembangunan, pemanfaatan dan pengendaliannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. BAB IX PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU Bagian pertama Gugatan Perwakilan dan Organisasi Pasal 48 (1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau melaporkan kepada aparat penegak hukum terhadap kerusakan ekosistem DAS yang merugikan kehidupan masyarakat. (2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan terhadap pelaksanaan kebijakan atau kegiatan pengelolaan DAS yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. (3) Gugatan yang dapat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) meliputi: a. kerugian nyata yang diderita oleh masyarakat; b. pemulihan kondisi ekosistem DAS. Pasal 49 25 (1) Dalam rangka pelaksanaan tanggungjawab pengelolaan DAS, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi DAS. (2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi. Bagian Kedua Penyelesaian Sengketa Pasal 50 (1) Penyelesaian sengketa pengelolaan DAS dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela bagi para pemangku kepentingan yang bersengketa. (2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap setiap tindak pidana. (3) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa pengelolaan DAS di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pemangku kepentingan yang bersengketa. (4) Penyelesaian sengketa pengelolaan DAS di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan. Pasal 51 (1) Menteri terkait memfasilitasi penyelesaian konflik antar para pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS lintas Provinsi dan lintas batas negara. (2) Gubernur memfasilitasi penyelesaian konflik para pemangku kepentingan yang berkepentingan dalam DAS lintas Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi. 26 (3) Bupati/Walikota memfasilitasi penyelesaian konflik para pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS dalam wilayah Kabupaten/Kota. Pasal 52 (1) Para pemangku kepentingan yang berhak menuntut penyelesaikan sengketa pengelolaan DAS di pengadilan adalah yang terkait secara langsung dengan wilayah DAS yang bersangkutan dan/atau yang tidak terkait secara langsung tetapi kegiatannya memiliki kaitan erat dengan pengelolaan DAS di wilayah tersebut. (2) Penyelesaian sengketa di pengadilan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 53 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pengelolaan DAS yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku. 27 BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 54 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO 28 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. U M U M Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, merupakan kesatuan ekosistem alami yang utuh dari hulu hingga hilir beserta kekayaan sumber daya alam dan sumber daya buatan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri, dilindungi dan diurus dengan sebaik-baiknya, DAS wajib dikembangkan dan didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan melalui upaya pengelolaan DAS bagi sebesar-besarnya kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tujuan Pengelolaan DAS untuk mewujudkan kondisi tata air DAS yang optimal meliputi jumlah, kualitas dan distribusi ruang dan waktu, mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan DAS serta mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Guna mewujudkan daya guna dan hasil guna yang tinggi, kontekstual pengelolaan DAS perlu dipahami meliputi beberapa dimensi yaitu pendekatan sistem yang terencana, proses manajemen dan keterkaitan aktivitas para pemangku kepentingan. Pengelolan daerah aliran sungai (DAS) menjadi hal sangat penting terutama bila kita melihat kenyataan bahwa terjadi penurunan kualitas lingkungan DAS akibat pola pengelolaan sumber daya yang 29 tidak ramah lingkungan dan meningkatnya potensi konflik kepentingan para pemangku kepentingan yang terkait (stakeholders). Dengan beragamanya sumber daya alam yang saling berkaitan pada satuan wilayah pengelolaan DAS maka pengelolaan DAS harus terpadu melalui pola “satu DAS satu rencana dan satu sistem pengelolaan ”. Pengelolaan DAS harus dilakukan secara lintas sektor dan karena : a) bersifat melibatkan berbagai disiplin ilmu; b) mencakup lintas wilayah administratif/ geografis (hulu sampai dengan hilir DAS); c) terdapat keterkaitan yang yang kuat antara kegiatan di hulu dengan di hilir dimana air sebagai sumber daya alam yang bergerak; dan d) mengandung potensi konflik kepentingan yang tinggi karena keterbatasan sumber daya alam. Hal ini pula yang melandasi mengapa ekosistem pengelolaan sumber DAS daya merupakan berbasis satuan terbaik dalam ekosistem. Dengan konsep pengelolaan sumber daya berbasis ekosistem DAS memungkinkan dilakukannya kajian keterkaitan antar kegiatan pengelolaan sumber daya serta dampak biofisik dan sosial-ekonomi yang ditimbulkannya baik dampak ditempat kegiatan itu sendiri (on-site) maupun dampak diluar tempat kegiatan (off site). Keterpaduan tersebut pemecahan masalah, antara lain dalam identifikasi dan menetapkan sasaran dan tujuan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan. Pengelolaan DAS terpadu seharusnya juga memperhitungkan faktor lainnya terutama yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, regulasi dan aspek pengaturan kelembagaan. Dalam pengelolaan DAS terpadu tersebut, perencanaan sangat penting dilakukan secara partisipatif dan melibatkan para pemangku kepentingan, lintas wilayah administrasi dari hulu sampai hilir serta harus didasarkan pada kajian kondisi biofisik, sosial, ekonomi, politik, kelembagaan dan peraturan perundangan. Hasil perencanaan tersebut berupa rencana pengelolaan DAS terpadu yang telah disepakati oleh pihak yang terkait mejadi salah satu masukkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Daerah 30 (RPJPNas dan D) dan menjadi acuan kegiatan sektoral di DAS yang bersangkutan. Karena pengelolaan DAS melibatkan para pemangku kepentingan, lintas sektor, lintas wilayah administrasi dan lintas negara, maka pengelolaan tersebut memerlukan lembaga koordinatif pada berbagai tingkat wilayah administrasi dan/atau daerah aliran sungai. Pembentukan lembaga koordinatif dapat diprakarsai oleh pemerintah dan/atau bukan pemerintah dengan keanggotaan dari unsur-unsur pemerintah dan non-pemerintah. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS pada dasarnya menyangkut a). pemanfaatan/pendayagunaan, hutan, lahan dan air; b) rehabilitasi, restorasi dan reklamasi hutan dan lahan; serta c) konservasi hutan, tanah dan air. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masing-masing sektor sesuai kewenangannya, namun harus tetap mengacu pada tujuan bersama yang telah ditetapkan dan disepakati dalam rencana pengelolaan DAS Terpadu. Pendanaan pelaksanaan pengelolaan DAS terpadu tidak mungkin ditanggung semuanya oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah karena kemampuannya sangat terbatas. Pendanaan pengelolaan DAS harus dilakukan dengan berbagai biaya (cost sharing) antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan bukan pemerintah. Dalam hal ini, mekanisme pembiayaan yang diatur, misalnya dengan menerapkan prinsip “penerima manfaat dan pembuat pencemaran membayar” (beneficiaries and polutter pay principles) dan Dana Alokasi Khusus Lingkungan. Untuk pengendalian pengelolaan DAS agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka sanksi dan gugatan juga merupakan hal yang diatur, sehingga diharapkan PP ini dapat dijalankan dengan efektif. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. 31 Pasal 2 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Yang dimaksud dengan berbagi biaya dan manfaat (cost benefit sharing) adalah kontribusi biaya dan manfaat oleh para pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS. Huruf e Cukup jelas Pasal 3 Ayat (1) Huruf a Air sebagai unsur ekosistem DAS diperlukan untuk berbagai kepentingan seperti pertanian, domestik, industri dan penyeimbang lingkungan, kebutuhan air tersebut dapat dipenuhi baik secara kuantitas dan kualitas sepanjang tahun. Huruf b Lahan dalam DAS bisa dipandang sebagai faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan manusia dan mahluk hidup lainnya, harus diusahakan dalam batasbatas kemampuan sumber daya alam sehingga dapat berproduksi secara berkelanjutan tanpa mengalami degradasi, termasuk didalamnya upaya pengendalian erosi dan tanah longsor. 32 Yang dimaksud dengan daya dukung DAS adalah kemampuan DAS dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan manusia yang berada di dalam DAS tersebut dalam periode waktu tertentu. Yang dimaksud dengan daya tampung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk menerima masukan materi (biotik dan abiotik) yang berasal dari luar lingkungan yang bersangkutan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan. Huruf c Kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai seiring dengan tercapainya kondisi tata air DAS yang optimal dan kondisi lahan yang produktif. Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai melalui koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan DAS Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Peraturan Menteri Kehutanan memuat antara lain: a. Kerangka dasar dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan pengelolaan DAS terpadu. b. Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian dan penetapan sesuatu. c. Standar adalah spesifikasi teknis atas sesuatu yang dibakukan kegiatan. Pasal 5 sebagai patokan dalam melakukan 33 Cukup jelas Pasal 6 Perencanaan pengelolaan DAS terpadu dimaksudkan untuk merumuskan tujuan, sinkronisasi program dan sistem monitoring dan evaluasi program dalam DAS. Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Prioritas DAS keterbatasan harus sumber diperhatikan karena adanya daya tersedia untuk yang pengelolaan DAS. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Huruf a. Cukup jelas Huruf b. Cukup jelas Huruf c. Cukup jelas Huruf d Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan DAS, maka satu 34 atau lebih DAS dan/atau pulau-pulau kecil dikelola dalam SWP DAS. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Jangka waktu rencana pengelolaan DAS terpadu disesuaikan dengan jangka waktu rencana pembangunan jangka panjang Nasional dan Daerah (RPJP Nasional dan Daerah). Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 16 Ayat (1) Rencana kegiatan sektoral pada DAS antara lain rencana tahunan untuk rehabilitasi hutan dan lahan, rencana sektor pertanian, perkebunan, dan pengairan yang disusun oleh instansi atau lembaga yang menangani sektor tersebut. 35 Rencana pembangunan pembangunan wilayah adalah rencana sektor dalam wilayah seluruh kabupaten/kota atau provinsi. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 17 Ayat (1) Secara hakiki karena DAS merupakan ekosistem alam yang bersifat pengelolaan lintas DAS batas yang (transboundary), berkepentingan maka dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah administrasi. Keterlibatan para pemangku kepentingan dimaksudkan untuk terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi pada setiap tahap penyelenggaraan pengelolaan DAS. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Lembaga pemerintah antara lain instansi/lembaga/ dinas pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Lembaga bukan pemerintah antara lain badan usaha (BUMN/BUMS/BUMD), lembaga legislatif, lembaga yudikatif, lembaga donor, LSM, perguruan tinggi, kelompok masyarakat, media masa. Ayat (3) Huruf a 36 Lembaga koordinasi pengelolaan DAS pada tingkat nasional merupakan wadah koordinasi para pemangku kepentingan untuk membantu pemerintah merumuskan kebijakan nasional dalam pengelolaan DAS lintas sektor dan lintas wilayah administrasi. Huruf b Lembaga koordinasi pengelolaan DAS pada tingkat provinsi merupakan wadah koordinasi para pemangku kepentingan untuk membantu pemerintah provinsi menjabarkan kebijakan nasional dalam pengelolaan DAS ke dalam kebijakan pemerintah provinsi dan memadukan kebijakan, program, kegiatan lintas sektor dan lintas wilayah administrasi di DAS lintas provinsi dan DAS lintas kabupaten/kota. Huruf c Lembaga koordinasi pengelolaan DAS pada tingkat kabupaten/kota merupakan wadah koordinasi para pemangku kepentingan untuk membantu pemerintah kabupaten/kota menjabarkan kebijakan pemerintah provinsi dalam pengelolaan DAS ke dalam kebijakan pemerintah kabupaten/kota dan memadukan kebijakan, program dan kegiatan lintas sektor di DAS dalam satu kabupaten/kota. Pasal 19 Posisi unsur lembaga pemerintah dalam lembaga koordinasi pengelolaan DAS sebagai instansi utama (leading agency) dalam melaksanakan tugas yang bersifat kepemerintahan, Sedangkan lembaga bukan pemerintah dan perorangan sebagai lembaga pendukung (supporting agency). Sedangkan untuk melaksanakan tugas yang bersifat bukan kepemerintahan, unsur lembaga bukan pemerintah dapat menjadi leading agency. 37 Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Ayat (1) Yang dimaksud bersifat konsultatif dan koordinatif adalah hubungan kerja antar mengkomunikasikan, lembaga koordinasi mengintegrasikan dalam dan mensinkronisasikan tugas-tugas lembaga koordinasi. Antar Lembaga koordinasi secara struktural tidak ada hubungan hirarki. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Ayat (1) Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang per orang dan dunia usaha. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 26 Ayat (1) Bentuk-bentuk kewajiban antara lain: 38 a. mencegah terjadinya kerusakan hutan dan lahan b. mencegah terjadinya pencemaran. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Ayat (1) Yang dimaksud penggunaan dengan lahan kriteria (penutupan biofisik antara vegetasi, lain kesesuaian penggunaan lahan, erosi, kerawanan tanah longsor), tata air (debit sungai, laju sedimentasi, koefisien limpasan, kandungan pencemar). Yang dimaksud dengan kriteria sosial ekonomi antara lain kepedulian individu, partisipasi masyarakat, tekanan penduduk, ketergantungan penduduk terhadap lahan dan tingkat pendapatan. Yang dimaksud dengan kriteria kelembagaan antara lain keberdayaan ketergantungan lembaga masyarakat masyarakat kepada lokal pemerintah, (adat), KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplipikasi) dan keberadaan usaha bersama. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 31 39 Ayat (1) Yang dimaksud dengan institusi bukan pemerintah antara lain swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 40 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan dibangun dan dikelola adalah menghimpun data dan informasi dari berbagai pihak untuk dirumuskan ke dalam sistem informasi pengelolaan DAS dan untuk selanjutnya dikelola sebagai pusat informasi pengelolaan DAS. Pasal 42 Yang dimaksud produk dari sistem informasi pengelolaan DAS antara lain berupa data pokok DAS baik numerik maupun spatial dan sistem pendukung pengambilan keputusan pada setiap tingkat pengelolaan DAS. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Ayat (1) Dana pengelolaan DAS terpadu dibebankan pada anggaran instansi-instansi yang melaksanakan kegiatan yang menjadi bagian dari pengelolaan DAS terpadu. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Pengenaan pembebanan biaya antara lain dapat menggunakan instrumen pajak, retribusi, iuran. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Dana ini berupa dana perusahaan yang dikeluarkan untuk membiayai pelestarian dan atau kepedulian 41 perusahaan terhadap ekosistem DAS karena aktifitas perusahaan. Huruf d Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Dana lainnya global dapat berupa dana lingkungan antara lain environmental facility (GEF), clean development mechanism (CDM), trust fund, enviromental fund. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah: a. Presiden untuk tingkat nasional; b. Gubernur untuk tingkat provinsi; c. Bupati/Walikota untuk tingkat kabupaten/kota. Pasal 45 Pemerintah secara proaktif membiayai kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan melestarikan eksosistem DAS, seperti restorasi/rehabilitasi/reklamasi dan perlindungan/ konservasi hutan, tanah dan air termasuk pembangunan sarana/prasarana pengendalian banjir, erosi, tanah longsor dan kekeringan. Pasal 46 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c 42 Yang dimaksud dengan kinerja pengelolaan DAS adalah tingkat kemampuan dan kemajuan penyelenggaraan kegiatan pengelolaan DAS oleh para pemangku kepentingan terkait. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 47 Ayat (1) Yang dimaksud institusi di luar instansi pemerintah antara lain lembaga koordinasi, yayasan, LSM dan lembaga keuangan alternatif. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 48 Ayat (1) Yang dimaksud hak mengajukan gugatan perwakilan pada ayat ini adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, fakta hukum dan tuntutan yang ditimbulkan karena pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 49 Ayat (1) Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan: 43 a. Berbentuk badan hukum atau yayasan; b. Dalam anggaran dasar organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan pelestarian fungsi DAS; c. Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 50 Ayat (1) Penyelesaian sengketa pengelolaan DAS melalui perundingan di luar pengadilan dilakukan secara sukarela oleh para pemangku kepentingan yang berkepentingan, yaitu para pemangku kepentingan yang mengalami kerugian dan mengakibatkan kerugian, instansi pemerintah yang terkait dengan subyek yang disengketakan, serta dapat melibatkan pihak yang mempunyai terhadap pengelolaan DAS Terpadu. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 kepedulian 44 Cukup jelas Pasal 54 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR .............