14 BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Teori A. Pembelajaran Sejarah 1. Pengertian Sejarah Sejarah berasal dari bahasa Arab yakni Syahjaratun yang artinya pohon atau keturunan dari asal-usul yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Melayu yakni Syajarah yang berkembang menjadi kata Sejarah dengan berbagai makna antaralain : keturunan, silsilah, riwayat, babad, tambo, dan tarikh (Widja, 1988:6). Sedangkan jika ditinjau dari bahasa Inggris, sejarah merupakan terjemahan dari kata History yang diadopsi dari bahasa Yunani yakni istoria yang berarti ilmu. Historia berarti informasi atau penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran. (Kochhar, 2008 : 1). Menurut Collingwood (1966 : 21) sejarah merupakan sejenis bentuk penyelidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. Untuk melakukan penyelidikan terhadap perkara yang dilakukan manusia pada masa lampau, Collingwood mengembangkan hermeneutika yang jelas dan sederhana, yakni menetapkan perbedaan antara pengkajian sejarah dan ilmu-ilmu eksata. Perbedaan tersebut terletak dalam kenyataan bahwa seorang peneliti sejarah tidak hanya berurusan dengan kelakuan lahiriah objek penelitiannya melainkan juga kelakuan batin yang dialami yang tidak dapat diamati serta mendasari kelakuan lahiriah. Ditambahkan pula oleh Collingwood dalam bukunya The 15 Idea of History mengungkapkan bahwa filosofi sejarah tidak terlibat dengan masa lalu itu sendiri ataupun pemikiran sejarahwan tentang masa lalu itu sendiri, tetapi dengan dua hal dalam hubungan bersama. Masa lalu yang dipelajari sejarahwan bukanlah bukanlah masa lalu yang telah mati, tetapi masa lalu yang dalam sejumlah arti masih hidup di masa kini, namun tindakan atau kejadian yang terjadi di masa lalu sudah mati, dengan kata lain tidak bermakna bagi sejarahwan, kecuali memahami pemikiran yang dibelakangnya. Kesimpulannya, sejarah adalah reka ulang pemikiran yang sedang dipelajari sejarahwan dalam pikirannya sendiri (Carr 2014 : 23). Sejarah sebagai ilmu yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran tentu saja memiliki sasaran dan objek yang menjadi kajian. Oleh karena itu, objek sejarah adalah manusia dan hubungannya dengan lingkungan. Djoko Suryo (1991 : 4) menjelaskan bahwa sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari proses perubahan hidup manusia dan lingkungannya dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, langsung atau tidak langsung masa lampau senantiasa menjadi memori yang akan memberikan pengalaman, pembelajaran, kesan dan peringatan bagi manusia dalam bersikap dan beraktivitas di masa kini dan masa akan datang. Sejarah merupakan pelajaran dan pengalaman yang dapat membimbing hidup manusia ke arah yang lebih baik dalam arti bahwa hidup manusia selalu berada dalam tataran sejarah. Rowse (2014 : 14) mengungkapkan sejarah adalah tentang kelompok masyarakat, dan proses bagaimana menjadi seperti itu. Mengetahui seperti 16 masyarakat di masa lalu dan evolusi mereka memberi petunjuk perihal faktorfaktor yang mengendalikan mereka, pergerakan dan kekuatan yang menggerakkan mereka, motif dan konflik baik umum maupun personal yang membentuk berbagai peristiwa, dan sejarah merupakan kajian yang terkait dengan sifat manusia sepanjang waktu. Ditambahkan pula oleh Rowse, sejarah pada dasarnya merupakan catatan kehidupan manusia di masyarakat dalam lingkungan geografi dan fisik mereka. Sedangkan menurut Notosusanto (1990 : 2) sejarah mempunyai dua pengertian yaitu : sejarah sebagai kisah dari peristiwa masa lampau dan sejarah sebagai kisah dari peristiwa – peristiwa itu. Sejarah adalah dialog yang berkelanjutan antara masa kini dan masa lampau untuk memahami dan merencanakan masa yang akan datang dan untuk menjamin mutu dialog, setiap sumber harus dibaca, diteliti, dan dipelajari. Hakikat sejarah menurut Suhartono W. Pranoto (2010 : 2-5) terdiri atas 5 yakni: 1) Sejarah Sebagai Ilmu Pengetahuan Sejarah adalah ilmu pengetahuan dari subjek yang defenitif diisyaratkan oleh metode yang bebas dan teratur atau proses dan diatur dalam ketententuan yang dapat diterima. 2) Sejarah adalah penyelidikan Sejarah adalah penyelidikan akan bukti-bukti atau fakta-fakta dari sebuah peristiwa sehingga bukti-bukti atau fakta-fakta yang dikumpulkan adalah sumber dan bukti atau fakta yang authenticity, credible dan reliability. 17 3) Sejarah dalam bentuk catatan dan peninggalan Masa lampau dapat diketahui dari peninggalan berupa tulisan (history as record) dan benda-benda peninggalan (history as remind). 4) Sejarah sebenarnya masa lampau Sejarah menekankan pada kegiatan manusia atau aktivitas social manusia yang signifikan. 5) Sejarah mempelajari keunikan Sejarah mempelajari keunikan karena adanya ruang dan waktu. Kejadian atau peristiwa hanya terjadi pada tempat tertentu dan waktu tertentu. Dari berbagai pandangan tentang pengertian sejarah di atas, dapat disimpulkan bahwa Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya pada masa lampau yang terjadi dalam ruang dan waktu tertentu serta unik dan mempunyai pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu dengan mempelajari sejarah orang dapat berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi persoalan kehidupan khususnya bagi perserta didik. 2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran kata dasarnya adalah belajar. Menurut Sudjana dalam Rusman (2014:1) merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Belajar memiliki tujuan terhadap perubahan tingkah laku dalam diri. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat kognitif (pengetahuan) dan keterampilan 18 (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Pembelajaran atau learning oleh Klien (1996 : 2) didefenisikan sebagai “an esperimental process resulting in a relatively permanent change in behavior that can not be temporary state, maturation, or innate response tendencies”. Defenisi tersebut memiliki tiga komponen yaitu : pembelajaran mengarahkan pada tingkah laku, perubahan perilaku tersebut lebih karena proses dalam pembelajaran, perubahan perilaku merupakan pertanda meningkatnya usia kematangan seseorang. Pembelajaran memiliki tujuan terhadap perubahan tingkah laku, juga diartikan sebagai suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. Rusman, (2014:1) menyebutkan komponen-komponen tersebut antaralain tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Jadi pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tujuan dari pembelajaran dan pendidikan pada umumnya dapat tercapai. Saylor (Mulyasa, 2006 : 246) mengatakan bahwa “instruction is thus implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational setting”. Pembelajaran merupakan implementasi dari perencanaan yang disusun berdasarkan kurikulum. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik dan guru dengan berbagai fasilitas, materi, 19 dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Dari penjelasan para ahli tentang pembelajaran diatas, jadi pembelajaran dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan atau tindakan secara sengaja yang terdiri dari beberapa komponen yang tidak terpisahkan serta memiliki tujuan yaitu perubahan tingkah laku pada peserta didik baik dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari pembelajaran tersebut maka guru perlu merancang perencanaan berdasarkan kurikulum, dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yakni perubahan dalam diri peserta didik yakni perubahan dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Suparman (1996:157) pembelajaran memiliki ciriciri antaralain : (1) merupakan upaya sadar dan disengaja, (2) pembelajaran harus membuat siswa belajar, (3) tujuan harus dibuat terlebih dahulu sebelum kegiatan dimulai, dan (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru hendaknya telah merancang dan merencanakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi atau pendekatan pembelajaran adalah kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang dapat 20 memberikan kemudahan kepada siswa menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran sejarah pada dasarnya merupakan proses pendidikan secara umum diartikan sebagai usaha untuk mengembangkan daya manusia supaya dapat membangun dirinya bersama masyarakat dan lingkungannya. Atno (2010 : 93) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran, di dalamnya dapat terintegrasi dengan materi lain. Sebagai bahan acuan, dapat dipergunakan berbagai sumber sejarah yang ada di lingkungan sekitar, sehingga siswa aktif mencari sumber yang diperlukan. Siswa dilatih untuk menjalin komunikasi dan berdiskusi dengan teman, orang lain atau masyarakat sekitar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Guru sejarah harus dapat mengembangkan materi ajar sejarahnya. Pembelajaran yang mendorong siswa agar dapat mencari, menangkap, mengelola serta memanfaatkan informasi perlu segera dirintis. Siswa harus mencari dan menangkap informasi, karena dengan mengetahui suatu informasi dapat meningkatkan kualitas hidup siswa. Pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan pengertian kegiatan belajar oleh Nana Sudjana (2005 : 29) yaitu upaya pendidik untuk membantu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar sejarah dengan baik, karena kegiatan belajar yang terjadi pada diri peserta didik merupakan akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Setiap individu pada dasarnya memerlukan sejarah, hal ini bisa ditinjau dari kebutuhan hidup manusia. Menurut Maslow (1992 : 77), salah 21 satu dari kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan rasa ingin tahu. Sejarah merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai sarana pendidikan. Rasa ingin tahu akan membentuk seseorang berpikir kritis dan menambah pengetahuan akan sesuatu yang dikritisi. Dalam hal ini, peran guru sejarah sangat diutamakan dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas serta yang terpenting memanfaatkan sumber belajar guna menjawab persoalan yang dibahas. Selain itu juga bahwa kemampuan guru dalam mengolah bahan ajar dan memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar kehidupan peserta didik sangat penting. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang didasarkan pada situasi dunia nyata, dan mendorong sisiwa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari - hari. Inti sejarah adalah manusia. Maka pelajaran sejarah adalah memperkenalkan kehidupan dan peristiwa masa lampau serta manusia yang pernah berjuang dan perjuangannya kepada peserta didik. Perkenalan ini dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, tujuan pelajaran dapat dicapai bila guru dapat menghidupkan dan menyelami makna tersebut. 3. Tujuan pembelajaran sejarah Kochhar (2008 : 50) menjelasakan bahwa tujuan instruksional dalam pembelajaran sejarah di pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, pemikiran kritis, keterampilan praktis, minat, perilaku, dalam diri peserta didik. Aspek Pengetahuan, Siswa harus 22 mendapatkan pengetahuan tentang sejarah, sehingga dapat mengingat, mengenali, menunjukkan dan membaca tentang istilah, konsep, fakta, peristiwa, simbol, gagasan, perjanjian, problem, kronologi yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Aspek Pemahaman Siswa harus mengembangkan pemahaman tentang menggambarkan, sejarah sehingga membandingkan, mampu mengklasifikasikan, menjelaskan, membedakan, mengidentifikasi, menyusun, mendeteksi, dan menarik kesimpulan dari berbagai materi sejarah. Aspek Pemikiran Kritis, Pembelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan pemikiran kritis sehingga dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, mengumpulkan bukti, menyelidiki, menyeleksi bukti dan fakta yang relevan, menciptkan hubungan dan menyusun fakta, menarik kesimpulan, memberikan argument, dan memverifikasi kesimpulan. Aspek Keterampilan pratktis, Pembelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan keterampilan praktis dalam memahami fakta-fakta sejarah. Aspek Minat, Pembelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan minatnya dalam studi tentang sejarah. Aspek Perilaku, Pembelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan perilaku sosial yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Dari enam tujuan instruksional pembelajaran sejarah di atas, kesimpulanya adalah pembelajaran sejarah bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah sehingga dapat menjadi acuan dalam kehidupan dan menata masa depan. 23 Tujuan terpenting pembelajaran sejarah adalah seseorang dapat meningkatkan pemahaman mendalam baik terhadap masa lalu maupun masa depan dengan melalui hubungan timbal balik antara keduanya. Burckardt dalam (Carr, 2014 : 71) sejarah mempunyai fungsi ganda, artinya bahwa masa lalu hanya dapat kita pahami dari sudut pandang masa kini, dan kita dapat benar-benar memahami masa kini hanya dari sudut pandang masa lalu serta memungkinkan manusia memahami masyarakat masa lalu dan meningkatkan penguasaannya terhadap masyarakat masa kini. Arti dari penjelasan Burckardt bahwa tujuan dari pembelajaran sejarah yakni manusia dapat memahami kehidupan masa lampau dengan melihat kehidupan yang sedang dijalani saat ini atau dengan kata lain bahwa kehidupan masa lampau berdampak pada kehidupan yang sedang dijalani saat ini. Mendukung pernyataan tentang tujuan pembelajaran sejarah diatas adalah penjelasan Sartono Kartodirjo (1982 : 256) bahwa sejarah nasional memberikan inspirasi bagi generasi muda agar tercipta aspirasi dan idealisme untuk menghadapi masa depan dengan penuh gairah dan penuh tanggung jawab serta mengabdi kepada nusa dan bangsa. Dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, sejarah memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan orang dapat memikirkan masa depan diri sendiri dan masa depan bangsanya selalu mengacu pada sejarah bangsa. Sehingga sejarah bangsa memberikan inspirasi dan semangat serta tanggung jawab dalam membangun bangsa. 24 Sejarah menggembleng jiwa manusia menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi teror dan kekacauan dalam kehidupan kita (Sartono Kartodirjo, 2014:24). Sehingga tujuan pembelajaran sejarah yaitu agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami perjalan kehidupan dan peristiwa pada masa lampau guna menghadapi dan mengatasi persoalan-persoalan yang sedang dihadapi dan menata masa depan yang lebih baik serta bertujuan agar peserta didik dapat menyadari bahwa hidup mereka saat ini adalah karena jasa para pahlawan bangsa yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Oleh karena itu, para guru sejarah diharapakan dapat mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai dan kesadaran akan sejarah bangsa ini bagi peserta didik. (Gunawan, 2013 : 1) 4. Manfaat Pembelajaran Sejarah Manfaat pembelajaran secara rinci yang diungkapkan oleh Tri Widiarto (2008 : 18-19) antara lain: Manfaat edukatif, manfaat inspiratif, rekreatif, instruktif, dan kewaspadaan. Manfaat edukatif yang dimaksudkan adalah sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya. Atas dasar itu pula bisa ditunjukkan bahwa sejarah yang mengarahkan perhatiannya terutama pada masa lampau tidak bisa lepas dari masa kekinian, karena semangat yang sebenarnya dari kepentingan mempelajari sejarah ialah masa kekinian. Manyadari manfaat edukatif dari sejarah berarti sejarah yang penuh arti memiliki nilai-nilai dapat dimanfaatkan untuk memotivasi dan memecahkan masalah-masalah dewasa ini selanjutnya untuk merealisasikan harapan dan tujuan di masa yang akan datang. 25 Manfaat inspiratif, Belajar sejarah pada satu sisi dapat dimengerti untuk mendapatkan ide-ide maupun konsep-konsep yang langsung berguna bagi pemecahan masalah-masalah di masa kini, dan juga untuk mendapatkan inspirasi ilham dan semangat untuk mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa yang besar. Teladan para pahlawan perlu dihargai karena mengilhami dalam menghadapi masa kini. Manfaat rekreatif, menunjuk pada nilai-nilai estetis dan sejarah. Keindahan itu tampak pada tokoh-tokoh dan peristiwa sejarah, karena sejarah dapat memberikan kesenangan estetis, karena bentuk dan susunan peristiwanya. Dengan mempelajari sejarah, seseorang dapat menerobos batas waktu dan ruang atau tempat yang jauh untuk mengikuti berbagai peristiwa masa lampau. Manfaat instruktif, lebih dihubungkan dengan fungsi sejarah dalam menunjang bidang-bidang kejuruan dan keterampilan. Sejarah yang menyangkut penemuan-penemuan diperlukan bagi usaha memperjelas prinsip-prinsip kerja tertentu yang tidak jarang berkembang dari satu penemuan yang sederhana yang akhirnya sampai pada taraf perkembangan yang canggih. Manfaat kewaspadaan, manfaat sejarah juga yakni mendidik orang atau bangsa menjadi waspada, arif, dan bijaksana. Mempelajari kisah sejarah manusia akan menjadi dewasa dan waspada dalam menghadapi problem dan tantangan-tantangan baik dari dalam maupun dari luar yang dapat menghancurkan ketutuhan bangsa Indonesia. 26 Dari kelima manfaat pembelajaran sejarah di atas, pada dasarnya adalah melalui sejarah, nilai – nilai masa lampau dapat dipetik dan dapat dimanfaatkan untuk masa kini dan menata masa depan. Tanpa masa lampau, manusia tidak dapat membangun ide – ide tentang konsukuensi dari yang telah dilakukan. (Widja, 1989 : 101). 5. Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang bersifat operasional dan dilaksanakan di masing-masing tingkat satuan pendidikan. Hal ini senada dengan pengertian kurikulum KTSP oleh Mulyasa (2006 : 20) bahwa KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. Mulyasa menjelaskan bahwa KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kelender pendidikan, dan silabus. Tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan agar sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah dan peserta didik masing-masing satuan pendidikan. Landasan hukum kurikulum ini yaitu Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun oleh 27 masing-masing sekolah dengan mengacu pada Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum yang digunakan oleh SMA Negeri 2 Ende saat ini adalah kurikulum KTSP yang disusun dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam satuan pendidikan. KTSP yang dikembangkan di SMA Negeri 2 Ende mengacu pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 yaitu : 1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan karakteristik peserta didik. 3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Sesuai dengan tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, maka SMA Negeri 2 Ende mengembangkan KTSP dengan mengacu pada tujuan tersebut. Struktur KTSP pada jenjang pendidikan menengah tertuang dalam standar isi yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran. Muatan KTSP meliputi 28 sejumlah mata pelajaran yang cakupan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Ende diberikan dengan alokasi waktu sesuai dengan standar isi yakni 3 jam pembelajaran per minggu dan diselenggarakan sesuai dengan standar isi KTSP yang meliputi aspekaspek sebagai berikut : 1) Prinsip dasar ilmu sejarah 2) Peradaban awal masyarakat dunia dan Indonesia 3) Perkembangan negara-negara tradisional di Indonesia 4) Indonesia pada masa penjajahan 5) Pergerakan kebangsaan 6) Proklamasi dan perkembangan Negara kebangsaan Indonesia. Dari aspek-aspek tersebut, kemudian dikembangkan lagi ke dalam silabus yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatorindikator. Pengembangan silabus diberikan secara penuh kepada guru mata pelajaran dan guru mengembangkan indikator-indikator sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Evaluasi pembelajaran dalam KTSP menggunakan penilaian yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun untuk pelajaran sejarah, penilaian hanya pada 2 aspek saja yakni aspek kognitif dan afektif. Dalam melakukan penilaian terhadap keadaan belajar siswa, menggunakan beberapa teknik penilaian. Penggunaan berbagai teknik penilaian harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang 29 tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya materi yang telah disampaikan. Menurut Safari (2008 : 48) teknik penilaian dalam kurikulum KTSP yang dapat digunakan oleh guru adalah: 1) Teknik penilaian melalui tes a. Tes lisan Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan tanya jawab secara langsung guru dan peserta didik. b. Tes tertulis Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab oleh peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. c. Tes perbuatan Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan secara lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. 2) Teknik penilaian melalui pengamatan atau observasi Teknik pengamatan atau observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 3) Teknik penilaian melalui wawancara Teknik wawancara diperlukan oleh guru dengan tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut hal-hal yang dianggap guru kurang jelas 30 informasinya. Teknik wawancara ini juga digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai. B. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) 1. Pengertian Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam proses pembelajaran begitu banyak pendekatan yang digunakan agar mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami situasi dan pengalaman belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006 : 253) bahwa pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan dengan situasi dunia nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Depdiknas menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan di sekitarnya. Sementara itu Howey R. Keneth, mendefenisikan CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat 31 simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama. (Rusman, 2014 : 190). Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak dilihat dari sisi hasil pembelajaran itu sendiri, melainkan proses. Dalam pembelajaran dengan model CTL (Contextual Teaching and Learning) menurut Rusman (2014 : 193-197) terdapat 7 prinsip dasar yang harus dikembangkan oleh guru antara lain: 1) Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Oleh karena itu guru dituntut kemampuan untuk membimbing siswa membangun pemahaman dan mendapatkan makna dari setiap konsep yang dipelajarinya. 2) Menemukan (inquiri) Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil dari menemukan sendiri. Pada intinya CTL adalah sistem 32 pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing. 3) Bertanya (Questioning) Unsur lain yang menjadi karakteristik CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam serta produktivitas belajar akan lebih tinggi karena dengan bertanya dapat : 1) Dapat menggali informasi, 2) Mengecek pemahaman siswa, 3) Membangkitkan respon siswa, 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa, 7) Menumbuhkan minat belajar dan membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfatkan sumber belajar dari teman-teman dan lingkungan belajarnya. Penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Hal ini dilakukan dengan cara siswa dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas. 33 5) Permodelan (Modelling) Saat ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh guru berdampak pada pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang heterogen. Oleh karena itu penggunaan model dan media dapat dijadikan alternative untuk memenuhi tujuan pembelajaran dan harapan siswa secara menyeluruh, dan mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru. 6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau yang baru dipelajari. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelas dan lingkungan sekolah, akan tetapi jauh lebih penting bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut dalam kehidupan nyata pada saat menghadapi dan memecahkan persoalan yang dihadapi. 7) Penilaian (Assesment) Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran yang berfungsi menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil melalui penerapan CTL. Menurut menggunakan Depdiknas, model CTL (2002:20) harus proses pembelajaran mempertimbangkan dengan karakteristik- 34 karakteristik : 1) Kerja sama, 2) Saling menunjang, 3) Menyenangkan dan tidak membosankan, 4) Belajar dengan bergairah, 5) Pembelajaran terintegrasi, 6) Menggunakan berbagai sumber, 7) Siswa aktif, 8) Sharing dengan teman, 9) Siswa kritis dan guru kreatif. 2. Skenario Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Sebelum pembelajaran dengan menggunakan model CTL, guru harus terlebih dahulu membuat scenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat control dalam pelaksanaannya. Menurut Rusman (2014:199) pengembangan setiap komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. 2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk topik yang diajarkan. 3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui cara memunculkan pertanyaan-pertanyaan. 4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya. 5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melalui ilustrasi, dan media yang sesungguhnya. 35 6) Membiasakan siswa untuk merefleksi setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 7) Melakukan penilaian secara obyektif. Program pembelajaran dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) lebih menekankan pada scenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, program pembelajaran hendaknya : 1) Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar. 2) Rumuskan dengan jelas tujuan pembelajarannya. 3) Uraiakan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan. 4) Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses pembelajarannya. 5) Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah pembelajaran. C. Media Situs Bung Karno 1. Situs Bung Karno Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1992, situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung cagar budaya 36 termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. Berdasarkan Undang – Undang di atas, secara eksplisit situs merupakan peninggalan masa lampau berupa bangunan. Oleh karena itu, situs Bung Karno termasuk warisan sejarah nasional yang mempunyai nilai historis sehingga perlu dilestarikan dan dipelajari oleh generasi bangsa. Menurut Warsito, (2012 : 25) Situs adalah sebidang lahan yang mengandung atau diduga mengandung benda purbakala dan pernah digunakan sebagai tempat kegiatan oleh manusia pada masa lalu. Selain sebagai tempat kegiatan pada masa lampau, situs juga merupakan tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan bersejarah dan informasi tentang peristiwa pada masa lampau. Diungkapkan juga oleh Bloembergen dan Eickhoff (2011) bahwa situs tidak hanya berupa warisan materi, melainkan juga terkandung warisan pemikiran dan gagasan yang dapat menginspirasi generasi muda dalam membangun masa depan. Keberadaan situs Bung Karno di Ende merupakan peninggalan sejarah pada masa pergerakan nasional. Di dalam situs Bung Karno, terdapat benda-benda yang memiliki nilai historis perjuangan Bung Karno selama masa pengasingan oleh Belanda. Selain benda-benda peninggalan, situs Bung Karno juga memiliki gagasan-gagasan penting yang perlu diintegrasikan kepada peserta didik dalam pembelajaran sejarah. Dari berbagai pengertian situs di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa situs merupakan suatu lokasi atau tempat yang mengandung benda 37 cagar budaya dan sebagai tempat kegiatan manusia pada masa lalu yang memiliki nilai sejarah dan bermakna bagi ilmu pengetahuan. Triyoko (2001 : 1) mengklasifikasikan situs berdasarkan masa dan periode waktunya yang meliputi : (1) situs prasejarah, yakni peninggalan dari jaman prasejarah. (2) situs klasik, peninggalan setelah jaman prasejarah sebelum kedatangan Islam di Indonesia. (3) situs islam, peninggalan kerajaan – kerajaan Islam dan perkembangan islam di Indonesia. (4) situs kolonial dan masa kemerdekaan, yakni peninggalan dari jaman kolonial atau peninggalan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, situs Bung Karno dikategorikan sebagai situs kolonial atau situs kemerdekaan, karena merupakan peninggalan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa Belanda. Keberadaan situs Bung Karno di Ende berupa Taman Renungan Pancasila yang merupakan tempat Bung Karno menemukan ilham kelima butir pancasila, Gedung Imaculata yang merupakan tempat pementasan teater yang naskah teaternya ditulis oleh Bung Karno untuk menggugah semangat persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan, dan Rumah Pengasingan Bung Karno ketika beliau diasingkan oleh Belanda pada tahun 1935 sampai 1938 merupakan peninggalan yang tak terpisahkan dari sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Situs Bung Karno di Ende, merupakan tempat yang memiliki jejak dan informasi tentang Soekarno selama masa pengasingan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pengasingan terhadap Soekarno merupakan dampak dari 38 perjuangan melalui organisasi pergerakan nasional. Semangat pergerakan nasional berawal dari munculnya rasa nasionalisme di kalangan rakyat pribumi akibat dari praktek kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh pemerintah Hindi Belanda. Nasionalisme yang tumbuh dan berkembang dalam diri tokoh-tokoh nasionalisme dan masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yakni (1) tingginya derajat homogenitas keagamaan di Indonesia dengan mayoritas beragama Islam. Islam bukan sekedar tali pengikat melainkan simbol kelompok dalam melawan penindasan. (2) kesadaran petani akan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang menimbulkan reaksi berupa aksi protes secara spontan. Aksi-aksi protes kemudian diarahkan oleh pemimpin nasionalis ke saluran-saluran nasionalis yang lebih jelas. (3) munculnya kaum elite Indonesia yang nasionalis sebagai hasil dari pendidikan barat dan perkembangan marxisme di wilayah Asia. (Kahin, 2013 : 52 - 60). Pendidikan merupakan wahana pokok dari gerakan nasionalis. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran pendidikan dalam perjuangan dan pergerakan nasional. Muhamad Rifa’i (2011 : 80) menjelaskan bahwa pendidikan yang diterapkan oleh Belanda melalui politik etis berhasil membuka cakrawala berpikir bagi kaum pendidik dan pergerakan di Indonesia sehingga menghasilkan generasi muda yang kelak menjadi tokoh – tokoh pergerakan nasional. Ilmu yang diperoleh dan keadaan sosial masyarakat Indonesia memunculkan gagasan-gagasan dalam diri tokoh-tokoh nasional 39 yang dituangkan melalui wadah organisasi pergerakan nasional. Gerakangerakan nasionalis memiliki satu tujuan yakni meraih kemerdekaan dengan cara yang berbeda-beda. hal ini sehingga menimbulkan gesekan dan perdebatan di kalangan tokoh-tokoh nasionalis itu sendiri. Di dalam gerakan yang terpecah-pecah untuk memperjuangkan kemerdekaan, Soekarno melihat adanya bukti yang terpenting adalah tercapainya persatuan. Persatuan menjadi modal utama dalam memperjuangkan kemerdekaan. Persatuan gerakan nasionalis anti penjajahan dilakukan Soekarno dengan penyatuan ideologi islam, marxisme, dan nasionalisme, untuk kemerdekaan. (Ricklefs, 2011 : 277). Sepak terjang Soekarno sebagai tokoh nasionalis dalam pergerakan nasional Indonesia menjadi sangat menonjol ketika mendirikan dan menjadi pemimpin Partai Nasional Indonesia bersama para anggota Studie Club di Bandung pada 4 Juli 1927 dan menjadi ketua Partindo. Melalui organisasi pergerakan nasional ini, Soekarno mengeluarkan gagasan-gagasannya bahwa kemerdekaan harus dicapai dengan tidak bekerja sama atau nonkooperatif terhadap pemerintah dan kemerdekaan menjadi keinginan dan milik seluruh masyarakat Indonesia tidak memandang suku, agama, maupun golongan. (Kahin, 2013 : 125). Penekanan Soekarno sangatlah jelas bahwa persatuan menjadi acuan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Perjuangan dan gagasan Soekarno yang disampaikan melalui orasiorasi politik di hadapan masyarakat, berhasil membakar semangat persatuan dan rasa nasionalisme. Dampak dari perkembangan Partindo serta giatnya 40 Soekarno menyerukan kebangkitan nasional, sehingga pada tahun 1933 terjadi pemberontakan angkatan armada laut Belanda yang bertugas di perairan laut Indonesia. Pemberontakan ini dianggap sebagai pengaruh buruk dari kaum nasionalis radikal. Sepak terjang Soekarno dan Partindo serta organisasi lainnya yang nonkooperatif terhadap pemerintah akhirnya dianggap mengganggu ketertiban dan ketentraman sehingga pada tanggal 1 Agustus 1933, Soekarno ditangkap dan didakwa melanggar Pasal 153 bis dan Pasal 169 yaitu rust en orde (ketentraman dan ketertiban) serta diputuskan diasingkan ke Ende pada tanggal 14 Januari 1934. (Sartono Kartodirjo, 2014 : 2014). Beberapa tokoh pergerakan nasional lainnya seperti Moh. Hatta, Sjahrir, dan tokoh nasionalis lainnya akhirnya ditahan pada 1934. (Djaya, 2014 : 42). Situs Bung Karno yang terdapat di Ende antaralain Rumah Pengasingan, Taman Renungan Pancasila, dan Gedung Imaculata. a) Rumah Pengasingan Selama pengasingan di Ende, Bung Karno dan keluarganya menempati rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru. Di dalam rumah pengasingan, menghabiskan waktu dengan membaca, melukis, dan menyusun naskah tonil yang kemudian dipentaskan oleh masyarakat lokal. Setelah Indonesia Merdeka, Bung Karno mengunjungi Ende untuk pertama kalinya pada tahun 1951. Dalam kunjungan tersebut, Bung Karno meresmikan rumah itu sebagai situs Bung Karno pada tanggal 16 Mei 1951. 41 b) Taman Renungan Pancasila Taman Renungan merupakan tempat Bung Karno sering menghabiskan waktu untuk merenungi perjuangan akan kemerdekaan bangsa. Hal ini diungkapkan oleh Adams (2014 : 163), Selama masa pengasingan di Ende, Soekarno sering juga menghabiskan waktu dengan merenung untuk menata kembali segala cita-cita perjuangan. Dijelaskan bahwa Soekarno gemar merenung di sebuah lapangan dengan pohon sukun yang besar menaungi dan tempat tersebut menghadap ke laut Sawu. Soekarno menyadari bahwa semangat untuk meraih kemerdekaan tidak bisa berhenti tetapi tidak bisa lepas dari kehendak semesta. Konsepsi pancasila merupakan simbiosis dari pikiran dan cita-cita Soekarno setelah melalui perjuangan yang sangat panjang serta perenungan yang panjang dan matang. Perjuangan selama pergerakan nasional yang bertujuan memerdekakan rakyat dari penindasan kolonial, kapitalisme dan imperialisme serta perenungan yang matang di bawah pohon sukun bercabang lima dengan daunya memiliki lima garis, akhirnya melahirkan suatu gagasan besar. Ende, merupakan tempat Soekarno memperoleh kesempatan untuk mematangkan gagasannya tentang dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ende yang memiliki tingkat kamejemukan agama, suku, dan budaya, Soekarno menemukan perwujudan konkrit dari idenya tentang dasar dan tujuan yang dapat berfungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Dalam Pidatonya ketika berkunjung ke Ende pada tahun 1950, Soekarno mengungkapkan bahwa “ Di kota ini 42 kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur pancasila”. (Aswi Warman Adam, 2010 : 140). c) Gedung Imaculata Gedung Imaculata merupakan gedung milik gereja katolik (Katedral) yang digunakan oleh Bung Karno untuk mementaskan tonil. Tonil yang dibuat oleh Bung Karno dipentaskan oleh masyarakat lokal dan menceritakan tentang harapan akan kemerdekaan, dan pentingnya semangat persatuan. Pementasan tonil di gedung Imaculata merupakan suatu bentuk upaya pencerdasan kepada masyarakat lokal serta penanaman nilai persatuan dan kesatuan. Situs Bung Karno yang berupa Taman Renungan Pancasila, gedung Imaculata dan Rumah Pengasingan merupakan peninggalan masa lampau yang memiliki nilai historis dan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan sumber pembelajaran sejarah nasional. 2. Pengertian Media Dari segi etimologis, media berasal dari bahasa Latin yakni medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Pengertian dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Sebagai penghantar pesan kepada penerima, I Wayan Santyasa (2007 : 3) menambahkan bahwa tentu terjadi komunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima, dan dipahami dengan baik oleh penerima pesan itu sendiri. Sebagai perantara dalam pengiriman ataupun 43 penyampaian pesan, media mempunyai kedudukan dan kegunaan yang sangat penting dalam proses penyampaian pesan itu sendiri. Penggunaan media yang tepat, tentu saja pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan dapat dipahami oleh penerima pesan.Ataupun sebaliknya, penggunaan media yang kurang tepat berdampak pada pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. (Azhar Arsyad, 2014:3). Sehingga media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, sumber belajar, buku teks, teknologi, dan lingkungan merupakan media dalam sebuah proses pendidikan. Situs Bung Karno sebagai peninggalan sejarah dan mempunya nilai kesejarahan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru guna menyampaikan pesan dalam pembelajaran sejarah kepada peserta didik sehingga tujuan dari pembelajaran sejarah dan tujuan pendidikan dapat terwujud. Ainina (2014 : 3) menjelaskan bahwa kehadiran media mempunyai arti cukup penting dalam proses belajar mengajar, karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan 44 media. Media situs Bung Karno, dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menyampaikan nilai-nilai historis dan perjuangan pergerakan kepada peserta didik. Hal ini membawa dampak positif dalam proses pembelajaran sejarah karena peserta didik akan lebih mudah mencerna dan memahami materi dengan bantuan media situs Bung Karno. Keberadaan media dalam proses pembelajara memiliki peranan yang sangat penting. Proses pembelajaran sejarah akan berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan kepada peserta didik dapat diserap dan dipahami, apabila guru dapat memanfaatkan situs Bung Karno sebagai media pembelajaran sejarah. Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kehadiran situs Bung Karno di Ende dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran sejarah guna menanamkan kesadaran sejarah dan semangat nasionalisme serta persatuan yang terkandung di dalam situs sehingga tujuan pembelajaran sejarah dapat tercapai dan tujuan pendidikan pada umumnya dapat terwujud. 3. Manfaat Situs Bung Karno Sebagai Media Pembelajaran Situs Bung Karno merupakan peninggalan masa lampau yang memiliki nilai –nilai kesejarahan serta menyimpan gagasan-gagasan Bung Karno tentang persatuan nilai luhur pancasila. Peninggalan masa lampau yang memiliki nilai kesejarahan dan informasi tentang peristiwa pada masa lampau dapat dimanfaatkan sebagai sumber maupun media pembelajaran sejarah. 45 Seperti yang dijelaskan oleh Widja (1989 : 60) bahwa benda peninggalan masa lampau yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran dan alat bantu untuk mendukung usaha-usaha pelaksanaan strategi serta metode mengajar. Oleh karena itu situs Bung Karno memiliki manfaat untuk kepentingan pendidikan melalui pembelajaran sejarah. Sependapat dengan pernyataan di atas, Musadad (2015 : 9) menjelaskan bahwa Sumber pembelajaran sejarah itu berasal dari mana saja, baik dari dalam kelas, maupun berasal dari luar kelas. Terkait dengan variatifnya sumber pembelajaran sejarah untuk kegiatan belajar mengajar sejarah. Salah satu sumber pembelajaran sejarah yang dapat dimanfaatkan oleh guru sejarah sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar sejarah yaitu situs yang menyimpan berbagai peninggalan masa lalu. Sehingga manfaat dari situs Bung Karno yakni dapat dijadikan media pembelajaran sejarah. Arsyad (2011:24) Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Sependapat dengan manfaat dari media pembelajaran di atas, situs Bung Karno di Ende sebagai media dalam pembelajaran sejarah memiliki manfaat antara lain : 1. Pembelajaran sejarah akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar sejarah. 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran sejarah. 46 3. Proses pembelajaran sejarah akan menjadi menarik karena tidak terpusat pada penjelasan guru (teacher centered), tetapi peserta didik akan ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sejarah sehingga minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah semakin meningkat. 4. Manfaat yang paling penting dari penggunaan media situs Bung Karno dalam pembelajaran sejarah yaitu dapat menumbuhkan kesadaran sejarah dan semangat nasionalisme dalam diri peserta didik. Hal ini dikarenakan situs Bung Karno memiliki nilai kesejarahan dari perjuangan Bung Karno untuk memerdekakan bangsa melalui pergerakan nasional, penanaman rasa nasionalisme dan semangat persatuan kedalam diri masyarakat Indonesia, dan penemuan gagasan yang menjadi dasar dari filosofi hidup berbangsa dan bernegara. Jadi dengan adanya situs Bung Karno, dapat membantu guru dalam proses pembelajaran sejarah dan memaknainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan menanamkan nilai-nilai dan makna yang terkandung dari situs Bung Karno terhadap peserta didik di kelas. Dengan menggunakan situs Bung Karno sebagai media maka efisiensi waktu dapat dilakukan dan pengayaan materi kepada peserta didik dapat ditingkatkan, bahkan dengan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran, guru mampu membawa siswa kepada tingkat analisis dan eksplorasi terhadap materi pembelajaran sejarah. Berdasarkan penjelasan tentang manfaat situs Bung Karno sebagai media dalam pembelajaran sejarah, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan 47 keberadaan situs Bung Karno di Ende yang memiliki nilai-nilai kesejarahan, dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah dengan cara mengunjungi situs dan mengumpulkan segala informasi serta menyusun dalam bentuk laporan atau makalah. Apabila situs dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah dengan cara mengunjungi situs tersebut, tentu dapat membangkitkan minat dan perhatian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sejarah, membangkitkan pemahaman peserta didik, menanamkan kesadaran sejarah serta semangat nasionalisme, dan peserta didik dapat diarahkan untuk mengeksplorasikan kemampuan yang dimiliki serta berpikir kritis dan analisis. 2. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Edy Supryadi tahun 2013. “Pemanfaatan Situs Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal” (penelitian naturalistic inqury di SMP Negeri 2 Ciamis). Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pemanfaatan situs sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal diperoleh melalui penilaian kinerja inquiry siswa dalam menggali informasi terkait dengan materi dan penilaian produk hasil kunjungan ke situs Jambansari. Melalui penilaian kinerja inquiry diperoleh hasil yakni peserta didik memiliki keterampilan untuk mengeksplorasi sumber informasi melalui pengamatan maupun wawancara. Sedangkan dengan penilaian produk peserta didik diperoleh gambaran adanya pengetahuan baru tentang situs sejarah Jambansari, di samping terkandung nilainilai yang diperankan oleh bupati RAA. Kusumadiningrat untuk diteladani yaitu nilai kepedulian terhadap lingkungan (sosial, budaya dan agama islam). 48 Perbedaan dengan penelitian yang penulis angkat yaitu pada pendekatan penelitian. Penelitian di atas menggunakan penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dalam pembelajaran. Pendekatan deskriptif yakni peneliti tidak memberikan tindakan atau peneliti bersikap pasif dan hanya mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. 2. Penelitian Nunuk Suryani, Hermanu Joebagio, dan Sariyatun : “Analisis Penggunaan Media Pembelajaran IPS SMP di Surakarta”. Hasil penelitian yakni: (1) Penggunaan media pembelajaran sejarah dalam mata pelajaran IPS/ sejarah pada saat ini, kurang maksimal . Hal ini disebabkan : pertama, pembelajaran sejarah di SMP terintegrasi dalam IPS, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran masih terpisah-pisah, hal ini sebenarnya memberi kelonggaran pada guru dalam mengembangkan media pembelajaran sejarah, tetapi karena cakupan meteri yang begitu banyak dan jumlah jam yang terbatas karena berbagai dengan sub bidang studi IPS yang lain, akibatnya guru kurang maksimal dalam mengembangkan media pembelajaran sejarah. Kedua, Implementasi pembelajaran sejarah di SMP, menggunakan RPP dari MGMP, sehingga menjadi salah satu penyebab guru kurang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan media pembelajaran sejarah; (2) Usaha guru dalam mengembangkan media pembelajaran sejarah/IPS selama ini, masih terbatas pada penggunaan atlas, globe, power point, dan film documenter yang sudah ada disekolah. Hal ini disebabkan, pertama, kurangnya kemampuan dan kreativitas guru dalam mencari bahan –bahan untuk mengembangkan media pembelajaran IPS Sejarah. Kedua, 49 keterbatasan waktu untuk mengembangkan media pembelajaran yang relevan juga disebabkan karena tuntutan jumlah jam mengajar yang harus dipenuhi. Ketiga, belum semua sekolah memiliki fasilitas Ruang Audio visual yang memadai untuk digunakan sebagai tempat pemutaran film-film documenter sebagai media pembelajaran sejarah. 3. Penelitian Vicky Fauzi Hasan (2011). “Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah dengan Media Pembelajaran melalui Pemanfaatan Film Dokumenter Sejarah pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Semarang” memaparkan bahwa media film dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah siswa. Untuk menyajikan pembelajaran sejarah yang menarik, guru perlu melakukan terobosanterobosan baru salah satunya dengan mendesain model pembelajaran yang memanfaatkan media film dokumenter. 4. Nunuk Suryani. MIIPS Vol.10 No.1 Maret 2010. “Penerapan Model Pembelajaran Bermedia untuk Meningkatkan Motivasi dan Kompetensi Belajar Sejarah Siswa SMA” Menyimpulkan, penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu Budha terhadap masyarakat diberbagai daerah di Indonesia efektif utntuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar pengaruh perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha terhadap masyarakat diberbagai daerah Indonesia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa hal ini dapat dilihat dari nilai akhir dari rata-rata kelas yang mengalami peningkatan dari siklus I dengan capaian siswa tuntas belajar 55,26 dari total siswa, sampai siklus II dengan capaian 73,68% sehingga terjadi 50 peningkatan besar 18,82% kemudian siklus III capaian ketuntasan 92,11% sehingga ada peningkatan sebesar 18, 43%. 5. Penelitian oleh Neneng Dewi Setiawati. “Fungsionalisasi Benda Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar dan Peningkatan Kesadaran Sejarah Bangsa pada Siswa SMA Kabupaten Boyolali”. Menurut penelitiannya benda-benda cagar budaya di Kabupaten Boyolali belum digunakan secara optimal sebagai sumber belajar, karena keterbatasan dana yang dialami oleh sekolah dan pemerintah Boyolali. Selain itu lokasi benda-benda cagar budaya belum tertata dengan baik sehingga siswa kurang tertarik untuk mengunjungi lokasi tersebut. 6. Warni (2012). “Pemanfaatan Koleksi Museum sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS Sejarah” program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitiannya bahwa koleksi di museum Ranggawarsito dan Museum Mandala Bhakti dapat dijadikan media dan sumber pembelajaran IPS Sejarah. Sedangkan Museum Jamu Jago dan Museum Jamu Nyonya Meneer dapat dijadikan media dan sumber pembelajaran sejarah lokal kotaSemarang. Penelitian ini lebih menekankan pada pemanfaatan koleksi museum sebagai sumber belajar. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih menekankan pemanfaatan situs atau peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran sejarah. 3. Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran sejarah, guru mempunyai tugas utama yakni membuat perencanaan pembelajaran, dan melaksanakan atau mengimplementasikan perencanaan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Perencanaan dan pelaksanaan 51 pembelajaran yang dilakukan oleh guru mengacu pada kurikulum dan silabus. Penyusunan perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada standar kompetensi atau kompetensi dasar yang menentukan berlangsungnya proses pembelajaran dan tujuan pencapaiannya. Pelaksanaan pembelajaran sejarah akan lebih bermakna akan lebih bermakna, maka perlu pemanfaatan lingkungan. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran sejarah yakni dengan memanfaatkan peninggalan-peninggalan sejarah yang berada di sekitar lingkungan peserta didik itu sendiri. Peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah yakni situs-situs, monument, dan museum. Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan situs yang berada disekitar lingkungan peserta didik membuat proses pembelajaran akan semakin menyenangkan dan peserta didik akan semakin memahami materi sejarah, serta berdampak pada perubahan sikap dan perilaku yang menjadi tujuan pembelajaran itu sendiri. Namun tidak dimungkiri bahwa pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan media situs mempunyai kendala-kendala dalam proses penerapannya. Pemanfaatan media situs yang berada di sekitar lingkungan peserta didik, tentu membuat proses pembelajaran akan semakin hidup dan semakin efektif. Siswa akan memiliki rasa kesadaran sejarah sehingga semangat nasionalisme dalam diri akan terbentuk. Apabila proses pembelajaran sejarah berjalan dengan baik dan peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan, maka tujuan pembelajaran sejarah dan tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai. 52 Bagan Kerangka Pikir PEMBELAJARAN SEJARAH SILABUS Perencanaan pembelajaran sejarah Pelaksanaan pembelajaran sejarah Media situs Bung Karno : Rumah pengasingan Taman renungan Gedung Imakulata Evaluasi pembelajaran sejarah Kendala SINTAK