hubungan kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan

advertisement
HUBUNGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN PERKEMBANGAN
MOTORIK HALUS BAYI USIA 6-12 BULAN
DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Rima Sulista Sriulani*), Anggun Trisnasari**), Dian Oktianti***)
*) Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Staf Pengajar Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
***) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Asfiksia pada kelahiran perlu mendapatkan perhatian yang serius karena dapat
menimbulkan banyak dampak negatif pada bayi, antara lain meningkatkan kesakitan dan
kematian bayi baru lahir dan meningkatkan insiden kecacatan berat dan kematian syaraf.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian asfiksia neonatorum
dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang.
Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan yang lahir di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang dengan sampel 79 menggunakan teknik proportionate simple
random sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang
digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 67 responden
(84,8%).Perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang sebagian besar normal yaitu sebanyak 66 responden (83,5%). Ada hubungan
kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik halus bayi usia 6-12 bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). Sebaiknya
ibu bayi menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi ibu hamil dan ibu yang mempunyai
anak tentang kejadian asfiksia neonatorum sehingga ibu bersedia untuk selalu menjaga
kehamilan dan menjaga keadaan fisik maupun gizi ibu selama kehamilan
Kata Kunci: motivasi, kinerja, posyandu kejadian asfiksia neonatorum, perkembangan
motorik halus bayi usia 6-12 bulan
ABSTRACT
Asphyxia at birth needs serious attention because it may cause many negative effects
in the baby, including increased morbidity and neonatal mortality and increased incidence of
severe disability and death of nerve. The purpose of this study is to determine the correlation
between asphyxia neonatorum and fine motor development in 6-12 months old babies at
Ungaran Hospital Semarang District.
This type of design in this study was descriptive correlational with cross sectional
approach. This study population was 6-12 months old babies who were born in Ungaran
Hospital Semarang District with 79 samples used proportionate simple random sampling
technique. Data collecting tool used a questionnaire. Data analysis used frequency
distribution and chi square test.
The results show that most babies aged 6-12 months old in Ungaran Hospital
Semarang District don not suffer from asphyxia as many as 67 respondents (84,8%). The
development of fine motor skills of the babies is mostly normal as many as 66 respondents
(83,5%). There is a correlation between asphyxia neonatorum and fine motor development in
6-12 months old babies at Ungaran Hospital Semarang District with a p-value of 0.000 (α =
0.05). Baby’s mother should add insight and knowledge for pregnant women and mothers
who have children about the incidence of neonatal asphyxia so the mother is willing to always
keep the pregnancy and keep the physical and nutritional state of the mother during
pregnancy.
Keywords: motivation, performance, posyandu of neonatal asphyxia, fine motor development
of babies aged 6-12 months old
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada beberapa aspek yang berkaitan
dengan
perkembangan
anak.
Perkembangan pada satu aspek akan
mempengaruhi pada aspek yang lain,
sebaliknya terhambatnya perkembangan
satu
aspek
akan
menghambat
perkembangan aspek lainnya. Aspek pada
perkembangan anak antara lain aspek
kognitif, kemampuan bahasa, emosi, sosial
motorik kasar dan motorik halus (Ariyanti,
2006).
Perkembangan
motorik
halus
merupakan perkembangan gerakan anak
yang menggunakan otot-otot kecil atau
hanya sebagian anggota tubuh tertentu
(Hidayati, 2010). Keterampilan motorik
halus sangat diperlukan sebagai dasar
kemampuan menulis dan aktivitas bantu
diri
seperti
makan,
minum,
mengancingkan baju dan sebagainya
(Ariyanti, 2006).
2
Perkembangan motorik halus pada
tahap perkembangan anak masa neonatus
dimulai dengan adanya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respon terhadap gerakan jari
tangan. Perkembangan pada masa bayi
ditunjukkan
dengan
kemampuan
melakukan hal-hal seperti memegang suatu
objek, mengikuti objek dari sisi-ke sisi
ataupun menahan benda di tangan
walaupun hanya sebentar. Perkembangan
motorik halus pada anak usia 4-8 bulan
diantaranya keinginan anak mengamati
benda, mengunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang ataupun
memindahkan objek dari satu tangan ke
tangan yang lainnya. Perkembangan
motorik halus anak usia 8-12 bulan
diantaranya mencari dan meraih benda
kecil hingga meletakkan benda atau kubus
ke tempatnya (Soetjiningsih, 2005).
Asfiksia
neonatarum
merupakan
keadaan bayi yang tidak dapat bernapas
spontan dan teratur sehingga dapat
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
menurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba,
2008). Gejala dari asfiksia neonatarum
yang khas antara lain pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung, sianosis dan
nadi cepat (Jumarni, 2005).
Akibat asfiksia dapat timbul 12-24
jam pertama setelah persalinan. Organ
yang paling sering mengalami gangguan
adalah otak dengan gejala utama kejang.
Kekurangan
oksigen
juga
dapat
menyebabkan pembengkakan otak. Proses
ini yang tidak tertangani menyebabkan
penyusutan volume otak, akhirnya ukuran
otak menjadi lebih kecil dari pada ukuran
normal. Otak juga dapat membubur
(periventrikulerlekomalacia) terutama jika
asfiksia terjadi pada bayi prematur dengan
kelainan jantung (Sudjadi, 2012).
Menurut data Dinas Kesehatan
Kabupaten Semarang pada tahun 2011
jumlah kelahiran sebanyak 6.596 bayi
dengan jumlah kelahiran karena asfiksia
pada bayi sebanyak 32 bayi, dengan
jumlah angka kematian 6 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun
2012 jumlah kelahiran sebanyak 5.885
bayi. Jumlah kelahiran karena asfiksia
pada bayi sebanyak 21 bayi, dengan
jumlah angka kematian bayi yaitu sekitar 7
per 1000 kelahiran hidup (Dinkes
Kabupaten Semarang, 2012).
Studi pendahuluan dilakukan pada
tanggal 11 November 2015 di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang untuk
mengukur
kejadian
asfiksia
dan
perkembangan bayi usia 6-12 bulan. Data
jumlah bayi yang dilahirkan dan atau
dirawat di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang, dimana untuk tahun 2015 yaitu
dalam bulan Agustus sebanyak 56 bayi,
bulan September sebanyak 47 bayi, bulan
Oktober sebanyak 53 bayi. Berdasarkan
hasil pemeriksaan diperoleh permasalahan
yang umumnya dialami balita diantaranya
bayi dengan kelainan bawaan seperti down
syndrome atau trisomi 21, anak dengan
keterlambatan kemampuan berbicara atau
gangguan
berkomunikasi,
gangguan
pendengaran dan gangguan penglihatan,
bayi dan anak dengan keterlambatan
sistem motorik, seperti terlambat duduk,
terlambat berjalan, anak dengan kesulitan
belajar, anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif.
Rumusan Masalah
Adakah hubungan kejadian asfiksia
neonatorum
dengan
perkembangan
motorik halus bayi usia 6-12 bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kejadian asfiksia
neonatorum
dengan
perkembangan
motorik halus bayi usia 6-12 bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah
wawasan
dan
ilmu
pengetahuan bagi ibu hamil dan ibu yang
mempunyai anak tentang kejadian asfiksia
neonatorum sehingga ibu bersedia untuk
selalu menjaga kehamilan dan menjaga
keadaan fisik maupun gizi ibu selama
kehamilan.
Selain itu untuk memperbaiki dan
meningkatkan
kompetensi
dalam
memberikan pelayanan tentang asfiksia
neonatorum,
khususnya
dalam
membeirkan informasi lebih banyak untuk
ibu hamil.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif korelasional, yaitu penelitian
yang menggambarkan atau mencari tingkat
hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lainnya. Pendekatan yang
digunakan adalah retrospective yaitu
penelitian
yang
dilakukan
berupa
pengamatan terhadap peristiwa yang
belum dan yang akan terjadi (follow up
research) dilakukan satu kali atau lebih.
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
3
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang pada
tanggal 1-24 Desember 2015.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
bayi usia 6-12 bulan yang lahir di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang yaitu
sebanyak 359 bayi (data bulan September
2014-Juni 2015).
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang. Sampel yang sudah
diteliti dalam penelitian ini adalah bayi
usia 6-12 bulan yang lahir di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang. Jumlah
sampel yang diteliti sebanyak 79 bayi.
Metode pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan cara
proportionate simple random sampling.
Analisis Data
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini
digunakan untuk menggambarkan variabel
hubungan kejadian asfiksia neonatorum
dan perkembangan motorik halus bayi usia
6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang. Data disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini
digunakan
untuk
menggambarkan
hubungan kejadian asfiksia neonatorum
dan perkembangan motorik halus bayi usia
6-12 bulan di RSUD Ungaran Ungaran
Kabupaten Semarang. Analisis dilakukan
dengan menggunakan program pengolahan
data Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) versi 20.0. Sedangkan uji
statistik korelasi dengan menggunakan uji
chi kuadrat (χ2).
HASIL PENELITIAN
Kejadian Asfiksia Neonatorum
Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah
hasil
kuesioner
kejadian
asfiksia
neonatorum dan perkembangan motorik
halus bayi usia 6-12 bulan di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang.
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini
yaitu, data jumlah usia 6-12 bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Alat pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner baku
(DDST) dan tidak baku.
4
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kejadian Asfiksia
Neonatorum pada Bayi Usia 6-12 Bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Kejadian Asfiksia
n
%
Neonatorum
Asfiksia
12
15,2
Tidak asfiksia
67
84,8
Jumlah
79
100,0
Perkembangan Motorik Halus Bayi
Usia 6-12 Bulan
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi
Perkembangan
Motorik Halus Bayi Usia 6-12 Bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Perkembangan Motorik
n
%
Halus
Suspect
13
16,5
Normal
66
83,5
Jumlah
79
100,0
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi
Usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 3
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12
bulan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Perkembangan Motorik Halus
Kejadian Asfiksia
p value
Suspect
Normal
Total
χ2
Neonatorum
f
%
f
%
f
%
Asfiksia
9
75,0
3
25,0
12
100,0
30,433
0,000
Tidak asfiksia
4
6,0
56
94,0
67
100,0
Jumlah
13
16,5 66
83,5
79
100,0
PEMBAHASAN
Kejadian Asfiksia Neonatorum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bayi usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar tidak
mengalami asfiksia yaitu sebanyak 67
responden (84,8%). Asfiksia merupakan
keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengarui kesejahteraan bayi
selama
atau
sesudah
persalinan
(Wiknjosastro, 2008).
Oksigenisasi darah ibu yang tidak
mencukupi akibat hipoventilasi selama
anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal
pernafasan, keracunan karbon monoksida,
dan tekanan darah ibu yang rendah akan
menyebabkan
asfiksia
pada
janin.
Gangguan aliran darah uterus dapat
menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini
sering ditemukan pada gangguan kontraksi
uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau
tetani uterus akibat penyakit atau obat
hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan dan lain-lain (Proverawati,
2010).
Tenaga kesehatan harus mewaspadai
risiko asfiksia pada janin yang bermasalah
pada periode antenatal dalam kehamilan
yang memiliki komplikasi seperti janin
dengan gangguan intrauterin, insufesiensi
plasenta atau toksemia. Tetapi pada intinya
tidak mungkin memprediksikan dengan
pasti bahwa seorang bayi akan dilahirkan
dengan kondisi yang baik, karena pada
kelahiran risiko rendah pun dapat
mengalami asfiksia dan memerlukan
resusitasi (Maryunani, 2013).
Perkembangan Motorik Halus Bayi
Usia 6-12 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan motorik halus bayi usia 612 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang sebagian kecil mengalami
suspect yaitu sebanyak 13 orang (16,5).
Uji skrining perkembangan anak adalah
suatu tes atau prosedur pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui kemampuan
dasar anak. Jenis tes perkembangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Denver Development Scrining Test (DDST
/Denver II).
Perkembangan motorik halus bayi usia
6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang kategori normal dimana mereka
dapat melewati dan mengikuti garis
tengah, menggenggam icik-icik, tangan
bersentuhan, mengikuti objek 180º dan
mengamati
manik-manik
yang
ditunjukkan. Hasil pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara menidurkan anak
terlentang, selanjutnya peneliti memegang
benang merah di atas wajah anak sejauh ia
dapat memfokuskan (kira-kira 15 cm).
Peneliti menggoyang-goyangkan benang
untuk menarik perhatian anak dan
gerakkan dengan lambat dalam pola
setengah lingkaran daru satu sisi tubuh
anak ke sisi tubuh anak ke sisi tubuh yang
lain beberapa kali. Peneliti menggerakkan
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
5
benang dan menghentikannya untuk
menarik kembali perhatian anak dan
kemudian dilanjutkan kembali. Hasil
penilaian menunjukkan bahwa anak lulus
pada item ini dimana mereka dapat
mengikuti benang ke titik tengah garis
setengah lingkaran dengan kedua matanya
atau dengan kepala dan matanya.
Perkembangan motorik halus bayi usia
6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang kategori suspect dimana mereka
tidak dapat membenturkan dua kubus,
menaruh kubus di cangkir, mencoret-coret.
Peneliti meletakkan sebuah kubus di
masing-masing tangan anak dan dorong
mereka untuk membenturkan kedua kubus
bersama-sama.
Peneliti
memberikan
contoh dengan kedua tangan dan melarang
orang tua menyentuh kedua tangan atau
lengan anak. Peneliti menanyakan kepada
orang
tua
apakah
anak
dapat
membenturkan benda yang lebih kecil
bersama-sama dalam satu waktu ketika
anak tidak membenturkan kedua kubus
bersama-sama. Peneliti tidak memberikan
skor lulus karena anak ada yang tidak
memegang satu kubus di masing-masing
tangan atau tidak membenturkan kubus
tersebut bersama-sama.
Hubungan
Kejadian
Asfiksia
Neonatorum dengan Perkembangan
Motorik Halus Bayi Usia 6-12 Bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Hasil
uji
statistik
dengan
menggunakan uji fisher exact test
diperoleh didapatkan nilai χ2 hitung (35,275)
> χ2 tabel (3,84) dan p value 0,000 (α =
0,05), maka dapat disimpulkan ada
hubungan kejadian asfiksia neonatorum
dengan perkembangan motorik halus bayi
usia 6-12 bulan di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dari Mulidah (2006) hubungan
antara
kelahiran
asfiksia
dengan
perkembangan balita di poli anak RSMS
Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara
kelahiran
bayi
asfiksia
dengan
6
perkembangan balita (p = 0,02 OR = 7,8
dan CI 95 persen = 1,96-31,68). Artinya
kelahiran bayi dengan asfiksia pada saat
persalinan meningkatkan risiko terjadinya
perkembangan balita tidak baik 7,8 kali
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
perkembangan baik.
Setiap gerakan yang dilakukan anak
merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan system
dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan motorik ini meliputi
perkembangan motorik kasar dan motorik
halus (Hidayati, 2010). Perkembangan
motorik halus merupakan perkembangan
gerakan anak yang menggunakan otot-otot
kecil atau hanya sebagian anggota tubuh
tertentu (Hidayati, 2010). Keterampilan
motorik halus sangat diperlukan sebagai
dasar kemampuan menulis dan aktivitas
bantu diri seperti makan, minum,
mengancingkan baju dan sebagainya
(Ariyanti, 2006).
Perkembangan motorik halus pada
tahap perkembangan anak masa neonatus
dimulai dengan adanya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respon terhadap gerakan jari
tangan. Perkembangan pada masa bayi
ditunjukkan
dengan
kemampuan
melakukan hal-hal seperti memegang suatu
objek, mengikuti objek dari sisi-ke sisi
ataupun menahan benda di tangan
walaupun hanya sebentar. Perkembangan
motorik halus pada anak usia 4-8 bulan
diantaranya keinginan anak mengamati
benda, menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang ataupun
memindahkan objek dari satu tangan ke
tangan yang lainnya. Perkembangan
motorik halus anak usia 8-12 bulan
diantaranya mencari dan meraih benda
kecil hingga meletakkan benda atau kubus
ke tempatnya (Soetjiningsih, 2005).
Asfiksia
pada
kelahiran
perlu
mendapatkan perhatian yang serius karena
dapat menimbulkan banyak dampak
negatif
pada
bayi,
antara
lain
meningkatkan kesakitan dan kematian bayi
baru lahir dan meningkatkan insiden
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
kecacatan berat dan kematian syaraf
terutama di negara-negara berkembang,
yaitu sebesar 0,2- 1,3/ 1.000 kelahiran
hidup (Evans, 2004). Asfiksia neonatal
dapat menyebabkan kerusakan pada organorgan bayi (jantung, paru, ginjal, dan hati)
dan pada kasus yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak
dengan manifestasi terjadinya hambatan
dalam perkembangan motorik halus
(Pusponegoro, 2008).
Ibu yang mempunyai pengetahuan
yang baik maka akan lebih memantau
perkembangan anak dan akan memberikan
stimulasi perkembangan motorik halus
anak dengan cara melatih anak menulis
atau menggambar. Pemberian stimulasi
tersebut
menjadikan
perkembangan
motorik halus anak baik atau sesuai
dengan usianya. Beberapa pengetahuan
tentang perkembangan anak yang harus
diketahui oleh ibu diantaranya adalah tugas
perkembangan, cara menstimulasi dan
pemantauan
perkembangan
anak.
(Suherman, 2010).
Berdasarkan hasil analisis hubungan
kejadian asfiksia neonatorum dengan
perkembangan motorik halus bayi usia 612 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang, diperoleh hasil bahwa bayi
yang tidak mengalami asfiksia sebanyak
67 orang dimana yang mempunyai
perkembangan motorik halus kategori
normal sebanyak 56 orang (94,0%). Bayi
yang tidak mengalami asfiksia yang
mempunyai perkembangan motorik halus
kategori normal didukung oleh faktor pola
asuh orangtua.
Berdasarkan hasil analisis hubungan
kejadian asfiksia neonatorum dengan
perkembangan motorik halus bayi usia 612 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang, diperoleh hasil bahwa bayi
yang tidak mengalami asfiksia sebanyak
67 orang dimana yang mempunyai
perkembangan motorik halus kategori
suspect yaitu 4 orang (6,0%). Kecerdasan
dimiliki anak sejak dilahirkan, anak yang
kecerdasannya
tinggi
menunjukkan
perkembangan yang lebih cepat ketimbang
anak yang kecerdasannya normal atau
dibawah normal (Hurlock, 2009).
KESIMPULAN
Bayi usia 6-12 bulan di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang yang
mengalami asfiksia sebanyak 12 responden
(15,2%) dan yang tidak mengalami
asfiksia sebanyak 67 responden (84,8%).
Perkembangan motorik halus bayi usia
6-12 bulan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang yang kategori suspect sebanyak
13 responden (16,5%) dan kategori normal
yaitu sebanyak 66 responden (83,5%).
Ada hubungan kejadian asfiksia
neonatorum
dengan
perkembangan
motorik halus bayi usia 6-12 bulan di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang,
dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05).
SARAN
Tenaga
kesehatan
diharapkan
memperbaiki
dan
meningkatkan
kompetensi dalam memberikan pelayanan
tentang asfiksia neonatorum, khususnya
dalam memberikan informasi lebih banyak
untuk ibu hamil.
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
menjadikan penelitian ini sebagai referensi
dalam membuat penelitian yang lebih
lanjut tentang hubungan riwayat kejadian
asfiksia neonatorum dengan perkembangan
bayi usia 6-12 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adriana, 2013. Tumbuh Kembang dan
terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
[2] Ariyanti, 2006. Diary Tumbuh
Kembang Anak Usia 0-6 Tahun.
Bandung: Read! Publishing House
[3] Dahlan, 2010. Besar Sampel dan Cara
Pengambilan
Sampel.
Jakarta:
Salemba Medika
[4] Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2012. Jakarta
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
7
[5] Dinkes Provinsi Jateng, 2011. Profil
kesehatan provinsi jawa tengah tahun
2011. Semarang
[6] Dinkes Kabupaten Semarang, 2012.
Profil kesehatan Kabupaten Semarang
tahun 2012. Semarang
[7] Hastono,
2007.
Analisa
Data
Kesehatan. Jakarta : FKM. UI
[8] Hidayat, 2008. Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
[9] Hidayati, 2010. Asuhan Keperawatan
pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta: Salemba Medika
[10] Ilyas, 2011. Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
[11] Manuaba, 2008. Ilmu Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta:
EGC
[12] Notoatmodjo,
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta
[13] Nursalam, 2008. Pendekatan Praktis
Metodologi
Riset
Keperawatan.
Jakarta : Info Medika
[14] Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kebidanan.
Penerbit Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta : Sarwono Prawirohardjo.
8
[15] Proverawati, 2010. Menopause dan
Sindrom Pre Menopause. Yogyakarta:
Nuha Medika.
[16] Rukiyah, 2010. Asuhan Kebidanan/
Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media
[17] Setiawan
dan
Saryono,
2010.
Metodologi Penelitian kebidanan.
Jakarta : Nuha Medika.
[18] Sholihah , 2010. Persiapan Persalinan
dan Kelahiran Bayi, Jakarta : EGC
[19] Soetjiningsih,
2008.
Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta : EGC
[20] Sudjadi,
2012.
Bioteknologi
Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
[21] Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
Bisnis
(Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta
[22] Suyanto, 2009. Riset Kebidanan
Kebidanan Metodologi & Aplikasi.
Yogjakarta: Mitra Cendikia Press
[23] Widyastuti dan Widyani, 2012.
Panduan Perkembangan Anak. Usia
0-1 tahun, Jakarta : EGC
[24] Wiknjosastro,
2008.
Asuhan
Persalinan Normal. Jakarta : JNPKKR
Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum dengan Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 6-12 bulan
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Download