Arsitektur Komputer
Operand fetch of I2 takes three cycles
• Pipeline stalls for two cycles
Caused by hazards
• Pipeline stalls reduce overall throughput
Limits
to pipelining: Hazards prevent next
instruction from executing during its
designated clock cycle
Three types of hazards
• Resource hazards
Occurs when two or more instructions use the same resource
Also called structural hazards
• Data hazards
Caused by data dependencies between instructions
Example: Result produced by I1 is read by I2
• Control hazards
Default: sequential execution suits pipelining
Altering control flow (e.g., branching) causes problems
Introduce control dependencies
Common solution is to stall the pipeline until the hazard is
resolved, inserting one or more “bubbles” in the pipeline
Hazards
Pipeline Bubble
Untuk menyelesaikan instruksi tertentu, beberapa langkah dalam
pipeline ada yang tidak relevan. Hal ini disebut ‘pipeline bubble’.
Untuk beberapa instruksi, sejumlah langkah dalam pipeline tidak
akan dikerjakan. Misalnya, untuk instruksi NOOP, hanya ada dua
langkah yang diperlukan yaitu pengambilan instruksi, dan dekode
instruksi. Karena itu instruksi ini menyebabkan ‘bubble’ dalam
pipeline setelah dua langkah pertama. Sama halnya instruksi LOAD
tidak dikerjakan pada tingkat penulisan hasil. Namun demikian,
instruksi-instruksi tersebut harus melalui semua tingkatan tanpa
melompati langkah yang tidak diinginkan.
Pipeline Hazards
Pipeline Hazard
Pipeline beroperasi dengan efisiensi penuh asalkan program adalah
suatu yang ideal yang tidak mengganggu pada tujuan penyelesaian
dari satu instruksi untuk setiap clock. Tetapi kadang-kadang program
praktis mempunyai tipe yang berbeda dari hubungan antar-instruski
yang dihasilkan pada tempat pipeline. Dengan kata lain,
ketergantungan antara instruksi-instruksi yang berurutan/berdekatan
menyebabkan hazard dalam pipeline dan mempengaruhi operasi
mulus dari pipeline instruksi. Ada tiga hal utama yang menyebabkan
hazard:
Konflik sumberdaya atau Structural hazard
Ketergantungan data atau data hazard
Branch difficulty atau control hazard
Structural Hazards
Konflik Sumberdaya (structural hazard)
Bila dua segmen berbeda dalam pipeline memerlukan sumberdaya hardware
secara bersamaan, maka akan menghasilkan konflik sumberdaya (resource
conflict). Berikut beberapa contoh tipikal:
1. Anggap tingkat akhir WB (penulisan hasil) suatu instruksi memerlukan
akses memori untuk penyimpanan hasil, dan pada waktu yang sama FO
(pengambilan operand) juga memerlukan akses memori untuk pengambilan
operand untuk instruksi berikutnya. Jelas, salah satunya akan mengalami
penundaan. Jika kita menunda akses memori WB, dia akan menunda operasi
pipeline untuk instruksi berikutnya hingga akses memori WB selesai. Dengan
kata lain jika kita menunda akses memori FO, operasi parsial instruksi antara
FO dan WB akan berjalan terus sedangkan bagian yang mendahului FO akan
tetap diam. Satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan ‘write output buffer’. Tingkat WB dengan mudah menyimpan
hasil dan ‘informasi kontrol lainnya’ (yaitu alamat memori) pada write buffer
sebagai pengganti pengaksesan memori utama. Dengan kata lain operasi
penyimpanan dalam memori utama dihilangkan dari pipeline. Sirkuit kontrol
tambahan melakukan suatu operasi penulisan memori bila memori tersedia
dengan mengambil informasi dari write buffer.
Structural Hazards (konflik sumber daya)
Konflik Sumberdaya (structural hazard)
2. Konflik sumberdaya lainnya terjadi bila tingkat FI memerlukan
akses memori untuk pengambilan instruksi dan tingkat FO
memerlukan akses memori untuk pengambilan operand pada saat
yang sama. Hal ini dapat diselesaikan dengan mempunyai unit-unit
memori cache terpisah untuk instruksi (cache kode) dan operand
(cache data) seperti pada kasus Mikropresessor Pentium. Secara
bersamaan, cache kode dan cache data dapat diakses.
Example
• Conflict for memory in clock cycle 3
I1 fetches operand
I3 delays its instruction fetch from the same memory
Minimizing
conflicts
the impact of resource
• Increase available resources
• Prefetch
Relaxes just-in-time principle
Example: Instruction queue
Data Hazards
Ketergantungan Data (data hazard)
Jika operand untuk suatu instruksi merupakan hasil dari instruksi
sebelumnya yang belum selesai dalam pipeline, maka kasus ini
disebut ketergantungan data (data dependency).
Contoh:
Ketergantungan Data (data hazard)
Jika operand untuk suatu instruksi merupakan hasil dari
instruksi sebelumnya yang belum selesai dalam pipeline, maka
kasus ini disebut ketergantungan data (data dependency).
Contoh
I1: add
I2: sub
R2,R3,R4 /* R2 = R3 + R4 */
R5,R6,R2 /* R5 = R6 – R2 */
Memperlihatkan data dependency
antara I1 and I2
Pipeline diam dalam dua siklus clock
Three types of data dependencies require
attention
• Read-After-Write (RAW)
One instruction writes that is later read by the other instruction
• Write-After-Read (WAR)
One instruction reads from register/memory that is later
written by the other instruction
• Write-After-Write (WAW)
One instruction writes into register/memory that is later
written by the other instruction
• Read-After-Read (RAR)
No conflict
Data Hazards
Antara dua instruksi A dan B terjadi ‘RAW’ hazard jika
B membaca beberapa item data yang dimodifikasi oleh
A.
‘WAR’ hazard terjadi jika B memodifikasi beberapa
item data yang dibaca oleh A.
‘WAW’ hazard terjadi jika A dan B keduanya
memodifikasi beberapa item data.
Deteksi dini situasi hazard dan koreksi awal untuk
mencegah hazard biasanya dilakukan oleh hardware
logic yang tepat.
Data Hazards (cont’d)
Data Hazards (cont’d)
Data dependencies have two implications
• Correctness issue
Detect dependency and stall
• Efficiency issue
Try to minimize pipeline stalls
Two techniques to handle data dependencies
• Register interlocking
Also called bypassing
• Register forwarding
General technique
Register interlocking
• Provide output result as soon as possible
An Example
• Forward 1 scheme
Output of I1 is given to I2 as we write the result into
destination register of I1
Reduces pipeline stall by one cycle
• Forward 2 scheme
Output of I1 is given to I2 during the IE stage of I1
Reduces pipeline stall by two cycles
Implementation
of forwarding in
hardware
• Forward 1 scheme
Result is given as input
from the bus
Not from A
• Forward 2 scheme
Result is given as input
from the ALU output
Register interlocking
• Associate a bit with each register
Indicates whether the contents are correct
0 : contents can be used
1 : do not use contents
• Instructions lock the register when using
• Example
Intel Itanium uses a similar bit
Called NaT (Not-a-Thing)
Uses this bit to support speculative execution
Example
I1: add
I2: sub
I1
R2,R3,R4 /* R2 = R3 + R4 */
R5,R6,R2 /* R5 = R6 – R2 */
locks R2 for clock cycles 3, 4, 5
Register
forwarding vs. Interlocking
• Forwarding works only when the required values are in the
pipeline
• Intrerlocking can handle data dependencies of a general
nature
• Example
load
R3,count ; R3 = count
add
R1,R2,R3 ; R1 = R2 + R3
add cannot use R3 value until load has placed the count
Register forwarding is not useful in this scenario
Handling Branches
Bila suatu instruksi
cabang (branch)
memasuki pipeline, dia
dikenali ketika fase
pendekodean instruksi.
Tindakan khusus
dilakukan oleh prosesor
untuk instruksi cabang
tidak bersyarat
(unconditional branch) dan
instruksi cabang
bersyarat (conditional
branch) dapat dilihat pada
bagan alir berikut:
Branches alter control flow
• Require special attention in pipelining
• Need to throw away some instructions in the pipeline
Depends on when we know the branch is taken
First example (next slide)
Discards (flush) three instructions I2, I3 and I4
Pipeline wastes three clock cycles
Called branch penalty
• Reducing branch penalty
Determine branch decision early
Next example: penalty of one clock cycle
Delayed
branch execution
• Effectively reduces the branch penalty
• We always fetch the instruction following the
branch
Why throw it away?
Place a useful instruction to execute
This is called delay slot
Delay slot
add
R2,R3,R4
branch
target
branch
target
add
R2,R3,R4
sub
R5,R6,R7
sub
R5,R6,R7
. . .
. . .
Three
prediction strategies
• Fixed
Prediction is fixed
Example: branch-never-taken
Not proper for loop structures
• Static
Strategy depends on the branch type
Conditional branch: always not taken
Loop: always taken
• Dynamic
Takes run-time history to make more accurate predictions
Dynamic branch prediction
• Uses runtime history
Takes the past n branch executions of the branch type
and makes the prediction
• Simple strategy
Prediction of the next branch is the majority of the
previous n branch executions
Example: n = 3
If two or more of the last three branches were taken, the
prediction is “branch taken”
Depending on the type of mix, we get more than 90%
prediction accuracy
Main memory must operate in one cycle
• This can be accomplished by expensive memory, but
• It is usually done with cache
Instruction and data memory must appear
separate
• Harvard architecture has separate instruction & data memories
• Again, this is usually done with separate caches
Few buses are used
• Most connections are point to point
• Some few-way multiplexers are used
Data is latched (stored in temporary registers)
at each pipeline stage—called “pipeline
registers.”
ALU operations take only 1 clock (esp. shift)
Analisis berikut menunjukkan bahwa waktu yang digunakan
untuk menyelesaikan m instruksi dalam suatu pipeline n
tingkat,
Waktu yang digunakan instruksi pertama = ntc
di mana tc adalah durasi satu siklus clock.
Waktu yang digunakan untuk sisa instruksi (m – 1) adalah
(m – 1)tc .
Total waktu yang digunakan untuk m instruksi adalah:
(ntc) + (m – 1) tc = (n + m – 1) tc.
Jika prosesor adalah non-pipeline, maka waktu yang
digunakan untuk m instruksi adalam nmtc dengan
menganggap waktu siklus instruksi sama dengan ntc
Gain Kinerja (Speed-up) pipeline adalah waktu yang
digunakan dalam mode non-pipeline dibagi waktu yang
digunakan dalam mode pipeline, dapat dituliskan:
nmt c
waktu mode non - pipeline
nm
Speed - up
waktu mode pipeline
( n m 1 )t c n m 1
Untuk nilai m >> (n – 1), maka (n + m – 1) mendekati m. Karena itu
speed-up = nm/m = n
Jadi, speed-up maksimum secara teoritis adalah sama dengan jumlah
tingkat dalam pipeline .
Throughput jumlah tu gas yang dieksekusi per unit waktu
Efisiensi rasio antara speed - up aktual dan speed - up maks.
m
(n m 1)tc
speed up
m
n
n m 1
Contoh 11.2. Sebuah program menggunakan 500 s untuk eksekusi pada sebuah
prosesor non-pipeline. Anggap kita menginginkan menjalankan 100 program
dengan tipe yang sama pada prosesor pipeline lima tingkat dengan perioda
clock 20 s. Berapa rasio speed-up dari pipeline ? Berapa speed-up maksimum
yang dapat dicapai ? Berapa throughput ?
Solusi:
Waktu yang digunakan oleh satu program pada prosesor non-pipeline = mntc =
500 s. Anggap siklus instruksi menggunakan lima clock masing-masing 20 s,
jadi m = mntc/ntc = 500/100 = 5. Karena itu, satu program mempunyai 5 instruksi.
Jumlah instruksi dalam 100 program = 500 instruksi.
Sekarang kita kalkulasi speed-up ketika 100 program dijalankan dalam prosesor
pipeline.
Untuk n = 5 dan m = 500, tc = 20 s.
Speed-up maksimum = n = 5
Efisiensi (rasio speed-up) = speed-up aktual /speed-up maks = 4,96 / 5 = 0,992
= 99,2%
m
500
Throughput
0,0496
(n m 1) t c (5 500 1) x 20
SOAL-SOAL LATIHAN PIPELINE
1. Gambarkan space-time diagram (Gantt’s chart) untuk
pipeline enam-tingkat yang menunjukkan waktu yang
digunakan untuk memproses 8 pekerjaan.
2. Tentukan jumlah siklus clock yang digunakan untuk
memproses 200 pekerjaan dalam sebuah pipeline enamtingkat.
3. Sebuah sistem non-pipeline memproses sebuah
pekerjaan dalam waktu 50 ns. Dengan pekerjaan yang
sama dapat dilakukan dalam pipeline enam-tingkat di
mana satu siklus clock = 10 ns. Tentukan speed-up ratio
dalam pipeline untuk 100 pekerjaan. Berapa speed-up
maksimum yang dapat dicapai?
Operation:
Ai * Bi + Ci
Fig. Example of pipeline processing
Memory
Ai
Segment 1
Bi
Ci
R1 Ai
R2 Bi
R2
R1
Multiplier
R3 R1 * R2
R4 Ci
Segment 2
R4
R3
Adder
R5 R3 + R4
Segment 3
R5
Operation: Ai * Bi + Ci for i = 1,2,3,…..,7
Table. isi register pada contoh pipeline
Clock
pulse
number
Segment 1
Segment 2
Segment 3
R1
R2
R3
R4
R5
1
A1
B1
2
A2
B2
A1 * B1
C1
3
4
A3
A4
B3
B4
A2 * B2
A3 * B3
C2
C3
A1 * B1 + C1
A2 * B2 + C2
5
A5
B5
A4 * B4
C4
A3 * B3 + C3
6
A6
B6
A5 * B5
C5
A4 * B4 + C4
7
A7
B7
A6* B6
C6
A5 * B5 + C5
8
A7 * B7
C7
A6 * B6 + C6
9
A7 * B7 + C7
The operands pass through all four-segments in a
fixed sequence.
Clock
input
S1
R1
segment 1
S2
R2
segment 2
S3
R3
segment 3
S4
R4
segment 4
S1 S2 S3 S4 = combinational circuits
R1 R2 R3 R4 = registers
Pikirkan keadaan di mana sebuah pipeline k segment
dengan waktu siklus clock tp digunakan untuk mengeksekusi
n task.
Task pertama T1 memerlukan waktu sebesar ktp untuk
menyelesaikan operasinya karena terdapat k segment dalam
pipe.
Sisa task n-1 muncul dari pipe dengan rate satu task per
siklus clock dan mereka akan selesai selama = (n-1)tp.
Karena itu, untuk menyelesaikan n tasks dengan pipeline ksegment memerlukan siklus clock = k+(n-1).
S = speed up
S=
ntn
(k + n – 1)tp
Waktu Tunda Karena Instruksi Cabang Bersyarat
Instruksi cabang bersyarat mempunyai dua kondisi:
1.Kondisi yang diuji berhasil; di sini isi pipeline dibilas dan
instruksi pada alamat cabang masuk ke pipeline.
2.Kondisi yang diuji tidak berhasil dan di sini ada eksekusi
sekuensial; dalam kasus ini, isi pipeline tidak terpengaruh.
Waktu tunda (delay) yang disebabkan oleh instruksi cabang
bersyarat dijelaskan menggunakan contoh berikut:
Anggap ada m instruksi yang akan dieksekusi:
p adalah probabilitas instruksi cabang bersyarat dan
q adalah probabilitas instruksi cabang yang sukses.
Karena itu jumlah instruksi yang menyebabkan instruksi
cabang
sukses adalah mpq
Waktu Tunda Karena Instruksi Cabang Bersyarat
Jika tidak ada instruksi cabang di dalam kancah (stream), rutin
program selesai dalam m clock. Semua hasil instruksi cabang pada
pembilasan pipeline dan pengisian kembali adalah dari alamat
cabang.
Instruksi dari alamat cabang (alamat target) memerlukan n
siklus clock untuk pengeksekusian.
Total siklus clock yang diperlukan untuk mengesekusi m instruksi
= (waktu tunda dalam siklus clock yang dimulai dari instruksi
cabang) + (siklus clock yang diperlukan untuk instruksi noncabang):
= mpqn + {(m – mp) + mp – mpq)}
= mpqn + {(m – mpq)} = mpqn + m(1 – pq)
Jadi, m instruksi dieksekusi dalam mpqn + m(1 – pq) siklus clock.
Rata-rata jumlah clock per instruksi (CPI) = 1 + pq(n – 1)
Jika program tidak terdapt pencabangan, q = 0; CPI = 1.
Contoh 11.3. Sebuah program mempunyai instruksi cabang
20%. Anggap semua pencabangan berhasil, hitung speed-up
dalam pipepline dengan enam tingkat.
Solusi:
Jika tidak instruksi cabang dalam program, speed-up = n =
jumlah tingkat = 6
p = 0,2
q = 1,0
n=6
CPI = 1 + pq(n - 1) = 1 + 0,2 x 1,0 x (6-1) = 2,0
Prosesor non-pipline memerlukan 6 clock per instruksi
Speed-up = 6/2 = 3,0
Contoh 11.4. Sebuah program mempunyai instruksi cabang
20%. Jika dijalankan pada prosesor pipeline lima tingkat, dari
pengamatan menghasilkan pencabangan sukses 60%. Hitung
peningkatan performanya pada prosesor pipeline. Berapa
speed-up maksimum yang mungkin jika tidak ada
pencabangan ?
Solusi:
p = 0,2
q = 0,6
n=5
CPI = 1 + pq(n - 1) = 1 + 0,2 x 0,6 x (5-1) = 1,48
Prosesor non-pipline memerlukan 5 clock per instruksi
Speed-up = 6/2 = 3
Speed-up maksimum jika tidak ada pencabangan = n = 5