HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERSEPSI KONTROL PERILAKU DAN PENGETAHUAN TERHADAP INTENSI PELAPORAN KECELAKAAN KERJA PERAWAT RAWAT INAP TULIP DAN MELATI DI RUMAH SAKIT X KOTA BEKASI TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M) Disusun Oleh : SEKAR WIGATI SUPRAPTO 1112101000062 PEMINATAN KELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M i ii iii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Maret 2017 Sekar Wigati Suprapto, NIM: 1112101000062 Hubungan Sikap, Norma Subjektif, Persepsi kontrol perilaku, dan Pengetahuan Terhadap Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 (xxi + 120 halaman, 6 tabel, 3 bagan, 4 lampiran) ABSTRAK Pelaporan kecelakaan kerja merupakan upaya untuk mengetahui kejadian kecelakaan kerja beserta penyebabnya sehingga dapat digunakan untuk melakukan pencegahan kecelakaan berulang. Kecenderungan pekerja dalam melaporkan kecelakaan kerja masih rendah. Hal ini juga dijumpai di Rumah Sakit X Kota Bekasi tercatat hanya 2 dari 20 perawat yang melaporkan kecelakaan kerja yang dialami. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan terhadap intensi pelaporan kecelakaan kerja. Sampel pada penelitian ini berjumlah 52 perawat di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2016 dengan menggunakan instrumen kuesioner. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 46,2% perawat memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah dan diketahui bahwa variabel sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan memiliki hubungan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja. Untuk meningkatkan intensi perawat, pihak rumah sakit sebaiknya melakukan evaluasi dan pengembangan prosedur pelaporan kecelakan kerja yang berlaku, serta memberikan sosialisasi dan pelatihan prosedur pelaporan kecelakaan kerja. Kata Kunci : Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja, Sikap, Norma Subjektif, Persepsi kontrol perilaku, Pengetahuan Daftar Bacaan : 78 (1969 – 2015) iv FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH CONCENTRATION Undergraduate Thesis, March 2017 Sekar Wigati Suprapto, ID Number: 1112101000062 The Associations of Attitude, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control and Knowledge toward Nurses Work Accident Report Intention in Inpatient Rooms Tulip and Melati X Hospital Bekasi City Year 2016 (xxi + 120 pages, 6 tables, 3 pictures, 4 attachments) ABSTRACT Accident report was an attempt to find out scene of an accident work and the cause so that could be used as the prevention of the accident repeated. A tendency workers in reporting accident is still low. It is also found in the hospital X the city of Bekasi we can see that only 2 of 20 nurses who report accidents that happened. This research using cross sectional design the purpose was to determine the associations of attitude, subjective norms, behavioral control perception and knowledge toward nurses work accident report intention. The sample of this study was 52 nurses in inpatient rooms tulip and melati, X Hospital Bekasi City. The research is done in Oktober – Desember 2016 by using quationnaire. Chi square test was used as bivariate statistical test. The study results found that 46,2% nurses had weak work accident report intention and bivariate analysis results showed there are the associations of work accident report intention toward attitude, subjective norms, perceived behavioral control and knowledge. To increase the intention about reporting the work accident, the hospital should evaluate and develop the procedure of work accident report, socialize the and training procedure regarding work accident report. Keywords: Intention, Attitude, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, Knowledge Reading Lists: 78 (1969 - 2015) v DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Diri Nama : Sekar Wigati Suprapto Tempat,Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Desember 1994 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Status Pernikahan : Belum Menikah Tinggi Badan : 160 cm Alamat : Jl. Pinus Raya AG 2 No. 16 RT. 004 RW. 021 Reni Jaya, Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Selatan No. Telp / HP : 021-7415773 / 08561115026 Email : [email protected] Pendidikan Formal 2012 - Sekarang : Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamataan dan Kesehatan Kerja (K3), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 – 2012 : SMA Negeri 6 Tangerang Selatan 2006 – 2009 : SMP Negeri 1 Pamulang 2000 – 2006 : SD Negeri 3 Pamulang Pengalaman Organisasi 2005 : Anggota Pramuka SD Negeri 3 Pamulang 2006 : Anggota Basket SMP Negeri 1 Pamulang 2006 : Anggota PASKIBRA SMP Negeri 1 Pamulang 2009 – 2010 : Ketua Tari Tradisional SMA Negeri 6 Tangerang Selatan 2010 – 2011 : Anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMA Negeri 6 Tangerang Selatan vi 2012 – 2014 : Sekretaris Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 – 2014 : Sekretaris Human Resources Development (HRD) Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 – 2015 : Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 – 2015 : Anggota Information and Technology (IT) Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Keanggotaan Panitia, Rapat Kerja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Panitia, Seminar Nasional RUU Tenaga Kerja Kesehatan Tahun 2013 Panitia, Orientasi Pengenalan Akademik dan Kebangsaan (OPAK) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, Tahun 2014 dan Tahun 2015 Panitia, Rapat Kerja Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 Panitia dan Peserta, Training Awareness OHSAS 18000:1 & PP NO.50 Tahun 2012 Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 vii Panitia, Entrepreneur Festival 2014 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Panitia, Saman Festival Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Panitia, Pekan Seni dan Olahraga (PSO) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Panitia, Kesmas Untuk Negeri (KUN) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Panitia, Seminar Pengembangan Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 Volunteer, Gerakan Masyarakat VI Dreamdelion Sehat Tahun 2016 Volunteer, Gerakan Masyarakat VII Dreamdelion Sehat Tahun 2016 Training, Seminars, Certification, and other 2012 Talkshow Nasional Peringatan Hari AIDS se-Dunia Ciputat 2012 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 Seminar Pengembangan Profesi “Toward Universal Ciputat Health Coverage and Equity” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 Pelatihan Manajemen Data di FKIK UIN Syarif Ciputat Hidayatullah Jakarta 2013 Seminar Pengembangan Profesi “Ribuan Anak Ciputat Terancam HIV-AIDS, Let’s Prevent Mother to Child Transmission” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta viii 2013 Seminar Pengembangan Profesi “Kesiapan Ciputat Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional 2014” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 Seminar Pengembangan Profesi “Be Smart and Healthy Ciputat with Social Media Networking” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 Seminar Pengembangan Profesi “From Trash To Ciputat Treasure” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat “Upaya Ciputat Menghadapai Tantangan Kesehatan Masyarakat Indonesia Post MDGs: Healthy People – Healthy Environment” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Pelatihan Analisis Data Univariat dan Bivariat di FKIK Ciputat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 SKM Jakarta Summit 2014 di Gedung II BPPT Jakarta 2014 Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No.50 Ciputat Tahun 2012 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Workshop “Safety In The Process Industries” di FKIK Ciputat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Workshop “Ergonomics In The Work Place” di FKIK Ciputat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Seminar Kewirausahaan Entrepreneur Festival 2014 di Ciputat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Seminar Pengembangan Profesi “Optimalisasi Ciputat Pemenuhan Regulasi Prasarana Perlintasan Kereta Api Demi Stabilitas Transportasi Nasional” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Seminar Pengembangan Profesi “Have Your Perfect Ciputat Weight with a Proper Diet” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ix 2014 Seminar Pengembangan Profesi “Let’s be Smart : Ciputat Sukseskah Peringatan Pesan Bergambar Pada Bungkus Rokok Diterapkan di Indonesia ?” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Seminar Pengembangan Profesi “Menstrual and Pre- Ciputat Menstrual Syndrome” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 Seminar Pengembangan Profesi “Human Health Impact Ciputat and What Mosquitoes Responses to Climate Change” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Kajian Ilmu Keselamatan Konstruksi (Lifting Crane) di Ciputat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Workshop “Management Of Fire Safety” di FKIK UIN Ciputat Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Workshop “Risk Assessment In The Work Place” di Ciputat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Seminar Pengembangan Profesi “Combat The Ciputat Neglected Tropical Disease Towards a Filariasis-Free Country by 2020” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Seminar Pengembangan Profesi “Are You Selective Ciputat Eater ? Be Careful To Obesity !” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta x KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Sikap, Norma Subjektif, Persepsi kontrol perilaku dan Pengetahuan Terhadap Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016” dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilaksanakan penulis pada Oktober – Desember 2016 di salah satu rumah sakit di kota Bekasi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan berupa doa, motivasi, dan bimbingan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, atas segala kemudahan, berkah, nikmat dan kasih sayang yang diberikan-Nya. 2. Keluarga tercinta, Ayah Suprapto, Ibu Sri Budiningsih, Mas Banyu Ageng Wahyu Utomo, Mas Tirto Agung Anugerah Wicaksono, Mbak Oktifiliana Setyaningrum, Kak Stia Permatasari Rahmawulan, Mbah Uti Warikem yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat yang tidak pernah putus serta menjadi motivasi penulis untuk lulus secepatnya. xi 3. Pembimbing Skripsi, Ibu Fase Badriah, M.Kes, Ph.D dan Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK yang telah membimbing dan memberikan saran serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes. 5. Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Fajar Arianti, SKM, M.Kes, PhD serta para dosen Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. 6. Kepala Instalasi K3LRS Rumah Sakit X Kota Bekasi dr. Ratna serta Staff Instalasi K3LRS Ibu Tria, Ibu Heni, Ibu Hesti dan Ibu Nunung yang telah membantu penulis selama pengumpulan data di lapangan. 7. Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi yang telah bersedia menjadi responden penelitian penulis. 8. Chairmate SMA penulis, Yudha Puspa Yunita yang saling mendoakan, menyemangati dan berjuang bersama-sama untuk mendapatkan gelar masingmasing. 9. Limaku sayang Nurmarani Rachman, Anisa Apriliyani, Nuni Puspa Syahidah, dan Putri Dewi Riani yang saling memberikan semangat, saling membantu, saling mendoakan dan saling menguatkan. 10. Sistah nunggu dijodohin sistah nunggu jodoh sistah jombs soon halal (Aamiin yaa Allah) Nurazizah, Ika Nur Syafitriany, Nova Elyanti, Devina Koesnatasha Alvionita dan Farras Putri Arianti yang menjadi tempat diskusi dalam hal apapun mulai dari kuliah, nikah, jodoh, skripsweet, penelitian, kecantikan dan banyak hal lainnya. 11. Teman-teman katiguys 2012 Ayu Sajida Da’ad Arini, Eka Ari Nuryanti, Rahfita Ferdinah, Ofin Andina Permata Sari, Elsya Ristia, Anis Rohmana Malik, Rr.Putri Annisya Affriany Prasetyo, Widyanfri Wira Pratama Saputri, Atthina Ayu Mustika, Lilis Yuliarti, Alviral Muhamad Dangkua, Richard Wahyu Pratama, Nova Riski Prakoso, Yaumi Khairi Azhari Lubis, Agin Darojatul Aghnia, Ahmad Faiz, Tsabit Al Mutawally, dan Nizar Fathul Khoir xii yang pastinya selalu memberikan semangat, dukungan, doa dan menjadi “saingan” positif untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Isyah Indah Sari dan Septia Putri Arofi yang selalu nanya “kapan sidang kak?”, “kalo sidang bilang aku yaa kak” sehingga membuat penulis jadi semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 13. HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tantri, Dedek Lifa, Najma, Aqil, Dinda, Ridho, Aini, Gilang, Bila, Warda, Ayu fhyta, Rifqi, Ana, Anda, Mitha, Anya, Upi, Dharma, Narita, FM, Icus, Ojan, Piyul, Rina, Maul, Sanni, Ukhty, Nindy, Mira, Evi, Jule, Esma, Mutia, Upil, Bocil, Ignace, Megas, Agung, Riska, Zasmi dan Ario (maaf kalo ada yang terlewat) yang telah memberikan semangat, kenangan manis dan pengalaman seru. 14. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat Angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 15. Serta siapa pun yang turut mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, dengan doa dan harapan bahwa segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan bermanfaat bagi seluruh pembacanya. Aamiin aamiin ya Rabbal ‘Alamin. Wassalamualaikum Wr. Wb Jakarta, Februari 2017 Sekar Wigati Suprapto xiii DAFTAR ISI PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined. PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ................... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN ................................... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ............................................................................................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xxi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 8 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9 1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 9 1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 9 1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 10 1.5.1 Manfaat bagi Rumah Sakit X Kota Bekasi .......................................... 10 1.5.2 Manfaat bagi Perawat Rumah Sakit X Kota Bekasi ............................ 11 1.5.3 Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................... 11 xiv 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12 2.1 Intensi .......................................................................................................... 12 2.1.1 Teori Intensi ......................................................................................... 12 2.1.2 Aspek-Aspek Intensi ............................................................................ 16 2.1.3 Pengukuran Intensi ............................................................................... 16 2.2 Determinan Intensi ...................................................................................... 17 2.2.1 Sikap..................................................................................................... 17 A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ........................................... 20 B. Pengukuran Sikap ................................................................................. 22 2.2.2 Norma Subjektif ................................................................................... 22 A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Norma Subjektif.......................... 23 B. Pengukuran Norma Subjektif ............................................................... 24 2.2.3 Persepsi kontrol perilaku ...................................................................... 24 A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi kontrol perilaku (Persepsi kontrol perilaku) ........................................................................................ 27 B. Pengukuran Persepsi kontrol perilaku (Persepsi kontrol perilaku) ...... 27 2.2.4 Pengetahuan ......................................................................................... 29 A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................ 30 B. Pengukuran Pengetahuan...................................................................... 31 2.3 Pelaporan Kecelakaan Kerja ....................................................................... 32 2.3.1 Tujuan Pelaporan Kecelakaan Kerja .................................................... 34 2.3.2 Manfaat Pelaporan Kecelakaan Kerja .................................................. 36 xv 2.3.3 Prosedur Pelaporan Kecelakaan Kerja ................................................. 36 2.3.4 Tata Cara Pelaporan Kecelakaan Kerja................................................ 37 2.4 Kerangka Teori............................................................................................ 38 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 39 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 39 3.2 Definisi Operasional.................................................................................... 40 3.3 Hipotesis Penelitian..................................................................................... 41 BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 42 4.1 Desain Penelitian......................................................................................... 42 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 42 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 42 4.3.1 Populasi ................................................................................................ 42 4.3.2 Sampel .................................................................................................. 42 4.4 Instrumen Penelitian.................................................................................... 44 4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .............................................. 47 4.5 Manajemen Data ......................................................................................... 49 4.6 Analisa Data ................................................................................................ 50 4.6.1 Analisis Univariat................................................................................. 50 4.6.2 Analisis Bivariat ................................................................................... 50 BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 52 5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian .......................................................... 52 5.2 Gambaran Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja .......................................... 53 5.3 Gambaran Determinan Faktor Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja .......... 54 xvi 5.4 Hubungan Determinan Faktor Terhadap Intensi Pelaporan Kecelakaan kerja ........................................................................................................................... 55 BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 59 6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 59 6.2 Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi ............................................................................. 59 6.3 Hubungan Sikap dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi .............................. 66 6.4 Hubungan Norma Subjektif dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi ................ 71 6.5 Hubungan Persepsi kontrol perilaku dengan Intensi Pelaporan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit Kecelakaan X Kota Bekasi . 75 6.6 Hubungan Pengetahuan dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi ................ 79 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 83 7.1 Simpulan ..................................................................................................... 83 7.2 Saran ............................................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86 LAMPIRAN .......................................................................................................... 94 xvii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 40 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel ........................................................... 43 Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Kuesioner ..................................................................... 48 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ......................... 54 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Determinan Faktor Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ....................................................................................................................... 54 Tabel 5.3 Hubungan Determinan Faktor dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ....................................................................................................................... 56 xviii DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Theory Planned Behavior .................................................................... 15 Bagan 2.2 Kerangka Teori .................................................................................... 38 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 39 xix DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I ....................................................................................................... 95 LAMPIRAN II .................................................................................................... 104 LAMPIRAN III ................................................................................................... 107 LAMPIRAN IV................................................................................................... 115 xx DAFTAR ISTILAH ABC : Affect, Behavior, and Cognition AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome APD : Alat Pelindung Diri BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial HBV : Hepatitis B Virus HCV : Hepatitis C Virus HIV : Human Immuno Deficiency Virus ILO : International Labour Organization K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3L : Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan K3LRS : Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Rumah Sakit K3RS : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit NSC : National Safety Council PAK : Penyakit Akibat Kerja P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat RSUPN : Rumah Sakit Umum Pusat Daerah SDM : Sumber Daya Manusia WHO : World Health Organization xxi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dalam upaya perbaikan status kesehatan bagi masyarakat. Rumah sakit tidak hanya sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, namun rumah sakit juga merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks (Rahayuningsih, 2011). Rumah sakit memiliki potensi bahaya yang cukup banyak diantaranya bahaya biologi, bahaya kimia, bahaya ergonomi, bahaya fisik, bahaya psikososial, bahaya mekanik, bahaya listrik dan bahaya yang ditimbulkan dari limbah rumah sakit (Ivana dan Jayanti, 2014). Penularan penyakit dapat terjadi di rumah sakit dimana semua orang berkumpul dengan berbagai macam keadaan dan berbagai macam penyakit mulai dari pasien, pengantar maupun tenaga kerja rumah sakit itu sendiri (Ristiono dan Niwardi, 2010). Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan rumah sakit yang paling sering berinteraksi dengan pasien dalam berbagai macam keadaan. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi. Di samping itu, dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya melayani pasien, perawat dituntut untuk dapat melindungi diri dari bahaya-bahaya potensial risiko kecelakaan, terpajan dan terinfeksi (tertular) dari pasien maupun dari tempat kerja. Pada 1 kondisi seperti ini perawat memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja dibanding dengan pekerja lain (Salikuna, 2011). Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang melekat dalam dunia industri tidak terkecuali rumah sakit. Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa kasus kecelakaan yang sering terjadi di Rumah Sakit adalah tertusuk jarum suntik dan terkilir (20%), tergores/terpotong (16%), luka bakar (7%) dan penyakit infeksi (5%). Secara global, data WHO menunjukkan dari 35 juta pekerja kesehatan terdapat 3 juta pekerja terpajan patogen darah (virus HBV, virus HCV, dan virus HIV/AIDS), terjadi 15.000 kasus HBV, 70.000 kasus HCV dan 100 kasus HIV dan lebih dari 90% kasus ini terjadi di negara berkembang (Reda dkk, 2010). Rata-rata risiko transmisi virus melalui blood-borne pada kecelakaan tertusuk jarum suntik yaitu 30% untuk virus Hepatitis B, 3% untuk virus Hepatitis C, dan 0,3% untuk virus HIV (Weston, 2008). WHO mengestimasikan bahwa sekitar 2,5% petugas kesehatan di seluruh dunia menghadapi pajanan HIV dan sekitar 40% menghadapi pajanan virus Hepatitis B dan Hepatitis C (Sadoh dkk, 2006). Selain itu, di Indonesia angka kecelakaan kerja pada perawat masih cukup tinggi hal ini dapat terlihat pada berbagai hasil penelitian kecelakaan kerja yang telah banyak dilakukan. Pada tahun 2000, di RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta terjadi 9 kasus kecelakaan kerja yang berisiko terpajan HIV dari pasien pada 7 perawat, 1 dokter dan 1 petugas laboraturium (Panggabean, 2008). Penelitian yang dilakukan Hermana di RSUD Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah perawat yang mengalami luka tusuk jarum suntik dan 2 benda tajam lainnya cukup tinggi yaitu 61,34% (Hermana, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan terhadap perawat perintologi di RSUD Tugurejo Semarang dalam satu tahun terakhir adalah perawat yang mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik tertinggi sebanyak 14 kali (Kurnia, 2013). Di RSUP Fatmawati insiden tertusuk jarum suntik pada perawat mencapai 1,75% pada bulan Mei 2014. Hasil survei November 2014, dalam rentang tahun 2009 sampai tahun 2011, terdapat 2 orang perawat di Ruang Interna menderita penyakit Hepatitis, diduga tertular dari pasien (Tukmana, 2015). Pada penelitian Maria dkk (2015) tentang kejadian kecelakaan kerja perawat di Rumah Sakit PW Malang berdasarkan tindakan tidak aman diketahui bahwa sebanyak 45 perawat mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan gangguan muskuloskeletal dan terjadi 2 kasus needle stick injury (tertusuk jarum suntik) selama tahun 2014. Di RSUD Dr. Moewardi selama periode Januari – Agustus 2015 terjadi 9 kasus tertusuk jarum suntik. Perawat menjadi salah satu tenaga kesehatan yang paling rentan tertular virus HIV dan Hepatitis B dari penggunaan jarum suntik yang tidak aman. Hasil pencatatan dan laporan oleh pihak penanggung jawab mutu pelayanan dan etik di bidang keperawatan RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjung Uban bahwa sejak November 2007 – 2011 tercatat 1 perawat menderita HIV dan 5 perawat terinfeksi Hepatitis B akibat tertusuk jarum suntik (Yulita, 2013). Sedangkan penelitian yang dilakukan Lukman Hakim Tarigan, menemukan pada tahun 2013 terdapat 7000 tenaga kesehatan yang terinfeksi Hepatitis B dan sekitar 4.900 diantara 3 tenaga kesehatan yang terinfeksi tersebut disebabkan karena kecelakaan tertusuk jarum suntik sedangkan sisanya tertular dari penderita lain (Manafe, 2014). Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional dan pada pasal 3 menyebutkan kewajiban pengusaha/pengurus dalam persyaratan keselamatan kerja salah satunya yaitu untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan. Pelaporan kecelakaan kerja perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja. Pelaporan kecelakaan kerja bertujuan untuk menemukan mengapa kecelakaan terjadi, penyebabnya, dimana terjadinya, kapan, siapa atau apa yang menjadi korban dan sebagainya, selanjutnya dapat diupayakan agar tidak terjadi kecelakaan yang sama atau yang lebih parah (Dewanti, 2012). Kejadian tertusuk jarum suntik pada perawat harus segera dilaporkan kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan untuk segera dilakukan pengobatan dan pencegahan setelah pajanan agar tidak terinfeksi (tertular) dan untuk mencegah kecelakaan kerja tersebut terulang kembali. Namun kesadaran pekerja terhadap pelaporan kecelakaan kerja masih cukup rendah, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wardhani (2008) di PT. Astra Nissan Diesel Indonesia menyatakan bahwa tingkat kesadaran pekerja masih perlu diperbaiki karena pelaksanaan pelaporan tidak didukung dengan pengetahuan dan sikap yang baik. Hasil penelitian Sulistiani (2015) di Rumah Sakit X dan Y Jakarta menyatakan persepsi positif pelaporan kesalahan medis pada tenaga kesehatan masih rendah 4 yaitu kurang dari 50%. Semua kategori kecelakaan harus dianggap penting, baik kategori kecil, sedang, parah, tidak ada satupun kejadian dan kecelakaan yang boleh diabaikan meskipun kejadian atau kecelakaan tersebut masuk kedalam kategori nyaris celaka atau kecelakaan ringan. Intensi yang kuat diperlukan untuk meningkatkan perilaku perawat melaporkan kecelakaan kerja. Intensi merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku atas dasar kepercayaan dan keyakinan akan kemampuan yang dimiliki untuk berperilaku tersebut. Intensi dapat ditingkatkan dengan harus tahu terlebih dahulu apa arti dan manfaat dari perilaku tersebut bagi dirinya. Perawat harus memiliki pengetahuan, sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku yang positif terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Intensi pelaporan kecelakaan kerja yang rendah akan menghambat tindakan pencegahan infeksi dan pencegahan kecelakaan kerja sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja terjadi berulang, risiko perawat terinfeksi atau tertular dari pasien lebih besar sehingga dapat mempengaruhi kinerja perawat. Rumah Sakit X Kota Bekasi merupakan rumah sakit rujukan pertama pasien umum maupun pasien BPJS di Kota Bekasi sehingga selalu ramai pasien, rata-rata sebanyak 13.344 pasien per tahun di rawat inap Rumah Sakit X Kota Bekasi. Pasien dengan jumlah yang banyak memungkinkan risiko kecelakaan kerja pada perawat rawat inap lebih sering terjadi. Berdasarkan data kecelakaan kerja Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui angka kejadian kecelakaan kerja cukup rendah yaitu pada tahun 2013 tercatat 1 kasus tertusuk jarum suntik, tahun 2014 tercatat 3 kasus tertusuk jarum suntik, tahun 2015 tercatat 2 kasus tertusuk 5 jarum suntik, dan pada Januari – Maret 2016 tercatat 4 perawat mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik. Namun hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 26 perawat ruang rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui 20 perawat yang pernah mengalami kecelakaan kerja baik tertusuk jarum suntik, mengampul obat maupun terkena percikan cairan tubuh pasien, hanya 2 perawat yang melaporkan kejadian kecelakaan kerja tersebut dan 18 perawat tidak melaporkan kejadian kecelakaan kepada manajemen yang artinya angka kejadian kecelakaan kerja yang tercatat belum menunjukkan angka kejadian kecelakaan kerja yang sesungguhnya. Rawat inap tulip merupakan rawat inap untuk pasien bedah berdasarkan data kecelakaan yang tercatat memiliki angka kecelakaan kerja yang paling banyak dibandingkan dengan rawat inap lainnya sedangkan rawat inap melati merupakan rawat inap untuk pasien anak yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja karena sering kali saat melakukan infus, pengambilan darah maupun tindakan keperawatan lainnya anak-anak tidak bisa diam sehingga memungkinkan risiko perawat tertusuk jarum suntik lebih tinggi dibandingkan dengan rawat inap lainnya namun berdasarkan data kecelakaan tidak pernah tercatat satu kecelakaan pun yang pernah terjadi di rawat inap melati. Kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan akan berdampak pada penghambatan pencegahan infeksi, penghambatan pencegahan kecelakaan sehingga terjadi kecelakaan kerja berulang, rendahnya keselamatan dan kesehatan pekerja, penurunan produktivitas kerja dan juga citra rumah sakit. Perawat yang 6 tidak melaporkan kecelakaan kerja berisiko besar tertular infeksi atau penyakit oleh pasien dan juga dapat menularkan kepada pasien yang lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Kecelakaan kerja merupakan hal yang selalu melekat pada industri rumah sakit. Kejadian tertusuk jarum suntik, tergores benda tajam, terpeleset/terjatuh, dan terkena percikan cairan tubuh pasien adalah kejadian kecelakaan yang sering terjadi pada perawat. Namun, berdasarkan data dari latar belakang diketahui intensi pelaporan kecelakaan kerja pada perawat di Indonesia masih rendah. Di ruang rawat inap tulip Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui dari 9 orang yang pernah mengalami kecelakaan kerja baik tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul obat maupun terkena percikan cairan tubuh pasien, 8 orang tidak melaporkan kejadian kecelakaan kepada manajemen dan di ruang rawat inap melati Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui dari 11 orang yang pernah mengalami kecelakaan kerja baik tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul obat maupun terkena percikan cairan tubuh pasien, 10 orang tidak melaporkan kejadian kecelakaan kepada manajemen. Masih sedikitnya perawat yang melaporkan kecelakaan kerja yang dialami karena tidak mengetahui jenis kecelakaan kerja yang harus dilaporkan, menganggap luka kecil/ringan, menganggap sebagai sesuatu hal yang biasa dan luka tidak terasa perih/sakit diduga menjadi alasan perawat tidak melaporkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan terhadap 7 intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 2. Bagaimana gambaran sikap pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 3. Bagaimana gambaran norma subjektif pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 4. Bagaimana gambaran persepsi kontrol perilaku pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 5. Bagaimana gambaran pengetahuan pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 6. Apakah ada hubungan sikap dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 7. Apakah ada hubungan norma subjektif dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 8. Apakah ada hubungan persepsi kontrol perilaku dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 8 9. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 ? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya hubungan sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan terhadap intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 2. Diketahuinya gambaran sikap pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 3. Diketahuinya gambaran norma subjektif pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 4. Diketahuinya gambaran persepsi kontrol perilaku pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 5. Diketahuinya gambaran pengetahuan pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 9 6. Diketahuinya hubungan sikap dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 7. Diketahuinya hubungan norma subjektif dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 8. Diketahuinya hubungan persepsi kontrol perilaku dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 9. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat bagi Rumah Sakit X Kota Bekasi 1. Dapat dijadikan bahan masukan terkait pelaksanaan pelaporan kecelakaan kerja. 2. Dapat dijadikan bahan masukan untuk evaluasi pelaksanaan pelaporan kecelakaan kerja. 3. Dapat dijadikan bahan masukan untuk perencanaan dalam peningkatan pelaksanaan pelaporan kecelakaan kerja. 10 1.5.2 Manfaat bagi Perawat Rumah Sakit X Kota Bekasi 1. Sebagai masukan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan kerja berulang. 2. Sebagai masukan dalam meningkatkan kesadaran pelaporan kecelakaan kerja. 3. Sebagai masukan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. 1.5.3 Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya 1. Sebagai data dasar untuk referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pelaporan kecelakaan kerja. 2. Sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian yang terkait dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) program studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui determinan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik cross sectional yang bertujuan untuk menggambarkan variabel-variabel penelitian dan melihat hubungan variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit X Kota Bekasi pada bulan Oktober – Desember 2016. 11 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi Intensi merupakan prediktor utama dalam menentukan perilaku. Intensi adalah jembatan antara sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku terhadap perilaku sebenarnya. Menurut Ajzen (2005) intensi merupakan indikai seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) intensi adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku tertentu. Hal ini diperjelas oleh Warshaw dan Davis (dalam Landry, 2003) yang menyatakan bahwa intensi adalah tingkatan dimana seseorang memformulasikan rencana untuk menunjukkan suatu tujuan masa depan yang spesifik atau tidak, secara sadar. Berdasarkan beberapa pegertian intensi diatas, dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perilaku atas dasar kepercayaan dan keyakinan terhadap suatu hal maupun kemampuan diri sendiri. 2.1.1 Teori Intensi A. Teori Reasoned Action Menurut teori Reasoned Action (Ajzen dan Fishbein, 1969), pembentukan intensi merupakan fungsi dari dua determinan yang menjadi prediktor penentu dalam memunculkan intensi berperilaku, yaitu determinan pertama adalah faktor yang bersifat pribadi dan determinan kedua adalah faktor yang bersifat sosial. Faktor yang bersifat pribadi yaitu sikap terhadap perilaku tertentu yang 12 merupakan sikap terhadap keyakinan-keyakinan dan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku yang diminati atau yang akan dipilih untuk ditampilkan. Faktor yang bersifat sosial yaitu norma subjektif yang merupakan persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Rosdiana, 2011). Teori Reasoned Action merupakan model yang memfokuskan pada variabel-variabel sosial-kognitif sebagai determinan-determinan perilaku kesehatan. Teori ini menegaskan peran dari “niat” seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi. Perilaku mengikuti niat dan tidak akan terjadi perilaku tanpa adanya niat. Teori Reasoned Action merupakan teori yang menghubungkan keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intension) dan perilaku (behavior) (Taylor, 1999). B. Teori Planned Behavior Teori tindakan yang direncanakam (Theory of Planned Behavior) mengemukakan bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh tiga macam faktor, yaitu keyakinan berperilaku, keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain, dan keyakinan persepsi untuk berperilaku dengan yang memfasilitasi atau menghambat perilaku (Ajzen, 2005). Berdasarkan perspektif tersebut, maka keyakinan perilaku menimbulkan sikap positif atau negatif terhadap perilaku tertentu, keyakinan normatif mengakibatkan terbentuknya persepsi adanya tekanan sosial untuk melakukan tindakan atau norma subjektif dan persepsi atas persepsi kontrol perilaku. Kombinasi dari sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku mengakibatkan terbentuknya intensi 13 perilaku. Sebagai suatu kaidah umum bahwa sikap yang positif disertai dengan norma subjektif yang sesuai dan dengan adanya persepsi kontrol perilaku yang memadai, maka akan menyebabkan kuatnya intensi untuk berperilaku tertentu. (Machrus dan Purwono, 2010) Intensi merupakan penentu terpenting dalam perilaku seseorang. Intensi merupakan indikasi kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perilaku dan menjadi anteseden langsung dari perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Intensi merupakan aspek motivasional individu yang mempengaruhi terlaksananya suatu perilaku. Intensi adalah indikasi mengenai besarnya usaha yang dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku (Ayuningtyas dan Santoso, 2007). Dalam teori Planned Behavior, ada tiga faktor yang saling berkaitan dalam membentuk intensi individu untuk bertingkah laku, yaitu sikap (Fishbein & Ajzen, 1980), norma subjektif (Fishbein & Ajzen, 1980), serta perceived behavior control (Ajzen, 2005). Ketiga faktor ini akan dipengaruhi oleh belief masingmasing individu. Belief merujuk kepada semua informasi yang dimiliki individu mengenai suatu objek, yang dalam hal ini adalah suatu perilaku (Fishbein & Ajzen, 1980). Dalam intensi untuk melakukan tingkah laku, belief berperan sebagai pembentuk sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku. Fishbein & Ajzen (1980) mengatakan bahwa individu akan melakukan suatu perilaku jika ia memiliki intensi untuk melakukan perilaku tersebut. 14 Teori Planned Behavior dapat digambarkan sebagai berikut. Bagan 2.1 Theory Planned Behavior Intensi dapat berubah karena waktu. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku tergantung pada hasil pengukuran sikap dan norma subjektif. Hasil yang positif mengindikasikan intensi berperilaku. Intensi adalah informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan suatu perilaku tertentu akan mengarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Jika keinginan untuk bertingkah laku dikatakan sebagai tujuan (goal), maka intensi dianggap sebagai rencana untuk mencapai tujuan, yaitu melakukan suatu tingkah laku (Ajzen, 2005). Namun memiliki intensi tidak menjamin tujuan akan tercapai (Heckhausen dan Gollwitzer dalam Gillholm, Erdeus & Garling, 1996). Neal dan Griffin (2002) berpendapat bahwa hanya ada tiga faktor yang menentukan perbedaan individu dalam berperilaku yaitu pengetahuan, kemampuan, dan motivasi. Jika seseorang tidak memiliki cukup motivasi untuk patuh terhadap peraturan keselamatan atau terlibat dalam aktivitas keselamatan, 15 maka dia tidak akan memilih untuk melakukan tindakan tersebut. Jika seseorang tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk patuh dengan peraturan keselamatan dan terlibat dalam aktivitas keselamatan, maka dia tidak akan mampu bertindak atau beniat untuk mematuhi prosedur keselamatan. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan dasar dalam mengerjakan sesuatu atau bertindak. Jika pekerja memiliki pengetahuan dan sikap terhadap iklim keselamatan pada lingkungan kerja, maka pekerja tersebut akan berniat untuk mematuhi kebijakan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. 2.1.2 Aspek-Aspek Intensi Intensi memiliki 4 aspek yang mendasarinya yaitu target, action, context, dan time (Surbakti, 2015). Target merupakan sasaran yang ingin dicapai jika menampilkan suatu perilaku. Misalnya, perilaku melaporkan kecelakaan kerja untuk tercatatnya kejadian kecelakaan kerja dan pencegahan terjadinya kecelakaan berulang. Action yang merupakan suatu tindakan yang mengiringi munculnya perilaku. Misalnya menghubungi bagian K3L untuk melaporkan kecelakaan kerja yang dialami. Context mengacu pada situasi yang akan memunculkan perilaku. Misalnya, terdapat prosedur yang mengatur alur pelaporan kecelakaan kerja. Dan yang terakhir adalah time yaitu waktu munculnya perilaku. Misalnya, menghubungi bagian K3L saat mengalami kecelakaan kerja. 2.1.3 Pengukuran Intensi Intensi dapat diukur secara langsung dengan menanyakan subjek untuk mengindikasikan apakah ia akan menampilkan perilaku yang positif atau negatif terhadap objek sikap tertentu, situasi dan waktu dimana perilaku tersebut 16 diwujudkan (Ajzen, 2005). Beberapa cara yang digunakan untuk mengukur intensi seperti terlihat pada contoh berikut “Saya berniat untuk datang tepat waktu di kantor, untuk kedisiplinan dalam memenuhi aturan kerja”, “Saya akan mencoba untuk datang tepat waktu di kantor, untuk kedisiplinan dalam memenuhi aturan kerja”, atau “Saya merencanakan (plan), untuk datang tepat waktu di kantor, untuk kedisiplinan dalam memenuhi aturan kerja”. Dari contoh di atas menunjukkan bahwa pengukuran intensi hendaknya berisikan niat melakukan, usaha mencoba, dan merencanakan suatu tindakan yang bertujuan (Machrus dan Purwono, 2010). Dari hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa intensi, sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku memiliki prediksi yang akurat, terkait dengan perilaku. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari intensi, sikap, norma subjektif, persepsi atas persepsi kontrol perilaku akan dapat berpengaruh/ada hubungan dengan perilaku (Ajzen, 2005). 2.2 Determinan Intensi 2.2.1 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Fitriani, 2011). 17 Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “Sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tidak senang, disebut sikap negatif. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa berarti sikapnya netral (Sarwono, 2012). Sikap dinyatakan dalam tiga domain ABC yaitu Affect, Behavior, dan Cognition. Affect adalah perasaan yang timbul (senang, tidak senang), behavior adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu (mendekat, menghindar), dan cognition adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak bagus) (Sarwono, 2012). Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2010). Dengan kata lain bahwa sikap itu belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan suatu kecenderungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut (Sunaryo, 2014). Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional. 18 Sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak secara tertentu, bersifat relatif menetap dan tidak berubah yang menggambarkan rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek, diperoleh dari hasil belajar atau pengalaman sendiri maupun orang lain. Ciri-ciri sikap sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, seperti Gerungan (2009), Ahmadi (2009), Sarwono (2012), Walgito (2010), pada intinya sama, yaitu : a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan/banyak objek. e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan. Allport dalam Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). 19 Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu (Mastini, 2013). Hasil penelitian Arum dkk (2010) menyatakan bahwa variabel sikap secara signifikan memprediksi niat seseorang. Hasil penelitian Cheng dkk (2011) menunjukkan bahwa sikap secara positif mempengaruhi niat berperilaku. Hasil penelitian Hartoni dan Riana (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara sikap pekerja proyek kontruksi terhadap intention to comply pada kebijakan K3L yang diterapkan oleh pihak manajemen konstruksi HK pada proyek watermark hotel, berupa patuh pada penggunaan APD. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individuindividu lain di sekitarnya. Dalam hal ini Azwar (2011) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah: 1. Faktor Internal Faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti selektifitas rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada 20 proses-proses memilih rangsangan, rangsangan mana yang akan didekati dan rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai kecenderungan memilih maka akan terbentuk sikap positif atau terbentuk sikap negatif bila kecenderungan itu menolak. 2. Faktor Eksternal Faktor-faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap, terdiri dari: a) Sifat objek yang dijadikan sasaran. b) Kewajiban orang yang mengemukakan suatu sikap. c) Sifat-sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut. d) Media komunikasi yang di gunakan dalam menyampaikan situasi pada saat sikap itu terbentuk. Menurut Walgito (2010) ada 4 hal penting yang menjadi determinan (faktor penentu) sikap individu, yaitu: 1. Faktor fisiologis Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan, yang menentukan sikap individu. 2. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut. 3. Faktor kerangka acuan Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. 21 4. Faktor komunikasi sosial Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. B. Pengukuran Sikap Menurut beberapa ahli, sikap dapat diukur dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan skala sikap. Di antara banyak skala sikap yang dikenal yang cukup banyak digunakan, yaitu skala sikap dari R. Likert (1932). Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala. Ada dua bentuk pernyataan yang menggunakan skala likert yaitu bentuk pernyataan positif untuk mengukur sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif untuk mengukur sikap negatif. Pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, dan 1, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5. Bentuk jawaban skala likert ialah sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. 2.2.2 Norma Subjektif Norma subjektif diasumsikan sebagai suatu fungsi dari kepercayaan atau keyakinan yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif. Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orangorang lain yang penting berpikir bahwa ia seharusnya melalukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter dsb. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang 22 penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud (Achmat, 2010). Hasil penelitian Arismunandar (2011) menunjukkan bahwa semakin meningkat norma-norma subjektif, maka akan semakin meningkatkan niat pekerja untuk berperilaku. Hasil penelitian Cheng dkk (2011) menunjukkan bahwa norma subjektif adalah pengaruh paling kuat terhadap terbentuknya niat-niat dari seorang individu. Hasil penelitian Andika dan Madjid (2012) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap niat berperilaku. Hasil penelitian Triastity dkk (2013) menunjukkan bahwa niat-niat dipengaruhi secara signifikan oleh sikap individu dan norma subjektif. Hasil penelitian Hartoni dan Riana (2015) menyatakan bahwa norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk patuh pada objek kebijakan K3L, berupa penggunaan APD. Semakin tinggi dorongan pihak manajemen untuk mengharuskan pekerja menggunakan APD, maka pekerja akan semakin berniat patuh dalam melaksanakan kebijakan K3L berupa penggunaan APD. Semakin baik keyakinan pekerja dalam menggunakan APD, agar terhindar dari kecelakaan, maka pekerja proyek akan semakin berniat patuh pada kebijakan K3L dalam penggunaan APD, di proyek watermark hotel Jimbaran ini. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Norma Subjektif Dalam Theory of Planned Behavior Ajzen (2005), norma subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif dan keinginan untuk mengikutinya. Adapun yang dimaksud dengan keyakinan normatif yaitu keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok tertentu setuju atau tidak setuju bila dia melakukan 23 tingkah laku tersebut. Individu dan kelompok tertentu ini disebut juga referent. Referent adalah orang atau kelompok sosial yang berpengaruh bagi individu, baik itu orangtua, pasangan (suami/istri), teman dekat, rekan kerja atau yang lain, tergantung pada tingkah laku yang dimaksud. Norma subjektif tidak hanya ditentukan oleh adanya keyakinan normatif yang dipengaruhi orang yang dianggap penting tetapi juga kekuatan yang dimiliki orang yang dianggap penting tersebut terhadap individu dan seberapa jauh individu akan mengikuti pendapat orang yang dianggap penting tersebut. B. Pengukuran Norma Subjektif Norma subjektif dapat diukur secara langsung dengan meminta responden untuk mengukur bagaimana kebanyakan orang yang penting bagi mereka akan setuju terhadap perilaku yang dilakukan. Beberapa pertanyaan yang dapat dirumuskan, untuk mendapatkan pengukuran norma subjektif. Ilustrasinya adalah sebagai berikut “Kebanyakan orang yang penting bagi saya, berpikir bahwa saya sebaiknya datang tepat waktu di kantor, untuk kedisiplinan dalam memenuhi aturan kerja” atau “Saya menyetujui bahwa orang (penting) dalam hidup saya mempunyai pendapat, bahwa saya lebih bernilai jika datang tepat waktu di kantor, untuk kedisiplinan dalam memenuhi aturan kerja” (Machrus dan Purwono, 2010). 2.2.3 Persepsi kontrol perilaku Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera (Chaplin, 2002). Persepsi kontrol perilaku adalah persepsi mengenai kemudahan atau kesulitan dalam melakukan perilaku dan diasumsikan merefleksikan pengalaman di masa lalu dan antisipasi mengenai 24 halangan (Ajzen, 2005). Persepsi kontrol perilaku adalah fungsi dari control beliefs, yaitu beliefs mengenai faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit dilaksanakannya suatu perilaku dan persepsi mengenai kekuatan faktor-faktor tersebut. Persepsi kontrol perilaku ditentukan oleh dua faktor yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam mengendalikan) dan perceived power (persepsi mengenai kekuatan yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku). Persepsi kontrol perilaku mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk berperilaku tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs yang lemah mengenai faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi yang akan datang, dan sikap terhadap norma-norma yang berpengaruh disekitar individu (Achmat, 2010). Persepsi kontrol perilaku menunjukkan suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia tidak percaya bahwa ia memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki 25 sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. Persepsi kontrol perilaku dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi (Achmat, 2010). Hasil penelitian Ajzen (2002) dan Andreanto (2013) menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku yang dirasakan memiliki implikasi motivasional pada niat. Individu yang percaya bahwa dirinya tidak memiliki sumber daya untuk melaksanakan perilaku tertentu, cenderung tidak membentuk intensi yang kuat untuk melaksanakannya, walaupun individu tersebut memiliki sikap yang menyenangkan terhadap perilaku tersebut. Hasil penelitian Arum dkk (2010) menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku yang dirasakan, secara signifikan memprediksi intensi. Menurut Huda dkk (2012), persepsi kontrol perilaku memiliki sebuah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel intensi. Hasil penelitian Abadi dkk (2012) menunjukkan bahwa intensi secara positif sangat dipengaruhi oleh persepsi kontrol perilaku yang dirasakan oleh individu tersebut. Hasil penelitian Hartoni dan Riana (2015) menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh positif dan signifikan terhadap intention of comply. Persepsi kontrol perilaku yang mengacu pada persepsi individu pekerja proyek konstruksi terhadap kemudahan atau kesulitan dalam melaksanakan kebijakan prosedur K3L, seperti kemampuan pekerja menggunakan APD dan adanya ketersediaan fasilitas APD bagi pekerja. Semakin pekerja merasa mampu untuk menggunakan APD, maka pekerja tersebut akan semakin berniat untuk patuh dalam menggunakan APD di proyek tersebut. Semakin meningkat atau cukup 26 ketersediaan fasilitas APD di proyek tersebut, maka pekerja akan semakin berniat untuk patuh dalam menggunakan APD. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi kontrol perilaku (Persepsi kontrol perilaku) Persepsi kontrol perilaku dibentuk oleh dua aspek, yaitu : keyakinan individu tentang kehadiran kontrol yang berfungsi sebagai pendukung atau penghambat individu dalam bertingkah laku dan persepsi individu terhadap seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam bertingkah laku, apakah kontrol tersebut dapat memfasilitasi atau menghalangi timbulnya perilaku (Surbakti, 2015). Persepsi kontrol perilaku biasanya juga dipengaruhi oleh informasi dari orang kedua tentang perilaku, dengan mengobservasi pengalaman dari rekan-rekan dan teman, serta faktor lainnya yang meningkatkan atau menurunkan persepsi tentang kesulitan dalam perwujudan perilaku tertentu. Semakin banyak sumber yang dibutuhkan dan kesempatan yang ia miliki, dan lebih sedikit penghalang atau penghambat yang mereka antisipasi, semakin baik perceived behavioral control (Rosdiana, 2011). B. Pengukuran Persepsi kontrol perilaku (Persepsi kontrol perilaku) Menurut Ajzen (2005), persepsi kontrol perilaku dapat diukur melalui dua cara, yaitu dengan mengukur keyakinan-keyakinan individu tentang kemampuan dan kesempatan yang dimiliki untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Cara kedua adalah dengan mengukur secara langsung kontrol yang dimiliki individu dalam menampilkan tingkah laku tertentu. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap tingkah laku secara tidak langsung, yaitu melalui 27 intensi, maka yang akan digunakan adalah pengukuran dengan cara pertama melalui keyakinan-keyakinan individu tentang faktor-faktor yang menghambat dan mendorong untuk melakukan tingkah laku. Pengukuran langsung persepsi kontrol perilaku dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu menanyakan responden apakah mereka yakin bahwa mereka sanggup untuk mewujudkan perilaku yang diminatinya. Pengukuran persepsi kontrol perilaku harus dapat menangkap kepercayaan orang/subjek penelitian, bahwa ia mampu melakukan suatu tindakan tertentu disebabkan memiliki faktor internal dan eksternal yang memadai. Beberapa cara memang disadari dibuat atau dikerjakan dengan cukup sulit, yaitu untuk dapat mencerminkan bahwa subjek mampu atau dapat melakukan tindakan. Cara semacam ini diharapkan dapat menangkap persepsi responden tentang kemampuannya melakukan suatu tindakan (Machrus dan Purwono, 2010). Dalam hal ini Ajzen menyatakan responden meyakini bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan tindak tertentu (Ajzen, 2005). Contoh pernyataan sebagai berikut “Bagi saya datang tepat waktu di kantor, untuk kedisiplinan dalam memenuhi aturan kerja, dalam satu bulan, adalah tidak mungkin” atau “Jika saya mau, saya dapat datang tepat waktu di kantor, untuk kedisiplinan dalam memenuhi aturan kerja tiap hari dalam satu bulan”. Sangat mungkin atau tidak mungkin bagi subjek, untuk melakukan tindakan tertentu (terkait dengan personal resources and environment). Sangat benar, jika subjek mau, subjek dapat melakukan tindakan tertentu (terkait personal resources and environment). Cara yang lain berisikan kemampuan 28 kontrol perilaku yaitu kemampuan mengontrol perilaku atau mengendalikan perilaku untuk mencapai tujuan. Seberapa besar kontrol/pengendalian diri, agar perilaku terfokus pada perilaku tertentu, seberapa tinggi pengendalian diri, agar suatu perilaku tertentu tidak terlewatkan, dan subjek dapat melakukan tindakan (Machrus dan Purwono, 2010). 2.2.4 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu terutama melalui mata dan telinga. Bila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Sebagaimana uraian diatas dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses penginderaan mengenai suatu objek tertentu dengan cara mengingat atau mengenal informasi yang ada pada objek tersebut, merupakan bagian tingkah laku yang termasuk domain kognitif tingkat pertama. Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Fitriani, 2011) 29 A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal a. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. b. Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin untuk berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan. c. Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974 dalam Azwar, 2011) d. Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 2. Faktor eksternal a. Ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal. Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. 30 b. Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. c. Kebudayaan/lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. B. Pengukuran Pengetahuan Dari pengertian pengetahuan yang dikemukakan Bloom dan Skinner, menunjukkan tingkat pengetahuan yaitu dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban baik secara lisan atau tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu stimulus yang dapat berupa pernyataan lisan maupun tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi apabila mampu mengungkapkan sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar. Demikian juga bila seseorang hanya mampu mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek dengan benar maka dikategorikan berpengetahuan rendah tentang objek tersebut (Dahlawy, 2008). Pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum menurut Wawan dan Dewi (2015) dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : 1. Pertanyaan subjektif misalnya pertanyaan esai. Pertanyaan esai disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilai sehingga hasilnya akan berbeda untuk masing-masing penilai dari suatu waktu ke waktu lainnya. 31 2. Pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan, disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai tanpa melibatkan faktor-faktor subjektif dari penilai. Pengetahuan dapat dilihat dan dinilai dengan menggunakan kuesioner maupun wawancara. Penilaian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Nursalam (2013) menjelaskan tentang penilaian tingkatan pengetahuan berdasarkan nilai : a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76–100% b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75% c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 55% 2.3 Pelaporan Kecelakaan Kerja Laporan kecelakaan merupakan media komunikasi formal tentang faktafakta penting untuk diketahui oleh orang-orang yang berkepentingan terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi. Laporan merupakan catatan peristiwa kecelakaan yang akan digunakan didalam program pengendalian kerugian. Pencatatan kecelakaan dan cidera penting untuk program pencegahan kecelakaan yang berhasil dan efisien. Data ini sangat penting guna pencegahan kecelakaan dengan pendekatan sains (Widhiyastuti, 2009). Pelaporan kecelakaan kerja harus dicatat dan dilaporkan karena merupakan persyaratan peraturan perundang-undangan, bukti keabsahan data, mengukur kinerja, mengenal bahaya di tempat kerja, tindakan koreksi, mengelola 32 pelaksanaan K3 di tempat kerja, penghargaan K3, penentuan tingkat premi asuransi, dan bukti otentik dalam pengajuan proses verbal. Dalam manajemen kerugian menyeluruh, sistem laporan memainkan peranan penting. Tidak ada suatu kejadian atau kecelakaan yang dapat diabaikan begitu saja, betapa pun kecilnya. Laporan kecelakaan menyeluruh adalah kegiatan manajemen yang peka terhadap kerugian. Mungkin akibat sesuatu kecelakaan dapat di kategorikan “kecil”, “sedang”, atau “parah”. Namun kecelakaan dari kategori apapun harus dianggap penting oleh manajemen. Kejadian atau kecelakaan yang tidak dilaporkan akan berkembang seperti kanker dalam tubuh manusia (Wardhani, 2008). Menurut Kode Praktis ILO, pelaporan adalah suatu prosedur yang diterapkan didalam hukum dan peraturan nasional dan praktik di perusahaan, agar para pekerja melaporkan kepada penyelia mereka, orang yang berkompeten, atau badan lain yang ditetapkan tentang informasi mengenai setiap kecelakaan kerja atau gangguan kesehatan yang muncul selama melakukan atau dalam hubungan dengan pekerjaan, kasus yang diduga penyakit akibat kerja, kecelakaan selama perjalanan pulang-pergi dan peristiwa atau kejadian berbahaya. Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh pengusaha mengenai peraturan untuk pencatatan, pelaporan, dan pemberitahuan informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Wardhani, 2008). Peraturan perundang-undangan yang terkait pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebagai berikut : 1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 33 2. Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan 5. Peraturan Menteri Nomor : PER.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit 7. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja 8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit 2.3.1 Tujuan Pelaporan Kecelakaan Kerja Menurut kode praktis ILO (dalam Dewanti, 2012) pelaporan adalah suatu prosedur yang ditetapkan didalam hukum dan peraturan nasional dan praktik di 34 perusahaan agar para pekerja melaporkan kepada penyelia mereka, orang yang berkompeten, atau badan lain yang ditetapkan tentang informasi mengenai : 1. Setiap kecelakaan kerja atau gangguan kesehatan yang muncul selama melakukan atau ada hubungan dengan pekerjaan. 2. Kasus yang diduga penyakit akibat kerja. 3. Kecelakaan selama perjalanan pulang-pergi. 4. Peristiwa dan kejadian berbahaya. Para pekerja dan wakil dari mereka harus diberi informasi yang tepat oleh pengusaha mengenai peraturan untuk pelaporan, pencatatan, dan pemberitahuan informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Wardhani, 2008). Catatan wajib atas kejadian yang dipersyaratkan undang-undang dan laporan kecelakaan harus setiap saat diperiksa dan disimpan untuk jangka waktu sedikitnya selama 3 tahun (Ridley, 2009). Pelaporan kecelakaan kerja bertujuan untuk mengevaluasi secara objektif kasus kecelakaan kerja, mengevaluasi efektivitas program K3, menentukan tingkat permasalahan K3 pada unit kerja, analisis kecelakaan kerja dan PAK (Penyakit Akibat Kerja) terhadap kasus yang spesifik, mendorong supervisor agar lebih tertarik terhadap K3, menyediakan data dan fakta tentang masalah K3 kepada P2K3, dan mengukur efektivitas penggunaan alat-alat K3. Tujuan utama dilakukan pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja adalah untuk menemukan mengapa kecelakaan terjadi, penyebabnya, dimana terjadinya, kapan, siapa atau apa yang menjadi korban dan sebagainya, selanjutnya dapat diupayakan agar tidak terjadi kecelakaan yang sama atau yang lebih parah (Dewanti, 2012). 35 2.3.2 Manfaat Pelaporan Kecelakaan Kerja Sistem pelaporan kecelakaan memiliki peranan penting. Manfaat laporan kecelakaan adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dengan lengkapnya data kecelakaan, menjelaskan sumber kecelakaan dan memberikan informasi pada safety committee baik unsafe action maupun unsafe condition, menilai keefektifan program keselamatan, memperbaiki prosedur operasi, memperbaiki kerugian yang lebih besar, mengetahui kesalahan manajemen, dan mencegah terulang lagi (Dewanti, 2012). 2.3.3 Prosedur Pelaporan Kecelakaan Kerja Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kesehatan pasal 2 menyebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja dipimpinnya dan wajib melaporkan tertulis kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam (Pasal 3). Disamping itu pengurus diwajibkan memberitahukan kecelakaan. Pekerja mempunyai tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan ke arah pencegahan kecelakaan, harus melaporkan kepada supervisor dan meminta pertolongan pertama dari supervisor untuk setiap luka betapa pun kecilnya, melaporkan kondisi/peralatan/perbuatan yang kurang selamat dan menganggap rapat-rapat K3 sebagai bagian dari tugasnya. Setiap perusahaan memiliki alur dan prosedur masing-masing terkait pelaporan kecelakaan kerja namun secara umum alur dan prosedur pelaporan kecelakaan kerja sebagai berikut jika terjadi kecelakaan kerja segera melapor ke 36 unit kerja, departemen SDM dan departemen K3, selanjutnya membuat laporan kecelakaan kerja secara menyeluruh lalu disampaikan ke manajemen perusahaan, dinas tenaga kerja, dan perusahaan asuransi. 2.3.4 Tata Cara Pelaporan Kecelakaan Kerja Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan setiap kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Jenis kecelakaan yang dilaporkan antara lain kecelakaan kerja yang menimbulkan kematian, sakit akibat kerja, cidera (memerlukan perawatan dan pengobatan, hilang kesadaran, mengalami hambatan kerja/gerakan), kebakaran, peledakan, keracunan, pencemaran lingkungan, dan kejadian bahaya lainnya. Semua kecelakaan dan kejadian-kejadian yang berbahaya perlu dilaporkan kepada pihak supervisor dan supervisor harus mengambil langkah-langkah antara lain: memberikan bantuan pengobatan bagi yang terluka atau cedera, memperbaiki kondisi yang berbahaya, dan mengisi laporan kecelakaan. Selanjutnya pihak supervisor memberikan laporan singkat kepada pihak manager secepat mungkin, laporan disampaikan kepada dinas tenaga kerja setempat dalam waktu 2 x 24 jam, dan laporan dapat disampaikan secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis. Setelah kejadian kecelakaan serius, kondisi dibiarkan untuk tidak disentuh (bila memungkinkan), sambil menunggu penyelidikan selanjutnya. 37 2.4 Kerangka Teori Berdasarakan teori yang telah dijelaskan pada bab tinjuan pustaka, maka kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Ajzen (2005) yaitu Theory of Planned Behavior dapat digambarkan seperti pada Bagan 2.2 Bagan 2.2 Kerangka Teori Sumber : Ajzen, 2005 38 3 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan terhadap intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016, sehingga variabel yang diteliti dalam penelitian adalah intensi, sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan. Penelitian ini menggunakan teori Planned Behavior, hal ini dikarenakan teori Planned Behavior sudah mengalami pengembangan dari teori sebelumnya yaitu teori Reasoned Action dengan ditambahkan persepsi kontrol perilaku sehingga dapat menggambarkan proses pembentukan niat. Niat dibentuk oleh sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan. Persepsi kontrol perilaku mengindikasikan keyakinan seseorang tentang kesulitan atau kemudahan untuk berperilaku. Niat tidak akan terbentuk jika tidak ada keyakinan tentang kesulitan atau kemudahan untuk melakukannya meskipun mempunyai sikap positif dan dukungan positif norma subjektif. Sikap Norma Subjektif Persepsi kontrol perilaku Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Pengetahuan Bagan 3.1 Kerangka Konsep 39 3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Variabel Dependen Niat atau kecenderungan perawat untuk melaporkan 1. Intensi jika mengalami kecelakaan kerja Pelaporan Kecelakaan Kerja Variabel Independen 1. Sikap Tanggapan atau respon perawat terhadap pelaporan kecelakaan kerja 2. Norma Keyakinan dukungan dari orang lain yang dianggap Subjektif penting yaitu kepala ruangan, pj shift, teman, dan petugas instalasi K3L untuk melaporkan kecelakaan kerja 3. Persepsi kontrol Keyakinan perawat mengenai kemudahan atau perilaku kesulitan dalam melaporkan kecelakaan kerja 4. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui perawat terkait pelaporan kecelakaan kerja meliputi pengertian kecelakaan kerja, jenis kecelakaan kerja, bagaimana cara melaporkan kecelakaan kerja, waktu pelaporan kecelakaan kerja, siapa yang melaporkan kecelakaan kerja, tujuan pelaporan kecelakaan kerja, manfaat pelaporan kecelakaan kerja, dan dampak tidak melaporkan kecelakaan kerja Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Penyebaran Kuesioner 1. Lemah : total skor < 30 (median) kuesioner 2. Kuat : total skor > 30 (median) Ordinal Penyebaran Kuesioner 1. Negatif : total skor < 79 (median) kuesioner 2. Positif : total skor > 79 (median) Penyebaran Kuesioner 1. Negatif : total skor < 44 (median) kuesioner 2. Positif : total skor > 44 (median) Ordinal Penyebaran Kuesioner 1. Negatif : total skor < 64 (median) kuesioner 2. Positif : total skor > 64 (median) Penyebaran Kuesioner 1. Kurang : total skor < 54,5 (median) kuesioner 2. Baik : total skor > 54,5 (median) Ordinal 40 Ordinal Ordinal 3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara sikap dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 2. Ada hubungan antara norma subjektif dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 3. Ada hubungan antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. 41 4 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriftif analitik cross sectional karena pengumpulan data dan pengukuran variabel penelitian dilakukan dalam satu waktu tertentu dan mengambarkan variabel dependen dan variabel independen dalam waktu yang bersamaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah intensi pelaporan kecelakaan kerja dan varibel independen dalam penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan. Desain ini cukup sederhana sehingga sesuai dengan waktu, dana dan kemampuan peneliti. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi pada bulan Oktober – Desember Tahun 2016. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi berjumlah 52 perawat yang terdiri dari 29 perawat rawat inap tulip dan 23 perawat rawat inap melati. 4.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi dijadikan objek penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu total populasi perawat di rawat inap tulip dan melati. 42 Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sampling uji beda dua proporsi sebagai berikut. Keterangan : n : Besar sampel minimal P : (P1 + P2) : 2 P1 : Proporsi kejadian kesadaran pelaporan kecelakaan kerja rendah dengan pengetahuan dan sikap kurang baik P2 : Proporsi kejadian kesadaran pelaporan kecelakaan kerja rendah dengan pengetahuan dan sikap baik Z1-α/2 : CI 95% dengan α = 5% (1,96) Z1-β : 1-β 80% (0,84) Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel Variabel Sumber P1 P2 Sikap Utari, 2009 0,54 0,14 Norma Subjektif Nurvita, 2015 0,32 0,71 Persepsi kontrol perilaku Utari, 2009 0,09 0,53 Pengetahuan Yuliana, 2012 0,56 0,17 n 21 25 17 23 nx2 42 50 34 46 Berdasarkan perhitungan besar sampel diperoleh sampel minimal dalam penelitian ini adalah 50 responden. Sampel dalam penelitian ini yaitu sampel jenuh, perawat rawat inap tulip yang berjumlah 29 orang dan perawat rawat inap melati yang berjumlah 23 orang, sehingga total sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang. 43 4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan pengumpulan data yaitu lembar kuesioner. Kuesioner mencakup pertanyaan mengenai identitas responden, pernyataan mengenai intensi, sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Intrumen penelitian ini mengacu pada teori Ajzen namun penyusunan kuesioner disesuaikan berdasarkan kuesioner-kuesioner pada penelitian sebelumnya dan penelitian sejenis maupun contoh pernyataan didalam jurnal Ajzen yang disesuaikan dengan sampel dan tempat penelitian. Adapun penjelasan mengenai kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini : a. Identitas Responden Identitas responden bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik perawat di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi yang menjadi responden. b. Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Intensi kecelakaan kerja bertujuan untuk mengetahui niat atau kecenderungan perawat di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi untuk melaporkan kecelakaan kerja. Intensi pelaporan kecelakaan kerja diukur dengan menggunakan 18 pernyataan dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Skor pada setiap pernyataan diperoleh langsung dari jawaban yang dipilih responden. Skor seluruh pernyataan kemudian dijumlahkan. Data yang didapatkan berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan nilai median untuk pengkategorian. Hasil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu : 44 1. Lemah : total skor < nilai median 2. Kuat : total skor > nilai median c. Sikap terhadap Pelaporan Kecelakaan Kerja Sikap terhadap pelaporan kecelakaan kerja bertujuan untuk mengetahui respon perawat di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Sikap terhadap pelaporan kecelakaan kerja diukur dengan menggunakan 30 pernyataan dengan pilihan jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Masing-masing pernyataan dikalkulasikan menggunakan skala Likert dengan skor 1 - 4 (1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju). Skor pada setiap pernyataan diperoleh langsung dari jawaban yang dipilih responden. Skor seluruh pernyataan kemudian dijumlahkan. Data yang didapatkan berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan nilai median untuk pengkategorian. Hasil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu : 1. Negatif : total skor < nilai median 2. Positif : total skor > nilai median d. Norma Subjektif Norma subjektif bertujuan untuk mengetahui adakah dukungan dari orang lain yang dianggap penting oleh perawat rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi untuk melaporkan kejadian kecelakaan kerja. Norma subjektif diukur dengan menggunakan 16 pernyataan dengan pilihan jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Masing-masing pernyataan dikalkulasikan menggunakan skala Likert dengan skor 1 - 4 (1 = 45 sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju). Skor pada setiap pernyataan diperoleh langsung dari jawaban yang dipilih responden. Skor seluruh pernyataan kemudian dijumlahkan. Data yang didapatkan berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan nilai median untuk pengkategorian. Hasil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu : 1. Negatif : total skor < nilai median 2. Positif : total skor > nilai median e. Persepsi kontrol perilaku (Perceived Bahavioral Control) Persepsi kontrol perilaku bertujuan untuk mengetahui keyakinan kemampuan perawat rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi untuk melaporkan kejadian kecelakaan kerja. Persepsi kontrol perilaku diukur dengan menggunakan 24 pernyataan dengan pilihan jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Masing-masing pernyataan dikalkulasikan menggunakan skala Likert dengan skor 1 - 4 (1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju). Skor pada setiap pernyataan diperoleh langsung dari jawaban yang dipilih responden. Skor seluruh pernyataan kemudian dijumlahkan. Data yang didapatkan berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan nilai median untuk pengkategorian. Hasil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu : 1. Negatif : total skor < nilai median 2. Positif : total skor > nilai median 46 f. Pengetahuan terhadap Pelaporan Kecelakaan Kerja Pengetahuan terhadap pelaporan kecelakaan kerja bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Pengetahuan terhadap pelaporan kecelakaan kerja diukur dengan menggunakan 20 pernyataan dengan pilihan jawaban benar atau salah. Masing-masing pernyataan dikalkulasikan dengan menjumlahkan skor jawaban yang benar. Skor pada setiap pernyataan diperoleh langsung dari yang jawaban yang dipilih responden. Data yang didapatkan berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan nilai median untuk pengkategorian. Hasil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu : 1. Kurang : total skor < nilai median 2. Baik : total skor > nilai median 4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner A. Uji Validitas Uji validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan (tempat penelitian) dan data yang dilaporkan oleh peneliti (Lapau, 2013). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur, kuesioner yang disusun harus mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 perawat di salah satu rumah sakit di daerah Jakarta yang memiliki karakteristik yang sama dengan tempat penelitian. 47 Pada variabel dengan pilihan jawaban skala likert dinyatakan valid jika nilai r hitung > nilai r tabel (0,361) dan pada variabel dengan 2 pilihan jawaban menggunakan skala guttman dinyatakan valid jika perawat dapat mengerjakan kuesioner dengan waktu yang tidak terlalu lama dan memahami seluruh pertanyaan dalam kuesioner (Wiley&Sons, 2005). Dari hasil uji validitas diketahui bahwa dari 138 pernyataan terdapat 47 pernyataan yang dinyatakan tidak valid (tabel uji validitas dapat dilihat pada lampiran II). Untuk beberapa pernyataan yang tidak valid akan dihapus dari kuesioner karena masih dapat terwakili oleh pernyataan yang lain dan untuk beberapa pernyataan yang tidak valid lainnya hanya dilakukan perubahan redaksi pernyataan pada kuesioner. B. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukuran (Lapau, 2013). Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hasil. R hasil yaitu nilai Cronbach’s Alpha pada tabel Realiability Statistics. Kuesioner dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Nilai reliabilitas dari masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diketahui bahwa semua variabel cukup reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Kuesioner No Variabel 1. 2. 3. 4. 5. Intensi Sikap Norma Subjektif Persepsi Kontrol Perilaku Pengetahuan Nomor Pertanyaan B1 – B18 C1 – C30 D1 – D16 E1 – E24 F1 – F20 Alpha Coefficient 0.771 0.796 0.880 0.771 0.700 Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel 48 4.5 Manajemen Data Manajemen data adalah pengolahan data agar memenuhi syarat untuk dianalisis sehingga menghasilkan suatu informasi dengan melalui proses coding, editing, entry dan cleaning. a. Data Coding Data Coding adalah proses pemberian kode pada setiap jawaban dalam kuesioner untuk memudahkan dalam memasukan data (data entry). Pengkodean dilakukan pada semua variabel baik variabel dependen (intensi pelaporan kecelakaan kerja) maupun variabel independen (sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan). Proses ini dilakukan sejak awal pembuatan kuesioner, yaitu : No. A1 – A9 Variabel Identitas Responden B1 – B18 Intensi C1 – C30 Sikap D1 – D16 Norma Subjektif E1 – E24 Persepsi kontrol perilaku F1 – F20 Pengetahuan Kode Lemah = 1 Kuat = 2 Negatif = 1 Positif = 2 Negatif = 1 Positif = 2 Negatif = 1 Positif = 2 Kurang = 1 Baik = 2 b. Data Editing Data Editing adalah proses pengecekan kuesioner untuk melihat kelengkapan data apakah semua pertanyaan sudah terisi atau masih terdapat pertanyaan yang belum diisi atau missing. Data editing dilakukan langsung sesaat setelah kuesioner dikembalikan oleh responden. Hal ini bertujuan jika ditemukan 49 missing didalam jawaban kuesioner maka peneliti dapat langsung mengklarifikasi kepada responden. c. Data entry Data entry adalah proses memasukkan data ke dalam software komputer untuk memudahkan proses pengolahan data secara statistik. d. Data Cleaning Data Cleaning adalah proses pemeriksaan data kembali setelah di-entry untuk memastikan kelengkapan data dan tidak ada kesalahan saat memasukkan data ke dalam software komputer. Setelah data lengkap dan tidak ada kesalahan maka data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut. 4.6 Analisa Data 4.6.1 Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dalam bentuk proporsi dan persentase dari masing-masing variabel penelitian baik variabel dependen yaitu intensi pelaporan kecelakaan kerja dan variabel independen yaitu sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan. 4.6.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki hubungan. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan terhadap intensi pelaporan 50 kecelakaan kerja. Analisis pada penelitian ini yaitu variabel sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan pelaporan kecelakaan kerja dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja, maka uji statistik yang digunakan uji chi-square (X2). Uji chi-square dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik yaitu sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja. Dengan menggunakan aplikasi software komputer. Dalam penelitian ini derajat kemaknaan yang digunakan sebesar 5% sehingga variabel dependen dan variabel independen dinyatakan ada hubungan yang bermakna jika nilai p < 0,05 dan variabel dependen dan variabel independen dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna jika nilai p > 0,05. 51 5 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit X adalah rumah sakit negeri kelas B dengan Badan Layanan Umum Daerah penuh. Rumah Sakit X mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah Sakit X juga merupakan rumah sakit rujukan dari kabupaten dan pasien BPJS di Kota Bekasi. Rumah Sakit X ini memiliki visi menjadi rumah sakit yang unggul dengan pelayanan bermartabat dan misi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan rujukan dan terjangkau oleh masyarakat, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya pelayanan bermutu, dan menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik. Untuk mewujudkan visi dan misi, rumah sakit memiliki pelayanan penunjang non medis salah satunya yaitu instalasi K3LRS untuk keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tenaga kerja dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan aman untuk pasien dan keluarga. Rumah Sakit ini memiliki pelayanan rawat jalan yang terdiri dari 23 poliklinik dan 4 instalasi, rawat inap dengan 312 tempat tidur, penunjang medis dan penunjang non medis serta memiliki 934 tenaga kerja yang terdiri dari 95 dokter, 303 perawat, 43 bidan, 34 farmasi, 40 keteknisian medis, 36 tenaga kesehatan lainnya, dan 383 tenaga non kesehatan. Rata-rata setiap tahunnya terdapat 235.675 pasien yang berobat rawat jalan, 13.344 pasien yang berobat rawat inap, dan 26.194 pasien ke IGD. 52 Rawat inap tulip dan melati merupakan pelayanan rawat inap di Rumah Sakit X. Rawat inap tulip adalah kamar rawat inap untuk pasien bedah dan rawat inap melati adalah kamar rawat inap untuk pasien anak-anak. Total perawat dari kedua rawat inap tersebut berjumlah 52 orang dengan perawat pada rawat inap tulip berjumlah 29 perawat dan pada rawat inap melati berjumlah 23 perawat, sebagian besar perawat berjenis kelamin perempuan yaitu 42 orang perawat dan sisanya sebanyak 10 orang berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata usia perawat 31 tahun dengan lama kerja yang paling baru selama 1 tahun dan yang paling lama 30 tahun sebagai perawat. Kebanyakan dari perawat merupakan lulusan dari D3 sebanyak 43 perawat dan S1 sebanyak 9 perawat. Dari 52 perawat yang bertugas di rawat inap tulip dan melati hanya sebagian kecil yang sudah pernah mengikuti pelatihan terkait K3RS yaitu sebanyak 3 perawat dan 49 perawat lainnya belum pernah mengikuti pelatihan terkait K3RS. 5.2 Gambaran Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Intensi pelaporan kecelakaan kerja diukur melalui pernyataan-pernyataan terkait tanda-tanda kecenderungan untuk melaporkan atau tidak melaporkan kecelakaan kerja. Uji statistik univariat berskala ordinal dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi intensi pelaporan kecelakaan kerja. Hasil distribusi frekuensi intensi pelaporan kecelakaan kerja dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah dan intensi pelaporan kecelakaan kerja kuat. 53 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 Variabel Kategori Lemah Kuat Intensi Total Frekuensi 24 28 52 Persentase 46,2 % 53,8 % 100 % Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian sebanyak 24 perawat (46,2%) memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja yang lemah dan sebanyak 28 perawat (53,8%) memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja yang kuat. 5.3 Gambaran Determinan Faktor Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Determinan faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan. Uji statistik dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi. Hasil distribusi frekuensi dikelompokkan dalam dua kategori yaitu negatif dan positif untuk variabel sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku, kurang dan baik untuk variabel pengetahuan. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Determinan Faktor Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 No. Variabel 1. Sikap 2. Norma Subjektif 3. Persepsi kontrol perilaku 4. Pengetahuan Kategori Negatif Positif Negatif Positif Negatif Positif Kurang Baik Frekuensi (n = 52) 24 28 24 28 21 31 21 31 Persentase 46,2 % 53,8 % 46,2 % 53,8 % 40,4 % 59,6 % 40,4 % 59,6 % 54 1. Gambaran Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian sebanyak 24 perawat (46,2%) memiliki sikap negatif dan sebanyak 28 perawat (53,8%) memilki sikap positif. 2. Gambaran Distribusi Frekuensi Norma Subjektif Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian sebanyak 24 perawat (46,2%) memiliki norma subjektif negatif dan sebanyak 28 perawat (53,8%) memiliki norma subjektif positif. 3. Gambaran Distribusi Frekuensi Persepsi Kontrol Perilaku Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian sebanyak 21 perawat (40,4%) memiliki persepsi kontrol perilaku negatif dan sebanyak 31 perawat (59,6%) memiliki persepsi kontrol perilaku positif. 4. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berrdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian sebanyak 21 perawat (40,4%) memiliki tingkat pengetahuan kurang dan sebanyak 31 perawat (59,6%) memilki tingkat pengetahuan baik. 5.4 Hubungan Determinan Faktor Terhadap Intensi Pelaporan Kecelakaan kerja Analisis bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara satu variabel dependen dengan satu variabel independen yang dianalisis dengan uji chi-square (X2). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini diketahui bahwa semua variabel independen yaitu sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan 55 pengetahuan memiliki hubungan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja (Pvalue < 0,05). Tabel 5.3 Hubungan Determinan Faktor dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016 No. Variabel 1. Sikap 2. Norma Subjektif 3. Persepsi kontrol perilaku 4. Pengetahuan Kategori Negatif Positif Negatif Positif Negatif Positif Kurang Baik Intensi Lemah Kuat n % n % 20 83,3% 4 16,7% 4 14,3% 24 85,7% 19 79,2% 5 20,8% 5 17,9% 23 82,1% 15 71,4% 6 28,6% 9 29% 22 71% 15 71,4% 6 28,6% 9 29% 22 71% Total (n = 52) n % 24 100% 28 100% 24 100% 28 100% 21 100% 31 100% 21 100% 31 100% OR (95% CI) 30,000 (6,643 – 135,477) 17,480 (4,395 – 69,516) 6,111 (1,797 – 20,779) 6,111 (1,797 – 20,779) 1. Hubungan antara Sikap dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian, perawat dengan sikap negatif dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 20 dari 24 perawat (83,3%) dan perawat dengan sikap positif dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 4 dari 28 perawat (14,3%). Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) sebesar 0,000 pada alpha 5% terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja dan nilai OR sebesar 30,000 (95% CI ; 6,643 – 135,477), artinya perawat yang memiliki sikap negatif dapat meningkatkan risiko intensi lemah 30 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap positif. 56 P value 0,000 0,000 0,006 0,006 2. Hubungan antara Norma Subjekif dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian, perawat dengan norma subjektif negatif dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 19 dari 24 perawat (79,2%) dan perawat dengan norma subjektif positif dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 5 dari 28 perawat (17,9%). Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar 0,000 pada alpha 5% terdapat hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja dan nilai OR sebesar 17,480 (95% CI ; 4,395 – 69,516), artinya perawat yang memiliki norma subjektif negatif dapat meningkatkan risiko intensi lemah 17,4 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki norma subjektif positif. 3. Hubungan antara Persepsi kontrol perilaku dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian perawat dengan persepsi kontrol perilaku negatif dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 15 dari 21 perawat (71,4%) dan perawat dengan persepsi kontrol perilaku positif dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 9 dari 31 perawat (29%). Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar 0,006 pada alpha 5% terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja dan nilai OR sebesar 6,111 (95% CI ; 1,797 – 20,779), artinya perawat yang memiliki persepsi kontrol perilaku negatif dapat meningkatkan risiko intensi 57 lemah 6,1 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki persepsi kontrol perilaku positif. 4. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 52 responden penelitian perawat dengan tingkat pengetahuan kurang dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 15 dari 21 perawat (71,4%) dan perawat dengan tingkat pengetahuan baik dan memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah sebanyak 9 dari 31 perawat (29%). Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar 0,006 pada alpha 5% terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja dan nilai OR sebesar 6,111 (95% CI ; 1,797 – 20,779), artinya perawat yang memiliki pengetahuan kurang dapat meningkatkan risiko intensi lemah 6,1 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengetahuan baik. 58 6 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian yaitu : 1. Pertanyaan pada kuesioner belum mencakup seluruh kejadian kecelakaan kerja yang harus dilaporkan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan kecelakaan kerja yang pernah terjadi hanya tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul obat, dan terkena cairan tubuh pasien sehingga pertanyaan pada kuesioner hanya terkait kecelakaan kerja yang pernah terjadi di tempat penelitian, pada variabel intensi belum mencakup sistem pelaporan kecelakaan kerja, sebaiknya pernyataan pada kuesioner mencakup keseluruhan kejadian kecelakaan kerja termasuk juga sistem pelaporan kecelakaan kerja. 2. Penyebaran kuesioner tidak dapat dilakukan langsung oleh peneliti kepada seluruh responden karena terkendala izin yang diberikan rumah sakit sehingga ada potensi bias informasi pada saat pengisian kuesioner dan kualitas jawaban kuesioner tergantung kejujuran dari responden karena bentuknya bersifat pengakuan, subjektif dan tidak dapat dilakukan observasi. 6.2 Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Pelaporan kecelakaan kerja adalah prosedur yang diterapkan agar pekerja melaporkan setiap kejadian kecelakaan kerja yang terjadi ataupun gangguan 59 kesehatan yang dialami selama melakukan atau dalam hubungan pekerjaan (ILO, 2008). Pelaporan kecelakaan kerja bertujuan untuk mengetahui kronologi, sumber kecelakaan, siapa yang mengalami kecelakaan, pajanan atau penyebab terjadinya kecelakaan, dan kondisi tempat kerja saat terjadi kecelakaan sehingga dapat diupayakan agar kecelakaan kerja tidak terjadi berulang (Dewanti, 2012). Data kecelakaan kerja yang tercatat belum sepenuhnya menggambarkan kecelakaan kerja yang terjadi sebenarnya. Kejadian kecelakaan kerja digambarkan seperti fenomena gunung es dimana kejadian kecelakaan kerja yang tercatat hanya terlihat sedikit dari kecelakaan kerja yang sesungguhnya terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerja yang tidak melaporkan kejadian kecelakaan kerja. Dalam buku Practical Loss Control Leadership mengemukakan alasan tidak melaporkan kecelakaan kerja dikarenakan takut dihukum, takut pelayanan medis, hal yang wajar dan bukan merupakan hal yang serius (Bird dkk, 1990). Ada juga beberapa alasan pekerja tidak melaporkan kecelakaan kerja karena tidak mau proses kerja berhenti atau berubah, takut mendapat reputasi yang buruk, takut dianggap tidak disiplin dan tidak mengerti pentingnya laporan. Selain itu, intensi seseorang juga berpengaruh terhadap pelaporan kecelakaan kerja yang rendah (Wardhani, 2008). Intensi diasumsikan menggambarkan faktor internal yang mempengaruhi perilaku, intensi mengindikasikan seberapa kuat seseorang untuk mau mencoba berperilaku dan seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk berperilaku (Ajzen, 1991). Semakin kuat intensi untuk berperilaku maka akan semakin kuat perilaku 60 tersebut akan terwujud. Intensi untuk berperilaku tertentu dapat terwujud perilaku yang direncanakan hanya jika perilaku tersebut di bawah kontrol kehendaknya (Ajzen, 1991). Misalnya ketika mengalami kecelakaan kerja maka seseorang itu dapat memutuskan apakah mau melaporkan atau tidak melaporkan kejadian kecelakaan kerja tersebut. Sebelum terjadinya suatu perilaku, ada hal yang menjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku, yaitu intensi. Perilaku yang nampak dari seseorang ditentukan oleh intensi yang mendasari perilaku tersebut. Intensi menunjukkan seberapa besar seseorang memiliki keinginan untuk melakukan suatu hal atau memunculkan perilaku. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) intensi adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku tertentu. Dapat disimpulkan, intensi adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perilaku atas dasar kepercayaan dan keyakinan terhadap suatu hal maupun kemampuan diri sendiri. Intensi seseorang dipengaruhi oleh beberapa komponen, yaitu kepentingan sebuah perilaku, waktu kapan harus dilakukan, dan situasi saat terjadi. Intensi dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan pengetahuan (Yogatama, 2013). Secara umum, apabila sikap dan norma subjektif menunjukkan ke arah positif serta semakin kuat kontrol yang dimiliki, akan lebih besar kemungkinan seseorang untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui bahwa dari 52 perawat yang menjadi responden penelitian sebanyak 28 perawat (53,8%) memiliki intensi pelaporan 61 kecelakaan kerja yang kuat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa 28 perawat dari 52 perawat yang menjadi responden penelitian ingin melaporkan kecelakaan kerja yang dialami atau dilihatnya. Sebagian besar perawat ingin melaporkan kecelakaan kerja karena merasa suatu kewajiban yang harus dilakukan dan merupakan salah satu upaya untuk pencegahan agar kecelakaan kerja tidak terjadi berulang. Namun tidak sedikit juga perawat yang tidak ingin melaporkan kecelakaan kerja karena merasa bukan suatu kewajiban yang harus dilakukan, merasa hanya luka kecil tidak sampai harus ditangani dokter, dan merupakan hal yang wajar terjadi dialami perawat. Hal ini akan berdampak negatif kepada kinerja dan pelayanan yang diberikan. Kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan akan menghambat pencegahan infeksi dan pengobatan sehingga dapat menurunkan kinerja perawat dan tidak dapat memberikan pelayanan secara optimal. Selain itu, pihak manajemen atau dalam hal ini instalasi K3LRS tidak mengetahui jika terjadi kecelakaan kerja sehingga tidak dapat mengetahui bagaimana kronologis kecelakaan, apa yang menjadi penyebab kecelakaan, dimana terjadi kecelakaan, dan siapa saja yang menjadi korban. Hal ini akan menghambat pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang pada akhirnya membuat kecelakaan kerja terjadi berulang. Kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul obat, terkena darah pasien dan terkena urine pasien dianggap hal yang wajar dialami perawat. Kecelakaan kerja tersebut tidak menimbulkan kesakitan maupun luka serius sehingga tidak perlu dilaporkan, hanya jika kejadian tertusuk jarum suntik yang sudah digunakan kepada pasien baru akan dilaporkan. Hal ini 62 menunjukkan pengetahuan perawat kurang terkait pelaporan kecelakaan kerja membuat sikap perawat menjadi negatif terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Selain itu, dukungan dari orang yang dianggap penting dan orang-orang yang berada di lingkungan perawat juga berpengaruh terhadap intensi pelaporan kecelakaan kerja. Dimana dukungan dari staff instalasi K3LRS, penanggung jawab shift, kepala ruangan dan teman sesama perawat dibutuhkan untuk mendorong intensi pelaporan kecelakaan kerja. Kebanyakan persepsi dari perawat bahwa prosedur pelaporan kecelakaan kerja cukup sulit dan menghambat pekerjaan yang sedang dilakukan, sehingga membuat perawat lebih memilih untuk tidak melaporkan kecelakaan kerja. Setiap jenis kecelakaan kerja yang terjadi harus dilaporkan baik yang mengakibatkan luka parah maupun tidak. Jenis kecelakaan kerja di rumah sakit yang harus dilaporkan adalah tertusuk jarum suntik, terjatuh, terpeleset, terluka saat mengampul obat, terkena cairan tubuh pasien, dan lain sebagainya. Kecelakaan adalah kejadian yang tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur (Sulaksono dan Santoso, 2004). Jenis kecelakaan kerja yaitu terjatuh, tertimpa benda jatuh, tertumbuk atau terkena benda terkecuali benda jatuh, terjepit, gerakan yang melebihi kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi dan kecelakaan yang menimbulkan kesakitan maupun bahaya lainnya (ILO, 1980). Itu artinya kejadian tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul 63 obat, dan terkena cairan tubuh pasien juga merupakan kecelakaan kerja yang harus dilaporkan. Terluka saat mengampul obat memang tidak menimbulkan luka yang parah namun jika tidak dilakukan pengobatan atau pencegahan infeksi maka akan berisiko perawat tertular infeksi dari pasien atau bahkan menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lainnya. Sama halnya ketika perawat terkena cairan tubuh pasien seperti urine maupun darah, terkena cairan tubuh pasien bagi perawat merupakan hal yang wajar dan tidak menimbulkan kesakitan sama sekali. Namun salah satu cara penularan infeksi dapat melalui cairan tubuh pasien. Penularan infeksi dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan infeksi secara langsung dapat melalui droplet, urine, darah maupun cairan tubuh pasien yang lainnya. Penularan infeksi secara tidak langsung dapat melalui perantara vektor, benda mati maupun udara (Kozier, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa perawat yang terkena cairan tubuh pasien akan berisiko tertular infeksi yang diderita pasien dan bahkan dapat menularkan infeksi tersebut ke pasien lainnya. Pelaporan kecelakaan kerja memiliki peranan yang penting dalam manajemen kerugian keseluruhan. Suatu kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian dapat dikategorikan kecil, sedang atau parah. Namun, kejadian kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian dalam kategori apapun tetap harus dianggap penting dan dilaporkan (Wardhani, 2008). Dalam hasil penelitian ini, perawat yang memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah dengan sikap negatif (83,3%), perawat yang memiliki 64 intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah dengan norma subjektif negatif (79,2%), perawat yang memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah dengan persepsi kontrol perilaku negatif (71,4%) dan perawat yang memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja lemah dengan pengetahuan kurang (71,4%), artinya perawat yang memiliki sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku yang negatif serta pengetahuan yang kurang cenderung tidak akan melaporkan kejadian kecelakaan kerja yang dialami. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sejenis sebelumnya, hasil penelitian Triastity dkk (2013) menunjukkan bahwa niat-niat dipengaruhi secara signifikan oleh sikap individu dan norma subjektif. Hasil penelitian Andika dan Madjid (2012) menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk berperilaku. Intensi pelaporan kecelakaan kerja dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap suatu objek, norma subjektif yang diterima dari orang-orang yang dianggap penting, persepsi akan kemampuan untuk melakukan suatu perilaku dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, peningkatan intensi perawat dalam pelaporan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan merubah sikap negatif seseorang menjadi sikap positif, dukungan dari orang yang dianggap penting, meyakinkan akan kemampuan yang dimiliki dan meningkatkan pengetahuan. Karena intensi dipengaruhi oleh 4 hal tersebut maka perlu dilakukan sosialisasi terkait prosedur pelaporan kecelakaan kerja yang berlaku dan pelatihan tentang pelaporan kecelakaan kerja seperti ;pentingnya pelaporan kecelakaan kerja, bagaimana dampak jika kecelakaan kerja tidak dilaporkan dan bagaimana 65 prosedur melaporkan kecelakaan kerja. Sosialisasi itu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan persepsi kontrol perilaku perawat terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan bias karena kualitas jawaban sangat bergantung dengan kejujuran responden sehingga dapat berdampak pada hasil penelitian. Selain itu, pernyataan yang terdapat dalam kuesioner belum mencakup keseluruhan kejadian kecelakaan kerja dan sistem pelaporan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi kelemahan dalam penelitian ini peneliti menanyakan nomor telepon yang dapat dihubungi, sehingga peneliti dapat menguhubungi responden untuk memastikan jawaban responden bila masih terdapat jawaban yang kosong atau jawaban ganda dan sebaiknya penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung oleh peneliti dan pernyataan kuesioner lebih lengkap mencakup keseluruhan kejadian kecelakaan kerja dan sistem pelaporan kecelakaan kerja. 6.3 Hubungan Sikap dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Sikap adalah evaluasi terhadap kepercayaan mengenai objek perilaku secara spesifik, evaluasi dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten untuk bereaksi atau merespon suatu objek sikap. Sikap menentukan penilaian seseorang untuk menyukai atau tidak menyukai terhadap objek sikap tersebut (Yogatama, 2013). Sikap terhadap perilaku adalah derajat penilaian atau kepercayaan positif atau negatif seseorang terhadap suatu perilaku. Sikap ini 66 ditentukan oleh kepercayaan seseorang mengenai konsekuensi positif atau negatif dari melakukan suatu perilaku, ditimbang berdasarkan hasil evaluasi dari konsekuensi berperilaku tersebut. Menurut Fishbein & Ajzen (1996) salah satu faktor penentu sikap adalah keyakinan. Begitu individu membentuk keyakinan terhadap suatu tingkah laku, secara otomatis individu membentuk sikap terhadap tingkah laku tersebut, keyakinan individu dikaitkan dengan beberapa ciri atau atribut tertentu dan dievaluasi. Jika individu yakin bahwa dengan menampilkan suatu tingkah laku tertentu akan membawa hasil yang positif bagi dirinya, maka dengan menampilkan tingkah laku itu akan dianggap sebagai suatu yang menyenangkan. Di dalam teori Planned Behavior (Ajzen, 2005), sikap secara langsung mempengaruhi intensi. Keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi apakah seseorang memiliki penilaian positif (bermanfaat, penting, menyenangkan, mudah, dan sebagainya) atau memiliki penilaian negatif (mengganggu, tidak penting, buruk, dan sebagainya). Pengaruh sikap terhadap intensi perawat dalam melaporkan kecelakaan kerja dapat dilihat dari pandangan perawat mengenai manfaat, keuntungan dan kepercayaan terkait pelaporan kecelakaan kerja. Perawat meyakini dan menilai secara positif bahwa dengan melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi akan mencegah terjadinya kecelakaan kerja berulang dan dapat memberikan pelayanan yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui bahwa dari 52 perawat yang menjadi 67 responden penelitian sebanyak 24 perawat (85,7%) memiliki intensi kuat dan sikap positif dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat. Kemudian, hasil uji keeratan hubungan menunjukkan bahwa perawat yang memiliki sikap positif 30 kali memungkinkan memiliki intensi lemah dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap negatif (dapat dilihat pada Tabel 5.3). Sebagian besar perawat yang memiliki sikap positif terhadap pelaporan kecelakaan kerja yaitu ingin atau berniat untuk melaporkan jika mengalami atau melihat kecelakaan kerja. Rata-rata perawat menganggap bahwa kecelakaan kerja harus dilaporkan baik tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul obat, terkena darah pasien maupun terkena urine pasien. Pelaporan kecelakaan kerja merupakan langkah untuk mencegah kejadian kecelakaan terjadi berulang dan kewajiban seluruh perawat. Oleh karena itu, sebagian besar perawat ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja yang dialami atau dilihatnya. Sikap perawat berupa evaluasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu menunjukkan penilaian positif pada pelaporan kecelakaan kerja, dilihat dari sisi kebiasaan, kemudahan dan anggapan cenderung baik dan berdampak positif pada intensi pelaporan kecelakaan kerja. Semakin baik dan positif pandangan sikap perawat terhadap pelaporan kecelakaan kerja, maka perawat semakin berniat untuk melaporkan kecelakaan kerja. Jika dilihat berdasarkan data kecelakaan kerja dan wawancara saat studi pendahuluan menunjukkan hasil yang berbeda. Data kecelakaan kerja 68 menunjukkan kecelakaan kerja yang tercatat tidak tergolong banyak dan saat dilakukan wawancara tidak sedikit perawat yang tidak ingin atau tidak berniat untuk melaporkan jika mengalami atau melihat kecelakaan kerja. Rata-rata perawat menganggap bahwa kecelakaan kerja yang harus dilaporkan hanya ketika jarum suntik sudah digunakan atau terinfeksi pasien. Kecelakaan kerja seperti terluka saat mengampul obat, terkena darah pasien maupun terkena urine pasien yang tidak menimbulkan kesakitan, luka parah atau membutuhkan penanganan dokter tidak perlu dilaporkan karena dianggap hal yang wajar dialami seorang perawat. Oleh karena itu, tidak sedikit perawat tidak ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja yang dialami atau dilihatnya. Penilaian atau pandangn perawat terhadap kejadian terkena cairan tubuh pasien baik urine maupun darah bukan merupakan kejadian kecelakaan kerja yang harus dilaporkan. Terkena cairan tubuh pasien baik urine maupun darah merupakan hal yang wajar dialami dan tidak menimbulkan kesakitan ataupun kerugian sehingga tidak perlu dilaporkan. Selain itu, menurut perawat bahwa melaporkan kecelakaan kerja hanya menambah beban pekerjaannya saja karena harus mengisi format pelaporan dan melakukan pemeriksaan berkala. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar perawat memilih untuk tidak melaporkan kecelakaan kerja selama tidak menimbulkan kesakitan atau luka yang parah. Jika perawat menganggap kecelakaan kerja adalah suatu hal yang wajar dan pelaporan kecelakaan kerja hanya menambah beban pekerjaannya, maka perawat tersebut tidak berniat untuk melaporkan kecelakaan kerja. 69 Pembentukan sikap dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki atau diterima, pandangan atau penilaian terhadap suatu objek, dan pengalaman seseorang (Walgito, 2010). Informasi yang diterima merupakan hasil dari “tahu” setelah penginderaan seseorang terhadap suatu objek yang disebut pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Informasi yang dimiliki atau diterima yang tidak sesuai akan mempengaruhi pengetahuan seseorang yang dapat menimbulkan sikap negatif (Walgito, 2010). Perubahan sikap negatif perawat dalam pelaporan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan sosialisasi terkait prosedur pelaporan kecelakaan kerja, pelatihan terkait pentingnya pelaporan kecelakaan kerja, tujuan dan manfaat pelaporan kecelakaan kerja. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu (Soebiyono, 2013). Pelatihan yang dilakukan untuk memberikan informasi terkait keseluruhan pelaporan kecelakaan kerja yang sesuai dengan apa yang seharusnya, sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan perawat terkait pentingnya pelaporan kecelakaan kerja. Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi sikap perawat. Jika perawat tahu akan pentingnya pelaporan kecelakaan kerja dan dampak yang ditimbulkan jika tidak melaporkan kecelakaan kerja maka akan merubah pandangan atau penilaian perawat terhadap pelaporan kecelakaan kerja itu sendiri yang pada akhirnya juga merubah sikap perawat menjadi positif terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Selain itu, untuk membentuk dan mengubah sikap dapat 70 dilakukan dengan perubahan sikap melalui suatu kejadian yang dilakukan berulang sehingga menjadi kebiasaan (Sarwono, 2012). 6.4 Hubungan Norma Subjektif dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Norma Subjektif adalah evaluasi terhadap kepercayaan mengenai harapan dan pengaruh orang-orang di sekitar (Yogatama, 2013). Norma subjektif ditentukan oleh hubungan antara kepercayaan seseorang tentang setuju atau tidak setujunya orang lain maupun kelompok yang penting bagi seseorang tersebut (Fausiah dkk, 2013). Norma subjektif adalah persepsi individu bahwa kebanyakan orang-orang yang penting bagi dirinya mengharapkan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku tertentu. Orang-orang ini dijadikan sebagai acuan untuk mengarahkan tingkah laku seseorang lainnya. Norma subjektif ditentukan oleh persepsi mengenai harapan individu atau kelompok yang berarti bagi dirinya dan motivasi individu untuk memenuhi harapan orang yang sangat penting bagi dirinya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui bahwa dari 52 perawat yang menjadi responden penelitian sebanyak 23 perawat (82,1%) memiliki intensi kuat dan norma subjektif positif dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa norma subjektif berpengaruh signifikan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat. Kemudian, hasil uji keeratan hubungan menunjukkan bahwa perawat yang memiliki norma subjektif positif 17,4 kali 71 memungkinkan memiliki intensi kuat dibandingkan dengan perawat yang memiliki norma subjektif negatif (dapat dilihat pada Tabel 5.3). Norma subjektif yang cenderung baik dan semakin tinggi berupa keyakinan perawat mengenai harapan staff instalasi K3LRS, penanggung jawab shift, kepala ruangan dan teman sesama perawat, maka akan dapat menampilkan perilaku untuk melaporkan kecelakaan kerja. Perilaku terwujud atas intensi kuat yang mendasarinya. Semakin tinggi dorongan dari penanggung jawab shift, kepala ruangan dan teman sesama perawat dalam mengingatkan perawat untuk melaporkan kecelakaan kerja, maka perawat semakin berniat untuk melaporkan kecelakaan kerja. Semakin baik keyakinan perawat akan pentingnya pelaporan kecelakaan kerja, maka perawat akan semakin berniat untuk melaporkan kecelakaan kerja. Pada kecelakaan kerja terluka saat mengampul obat, terkena urine pasien dan terkena darah pasien, sebagian besar perawat yang menjadi responden termasuk didalamnya kepala ruangan, penanggung jawab shift dan teman sesama perawat memiliki pandangan yang sama, penilaian yang sama, dan sikap yang sama bahwa kejadian kecelakaan tersebut perlu dilaporkan karena merupakan kewajiban. Hal itu yang membuat staff instalasi K3LRS, kepala ruangan, penanggung jawab shift dan teman sesama perawat seringkali mengingatkan untuk segera melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi atau yang dialami. Sehingga membuat kecenderungan perawat ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja tersebut. 72 Terdapat perbedaan antara hasil penelitian dengan hasil awal penelitian. Saat dilakukan wawancara pada awal penelitian diketahui kurang lebih setengah dati total perawat yang menjadi responden memiliki pandangan yang sama, penilaian yang sama, dan sikap yang sama bahwa kejadian kecelakaan tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul obat, terkena urine pasien dan terkena darah pasien tidak perlu dilaporkan karena merupakan hal yang wajar dialami oleh perawat. Sehingga kepala ruangan, penanggung jawab shift dan teman sesama perawat seringkali tidak mengingatkan untuk segera melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi atau yang dialami. Hal ini membuat kecenderungan perawat tidak ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja tersebut dan hanya ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik yang sudah digunakan kepada pasien. Norma subjektif sebagai penentu intensi yang berada di posisi kedua dalam teori planned behavior diasumsikan sebagai fungsi dari kepercayaan seseorang bahwa individu atau kelompok tertentu menyetujui atau menolak melakukan sebuah perilaku atau bahwa kelompok sosial yang menjadi rujukan terlibat atau tidak terlibat didalam perilaku tertentu tersebut. Untuk banyak perilaku, acuan penting yang biasanya ada ialah orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja atau dalam penelitian ini adalah kepala ruangan, penanggung jawab shift, staff instalasi K3LRS dan teman sesama perawat. Umumnya, seseorang yang percaya bahwa kebanyakan dari orang yang mereka harus patuhi berpikir ia seharusnya melakukan sebuah perilaku akan memandang bahwa hal tersebut menjadi tekanan sosial dan sebagai keharusan 73 bagi dirinya untuk melakukan perilaku tersebut. Sebaliknya, orang yang percaya bahwa kebanyakan orang yang menjadi acuannya dan ia patuhi akan tidak setuju dengan perwujudan perilaku dirinya, akan memiliki norma subjektif yang menekan mereka untuk menghindari perwujudan dari perilaku tersebut (Priaji, 2011). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sejenis sebelumnya bahwa semakin meningkat norma-norma subjektif, maka akan semakin meningkatkan niat pekerja untuk berperilaku (Arismunandar, 2001). Hasil penelitian Cheng dkk (2011) menunjukkan bahwa norma subjektif adalah pengaruh paling kuat terhadap terbentuknya niat-niat dari seorang individu. Norma subjektif merupakan persepsi atau kepercayaan seseorang bahwa orang lain yang dianggap penting berpikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu (Achmat, 2010). Oleh karena itu, orang yang dianggap penting harus memiliki sikap positif dan pengetahuan yang baik terhadap pelaporan kecelakaan kerja sehingga dapat menunjukkan dukungan untuk melaporkan kecelakaan kerja tersebut. Perubahan norma subjektif dapat dilakukan dengan merubah sikap atau pandangan orang-orang yang dianggap penting terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Sikap dapat dibentuk dan dipengaruhi jika memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaporan kecelakaan kerja. Pengetahuan bisa didapatkan dengan sosialisasi, pelatihan maupun media sebagai bentuk persuasif. Sikap positif terhadap pelaporan kecelakaan kerja yang dimiliki orang-orang yang dianggap penting akan mengingatkan perawat untuk melaporkan kejadian kecelakaan kerja 74 sebagai bentuk salah satu dukungan pada perawat sehingga mempengaruhi pandangan perawat bahwa orang-orang yang dianggap penting ini mengharapkan perawat untuk melaporkan kecelakaan kerja. 6.5 Hubungan Persepsi kontrol perilaku dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Persepsi kontrol perilaku merupakan bagian penting dalam teori planned behavior dan mempengaruhi intensi atau perilaku. Persepsi kontrol perilaku mengacu pada persepsi seseorang tentang kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Persepsi kontrol perilaku yaitu evaluasi mengenai kemampuan diri seseorang untuk memunculkan perilaku (Yogatama, 2013). Persepsi terhadap pengendalian perilaku merupakan keyakinan individu mengenai seberapa besar kontrolnya untuk memunculkan perilaku yang akan dimunculkannya. Persepsi kontrol perilaku dapat mempengaruhi perilaku secara langsung dan tidak langsung. Persepsi kontrol perilaku dalam pelaporan kecelakaan kerja terkait kemampuan perawat dalam melaporkan kecelakaan kerja ketika ada hambatan ataupun dukungan dari lingkungan sekitar, prosedur pelaporan maupun alur pelaporan itu sendiri. Persepsi terhadap kontrol perilaku didefinisikan sebagai persepsi atau fungsi dari kepercayaan seseorang tentang faktor pendukung dan atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (Fausiah dkk, 2013). Persepsi kontrol perilaku adalah persepsi individu yang lebih menekankan atau mempertimbangkan beberapa hambatan realistis yang ada dalam menampilkan 75 tingkah laku tertentu (Perwitasari, 2015). Semakin banyak kondisi yang memfasilitasi (sumber dan kesempatan) yang membuat individu berpikir dan semakin sedikit hambatan dan rintangan yang diantisipasi, maka semakin besar persepsi mengenai kontrol terhadap perilaku. Persepsi kontrol perilaku diasumsikan mempunyai implikasi motivasional terhadap intensi. Individu meyakini dirinya tidak memiliki kesempatan untuk menampilkan tingkah laku cenderung memiliki intensi yang rendah meskipun mereka memiliki sikap yang positif terhadap tingkah laku dan meyakini bahwa orang-orang yang penting bagi dirinya menyetujui tingkah laku tersebut untuk ditampilkan. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan (Perwitasari, 2015). Persepsi kontrol perilaku menunjukkan suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah dibawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui bahwa dari 52 perawat yang menjadi responden penelitian sebanyak 22 perawat (71%) memiliki intensi kuat dan persepsi kontrol perilaku positif dengan nilai probabilitas sebesar 0,006. Dengan 76 demikian, dapat disimpulkan bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat. Kemudian, hasil uji keeratan hubungan menunjukkan bahwa perawat yang memiliki persepsi kontrol perilaku positif 6,1 kali memungkinkan memiliki intensi lemah dibandingkan dengan perawat yang memiliki persepsi kontrol perilaku negatif (dapat dilihat pada Tabel 5.3). Kontrol perilaku yang mengacu pada persepsi individu perawat terhadap kemudahan dalam melaporkan kecelakaan kerja, seperti mudahnya prosedur pelaporan, mudahnya format pelaporan, mudahnya alur pelaporan, pentingnya pelaporan kecelakaan kerja, manfaat dan tujuan pelaporan kecelakaan kerja. Hal ini berarti bahwa semakin baik atau tinggi kontrol perilaku yang dirasakan perawat, maka akan semakin meningkatkan niat untuk melaporkan kecelakaan kerja. Semakin perawat merasa mudah untuk melaporkan, maka perawat tersebut akan semakin ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja. Persepsi kontrol perilaku perawat cenderung positif terhadap format pelaporan, namun cenderung negatif terhadap alur pelaporan. Alur pelaporan kecelakaan kerja dimulai dari segera bilas dengan air mengalir kemudian lapor ke wakil K3 ruangan ataupun kepala ruangan selanjutnya melakukan pemeriksaan di IGD (bila memerlukan tindakan medis), lalu melakukan pemeriksaan laboraturium. Perawat yang mengalami kecelakaan kerja akan menjalani pemeriksaan laboraturium sebanyak 3 kali yaitu pada saat kejadian kecelakaan kerja, 3 bulan pasca kejadian kecelakaan kerja, dan 6 bulan pasca kejadian kecelakaan kerja. Alur pelaporan yang panjang ini menjadi salah satu hambatan 77 yang membuat perawat tidak ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja karena sebagian besar perawat menganggap jika melaporkan akan menganggu dan menghambat pekerjaannya. Andreanto (2013) menyatakan bahwa kontrol perilaku yang dirasakan (percieved behavioral control) memiliki implikasi motivasional pada niat. Individu yang percaya bahwa dirinya tidak memiliki sumber daya untuk melaksanakan perilaku tertentu, cenderung tidak membentuk intensi yang kuat untuk melaksanakannya, walaupun individu tersebut memilki sikap yang menyenangkan terhadap perilaku tersebut. Kontrol perilaku merupakan suatu acuan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang dalam berperilaku tertentu. Kontrol perilaku berperan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yaitu melalui intensi terhadap perilaku (Ajzen, 2005). Hasil penelitian Arum dkk (2010) menyatakan bahwa kontrol perilaku yang dirasakan, secara signifikan memprediksi intensi. Menurut Huda dkk (2012), kontrol perilaku memilki sebuah pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel intensi. Hasil penelitian Abadi dkk (2012) menunjukkan bahwa intensi secara positif sangat dipengaruhi oleh kontrol perilaku yang dirasakan oleh individu tersebut. Persepsi kontrol perilaku mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk berperilaku tertentu. Orang cenderung tidak membentuk suatu intensi yang kuat jika ia tidak percaya bahwa ia memiliki sumber daya dan kesempatan untuk melakukannya. Perubahan persepsi kontrol perilaku terkait pelaporan kecelakaan 78 kerja pada perawat dapat dilakukan dengan meyakinkan perawat bahwa dengan melaporkan kecelakaan kerja tidak menghambat pekerjaannya dan tidak akan mengganggu pekerjaannya yaitu menunjukkan bahwa alur pelaporan tidak akan dipersulit dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Alur pelaporan kecelakaan seharusnya lebih sederhana seperti perawat yang mengalami kecelakaan kerja hanya cukup dengan menelepon instalasi K3LRS untuk melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi untuk tahap selanjutnya yang melakukan petugas instalasi K3LRS seperti mengisi format pelaporan kecelakaan kerja dan membuat laporan secara tertulis. 6.6 Hubungan Pengetahuan dengan Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati Rumah Sakit X Kota Bekasi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan (Dewanti, 2012). Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Intensi secara akurat dapat memprediksi kesesuaian perilaku. Intensi juga merupakan anteseden pada perilaku yang tampak. Ajzen (2005) juga mengatakan bahwa korelasi antara intensi dengan perilaku lebih kuat dibandingkan dengan faktor-faktor anteseden lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rawat inap tulip dan melati Rumah Sakit X Kota Bekasi diketahui bahwa dari 52 perawat yang menjadi responden penelitian sebanyak 22 perawat (71%) memiliki intensi kuat dan 79 pengetahuan yang baik dengan nilai probabilitas sebesar 0,006. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan berpengaruh signifikan dengan intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat. Kemudian, hasil uji keeratan hubungan menunjukkan bahwa perawat yang memiliki pengetahuan yang baik 6,1 kali memngkinkan memiliki intensi lemah dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengetahuan yang baik (dapat dilihat pada Tabel 5.3). Perawat menganggap bahwa pelaporan kecelakaan kerja harus dilakukan jika tertusuk jarum suntik, terluka saat mengampul obat, terkena cairan tubuh pasien, kecelakaan kerja yang mengakibatkan cedera parah maupun ringan, kecelakaan kerja yang membutuhkan penanganan dokter maupun tidak, dan kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka kecil atau luka besar. Kejadiankejadian tersebut merupakan kecelakaan kerja yang harus dilaporkan. Meskipun terkena cairan tubuh pasien merupakan hal yang wajar dialami oleh perawat, tetapi mereka mengetahui bahwa hal itu juga merupakan kecelakaan kerja yang haru dilaporkan. Oleh karena itu, perawat cenderung ingin melakukan pelaporan kecelakaan kerja. Namun tidak sedikit juga perawat yang menjadi responden memiliki anggapan bahwa pelaporan kecelakaan kerja dilakukan hanya jika tertusuk jarum suntik yang sudah terinfeksi atau yang sudah digunakan kepada pasien dan kecelakaan kerja yang mengakibatkan cedera parah, jika kejadian kecelakaan kerja yang terjadi masih dapat ditangani sendiri tanpa harus ke dokter maka perawat tidak akan melaporkan kejadian kecelakaan kerja tersebut. Sama halnya seperti terluka saat mengampul obat, terkena darah pasien, maupun terkena urine 80 pasien tidak dilaporkan karena sebagian besar perawat memang tidak mengetahui jenis kecelakaan kerja apa saja yang harus dilaporkan dan menganggap kecelakaan kerja tersebut hal yang wajar. Oleh karena itu, tidak sedikit perawat cenderung tidak melakukan pelaporan kecelakaan kerja. Neal dan Griffin (2002) berpendapat bahwa hanya ada tiga faktor yang menentukan perbedaan individu dalam berperilaku yaitu pengetahuan, kemampuan, dan motivasi. Jika seseorang tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk melaporkan kejadian kecelakaan kerja, maka dia tidak akan mampu bertindak atau berniat untuk melaporkan kecelakaan kerja. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan dasar dalam mengerjakan sesuatu atau bertindak. Jika perawat memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, maka perawat tersebut akan berniat untuk mematuhi kebijakan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan salah satu contohnya melaporkan kejadian kecelakaan kerja. Pengetahuan dipengaruhi oleh minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi (Notoatmodjo, 2012). Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan pelatihan terkait pelaporan kecelakaan kerja. Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu mealaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik dan sesuai dengan standar (Tanjung, 2003). Pelatihan memberikan informasi secara keseluruhan terkait pentingnya pelaporan kecelakaan kerja, tujuan pelaporan kecelakaan kerja, manfaat pelaporan kecelakaan kerja, prosedur pelaporan kecelakaan kerja, dan dampak yang ditimbulkan jika tidak melaporkan 81 kecelakaan kerja. Pelatihan yang dilakukan akan mempengaruhi dan menambah pengetahuan perawat sehingga dapat merubah niat perawat. Seorang perawat yang sudah mengetahui akan pentingnya pelaporan kecelakaan kerja dan dampak yang ditimbulkan jika tidak melaporkan kecelakaan kerja akan cenderung berniat untuk melaporkan kecelakaan kerja. 82 7 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 52 perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi dapat disimpulkan bahwa : 1. Perawat yang memiliki intensi pelaporan kecelakaan kerja yang kuat berjumlah 28 perawat (53,8%). 2. Perawat yang memiliki sikap positif terhadap pelaporan kecelakaan kerja berjumlah 28 perawat (53,8%). 3. Perawat yang memiliki norma subjektif positif terhadap pelaporan kecelakaan kerja berjumlah 28 perawat (53,8%). 4. Perawat yang memiliki persepsi kontrol perilaku positif terhadap pelaporan kecelakaan kerja berjumlah 31 perawat (59,6%). 5. Perawat yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaporan kecelakaan kerja berjumlah 31 perawat (59,6%). 6. Ada hubungan signifikan antara sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan terhadap intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat. 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini maka peneliti mengajukan saran untuk dipertimbangkan sebagai berikut : 83 1. Bagi Rumah Sakit a. Sebaiknya melakukan evaluasi dan pengembangan prosedur yang sudah ada dan berlaku di rumah sakit karena prosedur yang berlaku belum mencakup seluruh kejadian kecelakaan kerja yang pernah terjadi. b. Sebaiknya memberikan sosialisasi kepada seluruh perawat terkait prosedur pelaporan kecelakaan kerja yang berlaku di rumah sakit dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD). c. Sebaiknya memberikan pelatihan seluruh perawat terkait pelaporan kecelakaan kerja. d. Sebaiknya memberikan sanksi kepada perawat yang tidak melaporkan kejadian kecelakaan kerja. 2. Bagi Instalasi K3LRS Sebaiknya staff instalasi K3LRS lebih aktif untuk mengingatkan dan melakukan persuasif agar perawat ingin melaporkan kejadian kecelakaan kerja. 3. Bagi Perawat Jika mengalami kecelakaan kerja baik tertusuk jarum suntik yang sudah dipakai maupun yang akan dipakai, terluka saat mengampul obat, terkena urine pasien, dan terkena darah pasien harus segera melaporkan ke penanggung jawab shift atau bagian instalasi K3LRS. 84 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Melakukan penelitian dengan memperluas populasi dan tempat sehingga mendapatkan hasil penelitian yang bisa representatif. b. Melakukan penelitian dengan menggunakan intrumen penelitian yang lebih komprehensif yaitu mencakup seluruh jenis kecelakaan kerja yang harus dilaporkan. 85 DAFTAR PUSTAKA Abadi., dkk. (2012). Investigate The Customers’ Behavioral Intention to Use moble BankingBased on TPB, TAM and Perceived Risk (A Case Study in Meli Bank). International Journal of Academic Research in Bussiness and Social Sciences. Vol. II No. 10 hal 312 – 322 Achmadi, Umar Fahmi. (2013). Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Achmat, Zakarija. (2010). Theory Of Planned Behavioral Control, Masihkah relevan ?. (Online) Tersedia: http://Achmat.staff.umm.ac.id/files/2010/12/Theory-of-Planned-Behaviormasihkah-relevan.pdf diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 Pukul 12.41 Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta Ajzen, Icek. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes 50. hal 179-211 Ajzen, Icek. (2005). Attitudes, Personality and Behavior (Second Edition). New York: Open University Press Ajzen, Icek., dan Martin Fishbein. (1969). The Prediction of Behavioral Intentions in a Choice Situation. Journal of Experimental Social Psychology. Vol. 5 hal 185-400 Ajzen, Icek., dan Martin Fishbein. (1980). Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Engelwood Cliffs, NJ: Prentince Hall, Inc Ajzen, Icek., dan Martin Fishbein. (1996). The Prediction of Behavioral Intentions in a Choice Situation. Journal of Experimental Social Psychology. Vol.5 hal 400 – 416 Andika, Manda., dan Iskandarsyah Madjid. (2012). Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Efikasi Diri terhadap Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan Andreanto, Anas. (2013). Aplikasi Teori Perilaku Terencana : Niat Melakukan Physical Exercise (Latihan Fisik) Pada Remaja Di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. II No. 2 hal 1 – 12 86 Arismunandar, Budi Susetyo. (2011). Analisis Variabel yang Berpengaruh trhadap Niat Beli Konsumen Audio Mobil. Tesis. Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang: Tidak diterbitkan Arum, Meilisha Djati., dan Anwar Prabu Mangkunegara. (2010). Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi Kendali Perilaku dalam Memprediksi Intensi Wanita Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri. Jurnal Psikobuana. Vol. I No. 3 hal 162 – 172 Ayuningtyas, Diah Setyowati., dan Guritnaningsih A. Santoso. (2007). Hubungan Antara Intensi Untuk Mematuhi Rambu-Rambu Lalu Lintas Dengan Perilaku Melanggar Lalu Lintas Pada Supir Bus Di Jakarta. JPS Vol. 13 No. 01 Azwar S. (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (Edisi 2). Jakarta: Pustaka Belajar Barizqi, Inna Nesyi. (2015). Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan APD Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan PT. Adhi Karya tbk Proyek Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang: Tidak terbitkan Bird, Frank E., dkk. (1990). Practical Loss Control Leadership. Georgia: Institute Publishing (A Division of International Loss Control Institute) Cheng, Shih-I., dkk. (2011). Examining Customer Purchase Intentions for Counterfeit Products Based on a Modified Theory of Planned Behavior. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. I No. 10 hal 278 – 284 Dahlawy, Ahmad Dharief. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertabangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan 87 Dewanti, Anindyah Prima. (2012). Deskripsi Sistem Pelaporan dan Pencatatan Kecelakaan Kerja di PT Mekar Armada Jaya Magelang. Laporan Tugas Akhir. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan Dewi, Nurvita Puspa. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Kerja (Standard Operasional Procedure/SOP Di PT Suzuki Indomobil Motor Roda 4 Plant Tambun II Bekasi Tahun 2010. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan Fausiah dkk, (2013). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi kontrol perilaku Terhadap Intensi Karyawan Untuk Berperilaku K3 Di Unit PLTD PT PLN (Persero) Sektor Tello Wilayah SULSELBAR (Aplikasi TPB). Jurnal UNHAS Makassar Fitriani, Sinta. (2011). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama Gillholm, Robert., Johan Erdeus., dan Tommty Garling. (1996). The Effect of Choice on Intention-Behavior Consistency. (Online) Tersedia: http://www.psy.gu.se/download/gpr969.pdf diakses pada 14 Oktober 2016 pukul 08.48 Hartoni, I Gusti Putu Oka., dan I Gede Riana. (2015). Sikap, Norma Subjektif dan Persepsi kontrol perilaku Pada Implementasi Keselamatan Kerja : Dampaknya Terhadap Intention To Comply. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol.4 Hal.243-264 Hartono, P S., dan Sabri. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Hastono, Sotanto Priyo., dan Luknis Sabri. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers Hermana. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Luka Tusuk Jarum suntik atau Benda Tajam Lainnya Pada Perawat di RSUD 88 Kebupaten Cianjur. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Tidak diterbitkan Huda, Nurul., dkk. (2012). The Analysis of Attitudes,Subjectives Norms, and Behavioral Control on Muzakki’s Intention to Pay Zakkah. International Journal of Bussiness and Social Science. Vol. III No. 22 hal 271 – 279 Ivana, Azza., dan Siswi Jayanti. (2014). Analisas Komitmen Manajemen Rumah Sakit Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika Pemalang. e-Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP. Vol.2. Kozier, B dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 7 Volume 2. Penerjemah Pamilih Eko Karyuni dan Dwi Widiarti. Jakarta: EGC Machrus, Hawa’im., dan Urip Purwono. (2010). Pengukuran Perilaku Berdasarkan Theory of Planned Behavior. Insan Vol. 12 No.01 Manafe, Dina. (2014). Jarum suntik Suntik Tak Aman, 7000 Tenaga Kesehatan Terinfeksi Hepatitis B. (Online), http://www.beritasatu.com/kesehatan/210399-jarum diakses dari suntik-suntik-tak- aman-7000-tenaga-kesehatan-terinfeksi-hepatitis-b.html pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 10.50 Maria, Silvia., dkk. (2015). Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care. Vol. 3 No. 2 Mastini, I Gst A A Putri. (2013). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Beban Kerja dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Irna di RSUP Sanglah Denpasar. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana: Tidak diterbitkan National Safety Council. 2008. Reports On Injuries in America. Di akses http://www.nsc.org/lrs/injuriesinamerica08.aspx Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi 2012). Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika 89 Nurvita, Dwi. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya Pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance Di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan Panggabean, Rohani. (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboraturium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan: Tidak diterbitkan Perwitasari, Inggar Shabirina. (2015). Faktor Intensi Dalam Melakukan Perilaku Donor Darah Padjadjaran. Pada Skripsi. Mahasiswa Fakultas Fakultas Psikologi Psikologi Universitas Universitas Padjadjaran Jatinangor : Tidak diterbikan Priaji, Vita Widyani. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Menabung Di Bank Syariah. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan Putriana, Nila., Sofiana Nurchayati dan Sri Utami. (2015). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Pemberian Obat Oral. JOM Vol. 2 No.1 Rahayuningsih, Puji Winarni. (2011). Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) di Instalasi Gawat Darurat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.5 Reda, Ayalu A., dkk. (2010). Standard Precautions: Occupational Exposure and Behavior of Healthcare Workers in Ethiopia. PloS ONE, 5 (12) Republik Indonesia. (1970). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Jakarta Republik Indonesia. (1996). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta 90 Republik Indonesia. (1998). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per.03/MEN/1998 Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. Jakarta Ridley, John. (2009). Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Ikhtisar (Edisi 3). Jakarta: Erlangga Ristiono, Bambang., dan Niwardi Azkha. (2010). Regulasi dan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit di Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4 No.1 Rosdiana, Sheli. (2011). Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Intensi Merokok Pada Remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan Sadoh, Wilson E., dkk. (2006). Practice of Universal Precautions among Healthcare Worker. Journal of The National Medical Association, 98 (5): 727 -726 Salikuna, Nur Asmar. (2011). Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselaatan Kerja Di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar. Biocelebes Vol.5 Sarwono, Sarlito Wirawan. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers Silalahi, Bennet dan Rumondang B. Silalahi. (1985). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Institusi Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IIPM) dan PT. Pustaka Binaman Pressindo Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sulistiani, Lany Aprili. (2015). Korelasi Budaya Keselamatan Pasien Dengan Persepsi Pelaporan Kesalahan Medis Oleh Tenaga Kesehatan Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit X Kota Bekasi dan Rumah Sakit Y Tahun 2015. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan 91 Sunaryo. (2014). Psikologi Untuk Keperawatan (Edisi 2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC Surbakti, Ratri Pramuwidyandari. (2015). Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi kontrol perilaku (PBC) Terhadap Intensi Menggunakan Homeschooling Sebagai Jalur Pendidikan. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara: Tidak diterbitkan Trisastity., dkk. (2013). Pengaruh Sikap dan Norma Subjektif terhadap Niat Beli Mahasiswa sebagai Konsumen Potensial Produk Pasta Gigi Pepsoden. GEMA Vol. XXV Tukmana, dkk. (2015). Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat dalam Penanganan Pasien di Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka. Jurnal Ners. Vol. 10 No. 2 Hal. 343-347 Utari, Gineung Cynthia. (2009). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dan Keterampilan Mengendara Mahasiswa Terhadap Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Di Universitas Gunadarma Bekasi Tahun 2019. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Wardhani, RR Ambar Sih. (2008). Studi Tentang Kesadaran Pekerja Terhadap Pelaporan Kecelakaan Kerja di PT Astra Nissan Diesel Indonesia Periode Juni-Juli Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Tidak diterbitkan Wawan, A., dan Dewi M. (2015). Teori & Pengukuran, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika (Numed) Widhiyastuti, Aryani. (2009). Investigasi dan Pelaporan Kecelakaan Kerja Sebagai Upaya Untuk Meminimalisir Angka Kecelakaan Kerja di PT Cola-Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang. Laporan Khusus. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan 92 Yogatama, Leo Agung Manggala. (2013). Analisis Pengaruh Attitude, Subjective Norm, dan Persepsi kontrol perilaku Terhadap Intensi Penggunaan Helm Saat Mengendarai Motor Pada Remaja Dan Dewasa Muda Di Jakarta Selatan. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Vol.5 Yuliana, Citra. (2012). Kepatuhan Perawat Terhadap Kewaspadaan Standar Di RSKO Jakarta Tahun 2012. Skripsi. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Tidak diterbitkan Yulita, Yenni. (2013). Pengaruh Supervisi Model Reflektif Interaktif Terhadap Perilaku Keselamatan Perawat Pada Bahaya Agen Biologik Di RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjung Uban. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia: Tidak diterbitkan 93 LAMPIRAN 94 LAMPIRAN I HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERSEPSI KONTROL PERILAKU DAN PENGETAHUAN TERHADAP INTENSI PELAPORAN KECELAKAAN KERJA PERAWAT RAWAT INAP TULIP DAN MELATI DI RUMAH SAKIT X KOTA BEKASI TAHUN 2016 Bekasi, Desember 2016 Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Responden penelitian di Rumah Sakit X Kota Bekasi Dengan Hormat Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatahan Masyarakat Nama : Sekar Wigati Suprapto NIM : 1112101000062 Yang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Sikap, Norma Subjektif, Persepsi kontrol perilaku dan Pengetahuan terhadap Intensi Pelaporan Kecelakaan Kerja Perawat Rawat Inap Tulip dan Melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016”. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan pengetahuan terhadap intensi pelaporan kecelakaan kerja perawat rawat inap tulip dan melati di Rumah Sakit X Kota Bekasi Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini dilakukan tidak menimbulkan akibat yang merugikan bapak/ibu/saudara/i sebagai responden, segala informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan mempengaruhi penilaian kinerja responden. Dengan segala kerendahan hati peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan memberikan informasi terkait variabelvariabel penelitian yang terdapat dalam kuesioner ini. Atas perhatian dan kerja sama yang baik saya sebagai peneliti mengucapkan terima kasih. Dengan ini, Saya BERSEDIA ikut serta dalam penelitian ini. Peneliti Sekar Wigati Suprapto NIM. 1112101000062 Responden ( ) 95 A. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden Nama Jenis Kelamin Usia Lama Kerja sebagai Perawat No. Telepon / HP Unit Kerja Pendidikan Terakhir Pernah mengikuti pelatihan K3RS : ......... (diisi oleh peneliti) : : Laki-laki / Perempuan : Tahun : Tahun : : 1. Rawat Inap Tulip 2. Rawat Inap Melati : 1. SMA 2. D3 3. S1 4. S2 : 1. Tidak Pernah 2. Pernah B. INTENSI PELAPORAN KECELAKAAN KERJA Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada setiap pernyataan yang anda anggap paling sesuai dengan anda ! No. Pernyataan Tidak (1) 1 B1. Saya ingin melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik sebagai bentuk partisipasi dalam mencegah kejadian berulang 1 B2. Saya ingin melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat sebagai bentuk partisipasi dalam mencegah kejadian berulang 1 B3. Saya ingin melaporkan kejadian terkena urine pasien sebagai bentuk partisipasi dalam mencegah kejadian berulang 1 B4. Saya ingin melaporkan kejadian terkena darah pasien sebagai bentuk partisipasi dalam mencegah kejadian berulang 1 B5. Saya tidak ingin melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik karena bukan kewajiban 1 B6. Saya tidak ingin melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat karena bukan kewajiban 1 B7. Saya tidak ingin melaporkan kejadian terkena urine pasien karena bukan kewajiban 1 B8. Saya tidak ingin melaporkan kejadian terkena darah pasien karena bukan kewajiban 1 B9. Saya tidak ingin melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik karena hanya mengakibatkan luka ringan 1 B10. Saya tidak ingin melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat karena hanya mengakibatkan luka ringan 1 B11. Saya hanya ingin melaporkan ketika kejadian tertusuk jarum suntik sampai harus ditangani dokter Ya (2) 2 Diisi oleh peneliti 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 96 No. B12. B13. B14. B15. B16. B17. B18. Pernyataan Tidak (1) Saya hanya ingin melaporkan ketika kejadian terluka saat 1 mengampul obat sampai harus ditangani dokter Saya ingin melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik sekecil 1 apapun Saya ingin melaporkan kejadian terluka saat mengampul 1 obat sekecil apapun Saya ingin melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik karena 1 hal tersebut tidak wajar Saya ingin melaporkan kejadian terluka saat mengampul 1 obat karena hal tersebut tidak wajar Saya tidak ingin melaporkan kejadian terkena urine pasien 1 karena hal tersebut wajar 1 Saya ingin melaporkan kejadian terkena darah pasien karena hal tersebut tidak wajar Ya (2) 2 Diisi oleh peneliti 2 2 2 2 2 2 C. SIKAP Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada setiap pernyataan yang anda anggap paling sesuai dengan anda ! - Sangat Tidak Setuju (1) - Tidak Setuju (2) - Setuju (3) - Sangat Setuju (4) No. Pernyataan C1. Kejadian tertusuk jarum suntik harus selalu dilaporkan Kejadian terluka saat mengampul obat harus selalu dilaporkan Kejadian terkena urine pasien tidak perlu dilaporkan Kejadian terkena darah pasien tidak perlu dilaporkan Pelaporan kejadian tertusuk jarum suntik dapat dilakukan secara lisan Pelaporan kejadian terluka saat mengampul obat tidak dapat dilakukan secara lisan Pelaporan kejadian terkena urine pasien tidak dapat dilakukan secara lisan C2. C3. C4. C5. C6. C7. Sangat Tidak Setuju (1) Tidak Setuju (2) Setuju (3) Sangat Setuju (4) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 97 Diisi oleh peneliti No. Pernyataan C8. Pelaporan kejadian terkena darah pasien tidak dapat dilakukan secara lisan Pelaporan kejadian tertusuk jarum suntik dapat dilakukan secara tertulis Pelaporan kejadian terluka saat mengampul obat dapat dilakukan secara tertulis Pelaporan kejadian terkena urine pasien dapat dilakukan secara tertulis Pelaporan kejadian terkena darah pasien dapat dilakukan secara tertulis Pelaporan tidak dilakukan pada kejadian yang mengakibatkan luka ringan Pelaporan hanya dilakukan pada kejadian yang mengakibatkan luka parah Melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik kewajiban seluruh pekerja Melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat kewajiban seluruh pekerja Melaporkan kejadian terkena urine pasien bukan kewajiban seluruh pekerja Melaporkan kejadian terkena darah pasien bukan kewajiban seluruh pekerja Melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik dapat mencegah hal tersebut terjadi kembali Melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat dapat mencegah hal tersebut terjadi kembali Melaporkan kejadian terkena urine pasien dapat mencegah hal tersebut terjadi kembali Melaporkan kejadian terkena darah pasien dapat mencegah hal tersebut terjadi kembali Melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik menambah beban kerja Melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat menambah beban kerja Melaporkan kejadian terkena urine pasien menambah beban kerja Melaporkan kejadian terkena darah pasien menambah beban kerja C9. C10. C11. C12. C13. C14. C15. C16. C17. C18. C19. C20. C21. C22. C23. C24. C25. C26. Sangat Tidak Setuju (1) Tidak Setuju (2) Setuju (3) Sangat Setuju (4) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 98 Diisi oleh peneliti No. Pernyataan C27. Alur pelaporan mudah dilakukan C28. Alur pelaporan hanya membutuhkan waktu yang singkat C29. Alur pelaporan mengganggu pekerjaan C30. Alur pelaporan menghambat pekerjaan Sangat Tidak Setuju (1) 1 Tidak Setuju (2) Setuju (3) Sangat Setuju (4) 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 2 3 3 4 4 Diisi oleh peneliti D. NORMA SUBJEKTIF Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada setiap pernyataan yang anda anggap paling sesuai dengan anda ! - Sangat Tidak Setuju (1) - Tidak Setuju (2) - Setuju (3) - Sangat Setuju (4) No. Pernyataan D1. Kepala ruangan mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya tertusuk jarum suntik Kepala ruangan mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terluka saat mengampul obat Kepala ruangan mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terkena urine pasien Kepala ruangan mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terkena darah pasien Penanggung jawab shift tidak mengingatkan saya untuk melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik yang saya alami Penanggung jawab shift tidak mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terluka saat mengampul obat Penanggung jawab shift tidak mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terkena urine pasien Penanggung jawab shift tidak mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terkena darah pasien D2. D3. D4. D5. D6. D7. D8. Sangat Tidak Setuju (1) Tidak Setuju (2) Setuju (3) Sangat Setuju (4) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 99 Diisi oleh peneliti No. Pernyataan D9. Teman-teman saya mengingatkan saya untuk melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik yang saya alami Teman-teman saya tidak mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terluka saat mengampul obat Teman-teman saya mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terkena urine pasien Teman-teman saya tidak mengingatkan saya untuk melaporkan ketika saya terkena darah pasien Petugas instalasi K3LRS merespon laporan kejadian tertusuk jarum suntik yang saya laporkan Petugas instalasi K3LRS merespon laporan kejadian terluka saat mengampul obat yang saya laporkan Petugas instalasi K3LRS tidak merespon laporan kejadian terkena urine pasien yang saya laporkan Petugas instalasi K3LRS tidak merespon laporan kejadian terkena darah pasien yang saya laporkan D10. D11. D12. D13. D14. D15. D16. Sangat Tidak Setuju (1) Tidak Setuju (2) Setuju (3) Sangat Setuju (4) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Diisi oleh peneliti E. PERSEPSI KONTROL PERILAKU Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada setiap pernyataan yang anda anggap paling sesuai dengan anda ! - Sangat Tidak Setuju (1) - Tidak Setuju (2) - Setuju (3) - Sangat Setuju (4) No. Pernyataan E1. Menurut saya, alur pelaporan yang panjang menghambat saya dalam melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik Menurut saya, alur pelaporan yang panjang menghambat saya dalam melaporkan E2. Sangat Tidak Sangat Diisi Tidak Setuju Setuju Setuju oleh Setuju (3) (4) peneliti (2) (1) 1 2 3 4 1 2 3 4 100 No. E3. E4. E5. E6. E7. E8. E9. E10. E11. E12. E13. E14. E15. E16. E17. E18. Pernyataan kejadian terluka saat mengampul obat Menurut saya, alur pelaporan yang panjang menghambat saya dalam melaporkan kejadian terkena urine pasien Menurut saya, alur pelaporan yang panjang menghambat saya dalam melaporkan kejadian terkena darah pasien Menurut saya, melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik tidak mengganggu pekerjaan saya Menurut saya, melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat tidak mengganggu pekerjaan saya Menurut saya, melaporkan kejadian terkena urine pasien tidak mengganggu pekerjaan saya Menurut saya, melaporkan kejadian terkena darah pasien tidak mengganggu pekerjaan saya Menurut saya, pengisian format pelaporan kejadian tertusuk jarum suntik mudah Menurut saya, pengisian format pelaporan kejadian terluka saat mengampul obat mudah Menurut saya, pengisian format pelaporan kejadian terkena urine pasien mudah Menurut saya, pengisian format pelaporan kejadian terkena darah pasien mudah Menurut saya, prosedur pelaporan kejadian tertusuk jarum suntik mudah dilakukan Menurut saya, prosedur pelaporan kejadian terluka saat mengampul obat mudah dilakukan Menurut saya, prosedur pelaporan kejadian terkena urine pasien mudah dilakukan Menurut saya, prosedur pelaporan kejadian terkena darah pasien mudah dilakukan Menurut saya, melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik membutuhkan waktu yang lama Menurut saya, melaporkan kejadian Sangat Sangat Tidak Diisi Tidak Setuju Setuju Setuju oleh (3) Setuju (4) peneliti (2) (1) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 101 No. E19. E20. E21. E22. E23. E24. Pernyataan terluka saat mengampul obat membutuhkan waktu yang lama Menurut saya, melaporkan kejadian terkena urine pasien membutuhkan waktu yang lama Menurut saya, melaporkan kejadian terkena darah pasien membutuhkan waktu yang lama Menurut saya, melaporkan kejadian tertusuk jarum suntik menghambat pekerjaan saya Menurut saya, melaporkan kejadian terluka saat mengampul obat menghambat pekerjaan saya Menurut saya, melaporkan kejadian terkena urine pasien menghambat pekerjaan saya Menurut saya, melaporkan kejadian terkena darah pasien menghambat pekerjaan saya Sangat Sangat Tidak Diisi Tidak Setuju Setuju Setuju oleh (3) Setuju (4) peneliti (2) (1) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 F. PENGETAHUAN Petunjuk pengisian : Isilah pernyataan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) dan lengkap ! - Salah (1) : jika pernyataan tersebut anda anggap salah - Benar (2) : jika pernyataan tersebut anda anggap benar No. Pernyataan F1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan kerja Tertusuk jarum suntik merupakan kecelakaan kerja Terluka saat mengampul obat merupakan kecelakaan kerja Terkena urine pasien bukan merupakan kecelakaan kerja Terkena darah pasien bukan merupakan kecelakaan kerja Tertusuk jarum suntik merupakan kejadian yang harus dilaporkan Terluka saat mengampul obat merupakan kejadian yang tidak perlu dilaporkan F2. F3. F4. F5. F6. F7. Salah (1) 1 Benar (2) 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Diisi oleh peneliti 102 No. Pernyataan F8. Terkena urine pasien merupakan kejadian yang tidak perlu dilaporkan Terkena darah pasien merupakan kejadian yang tidak perlu dilaporkan Pelaporan kecelakaan kerja adalah media komunikasi tentang fakta penting dalam kejadian kecelakaan yang terjadi Pelaporan kecelakaan kerja bertujuan untuk mencegah kecelakaan terulang lagi Pelaporan kecelakaan kerja bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran keselamatan kerja Pelaporan kecelakaan kerja hanya dilakukan oleh pekerja yang mengalami kecelakaan Pelaporan kecelakaan kerja tidak dapat dilakukan oleh pekerja lain yang melihat kejadian kecelakaan Pelaporan kecelakaan kerja hanya dapat dilakukan secara tertulis Pelaporan kecelakaan kerja harus segera dilakukan paling lambat 1 x 24 jam Semua jenis kecelakaan kerja harus dilaporkan Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka ringan tidak perlu dilaporkan Hanya kecelakaan kerja yang mengakibatkan cedera parah yang harus dilaporkan Pelaporan kecelakaan kerja adalah hal yang penting dalam keselamatan kerja F9. F10. F11. F12. F13. F14. F15. F16. F17. F18. F19. F20. Salah (1) 1 Benar (2) 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 Diisi oleh peneliti 103 LAMPIRAN II Tabel Uji Validitas Kuesioner Pernyataan C1. C2. C3. C4. C5. C6. C7. C8. C9. C10. C11. C12. C13. C14. C15. C16. C17. C18. C19. C20. C21. C22. C23. C24. C25. C26. C27. C28. C29. C30. C31. C32. C33. C34. C35. C36. C37. C38. C39. C40. r tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 r hitung 0.219 0.293 0.073 0.352 0.144 0.280 0.129 0.145 0.242 0.097 0.692 0.557 0.472 0.677 0.493 0.539 0.583 0.468 0.587 0.467 0.589 0.502 0.467 0.494 0.245 0.077 0.184 0.074 0.229 0.180 0.258 0.282 0.643 0.452 0.696 0.781 0.666 0.642 0.482 0.685 Keterangan Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 104 D1. D2. D3. D4. D5. D6. D7. D8. D9. D10. D11. D12. D13. D14. D15. D16. E1. E2. E3. E4. E5. E6. E7. E8. E9. E10. E11. E12. E13. E14. E15. E16. E17. E18. E19. E20. E21. E22. E23. E24. E25. E26. E27. E28. 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.629 0.445 0.503 0.588 0.482 0.693 0.637 0.683 0.580 0.650 0.528 0.636 0.626 0.445 0.590 0.598 0.603 0.527 0.482 0.653 0.004 0.114 0.163 0.011 0.522 0.671 0.546 0.455 0.070 0.243 0.012 0.186 0.095 0.059 0.048 0.086 0.513 0.453 0.496 0.568 0.469 0.634 0.629 0.546 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 105 E29. E30. E31. E32. E33. E34. E35. E36. E37. E38. E39. E40. 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.552 0.571 0.639 0.464 0.071 0.173 0.176 0.144 0.237 0.172 0.119 0.084 Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid 106 LAMPIRAN III 1. Intensi Statistics Total_Intensi N Valid 52 Missing 0 29.37 30.00 32 3.731 20 34 Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Kat_Intensi Frequency Percent Valid Lemah 2. Valid Percent Cumulative Percent 24 46.2 46.2 46.2 Kuat 28 53.8 53.8 100.0 Total 52 100.0 100.0 Sikap Statistics Total_Sikap N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum 52 0 80.21 79.00 74 6.875 70 99 107 Kat_Sikap Valid Percent Frequency Percent Valid Negatif Cumulative Percent 24 46.2 46.2 46.2 Positif 28 53.8 53.8 100.0 Total 52 100.0 100.0 Kat_Sikap * Kat_Intensi Crosstabulation Kat_Intensi Lemah Kat_Sikap Negatif Count % within Kat_Sikap Positif Count Total % within Kat_Sikap Count % within Kat_Sikap Kuat Total 20 4 24 83.3% 16.7% 100.0% 4 24 28 14.3% 85.7% 100.0% 24 28 52 46.2% 53.8% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided) Pearson Chi-Square 24.791a 1 .000 b Continuity Correction 22.091 1 .000 Likelihood Ratio 27.186 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 24.315 1 .000 Association N of Valid Casesb 52 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,08. b. Computed only for a 2x2 table 108 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kat_Sikap (Negatif / Positif) For cohort Kat_Intensi = Lemah For cohort Kat_Intensi = Kuat N of Valid Cases Lower Upper 30.000 6.643 135.477 5.833 2.314 14.707 .194 .078 .482 Valid Percent Cumulative Percent 52 3. Norma Subjektif Statistics Total_Norma N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum 52 0 45.02 44.00 40 5.710 38 57 Kat_Norma Frequency Percent Valid Negatif 24 46.2 46.2 46.2 Positif 28 53.8 53.8 100.0 Total 52 100.0 100.0 109 Kat_Norma * Kat_Intensi Crosstabulation Kat_Intensi Lemah Kat_Norma Negatif Count % within Kat_Norma Total Total 19 5 24 79.2% 20.8% 100.0% 5 23 28 17.9% 82.1% 100.0% 24 28 52 46.2% 53.8% 100.0% Positif Count % within Kat_Norma Count % within Kat_Norma Kuat Chi-Square Tests Value Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided) df a Pearson Chi-Square 19.546 1 .000 b Continuity Correction 17.157 1 .000 Likelihood Ratio 20.939 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 19.170 1 .000 Association N of Valid Casesb 52 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,08. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kat_Norma (Negatif / Positif) For cohort Kat_Intensi = Lemah For cohort Kat_Intensi = Kuat N of Valid Cases Lower Upper 17.480 4.395 69.516 4.433 1.952 10.071 .254 .114 .564 52 110 4. Persepsi Kontrol Perilaku Statistics Total_Perceived N Valid 52 Missing 0 62.94 64.00 64 5.599 54 77 Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Kat_Perceived Frequency Percent Valid Negatif Valid Percent Cumulative Percent 21 40.4 40.4 40.4 Positif 31 59.6 59.6 100.0 Total 52 100.0 100.0 Kat_Perceived * Kat_Intensi Crosstabulation Kat_Intensi Lemah Kat_Perceived Negatif Count Total Total 15 6 21 71.4% 28.6% 100.0% 9 22 31 % within Kat_Perceived Count 29.0% 71.0% 100.0% 24 28 52 % within Kat_Perceived 46.2% 53.8% 100.0% % within Kat_Perceived Positif Kuat Count 111 Chi-Square Tests Value Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided) df Pearson Chi-Square 9.055a 1 .003 b Continuity Correction 7.429 1 .006 Likelihood Ratio 9.301 1 .002 Fisher's Exact Test .004 .003 Linear-by-Linear 8.881 1 .003 Association N of Valid Casesb 52 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,69. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kat_Perceived (Negatif / Positif) For cohort Kat_Intensi = Lemah For cohort Kat_Intensi = Kuat N of Valid Cases Lower Upper 6.111 1.797 20.779 2.460 1.332 4.543 .403 .197 .821 52 5. Pengetahuan Statistics Total_Pengetahuan N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum 52 0 53.83 54.50 50a 3.021 47 59 112 Kat_Pengetahuan Valid Percent Frequency Percent Valid Negatif Cumulative Percent 21 40.4 40.4 40.4 Positif 31 59.6 59.6 100.0 Total 52 100.0 100.0 Kat_Pengetahuan * Kat_Intensi Crosstabulation Kat_Intensi Lemah Kat_Pengetahuan Negatif Count % within Kat_Pengetahuan Positif Count Total % within Kat_Pengetahuan Count % within Kat_Pengetahuan Kuat Total 15 6 21 71.4% 28.6% 100.0% 9 22 31 29.0% 71.0% 100.0% 24 28 52 46.2% 53.8% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided) Pearson Chi-Square 9.055a 1 .003 b Continuity Correction 7.429 1 .006 Likelihood Ratio 9.301 1 .002 Fisher's Exact Test .004 .003 Linear-by-Linear 8.881 1 .003 Association N of Valid Casesb 52 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,69. b. Computed only for a 2x2 table 113 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kat_Pengetahuan (Negatif / Positif) For cohort Kat_Intensi = Lemah For cohort Kat_Intensi = Kuat N of Valid Cases Lower Upper 6.111 1.797 20.779 2.460 1.332 4.543 .403 .197 .821 52 114 LAMPIRAN IV 1. Alur Pelaporan Kecelakaan Kerja 115 2. Prosedur Pelaporan Kecelakaan Kerja 116 117 118 3. Formulir Pelaporan Kecelakaan Kerja 119 120