PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THING PAIR SHARE (TPS) DENGAN METODE INQUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD NEGERI 02 KOTA BENGKULU SKRIPSI Oleh: HETI KUSMIATI A1G108083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014 i PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THING PAIR SHARE (TPS) DENGAN METODE INQUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD NEGERI 02 KOTA BENGKULU SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Bengkulu Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: HETI KUSMIATI A1G108083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014 ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesunggunya dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Maka apa bila kamu sudah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pekerjaan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap (Q.S Alam Nasyrah : 6,7,8) Sesudah hujan pasti ada pelangi, Sesudah air mata pasti ada senyuman (Heti Rizal) PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan untuk mereka yang telah menghantarkan keberhasilan : Ayahanda (Rizal Amri) dan Ibunda (Rohila) tercinta, yang selalu memberikan dukungan moril dan materi serta do’a yang selalu menyertai anandamu, dan selalu berkorban demi tercapainya citacitaku, terima kasih Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan kehangatan dalam kehidupanku. Adik-adikku yang selalu menjadi pemacu aku untuk maju (Bobi Haryanto, Alan Budi Kusuma, Lidia Awelita). Seluruh Dosen-dosenku yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepadaku dengan ikhlas. v ABSTRAK Kusmiati Heti, A1G108083, 2014, PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VB SDN 02 KOTA BENGKULU, Dra. V. Karjiyati, M. Pd, Dra. Resnani, M. Si. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode Inquiri terbimibing. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Subjek penelitian guru dan siswa SDN 02 Kota Bengkulu. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar tes. data observasi dianalisis dengan rata-rata skor, skor tertinggi, skor terenda, selisih skor dan kisaran nilai untuk tiap kriteria. Hasil yang diperoleh dalam penelitian adalah: (1) aktivitas pembelajaran pada siklus I dengan rata-rata observasi guru 31,25 dan meningkat pada siklus II yaitu 42,25. Aktivitas pembelajaran pada siklus I dengan rata-rata observasi siswa 32,25 meningkat pada siklus II dengan rata-rata 40, (2) hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata sebesar 69,52 dengan ketuntasan belajar 61,75% dan meningkat pada siklus II rata-rata sebesar 79 dengan ketuntasan belajar 88%. (3) nilai afektif siswa pada siklus I dengan kategori baik aspek “menerima” yaitu sebesar 20,58%, meningkat pada siklus II sebesar 66,17%, aspek “menanggapi’ sebesar 20,58%, meningkat menjadi 69,11%, aspek “menilai” sebesar 22,05%, meningkat menjadi 61,76%, aspek “mengelola” yaitu sebesar 20,58%, meningkat menjadi 74,99%, aspek “menghayati” yaitu sebesar 17,64%, meningkat menjadi 72,05. Nilai psikomotor siswa pada siklus I dengan kategori sangat terampil aspek “menirukan” yaitu sebesar 26,46%, meningkat pada siklus II menjadi 67,64%, aspek “memanipulasi” yaitu sebesar 17,64% meningkat menjadi 72,05%, aspek “pengalamiahan” yaitu sebesar 16,17%, meningkat menjadi 73,52%, aspek “artikulasi” yaitu sebesar 13,23%, meningkat menjadi 74,99%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendekatan Kooperatif tipe TPS Melalui Metode Inquiri dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu. Kata Kunci: pendekatan Kooperatif tipe TPS, metode Inquiri Terbimbing, Pembelajaran Matematika, aktivitas pembelajaran, hasil belajar. . vi KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Melalui Metode Inquiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Pembelajaran Matematika Kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Selama menulis skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada. 1. Bapak Dr. Ridwan Nurazi, S.E, M.Sc selaku Rektor Universitas Bengkulu. 2. Bapak Prof. Dr. Rambat Nur Sasongko, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Pendidikan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bengkulu. 3. Bapak Dr. Manap Soemantri, M.Pd selaku Ketua JIP FKIP Universitas Bengkulu. 4. Ibu Dra. V. Karjiati, M Pd, selaku ketua Prodi PGSD JIP FKIP dan selaku pembimbing I yang telah Ikhlas membimbing, mengarahkan, dan memberikan semangat selama penulisan skripsi. 5. Ibu Dra. Resnani, M. Si selaku pembimbing II yang telah ikhlas membimbing, mengarahkan, dan memberikan semangat selama penulisan skripsi. vii 6. Bapak Drs. Ansyori Gunawan, M. Si, selaku dosen penguji I yang memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. 7. Ibu Dra. Hasnawati, M. Si, selaku dosen penguji II yang memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. 8. Bapak dan ibu dosen PGSD JIP FKIP Universitas Bengkulu yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan. 9. Kepala Sekolah, guru-guru dan siswa-siswi SDN 02 Kota Bengkulu yang banyak memberikan bantuan selama penelitian. 10. Ayahananda (Rizal Amri) dan ibunda (Rohila) tercinta yang telah tulus mendo’akan, mencurahkan kasih sayang yang tidak ada putusnya serta, adikadikku yang memberikan motivasi, teman-teman dan orang terdekatku yang selalu memberikan dukungan fisik maupun material. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam pengebangan pendidikan di Sekolah Dasar. Akhirnya saran dan kritik yang sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Bengkulu, Penulis viii 2014 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL……………………………………………………. i HALAMAN JUDUL………………………………………………………. ii HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………. iii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………... v ABSTRAK…………………………………………………………………. vi KATA PENGANTAR…………………………………………………….. vii DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi DAFTAR BAGAN……………………………………………………….... xii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1 A. Latar Belakang…………………………………………………….... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 6 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 6 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………. 9 A. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD……………………….. 9 1. Pengertian Pembelajaran……………………………………....... 9 2. Pengertian Matematika………………………………………….. 10 3. Pembelajaran Matematika di SD……………………………....... 10 ix 4. Karakteristik Matematika di SD……………………………........ 11 5. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD………………………... 12 B. Hakikat Pendekatan Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)… 13 1. Pengertian Pendekatan Kooperatif tipe TPS……………………. 13 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif tipe TPS……………………… 15 3. Pembelajaran Kooperatif tipe TPS………………………………. 15 a. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe TPS……………….. 15 b. Karakteristik pembelajaran kooperatif tipe TPS…………….. 15 4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kooperatif tipe TPS……. 17 5. Langkah-langkah Pendekatan Kooperatif tipe TPS……………… 18 C. Metode Inquiri Terbimbing……………………………………….. 19 1. Penertian Metode Inquiri Terbimbing…………………………… 19 2. Karakteristik Inquiri Terbimbing………………………………… 20 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiri Terbimbing…………. 20 4. Langkah-langkah Metode Inquiri Terbimbing…………………… 21 D. Hubungan Pendekatan Kooperatif tipe TPS melalui Metode Inquiri Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika…………………… 22 E. Aktivitas Belajar……………………………………………………. 26 F. Hasil Belajar…………………………………………………………. 28 G. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………. 29 H. Kerangka Berpikir………………………………………………….. 30 BAB III METODOLOI PENELITIAN………………………………….. 33 A. Jenis Penelitian……………………………………………………… 33 B. Subjek Penelitian…………………………………………………… 33 C. Defenini Operasional……………………………………………….. 34 D. Prosedur Penelitian…………………………………………………. 34 E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. 45 F. Instrumen Penelitian………………………………………………… 46 G. Teknik Analisis Data………………………………………………... 47 H. Indikator Keberhasilan………………………………………………. 51 x BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….. 52 A. Refleksi Awal Penelitian…………………………………………... 52 B. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………. 54 1. Deskripsi hasil penelitian siklus I……………………………….. 54 2. Deskripsi hasil penelitian siklus II………………………………. 69 C. Pembahasan………………………………………………………… 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. . 87 A. Kesimpulan………………………………………………………….. 87 B. Saran………………………………………………………………… 88 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 89 RIWAYAT HIDUP………………………………………………………..... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN Surat Keterangan Izin Penelitian di SDN 02 Kota Bengkulu xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Nilai Rata-rara Ulangan Bulanan………………………………. 3 Tabel 2.1 Langkah-lagkah Penerapan Pendekatan Kooperatif tipe TPS melalui Metode Inquiri………………………………………….. 24 Tabel 3.1 Skor Lembar Observasi Guru…………………………………... 48 Tabel 3.2 Skor Lembar Observasi Siswa………………………………….. 49 Tabel 4.1 Jadwal Pertemuan Siklus I dan Siklus II……………………….. 53 Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Observasi Guru Siklus I…………………... 54 Tabel 4.3 Hasil Analsis Data Observasi Siswa Siklus I…………………... 56 Tabel 4.4 Nilai LDS Siklus I………………………………………………. 58 Tabel 4.5 Nilai Tes Siklus I………………………………………………... 59 Tabel 4.6 Persentase Aspek Afektif Siklus I………………………………. 60 Tabel 4.7 Persentase Aspek Psikomotor Siklus I………………………….. 61 Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Observasi Guru Siklus II…………………… 70 Tabel 4.9 Hasil Analsis Data Observasi Siswa Siklus II………………….. 72 Tabel 4.10 Nilai LDS Siklus II……………………………………………. 74 Tabel 4.11 Nilai Tes Siklus II……………………………………………... 74 Tabel 4.12 Persentase Aspek Afektif Siklus II……………………………. 75 Tabel 4.13 Persentase Aspek Psikomotor Siklus II……………………….. 76 xii DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2.1 Kerangka Berpikir……………………………………………… 32 Bagan 3.1 Tahapan Pelaksanaan Tindakan dalam PTK…………………... 35 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Daftar Nilai Mata Pelajaran Matematila Kelas IV SDN 02 Kota Bengkulu …………………………………….. 92 Lampiran 2 Nama Kelompok Belajar Siswa …………………………….. 93 Lampiran 3 Silabus Siklus I Pertemuan 1 ……………………………….. 94 Lampiran 4 RPP Siklus I Pertemuan 1 ………………………………….. 96 Lampiran 5 LDS Siklus I Pertemuan 1 ………………………………….. 101 Lampiran 6 Post Test Siklus I Pertemuan 1 ……………………………... 103 Lampiran 7 Kunci Jawaban LDS Siklus I Pertemuan 1 ………………….. 104 Lampiran 8 Kunci jawaban evaluasi Siklus I dan Siklus I ………………. 106 Lampiran 9 Materi Pelajaran …………………………………………….. 107 Lampiran 10 Deskriptor LO Guru Siklus I dan Siklus II ………………… 108 Lampiran 11 LO Aktivitas Guru (Pengamat 1) Siklus I Pertemuan 1 …… 112 Lampiran 12 LO Aktivitas Guru (Pengamat 2) Siklus I Pertemuan 1 …… 114 Lampiran 13 Deskriptor LO Siswa Siklus I dan Siklus II ……………….. 116 Lampiran 14 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 1) Siklus I Pertemuan 1 ….. 119 Lampiran 15 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 2) Siklus I Pertemuan 1 ….. 121 Lampiran 16 Deskriptor Penilaian Afektif Siklus I dan Siklus II ………... 123 Lampiran 17 Lembar Penilaian Afektif Siklus I Pertemuan 1 ……………. 125 Lampiran 18 Deskriptor Penilaian Psikomotor Siklus I dan Siklus II …… 128 Lampiran 19 Lembar Penilaian Psikomotor Siklus I Perteuan 1 ……….. 129 Lampiran 20 Silabus Siklus I Pertemuan 2 ……………………………… 132 Lampiran 21 RPP Siklus I Pertemuan 2 ……………………………………... 134 xiv Lampiran 22 LDS Siklus I Pertemuan 2 ………………………………… 139 Lampiran 23 Post Test Siklus I Pertemuan 2 ……………………………. 141 Lampiran 24 Kunci Jawaban LDS Siklus I Pertemuan 2 ……………….. 142 Lempiran 25 Kunci Jawaban Post Test Siklus I Pertemuan 2 ………….. 144 Lampiran 26 Materi Pebelajaran ………………………………………… 145 Lampiran 27 LO Aktivitas Guru (Pengamat 1) Siklus I Pertemuan 2 ….. 146 Lampiran 28 LO Aktivitas Guru (Pengamat 2) Siklus I Pertemuan 2 …… 148 Lampiran 29 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 1) Siklus I Pertemuan 2 ….. 150 Lampiran 30 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 2) Siklus I Pertemuan 2 ….. 152 Lampiran 31 Lembar Penilaian Afektif Siswa Siklus I Pertemuan 2 …… 154 Lampiran 32 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai Kategori Baik setiap Aspek Afektif ……………………………………….... 157 Lampiran 33 Lembar Penilaian Psikomotor Siswa Siklus I Pertemuan 2 … 158 Lampiran 34 Persentase Julah Siswa yang Mencapai Kategori Sangat Terampil setiap Aspek Psikomotor ………………………… 161 Lampiran 35 Data LO Guru Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ………………… 162 Lampiran 36 Analisis Data Observasi Guru Siklus I Pertemuan 1 dan 2 … 165 Lampiran 37 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 dan 2……………………………………………. 166 Lampiran 38 Data LO Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan 2 …………………. 167 Lampiran 39 Analisis Data Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan 2 … 169 Lampiran 40 Hasil Analisis Data Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan 2 …………………………………………… 170 Lampiran 41 Nilai LDS Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ………………. 171 xv Lampiran 42 Nilai Post Test Siklus I Pertemuan 1 dan 2 …………………. 173 Lampiran 43 Silabus Siklus II Pertemuan 1 ……………………………...... 175 Lampiran 44 RPP Siklus II Pertemuan 1 …………………………………... 179 Lampiran 45 LDS Siklus II Pertemuan 1 ………………………………… 184 Lampiran 46 Post Test Siklus II Pertemuan 1 ……………………………. 185 Lampiran 47 Kunci Jawaban LDS Siklus II Pertemuan 1 ……………….. 186 Lampiran 48 Kunci Jawaban Post Test …………………………………… 187 Lampiran 49 Materi Pelajaran …………………………………………….. 188 Lampiran 50 LO Aktivitas Guru (Pengamat 1) Siklus II Pertemuan 1 …. 190 Lampiran 51 LO Aktivitas Guru (Pengamat 2) Siklus II Pertemuan 1 …. 192 Lampiran 52 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 1) Siklus II Pertemuan 1 …. 194 Lampiran 53 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 2) Siklus II Pertemuan 1 … 196 Lampiran 54 Lembar Penilaian Afektif Siklus II Pertemuan 1 ………….. 198 Lampiran 55 Lembar Penilaian Psikomotor Siklus II Perteuan 1 ……….. 201 Lampiran 56 Silabus Siklus II Pertemuan 2 ……………………………… 204 Lampiran 57 RPP Siklus II Pertemuan 2 ………………………………… 207 Lampiran 58 LDS Siklus II Pertemuan 2 ……………………………….. 212 Lampiran 59 Post Test Siklus II Pertemuan 2 ………………………….. 213 Lampiran 60 Kunci Jawaban LDS Siklus II Pertemuan 2 ……………… 214 Lampiran 61 Kunci Jawaban Post Test Siklus II Pertemanan 2 ………… 215 Lampiran 62 Materi Pebelajaran ………………………………………… 216 Lampiran 63 LO Aktivitas Guru (Pengamat 1) Siklus II Pertemuan 2 … 217 Lampiran 64 LO Aktivitas Guru (Pengamat 2) Siklus II Pertemuan 2 … 219 Lampiran 65 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 1) Siklus II Pertemuan 2 … 221 xvi Lampiran 66 LO Aktivitas Siswa (Pengamat 2) Siklus II Pertemuan 2 … 223 Lampiran 67 Lembar Penilaian Afektif Siswa Siklus II Pertemuan 2 …… 227 Lampiran 68 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai Kategori Baik setiap Aspek Afektif ……………………………………….. Lampiran 69 Lembar Penilaian Psikomotor Siswa Siklus II Pertemuan 2 … 228 229 Lampiran 70 Persentase Julah Siswa yang Mencapai Kategori Sangat Terampil setiap Aspek Psikomotor ………………………… 232 Lampiran 71 Data LO Guru Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ……………….. 233 Lampiran 72 Analisis Data Observasi Guru Siklus II Pertemuan 1 dan 2 .. 235 Lampiran 73 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1 dan 2……………………………………………. 236 Lampiran 74 Data LO Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ………………… 237 Lampiran 75 Analisis Data Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2 … 239 Lampiran 76 Hasil Analisis Data Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ……………………………………………. 240 Lampiran 77 Nilai LDS Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ………………. 241 Lampiran 78 Nilai Post Test Siklus II Pertemuan 1 dan 2 …………………. 243 Lampiran 79 Peningkatan Nilai Kerja Siswa Siklus I dan Siklus II ……….. 245 Lampiran 80 Foto-foto Kegiatan Penelitian ………………………………… xvii 246 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu teknologi, serta memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika sangat perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai sekolah menengah untuk membekali peserta didik memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kreatif, kritis, dan mampu memecahkan masalah. Pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Untuk menunjang pembelajaran Matamtika yang bermakna harus ditunjang dengan pendekatan dan metode pembelajaran yang menarik agar ketertarikan terhadap pembelajaran Matematika yang lebih tinggi (Heruman, 2008: 1.26). Matematika sebagai pembelajaran yang mendasar bagi siswa SD. Menurut Jonson dan Rising dalam Suherman (1992: 120) menyatakan matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu menggunakan bahasa istilah yang didefenisikan secara cermat, jelas, dan akurat, represtasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran Matematika di SD sebagai berikut ini. (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,, menggunakan manipulasi dalam matematika dalam membuat generalisasi, 1 2 menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan pemecahan masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menfsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap yang menghargai kegunan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet serta percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas 2007). Untuk mencapai tujuan di atas, dibutuhkan kemampuan guru dalam menyampaikan konsep matematika yang dapat melibatkan siswa dalam menemukan, memahami konsep, dan mengimplementasikan dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menemukan konsep matematika. Metode pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik siswa, di mana siswa SD taraf berpikir masih berada pada operasional konkrit, artinya mereka belum dapat dipisahkan dari dunia konkrit atau hal-hal yang nyata dalam mempelajari konsep matematika. Metode pembelajaran Matematika yang akan diterapkan dalam penyampaian materi dapat menggunakan metode yang sesuai dengan karakter siswa agar siswa dapat menguasai konsep matematika sebagaimana yang diharapkan yaitu: (1) pembelajaran Matematika yang bermakna, (2) pembelajaran yang menyenangkan karena menggunakan alat peraga, (3) siswa dapat menguasai konsep matematika, (4) pembentukan kelompok yang efektif (Heruman 2011: 5) Menurut Bruner dalam Karso (2004: 54) menyatakan belajar Matematika akan berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang tercakup dalam standar kompetensi yang diajarkan. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, siswa akan memahami yang harus dikuasainya berarti materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Untuk mencapai 3 tujuan pembelajaran Matematika dibutuhkan kemampuan guru memahami dan mengimplementasikan metode dalam pembelajaran Matematika. Metode pembelajaran yang dapat memotivasi serta menanamkan konsep pada siswa dengan menerapkan pendekatan kooperatif dengan metode inquiri terbimbing dimana siswa dapat bekerja sama mengungkapkan ide-ide dalam memecahkan masalah dan menemukan konsep. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SDN 02 Kota Bengkulu terdapat perbedaan dalam pembelajaran Matematika di kelas VA dan VB ternyata hasil belajar Matematika siswa kelas VB masih kurang dibandingkan dengan kelas VA. Hal ini dapat dilihat dari data perolehan nilai ulangan bulanan semester genap pada bulan September, Oktober, dan November siswa kelas VB dan kelas VA SDN 02 Kota Bengkulu pada tahun ajaran 2011/2012 seperti yang disajikan pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ulangan Bulanan pada Semster Genap di Kelas VB dan VA SDN 02 Kota Bengkulu T.A 2011/2012 No Bulan Rata-rata Ulangan Bulanan Matematika VA VB 1. September 65.28 56,17 2. Oktober 64.66 61,91 3. November 65.35 58,52 Berdasarkan data pada tabel 1.1 diketahui bahwa hasil belajar Matematika yang dicapai siswa kelas VB lebih rendah dibandingkan kelas VA, dapat dikatakan bahwa penguasaan mata pelajaran Matematika siswa kelas VB belum tercapai dengan baik, sehingga peneliti mengambil keputusan untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran Matematika di kelas VB. Nilai yang dicapai oleh siswa kelas VB bulan September dengan rata-rata nilai 56,17 (disajikan pada lamp 1 hal 92) berdasarkan 4 indikator tercapainya tujuan secara individu memperoleh nilai ≥ 6,5 sebanyak 75% (Depdiknas, 2007). Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran Matematika di kelas VB yang dilakukan peneliti selama melakukan PPL II di SDN 02 Kota Bengkulu pada bidang studi matematika, diperoleh beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) pada saat proses pembelajaran guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal, (2) siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena cara mengajar yang digunakan oleh guru kurang menyenangkan, (3) pada saat diskusi siswa takut mengungkapkan ide-idenya karena takut diejek oleh teman mereka, (4) banyak siswa mencontoh karena siswa kurang menguasai konsep pada saat evaluasi, (5) siswa ribut sendiri pada saat proses pembelajaran yang berorientasi pada buku dan ceramah, (6) pada proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa dalam menemukan konsep, (7) siswa kurang bertanggung jawab dalam mengerjakan LDS pada saat diskusi serta pada saat mengerjakan latihan. Berdasarkan permasalah di atas, peneliti bersama guru bidang studi matematika SDN 02 Kota Bengkulu berdiskusi untuk memperbaiki aktivitas pembelajaran Matematika. Dari hasil diskusi ditemukan bahwa penyebab rendahnya nilai matematika tersebut pada metode pembelajaran yang digunakan, tidak sesuai dengan perkembangan siswa. Solusi yang ditempuh sebagai alternatif perbaikan menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan yaitu menerapkan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing. Menurut Lyman dalam Anita (2010: 65), pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pendekatan kooperatif tipe TPS menekankan pentingnya setiap siswa aktif untuk mengeluarkan idenya dalam memecahkan 5 masalah secara berkelompok. kelompok yang digunakan dalam pendekatan kooperatif tipe TPS yaitu di mana siswa secara berpasangan dalam menemukan konsep matematika. Keunggulan pedekatan kooperatif tipe TPS yaitu guru dapat melatih siswa mengemukakan pendapat, siswa dapat saling tukar pikiran atau berbagi pengalaman dan gagasan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran Matematika di mana siswa hanya dibentuk kelompok secara berpasangan sehingga kerja kelompok lebih efektif. Masalah matematika yang dirumuskan dalam kelompok kecil, akan menjadi berkualitas manakalah anggota kelompok dapat berpartisipasi dengan baik, (Hamzah 2002: 76) Pembelajaran menggunakan sistem kelompok dapat membangkitkan kepercayaan diri serta dapat mengemukakan pendapat atau ide-idenya dengan leluasa serta siswa yang lain dapat memberikan ide-ide baru atau menanggapi pendapat dari siswa yang lainnya. Hal ini dapat meningkatkan keaktifan dan semangat belajar siswa. Belajar kelompok idealnya adalah bekerja secara bersama-sama dan menyelesaikan suatu permasalahan agar pembelajaran lebih bermakna, serta siswa belajar dengan menggunakan metode inquiri terbimbing dimana siswa belajar menemukan konsep matematika dengan cara siswa mengalaminya sendiri. Menurut Bruce dalam Kusmana (2011: 48). Menyatakan Metode pembelajaran inquiri terbimbing adalah salah satu metode yang digunakan dalam kelas yang berorientasi pada aktivitas, inquiri terbimbing merupakan metode pengajaran yang berpusat pada siswa yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Kelebihan metode inquiri terbimbing dalam pembelajaran Matematika dapat membentuk atau mengembangkan pada diri siswa sehingga dapat mengerti tentang 6 konsep, ide serta mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap jujur, ojektif dan terbuka Kusmana (2010: 87). Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Melalui Metode Inquiri Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Kelas VB SD Negeri 02 Kota Bengkulu“ B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah oleh penelitih adalah : 1. Apakah penerapan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Matematika siswa kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu? 2. Apakah penerapan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran Matematika menggunakana pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing di Kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika menggunakan pendekatan kooperatif tipe TPS terbimbing di Kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu. melalui metode inquiri 7 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini: a. Bagi siswa 1) Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing. 2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing. b. Bagi guru 1) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi guru dalam menerapkan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing sebagai pembelajaran inovatif. 2) Dapat membantu guru dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran menerapkan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing. 3) Guru dapat mengatasi permasalahan yang muncul dalam kelasnya, karena PTK berusaha mengatasi permasalahan melalui perbaikanperbaikan yang berulang dan persiklus sampai dicapai peningkatan kualitas aktivitas dan hasil yang maksimal. c. Bagi peneliti 1) Dapat memberikan pengalaman dalam perencanaan pembelajaran menerapkan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing. 8 2) Dapat meningkatkan inovasi dalam pembelajaran sehingga menumbuhkan sikap propesionalisme bagi calon guru sekolah dasar. 3) Dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran. Sesuai dengan bidang kajian peneliti, yaitu pada bidang keguruan dan ilmu pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan suatu konstribusi teoritis mengenai pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 142) pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk mempelajarkan siswa dalam belajar untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Selanjutnya, Karso (2006: 102) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami oleh setiap manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pembelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja padahal pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. 9 10 Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan atar sesama siswa dalam situasi belajar dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Matematika. Dari hasil pembelajar tersebut agar dapat mengahasilkan siswa yang memiliki perilaku yang baik. 2. Pengertian Matematika Polya dalam Irfarazak (2006: 90) mengemukakan bahwa matematika merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola pikir deduktif, artificial, abstrak, dan yang tak kalah pentingnya menghendaki pembuktian. Reys, dkk dalam Karso (2003: 76) mengemukakan matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Prihandoko (2006: 54) mengemukakan hakekat matematika merupakan hal yang berkaitan dengan unsurunsur, hubungan-hubungan dan konsep-konsep yang abstrak yang dikembangkan menurut aturan logis. Pemahaman terhadap konsep-konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu mudah dipahami. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola pikir deduktif, artificial, abstrak dan merupakan telaahan tentang pola dan hubungan yang berkaitan dengan unsur-unsur dan konsep-konsep yang abstrak. Oleh karena itu mata pelajaran Matematika perlu diberikan dan dipahami kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. 3. Pembelajaran Matematika di SD Berdasarkan pendapat para ahli sebagai berikut, Suherman (2006: 55) menyatakan bahwa pembelajaran Matematika di SD memiliki objek yang abstrak dan 11 memiliki pola pikir deduktif. Matematika sebagai bidang studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit dipahami oleh siswa SD yang belum mampu berpikir formal, sebab orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkrit. Pembelajaran Matematika di SD harus memperhatikan perkembangan intelelektual anak, terutama anak kelas V (9-10 tahun). Menurut Piaget dalam Trianto (2007: 34) anak usia SD berada pada masa opersional konkret, artinya dalam memahami sesuatu akan lebih mudah jika dibantu menggunakan benda-benda konkret meskipun hanya dalam imaginasi. Kemampuan berpikir logis mulai muncul dan dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Bruner dalam Hudoyo (1990: 56) menyatakan bahwa dalam proses belajar anak baiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang direncanakan secara khusus dan dapat diotak atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan pengetahuan yang logis, berpola pikir deduktif serta pemberian pembelajaran dengan menggunakan benda-benda konkrit atau alat peraga guru juga harus memperhatikan tingkat intelektual siswa sesuai dengan tingkat kognitifnya agar anak dapat menguasai konsep-konsep matematika yang telah terstruktur. 4. Karakteristik Matematika di SD Berdasarkan pendapat Karso (2007; 2.16) ada beberapa sifat atau karakterisktik pembelajaran Matematika pada jenjang SD, sebagai berikut ini: a. Pembelajaran Matematika adalah berjenjang (bertahap) Bahan kajian Matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dimulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sukar. Pembelajaran Matematika harus dimulai dari yang konkret, ke semi konkret, dan berakhir pada abstrak. 12 b. Pembelajaran Matematika mengikuti model spiral Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, dan sekaligus untuk mengingatkannya kembali. c. Pembelajaran Matematika menekankan pola pendekatan deduktif Matematika adalah ilmu deduktif, Matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SD, maka dalam pembelajaran Matematika perlu ditempuh pola pikir atau pola pendekatan induktif. d. Pembelajaran Matematika menganut kebenaran konsistensi. Kebenaran dalam Matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsisten, tidak ada pertentangan kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Berdasarkan hal di atas dalam pembelajaran Matematika dapat diajarkan secara berjenjang atau bertahap dimulai dari konsep yang konkrit, ke semi konkrit, dan berahir pada yang abstrak, kemudian dalam pembelajaran matematika mengikuti model pembelajaran spiral yang dimana pembelajaran yang baru selalu dikaitkan dengan pembelajaran yang lama, dimana pembelajaran matematika memiliki pola pikir deduktif dan konsisten serta tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ruseffendi (1991: 67) menyatakan bahwa ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan keunsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000: 46) yaitu memiliki objek kajian yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir deduktif. 5. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Dalam melakukan pembelajaran tentu memiliki makna yang sangat penting bagi pencapaian pembelajaran yang diharapkan sampai pada penyusunan kurikulum agar pendidikan dapat diterima dan diterapkan dalam lingkungan tempat tinggal serta dapat diaplikasikan pada diri sendiri. Prihandoko (2006: 21) mengungkapkan bahwa tujuan 13 pembelajaran Matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaiakan masalah. Untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan ekperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan metode matematika, serta sebagai alat komunikasi dalam menjelaskan gagasan. Pembelajaran matematika sekolah munurut Asikin dalam Syarif (2009: 120) memiliki tujuan yang bersifat formal dan materil antara lain sebagai berikut ini: a. Tujuan yang bersifat formal Dalam pembelajaran matematika sekolah yang diberikan kepada peserta didik dimaksudkan untuk menata nalar peserta didik serta membentuk kepriobadiannya. Bila hal itu dipahami dan disepakati, jelas bahwa ketercapayannya tidak hanya dilihat dari lulusan/tidak lulus ujian. b. Tujuan yang bersifat material Dalam pembelajaran matematika sekolah yang diberikan kepada peserta didik dimaksudkan agar peserta didik dapat memecahkan masalah matematika dan dapat menerapkan matematika. Berdasarkan defenisi di atas bahwa tujuan pembelajaran Matematika di SD tidak terlepas dari pembentukan manusia yang tanggu serta siap menghadapi permasalah dilingkungan mereka, dengan mempelajari matematika secara bertahap sesuai dengan tingkat kognitif anak melalu SD sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Melalui pembelajaran Matematika di SD siswa telah dihadapkan denga permasalahan yang harus dipecahkan dapat berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari, melalui pembelajaran Matematika secara tidak langsung siswa dibentuk untuk menimbulkan karakter mereka, karena dalam pembelajaran Matematika mengandung proses yang dapat melatih atau menimbulkan karakter siswa dari berfikir kritis dan logis. 14 B. Hakikat Pendekatan Kooperatif tipe TPS 1. Pengertian Pedekatan Kooperatif Tipe TPS Pendekatan kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugastugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Belajar kooperatif lebih sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interfedensi efektif dari anggota kelompok. Pendekatan kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Pendekatan pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. 15 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011: 42) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersamasama siswa yang berbeda latar belakang. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah. 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS a. Pengrtian Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu tipe membelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Lyman dan Maryland (1985: 62) TPS memberikan waktu kepada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. TPS memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalan think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Uraian dari ciri-ciri utama pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut: 16 1. Think (Berfikir secara individual) Pada tahap Think, guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berfikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hali ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat menetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan diakhir pembelajaran. Untuk menentukan batasan waktu untuk tahap ini guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan, jenis, dan bentuk pertanyaan yang diberikan serta jadwal pembelajaran setiap pertemuan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “Think Time” atau waktu berfikir yang memberikan waktu kepada siswa untuk berfikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan itu dijawab oleh siswa lain. Selain itu guru juga dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol karena setiap siswa mempunyai tugas untuk bekerja sendiri. 2. Pair (Berpasangan dengan teman sebangku) Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama priode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan, setiap pasang siswa harus berdiskusi mengenai hasil jawaban sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat lebih baik karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain. 3. Share (Berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau seluruh kelas. Pada 17 langka ini akan terjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan akhir pembelajaran. 4. Kelebihan dan Kelemahan Pedekatan Kooperatif Tipe TPS Setiap pedekatan yang diterapkan memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perilu ditunjang dengan metode atau pendekatan yang lain terutama dalam pembelajaran matematika. Adapun kelebihan dari pendekatan kooperatif tipe TPS dalam Ariffadhol (2009: 10) sebagai berikut: (1) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, (2) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas, (3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil, (4) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas, (5) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, (6) Siswa akan terlatih menerapkan 18 konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. Kelemahan pendekatan kooperatif tipe TPS dalam Ariffadholi (2009: 10) adalah sebagai berikut ini: 1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. 2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. 3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga 4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. 5. Lebih sedikit ide yang muncul. 6. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah. 7. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. 5. Langkah-langkah Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Langkah-langkah dalam pendekatan kooperatif tipe TPS menurut Kagan dalam Trianto (2007: 56) adalah sebagai berikut ini Tahap 1: Thinking (Berpikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan palajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa saat. Tahap 2 : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk dapat mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanya atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus 19 telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5 menit untuk berpasangan. Tahap 3 : Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta pasangan siswa untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi tentang apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas. C. Metode Inquiri Terbimbing 1. Pengrtian Metode Inquiri Terbimbing Metode inquiri terbimbing didefenisikan oleh Piaget dalam Kusmana (2010: 47) sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi baik bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Sementara itu menurut Bruner dalam Trianto (2009: 38) metode inquiri terbimbing adalah belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Pembelajaran berdasarkan metode inquiri terbimbing adalah suatu metode yang berpusat pada siswa. Kelompok-kelompok siswa diberi suatu persoalan dan mereka diminta untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan secara prosedural dan terstruktur sebagaimana yang telah dirancang. Peran guru sangat penting dalam mengarahkan siswa mendapatkan jawaban dengan penemuannya sendiri. Menurut Suchman (dalam Trianto, 2009: 169) metode Inquiri Terbimbing dalam pembelajaran sebagai berikut ini: “dapat lebih membiasakan kepada anak untuk membuktikan sesuatu pengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari. Membuktikan dengan melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa dibibing oleh guru, penyelidikan itu dilakukan oleh para siswa baik dilapangan maupun melalui diskusi kelompok. Dengan menggunakan metode inquiri ini pengamatan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik”. 20 2. Karakteristik Inquiri Terbimbing Menurut Kusmana (2010: 54) menyatakan bahwa beberapa karakteristik dari Inquiri Terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu: (1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesipik hingga membuat inferensi atau generalisasi, (2) sasarannya melalui proses mengamati kejadian atau objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, (3) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas, (4) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (5) kelas diharapkan berfungsi sebagai labolatorium kelas, (6) biasanya sejumlah generalisai tertentu diperoleh dari siswa, (7) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluru siswa dalam kelas. Inquiri Terbimbing merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa karena setiap siswa berusaha untuk mencari pertemuan-pertemuan yang telah mereka ketahui sebelumnya dengan dibimbing guru dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa SD dalam hal cara penyampaian, jenis kegiatan belajar, maupun penyedian sumber belajarnya, inquiri terbimbing cocok untuk diterapkan di tingkat SD karena inquiri terbimbing ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-psinsip yang mendasar bidang matematika. 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiri Terbimbing Ada beberapa kelebihan dan kelemahan metode inquiri terbimbing dalam menggunakan metode inquiri Terbimbing. Kusmana (2010: 65) menyatakan bahwa penggunaan metode inquiri Terbimbing memberikan kelebihan sebagai berikut ini: 1. Mendorong siswa untuk berpikir dan berkerja keras atas inisiatifnya sendiri. 2. Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa 3. Mebantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif. 4. Meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan cara sendiri. 5. Mengembangkan bakat individu secara obtimal Kelemahan metode inquiri Terbimbing sebagai berikut ini: 1. Tidak sesuai dengan jumlah yang besar peserta didiknya 2. Memerlikan fasilitas yang memadai 21 3. Menuntut guru untuk mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa 4. Sangat sulit mengubah cara belajar siswa dari kebiasaan menerimah informasi dari guru menjadi aktif menemukan sendiri 5. Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang siswa malah tidak tau memanfaatkannya. Jadi metode inquiri terbimbing ini bertujuan untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual, emosional, sosial dan keterampilan yang dibutuhkan serta mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan masalah. Penggunaan metode inquiri dalam pembelajaran matematika besar manfaatnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan menggunakan metode inquiri terbimbing dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan terbuka, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individunya. Dengan pelaksanaan metode inquiri terbimbing diharapkan bagi siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal. 4. Langkah-langkah Metode Inquiri Terbimbing Kusmana (2010: 59) mengemukakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan metode inqiuri terbimbing meliputi lima tahap, yaitu: (1) mengidentifikasi permasalahan. (2) membuat hipotesis, (3) mengumpulkan data untuk menguji hipotesis, (4) merevisi hipotesis, dan (5) mengulang langkah ke tiga dan keempat sampai hipotesis yang digunakan untuk menghitung atau mengumpulkan semua data ditemukan. Sementara itu, menurut Sagala (2006: 89) siklus Inquiri adalah sebagai berikut: observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hipotesis), pengupulan data (data gathering), penyimpulan (conelussion). 22 Trianto (2009: 175) menjelaskan bahwa tahap penerapan belajar Inquiri Terbimbing merupakan pemberikan rangsangan agar siswa termotivasi untuk memikirkan hal-hal baru yang sudah diketahui, guru memberikan permasalahan dan siswa mecari jawaban dengan mengumpulkan data dan mengolahnya, sehingga guru berperan sebagai fasilitator untuk siswa melakukan penemuan. Menurut Pranata (1993: 147) langkah-langkah yang digunakan dalam menyajikan materi dengan metode Inquiri Terbimbing adalah sebagai berikut ini: (1)Fase berhadapan dengan masalah. Fase ini muerupakan saat penyajian masalah atau mengahadapkan siswa kepada situasi teka-teki, siswa harus memuaskan, menyusun dan melacak sendiri fakta-fakta untuk menuju pemecahan masalah yang dihadapinya. (2) Fase pengumpulan data pengujian. Pada fase ini siswa berusaha untuk mengupulkan data informasi sebanyakbanyaknya, tentang masalah yang mereka hadapi. Data tersebut dapat diperoleh berdasarkan kondisi objek atau menguji proses terjadinya masalah. (3) Fase formulasi penjelasan. Pada fase ini guru dapat merumuskan penjelasan untuk membimbing siswa pada pemecahan masalah yang terarah. (4) Fase analsisis proses Inquiri, Pada fase ini siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka. Dengan demikian siswa akan banyak memiliki tipe-tipe infomasi, yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. D. Hubungan Pendekatan Kooperatif Tipe TPS melalui Metode Inquiri Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan. Pembelajaran Matematika di SD harus memperhatikan perkembangan intelelektual anak, terutama anak kelas V 9-10 tahun pada masa ini. (Piaget dalam Trianto 2007: 69). Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap operasional konkret, mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Mereka masih perlu berpikir sehubungan dengan objek-objek konkret, meskipun hanya dalam imaginasi dan masih sulit menyelesaikan masalah dengan individu. 23 Penerapan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metodeiInquiri terbimbing ini merupakan alternatif perbaikan proses pembelajaran karena dapat melibatkan semua unsur yang ada pada siswa dan siswa dapat dilibatkan langsung untuk menemukan pemecahan masalah dengan berdiskusi teman sebangku dan berbagi di depan kelas. Penerapan pedekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing dapat memberikan muatan lebih pada mata pelajaran matematika yaitu dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan mempermudah siswa dalam memahami konsep sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 24 Table 2.1 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif tipe TPS melalu Metode Inquiri Terbimbing Langkah-langkah pendekatan Langkah-langkah Metode Kooperatif tipe TPS Inquiri Terbimbing 1. Tahap 1 : Thinking (Berpikir). 1. Fase berhadapan dengan Guru mengajukan pertanyaan masalah atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian Fase ini merupakan saat siswa diminta untuk penyajian masalah atau memikirkan pertanyaan atau isu mengahadapkan siswa kepada tersebut secara mandiri situasi teka-teki, siswa harus beberapa saat. memuaskan, menyusun dan melacak sendiri fakta-fakta 2. Tahap 2 : Pairing untuk menuju pemecahan (Berpasangan). Guru meminta masalah yang dihadapinya. siswa berpasangan dengan siswa lain untuk dapat 2. Fase pengumpulan data mendiskusikan apa yang telah pengujian dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap Pada fase ini siswa berusaha ini diharapkan dapat berbagi untuk mengumpulkan data jawaban jika telah diajukan informasi sebanyaksuatu pertanya atau berbagi ide banyaknya, tentang masalah jika suatu persoalan khusus yang mereka hadapi. Data telah diidentifikasi. tersebut dapat diperoleh 3. Tahap 3 : Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru meminta pasangan siswa untuk membentuk kelompok yang lebih besar untuk berbagi tentang apa yang telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh kelas. berdasarkan kondisi objek atau menguji proses terjadinya masalah. 3. Fase formulasi penjelasan Pada fase ini guru merumuskan penjelasan membimbing siswa pemecahan masalah terarah. dapat untuk pada yang 4. Fase analsisis proses Inquiri Pada fase ini siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka. Dengan demikian siswa akan banyak memiliki tipe-tipe informasi, yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Berdasarkan tabel 2.1 langkah-langkah pemebalajaran matematika menggunakan penerapan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing yang 25 mana dengan penggabungan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 1. Langkah-langkah pendekatan kooperatif tipe TPS melalui Metode Inquiri terbimbing a. Berpikir (Thingking)(mengidentifikasi permasalahan) 1. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3. Guru melakukan tindak lanjut pertanyaan pada apersepsi b. Berpasangan (Pairing)(membuat hipotesis/mengumpulkan data) 4. Guru membimbing siswa membentuk kelompok berpasangan 5. Guru membimbing siswa membuat hipotesis 6. Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi/jawaban yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. c. Berbagi (Sharing)(merevisi hipotesi,membuat kesimpulan) 7. Guru membimbing siswa membentuk kelompok besar dengan 6 orang siswa untuk menganalisis data berbagi jawaban dan berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik 8. Guru membimbing suswa menyimpulkan jawaban yang telah didiskusi bersama kelompok dari beberapa jawaban yang telah dikerjakan untuk mengambil kesimpulan jawaban yang benar. 9. Guru membimbing pasangan kelompok mempresentasikan jawabannya didepan kelas. 10. Guru memberikan pemantapan materi. c. Penutup 26 11. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran. 12. Guru memberikan evaluasi 13. Guru memberikan tindak lanjut E. Aktivitas Pembelajaran Crosby dalam sambasalim (2010) menegaskan bahwa dalam pengertian kualitas terkandung makna “kesesuaian dengan kebutuhan”. Kesesuaian dengan kebutuhan maksudnya kondisi yang ditimbulkan sesuai dengan harapan dan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Menurut Mulyono (2009: 109) aktivitas artinya “kegiatan/keaktifan”. Segala sesuatu yang dilakukanatau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Jadi peneliti berkesimpulan bahwa kativitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekananya adalah pada siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Lebih lanjut Jasin (2001: 76), mengemukakan bahwa belajar aktif adalah proses perkembang keterampilan yang selalu tak lepas dari kegiatankegiatan : mengamati, berkomunikasi, menarik kesimpulan, meramal, mengartikan data yang diperoleh, merumuskan suatu masalah dan mencari pemecahannya. Siswa yang aktif dimaksud disini tergolong pada tiga segi, yakni : mental, fisik dan sosial, juga dalam lima situasi yaitu: nyata, buatan, audio visual, visualisasi verbal dan audio verbal. Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Dierich dalam Ardhana (2009) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas kelompok, yaitu : (1) kegitan-kegiatan visual membaca, 27 melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain, (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi, (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan; mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permaianan, mendengarkan radio, (4) kegiatan menulis; menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket, (5) kegiatan-kegiatan menggambar; menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, pola, (6) kegiatan-kegiatan metrik; melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainaan, menari dan berkebun, kegiatan-kegiatan mental, merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan, dan (8) kegiatan-kegiatan emosional, minat, membedakan, berani,tenang, dan lain-lain. Menurut Sudjana (2006: 102) beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam menilai aktivitas pembelajaran antara lain sebagai berikut ini: a. Keterlaksanaan oleh guru Dalam hal ini kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian kegiatan yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana mestinya. Keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal : (1) mengkondisikan kegiatan belajar siswa, (2) menyiapkan alat dan sumber belajar, (3) waktu yang disediaakan untuk kegiatan pembelajaran, (4) memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada 28 siswa, (5) melaksanakan penilaian aktivitas dan hasil belajar siswa, (6) menggeneralisasikan hasil pembelajaran saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. b. Keterlaksanaan oleh siswa Dalam hal ini yang dinilai adalah kegiatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan oleh siswa dapat dilihat dalam hal: (1) memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru, (2) semua siswa turut serta dalam mengikuti pelajaran, (3) tugas-tugas belajar dapat dikerjakan sebagaimana mestinya, (4) memanfaatkan semua sumber belajar yang disedikan guru, (5) menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. F. Hasil Belajar Salah satu harapan peneliti dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing akan berpengaruh terhadap hasil belajar serta mengembangkan karakter siswa melalui pembelajaran matematika, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar matematika akan memperlihatkan kemampuan atau pengetahuan siswa dalam penguasaan pembelajaran Matematika. Menurut Sudjana (2006: 101) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar denagn menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara tyerencana, baik tes secara tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Anita (2010: 75) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku secara menyeluruh bukan hanya dalam satu aspek saja, tetapi terpadu secara menyeluruh. Sedangkan Sudjana (2004: 90) menyatakan bahwa penilaian adalah proses pemberian atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan kreteria 29 tertentu. Selanjutnya Sudjana menyatakan hasil belajar adalah proses pemberian niali terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa sesuai dengan criteria tertentu. Berdasarkan teori Taksanomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Menurut Anderson dan Krathwohl dalam Winarni (2009: 87) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan aspek kreasi (C6). Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek, antara lain aspek menerima, menanggapi, menilai, mengelola dan menghayati. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari 4 aspek antara lain menirukan, memanipulasi, pengalaman dan artikulasi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktifitas belajar. Ini berarti hasil belajar tidak akan bisa diketahui tanpa melakukan penelitian atas hasil aktifitas belajar siswa. G. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Maria Ulfa (2009) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share pada Siswa Kelas IV SDN Nglebur Kabupaten Lamongan terbukti dapat terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nglebur Kabupaten Lamongan. 30 2. Penelitian Ulfa Fitriyati (2008) yang berjudul metode inquiri sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VB SDN 06 Karang Tinggi. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas maka peneliti tertarik untuk meggunakan Pedekatan Kooperatif tipe Think Pair Share dengan Metode Inquiri dalam melakukan penelitian pada mata pelajaran Matematika di Kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu. H. Kerangka Berpikir Berdasarkan pengamatan di kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu, pada mata pelajaran matematika guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal, siswa pasif, siswa kurang mengungkapkan ide-idenya karena takut diejuk oleh temannya, siswa mencontoh karena kurang menguasai konsep matematika, dalam mengajar guru masih menggunakan metode cerah sehingga dalam proses pembelajaran siswa masih sibuk sendiri, dalam proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa dalam penemuan konsep, hasil pembelajaran masih rendah. Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara kenyataan di SD dengan kondisi yang seharusnya, maka untuk mengatasi kesenjangan tersebut peneliti menerapkan pendekatan yang memungkinkan siswa belajar secara optimal baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor yaitu menggunakan pendekatan Kooperatif tipe TPS melalui metode Inquiri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran Matematika di kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu. Sebagaimana langkah-langkah pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan Kooperatif tipe TPS melalui Metode Inquiri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu. (1) Di mana 31 guru memberikan apersepsi pada awal kegiatan dengan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan pembelajaran dan melibatkan kegiatan sehari-hari siswa, kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran, (2) guru membimbing siswa dalam memikirkan jawaban yang diberikan oleh guru secara individu, (3) siswa membentuk kelompok secara berpasangan untuk memecahkan LDS dan membentuk kelompok lebih besar lagi untuk memantapkan hasil diskusi serta menyampaikannya didepan kelas. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika serta saling meningkatkan mutu pendidikan matematika, faktor pentingnya adalah (a) bagaimana para siswa dapat mempelajari pembelajaran matematika yang bermakna, (b) siswa dapat menguasai konsep, pembelajaran yang berorientasi pada alat peraga sehingga pembelajaran menyenangkan, (c) siswa dapat bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas/evaluasi yang diberikan oleh guru, (d) sehingga siswa dapat mencapai nilai yang diharapkan. Berdasarkan konsep dan teori seperti yang telah diuraikan tersebut, maka pendekatan TPS melalui metode inquiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan, proses dan hasil siswa seperti yang dilihat dalam bagan berikut ini: 32 Bagan 2.1 Kerangka Berfikir PEMBELAJARAN MATEMATIKA Kondisi Ideal Kondisi Nyata 1. Pada proses pembelajaran guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal. 2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena cara mengajar kurang menyenangkan. 3. Siswa takut mengungkapkan ide-idenya karena takut diejek oleh teman. 4. Siswa mencontoh karena kurang menguasai konsep matematika. 5. Siswa ribut sendiri pada saat guru menjelaskan menggunakan ceramah dan berpusat pada buku. 6. Hasil belajar rendah 1. Dalam pembelajaran guru menggunakan media secara optimal. 2. Siswa aktif dalam belajar 3. Siswa berani dalam mengungkapkan ide-ide didepan temannya. 4. Siswa dapat menguasai konsep matematika. 5. Siswa tidak ribut dalam mengerjakan LDS dan Evaluasi. 6. Hasil belajar meningkat. Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Melalui Metode Inquiri Langkah-langkah pendekatan kooperatif tipe TPS melalui Metode Inquiri: 1. Berpikir (Thingking)/(mengidentifikasi permasalahan) a. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c. Guru melakukan tindak lanjut pertanyaan pada apersepsi 2. Berpasangan (Pairing)/(membuat hipotesis,mengumpulkan data) a. Guru membimbing siswa membentuk kelompok berpasangan b. Guru membimbing siswa membuat hipotesis c. Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi/jawaban yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. 3. Berbagi (Sharing)/(merevisi hipotesis,membuat kesimpulan) a. Guru membimbing siswa membentuk kelompok besar dengan 6 orang siswa untuk menganalisis data berbagi jawaban dan berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik b. Guru membimbing suswa menyimpulkan jawaban yang telah didiskusi bersama kelompok dari beberapa jawaban yang telah dikerjakan untuk mengambil kesimpulan jawaban yang benar. c. Guru membimbing pasangan kelompok mempresentasikan jawabannya didepan kelas. d. Guru memberikan pemantapan materi. Aktivitas dan Hasil Belajar BAB III Siswa Meningkat 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research yang merupakan jenis penelitian bertujuan untuk menguji atau merefleksi secara kritis. Kemudian mencobakan dan mempraktekkan, kolaborasi realitas, kendala, problem, dan implikasi dari penerapan suatu tindakan pembelajaran terhadap kinerja guru dan siswa, serta iklim situasi sosial (pembelajaran) yang terjadi didalam suatu konteks situasi sosial, yaitu kelas. Metode penelitian yang digunakan harus menekankan pada suatu kejadian reflektif dan kolaboratif pada realitas lapangan (naturall seting), berdasarkan paradigma tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Dalam penelitian model ini bukan hanya sekedar memenyelesaikan masalah pembelajaran yang terjadi di kelas, tetapi juga berupaya meningkatkan kepemilikan propesionalisme melalui kegiatan refleksi, kolaboratif serta membentuk karakter anak dalam pembelajaran matematika. Menurut Wardani, dkk (2007: 14) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar menjadi meningkatkan. Ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Arah dan tujuan penelitian tindakan ini yaitu demi kepentingan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan. B. Subjek Penelitian Pelaksanaan PTK dilaksanakan pada guru dan siswa kelas VB di SDN 02 Kota Bengkulu tahun ajaran 2011/2012. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran 33 34 Matematika di kelas VB. Subjek penelitian ini adalah guru dan 34 siswa terdiri atas 16 perempuan dan 18 laki-laki. C. Defenisi Operasional 1. Pendekatan kooperatif tipe TPS melalui metode inquiri terbimbing adalah menekankan pada pembelajaran di mana siswa berkelompok secara berpasangan untuk mendiskusikan pembelajaran agar aktivitas pembelajaran lebih efektif serta di mana siswa dapat menemukan konsep secara mandiri. 2. Aktivitas pembelajaran adalah kegiatan di mana guru dan siswa melakukan proses pembelajaran sehingga diperoleh pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan dan kebiasaan belajar melalui pemanfaatan rangsangan dari luar diri siswa. 3. Hasil belajar adalah penilaian pendidika tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktifitas belajar. Hasil belajar tidak akan bisa diketahui tanpa melakukan test aktivitas belajar siswa. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif (pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), afektif (baik, cukup, kurang), psikomotor (sangat terampil, terampil, kurang terampil). D. Prosedur Penelitian Penelitian yang digunakan adalah jenis PTK yang dilaksanakan dalam kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu. Penelitian ini terdiri atas empat tahapan yaitu: (1) Perencanaan (planning); (2) Pelaksanaan tindakan (action); (3) Pengamatan (observation); dan (4) Refleksi (reflection) (Wardani, 2008: 105). Keempat tahapan tersebut merupakan unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Tahap-tahap tersebut dapat ditunjukkan pada bagan 3.1 berikut ini. 35 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Berhasil Arikunto 2008 Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Pelaksanaan PTK dilaksanakan sebanyak dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Secara rinci tahap-tahap penelitian tiap siklus akan diuraikan sebagai berikut ini: 1. Siklus 1 Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus 1 ini adalah sebagai beriut ini: 36 a. Tahap perencanaan (Planning) 1) Menganalisis kurikulum 2) Membuat silabus yang berlandaskan pada Kurikulu Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disajikan pada lamp 3 3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Disajikan pada lamp 4 4) Membuat LDS untuk kegiatan siswa beserta kunci jawabannya. disajikan pada lamp 5 dan 7 5) Mempersiapkan media/alat peraga. 6) Membuat alat evaluasi dan kunci jawaban. Disajikan pada lamp 6 dan 8 7) Membuat lembar observasi guru beserta deskriptornya. Disajikan pada lamp 10 dan 11 8) Membuat lembar obserpasi siswa beserta deskriptor disajikan pada lamp 13 dan 14 9) Membuat lembar observasi afektif beserta deskriptornya. Disajikan pada lamp 16 dan 17 10) Membuat lembar observasi psikomotor beserta deskriptornya. disajikan pada lampiran 18 dan 19 b. Tindakan Tindakan dilaksanakan dengan berdasarkan pada scenario pembelajaran yang telah dibuat. Langkah-langah yang dilakukan untuk pelaksanaan siklus 1 adalah : Pertemuan Pertama (3 x 35’) 1. Pra Kegiatan ( ± 5 Menit) a. Guru mengajak siswa berdo’a bersama 37 b. Guru mengecek kehadiran siswa. 2. Kegiatan Awal ( ± 10 Menit) Berpikir (Thinking)/mengidentifikasi masalah c. Guru mempersiapkan kelas ke arah pembelajaran yang kondusif dengan cara menyuruh siswa merapikan tempat duduk dan menyuruh siswa mengeluarkan alat-alat tulisnya. d. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan baik. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. 3. Kegiatan inti ( ± 80 Menit) f. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa g. Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi masalah h. Siswa diberikan kesempatan untuk berpikir secara mandiri Berpasangan (Pairing)/membuat hipotesis/mengumpulkan data i. Guru membimbing siswa untuk berpasangan j. Guru memberikan LDS k. Guru membimbing siswa membuat hipotesis l. Siswa mengumpulkan informasi/jawaban yang sesuai dengan masalah yang dihadapi Berbagi (Sharing)/merevisi hipotesis/membuat kesimpulan m. Siswa membentuk kelompok besar dengan 6 orang siswa untuk menganalisis data berbagi jawaban dan berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik 38 n. Siswa menyimpulkan jawaban yang telah didiskusi bersama kelompok dari beberapa jawaban yang telah dikerjakan untuk mengambil kesimpulan jawaban yang benar. o. Pasangan kelompok mempresentasikan jawabannya didepan kelas. p. Guru memberikan pemantapan materi. 4. Kegiatan penutup ( ± 15 Menit) q. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pembelajaran. r. Guru member evaluasi. s. Guru memberikan penghargaan t. Guru memberikan tindak lanjut. Pertemuan Kedua (3 x 35’) 1. Pra Kegiatan ( ± 5 Menit) a. Guru mengajak siswa berdo’a b. Guru mengecek kehadiran siswa. 2. Kegiatan Awal ( ± 10 Menit) Berpikir (Thinking)/mengidentifikasi masalah c. Guru mempersiapkan kelas kearah pembelajaran yang kondusif. d. Guru memberi apersepsi untuk memotivasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang lalu. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. 3. Kegiatan inti ( ± 80 Menit) f. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa g. Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi masalah h. Siswa diberikan kesempatan untuk berpikir secara mandiri 39 Berpasangan (Pairing)/membuat hipotesis/mengumpulkan data. i. Guru membimbing siswa untuk berpasangan j. Guru memberikan LDS k. Guru membimbing siswa membuat hipotesis l. Siswa mengumpulkan informasi/jawaban yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Berbagi (Sharing)/merevisi hipotesis/membuat kesimpulan m. Siswa membentuk kelompok besar dengan 6 orang siswa untuk menganalisis data berbagi jawaban dan berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik. n. Siswa menyimpulkan jawaban yang telah didiskusi bersama kelompok dari beberapa jawaban yang telah dikerjakan untuk mengambil kesimpulan jawaban yang benar. o. Pasangan kelompok mempresentasikan jawabannya didepan kelas. p. Guru memberikan pemantapan materi. 4. Kegiatan penutup ( ± 15 Menit) q. Dengan bimbingan guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran r. Guru memberikan evaluasi s. Guru memberikan penghargaan t. Guru memberi tindak lanjut c. Observasi Pada pelaksanaan siklus I dilaksanakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selama proses pembalajaran, observer mengamati jalannya pelaksanaan aktivitas pembelajaran berlangsung yang menjadi observer adalah 40 guru mata pelajaran Matematika kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu dan teman sejawat. Hasil pengamatan telah dianalisis oleh peneliti sebagai bahan refleksi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan guru. Analisis hasil observasi guru siklus I, analisis hasil observasi siswa siklus I, analisis hasil penilaian afektif siklus I, dan analisis hasil penilaian psikomotor siklus I. d. Refleksi (Reflection) Refleksi dilakukan dari hasil analisis terhadap seluruh hasil penilaian, yaitu hasil observasi dan hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi untuk menemukan kelebihan dan kelemahan di siklus pertama. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun langkah-langkah pembelajaran pada siklus II. 2. Siklus II Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II ini adalah sebagai beriut : a. Tahap Perencanaan (Planning) 1) Menganalisis kurikulum 2) Membuat silabus yang berlandaskan pada Kurikulu Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Disajikan pada lamp 43 3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Disajikan pada lamp 44 4) Membuat LDS untuk kegiatan siswa beserta kunci jawabannya. Disajikan pada lamp 45 dan 47 5) Mempersiapkan media/alat peraga. 6) Membuat alat evaluasi dan kunci jawaban. Disajikan pada lamp 46 dan 48 41 7) Membuat lembar observasi guru beserta deskriptornya. Disajikan pada lampiran 10 dan 49 8) Membuat lembar obserpasi siswa beserta deskriptor disajikan pada lampiran 13 dan 51 9) Membuat lembar observasi afektif beserta deskriptornya. Disajikan pada lampiran 16 dan 53 10) Membuat lembar observasi psikomotor beserta deskriptornya. Disajikan pada lampiran 18 dan 54. b. Tindakan Tindakan dilaksanakan dengan berdasarkan pada scenario pembelajaran yang telah dibuat. Langkah-langah yang dilakukan untuk pelaksanaan siklus II adalah : Pertemuan Pertama (3 x 35’) 1. Pra Kegiatan (± 5 Menit) a. Guru mengajak siswa berdo’a bersama b. Guru mengecek kehadiran siswa. 2. Kegiatan Awal (± 10 Menit) Berpikir (Thinking)/mengidentifikasi masalah c. Guru mempersiapkan kelas kearah pembelajaran yang kondusif dengan cara menyuru siswa merapikan tempat duduk dan menyuruh siswa mengeluarkan alat-alat tulisnya. d. Guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan baik. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. 42 3. Kegiatan inti (± 80 Menit) f. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa g. Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi masalah h. Siswa diberikan kesempatan untuk berpikir secara mandiri Berpasangan (Pairing)/membuat hipotesis/mengumpulkan data i. Guru membimbing siswa untuk berpasangan j.Guru memberikan LDS k. Guru membimbing siswa membuat hipotesis l. Siswa mengumpulkan informasi/jawaban yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Berbagi (Sharing)/merevisi hipotesis/membuat kesimpulan m. Siswa membentuk kelompok besar dengan 6 orang siswa untuk menganalisis data berbagi jawaban dan berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik. n. Siswa menyimpulkan jawaban yang telah didiskusi bersama kelompok dari beberapa jawaban yang telah dikerjakan untuk mengambil kesimpulan jawaban yang benar. o. Pasangan kelompok mempresentasikan jawabannya didepan kelas. p. Guru memberikan pemantapan materi. 4. Kegiatan penutup (± 15 Menit) q. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pembelajaran. r. Guru memberi evaluasi. s. Guru memberikan pengahargaan t. Guru memberikan tindak lanjut. 43 Pertemuan Kedua (3 x 35’) 1. Pra Kegiatan (± 5 Menit) a. Guru mengajak siswa berdo’a b. Guru mengecek kehadiran siswa. 2. Kegiatan Awal (± 10 Menit) Berpikir (Thinking)/mengidentifikasi masalah c. Guru mempersiapkan kelas kearah pembelajaran yang kondusif. d. Guru memberi apersepsi untuk memotivasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang lalu. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. 3. Kegiatan inti (± 80 Menit) f. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa g. Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi masalah. h. Siswa diberikan kesempatan untuk berpikir secara mandiri Berpasangan (Pairing)/membuat hipotesis/mengumpulkan data. i. Guru membimbing siswa untuk berpasangan j.Guru membimbing siswa membuat hipotesis k. Siswa mengumpulkan informasi/jawaban yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Berbagi (Sharing)/merevisi hipotesis/membuat kesimpulan l. Siswa membentuk kelompok besar dengan 6 orang siswa untuk menganalisis data berbagi jawaban dan berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam mencari jawaban terbaik. 44 m. Siswa menyimpulkan jawaban yang telah didiskusi bersama kelompok dari beberapa jawaban yang telah dikerjakan untuk mengambil kesimpulan jawaban yang benar. n. Pasangan kelompok mempresentasikan jawabannya didepan kelas. o. Guru memberikan pemantapan materi. 4. Kegiatan penutup (± 15 Menit) p. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pembelajaran q. Guru memberikan evaluasi r. Guru memberikan penghargaan s. Guru member tindak lanjut c. Observasi (Observation) Pada tahap observasi di siklus ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas VB dan teman sejawat. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh kedua pengamat tersebut selanjutnya dianalisis dan direfleksi oleh peneliti bersama pengamat untuk digunakan dalam mengukur keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan guru. Analisis hasil observasi guru siklus II, analisis hasil observasi siswa siklus II, analisis hasil penilaian afektif siklus II, dan analisis hasil penilaian psikomotor siklus II. d. Refleksi (Reflection) Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa, afektif dan psikomotor) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan 45 untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang diinginkan telah tercapai maka pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa, afektif, paikomotor dan LDS) maupun hasil tes yang kemudian diolah dalam analisis data. Berdasarkan hasil analisis data diketahui yang telah dicapai atau yang belum dicapai pada siklus ini, hasil analisis tersebut digunakan sebagai rekomendasi bagi penelitian ini E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dan siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Alat evaluasi observasi yang digunakan berupa check list (√) dalam Sujana (2006). Observasi dilakukan terhadap guru dan seluruh siswa kelas VB SDN 02 Kota Bengkulu saat proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Data hasil observasi digunakan peneliti untuk melakukan refleksi diri terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan menilai kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran. 2. Tes Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa dalam Slameto (2001: 30). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa Post test, post test dilakukan setelah pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS melalui Metode inquiri yang diberikan secara tertulis pada aktivitas pembelajaran. Penyusunan tes yang digunakan di kelas VB 46 ini disesuaikan dengan tuntutan dan karakteristik pembelajaran kooperatif tipe TPS melalu Metode inquiri yaitu pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5). F. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi a. Lembar Observasi Aktivitas Guru Lembar observasi aktivitas guru ini bertujuan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS melalui Metode inquiri terbimbing. Jumlah aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas guru adalah sebanyak 15 aspek. b. Lembar Observasi Aktvitas Siswa. Lembar observasi aktvitas siswa ini bertujuan untuk mengamati bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendeatan kooperatif tipe TPS melalui Metode inquiri terbimbing. Jumlah aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa adalah sebanyak 15 aspek. 2. Lembar Tes a. Lembar Penilaian Kognitif Lembar penilaian kognitif digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar diskusi dan lembar evaluasi pada akhir pembelajaran diberikan oleh guru pada saat aktivitas pembelajaran berlangsung. b. Lembar Penilaian Afektif Lembar penilaian afektif digunakan untuk menilai sikap pada saat aktivitas pembelajaran berlangsung yang meliputi lima aspek pengamatan diantaranya bagaimana cara memperhatikan. siswa mematuhi, memilih, meyakinkan, menata, 47 c.Lembar Observasi Penilaian Psikomotor Lembar observasi penilaian psikomotor digunakan untuk menilai kinerja atau keterampilan siswa pada saat aktivitas pembelajaran yang berlangsung meliputi empat aspek pengamatan diantaranya bagaimana cara siswa mengkonstruksikan, mendemonstrasikan, mengemas dan menggunakan pengetahuan atau pengalaman yang ada untuk memecahkan masalah. G. Teknik Analisis Data Keseluruhan data dianalisa secara deskriptif baik yang menyangkut hasil observasi maupun tes. 1. Data Observasi Data observasi digunakan untuk merefleksi siklus yang telah dilakukan secara deskriptif. Analisis data observasi menggunakan penilaian. Penentuan nilai dan kisaran nilai untuk tiap kategori menggunakan persamaan berikut ini: 1) Rata- rata skor = 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 2) Skor tertinggi = Jumlah butir observasi x skor tertinggi tiap soal 3) Skor terendah = Jumlah butir observasi x skor terendah tiap soal 4) Selisih Skor = Skor tertinggi- Skor Terendah 5) Kisaran tiap kriteria = a. Lembar Obsevasi Guru 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 Jumlah seluruh butir observasi untuk guru adalah 15 butir pernyataan dengan jumlah kriteria penilaian 1 sampai 3. Berdasarkan rumus yang telah disebutkan, maka diperoleh data sebagai berikut ini: 48 1) Skor tertinggi yaitu 15 x 3 = 45 2) Skor terendah yaitu 15 x 1 = 15 3) Selisih skor yaitu 45 – 15 = 30 4) Kisaran tiap kriteria = = 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 ℎ 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 30 3 = 10 Kisaran nilai tiap kriteria adalah 10 Jadi rentang nilai untuk aktivitas guru dapat dilukiskan dalam table 3.1 berikut ini Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru No Krieria Skor 1. Baik (B) 36-45 2. Cukup (C) 26-35 3. Kurang (K) 15-25 b. Observasi Aktivitas Siswa Jumlah seluruh butir observasi untuk siswa adalah 15 butir pernyataan dengan jumlah kriteria penilaian 1 sampai 3. Berdasarkan rumus yang telah disebutkan di atas, maka diperoleh data sebagai berikut ini: 1) Skor tertinggi yaitu 15 x 3 = 45 2) Skor terendah yaitu 15 x 1 = 15 3) Selisih skor adalah 45 – 15 = 30 4) Kisaran tiap kriteria = 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 ℎ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 49 = 30 3 = 10 Kisaran nilai untuk tiap kriteria adalah 10 Jadi rentang nilai untuk aktivitas guru dapat dilukiskan dalam tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa No Kriteria Skor 1. Baik (B) 36-45 2 Cukup (C) 26-35 3 Kurang (K) 15-25 2. Data Hasil Tes Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada setiap siklus dan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Hasil tes pada siklus I dan siklus II. Hasil belajar yang dianalisis pada setiap siklus meliputi : a. Nilai rata-rata hasil belajar X= ∑𝑥𝑥 𝑁𝑁 Keterangan : X = Nilai rata-rata siswa ΣX = Jumlah Nilai Siswa N = Jumlah Siswa b. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal KB = 𝑁𝑁1 𝑁𝑁 x 100% 50 Keterangan : KB = Persentase ketuntasan belajar klasikal N1 = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 6,5 N = Jumlah siswa (Sudjana, 2006) c. Lembar Penilaian Afektif Jumlah seluruh aspek observasi afektif ada 5 aspek yang mencakup mematuhi, memilih, menyakinkan, menata dan memperhatikan dengan jumlah kriteria penilaian 3. Skor penilaian afektif ini dikonversikan ke dalam bentuk nilai dan nilai rata-rata afektif siswa dengan menggunakan rumus : Nilai rata-rata afektif siswa berdasarkan rumus sebagai berikut ini: PA = Keterangan : 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑁𝑁 x 100 % PA = Persentase aspek afektif NA = Jumlah siswa yang mencapai aspek afektif di setiap siklus N = Jumlah siswa (Winarmi, dkk, 2011) d. Lembar Penilaian Psikomotor Jumlah seluruh aspek observasi psikomotor ada 4 aspek yang mencakup menkontruksi, mendemontrasikan, mengemas dan menggunakan dengan jumlah 3 kriteria skor. Skor penilaian psikomotor ini dikonversikan kedalam bentuk nilai dan nilai rata-rata psikomotor siswa menggunakan rumus: Nilai rata-rata psikomotor siswa berdasarkan rumus sebagai berikut ini: PP = 𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑁𝑁 x 100 % 51 Keterangan : PP = Persentase aspek psikomotor NP = Jumlah siswa yang mencapai aspek psikomotor di setiap siklus N = Jumlah siswa (Winarni, dkk, 2011) I. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan aktivitas pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Kota Bengkulu melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS melalui Metode Inquiri adalah sebagai berikut : 1. Indikator keberhasilan aktivitas pembelajaran a. Aktivitas guru : jika guru mendapat skor 36-45 maka kriteria keberhasilan aktivitas guru dalam kategori baik. b. Aktivitas siswa : jika siswa mendapat skor 36-45 maka kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam kategori baik. c. Nilai Afektif siswa : Jika presentase yang mencapai kategori baik pada setiap aspek afektif meningkat. d. Nilai Psikomotor siswa : Jika presentase yang mencapai kategori sangat terampil pada setiap aspek psikomotor meningkat. 2. Indikator keberhasilan tes a. Nilai rata-rata kelas mendapat nilai minimal ≥ 6,5