Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI ASAM BASA The Effect Of Learning Cycle 5e Model On Students’ Conceptual Understanding Of Acid Base Amalia Cahyarini, Sri Rahayu & Yahmin Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang 65145 Telp. (0341) 551312 E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan metode konvensional pada materi asam basa. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan eksperimental semu posttest only control group design. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XI MIA-4 (n = 32) yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan kelas XI MIA-6 (n = 32) yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Sampel dipilih dengan teknik sampling seadanya (convenience sampling). Instrumen tes terdiri dari 20 soal pilihan ganda yang telah teruji valid dan reliabel (r = 0,85). Data penelitian dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional (p = 0,032; Sig. ≤ 0,05). Penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E ( x = 83,75) lebih tinggi daripada penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional ( x = 77,66). Kata kunci: learning cycle 5E, penguasaan konsep, asam basa Abstract The aim of this study is to investigate the differences of students‘ conceptual understanding that learned using Learning Cycle 5E model and using conventional method in acid base concept. This study use quasy-experimental postest only control group design. The sample consists of two classes, which are class XI MIA-4 (n = 32) learned using Learning Cycle 5E model and class XI MIA-6 (n = 32) learned using conventional method. The sampling technique that is used in this study is convenience sampling. The test instrument consists of 20 valid and reliable (r = 0,85) multiple choice items. Data are analyzed using t-test. The result of this study shows that there are significant differences of conceptual understanding between students that learned using Learning Cycle 5E model and students that learned using conventional method (p = 0,032; Sig. ≤ 0,05). Students‘ conceptual understanding that learned using Learning Cycle 5E model ( x = 83,75) is higher than students that learned using conventional method ( x = 77,66). Keywords: learning cycle 5E, conceptual understanding, acid base concept 607 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENDAHULUAN Hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 menyatakan bahwa siswa Indonesia berada di peringkat ke-40 dari 42 negara dalam bidang sains (Martin dkk, 2012:40). Hal tersebut menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap konsep sains, termasuk kimia, masih tergolong rendah. Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang sifat-sifat zat, struktur zat, perubahan zat, hukum, prinsip, konsep, dan teori yang menjelaskan perubahan tersebut (Effendy, 2007:1). Lebih lanjut, Kean dan Middlecamp (1985:9) menyatakan bahwa ilmu kimia memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagian besar konsepnya bersifat abstrak, konsep-konsepnya merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, dan konsep-konsepnya saling berkaitan dan berurutan. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar siswa, termasuk siswa SMA, mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia (Polancos, 2012:19). Fakta ini didukung oleh pernyataan guru kimia yang menyatakan bahwa konsep kimia tidak mudah dipahami oleh siswa (Herron, 1996:107-118). Hasil observasi terhadap proses pembelajaran kimia di beberapa sekolah menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih menggunakan metode konvensional dalam membelajarkan siswa. Pada dasarnya metode konvensional bukanlah metode yang buruk. Namun, setiap materi kimia memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga diperlukan metode yang berbeda pula dalam membelajarkan materi tersebut kepada siswa. Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa adalah asam basa. Asam basa merupakan materi yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak. Selain itu, materi asam basa juga banyak melibatkan perhitungan matematis. Lebih lanjut, asam basa merupakan materi yang menjadi dasar untuk mempelajari materi yang lebih kompleks seperti titrasi asam basa, larutan penyangga, hidrolisis garam, serta materi lain yang berkaitan dengan materi asam basa. Oleh karena itu, asam basa menjadi konsep dasar yang penting dalam mempelajari kimia (Drechsler & Schmidt, 2005:20). Kesulitan siswa dalam memahami materi asam basa dapat dikurangi dengan melibatkan siswa secara aktif dalam mengkonstruksi konsep secara mandiri, salah satunya dengan menerapkan pendekatan inkuiri dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sadeh dan Zion (2009:1138), tujuan utama inkuiri adalah membimbing siswa untuk membangun pengetahuannya secara mandiri. Salah satu model pembelajaran berbasis inkuiri adalah Learning Cycle (Turkmen, 2006:73). Learning Cycle dikembangkan oleh Karplus dan Thier pada tahun 1967. Learning Cycle merupakan model pembelajaran dengan rangkaian tahap-tahap (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan cara berperanan aktif (Fajaroh & Dasna, 2007). Sesuai dengan teori Piaget, model pembelajaran ini mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat terjadi proses asimilasi, akomodasi, dan organisasi dalam struktur kognitif siswa (Dasna, 2005:69). Selain itu, keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan memudahkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, mengaitkan konsep baru dengan konsep yang dimiliki dan konsep-konsep lain yang berhubungan, serta mengaitkan konsep yang dimiliki dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 608 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Menurut Hanuscin dan Lee (2007:1), awalnya Learning Cycle hanya terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi (eksploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concep application). Bybee dkk (2006:1) kemudian mengembangkan fase-fase dalam Learning Cycle menjadi lima fase (5E) yang fase-fasenya terdiri dari engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Learning Cycle 5E dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa (Opara & Waswa, 2013; Oktari dkk, 2014). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi asam basa. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan metode konvensional pada materi asam basa. Manfaat dari penelitian ini adalah: (1) memberikan pedoman bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran berdasarkan teori konstruktivistik; (2) melatih siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep dengan jalan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; dan (3) memperkaya pengalaman dan menambah pengetahuan yang kemudian dapat menjadi bekal bagi peneliti agar dapat menjadi pendidik profesional di masa yang akan datang. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Malang pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu postest only control group design. Jenis rancangan eksperimental semu yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Rancangan Penelitian Posttest Only Control Group Design Kelompok Pretes Perlakuan Kelas Eksperimen X1 Kelas Kontrol X2 Pascates O O Keterangan: O : observasi (pengukuran) X1 : pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E X2 : pembelajaran menggunakan metode konvensional Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut diperoleh dua kelas, yaitu kelas XI IPA 6 (n = 32) sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode konvensional dan kelas XI IPA 4 (n = 32) sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS). Instrumen pengukuran yaitu tes penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda yang memiliki lima alternatif jawaban yang 609 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 terdiri dari satu jawaban benar dan empat jawaban pengecoh. Hasil validasi ahli menyatakan bahwa instrumen telah valid. Instrumen pengukuran selanjutnya diuji coba untuk mengetahui nilai validitas butir soal dan reliabilitas tes. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh 20 soal yang valid dan reliabel (r = 0,85). Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk menguji hipotesis dengan metode statistik. Sebelum dilakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Kemampuan Awal Deskripsi data kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Deskripsi Data Kemampuan Awal Nilai Kelas Jumlah Siswa Terendah Kontrol 32 75,00 Eksperimen 32 78,50 Nilai Tertinggi 86,25 85,13 Rerata 82,00 82,86 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Uji Kolmogorof-Smirnov Kelas Nilai Signifikansi Kontrol 0,515 Eksperimen 0,294 Kesimpulan Normal Normal Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa Hasil uji homogenitas varian data kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Uji Levene Variabel Nilai Signifikansi Kemampuan 0,295 Awal Kesimpulan Homogen Deskripsi Data Penguasaan Konsep Deskripsi data penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 5. 610 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Tabel 5. Deskripsi Data Penguasaan Konsep Nilai Kelas Jumlah Siswa Terendah Kontrol 32 50,00 Eksperimen 32 65,00 Nilai Tertinggi 95,00 95,00 Rerata 77,66 83,75 Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji Normalitas Data Penguasaan Konsep Siswa Hasil uji normalitas data penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Penguasaan Konsep Uji Kolmogorof-Smirnov Kelas Nilai Signifikansi Kontrol 0,402 Eksperimen 0,139 Kesimpulan Normal Normal Uji Homogenitas Data Penguasaan Konsep Hasil uji homogenitas data penguasaan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Penguasaan Konsep Uji Levene Variabel Nilai Signifikansi Penguasaan Konsep 0,970 Kesimpulan Homogen Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data penguasaan konsep siswa diketahui bahwa data penguasaan konsep siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis dilakukan dengan metode statistik parametrik yaitu uji-t. Hipotesis yang diajukan: H0 : Tidak ada perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Hasil uji-t terhadap nilai penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji-t Penguasaan Konsep Rata-Rata Uji-t Variabel Kesimpulan Kontrol Eksperimen Nilai Signifikansi Penguasaan Ada perbedaan 77,66 83,75 0,026 Konsep penguasaan konsep siswa 611 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PEMBAHASAN Penguasaan konsep merupakan prestasi belajar ranah kognitif yang diperoleh berdasarkan pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dilihat dari nilai ulangan harian yang dilakukan pada pertemuan ke-8 setelah materi asam basa disampaikan selama tujuh kali pertemuan pada kelas kontrol dan eksperimen. Urutan materi pada kelas eksperimen berbeda dengan urutan materi yang dibelajarkan pada kelas kontrol. Urutan materi pada kelas eksperimen adalah karakteristik asam basa, teori asam basa, kekuatan asam basa, pH larutan asam basa, konsep dan perhitungan pH, indikator asam basa, dan reaksi penetralan, sedangkan urutan materi pada kelas kontrol adalah teori asam basa, karakteristik asam basa, kekuatan asam basa, konsep dan perhitungan pH, pH larutan asam basa, indikator asam basa, dan reaksi penetralan. Penyusunan prosedur pada kegiatan percobaan di kelas eksperimen juga berbeda dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, prosedur percobaan disusun sendiri oleh siswa dengan bantuan guru, sedangkan pada kelas kontrol prosedur percobaan telah tersedia. Berdasarkan data pada Tabel 5, rata-rata nilai ulangan harian asam basa kelas eksperimen sebesar 83,75, sedangkan kelas kontrol sebesar 77,66. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa di kelas eksperimen sama dengan nilai tertinggi siswa di kelas kontrol yaitu 95,00. Namun, nilai terendah siswa di kelas kontrol adalah 50,00 sedangkan nilai terendah siswa di kelas eksperimen adalah 65,00. Hasil uji hipotesis pada Tabel 8 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,026 (Sig. ≤ 0,05). Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Tingginya penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E disebabkan siswa diberi kesempatan untuk menggali dan mengkonstruksi konsep asam basa yang dipelajari secara mandiri dalam setiap langkah pembelajarannya. Langkah pembelajaran dalam Learning Cycle 5E terdiri dari engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Fase engagement bertujuan untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dipelajari, salah satunya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang fakta atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi. Pada fase exploration, siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi konsep berdasarkan hasil percobaan, demonstrasi, maupun studi literatur yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS. Pada fase ini, siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Pada fase explanation, guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi kelas berdasarkan hasil yang diperoleh pada fase exploration. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan konsep dengan mempresentasikan jawaban LKS yang telah dikerjakan. Peran guru adalah membimbing jalannya diskusi, menguatkan, serta meluruskan konsep yang telah didapat. Pada fase elaboration, siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep yang didapat dalam situasi yang berbeda, baik dengan cara melakukan percobaan kembali maupun dengan cara menjawab soal-soal yang telah tersedia di LKS. Fase evaluation bertujuan untuk mengetahui sejauh mana 612 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada penelitian ini, evaluasi dilakukan dengan cara melihat hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan yang terdapat pada fase elaboration. Langkah-langkah pembelajaran pada model Learning Cycle 5E tersebut memungkinkan siswa menghubungkan pengetahuan yang telah mereka miliki dengan konsep baru yang akan dipelajari dengan cara mengeksplorasi, menjelaskan, menerapkan konsep yang telah didapat pada situasi yang baru, dan selanjutnya mengevaluasi pemahaman tentang konsep baru yang telah dipelajari. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya berperan membimbing dan mengarahkan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menuntun siswa dalam mengkonstruksi konsep. Hal ini sejalan dengan pendapat Uzunöz (2011) yang menyatakan bahwa model Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran berbasis inkuiri yang memungkinkan siswa untuk mengaitkan konsep baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki dengan mengeksplorasi dan menjelaskan berdasarkan pengalaman secara langsung, kemudian mengelaborasi apa yang telah mereka pelajari, dan akhirnya mengevaluasi pemahaman mereka terkait konsep baru di bawah bimbingan guru. Dorji, Panjaburee, dan Srisawasdi (2013:93) menambahkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan model pembelajaran yang melibatkan otaktangan-pikiran dalam belajar sehingga efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Menurut Soebagio dkk (2001, dalam Fajaroh & Dasna, 2007), model pembelajaran Learning Cycle memiliki beberapa kelebihan, yaitu (1) meningkatkan motivasi belajar; (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa; dan (3) membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna karena konstruksi konsep dilakukan sendiri oleh siswa. Konsep yang telah didapat akan tersimpan lebih lama dalam ingatan siswa karena diperoleh secara mandiri dengan jalan berperanan aktif. Hal ini berdampak pada peningkatan penguasaan konsep siswa. Opara dan Waswa (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E memberikan hasil yang lebih baik terhadap penguasaan konsep siswa di Kenya dibandingkan metode konvensional. Oktari dkk (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E memberikan hasil penguasaan konsep yang lebih baik dibandingkan metode konvensional. Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran yang biasa dilakukan guru adalah pembelajaran dengan metode ceramah dan percobaan verifikasi yang dilakukan untuk membuktikan konsep, bukan mengkonstruksi konsep. Hasil wawancara dengan beberapa siswa menyatakan metode konvensional cenderung menyebabkan siswa menjadi bosan, mengantuk, dan pasif karena hanya mencatat. Selain itu, pengetahuan siswa tentunya hanya terbatas pada apa yang dikuasai guru saja. Apabila guru kurang pandai berkomunikasi, siswa menjadi kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Menurut Trianto (2010, dalam Oktari dkk, 2014:2), proses pembelajaran konvensional yang dominan dilakukan oleh guru mengakibatkan rendahnya penguasaan konsep siswa. 613 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional pada materi asam basa. Penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E terbukti dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa saran yaitu: (1) digunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada pembelajaran materi kimia yang lain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa; dan (2) dilakukan penelitian lebih lanjut pada materi kimia yang lain dan variabel terikat yang lain. DAFTAR PUSTAKA Bybee, R.W., Taylor, J.A., Gardner, A., Scotter, P.V., Powell, J.C., Westbrook, A. & Landes, N. 2006. The BSCS 5E Instructional Model: Origins, Effectiveness, and Applications. (Online). (http://www.bscs.org/sites /default/files/_legacy/BSCS_ 5E_Instructional_ModelExecutive_Summary_0.pdf, diakses tanggal 20 Juli 2014). Dasna, I.W. 2005. Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Kajian Teoritis dan Implementasinya dalam Pembelajaran Kimia. Dalam I.W. Dasna & Sutrisno (Eds.), Model-model Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran Sains-Kimia (hlm. 69-98). Malang: Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang. Drechsler, M., & Schmidt, H. J. 2005 Textbooks‘ and Teachers‘ Understanding of Acid Base Models Used in Chemistry Teaching. Chemistry Education Research and Practice, 6 (1): 19-35. Dorji, U., Panjaburee, P. & Srisawasdi, N. 2015. A Learning Cycle Approach to Developing Educational Computer Game for Improving Students‘ Learning and Awareness in Electric Energy Consumption and Conversation. Educational Technology & Society, 18(1) 91-105. Effendy. 2007. A-Level Chemistry Volume 1A. Malang: Bayumedia Publishing. Fajaroh, F. & Dasna, I.W. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). (Online). (https://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/ 20/pembelajarandengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/, diakses tanggal 9 Mei 2015). Hanuscin, D.L. & Lee, M.H. 2008. Using a Learning Cycle Approach to Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. Journal of Elementary Science Education, 20(2): 51-66. Herron, J. D. 1996. The Chemistry Classroom. Washington DC: American Chemical Society. Kean, E. & Middlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Martin, O. M., Mullis, I.V.S., Foy, P. & Stanco, G.M. 2012. TIMSS 2011 International Results in Science. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center. 614 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Oktari, M., Erlina & Sartika, R.P. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar 5E Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. (Online). (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/6726/6961, diakses tanggal 6 Maret 2016). Opara, F. & Waswa, P. 2013. Enhancing Students‘ Achievement in Chemistry through the Piagetian Model: The Learning Cycle. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE), 4(4): 1270-1278. Polancos, D.T. 2012. Effects of Vee Diagram and Concept Mapping on the Achievement of Students in Chemistry. Liceo Journal of Higher Education Research Science, Engineering and Technology Section, 7(1): 18-38. Sadeh, I. & Zion, M. 2009. The Development of Dynamic Inquiry Performances within an Open Inquiry Setting: A Comparison to Guided Inquiry Setting. Journal of Research in Science Teaching, 46(10): 1137-1160. Turkmen, H. 2006. What Technology Plays Supporting Role in Learning Cycle Approach for Science Education. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 5(2): 71-76. Uzunöz. 2011. The Effects of Activities of Current Textbook and 5E Model on the Attitude of the Students: Sample of ―The Global Effects of Natural Resources Unit‖. Educational Research and Reviews, 6(13), 778-785. 615