BERITA TERKINI Efikasi Terapi Allopurinol pada Outcome Ginjal: Review Sistematik dan Meta-Analisis P asien penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki laju filtrasi glomerulus <60 mL/ menit/1,73 m2 dan/atau rasio albuminkreatinin ≥30 mg/g sekurang-kurangnya selama 3 bulan. Pasien tersebut akan mengalami peningkatan progresifitas PGK, dengan risiko mortalitas akibat kardiovaskuker dan segala penyebab mortalitas lainnya.1 Pencegahan agar pasien tidak mengalami progresifitas PGK selama ini dengan pemberian agen anti-hipertensi dan statin. Studi menunjukkan pemberian obat-obatan ini menghasilkan penurunan relative risk (20%) untuk mengalami gangguan ginjal lebih berat maupun mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler. Namun tatalaksana sering kurang tepat akibat kurangnya identifikasi faktor risiko.1 Salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi sehingga dapat memperlambat progresifitas penderita PGK adalah kadar asam urat.1 Sejumlah studi epidemiologi menunjukkan bahwa kondisi hiperurisemia asimtomatis berkaitan erat dengan munculnya PGK dan PGK stadium akhir yang memerlukan hemodialisis.1 Hiperurisemia menandakan gangguan fungsi ginjal karena penurunan ekskresi asam urat dari ginjal. Terdapat sejumlah uji klinik tidak acak (nonrandom) yang mengaitkan kadar asam urat dengan progresifitas PGK. Bose dkk. melakukan review sistematik dan meta-analisis yang dipublikasikan pada jurnal Nephro Dial Transplant 2013. Tujuannya adalah untuk merangkum sejumlah uji klinik acak terkontrol yang menilai manfaat dan risiko terapi penurun asam urat (allopurinol) dibandingkan plasebo pada keluaran/outcome ginjal. Allopurinol sebagai obat golongan xanthine oxidase inhibitor sampai saat ini merupakan terapi lini pertama hiperurisemia menurut panduan American College of Rheumatology (ACR) 2012.2 Melalui Medline, Excerpta Medical Database dan Cochrane Central Register of Controlled Trials, didapatkan 8 uji klinik acak (476 subyek) yang sesuai kriteria inklusi.1 Pada 5 uji klinik acak, tidak terdapat perbedaan signifikan pada perubahan laju filtrasi glomerulus dari nilai awal antara kelompok allopurinol dan kontrol [mean difference (MD) 3,1 mL/ menit/1,73 m2, 95% confidence interval (CI) -0,9, 7,1; heterogeneity χ2 = 1,9, I2 = 0%, P = 0,75].1 Pada 3 uji klinik acak, terapi allopurinol tidak meningkatkan kadar kreatinin serum dari nilai dasar (MD -0,4 mg/dL, 95% CI -0,8, -0,0 mg/dL; heterogeneity χ2 = 3, I2 = 34%, P = 0,22).1 Review sistematik ini menyebutkan bahwa walaupun sejumlah studi kohort observasional menunjukkan bukti hubungan antara allopurinol dengan penurunan progresifitas PGK maupun PGK stadium akhir, namun data efikasi terapi allopurinol pada penurunan progresifitas PGK ternyata sedikit. Jika dibandingkan plasebo, efikasi allopurinol pada laju filtrasi glomerulus, proteinuria, progresifitas stadium akhir PGK dan tekanan darah masih belum jelas. Sehingga efikasi allopurinol pada mortalitas total, kejadian kardiovaskuler mayor, perawatan di RS, dan kejadian efek samping lainnya masih belum cukup untuk dapat diinformasikan atau dipraktekkan pada pasien sehari-hari. Simpulannya, terapi penurun asam urat dengan allopurinol dapat mengurangi progresifitas PGK. Namun diperlukan suatu uji klinik acak dengan power adekuat untuk dapat mengevaluasi manfaat dan risiko terapi asam urat pada pasien PGK. (PMD) REFERENSI: 1. Bose B, Badve SV, Hiremath SS, Boudville N, Brown FG, Cass A, et al. Effects of uric acid-lowering therapy on renal outcomes: a systematic review and meta-analysis. Nephrol Dial Transplant. 2. Khanna D, Fitzgerald JD, Khanna PP, Bae S, Singh MK, Neogi T, et al. 2012 American College of Rheumatology Guidelines for Managemnet of Gout. Part 1: Systematic Nonpharmacologic 2013;0:1–9. doi: 10.1093/ndt/gft378. and Pharmacologic Therapeutic Approaches to Hyperuricemia. Arthritis Care & Research. October 2012;64:1431-46. CDK-221/ vol. 41 no. 10, th. 2014 759