BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gas Karbon Monoksida (CO) Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada (Fardiaz, 2008). 2.1.1 Definisi Karbon Monoksida (CO) Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan juga tidak berwarna (Wardhana, 2004).Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri (Saputra, 2009). Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna material yang mengandung zat arang atau bahan organik, baik dalam alur pengolahan hasil jadi industri, ataupun proses di alam lingkungan. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen (Anggraeni,2009). 9 Universitas Sumatera Utara 10 Satuan konsentrasi CO di udara adalah ppm atau parts per million. Untuk mengukur kadar CO tersebut, digunakan gas analyzer dengan satuan persen volume. Dimana 1 ppm setara dengan 10 - 4 %.Selain dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna di luar tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam jumlah kecil (kurang dari 0,5%) dari katabolisme normal cincin protoporfirin hemoglobin di dalam tubuhdan tidak toksik bagi tubuh (Anggraeni, 2009). Menurut Akmal (2009), karbon monoksida (CO) jika terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Berdasarkan PER.13/MEN/X/2011 tentang faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini: adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Baku mutu faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja No. 1 Parameter Karbon dioksida NAB (ppm) 5000 2 Karbon disulfide 10 3 Karbon monoksida 25 4 Nitrogen oksida 25 5 Gasolin 300 Sumber : web.ipb.ac.id Karbon monoksida dihasilkan pada pembakaran tidak sempurna. Contoh, 4 sampai 7 persen dari gas buangan kendaraan bermotor dan gas dari cerobong asap merupakan CO. Senyawa ini sangatlah beracun karena dapat berikatan kuat dengan hemoglobin dan menghambat proses pengangkutan oksigen ke jaringanjaringan tubuh. Karbon monoksida berikatan 200 kali lebih kuat dengan Universitas Sumatera Utara 11 hemoglobin daripada oksigen dan oleh karenanya sangat sulit untuk melepaskannya ketika telah berikatan dengan darah ( Soetrisno, 2003). Berkaitan dengan karakteristik CO yang afinitasnya terhadap hemoglobin 250 – 300 kali lebih kuat daripada afinitas oksigen, CO akan membentuk ikatan karboksihemoglobin, sehingga menghambat distribusi oksigen ke jaringan tubuh, maka organ yang sangat sensitif terhadap keracunan karbon monoksida adalah organ-organ dengan kebutuhan oksigen paling banyak (Anggraeni, 2009). 2.1.2 Gejala-Gejala Pajanan Gas Karbon Monoksida Umumnya rute keterpajanan gas karbon monoksida adalah melalui jalan pernapasan atau rute terhirup atau inhalasi (inhalationroute). Gas ini dikelompokkan sebagai bahan kimia asfiksia (asphyxiate). Ia mengakibatkan racun dengan cara meracuni haemoglobin (Hb) darah. Hb berfungsi mengikat darah dalam bentuk HbO. Setelah CO mengikat haemoglobin darah terbentuk ikatan HbCO, maka otomatis oksigen akan terusir. Dengan mekanisme ini, tubuh mengalami kekurangan oksigen dan gejala asfiksia atau kekurangan oksigen akan terjadi. Hal ini disebabkan afinitas atau sifat pengikatan atau daya lengket karbon monoksida ke haemoglobin darah dibandingkan dengan oksigen jauh lebih besar sebanyak 200 – 3.000 kali lipat. Dalam jumlah sedikit pun gas karbon monoksida jika terhirup dalam waktu tertentu dapat menyebabkan gejala racun terhadap tubuh ( Majid, 2011). Gejala-gejala lain dari keracunan CO antara lain, pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa Universitas Sumatera Utara 12 tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, tidak sadar, dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008). 2.1.3 Sumber Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut : a) Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbon dioksida.Pembentukan karbon monoksida hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen murni.Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang mengandung karbon di udara, prosesnya lebih kompleks dan terdiri dari beberapa tahap reaksi. Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediet pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua.CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata.Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara menghasilkan beberapa tempat atau area yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan. Universitas Sumatera Utara 13 b) Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida. Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umum terdapat pada industri-industri, misalnya pada pembakaran di dalam furnish. CO yang diproduksi dengan cara ini mempunyai keuntungan dan diperlukan pada beberapa proses, misalnya pada furnish cepat, dimana CO bertindak sebagai komponen pereduksi dalam produksi besi dari besi oksida. c) Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan O Suhu tinggi merangsang pembentukan CO dan O. Sebagai contoh, pada suhu 29600 C terjadi disosiasi CO2 sebanyak 1 persen menjadi CO dan O, sedangkan pada suhu 24950 C sebanyak 5 persen CO2 yang terdisosiasi menjadi CO dan O. Jika campuran ekuilibrium pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, CO akan tetap berada dalam campuran yang telah diinginkan tersebut karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu rendah. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun.Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO Universitas Sumatera Utara 14 (1992), dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya (Anggraeni, 2009). Sumber lain CO adalah gas arang batu yang mengandung kurang lebih 5% CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, kompor gas, dan cerobong asap yang bekerja tidak baik (Anggraeni, 2009). Di kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan bermotor seperti mobil, truk, bus, dan sepeda motor karena pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak sempurna. CO dapat terbentuk secara alamiah maupun sebagai hasil sampingan kegiatan manusia (Aji, 2008). Setiap lima liter bensin dapat menghasilkan 1 - 1,5 kg CO. Bayangkan saja jika di suatu kota dengan sejuta mobil dan setiap mobil menghabiskan 10 liter bensin sehari. Maka bisa dipastikan betapa banyaknya kadar CO di udara yang dihasilkan dari buangan asap kendaraan (Sastrawijaya, 2009). 2.1.4 Penyebaran Gas Karbon Monoksida (CO) di Udara Mekanisme alami dimana karbon monoksida hilang dari udara telah banyak diteliti, dan pembersihan CO dari udara kemungkinanterjadi karena beberapa proses sebagai berikut : a) Reaksi atmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO yang hilang sangat sedikit Kecepatan reaksi yang mengubah CO menjadi CO2 (2CO+O2 = 2CO2) yang terjadi pada atmosfer bawah hanya dapatmenghilangkan sekitar 0,1 persen Universitas Sumatera Utara 15 dari CO yang ada per jamdengan adanya matahari. Berdasarkan kecepatan ini, CO di atmosfer diperkirakan mempunyai umur rata-rata 3,5 bulan. b) Aktivitas mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah dapat menghilangkan CO dengan kecepatan relatif tinggi dari udara Meskipun tanah dengan mikroorganisme di dalamnya dapat berfungsi dalam pembersihan CO di atmosfer, tetapi kenaikan konsentrasi CO di udara masih terjadi. Hal ini disebabkan tanah yang tersedia tidak tersebar rata, bahkan di daerah-daerah dimana produksi CO sangat tinggi kadang-kadang persediaan tanah sangat terbatas.(Fardiaz, 2008). 2.1.5 Toksisitas Gas Karbon Monoksida (CO) Saat manusia menghirup udara untuk bernafas, maka udara yang mengandung oksigen, nitrogen, dan kemungkinan karbon monoksida serta gas lainnya akan tertarik ke dalam paru dan terus ke alveoli. Alveoli, yang menyerupai kantung kecil, terbentuk dari lapisan sel tipis dan diperkuat oleh jaringan yang amat lembut. Di dalam alveoli inilah gas akan mengalami perubahan angkutan dari melalui udara berubah melalui sistem peredaran darah. Proses tersebut dikendalikan oleh hukum-hukum fisika, yaitu suatu bentuk dari gas akan bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Dalam keadaan normal tekanan oksigen di dalam alveoli akan lebih besar dari tekanan oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan demikian, maka molekul oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin di dalam sel darah merah.Sebaliknya, beberapa gas mempunyai tekanan lebih tinggi di peredaran darah daripada di alveoli. Universitas Sumatera Utara 16 Karbon monoksida merupakan produk normal dari proses pemecahan dalam sel tubuh, yang mempunyai umur sekitar 120 hari. Hasil dari proses tersebut dinamakan hemekatabolisme, sedangkan harga normal dari karbon monoksida dalam darah sekitar 0,5 persen. Kadar ini akan meningkat apabila seseorang itu menderita sakit. Gasoksigen dan karbon monoksida akan ditarik oleh zat besi dalam hemoglobin dan hemoglobin ini mempunyai daya ikat yang besar terhadap karbon monoksida (Mukono, 2008). Karbon monoksida (CO) bersifat toksik atau racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbon monoksihemoglobin dan COHb tidak dapat mengambil O2 (Ganong, 2003). 2.2 Tekanan Darah 2.2.1 Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vascular terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk, 2008).Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Joyce dkk, 2008). Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan diatas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi janyung atau denyut arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghasilkan Universitas Sumatera Utara 17 perbedaan tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg (Hull, 1986). Menurut Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII 2003, tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah≥140 mm Hg (tekanan sistolik) dan atau ≥90 mmHg (tekanan diastolik) (Novian, 2013). 2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah 1. Tekanan darah normal Tekanan darah normal bila tekanan sistolik menunjukkan kurang dari 140 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg (Guyton dkk, 2008).Menurut WHO – ISH 1999 tekanan darah normal adalah <130/85 mmHg sedangkan tekanan darah optimal <120/80 mmHg. 2. Tekanan darah rendah Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah bila tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmHg dan diastolik kurang dari 60 mmHg (Watson, 2002). 3. Tekanan darah tinggi Tekanan darah untuk yang normal tetap diatas 100/90 mmHg, tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Watson, Universitas Sumatera Utara 18 2002).Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolik pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer dkk, 2001). Menurut WHO, tekanan darah normal orang Indonesia adalah 120/80 mmHg. The seventh Report of the Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) 2003 telah memperbaharui klasifikasi, serta stratifikasi risiko untuk menentukan prognosis jangka panjang. Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003 Klasifikasi tekanan Tekanan darah Darah sistolik, mmHg Normal <120 Prehipertensi 120-139 Hipertensi stage 1 140-159 Hipertensi stage 2 ≥160 Sumber : repositoryusu.ac.id Dan Atau Atau Atau Tekanan darah diastolik, mmHg <80 80-89 90-99 ≥100 Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur≥18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis-klinis (Tabel 2.1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 19 2.2.3 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru.Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri.Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler.Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup.Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh.Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik.Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik.Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah (Dian, 2011). 2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah 1. Olahraga Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misal, traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan mempengaruhi tekanan darah (Ridjab, 2005). Universitas Sumatera Utara 20 2. Emosi Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat. 3. Stress Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu mengalami pengukuran. 4. Umur Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi (Vita, 2004). Semakin tua seseorang tekanan sistoliknya akan semakin tinggi. 5. Jenis Kelamin Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Vita, 2004). 6. Obesitas Jika mempunyai ukuran tubuh yang termasuk kedalam katagori obesitas yaitu dengan nilai IMT lebih dari 27,5 maka memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah. 7. Minum Alkohol Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Vita,2004).Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak Universitas Sumatera Utara 21 bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 –3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI). 8. Merokok Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke bagian tubuh dengan jumlah yang tetap (Vita, 2004). Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan darah pada pembuluh darah meningkat (Wardoyo, 1996). 2.2.5 Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah biasanya diukur secara tak langsung dengan sphygmomanometer air raksa atau alat noninvasive lainnya pada posisi duduk atauterlentang.Ketepatan alat yang bukan air raksa harus dibandingkan dengan sfigmomanometer air raksa secara bersamaan dan hal ini (kalibrasi) dilakukan secaraberkala. Pada saat mengukur tekanan darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal berikut: 1. Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit diruang yang tenang 2. Ukuran manset lebar 12-13 cm serta sepanjang 35 cm, ukuran lebih kecil pada anak-anak dan lebih besar pada penderita gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan) 3. Diperiksa pada fosa kubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV) 5. Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang Tekanan darah dinaikkan sampai sampai 30 mmHg diatas tekanan sistolik (palpasi), kemudian diturunkan 2 mmHg/detik dan dimonitor dengan stetoskop diatas a Universitas Sumatera Utara 22 brakhialis 6. Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara Korotkoff I sedangkan tekanan diastolik pada saat Korotkoff V menghilang. Bila suara terdengar, dipakai patokan Korotkoff IV 7. Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer 8. Perlu pengukuran pada posisi duduk/ terlentang dan berdiri untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lain yang menimbulkan hal tersebut (pemberian penyekat alfa). Alat pengukuran lain dengan aneroid atau digital (semi-otomatik atau otomatik) yang kurang tepat dan harus dikalibrasi secara periodik terhadap sphygmomanometer air raksa. Beberapa mesin otomatik dipakai untuk mengukur tekanan darah selama 24-72 jam yang biasanya yang menggunakan cara osilometrik. Digunakan pula alat yang dijepitkan pada ujung jari untuk monitor selama operasi atau keadaan lain dalam posisi penderita duduk atau telentang (Soesetyo, 2003). Terdapat alat semi-otomatis dan otomatis untuk mengukur tekanan darah selama 24 jam atau lebih. Indikasi pemeriksaan tersebut (ABPM = Ambulatory BloodMonitoring) ialah sebagai berikut: 1. Adanya variasi tekanan darah yang tidak seperti biasanya pada kunjungan hari yang sama ataupun pada hari yang berbeda 2. Office hypertension pada penderita dengan resiko kardiovaskuler rendah 3. Gejala menunjukkan adanya episode hipotensi Universitas Sumatera Utara 23 4. Hipertensi yang resisten terhadap pengobatan Keterbatasan cara pengukuran tekanan darah ambulatory tersebut adalah: 1. Data mengenai nilai prognostik pengukuran tekanan darah dengan cara ini terbatas. 2. Pengukuran tekanan darah ambulatory lebih rendah daripada pengukuran di klinik/praktek. Pengukuran tekanan darah ambulatory sebesar 125/80 mmHg setara dengan pengukuran tekanan darah di praktek/klinik 140/90 mmHg. 3. Alat yang digunakan harus dicek untuk ketepatan dan penampilannya secara berkala (dikalibrasi). Dihindarkan penggunaan alat dengan mengukur tekanan darah pada jari dan tangan dibawah siku. Keuntungan cara pengukuran ini: 1. Pengukuran dapat dilakukan lebih sering dengan keadaan yang mendekati kehidupan sehari-hari 2. Memperbaiki persepsi penderita terhadap hipertensi dan memperbaiki kepatuhan terhadap pengobatan 3. Mungkin berguna untuk menilai efektifitas pengobatan. Penelitian menunjukkan bahwa kerusakan organ target lebih erat berhubungan dengan tekanan darah 24 jam dibandingkan tekanan darah di praktek/klinik. Demikian pula kerusakan organ target 4. Tekanan darah sebelum pengobatan mempunyai nilai prognostic. Universitas Sumatera Utara 24 2.3 Hubungan Paparan Gas Karbon Monoksida dengan Tekanan Darah Pengaruh CO serupa dengan pengaruh kekurangan oksigen.Hemoglobin yang biasanya membawa oksigen dan udara rupanya lebih tertarik kepada CO. Akan terbentuk senyawa CO dengan hemoglobin dengan ikatan kimia yang lebih kuat daripada dengan oksigen. Molekul karboksihemoglobin ini sangat mantap dan untuk beberapa jam tidak dapat lagi mengikat oksigen yang diperlukan tubuh. Jika kita duduk di udara dengan kadar 60 bpj CO selama 8 jam, maka kemampuan mengikat oksigen oleh darah kita turun sebanyak 15%. Sama dengan kehilangandarah sebanyak 0,5 liter (Sastrawijaya, 2009). Gas karbon monoksida yang diabsorpsi tubuh, memiliki afinitas dengan hemoglobin yang sangat kuat di darah sehingga membentuk ikatan karboksihemoglobin (COHb).Akibatnya terjadi kompetisi dengan O 2 untuk berikatan dengan Hb sehingga konsentrasi COHb di darah meningkat, sehingga meningkatkan kekentalan darah yang berdampak pada gangguan aliran darah (Harrianto, 2009). Dalam keadaan normal, tekanan oksigen di dalam alveoli akan lebih besar dari tekanan oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan demikian, maka molekul oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin di dalam sel darah merah.Sebaliknya, beberapa gas mempunyai tekanan lebih tinggi di peredaran darah dari pada di alveoli (Mukono, 2008). Universitas Sumatera Utara 25 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah : 1. Olah Raga Olahraga dapat mempengaruhi tekanan darah, terutama yang menggunakan otot lengan (Depkes RI, 2003); 2. Latihan Kerja Latihan kerja yang lama, akan menurunkan tekanan sistolik yang progresif, hal ini menandakan dekat dengan kecapaian (Suma’mur, 1989); 3. Umur Semakin tua tekanan sistolik makin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997); 4. Jenis Kelamin , Pada wanita sebelum menopause 5 - 10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Pearce, 1997); 5. Minum alkohol Minum alkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Parsudi, 1992).Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 - 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI, 2003). 6. Pemakaian obat tertentu Universitas Sumatera Utara 26 Obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat supressi nafsu makan (Depkes RI, 2003). 7. Sikap kerja dan Beban Kerja Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun. Beban kerja adalah kriteria berat ringannya suatu tingkat pekerjaan sampel berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukannya. Menurut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004) menjelaskan bahwa untuk menilai berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. 8. Masa Kerja dan Lama Kerja Masa kerja adalah waktu tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada tempat kerjanya sampai sekarang yang dapat diketahui dengan pengakuan dari tenaga kerja (dihitung dalam tahun). Lama kerja adalah waktu kerja dari tenaga kerja selama satu hari yang dapat diketahui dari pengakuan pekerja jasa becak tersebut (dihitung dalam jam). 2.4 Kerangka Konsep Besarnya paparan gas CO Tekanan Darah Variabel Independen Variabel Dependen Universitas Sumatera Utara