BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL, GURU PAI DAN MOTIVASI BELAJAR A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, banyak definisi terkait dengan pengertian komunikasi interpersonal. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang artinya memberitahukan dan berasal dari bahasa Inggris communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu.1 Menurut Joseph A. Devito, komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecilorang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.2 Gito Sudarmo dan Agus Mulyono memaparkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua 1 2 arah, verbal dan nonverbal, serta saling berbagi Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 2. Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 142. 23 24 informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar-individu di dalam kelompok kecil. Dalam pengertian ini tidak diberikan batasan mengenai kelompok kecil dalam jumlah yang ditentukan. Selanjutnya, Deddy Mulyana menyebutkan bahwa komunikasi interpersonal/komunikasi antar pribadi berarti komunikasi anatar orangorang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Ia menjelaskan bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang. Komunikasi demikian menunjukkan pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun nonverbal secara simultan dan spontan.3 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi verbal dan nonverbal antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara langsung (tatapmuka) disertai respon yang dapat segera diketahui (instant feedback). 2. Komponen Komunikasi Interpersonal Berikut ini merupakan komponen-komponen yang berperan dalam komunikasi interpersonal: 1) Komunikator, yaitu orang yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan. 3 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 81. 25 2) Encoding, yaitu tindakan komunikator memformulasikan isi pikiran ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya. 3) Pesan, merupakan hasil encoding berupa informasi, gagasan, ide, simbol, atau stimuli yang dapat berupa pesan verbal maupun nonverbal. 4) Saluran/Media, yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan yang dapat berupa media cetak, audio, maupun audiovisual. 5) Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan menganalisis, dan menafsirkan pesan tersebut sehingga memahami maknanya. 6) Decoding, merupakan proses memberi makna dari pesan yang diterima. 7) Umpan balik, merupakan respon/tanggapan/reaksi yang timbul dari komunikan setelah mendapat pesan. 8) Gangguan, merupakan komponen yang menyebabkan penyimpangan/kekeliruan pesan. 9) Konteks komunikasi, konteks dimana komunikasi itu berlangsung yang meliputi konteks ruang, waktu, dan nilai.4 3. Proses Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi. Memang dalam kenyataannya, kita tidak pernah berpikir terlalu detail mengenai proses komunikasi. Hal ini disebabkan, kegiatan komunikasi sudah terjadi secara rutin dalam hidup 4 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 7-10. 26 sehari-hari, sehingga kita tidak lagi merasa perlu menyusun langkahlangkah tertentu secara sengaja ketika akan berkomunikasi. Secara sederhana proses komunikasi digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan. Berikut ini merupakan proses komunikasi yang terdiri dari enam langkah: 1) Keinginan berkomunikasi. Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain. 2) Encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya. 3) Pengiriman pesan. Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon, SMS, surat, ataupun secara tatap muka. 4) Penerimaan pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan kemudian dapat dipahami meskipun dalam bentuk kode atau isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh komunikator. 5) Decoding oleh komunikan. Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macammacam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbolsimbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. 27 6) Umpan balik. Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini, seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi.5 4. Asas-asas Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal melibatkan sekurang-kurangnya dua orang. Satu orang berperan sebagai pengirim informasi, dan seorang lainnya sebagai penerima. Secara teoritis, kelancaran komunikasi ditentukan oleh peran kedua orang tersebut dalam memformulasikan dan memahami pesan. Berikut ini dikemukakan lima asas komunikasi interpersonal: 1) Komunikasi berlangsung antara pikiran seseorang dengan pikiran orang lain. Komunikasi interpersonal melibatkan sekurangnya dua orang, dan masing-masing memiliki keunikan jalan pikiran. Dalam hal memformulasikan maupun menerima pesan, sangat dipengaruhi oleh jalan pikiran orang yang bersangkutan. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, maka dipersyaratkan di anatara orang-orang yang terlibat komunikasi tersebut memiliki pengalaman bersama dalam memahami pesan. 2) Orang hanya bisa mengenai sesuatu hal dengan menghubungkannya pada suatu hal lain yang telah dimengerti. Artinya ketika memahami suatu informasi, seseorang akan menghubungkannya pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimengerti. 5 Ibid., hlm. 10-11. dengan 28 3) Setiap orang berkomunikasi tentu mempunyai tujuan. Komunikasi interpersonal bukanlah keadaan yang pasif, melainkan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi itu mulai dari sekedar ingin menyapa atau sekedar basa-basi untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain, menyampaikan informasi, sekedar untuk menjaga hubungan, sampai kepada keinginan mengubah sikap dan perilaku orang lain. 4) Orang yang telah melakukan komunikasi mempunyai suatu kewajiban untuk meyakinkan dirinya bahwa ia memahami makna pesan yang akan disampaikan itu. Dalam hal ini proses encoding memiliki arti sangat penting. 5) Orang yang tidak memahami makna informasi yang diterima, memiliki kewajiban untuk meminta penjelasan agar tidak terjadi bias komunikasi. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya mis-komunikasi, diperlukan kesediaan masing-masing pihak yang berkomunikasi untuk meminta klarifikasi sekiranya tidak memahami arti pesan yang diterimanya.6 5. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal Berikut ini merupakan ciri-ciri komunikasi interpersonal: 1) Arus pesan dua arah Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan. Komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat, 6 Ibid., hlm. 13-14. 29 komunikator dapat berubah perab sebagai penerima maupun sebaliknya. 2) Suasana nonformal Komunikasi interpersonal yang terjalin biasanya berlangsung dalam suasana nonformal dan pendekatan pribadi. 3) Umpan balik segera Karena komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. 4) Peserta komunikasi berada dalam jarak dekat Jarak dekat yang dimaksud yaitu fisik (peserta komunikasi saling bertatap muka dalam satu lokasi) maupun psikologis (menunjukkan hubungan keintiman antar-individu). 5) Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat, sesuai tujuan komunikasi.7 6. Keberhasilan Komunikasi Interpersonal Untuk menciptakan keberhasilan komunikasi interpersonal, perlu dikembangkan sikap-sikap positif sebagai berikut : 7 Ibid., hlm. 14-16. 30 1) Membuka pintu komunikasi, misalnya dengan cara lambaian tangan, senyum yang tulus dan simpatik, mengucapkan kata sapaan, mengajak berjabat tangan, menanyakan keadaan, meminta maaf dan permisi, dan mengucapkan terima kasih. 2) Sopan dan ramah dalam berkomunikasi tidak hanya dalam berbicara, tetapi juga dalam berpenampilan. 3) Jangan sungkan meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Dengan begitu kita menaruh rasa hormat pada orang yang diajak berbicara, dan pada gilirannya kita akan dihormati pula. 4) Penuh perhatian. Hal ini dapat diketahui dari seberapa jauh komunikator mengethaui karakteristik komunikan atau seberapa jauh wali kelas menghafal nama-nama siswa, apa yang disukai atau tidak, dan lain-lain. 5) Bertindak jujur dan adil. Hal ini akan mengantarkan komunikator pada keprofesionalan karena kejujuran merupakan prinsip professional yang penting.8 Menurut Devito, lima sikap positif yang harus dipersiapkan dalam komunikasi interpersonal yaitu: 1) Keterbukaan (openness) merupakan sikap bisa menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain tersebut, sehingga ada ketersediaan membuka diri untuk mengungkapkan informasi. Dalam proses komunikasi interpersonal, 8 Ibid., hlm. 23-24. 31 keterbukaan menjadi salah satu sikap yang positif. Dengan keterbukaan, maka komunikasi interpersonal akan berlangsug secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi. 2) Empati (empathy) merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka. 3) Sikap Mendukung (supportiveness) merupakan hubungan interpesonal yang efektif anatara guru dan siswa, memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. 4) Sikap Positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komuikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjadinya kerjasama. 5) Kesetaraan (equality) berarti harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan.9 9 Ibid., hlm. 82-84. 32 7. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Ada beberapa aspek penting pendukung keberhasilan komunikasi interpersonal, yaitu: a. Rasa Percaya Dengan adanya rasa percaya ini menjadikan orang lain terbuka dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap individu, sehingga akan terjalin hubungan yang akrab dan berlangsung secara mendalam. b. Sikap Suportif Yang akan tampak dalam sikap ini adalah sebagai berikut: 1) Deskripsi, artinya penyampaian pesan dan persepsi tanpa nilai. 2) Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. 3) Spontanitas, yaitu sikap jujur dan tidak mau menyelimuti motif yang terpendam. 4) Empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. 5) Persamaan adalah sikap yang menganggap sama derajatnya, menghargai dan menghormati perbedaan pandangan dan keyakinan yang ada. 6) Profesionalisme, adalah kesediaan untuk pendapatnya dan bersedia mengakui kesalahan. meninjau kembali 33 c. Sikap Terbuka Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam berkomunikasi yang efektif. Adapun karakteristik orang terbuka, sebagai berikut: 1) Menilai pesan secara objektif 2) Berorientasi pada isi 3) Mencari informasi dari berbagai sumber 4) Lebih bersifat profesional dan bersedia merubah kepercayaan 5) Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan10 8. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mendukung atau menghambat keberhasilan komunikasi interpersonal tersebut. Faktor pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal diuraikan sebagai berikut: 1) Faktor pendukung Ada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan komunikasi adalah sebagai berikut: a) Komunikator memiliki kredibilitas/kewibawaan yang tinggi, daya tarik fisik maupun nonfisik yang mengundang simpati, cerdas dalam menganalisis suatu kondisi, memiliki integritas/keterpaduan antara ucapan dan tindakan, dapat dipercaya, mampu mengendalikan 10 Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, Komunikasi AntarPribadi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 16-17. 34 emosi, memahami kondisi psikologis komunikan, bersikap supel, ramah, dan tegas. b) Komunikan memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kecerdasan menerima dan mencerna pesan, dan pandai bergaul, memahami dengan siapa ia berbicara, bersikap sahabat dan hormat dengan komunikator. c) Pesan komunikasi dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, disampaikan secara jelas sesuai kondisi dan situasi. d) Komunikator harus mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana dia berbicara.11 2) Faktor Penghambat Faktor-faktor yang dapat menghambat komunikasi adalah sebagai berikut: a) Komunikator-komunikator gagap (hambatan biologis), komunikator tidak kredibel/tidak berwibawa dan kurang memahami karakteristik komunikan (tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan lain-lain) atau komunikator yang gugup (hambatan psikologis), perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki (hambatan gender). b) Komunikan yang mengalami gangguan pendengaran (hambatan biologis), komunikan yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan (hambatan psikologis). 11 Suranto Aw, Op. Cit., hlm. 15-16. 35 c) Komunikator dan komunikan kurang memahami latar belakang sosial budaya yang berlaku sehingga dapat melahirkan perbedaan persepsi. d) Komunikator dan komunikan saling berprasangka buruk yang dapat mendorong ke arah sikap apatis dan penolakan. e) Komunikasi berjalan satu arah dari komunikator ke komunikan secara terus menerus sehingga komunikan tidak memiliki kesempatan meminta penjelasan. f) Komunikasi hanya berupa penjelasan verbal/kata-kata sehingga membosankan. g) Tidak digunakannya media yang tepat atau terdapat masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telephone, power point, dan lain sebagainya). h) Perbedaan bahasa sehingga menyebabkan perbedaan penafsiran pada simbol-simbol tertentu.12 B. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian guru PAI Guru merupakan orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas. Guru berarti orang yang berkerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut 12 Ibid., hlm. 17-18. 36 bertanggungjawab dalam membentuk anak didik mencapai kedewasaan masing-masing.13 Menurut Claife, guru adalah pemegang hak otoritas atau cabangcabang ilmu pengetahuan dengan pendidikan. Walaupun begitu guru tidak hanya memuaskan ilmu pengetahuan pada siswa, tetapi juga melatih ketrampilan dan menanamkan sikap serta nilai pada siswa.14 Sehubungan hal di atas, maka yang dimaksud guru Pendidikan Agama Islam adalah seorang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam dan juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.15 Sedangkan di dalam litelatur pendidikan agama Islam, seorang guru pendidikan agama Islam disebut sebagai ustadz, muallim, murabby, mursyid, mudarris, dan muaddib. Kata “ustadz” biasanya digunakan untuk memanggil seorang profesor, ini mengandung makna bahwa seorang guru PAI adalah orang yang dituntut untuk selalu berkomitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ilmu-ilmu keislaman. Kata “muallim” berasal dari kata „ilm yang berarti menangkap hakekat sesuatu. Dalam setiap „ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi amaliyah. Ini mengandung makna bahwa seorang guru pendidikan agama Islam adalah orang yang dituntut untuk mampu memperjelas 13 Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul (Ar-Ruzz: Media Group), hlm. 142. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Rosda Karya, 20015), hlm. 252. 15 Ibid., hlm. 252. 14 37 hakekat ilmu pengetahuan yang diajarkannya serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya dan berusaha membangkitkan peserta didik untuk mengamalkannya. Kata “murabby” berasal dari kata “rabb” yang berarti menciptakan, memelihara dan mengatur. Kata ini mengandung makna bahwa guru pendidikan agama Islam adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya masyarakat, dan alam sekitarnya.16 Kata “mursyid” berasal dari kata “arsayada-yursyidu-irsyadan-wa mursyadan-fahuwa mursyidun” yang berarti mencapai kedewasaan. Dalam konteks pendidikan mengandung makna bahwa guru pendidikan agama Islam adalah orang yang dijadikan model atau sentral identifikasi diri, yakni pusat anutan dan teladan bahwa konsultan bagi peserta didiknya.17 Kata “muaddib” berasal dari kata adab yang berarti moral, etika, dan adab atau kemajuan. Guru dalam konteks ini adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.18 Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, bahwa guru pendidikan agama Islam merupakan guru agama disamping melaksanakan tugas 16 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 209. 17 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 37. Muhaimin, Op. Cit., hlm. 213. 18 38 pengajaran yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian dan pembinaan akhlak, juga menumbuhka dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik.19 Dari beberapa literatur di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya guru pendidikan agama Islam adalah orang yang secara sadar melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam serta bertanggungjawab atas ilmu yang telah diamalkannya baik pada peserta didiknya, pada masyarakat, pada diri sendiri serta pada Allah SWT kelak. 2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Berikut adalah peran yang diharapkan dari seorang guru: 1) Korektor Sebagai korektor guru harus bisa memberdakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. 2) Inspirator Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah 19 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhana, 1995), hlm. 99. 39 utama anak didik. Guru harus dapat memberi petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. 3) Informator Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan ilmu dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah dipergunakan dalam kurikulum. 4) Organisator Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalm bidang ini guru memiliki kegiatan pengetahuan, kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya. 5) Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun disekolah. 6) Fasilitator Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak. Misalnya 40 menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, sehingga interaksi belajar mengajar dapat berlangsung efektif.20 3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai guru agama maka ia diberikan kewenangan dalam menjalankan tugasnya. Tugas guru agama sebenarnya sama saja dengan guru umum hanya dalam aspek-aspek tertentu ada perbedaan terutama yang erat kaitannya dengan misinya sebagai guru pada umumnya. Diantara tugas-tugas guru agama adalah sebagai berikut: 1) Sebagai pembimbing, guru agama harus membawa peserta didik ke arah kedewasaan berpikir yang kreatif dan inovatif. 2) Sebagai penghubung, anatara sekolah dan masyarakat, setelah peserta didik tamat belajar di suatu sekolah, guru agama harus membantu agar aluminya mampu mengabdikan dirinya dalam lingkungan masyarakat. 3) Sebagai penegak disiplin, guru agama harus menjadi contoh dalam melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah. 4) Sebagai suatu profesi, seorang guru agama harus bekerja profesional dan menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai amanah dari Allah SWT. 5) Sebagai motivator, guru agama harus dapat memberikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam belajar. 6) Sebagai organisator, guru agama harus dapat mengorganisir kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. 20 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm 43. 41 7) Sebagai manusia sumber, maka guru agama harus menjadi sumber nilai keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik terutama dalam aspek keagamaan.21 4. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks, menjadi guru PAI harus memenuhi beberapa persyaratan di bawah ini: 1) Taqwa kepada Allah SWT Guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertaqwa kepada Allah SWT, jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah Saw menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pula ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. 2) Berilmu Ijazah bukan semata-mata selembar kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Guru pun harus punya ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, dimana pengetahuan itu nantinya dapat diajarkan kepada anak didiknya. Makin tinggi pendidikan atau 21 55. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 42 ilmu yang guru punya, maka makin baik dan tinggi pula tingkat keberhasilan dalam memberi pelajaran. 3) Sehat Jasmani Kesehatan jasmani kerap kali dijadiakan salah satu syarat bagi mereka yang melamar menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umapamanya sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Di samping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar. 4) Berkelakuan Baik Budi pekerti guru penting dalm pendidikan untuk anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak bersifat meniru. Di antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Dianatara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru yang lain dan masyarakat.22 Sedangkan menurut Ramayulis untuk menjadi guru PAI ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki, yaitu: 22 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 32-34. 43 1) Syarat Fisik Persyaratan fisik ini anatara lain, emliputi berbadan sehat tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit menular, seorang guru yang berpenyakit menular akan membahayakan peserta didiknya dan membawa akibat yang tidak baik dalam tugasnya sebagai guru. 2) Syarat Psikis Syarat psikis yang harus dimiliki oleh seorang seorang pendidik adalah sehat rohani, dewasa dalam berpikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, rumah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani tanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian. 3) Syarat Keagamaan Seorang pendidik harus seorang yang beragama dan mengamalkan ajaran agamanya. Bahkan lebih jauh dikatakan pendidik harus menjadi sumber norma dari segala norma agama yang dianutnya. Dengan kata lain seorang pendidik harus sebisa mungkin menjauhi diri dari sifat tercela dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji. 4) Syarat Teknis Pendidik juga harus memenuhi syarat teknis, yang dimaksudkan dengan syarat teknis disini yaitu seorang pendidik harus memiliki ijazah pendidikan guru seperti ijazah Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah kependidikan atau keguruan lainnya. 44 Dengan kata lain seorang dari pendidikan kependidikan, dan juga harus disesuaikan antara tingkatan ijazah yang ia miliki dengan jenjang tempat ia bekerja atau mengajar. 5) Syarat Pedagogis Pendidik juga harus memenuhi syarat pedagogis, maksudnya seorang pendidik harus menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang ada hubungannya dengan ilmu yang di ajarkan kepada peserta didik. Dan juga ilmu lainnya yang relevan dengan bidang spesialisasinya seperti psikologi pendidikan, psikologi perkembangan dan lain sebagainya.23 C. Motivasi Belajar Proses belajar mengajar di kelas selalu menuntut adanya motivasi dalam diri setiap siswa. Karena perilaku atau kegiatan setiap siswa selalu terarah terhadap sesuatu dan didorong oleh suatu kekuatan atau motivasi untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan, dalam proses belajar mengajar motivasi sangat diperlukan, sebab motivasi merupakan faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran. 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata Latin movere yang kemudian bergerak menjadi motion yang artinya dorongan untuk bergerak. Motivasi merupakan kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita 23 Ramayulis, Op. Cit.,hlm. 51-52. 45 untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.24 Motivasi juga dapat didefinisikan sebagai kesiapan khusus dari individu untuk melakukan serangkaian perilaku yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran.25 Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.26 Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yag tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Seorang peserta didik dapat belajar karena di dorong oleh kekuatan mentalnya berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Para ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa kekuatan mental tersebutlah yang mendorong terjadinya belajar sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang 24 Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (edisi terjemahan oleh Sudarsono, dkk) (Jakarta: CV Rajawali, 1991), hlm. 214. 25 Riswandi, Psikologi Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 97. 26 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Cet. Ke-4 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 23. 46 menggerakkan dan mengarahkan perilku manusia termasuk perilaku belajar.27 2. Tujuan Motivasi Belajar Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi belajar adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemaunannya untuk belajar memahami sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu. Bagi seseorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu anak didiknya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapan dan dtetapkan dalam kurikulum. Tindakan memotivasi akan lebih berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh orang yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.28 3. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi menjadi energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang tampak pada kejiwaan, perasaan, dan juga emosi sehingga mendorong individu untuk bertindak dan melakukan 27 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Cet ke-1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 80. 28 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 72. 47 sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan ataupun keinginan yang harus terpuaskan. Dengan demikian fungsi motivasi adalah sebagai berikut: 1) Mendorong siswa untuk berbuat baik dan bertindak. Motivasi ini berfungsi sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi kepada siswa untuk melakukan setiap kegiatan belajar yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini motivasi menentukan arah dan kegiatan belajar yang harus dikerjakan sesuai tujuan belajar yang akan dicapai. 3) Menyeleksikan perbuatan, artinya motivasi menentukan perbuatanperbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.29 4. Macam-Macam Motivasi Belajar Menurut Hanabiah dan Cucu Suhana, mengklasifikasikan macmmacam motivasi terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Motivasi instrinsik Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari peserta itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awarenes) dari lubuk hati yang paling dalam. Bila anak didik sudah memiliki motivasi ini maka ia akan sadar melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi 29 Ibid., hlm. 70-71. 48 dari luar dirinya.30 Dalam aktivitas belajar motivasi ini sangat diperlukan terutama belajar sendiri atau secara mandiri. 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang datangnya disebabkan oleh faktor-faktor diluar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antara peserta didik, hukuman dan lain sebagainya. Dalam perilaku belajar, penguatan motivasi belajar berada ditagan para guru dan anggota masyarakat. Guru hanya sebagai pendidik yang bertugas memotivasi belajar selama siswa menempuh pendidikan di sekolah, orang tua yang memperkuat motivasi belajar anak sepanjang hayatnya. Kaitannya dengan motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal-hal yang dipelajarinya. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar.31 Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar dengan memanfaatkan motivasi instrinsik dalam berbagai bentuknya. 30 Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Cet ke-3 (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hlm. 26. 31 Haryu Islamudin, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke-1 (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 262. 49 5. Ciri-Ciri Motivasi Belajar Sardirman AM, mengemukakan tentang ciri anak yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (konsentrasi dalam bekerja dan tidak akan berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan dan tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah pada orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik dan keadilan). 4) Cepat bosan pada tugas-tugas yang bersifat rutin. 5) Dapat mempertahankan pendapatnya apabila merasa yakin terhadap sesuatu. 6) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 7) Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.32 6. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Beberapa hal yang harus diperhatikan guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: 1) Dalam kegiatan rutin kelas, guru perlu menghindari hal yang monoton dam membosankan. 2) Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasikan harapan siswa yang kurang (tidak realistis). 32 Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. Ke 19 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 83. 50 3) Guru perlu memberikan intensif berupa nilai harian atau pujian, dan sebagainya. 4) Guru harus membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan kegiatan untuk eksplorasi. 5) Sekali-kali guru dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menyuruh siswa untuk membuat soal ulangan. 6) Agar mata pelajaran lebih mudah dipahami siswa, pergunakanlah materi yang sudah dikenal siswa, sebagai contoh penggunaan simulasi dan permainan yang dapat meningkatkan interaksi, perhatian, dan motivasi belajar siswa.33 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Setiap siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda. Hal ini didasari oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya sebagai berikut: 1) Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, faktor yang berasal dari dalam individu tersebut terdiri atas beberapa hal, diantaranya : a) Adanya kebutuhan Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan dalam pemenuhannya pun antara satu orang dengan orang lainnya sangatlah berbeda. 33 Jurnadi T, dkk, Bimbingan dan Konseling Sekolah (Semarang: Ikip Semarang Press, 1989), hlm. 195. 51 Ketika keluarga memberikan motivasi kepada anak haruslah diawali dengan berusaha dahulu untuk mengetahui apa kebutuhankebutuhan anak yang akan dimotivasi. Sehingga motivasi yang diberikan kepada anak akan tepat sasaran. Begitupun bagi seorang pendidik yang mengidentifikasi kebutuhan anak didiknya di dalam kelas, bagaimana belajarnya, bahkan bagaimana keaktifannya pun harus dimengerti. b) Persepsi individu mengenal diri sendiri Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak atau tidaknya bergantung pada proses kognitif berupa persepsi. c) Harga diri dan prestasi Faktor inilah yang mendorong atau mengarahkan individu untuk berusaha menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan memperoleh kebebasan serta dapat mendorong individu untuk berprestasi. d) Adaya cita-cita dan harapan masa depan Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil untuk belajar. Keberhasilan mencapai hal tersebut menumbuhkan kemauan untuk giat bahkan dikemudian harus menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan. Cita-cita merupakan Kebutuhan-kebutuhan itu pusat akan bermacam-macam direalisasikan kebutuhan. dan mampu 52 memberikan energi kepada anak untuk melakuka sesuatu aktivitas belajar. Dengan cita-cita anak dapat meraih apa saja yang diinginkan. e) Keinginan tentang kemajuan dirinya Keinginan tentang keinginan diri dalam anak didik menjadi salah satu kebutuhan bagi setiap individu. Seorang anak didik yang rajin belajar dirinya memiliki keinginan untuk maju, jalan fikirannya tidak sebatas statis dan pasrah menerima apa yang disampaikan oleh guru. Rasa keingin tahunya membuat dirinya termotivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih maju. f) Minat Minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar mengajar akan berjalan kalau disertai dengan minat.34 2) Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan dan membangkitkan anak agar termotivasi dalm belajarnya, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Pemberian hadiah Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya sebagai pendidik represif positif. Dari pemberian hadiah ini sebagai salah satu alat untuk mendorong siswa aktif belajar. 34 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Cet. Ke-2 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 311-314. 53 b) Kompetisi Kompetisi atau yang dikenal dengan saingan dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar anak. c) Pujian Apabila anak berhasil dalam pembelajaran, maka pihak keluarga ataupun pihak guru hendaknya memberikan pujian kepada anak. Positifnya pujian adalah menjadi jembatan bagi anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya. d) Situasi lingkungan pada umumnya Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas dari kondisi atau situasi lingkungan yang ia tinggali. Sama halnya dengan situasi yang dirasakan oleh anak-anak, ketika lingkungannya nyaman, harmonis dan mendukung anak untuk berprestasi, maka motivasi belajar akan terus ada dalam diri anak. e) Sistem imbalan yang diterima Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar.35 35 Ibid., hlm. 314.