Step 7 : 1. Konsep dasar atau kaidah dasar bioetik dan hubungan filosofi bioetik dengan agama Jawab : a. Terminologi Etika berasal dari bahasa Yunani - Ethos ( tunggal ) : Tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, ahlak, watak perasaan, sikap dan cara berfikir. - Etha ( jamak ) : Kebiasaan Aristoteles ( 384 – 322 SM ) : digunakan untuk menunjukan filsafah moral Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia : 1. Kumpulan tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral 2. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3. Nilai mengenai masyarakat. benar dan salah yang dianut golongan atau Jadi Etika adalah : Ilmu tentang adat kebiasaan yang mencakup : 1. Nilai – nilai dan norma melaksanakan tingkah laku – norma sebagai pegangan dalam 2. Kumpulan azas atau nilai moral yaitu kode etik 3. Ilmu tentang baik dan buruk Kaidah Dasar Bioetik Kedokteran Adalah landasan pertimbangan dalam mengambil keputusan dokter dalam bekerja. Dan merupakan kaidah dasar yang harus dimiliki oleh dokter sebelum melakukan tindakan medis. Aspek Kaidah Dasar Bioetik : a. Beneficence ( kebaikan ) Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban. Prisip Prima facienya adalah sesuatu yang ( berubah menjadi atau dalam keadaan ) umum. Artinya : Ketika kondisi pasien dalam keadaan wajar dan berlaku berlaku pada banyak pasin lainnya, sehingga dokter melakukan yang terbaik . Tindakan berbuat baik (beneficence) dibagi menjadi 2 macam ; • • General beneficence : o melindungi & mempertahankan hak yang lain o mencegah terjadi kerugian pada yang lain, o menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain, Specific beneficence : o menolong orang cacat, o menyelamatkan orang dari bahaya. Ciri – Ciri : - Mengutamakan kepentingan pasien - Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lain - Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk) - Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya” (apalagi ada yg hidup). - Mengandung alturime ( sikap rela berkorban ) - Menghormati martabat manusia - Ramah - Mengusahakan agar pasien yang dirawat terjaga kesehatanya. - Mengandung Golden Rule Principle b. Non – Malficence ( darurat ) Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Prinsip Prima facienya adalah ketika pasien berubah menjadi atau dalam keadaan gawat darurat dimana diperlukan sesuatu interferensi medic dalam rangka penyelamatan nyawa. Prinip Non – Malficence ini digunakan saat pasien dalam keadan rentan dan mudah dimarjinalisasikan dan berasal dari kelompok anak – anak, orang tua, dan perempuan. Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti : - Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien - Minimalisasi akibat buruk Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal : - Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting - Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut - Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif - Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal). Norma tunggal, isinya larangan. Ciri – Cirinya : 1. Menolong pasien dalam keadaan gawat darurat 2. Mencegah pasien dari bahaya lebih lanjut 3. Manfaat pasien lebih besar dari kerugian pasien 4. Kewajiban dokter untuk tidak mencelakakan pasien 5. Prinsip untuk tidak melakukan tindakan buruk yang merugikan pasien. c. Autonomi ( Kemandirian ) - Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan. - Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. - Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi. - Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat). - Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi. - Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting. - Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects), letting die. Prinsip prima facie muncul pada sosok pasien yang berpendidikan, pencari nafkah, dan berkepribadian matang. Autonomi ini merupakan etika dalam mengutamakan si pasien mengambil keputusan sendiri. Ciri – ciri : - Mengakui hak – hak individu dalam menentukan nasib sendiri - Prinsip menghargai hak pasien - Menjaga rahasia - Berterus terang - Memberikan informasi dengan jelas. d. Justice ( Keadilan ) Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter. Treat similar cases in a similar way = justice within morality. Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni : a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan/membahagiakannya) b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien). Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi (bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik Jenis keadilan : a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima) b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada : Setiap orang andil yang sama Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya Setiap orang sesuai upayanya. Setiap orang sesuai kontribusinya Setiap orang sesuai jasanya Setiap orang sesuai bursa pasar bebas c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama : Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien. Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social – ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil). Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan kesamaan). d. Hukum (umum) : Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak. pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum Prinsip Prima facienya pada konteks membahas hak orang lain selain diri pasien itu sendiri. Hak orang lain khususnya mereka yang setara mengalami gangguan kesehatan. Membahas hak social masyarakat atau komunitas sekitar pasien. Ciri – ciri : 1. Tidak tergantung SARA, social, ekonomi, dan budaya 2. Hanya mementingkan kesehatan pasien 3. Prinsip keadilan atau bertindak adil terhdap semua pasien 4. Komperatif ( dengan pertimbangan ) proporsional . Perbedaan Kaidah dasar Bioetik : a. Beneficence ; - Keadaan pasien wajar - Pasien banyak b. Non malficence : - Keadaan gawat darurat - Terdapat pasien yang rentan atau udzur c. Autonomi : - Apabila si pasien dianggap berkepribadian matang ) d. Justice : - Memberi pelayanan yang sama Teori Rasional Choise : kompeten ( mengerti penyakitnya, Adalah seluruh tindakan didasarkan pada kalkulasi ( untung – rugi ), dan untung – rugi tersebut didasarkan pada informasi. Dalam bertindak selalu didasarkan pada pilihan – pilihan rasional. Biasanya didasarkan dengn pertimbangan pilihan perilaku salah satu atau lebih individu unit pengambilan keputusan, dan biasanya pada factor ekonomi seseorang. Golden Rule Principle : Lakukan kepada orang lain, apa yang Anda ingin mereka lakukan kepadamu. Golden Rule atau kaidah emas ini dimulai dari diri sendiri dan mempertimbangkan konsekuensi terhadap diri sendiri sebelum orang lain, prinsip universalizability disisi lain mempertimbangkan konsekuensi pada orang lain terlebih dahulu sebelum diri sendiri Pada intinya golden Rule Principle ini mempunyai pengertian “ Perlakukanlah orang lain, seperti kamu ingin diperlakukan”. Dibutuhkannya aspek pengetahuan dan imajinasi. Ruang lingkup Antropologi : 1. Ekologi dan Epidemiologi 2. Etromedicine adalah studi praktek medis tradisional berbeda dengan system praktek medis modern . Epidemiologi adalah ilmu mengenai studi terhadap factor – factor yang menentukan dan mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, perlukaan, dan peristiwa lain yang berhubungan dengan kesehatan serta penyebabnya, pada suatu populasi manusia tertentu dengan tujuan menciptakan program guna mencegah dan mengendalikan perkembangan dan perluasannya. Juga keseluruhan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam studi tersebut.