(ape) untuk mengembangkan kecerdasan jamak a

advertisement
MENDIDIK:
Jurnal KajianPembelajaran
Pendidikan dan
Pengajaran
Analisis Implementasi
Dengan
Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Volume 2, No. 2, Oktober 2016:Mengembangkan
Page 89-100
Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
P-ISSN: 2443-1435 || E-ISSN: 2528-4290
INDRA ZULTIAR
ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN
JAMAK ANAK USIA DINI
Indra Zultiar1
ABSTRAK: Pentingnya menstimulasi perkembangan kecerdasan anak sejak usia dini tidak
sesuai dengan kenyataan di lapangan. Banyak praktek pendidikan anak usia dini yang
menggunakan metode pembelajaran secara verbal yang hanya mengembangkan kemampuan
anak secara akademik. Kecederungan pendidikan anak usia dini mengaku menggunakan
pendekatan pembelajaran dengan prinsip belajar melalui bermain, namun pada
kenyataannya proses pembelajaran yang dilakukan masih belum melakukan prinsip-prinsip
bermain yang menggunakan alat permainan sebagai media pembelajaran. Permasalahan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aktivitas pembelajaran di Kelompok
Bermain Calakan dengan menggunakan alat permainan edukatif dapat membantu
pengembangan potensi kecerdasan anak. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif studi kasus di Kelompok Bermain Calakan Lembang. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa perencanaan pembelajaran melalui alat
permainan edukatif guna mengembangkan kecerdasan anak yang disusun guru secara umum
cukup baik. Alat permainan edukatif yang digunakan cukup variatif dan banyak macamnya
sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi kecerdasan anak.
Kata Kunci: Kecerdasan Jamak, Alat Permainan Edukatif.
THE ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF LEARNING USING GAME MEDIA
TOOLS EDUCATIVE TO DEVELOP INTELLIGENCE PLURAL EARLY CHILDHOOD
ABSTRACT: The importance of stimulating the intellectual development of children from an
early age does not correspond to the reality on the field. Many early childhood education
practices that use verbal learning method which only develops children's ability
academically. Inclinations early childhood education, admitted using a learning approach to
the principle of learning through play, but in reality the process of learning to do still do the
principles of play that the use of games as a learning medium. The problem of this research is
to find out how the learning activity in preschool Calakan by using educational games can
help the development of children's potential intelligence. This research was conducted using
qualitative approach case study in preschool Calakan Lembang. Data collection techniques
used were observation, interviews, and documentation. The results of research and analysis
of the data shows that the planning tool of learning through educational games to develop
children's intelligence is composed of teachers is generally quite good. Tools used educational
games are quite varied and many kinds so as to develop the full potential of children's
intelligence.
Keywords: Multiple Intelligence, Games Educational Tool.
1
Program Studi Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Sukabumi; Email:
[email protected]
- 89 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
1 butir 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembiaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Persepsi mengenai golden age dan implikasinya dalam pendidikan seringkali
salah kaprah sehingga penyelenggaraan PAUD difokuskan pada peningkatan
kemampuan akademik, baik dalam hal hafalan-hafalan maupun kemampuan bacatulis-hitung, yang prosesnya sering kali mengabaikan tahapan perkembangan anak.
(Latif dkk, 2013). Sekolah merupakan pihak kedua yang terkait dalam urusan
pendidikan yang perannya tidak kalah penting dari rumah maupun masyarakat.
Sekolah bertugas melaksanakan pendidikan, yakni merealisasikan tujuan, yang ingin
dicapai dan berperan serta dalam memikul tanggungjawab umum dalam
mempersiapkan anak yang berkualitas dan berahlak mulia. Persepsi yang belum
tepat mengenai golden age perkembangan usia dini mengakibatkan terabaikannya
aspek bermain dalam belajar (Latif dkk, 2013). Jika aspek bermain ini tidak
terpenuhi maka anak akan kesulitan mencapai perkembangan optimal.
Paradigma terkini pendidikan anak usia dini menumbuhkan pendekatan yang
holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan
pelayanan yang menyeluruh pula. Hal ini karena anak usia dini merupakan masa
keemasan sehingga disebut golden age. Pada masa inilah pertumbuhan dan
perkembangan ranah, baik fisik motorik, sosial, emosional dan kognisi berkembang
pesat, dan saling berhubungan erat satu sama lainnya. Perkembangan di satu ranah
berpengaruh dan dipengaruhi oleh perkembangan ranah lainnya. Masa ini akan
menentukan perkembangan dan pertumbuhan tahun-tahun berikutnya. Untuk itu
pada masa keemasan ini diperlukan berbagai bentuk stimulasi pembelajaran yang
mampu mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Sesuai dengan salah satu ciri
anak usia dini yang aktif maka pengalaman lebih banyak didapat dari pengalaman
melakukan berbagai aktivitas.
Potensi ini tidak hanya yang bersifat akademis, tetapi juga non akademis.
Kedua potensi ini harus dikembangkan secara simultan dan saling berkaitan dalam
proses pembelajaran. Aspek-aspek tersebut dikembangkan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kecakapan hidup anak agar menjadi pribadi-pribadi yang utuh,
sehat baik jasmani, rohani dan sosialnya, sehingga memberi dampak yang berarti
pada anak usia dini dan menentukan tahap selanjutnya di jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya
kecerdasan verbal (berbahasa) atau kecerdasan logika. Howard Gardner dengan
cerdas memberi label “multiple” (jamak atau majemuk) pada luasnya makna
kecerdasan. Menurut Howard Gardner dalam multiple Intelegences, seorang anak
akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila mendapat suatu stimulus atau
rangsangan yang baik sesuai tahap-tahap perkembangannya, baik itu dari aspek
perkembangan fisik dan perkembangan mental atau psikisnya yang sangat
mempengaruhi terhadap pembentukan mentalitas anak tersebut.
- 90 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau
menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Berdasarkan
pada teori Gardner, David G.Lazear memberikan petunjuk untuk mengubah dan
meningkatkan kecerdasan-kecerdasan tersebut lengkap dengan instrumentasinya
dalam pembelajaran. Ia mengembangkan proses pembelajaran di kelas yang
memanfaatkan dan mengembangkan kecerdasan jamak anak, dengan harapan dapat
digunakan anak di luar kelas dalam mengenali dan memahami realitas kehidupan.
Howard Gardner dalam bukunya frame of mind (1983) berdasarkan hasil
penelitiannya mengklasifikasikan ada 8 macam kecerdasan manusia dalam
memahami dunia nyata yang digunakan sebagai menyelesaikan berbagai macam
masalah dalam kehidupan. kecerdasan tersebut yaitu: (1) Kecerdasan Musikal, (2)
Kecerdasan Kinestetik Tubuh, (3) Kecerdasan Logis-Matematis, (4) Kecerdasan
Linguistik, (5) Kecerdasan Spasial, (6) Kecerdasan Interpersonal, (7) Kecerdasan
Intrapersonal (8) Kecerdasan Naturalistik.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak uasia dini sudah
seharusnya guru dapat merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran.
Salah satu tugasnya adalah guru dapat menyediakan sumber belajar bagi anak, salah
satu sumber belajar bagi anak adalah Alat Permainan Edukatif yang lebih dikenal
dengan sebutan APE. Alat ini berfungsi sebagai media dalam proses belajar mengajar
yang dapat disesuaikan dengan tema pembelajaran.
APE merupakan sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat
permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat menumbuh
mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak, baik itu kognitif, afektif,
psikomotor, moral, seni, budaya, bahasa, maupun agama (Depdiknas, 2003). APE
tidak harus mahal, tetapi dapat memanfaatkan dan menggunakan lingkungan sekitar
untuk meminimalisir pengeluaran. Apalagi pendidik sebagai fasilitator harus mampu
memanfaatkan benda-benda yang berada di lingkungan sekitar untuk dijadikan alat
permainan edukatif yang sesuai dengan karakteristik anak, tema yang diberikan,
indikator kemampuan/kompetensi yang harus dimiliki/dikuasai anak.
Guru di tuntut untuk memiliki Kemampuan pembuatan APE yang berbasis
pada Sumberdaya yang ada di sekitar lingkungan sekitar, baik itu dengan
memanfaatkan sumberdaya Alam, barang-barang bekas, limbah rumah tangga. Hal
yang terpenting adalah dalam pembuatan APE tidak terlepas dari prisip-prinsip
diantaranya prinsip produktivitas, prinsip aktivitas, prinsip kreativitas, prinsip
efektivitas dan efisiensi, dan prinsip mendidik dengan menyenangkan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa alat permainan edukatif memegang
peran penting di dalam mengembangkan kecerdasan jamak anak, dengan
menggunakan pendekatan yang menyenangkan, sehingga anak dapat berkembang
dengan optimal. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka peneliti
mengadakan penelitian bagaimana melalui media alat permainan edukatif dapat
mengembangkan kecerdasan jamak anak di Kelompok Bermain Calakan Lembang.
Kelompok Bermain Calakan sebagai lembaga pendidikan anak usia dini yang
berada di wilayah Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat,
merupakan lembaga pendidikan yang konsen terhadap pendidikan anak usia dini.
Walaupun masih terbilang baru berdiri tetapi lembaga ini sering mengikuti lomba-
- 91 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
lomba di bidang pendidikan anak usia dini, baik yang diselenggarakan secara lokal
maupun regional. Pada bulan Maret 2014 guru-guru Kelompok Bermain Calakan
mengikuti beberapa lomba, seperti lomba pembuatan Alat Permainan Edukatif
keluar sebagai juara 1 dan lomba Micro Teaching keluar sebagai juara harapan 2
tingkat Kecamatan Lembang yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kecamatan
Lembang.
Melihat dari gambaran lembaga di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap
kegiatan yang terjadi di Kelompok Bermain Calakan. Baik itu kegiatan
pembelajarannya seperti, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
maupun evaluasi yang dilakukan. Ataupun dari aktivitas guru dalam mengemas
pembelajaran yang menyenangkan berbasis pada Alat Permainan Edukatif.
METODE
Fenomena yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah tentang
pengembangan kecerdasan jamak anak usia dini melalui alat permainan edukatif
pada satu subjek penelitian, maka peneliti menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk membuat deskripsi
atau gambaran, lukisan secara sistematis, factual, akurat, dan detail mengenai fakta
dan hubungan antara gejala atau kejadian yang diselidiki yang difokuskan pada satu
fenomena saja dan ingin dipahami secara. Sedangkan untuk mengungkap dan
menjawab pertanyaan penelitian, maka peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
DISKUSI
Anak dalam aktivitas bermain, belajar tentang berbagai hal mengenal dunia
dan lingkungannya. Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran di
Kelompok Bermain Calakan dilakukan dengan mengoptimalkan alat permainan
edukatif sebagai strategi pembelajaran menyenangkan yang dirancang secara
fleksibel sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan. Hal ini dapat ditunjukan dari
semua perilaku yang menjadi indikator kecerdasan jamak anak telah nampak dalam
kegiatan pembelajaran, walaupun belum merata pada semua anak.
Para pendidik di Kelompok Bermain Calakan mempunyai kemampuan yang
cukup baik untuk merencanakan pembelajaran melalui alat permainan edukatif.
Perencanaan pembelajaran disusun dalam empat tahapan, perencanaan semesteran,
perencanaan bulanan, perencanaan mingguan, dan perencanaan harian dengan
mengintegrasikan lima aspek perkembangan anak yaitu, kognitif, motorik, bahasa,
seni, dan pembiasaan. Dengan demikian perencanaan yang dilakukan di Kober
Calakan telah sesuai dengan yang direkomendasikan oleh NAEYC (National
Association for the Education of Young Children), kurikulum yang direncanakan harus
dapat mencakup pengembangan seluruh dimensi perkembangan anak; fisik, emosi,
spiritual, dan kognitif anak dengan cara terintegrasi atau terpadu. Setiap kegiatan
yang menstimulasi salah satu aspek perkembangan akan mempengaruhi dimensi
perkembangan lainnya. Perencanaan program disusun dengan mengacu pada
kurikulum satuan pendidikan (KTSP), yang kemudian dijabarkan dalam tema besar
- 92 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
yang kemudian dituangkan dalam bentuk webbing untuk memudahkan guru dalam
merancang aktivitas.
Pemaparan di atas menjelaskan bahwa perencanaan yang dibuat guru
Kelompok Bermain Calakan telah sesuai dengan teori perencanaan yang
direkomendasikan dalam perencanaan belajar melalui bermain. Meskipun masih
terdapat faktor yang belum dimunculkan, yaitu belum ada perencanaan yang
memungkinkan anak memilih sendiri kegiatan yang diinginkan. Hal ini dikarenakan
pendekatan pembelajaran yang dilakuan di Kelompok Bermain Calakan adalah
pendekatan kelompok dan model pembelajaran yang masih menggunakan pola
konvensional, sehingga kegiatan pembelajaran masih terpimpin oleh guru. Semua
anak mendapatkan kegiatan yang sama dan diberikan kebebasan memilih sendiri
aktivitas pada saat bermain bebas. Guru selalu memberi motivasi dan mengarahkan
anak untuk menyelesaikan tugasnya.
Dalam mengembangkan kecerdasan jamak, Guru memiliki peranan penting
untuk mengembangkannya. Berhasil atau tidak upaya pengembangan kecerdasan
anak di sekolah sangat tergatung pada usaha yang dilakukan guru dalam setiap
proses pembelajaran. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa
guru telah cukup melakukan usaha-usaha dalam pengembangan kecerdasan jamak
anak melalui alat permainan edukatif, seperti dalam kegiatan mencocokan gambar
pada pohon bentuk, meronce, playdough. Kaitannya dengan melibatkan orang tua
siswa, pada setiap alat yang menggunakan bahan alam ataupun limbah rumah
tangga, guru menugaskan kepada orang tua siswa untuk membawa barang-barag
yang dibutuhkan guna menunjang pembelajaran, sedangkan dengan lingkungan
sekitar guru memanfaatkan barang terutama bahan yang berbasis alam yang ada di
lingkungan sekolah.
Selama proses Observasi, peneliti menemukan sebanyak tiga jenis alat
permainan yang pada saat itu digunakan dalam pembelajaran. Setiap alat permainan
edukatif menpunyai manfaat dan fungsi yang berbeda dalam membantu
pengembangan semua potensi kecerdasan dan aspek perkembangan anak.
Berdasarkan temuan penelitian, guru telah berupaya menggunakan alat permainan
edukatif yang sederhana yang dapat dimainkan anak namun dapat menstimulasi rasa
ingin tahu dan pemahaman anak tentang suatu konsep tertentu. Alat yang
mempunyai banyak kegunaan dan variasi cara bermain seperti permainan edukatif
(balok-kubus, mengguntung, dan menempel) akan lebih membangkitkan minat
bermain disbanding alat permainan yang hanya dimainkan dengan satu cara (mobilmobilan yang digerakan baterai). Hal terpenting dalam bermain adalah rasa ingin
tahu anak. Rasa ingin tahu yang tinggi akan mendotong anak terus bereksplorasi,
bereksperimen dengan cahaya, suara, dan gerakan untuk melihat pola-pola apakah
yang dibentuk oleh tindakan mereka. Selain itu rasa ingin tahu juga mendorong anak
untuk mencari jalan dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dalam
bermain.
Berbahan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan yang
dominan distimulasi pengembangannya adalah kecerdasan verbal linguistik,
sedangkan kecerdasan yang kurang dominan distimulasi adalah kecerdasan visualspasial dan kecerdasan naturalis. Hal ini terjadi karena guru lebih sering
memberikan penjelasan secara lisan. Walau demikian, dapat disimpulkan bahwa
- 93 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
guru telah melakukan berbagai upaya dalam pengembangan kecerdasan jamak anak.
Temuan ini sejalan dengan yang dikemukakan Gardner (Musfiroh, 2008) bahwa
menurut teori kecerdasan jamak setiap orang memiliki semua kecerdasan, hanya
saja semua kecerdasan tersebut bekerja dengan cara yang berbeda-beda tetapi
bersama-sama berfungsi secara khas dalam diri seseorang.
Profil kecerdasan verbal-linguistik anak; Hasil temuan penelitian, secara
umum kecerdasan verbal linguistik di Kelompok Bermain Calakan telah berkembang
secara baik pada sebagian besar siswa. Keterangan tersebut dapat dilihat dari
sebagian besar anak yang mempunyai kosa kata yang luas sehingga memungkinkan
anak dapat berkomunikasi dengan guru, teman sebaya, dan orang lain. Anak mampu
merespon dengan baik pada saat diajak berbicara. Beberapa anak sudah mampu
merangkai kalimat demi kalimat dalam bentuk cerita sederhana. Mereka tidak ragu
untuk mengungkapkan pengalamanya dihadapan guru dan teman-temannya, dan
masih terlihat juga beberapa anak yang harus dimotivasi dahulu untuk dapat ikut
berpartisipasi. bagi anak yang memiliki kecerdasan verbal linguistic ketika ada satu
tema pembicaraan yang menarik dan pernah di dengar, dilihat atau dialami anak
dapat menghubungkan kejadian tersebut dengan pengalaman yang pernah
dialaminya.
Kemampuan menyimak kata-kata secara lisan juga berkembang baik pada usia
4-6 tahun, sehingga anak dengan kecerdasan verbal linguistic mampu mengikuti
arahan yang ditujukan padanya. Hal ini dapat terlihat dari perilaku yang ditunjukan
anak yang dapat menceritakan kembali apa yang telah dipelajarinya atau yang telah
didengarnya dari cerita gurunya. Dilihat dari kemampuan tersebut, anak usia 4-6
tahun mulai menunjukan kemampuan untuk mengenal huruf, mampu membaca dan
menulis. Dengan demikian, anak-anak usia dini sangat menyukai permainan katakata dan teka-teki, anak juga dpat mengeja huruf atau membaca buku cerita
bergambar.
Guru dapat mengajak anak berbicara tentang apa saja yang berkaitan dengan
benda-benda disekelilingnya. Guru yang sering melakukan pembelajaran melalui
bercerita berarti memberikan kesempatan pada anak untuk mengulang kembali
ingatan yang pernah dialaminya. Bercerita jiga dapat merangsang kemampuan
berfikir kognitif anak untuk menemukan rasional-rasional atas cerita yang
disengarkan, sehingga anak mampu berimajinasi dan berfantasi sebagai akibat dari
pengaruh mental dalam cerita. Peningkatan keterampilan komunikasi lisan melalui
kegiatan mendengarkan, memberikan respon, memberi jawaban dan lain-lain
sebagai akibat aktifitas dalam cerita.
Tak kalah penting untuk mengembangkan kecerdasan verbal linguistik yaitu
dengan cara menyanyi, menyanyi merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk
membuat anak cepat menghapal kata-kata. Kemampuan dasar yang dikembangkan
melalui nyanyian adalah kemampuan mendengar. Kemampuan mendengar dengan
bernyanyi tumbuh melaui ungkapan pikiran atau pesan nyanyian dalam nada-nada.
Kegiatan ini dapat memperbanyak kosa kata anak seperti yang diungkapkan oleh
Lwin at el. (2008) bahwa kegiatan membaca kata-kata sederhana dapat
meningkatkan kecerdasan verbal anak.
Profil kecerdasan logika-matematika anak; Dalam mengembangkan
kecerdasan logika-matematika, guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan
- 94 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
menggunakan alat permainan edukatif melalui tebak gambar, tebak huruf, tebak
angka, dan sambil menghitung jumlah dari gambar, huruf, angka, serta menghiting
angka melalui nyayian, bermain peran, bercakap-cakap, dan memberikan
kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapat juga merupakan beberapa
kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu menstimulasikan kecerdasan logikamatematika anak. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat belajar
bertambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Selain itu, anak-anak yang
terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu.
Kemampuan berhitung merupakan kemampuan yang sangat berguna dalam
kehidupan manusia, karena menurut Lwin et al (2008), orang yang kurang cerdas
dalam logika-matematika akan mengalami sejumlah besar masalah individu dan
budaya. Anak-anak mengembangkan kecerdasan ini ketika mereka menangkap
konsep hubungan satu dengan yang lainnya dan konsep hitungan, dan belajar terbaik
melalui kesenangan mereka untuk mengelompokan benda-benda. Temuan
penelitian menunjukan bahwa kemampuan mengelompokan benda-benda
berdasarkan warna dan bentuk juga terungkap. Selain itu anak juga telah dapat
membedakan ukuran benda. Perkembangan pengertian bilangan bermanfaat dalam
membantunya memahami bagaimana matematika dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Sesuai dengan temuan penelitian bahwa dalam mengembangkan
kecerdasan logika-matematika, guru menyiapkan lingkungan permainan seperti
mengajak anak untuk bermain peran menjadi penjual dan pembeli, dan bermain
tebak benda, angka, huruf, dan lain-lain.
Kemampuan berfikir logis sangat penting, karena dengan kemampuan berfikir
logis, penting bagi anak-anak memperoleh disiplin mental yang keras dan belajar
menentukan apakah alur pikir itu dan atau tidak sah. Melihat pentingnya
kemampuan berpikir logis tersebut, maka tidak ada salahnya bila kemampuan ini
harus diajarjan kepada anak sejak usia dini. Anak harus dibiasakan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kemampuan logis, juga dapat diajak
berpikir logis dengan cara meminta anak untuk menceritakan suatu peristiwa sebabakibat. Hai ini merupakan salah satu ciri anak yang mempunyai kecerdasan logikamatematika relative cepat dan mudah memahami peristiwa-peristiwa sebab akibat.
Hasil wawancara dengan para guru, mengatakan bahwa pengembangan
kecerdasan logika-matematika juga diajarkan melalui percobaan mencampur warna,
dengan kegiatan langsung seperti itu lebih lanjut guru menjelaskan, anak lebih
mudah memahami bagaimana perubahan yang terjadi jika warna-warna tersebut
dicampur.
Profil kecerdasan visual-spasial anak; Temuan penelitian memberikan
gambaran kepada kita bahwa anak-anak telah mengenal warna dengan baik, mereka
juga telah mampu meberikan warna bambar sesuai dengan warna objek sebenarnya.
Misalnya warna biru untuk langit, warna coklat untuk tanah, warna hijau untuk daun,
mereka juga telah mengetahui nama warna dan dapat menggunakan warna sebagai
representasi ide.
Perkembangan kemampuan menggambar seperti ditinjukan dalam temuan
penelitian mengindikasikan bahwa anak-anak telah mencapai tingkat
perkembanganny. Pada usia 6 tahun gambar anak terlihat lebih proposional dan
teratur. Temuan penelitian menunjukan telah berkembang kemampuan
- 95 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
menggambar pada anak. Semua anak menyikai kegiatan menggambar dan beberapa
objek hamper menyerupai objek aslinya. Kemampuan menggambar sangat
membantu ingatan, bahkan dengan bantuan visualisasi, seseorang mampu
meakukan kegiatan berpikir tingkat tinggi.
Dengan menyusun berbagai macam mainan konstrukdi seperti balok dan
puzzle dapatmenstimulasi kemampuan spasial anak, juga akan terangsang daya
kreatifnya sehingga mereka akan mampu menciptakan bentuk-bentuk baru yang
belum pernah dibuat sebelumnya, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
berdasarkan hasil temuan penelitian, kemampuan ini telah berkembang cukup baik,
karena hamper semua anak menyukai permainan balok. Kecerdasan visual-spasial
memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Hampir semua
pekerjaan yang menghasilkan karya nyata memerlukan kemampuan kecerdasan
visial-spasial.
Kemampuan mencipta sebuah bentuk, seperti bentuk pesawat, mobil,
binatang, rumah, mengesankan adanya unsur transformasi bentuk yang rumit. Guru
dapat merangsang kecerdasan visual-spasial dengan melalui berbagai program
seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap, dan menyusun
potongan gambar. Memiliki kecerdasan visual-spasial yang kuat, penting untuk
menjadi individu yang mudah menyesuaikan diri dan berhasil.
Profil kecerdasan kinestetik-jasmani anak; Pentingnya mengembangkan
kecerdasan kinestetik sejak dini adalah untuk meningkatkan kemampuan
psikomotor, meningkatkan keterampilan sosial, membangun rasa percaya diri dan
harga diri, meletakan fondasi bagi gaya hidup sporty, dan meningkatkan kesehatan.
Orang dengan lemampuan motorik yang baik akan merasakan lebih mudah belajar
berkendaraan, berenang, memanjat, dan bahkan memainkan permainan komputer
dari pada seseorang dengan kemampuan keterampilan motorik yang buruk. Dengan
kata lain, Keterampilan motorik kasar yang merujuk pada seluruh koordinasi tubuh,
dapat diasah melaui aktivitas dasar seperti berlari, melompat, menangkap, dan
berjalan. Dengan kecerdasan kinentetik memungkinkan manusia membangun
hubungan yang penting antara oikiran dan tubuh, dengan demikian memungkinkan
tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan. permainan seperti
lompat tali, petak umpet, dan bermain kelereng merupakan kegiatan setiap hari yang
menyediakan sarana alami untuk meningkatkan kecerdasan fisik. Begitu pula dengan
keterampilan motorik halus, yang merujuk pada penggunaan gerak tangan dan jari,
dapat ditingkatkan melalui aktivitas cerdas tubuh seperti penyusunan balok-balok
dan membuat istana pasir. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik yang tinggi akan
mengungkapkan diri mereka dengan baik. Hal ini akan menunjukan keterampilan
komunikasi secara keseluruhan yang penting katika belajar bagaimana berinteraksi
dengan orag lain.
Hasil temuan penelitian dan hasil wawancara, dapat di gambarkan data yang
diperoleh bahwa pengembangan kecerdasan kinestetik dilakukan guru melalui
meronce, bermain playdough, mencocokan dengan media pohon bentuk, senam anak
PAUD, berlari, menari sambil menirukan gerakan binatang, dan masih banyak yang
lainnya. Selain itu guru memberika kesempatan untuk bermain bebas, seperti
bermain ayunan, tangga jamak, perosotan, jungkat-jungkit, dan bermain bola.
- 96 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
Kegemaran anak-anak berolah raga dan berbagai gerakan fisik lainnya
dikarenakan pada diri anak tersimpan energi yang banyak sehingga mendorong
mereka untuk selalu aktif. Berdasarkan temuan pada penelitian yang dilakukan,
gabungan keterampilan motorik ini dapat dilihat pada saat anak bermain sepak bola,
playdough, pohon bentuk, meronce, ubleg, senam irama, melompat, menendang,
berlari, naik titian, menari, merupakan aktivitas yang melibatkan kemampuan gerak
fisik dan kepekaan terhadap musik dan irama. Pada dasarnya anak selalu aktif dan
bergerak merupakan sifat dasar semua anak akan tetapi anak dengan kecerdasan
kinestetik-jasmani menunjukan sifat yang sangat mobile.
Profil kecerdasan musikal anak; Anak usia dini menghabiskan waktunya untuk
menyanyi, menari dan mendengarkan musik. Musik melatih seluruh otak, karena
ketika mendengarkan sebuah lagu, otak kiri (bahasa, logika-matematika, dam
akademik) memproses lirik, sementara otak kanan (irama, persamaan bunyi,
gambar, emosi, dan kreativitas) memproses musik. Dari indikator Pada umumnya
anak cepat menghafal lagu, dapat terlihat bahwa hamper semua anak mudah
mengingat lagu. Ketika guru mengajak menyanyikan lagu yang sesuai dengan tema
pembelajaran, anak langsung menyanyikan lagu tersebut dengan gembira.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada hakikatnya setiap anak dilahirkan
dengan kecerdasan musikal yang cukup untuk mencapai kompetensi musik dasar
atau kemampuan untuk menyanyi menurut kunci dan mempertahankan derap yang
tepat. Upaya mengembangkan kecerdasan musikal anak, kegiatan yang sederhana
yaitu bernyanyi sambil tepuk tangan dan menggerakan badan adalah kegiatan yang
paling sering dilakukan guru. Temuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya
menggambarkan kemampuan menghafal lagu oleh anak membuktikan bahwa anakanak cenderung mudah menghafal lagu. Anak-anak dengan kecerdasan musikal yang
tinggi akan sangat antusias bila diajarkan lagu baru. Anak yang cerdas secara musikal
akan sangat bersemangat dengan kegiatan menyanyi sambil menggerakan tubuh
sesuai dengan irama.
Anak dengan kecerdasan musikal yang tinggi, hampir tidak ada sedikitpun
waktunya yang tidak berhubungan dengan musik. Ketika sedang mengerjakan
sesuatu atau saat diampun, anak yang memiliki kecerdasan musikal selalu
mengisinya dengan bersenandung. Kecerdasan musikal merupakan kecerdasan yang
mempunyai banyak manfaatnya antara lain: (1) meningkatkan kreativitas dan
imajinasi, karena musik telah mampu melatih seluruh otak, (2) musik mampu
meningkatkan kecerdasan, (3) meningkatkan daya ingat, (4) membantu
mengajarkan kecerdasan lain seperti spasial dan logika, (5) musik mempunyai efek
terapi. Dengan mendengarkan musik, hati akan terhibur, suasana batin menjadi
tenang dan gembira.
Profil kecerdasan interpersonal anak; Anak interpersonal adalah anak yang
ringan tangan senantiasa menolong orang lain. Kepedulian sosial seperti yang
ditunjukan oleh beberapa anak yang memiliki kemampuan menolong sudah ada
pada diri anak usia dini. Pada umumnya anak mempunyai sifat egosentris yang
tinggi. Sifat ini menandakan rendahnya kemampuan sosial anak, akan tetapi
kejadian-kejadian pada temuan penelitian menggambarkan kemampuan sosial anak
telah berkembang, terutama kemampuan berbagi dengan teman, bahkan beberapa
anak telah dapat menunjukan sifat empati.
- 97 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
Kemampuan berempati sangat penting dalam menopang kehidupan sosial.
Kegagalan dalam membangun empati akan berakibat pada lahirnya sosok manusia
yang egois, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Salah satu ciri kecerdasan
interpersonal adalah mempunyai kemampuan mengorganisasi teman-temannya,
anak yang pandai mengorganisasi temannya adalah anak yang mempunyai potensi
kepemimpinan, karena mereka bisa menjadi penutan bagi teman-temannya.
Berdasarkan temuan di lapangan, anak yang berpotensi menjadi pemimpin
diantaranya aalah anak yang cederung selalu ingin menjadi yang pertama jika guru
memberikan tawaran untuk maju kedepan, selain itu anak interpersonal menyukai
kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Profil kecerdasan intrapersonal anak; Tidak mudah untuk dapat
mengidentifikasi kemunculan kecerdasan intrapersonal pada anak usia dini, usaha
guru untuk membangunkan kecerdasan intrapersonal yaitu dengan menumbuhkan
kepercayaan diri anak yang biasa dilakukan dengan memberikan reward dan pujian
pada setiap pekerjaan anak yang diselesaikan, juga mengucapkan terimakasih
apabila anak membatu sesuatu atau telah melakukan sesuatu, dan menanyakan
perasaan anak setelah selesai melakukan kegiatan. Dengan seperti itu anak merasa
dihargai dan yang dilakukannya tidak sia-sia, dalam arti semua yang anak lakukan
mendapatkan perhatian dari gurunya. Guru juga membiasakan anak untuk
bertanggungjawab atas segala yang dilakukannya, seperti membereskan mainan jika
telah selesai, meminta maaf jika melakukan kesalahan, dan menjaga kebersihan dan
keindahan lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan guru dalam menstimulasi kecerdasan
intrapersonal seperti memberikan tugas mandiri, seperti meronce, mencocokan
gambar, huruf, warna, kolase, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk melatih
dan membiasakan anak untuk bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan,
memberikan kesempatan pada anak untuk dapat mengungkapkan keinginannya.
dengan tugas mandiri juga dapat mengekspresikan kreativitas dan imajinasi anak.
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan diri kita untuk berpikir secara
reflektif, yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses
pemikiran diri sendiri. Anak dengan kecerdasan intrapersonal mempunyai
konsentrasi terpusat, sehingga ketika berada di keramaian mereka kurang mampu
berkarya dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran, komunikasi yang baik antara
guru dan anak sangat diperlukan untuk membantu pengembangan kecerdasan
intrapersonal anak. Berbagai permainan yang memperkenalkan berbagi emosi dan
perasaan, serta identifikasi diri yang sebearnya menurut anak. Selain itu penggunaan
dan pengakuan gaya belajar anak mutlak diciptakan, sehingga anak dengan
kecerdasan ini bisa belajar sesuai dengan keinginannya.
Profil kecerdasan naturalis anak; Berdasarkan hasil temuan di lapangan,
kelompok bermain calakan dalam mengemas pembelajaran melalui alat permainan
edukatif selalu mengusahakan memanfaatkan bahan media yang berasal dari alam
ataupun dari bahan limbah yang masih bisa dimanfaatkan, hal ini terlihat dari alat
permainan edukatif pohon bentuk yang terbuat dari bahan ranting kering, dain
kering, serbuk gergaji, dan pewarna makanan yang aman bagi anak. Dari bahan yang
berasal dari bahan alam secara tidak langsung anak mengenal bahan-bahan alam
yang digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini dilakukan guru untuk anak
- 98 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
dapat mengenal dan memanfaatkan bahan lama yang ada dilingkungannya, bahwa
untuk membuat sebuah permainan anak dapat juga menggunakan bahan-bahan yang
ada disekeliling kita.
Selain media yang digunakan dari bahan alam, anak juga belajar di alam
terbuka, dalam beberapa kegiatan guru membawa siswanya belajar di luar ruangan,
yaitu dengan mengajak anak ke tempat peternakan yang ada dilingkungan sekitar.
Hal ini dilakukan supaya anak dapat mengenal dan mengetahui secara langsung
jenis-jenis hewan ternak yang ada dilingkungan rumahnya.
Kecerdasan naturalis memiliki peran besar dalam kehidupan. temua-temuan
penelitian seperti yang di ungkap sebelumnya menjadi bukti telah berkembangnya
kecerdasan naturalis anak. Dengan kesadaran ekologis yang tinggi, anak-anak akan
mersedia belajar melakukan kegiatan-kegiatan menjaga kebersihan dan kelestarian
alam.
SIMPULAN
Perencanaan pembelajaran pengembangan kecerdasan jamak melalui alat
permainan edukatif secara umum cukup baik, walaupun peneliti belum menemukan
guru merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar anak, menuliskan
konsep yang jelas dalam perencanaan, dan menuliskan aspek perkembangan. Karena
guru hanya menuliskan indikator perkembangan saja. Proses perencanaan
pembelajaran disusun dalam bentuk perencanaan tahunan, perencanaan semester,
perencanaan bulanan, perencanaan mingguan, dan perencanaan harian, dengan
megakomodasikan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak. Dimensi
kecerdasan jamak tidak dicantumkan secara khusus dalam perencanaan
pembelajaran, karena menurut guru kecerdasan jamak tersebut telah terintegrasi
dengan aspek perkembangan bahasa, kognitif, seni, fisik, dan pembiasaan.
Aktivitas pembelajaran masih menggunakan metode konvensional dimana
guru lebih banyak memimpin pembelajaran tetapi kurang memberikan kesempatan
untuk anak memilih permainan yang akan digunakannya. Guru berupaya
menciptakan suasana yang menyenangkan, dan melibatkan peran aktif semua anak.
Aktivitas pembelajaran melalui alat permainan edukatif di Kelompok Bermain
Calakan yang dilakukan guru dalam aktivitas pembelajaran telah menunjukan ciriciri pembelajaran melalui bermain seperti dikemukakan oleh Kostelnik, yaitu
menyenangkan, bermakna, dan melibatkan anak secara aktif.
Guru menggunakan berbagai alat permainan sebagai media pembelajaran,
selama observasi, peneliti menemuka tiga jenis alat permainan yang digunakan.
setiap jenis alat permainan edukatif yang digunakan mempunyai peluang untuk
dapat mengembangkan beberapa aspek kecerdasan jamak anak. Jika saja setiap
pembelajaran guru selalu menggunakan alat permainan edukatif, maka akan lebih
banyak peluang untuk anak dapat mengembangkan kecerdasan jamaknya secara
optimal. Melalui alat permainan edukatif, sebenarnya guru dimudahkan dalam
menyampaikan suatu materi atau konsep kepada anak, namun demikian terkadang
guru mengalami kebuntuan untuk membuat alat permainan edukatif masing-masing
tema. Apabila guru lebih peka maka guru akan dapat membantu memberkan layanan
- 99 -
Analisis Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Alat Permainan Edukatif (APE) Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
INDRA ZULTIAR
dan bimbingan kepada anak dengan lebih maksimal sehingga semua potensi dan
kecerdasan anak dapat berkembang secara lebih optimal.
Kecerdasan jamak anak Kelompok Bermain Calakan pada umumnya setiap
dimensi kecerdasan telah mencapai tingkat perkembangan yang cukup baik,
walaupun belum merata pada semua anak. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya hasil
indikator yang menjadi ciri masing-masing kecerdasan. Sebagian kecerdasan
tersentuh dengan baik, namun belum merata pada kecerdasan yang lainnya, hal ini
dikarenakan penggunaan alat permainan edukatif yang harus dirancang untuk dapat
menyentuh berbagai aspek kecerdasan anak. Kecerdasan yang dominan muncul
adalah kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan logika-matematika, dan kecerdasan musik. Sedangkan
kecerdasan Visual-spasial dan kcerdasan naturalis masih perlu upaya untuk lebih
dikembangkan.
REFERENSI
Bredekamp, S. (1997). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood
Programs. Washington: NAEYC.
Depdiknas. (2003). Bahan Sosialisasi Undang-Undang System Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, (2002). Buletin Pendidikan Anak Usia Dini
(Menu Generik). Jakarta: Direktorat PAUD.
Dockett, S. & Fleer, M. (1999). Play And Pedagogy In Early Childhood: Bending The
Rules. London: Harcourt.
Latif, M., Zukharaina, Zubaidah, R., & Afandi, M. (2013). Orientasi Baru Pendidikan
Anak Usia Dini, Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Lwin. M., et. al. (2008). Cara mengembangkan berbagai komponen kecerdasan.
Petunjuk praktis bagi guru, masyarakat umum dan orang tua. Alih bahasa:
Cristine Sujana. Yogyakarta: Indeks.
Musfiroh, T. (2008). Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligence
Pada Anak Sejak Usia Dini). Jakarta: Grasindo.
Moleong, L.J., (2006). Metodelogi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Udin, S. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
- 100 -
Download