Warisan Bung Karno Untuk Rakyat Indonesia

advertisement
Warisan Bung Karno Untuk Rakyat Indonesia
http://www.bergelora.com/opini-wawancara/artikel/2096-warisan-bung-karno-untuk-rakyat-indonesia.html
Minggu, 14 Juni 2015
Presiden RI, Soekarno (Ist)Ditengah
Penjajahan Kolonialisme Belanda pada 6 Juni
1900, seorang perempuan, Ida Ayu Nyoman
Rai, yang sehari-hari dipanggil Nyoman,
melahirkan seorang putra bernama Soekarno.
Pada 1 Juni 1945, dihadapan Badan
Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) Soekarno, pertama kali
berpidato
tentang
Pancasila
yang
selanjutnya menjadi dasar Ideologi Negara Republik Indonesia. Sehingga Setiap 1 Juni
dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi menjadi Proklamator dan Presiden
Pertama Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966
Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat penolakan oleh MPRS atas Pidato
Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,--setelah sebuah kudeta militer yang didukung
Amerika Serikat pada 30 September 1965. Presiden Soekarno meninggal dunia di
RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta pada 21 Juni 1970.
Sebagai penghormatan terhadap Bulan Bung Karno, selama sebulan Bergelora.com akan
menurunkan berbagai tulisan tentang Bung Karno.
Oleh : Tatiana Lukman
Pemerintahan Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama, digulingkan oleh kudeta
merangkak Jenderal Soeharto yang dimulai dengan “Peristiwa 30 September 1965”.
Berbagai macam penelitian yang dituangkan dalam buku dan artikel yang ditulis
sejarawan asing maupun Indonesia menunjukkan keterlibatan dan dukungan penuh kaum
imperialis serta dinas rahasianya yang dikepalai oleh Amerika Serikat.
Pertanyaannya adalah mengapa Soekarno menjadi begitu dibenci kaum imperialis dan
kaum reaksioner dalam negeri sehingga diperlukan untuk menggulingkan
pemerintahannya melalui pembunuhan dan penghilangan paksa 3 juta serta pengiriman
puluhan, kalau bukan ratusan ribu manusia tak berdosa ke penjara dan kamp-kamp
konsentrasi tanpa pengadilan apapun?
Kegagalan rejim militer fasis Soeharto dan semua pemerintahan berikutnya untuk
menciptakan sebuah masyarakat yang berkeadilan sosial, bebas dari kekerasan dan
1
segala macam borok dan kepincangan sebuah masyarakat yang berdasarkan pada
penghisapan manusia atas manusia, telah mendatangkan kembali sosok ketokohan Bung
Karno ke tengah-tengah kehidupan politik negeri kita.
Bendera dengan ajaran Soekarno mulai dikibarkan oleh partai dan berbagai politikus
kalangan elit dalam percaturan politik. Dalam upaya menarik dukungan massa rakyat luas
yang tidak pernah melupakan Bung Karno, kembali didengungkan kebijakan politik yang
dianggap sebagai karakteristik dari ide dan cita-cita yang diperjuangkannya. Yang saya
maksud di sini adalah gagasan Trisakti yang dijadikan semboyan Joko Widodo dalam
pemilihan presiden tahun lalu.
Namun, kalau kita mau dengan jujur mengakui, mengangkat dan mewarisi ide serta
cita-cita Bung Karno, masih ada lagi kebijakannya yang harus tidak dilupakan. Pertama,
Soekarno bukan seorang komunis, tapi dia sama sekali tidak anti-komunis. Hal ini
dibuktikan dengan hubungan yang ia jalin dengan Partai Komunis Indonesia. Bung Karno
tidak pernah melupakan sumbangan besar kaum patriot komunis Indonesia dalam
perjuangan melawan penjajahan Belanda yang tercermin dalam Pemberontakan Nasional
Pertama bulan November 1926.
Kedua, Soekarno mengakui akan keampuhan Marxisme sebagai pisau tajam untuk
menganalisa gejala ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu ia tidak
pernah menganjurkan untuk menghancurkan ide dan ajaran Marxis serta buku-buku yang
bersangkutan dengannya.
Ketiga, penerapan Trisakti dimaksudkan untuk mencapai cita-cita Soekarno yaitu
Sosialisme a la Indonesia, sebuah masyarakat tanpa Exploitation de L’homme Par
L’homme (penghisapan manusia atas manusia).
Keempat, politik luar negeri yang bebas dan aktif sama sekali bukan politik netral atau
tidak berpihak. Penerapan politik luar negeri yang bebas dan aktif diterjemah-kan
dengan penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 yang kemudian disambung
dengan gagasan New Emerging Forces.
Jangan Preteli
Siapapun yang ingin menggunakan bendera Soekarno sudah seharusnyalah tidak
melupakan, apa lagi mengingkari semua aspek dari ide dan cita-cita Bung Karno yang ia
wariskan kepada rakyat Indonesia. Ide dan cita-citanya itu merupakan satu keseluruhan,
tidak bisa dipreteli dan dipisahkan, apa lagi dipertentangkan satu sama lain. Inilah yang
2
membuat mereka yang munafik dan pura-pura mendukung Soekarno atau menganggap
dirinya Soekarnois sulit untuk menutupi kemunafikannya itu.
Ambillah contoh pemerintahan Jokowi-JK dalam memperlakukan Trisakti. Konsep
Trisakti Bung Karno adalah: “Berdaulat dalam Politik”, “Berdikari dalam Ekonomi” dan
“Berkepribadian dalam Kebudayaan”. “Berdaulat dalam Politik” tidak bisa dipisahkan
dari ”Berdikari dalam Ekonomi”.
Dimilikinya sebuah ekonomi yang mandiri, tidak tergantung kepada modal asing yang
diselubungi dengan kata “bantuan” adalah syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
berdaulat dalam politik.
Sejak memangku jabatan Presiden Indonesia, kebijakan dalam dan luar negeri Jokowi
sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda ke arah pencapaian tujuan berdikari
dalam ekonomi dan berdaulat dalam politik. Yang jelas gamblang kelihatan adalah
kebijakan, seperti misalnya penghapusan subsidi BBM dan kenaikan harga kebutuhan
pokok hidup, yang justru membuat rakyat lebih sengsara.
Dan yang lebih memalukan dan membelejeti watak sejati dari Jokowi adalah
diserahkannya tanah air dan tenaga kerja buruh murah Indonesia sebagai sumber
pengerukan keuntungan luar biasa bagi pemilik modal asing. Dengarkan dan simak
pidato-pidato Jokowi yang isinya penuh dengan undangan hangat kepada pemodal asing
dan janji untuk mempermudah segala macam prosedur yang diperlukan bagi penghisapan
dan penindasan terhadap rakyat pekerja Indonesia.
Contoh lain adalah peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika bulan April yang lalu. Kita
tahu KAA 1955 merupakan pencerminan kebangkitan rakyat Asia Afrika untuk merebut
kemerdekaan dan membela kedaulatan nasional melawan penjajahan kolonial serta usaha
kaum imperialis untuk kembali mendominasi negeri-negeri yang baru merdeka melalui
neo-kolonialisme. Jelas, praktek dan semangat perjuangan rakyat Asia-Afrika
anti-kolonial dan anti-imperialis adalah inspirasi dan pendorong utama pertemuan para
tokoh negeri-negeri peserta konferensi.
Apa yang terjadi pada peringatan 60 tahun KAA? Lagi-lagi pidato Jokowi yang mengemis
para pemodal supaya menanamkan modalnya di Indonesia dengan janji pemberian
keuntungan luar biasa! Secara terbuka Jokowi juga mengemukakan keinginan untuk minta
pinjaman kepada Bank Dunia.
Semua uang ini untuk apa? Untuk membiayai pembangunan megainfrastruktur,
konektivas antara pelabuhan, bandara serta jalan dalam rangka meneruskan MP3EI.
3
Pembangunan konektivitas maritim antar benua bertujuan memudahkan dan
memperlancar pengangkutan kekayaan alam kita ke negeri para investor, distribusi
barang dagangan negeri-negeri yang produktivitas lebih tinggi karena penggunaan
teknologi lebih maju seperti Tiongkok, Amerika dan Eropa di mana para produktor
pertaniannya mendapat subsidi Negara.
Dan apa yang akan kita dapat dari semua ini? Industri nasional akan semakin terpuruk
karena tidak mampu bersaing, pertanian kita akan hancur karena penyusutan tanah
garapan dan impor produksi pertanian yang akan membanjiri pasar nasional. Itu berarti
utang akan terus naik dan ekonomi kita semakin tergantung kepada lembaga-lembaga
imperialis!
Ide Jokowi lain yang nyeleweng dari pemikiran Soekarno adalah Revolusi Mental. Sudah
banyak orang yang menulis dan menjelaskan bahwa Revolusi Mentalnya Jokowi sama
sekali tidak ada hubungannya dengan pengertian Marxis. Padahal Soekarno justru
menganjurkan orang untuk menggunakan Marxisme sebagai pisau untuk menganalisa
gejala ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat.
Di mulut Jokowi mengatakan kita harus mewarisi api semangat Bung Karno. Tapi
tampaknya Jokowi tidak sadar bahwa anti-imperialisme, anti-kolonialisme untuk
membangun Sosialisme a la Indonesia tanpa penghisapan manusia atas manusia adalah api
semangat Bung Karno. Kalau bukan itu api semangat Bung Karno, pemerintahannya tidak
akan digulingkan oleh antek-antek imperialisme Amerikas Serikat. Di mana manifestasi
api semangat ini dalam kebijakan Jokowi?
Kapitalisme Monopoli
Serangan kaum imperialis dan kaum reaksioner dalam negeri telah menggagalkan usaha
Bung Karno untuk mencapai cita-citanya. Pengalaman sejarah dunia menunjukkan juga
kegagalan tokoh-tokoh nasionalis borjuis lain, seperti Nasser, Nyrere, Nkrumah, Nehru
untuk membangun negeri yang secara politik dan ekonomi bebas dari dominasi imperialis
dan neo-kolonialis dan memberi kemakmuran kepada rakyatnya.
Mengapa? Pertama, dalam jaman kapitalisme monopoli dunia dewasa ini,
kekuasaan kapital monopoli internasional yang didukung oleh Negara-Negara imperialis
serta semua lembaga dagang dan keuangannya, seperti WTO, IMF, Bank Dunia, dan
lain-lainnya, sudah begitu besar dan kuatnya sehingga borjuasi nasional (bornas) tak
mampu melawannya. Karena tidak berdaya, maka jalan yang paling sering dipilih bornas
adalah menyerah dan tunduk kepada kaum monopoli asing. Inilah yang dilakukan Jokowi.
4
Kedua, kaum Imperialis tidak akan pernah mengijinkan negeri-negeri Dunia Ketiga
berkembang dan menjadi saingannya. Mereka sangat berkepentingan untuk
mempertahankan kondisi negeri-negeri ini hanya sebagai sumber bahan mentah, tenaga
kerja murah dan pasar bagi barang-barang produksinya yang sudah kelebihan sebagai
akibat dari over-production.
Oleh karena itu setiap ada tokoh borjuasi nasional (bornas) suatu negeri Dunia Ketiga
ingin membebaskan dirinya dari cengkeraman dominasi dan membangkang, tidak
menjalankan kebijakan yang didiktenya, datanglah kaum imperialis yang dikepalai
Amerika Serikat dengan ancaman destabilisasi politik dan ekonomi dan bahkan
penggulingan pemerintahannya seperti Jacobo Arbenz di Guatemala, João Goulart di
Brazil, Salvador Allende di Chile dan termasuk pemerintahan Soekarno. Contoh yang
lebih baru adalah perang Irak yang menggulingkan Saddam Hussein, Kolonel Khadafi di
Libia dan usaha penggulingan Bashar Al-Assad di Suriah.
Berdikari dalam ekonomi supaya dapat berdaulat dalam politik berarti harus berani
melawan Imperialisme yang berdiri di belakang modal monopoli asing dan semua lembaga
dagang dan keuangan internasional serta semua perjanjian dan peraturan yang
menghancurkan ekonomi nasional dan lingkungan yang sudah ditandatangani oleh
pemerintahan sebelumnya; berani berpihak kepada kaum tani dengan mengembalikan
tanahnya yang dirampas dan menjalankan reforma agraria sejati, berani berpihak kepada
kaum buruh dengan memenuhi tuntutannya, seperti penghapusan outsourcing, jaminan
sosial untuk seluruh rakyat yang ditanggung sepenuhnya oleh Negara, melindungi hak-hak
demokratisnya, berani melawan tuan tanah pemilik monopoli tanah, kaum kapitalis
birokrat dan kapitalis komprador.
Dan keberanian itu hanya dimiliki oleh sebuah gerakan rakyat sejati yang sepenuh-nya
bersandar dan didukung oleh kaum buruh, kaum tani, kaum miskin kota, kelas
pekerja dan sektor penduduk lain yang terhisap dan tertindas oleh imperialisme serta
antek-antek lokalnya.
Pelajaran harus ditarik dari kegagalan cara berjuang Soekarno dan gerakan rakyat
revolusioner yang mendukungnya dalam melawan kaum imperialisme dan kaum reaksioner
dalam negeri. Rakyat tidak akan mau tersandung dua kali dengan batu yang sama.
Rakyatlah yang akan menunjukkan jalannya!
*Penulis adalah Pengamat Sosial, Tinggal di Belanda
5
Download