HUBUNGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA 6-12 BULAN DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Rima Sulista Sriulani*), Anggun Trisnasari**), Dian Oktianti***) *) Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Asfiksia pada kelahiran perlu mendapatkan perhatian yang serius karena dapat menimbulkan banyak dampak negatif pada bayi, antara lain meningkatkan kesakitan dan kematian bayi baru lahir dan meningkatkan insiden kecacatan berat dan kematian syaraf. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan yang lahir di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan sampel 79 menggunakan teknik proportionate simple random sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 67 responden (84,8%).Perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar normal yaitu sebanyak 66 responden (83,5%). Ada hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). Sebaiknya ibu bayi menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi ibu hamil dan ibu yang mempunyai anak tentang kejadian asfiksia neonatorum sehingga ibu bersedia untuk selalu menjaga kehamilan dan menjaga keadaan fisik maupun gizi ibu selama kehamilan Kata Kunci: motivasi, kinerja, posyandu kejadian asfiksia neonatorum, perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan ABSTRACT Asphyxia at birth needs serious attention because it may cause many negative effects in the baby, including increased morbidity and neonatal mortality and increased incidence of severe disability and death of nerve. The purpose of this study is to determine the correlation between asphyxia neonatorum and fine motor development in 6-12 months old babies at Ungaran Hospital Semarang District. This type of design in this study was descriptive correlational with cross sectional approach. This study population was 6-12 months old babies who were born in Ungaran Hospital Semarang District with 79 samples used proportionate simple random sampling technique. Data collecting tool used a questionnaire. Data analysis used frequency distribution and chi square test. The results show that most babies aged 6-12 months old in Ungaran Hospital Semarang District don not suffer from asphyxia as many as 67 respondents (84,8%). The development of fine motor skills of the babies is mostly normal as many as 66 respondents (83,5%). There is a correlation between asphyxia neonatorum and fine motor development in 6-12 months old babies at Ungaran Hospital Semarang District with a p-value of 0.000 (α = 0.05). Baby’s mother should add insight and knowledge for pregnant women and mothers who have children about the incidence of neonatal asphyxia so the mother is willing to always keep the pregnancy and keep the physical and nutritional state of the mother during pregnancy. Keywords: motivation, performance, posyandu of neonatal asphyxia, fine motor development of babies aged 6-12 months old PENDAHULUAN Latar Belakang Ada beberapa aspek yang berkaitan dengan perkembangan anak. Perkembangan pada satu aspek akan mempengaruhi pada aspek yang lain, sebaliknya terhambatnya perkembangan satu aspek akan menghambat perkembangan aspek lainnya. Aspek pada perkembangan anak antara lain aspek kognitif, kemampuan bahasa, emosi, sosial motorik kasar dan motorik halus (Ariyanti, 2006). Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau hanya sebagian anggota tubuh tertentu (Hidayati, 2010). Keterampilan motorik halus sangat diperlukan sebagai dasar kemampuan menulis dan aktivitas bantu diri seperti makan, minum, mengancingkan baju dan sebagainya (Ariyanti, 2006). 2 Perkembangan motorik halus pada tahap perkembangan anak masa neonatus dimulai dengan adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari tangan. Perkembangan pada masa bayi ditunjukkan dengan kemampuan melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi-ke sisi ataupun menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar. Perkembangan motorik halus pada anak usia 4-8 bulan diantaranya keinginan anak mengamati benda, mengunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang ataupun memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Perkembangan motorik halus anak usia 8-12 bulan diantaranya mencari dan meraih benda kecil hingga meletakkan benda atau kubus ke tempatnya (Soetjiningsih, 2005). Asfiksia neonatarum merupakan keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur sehingga dapat Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2008). Gejala dari asfiksia neonatarum yang khas antara lain pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung, sianosis dan nadi cepat (Jumarni, 2005). Akibat asfiksia dapat timbul 12-24 jam pertama setelah persalinan. Organ yang paling sering mengalami gangguan adalah otak dengan gejala utama kejang. Kekurangan oksigen juga dapat menyebabkan pembengkakan otak. Proses ini yang tidak tertangani menyebabkan penyusutan volume otak, akhirnya ukuran otak menjadi lebih kecil dari pada ukuran normal. Otak juga dapat membubur (periventrikulerlekomalacia) terutama jika asfiksia terjadi pada bayi prematur dengan kelainan jantung (Sudjadi, 2012). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pada tahun 2011 jumlah kelahiran sebanyak 6.596 bayi dengan jumlah kelahiran karena asfiksia pada bayi sebanyak 32 bayi, dengan jumlah angka kematian 6 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2012 jumlah kelahiran sebanyak 5.885 bayi. Jumlah kelahiran karena asfiksia pada bayi sebanyak 21 bayi, dengan jumlah angka kematian bayi yaitu sekitar 7 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Semarang, 2012). Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 11 November 2015 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang untuk mengukur kejadian asfiksia dan perkembangan bayi usia 6-12 bulan. Data jumlah bayi yang dilahirkan dan atau dirawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dimana untuk tahun 2015 yaitu dalam bulan Agustus sebanyak 56 bayi, bulan September sebanyak 47 bayi, bulan Oktober sebanyak 53 bayi. Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh permasalahan yang umumnya dialami balita diantaranya bayi dengan kelainan bawaan seperti down syndrome atau trisomi 21, anak dengan keterlambatan kemampuan berbicara atau gangguan berkomunikasi, gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan, bayi dan anak dengan keterlambatan sistem motorik, seperti terlambat duduk, terlambat berjalan, anak dengan kesulitan belajar, anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Rumusan Masalah Adakah hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi ibu hamil dan ibu yang mempunyai anak tentang kejadian asfiksia neonatorum sehingga ibu bersedia untuk selalu menjaga kehamilan dan menjaga keadaan fisik maupun gizi ibu selama kehamilan. Selain itu untuk memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dalam memberikan pelayanan tentang asfiksia neonatorum, khususnya dalam membeirkan informasi lebih banyak untuk ibu hamil. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang menggambarkan atau mencari tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Pendekatan yang digunakan adalah retrospective yaitu penelitian yang dilakukan berupa pengamatan terhadap peristiwa yang belum dan yang akan terjadi (follow up research) dilakukan satu kali atau lebih. Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang 3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal 1-24 Desember 2015. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan yang lahir di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 359 bayi (data bulan September 2014-Juni 2015). Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Sampel yang sudah diteliti dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan yang lahir di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 79 bayi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara proportionate simple random sampling. Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan variabel hubungan kejadian asfiksia neonatorum dan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan hubungan kejadian asfiksia neonatorum dan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Ungaran Kabupaten Semarang. Analisis dilakukan dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0. Sedangkan uji statistik korelasi dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2). HASIL PENELITIAN Kejadian Asfiksia Neonatorum Pengumpulan Data Data Primer Data primer pada penelitian ini adalah hasil kuesioner kejadian asfiksia neonatorum dan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini yaitu, data jumlah usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner baku (DDST) dan tidak baku. 4 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kejadian Asfiksia Neonatorum pada Bayi Usia 6-12 Bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Kejadian Asfiksia n % Neonatorum Asfiksia 12 15,2 Tidak asfiksia 67 84,8 Jumlah 79 100,0 Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 Bulan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 Bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Perkembangan Motorik n % Halus Suspect 13 16,5 Normal 66 83,5 Jumlah 79 100,0 Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tabel 3 Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Perkembangan Motorik Halus Kejadian Asfiksia p value Suspect Normal Total χ2 Neonatorum f % f % f % Asfiksia 9 75,0 3 25,0 12 100,0 30,433 0,000 Tidak asfiksia 4 6,0 56 94,0 67 100,0 Jumlah 13 16,5 66 83,5 79 100,0 PEMBAHASAN Kejadian Asfiksia Neonatorum Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 67 responden (84,8%). Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Wiknjosastro, 2008). Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan dan lain-lain (Proverawati, 2010). Tenaga kesehatan harus mewaspadai risiko asfiksia pada janin yang bermasalah pada periode antenatal dalam kehamilan yang memiliki komplikasi seperti janin dengan gangguan intrauterin, insufesiensi plasenta atau toksemia. Tetapi pada intinya tidak mungkin memprediksikan dengan pasti bahwa seorang bayi akan dilahirkan dengan kondisi yang baik, karena pada kelahiran risiko rendah pun dapat mengalami asfiksia dan memerlukan resusitasi (Maryunani, 2013). Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 Bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus bayi usia 612 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian kecil mengalami suspect yaitu sebanyak 13 orang (16,5). Uji skrining perkembangan anak adalah suatu tes atau prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar anak. Jenis tes perkembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Denver Development Scrining Test (DDST /Denver II). Perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori normal dimana mereka dapat melewati dan mengikuti garis tengah, menggenggam icik-icik, tangan bersentuhan, mengikuti objek 180º dan mengamati manik-manik yang ditunjukkan. Hasil pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menidurkan anak terlentang, selanjutnya peneliti memegang benang merah di atas wajah anak sejauh ia dapat memfokuskan (kira-kira 15 cm). Peneliti menggoyang-goyangkan benang untuk menarik perhatian anak dan gerakkan dengan lambat dalam pola setengah lingkaran daru satu sisi tubuh anak ke sisi tubuh anak ke sisi tubuh yang lain beberapa kali. Peneliti menggerakkan Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang 5 benang dan menghentikannya untuk menarik kembali perhatian anak dan kemudian dilanjutkan kembali. Hasil penilaian menunjukkan bahwa anak lulus pada item ini dimana mereka dapat mengikuti benang ke titik tengah garis setengah lingkaran dengan kedua matanya atau dengan kepala dan matanya. Perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori suspect dimana mereka tidak dapat membenturkan dua kubus, menaruh kubus di cangkir, mencoret-coret. Peneliti meletakkan sebuah kubus di masing-masing tangan anak dan dorong mereka untuk membenturkan kedua kubus bersama-sama. Peneliti memberikan contoh dengan kedua tangan dan melarang orang tua menyentuh kedua tangan atau lengan anak. Peneliti menanyakan kepada orang tua apakah anak dapat membenturkan benda yang lebih kecil bersama-sama dalam satu waktu ketika anak tidak membenturkan kedua kubus bersama-sama. Peneliti tidak memberikan skor lulus karena anak ada yang tidak memegang satu kubus di masing-masing tangan atau tidak membenturkan kubus tersebut bersama-sama. Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 Bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Hasil uji statistik dengan menggunakan uji fisher exact test diperoleh didapatkan nilai χ2 hitung (35,275) > χ2 tabel (3,84) dan p value 0,000 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Mulidah (2006) hubungan antara kelahiran asfiksia dengan perkembangan balita di poli anak RSMS Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kelahiran bayi asfiksia dengan 6 perkembangan balita (p = 0,02 OR = 7,8 dan CI 95 persen = 1,96-31,68). Artinya kelahiran bayi dengan asfiksia pada saat persalinan meningkatkan risiko terjadinya perkembangan balita tidak baik 7,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perkembangan baik. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik ini meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus (Hidayati, 2010). Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau hanya sebagian anggota tubuh tertentu (Hidayati, 2010). Keterampilan motorik halus sangat diperlukan sebagai dasar kemampuan menulis dan aktivitas bantu diri seperti makan, minum, mengancingkan baju dan sebagainya (Ariyanti, 2006). Perkembangan motorik halus pada tahap perkembangan anak masa neonatus dimulai dengan adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari tangan. Perkembangan pada masa bayi ditunjukkan dengan kemampuan melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi-ke sisi ataupun menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar. Perkembangan motorik halus pada anak usia 4-8 bulan diantaranya keinginan anak mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang ataupun memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Perkembangan motorik halus anak usia 8-12 bulan diantaranya mencari dan meraih benda kecil hingga meletakkan benda atau kubus ke tempatnya (Soetjiningsih, 2005). Asfiksia pada kelahiran perlu mendapatkan perhatian yang serius karena dapat menimbulkan banyak dampak negatif pada bayi, antara lain meningkatkan kesakitan dan kematian bayi baru lahir dan meningkatkan insiden Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kecacatan berat dan kematian syaraf terutama di negara-negara berkembang, yaitu sebesar 0,2- 1,3/ 1.000 kelahiran hidup (Evans, 2004). Asfiksia neonatal dapat menyebabkan kerusakan pada organorgan bayi (jantung, paru, ginjal, dan hati) dan pada kasus yang berat dapat mengakibatkan kerusakan pada otak dengan manifestasi terjadinya hambatan dalam perkembangan motorik halus (Pusponegoro, 2008). Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik maka akan lebih memantau perkembangan anak dan akan memberikan stimulasi perkembangan motorik halus anak dengan cara melatih anak menulis atau menggambar. Pemberian stimulasi tersebut menjadikan perkembangan motorik halus anak baik atau sesuai dengan usianya. Beberapa pengetahuan tentang perkembangan anak yang harus diketahui oleh ibu diantaranya adalah tugas perkembangan, cara menstimulasi dan pemantauan perkembangan anak. (Suherman, 2010). Berdasarkan hasil analisis hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 612 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bahwa bayi yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 67 orang dimana yang mempunyai perkembangan motorik halus kategori normal sebanyak 56 orang (94,0%). Bayi yang tidak mengalami asfiksia yang mempunyai perkembangan motorik halus kategori normal didukung oleh faktor pola asuh orangtua. Berdasarkan hasil analisis hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 612 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bahwa bayi yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 67 orang dimana yang mempunyai perkembangan motorik halus kategori suspect yaitu 4 orang (6,0%). Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan, anak yang kecerdasannya tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat ketimbang anak yang kecerdasannya normal atau dibawah normal (Hurlock, 2009). KESIMPULAN Bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yang mengalami asfiksia sebanyak 12 responden (15,2%) dan yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 67 responden (84,8%). Perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yang kategori suspect sebanyak 13 responden (16,5%) dan kategori normal yaitu sebanyak 66 responden (83,5%). Ada hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). SARAN Tenaga kesehatan diharapkan memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dalam memberikan pelayanan tentang asfiksia neonatorum, khususnya dalam memberikan informasi lebih banyak untuk ibu hamil. Peneliti selanjutnya diharapkan menjadikan penelitian ini sebagai referensi dalam membuat penelitian yang lebih lanjut tentang hubungan riwayat kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan bayi usia 6-12 bulan. DAFTAR PUSTAKA [1] Adriana, 2013. Tumbuh Kembang dan terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba Medika [2] Ariyanti, 2006. Diary Tumbuh Kembang Anak Usia 0-6 Tahun. Bandung: Read! Publishing House [3] Dahlan, 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika [4] Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang 7 [5] Dinkes Provinsi Jateng, 2011. Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2011. Semarang [6] Dinkes Kabupaten Semarang, 2012. Profil kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2012. Semarang [7] Hastono, 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta : FKM. UI [8] Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika [9] Hidayati, 2010. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika [10] Ilyas, 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika [11] Manuaba, 2008. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: EGC [12] Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta [13] Nursalam, 2008. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Info Medika [14] Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Jakarta : Sarwono Prawirohardjo. 8 [15] Proverawati, 2010. Menopause dan Sindrom Pre Menopause. Yogyakarta: Nuha Medika. [16] Rukiyah, 2010. Asuhan Kebidanan/ Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media [17] Setiawan dan Saryono, 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta : Nuha Medika. [18] Sholihah , 2010. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi, Jakarta : EGC [19] Soetjiningsih, 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC [20] Sudjadi, 2012. Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. [21] Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta [22] Suyanto, 2009. Riset Kebidanan Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogjakarta: Mitra Cendikia Press [23] Widyastuti dan Widyani, 2012. Panduan Perkembangan Anak. Usia 0-1 tahun, Jakarta : EGC [24] Wiknjosastro, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPKKR Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang