Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 121-125 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU PENGARUH TAKARAN MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) Effects of Mulches on The Growth and Yield of Mustard (Brassica juncea L.) 1) 2) Oleh: Samiati1), Andi Bahrun2*), dan La Ode Safuan2) Alumni Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu Dosen Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu *) Alamat surat-menyurat: [email protected] ABSTRACT. The aim of this research was to studi the effect of various doses of rice straw mulch on the growth and yield of mustard. The research and carried out in screen house at Pentiro village, Napabalano District, Muna Regency, Southeast Sulawesi Province, held for tree month, from May to July 2011. The research was arranged base on randomized block design (RBD) consisting of three levels, i.e. without mulch, straw rice mulch5 t ha-1 of rice straw mulch or equals to 45 g polybag-1 and 10 t ha-1 rice straw mulch or equals to 90 g polybag-1. Variable observed were plants height (cm), number of leaf (strands), leaf area (cm2), fresh plant weight, weight of fresh root, plants dry weight, root dry weight, and environmental components i.e. soil moisture, and soil temperature.All data were analyzed based on Analysis of Variance (ANOVA) at 95% confidence level. In significant defferent, followed by Honestly Significant Different (HSD) test at 95% confidence level. The result of research showed that the treatment rice straw mulch gave highly significant difference to all variable recorder, such as plant height, number of leaf, leaf area, fresh plant weight, weight of fresh root, plants dry weight, root dry weight, and yield. The rice straw mulch of 10 t ha-1 gave the highest average fresh weight of plants amounted to 178.33 g plant -1 or equals to 12.48 t ha-1. Key words: watering interval, rice straw mulch, growth, production, mustard ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh takaran mulsa jerami padi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi sawi. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik di desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna yang berlangsung pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2011. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 3 (tiga) taraf yaitu tanpa mulsa jerami padi, mulsa jerami padi 45 g polybag-1 atau 5 t ha-1 dan mulsa jerami padi 90 g polybag-1 atau 10 t ha-1. Variabel yang diamati terdiri atas tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), bobot segar tanaman segar, bobot segar akar , bobot kering tanaman, bobot kering akar dan komponen lingkungan yang terdiri atas kadar air tanah dan suhu tanah. Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 % akan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan takaran mulsa jerami berpengaruh terhadap semua variabel yang diamati (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat segar akar, berat kering tanaman, berat kering akar dan produksi). Takaran mulsa jerami 10 t ha-1 memberikan produksi rata-rata berat segar 178,33 g tanaman-1 atau 12,48 t ha-1. Kata-kata kunci: interval pemberian water, mulch, growth, production, mustard PENDAHULUAN Sawi merupakan salah satu komoditas sayuran yang termasuk banyak penggemarnya, mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Sayuran sawi dapat dikonsumsi, baik setelah diolah maupun sebagai lalapan. Tanaman sawi merupakan sayuran penting karena mempunyai rasa yang enak dan banyak mengandung vitamin dan mineral. Berdasarkan data statistik pertanian bahwa luas panen tanaman sawi di Sulawesi Tenggara mencapai 136,6 ha dan rata-rata pro-1 duksinya baru mencapai 0,585 t ha . Produksi tersebut jauh lebih rendah dibanding dengan -1 produksi nasional yang mencapai 8–10 t ha (BPS, 2007). Rendahnya hasil tanaman sawi di Sulawesi Tenggara disebabkan tingkat kesuburan tanah rendah dengan cekaman air karena budidaya sawi dilakukan di lahan kering pada musim kemarau. Usaha pemanfaatan lahan kering di Sulawesi Tenggara khususnya di kabupaten Muna membutuhkan teknologi budidaya yang spesifik karena keterbatasan air akibat curah hujan yang 121 Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 121-125 rendah dengan fluktuasi yang tinggi. Partoharajo et al. (1993), curah hujan yang rendah dan umumnya bersifat eratik merupakan kendala utama bagi pengembangan tanaman pangan dilahan kering. Kendala utama pertanian di lahan kering adalah ketersediaan air yang sangat terbatas. Air bagi tanaman merupakan sumber daya yang penting karena hampir semua proses fisika, kimia dan biologi di dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tidak akan dapat berlangsung secara optimal tanpa ketersediaan air yang memadai. Budidaya sawi di lahan kering pada musim kemarau dengan evaporasi yang tinnggi akan mengakibatkan tanaman sawi kekurangan air. Purwowidodo (1983) untuk mengendalikan penguapan air maka penggunaan mulsa merupakan bahan yang potensial untuk mempertahankan suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Pemberian mulsa jerami di atas permukaan tanah dapat mengurangi evaporasi serta menjaga kestabilan suhu dan kelembaban tanah. Selain dapat mengurangi kehilangan air dan menurunkan suhu, jerami juga dapat mempertahankan kondisi di sekitar tanaman sehingga kelembaban tanah lebih tinggi (Mayun, 2007). -1 Pemberian mulsa jerami sebanyak 5 t ha dapat meningkatkan berat segar, produksi dan hasil tanaman selada (Sulakhudin at al., 2008). Pada tanaman vanili pemberian mulsa berpengaruh terhadap jumlah daun, panjang sulur, jumlah ruas dan bobot basah buah (Syakier et al., 1994). Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh takaran mulsa jerami padi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi sawi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik di desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 70 m di atas permukaan laut dengan koordinat 4˚C 15’LS -4˚C30’ serta 122˚C 15BT-123˚C 00’ BT. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2011. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi putih, pupuk kandang sapi, jerami padi, polybag, bambu yang digunakan untuk pembuatan rumah plastik, dan plastik transparan yang digunakan sebagai atap rumah plastik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk percobaan di lapangan, terdiri Samiati et al., 2012. Pengaruh Takaran Mulsa ………………………… ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU dari alat ukur suhu (termometer), pengukur kadar air tanah (soil moisture meter), parang, sabit, cangkul, ember, gayung, gelas ukur, timbangan digital, sprayer, mistar, pisau, meter rol, dan tali rafia, kamera sebagai alat dokumentasi kegiatan selama penelitian dan alat tulis. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 3 (tiga) taraf yaitu tanpa mulsa jerami padi (M0), mulsa -1 -1 jerami padi 45 g polybag atau 5 t ha (M1) dan -1 -1 mulsa jerami padi 90 g polybag atau 10 t ha (M2). Medium tanaman yang digunakan adalah tanah lapisan topsoil. Tanah bahan medium tanam dikeringudarakan selama satu minggu untuk menghilangkan zat-zat beracun dan membunuh mikroorganisme patogen di dalam tanah. Setelah kering udara tanah diayak dengan ayakan 2 mm dicampur hingga homogen lalu ditimbang seberat 18 kg tanah (setara dengan 16,2 kg tanah kering udara) lalu dicampur dengan pupuk kandang seberat 90 g pupuk kandang setara 10 t -1 ha . Benih disemaikan di bak persemaian dengan menggunakan medium tanah dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Jarak tanam pada pesemaian adalah 5 x 5 cm. Penanaman sawi dilakukan setelah tanaman memiliki 4 helai daun. Setiap polybag ditanami satu bibit sawi, yang ditanam secara tegak dan di bagian pangkal bibit tanahnya dipadatkan agar perakarannya dapat kontak langsung dengan tanah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sapi sapi diberikan bersamaan persiapan medium tanam dengan perbandingan 18 kg tanah (setara dengan 16,2 kg tanah kering udara) lalu dicampur dengan pupuk kandang seberat 90 -1 g pupuk kandang setara 10 t ha . Sebelum aplikasi, mulsa dikeringanginkan selama 1 minggu, kemudian dipotong-potong sepanjang 10 cm. Pemberian mulsa dilakukan setelah bibit dipindahkan di polybag. Mulsa disebar merata di permukaan tanah dalam polybag dengan takaran sesuai dengan perlakuan masingmasing. Komponen yang diamati dalam penelitian ini tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), 2 luas daun (cm ) dilakukan pada umur 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam dihitung dengan menggunakan persamaan. Sitompul et al. (1995) luas 2 daun (cm ) diukur panjang dan lebar maksimum daun yang telah membuka sempurna dihitung dengan menggunakan rumus: P x L x Konstanta luas daun. Rumus konstanta luas daun: 122 Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 121-125 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU -1 t ha . Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berpengaruh dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. C x. A K B P.x.L dengan: K = konstanta luas daun tanaman; C = Bobot garis tengah kertas; B = Berat kertas contoh, A = Luas kertas contoh; P = Panjang maksimum daun tanaman, dan L = Lebar maksimum daun tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah: bobot segar tanaman, bobot segar akar, bobot kering, bobot kering akar dan produksi sawi yaitu total produksi yang dikonversi dalam Hasil pertumbuhan dan produksi sawi menurut takaran mulsa dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Hasil Pengamatan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun menurut takaran mulsa Tinggi tanaman (MST) Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST a a a a 14,67 M1 14,10 M0 13,79 17,46 19,91 21,33 BNJ 0,21 0,27 0,19 0,52 b c b 17,92 c Luas Daun (cm ) 4 MST 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 1 MST M2 18,58 2 Jumlah daun (helai) 21,76 b 20,78 c 24,60 b 23,62 a a 5,98 a 8,31 a 5,98 a 8,31 a a 5,98 a 8,31 a a 5,98 a 8,31 a a 10,98 10,98 10,98 10,98 0,18 0,13 0,17 0,28 2 MST a 242,37 107,27 b 239,20 c 121,18 95,89 3,23 3 MST a 240,30 a 292,08 204.03 b 6,69 4 MST a 466,99 a b 400,58 236,15 c 353,16 13,00 16,99 b c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf nyata 0,05 Hasil uji BNJ pada taraf nyata 0,05 (Tabel 1), pengaruh takaran mulsa terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman sawi pada umur 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa rata-rata tanaman tertinggi, jumlah daun yang terbanyak dan luas daun yang terluas diperoleh pada perlakuan yang diberi mulsa jerami -1 10 t ha (M2) dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa mulsa (M0) dan yang diberikan mulsa jerami -1 5 t ha (M1). Tabel 2. Rata-rata berat segar tanaman, berat segar akar, berat kerig tanaman, berat kering akar dan produksi menurut takaran mulsa Variabel yang diamati Berat segar tanaman Takaran Mulsa M0 M1 M2 a 130,55 BNJ 0,05 b 157,78 a c 178,33 b c Berat segar akar 7,38 Berat kering tanaman 33,04 44,29 45,18 a b c 9,94 12,44 a Berat kering akar 4,00 Produksi 9,13 b 5,51 a c 6,52 b 11,05 c 12.88 7,20 0,49 1,77 0,24 0,57 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf nyata 0,05 Samiati et al., 2012. Pengaruh Takaran Mulsa ………………………… Tabel 2 menujukkan bahwa rata-rata berat segar tanaman, berat segar akar, berat kering tanaman, berat kering akar dan produksi tanaman sawi yang tertinggi diperoleh pada perlakuan M2 dan berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan takaran mulsa -1 jerami sebanyak 10 t ha berbeda nyata dengan -1 takaran mulsa 5 t ha maupun tanpa mulsa. Pengaruh baik pemberian mulsa terhadap pertumbuhan tinggi tanaman diduga karena adanya mulsa dapat mengeliminir fluktuasi suhu tanah dan meningkatkan daya simpan air tanah sehingga mendukung pertumbuhan awal tanaman. Sukirno (1993), mengemukakan bahwa mulsa mempengaruhi iklim mikro melalui penerusan dan pemantulan cahaya matahari, suhu dan kelembaban di bawah dan di atas mulsa serta kadar lengas tanah sehingga laju asimilasi netto dan laju pertumbuhan tanaman yang menggunakan mulsa lebih baik dibanding tanpa mulsa. Berdasarkan hasil analisis statistik pada -1 perlakuan takaran mulsa jerami sebanyak 10 t ha memberikan perbedaan nyata dengan takaran -1 mulsa 5 t ha maupun tanpa mulsa terhadap berat 123 Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 121-125 segar tanaman dan berat segar akar. Pemberian mulsa pada permukaan tanah dapat meningkatkan porositas tanah dan dapat mempermudah penyerapan air kedalam tanah sehingga meningkatkan daya simpan air tanah. Pemberian mulsa juga dapat memberi pengaruh terhadap kelembaban tanah sehingga tercipta kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Gardner et al. (1991) nutrisi mineral dan ketersediaan air mempengaruhi pertumbuhan ruas pada organ vegetatif. Hasil analisis terhadap berat kering tajuk dan berat kering akar (Tabel 2) perlakuan takaran -1 mulsa jerami sebanyak 10 t ha memberikan -1 perbedaan nyata dengan takaran mulsa 5 t ha dan tanpa mulsa terhadap berat kering tanaman dan berat kering akar. Peningkatan total bahan kering dapat dicapai dengan mengoptimumkan indeks luas daun dan banyaknya fotosintesis tiap satuan luas daun (Lakitan, 1996 dalam Nurhadi dan Sudadi, 2003). Tabel 2 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata, dimana pada perlakuan takaran -1 mulsa jerami sebanyak 10 t ha dapat meningkatkan hasil tanaman sawi per hektar sebanyak 68,56% daripada hasil sawi yang tidak diberi mulsa. Produksi biomassa dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, dan kandungan air. Apabila faktor lingkungan kondusif untuk pertumbuhan tanaman, maka fotosintat yang dihasilkan juga meningkat sehingga alokasi biomassa ke bagian yang dipanen juga relatif lebih besar. Perlakuan tanpa mulsa menyebabkan perubahan kandungan air tanah cukup besar, sehingga terjadi devisit air yang menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Slatyer (1969) dalam Syaifuddin dan Pranowo, (2007) bahwa cekaman air akan menyebabkan suhu daun meningkat, stomata menutup, dan sebagai akibatnya respirasi meningkat yang dapat mengurangi hasil asimilasi netto. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut: (1) Takaran mulsa jerami berpengaruh terhadap semua variabel yang diamati (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat segar akar, berat kering tanaman, berat kering akar dan produksi), dan (2) -1 Takaran mulsa jerami 10 t ha memberikan produksi rata-rata berat segar sebesar 178,33 g -1 -1 tanaman atau 12,48 t ha . DAFTAR PUSTAKA Ansi, A., 2010. Pengaruh Pupuk Cair Organik dan Mulsa terhadap Lengas Tanah dan Produksi Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Tesis Program Pascasarjana Unhalu Kendari. Samiati et al., 2012. Pengaruh Takaran Mulsa ………………………… ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Bahrun, A., Jensen, C.R., dan Megensen, V.O. 2003. Water Stress Detection in Field Grown Maize (Zea mays L.) by Using Reflectance Vegetation Index. Comunication in Soil Science and Plant Analysis 34 (1 dan 2): 65 -79. Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L., Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hardian F.C., G.S.B. Valdes dan H.C. Lee, 2006. Mulsh Effects on Rainfall Interception, Soil Physical Characteristies and Temperature Under Zea mayl L. Soil & Tillage Research 91. P 227–235. Haryanto, H. dan Sucipto, 2003. Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Pupuk Organik terhadap Produksi Jagung. Jurnal Teknologi 2: 141–147. Hidayati dan Risdiyanto, 2001. Iklim Mikro. Hal. 1– 25 dalam Kumpulan Makalah Pelatihan Dosen-dosen Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur dalam Bidang Agroklimatologi, Bogor, 2–4 Juli 2001. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB. Bogor. Lamont, W.J., 1993. Plastic Mulches for The Production of Vegetable Crops. Hort Technology: 3 (1): 35-39. Nurhadi dan Sudadi, 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa terhadap Iklim Mikro pada Tanaman Cabai Merah pada Tanah Ultisol. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Mayun, I.D., 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Agritop. Sabaruddin, L., 2007. Respon Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) terhadap Pemberian Biokultur dan Frekwensi Penyiraman. Laporan Penelitian Program Pascasarjana Unhalu. Kendari Syaifuddin dan Pranowo. D., 2007. Pengaruh Interfal Pemberian Air dan Pemberian Mulsa terhadap Perumbuhan dan Pembungaan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Sarangi, W.C., 2008. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) terhadap Pemberian Pupuk Phospat dan Nerbagai Bahan Organik. Skripsi Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. 124 Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 121-125 Soares, B., 2002. Pengaruh Dosis Pupuk Kascing dan Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Putih (Allium sativum L.) Varietas Lokal Sanur. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Sulakhudin, Dja`far Shiddieq, Indah Kwartanti, dan Sri Trisnowati, 2008. Pengaruh Volume Air Penyiraman dan Takaran Mulsa Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada Keriting (Lactuca sativa L.) di lahan Pesisir. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 33 – 41. Samiati et al., 2012. Pengaruh Takaran Mulsa ………………………… ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Sulisbury, F.B. dan C.W. Ross, 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB Bandung. Sutejo dan Kartosaputro, 1987. Pupuk dan Pemupukan. Penerbit Aneka Cipta. Jakarta. 125