tuntutan ahli waris terhadap harta peninggalan yang dikuasai oleh

advertisement
TUNTUTAN AHLI WARIS TERHADAP HARTA PENINGGALAN
YANG DIKUASAI OLEH BALAI HARTA PENINGGALAN
(STUDI KASUS ATAU PENETAPAN PENGADILAN NEGERI
JAKARTA PUSAT NO. 136/PDT.P/2003/PN.JKT.PST)
Angelia Stephanie Wirawan, Surini Ahlan Syarief, dan Endah Hartati
Ilmu Hukum,Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penulisan skripsi ini membahas mengenai perluasan subjek hukum ketidakhadiran (afwezigheid) dimana, subjek
hukum badan hukum sesuai dengan penetapan Pengadilan dapat ditetapkan sebagai orang yang tidak hadir
(afwezigheid), pengelolaan harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid) oleh Balai Harta Peninggalan, dan
bagaimana apabila terjadi penuntutan pengembalian harta kekayaan sebelum 1/3 abad oleh ahli waris atau orang
yang telah dinyatakan tidak hadir (afwezigheid). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan
(library research) atau penulisan yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder serta, wawancara sebagai
sarana pelengkap. Hasil penelitian menyarankan diperlukan Undang-Undang Balai Harta Peninggalan, dengan
memperhatikan muatan materi Stb 1872/ 166 yang masih dapat dipergunakan.
The Beneficiary’s Demand to The Inheritance which Controlled by Inherited Property
Board (Case Study or Determination of Central Jakarta District Court
No. 136/PDT.P/2003/PN.JKT.PST)
Abstract
This study is about the extension of in absentia (afwezigheid) legal subject, where the legal entity of legal
subject is in accordance with the determination to be appointed as nonattendance (afwezigheid), the management
of the property of the nonattendance, and what if the prosecution of the return-on-asset before 1/3 century
occurred by the beneficiary or by the person who has been declared as the nonattendance.This study used library
research method or writing normative juridical using secondary data and interview as a complement. The result
of the research recommended Law of Inherited Property Board with pay attention charge material Stb. 1872/ 166
which can still be used, to be required.
Keywords : People do not attend, Inherited Property Board, absentia, Afwezigheid
Pendahuluan
Dalam hukum Indonesia yang menjadi subjek hukum, dikenal 2 macam: manusia (orang) dan
badan hukum. Manusia (orang) adalah pribadi bebas dan bukan merupakan “budak”. Badan
hukum adalah pendukung hak dan kewajiban yang tidak berjiwa sebagai lawan pendukung
hak dan kewajiban yang berjiwa yakni manusia, dan sebagai subjek hukum yang tidak
berjiwa, maka badan hukum tidak dapat dan tidak mungkin berkecimpung di lapangan
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
keluarga seperti mengadakan perkawinan, melahirkan anak, dan lain sebagainya.1 Subjek
hukum berdiri bebas dan diatur didalam perundang- undangan. Dengan demikian, setiap
orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.2 Keberadaan seseorang dapat
dilihat berdasarkan kehadiran orang tersebut dalam kehidupannya sehari- hari dalam
melakukan aktivitasnya sehari- hari. Hidup atau tidaknya orang tersebut dapat diketahui oleh
orang lain setelah melihat orang yang bersangkutan. Di era kehidupan ini, dapat saja terjadi
seseorang meninggalkan tempat tinggal atau domisili termasuk, juga meninggalkan harta
benda dan keluarga. Tentunya, banyak sebab- sebab yang dijadikan alasan mengapa orang
tersebut pergi dari tempat tinggalnya atau domisilinya.
Pada zaman sekarang ini dimana, teknologi sangat berkembang pesat khususnya, bidang
komunikasi, seseorang dengan mudahnya mengabarkan kepada orang lain mengenai
keberadaannya bahkan seseorang yang akan berpergian jarak jauh (lintas provinsi atau lintas
benua) dengan mudahnya mengakses komunikasi namun, hal ini tidak menjamin kelancaran
komunikasi. Wilayah negara kita yang sebagian terdiri dari lautan dan daratan yang penuh
dengan pegunungan serta hutan- hutan memberikan kemungkinan bagi orang untuk “hilang”. Banyak kasus mengenai orang hilang yang terjadi di Indonesia dengan berbagai faktor seperti:
Hilangnya pesawat Adam Air Boeing 737-400-PK-KKW dalam tujuan ke Manado yang
merenggut nyawa 102 penumpang pada 1 Januari 2007, hingga saat ini tubuh fisik 102
penumpang tidak berhasil ditemukan namun, potongan pesawat banyak ditemukan.3 Faktor
geografis juga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan orang menjadi hilang, seperti
dalam kasus kecelakaan kapal yang terjadi di perairan Selat Bangka yang menghubungkan
Pulau Sumatera dan Pulau Bangka yang menyebabkan hilangnya 10 penumpang pada 5
Agustus 2014. Hal ini diakibatkan karena cuaca buruk dan gelombang ombak yang besar.4
Dengan keadaan seseorang tidak diketahui keberadaannya maka akan timbul suatu masalah
mengenai status hukum seseorang tersebut dan hal ini akan berhubungan dengan kepentingan
1
H. Riduan Syahrani, Seluk- Beluk dan Asas- Asas Hukum Perdata, (Bandung: PT. Alumni, 2006), hal.
51.
2
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis Safioden. Hukum Orang dan Keluarga. Cet III, (Jakarta:
Alumni, 1986), hal. 200.
3
http://news.liputan6.com/read/2022536/kisah-hilangnya-adam-air-3-hari-muncul-petunjuk, diunduh
pada tanggal 9 September 2014.
4
http://berita.plasa.msn.com/nasional/okezone/kapal-tenggelam-di-selat-bangka-10-penumpang-hilang,
diunduh pada tanggal 9 September 2014. Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
orang lain yakni keluarga yang ditinggalkan dan juga akan bersinggungan dengan berbagai
aspek hukum antara lain mengenai harta kekayaan yang ditinggalkan dari orang tersebut dan
juga pengaruh terhadap perkawinannya. Didalam hukum perdata dikenal dengan Afwezigheid yaitu suatu keadaan dimana seseorang
meninggalkan tempat tinggal dan tidak diketahui dimana keberadaannya baik didalam
maupun diluar Indonesia serta tidak dapat dibuktikan bahwa ia telah meninggal dunia tanpa
menunjukkan kuasanya, maka untuk mengurus harta kekayaan dan kepentingannya tersebut
harus didasarkan pada Penetapan Pengadilan Negeri.5 Suatu keadaan dimana, seseorang tidak
berada di tempat tidak menghentikan wewenang berhaknya seseorang, dengan kata lain orang
tersebut masih mengemban hak dan kewajibannya sebagai subjek hukum, namun timbul
ketidakpastian hukum. Namun, yang menjadi masalah adalah tidak adanya pengertian
ketidakhadiran badan hukum yang juga merupakan subjek hukum. Hal ini tidak diatur secara
detail dan jelas namun, ada salah satu penetapan dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.:139/ Pdt.P/ 2006/ PN.Jkt. Pst yang menetapkan Yayasan “Abdullah Bin Salmin Bin
Mahrie Wakf” dalam keadaan tidak hadir (afwezigheid), dimana salah satu bentuk badan
hukum yang diakui di Indonesia adalah Yayasan. Hal ini menimbulkan terjadinya penafsiran
hukum berupa pandangan dari Hakim apabila, tidak adanya pengaturan yang jelas dari
peraturan- peraturan yang ada. Maka, perlulah dibuat aturan mengenai Afwezigheid ini.
Ketidakhadiran didalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata diatur didalam Bab 18 Pasal
463 hingga 495, pengaruh tidak ada di tempat atau Afwezigheid terhadap kedudukan hukum
seseorang dapat dibedakan dalam tiga (3) masa, yakni:6 masa tindakan sementara (Voorlopige
Voorzieningen); masa mulai dikeluarkan peraturan persangkaan mati (Vermoedelijk
Overleden), dan masa peralihan hak kepada ahli waris secara definitif (Definitieve
Erfopvolging).
Mengenai status hukum dari orang yang dinyatakan dalam keadaan tidak hadir atau
Afwezigheid maka, terlebih dahulu harus dinyatakan didalam suatu penetapan dari pengadilan
yang menyatakan orang tersebut dalam keadaan tidak hadir. Didalam hukum perdata keadaan
5
-----------, Buku Saku Tugas dan Fungsi Balai Harta Peninggalan, (Jakarta: Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI Kantor Wilayah DKI Jakarta Balai Harta Peninggalan Jakarta, 2013), hal. 21.
6
Ibid., hal.201.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
tidak hadir (Afwezigheid) dapat menimbulkan suatu persoalan yaitu dugaan telah meninggal
dunia, dugaan ini timbul apabila usaha pencarian telah dilakukan dengan segala upaya,
dengan perantara orang lain, dengan bantuan lembaga yang berwenang seperti Kepolisian,
dengan bantuan media massa, seperti media cetak koran, televisi, dan sebagainya, tetapi tidak
juga diketahui keberadaan orang yang bersangkutan. Banyak kasus yang terjadi di Indonesia
yang menimbulkan permasalahan adalah adanya orang yang menempati rumah/ bangunan/
tanah dimana, pemilik asli rumah/ bangunan/ tanah tidak diketahui keberadaannya dalam
kurun waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan ketidakpastian hukum bagi orang yang
telah menempati rumah/ bangunan/ tanah tersebut karena orang tersebut akan kesulitan
memindah tangankan atau melakukan perbuatan hukum terhadap rumah/ bangunan/ tanah
tersebut.
Balai Harta Peninggalan sebagai lembaga pemerintah berwenang dalam pengurusan harta
kekayaan ketidakhadiran ini. Balai Harta Peninggalan adalah unit pelaksana penyelenggaraan
hukum di bidang harta peninggalan dan perwakilan dalam lingkungan Departemen
Kehakiman (sekarang Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Hukum dan
Perundang- undangan (sekarang Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum) melalui
Direktorat Perdata. Tugas pokok BHP sesuai dengan Pasal 2 Surat Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor. M.01.PR.07.01-80 Tahun 1980 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan ialah mewakili dan mengurus kepentingan orangorang yang karena hukum atau Keputusan Hakim tidak dapat menjalankan sendiri
kepentingannya berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.7 Dasar hukumnya
adalah Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (BW) dan Ordonnantie Van 5 Oktober 1872,
Stb 1872 No. 166 Tentang Balai Harta Peninggalan Indonesia.
Pengelolaan harta kekayaan orang hilang atau tidak hadir dilakukan oleh Balai Harta
Peninggalan dengan dasar hukum KUHPerdata, Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.22PR.02Th.1990, dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M.02HT.05.10 Tahun 2005. Bangunan atau tanah yang dikelola oleh Balai Harta Peninggalan
tersebut pada umunya dimohonkan untuk dibeli oleh para penghuninya atau oleh mereka yang
7
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman RI, Himpunan Surat
Keputusan Tentang Balai Harta Peninggalan, (Jakarta, 2000), hal. 49. Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
menguasai melalui Balai Harta Peninggalan. Tentunya dalam pengelolaan harta kekayaan
orang hilang atau tidak hadir ini memiliki mekanisme penyelesaian yang harus dilaksanakan
dengan baik hingga batas waktu pengelolaan berakhir yaitu 1/3 abad. Harta kekayaan orang
hilang atau tidak hadir (afwezigheid) ini apabila, belum lewat dari 1/3 abad sejak
dikeluarkannya penetapan orang tidak hadir oleh Pengadilan menurut peraturan masih dapat
dituntut pengembaliannya. Hal ini berarti ahli waris orang hilang atau tidak hadir yang sudah
mendapatkan penetapan oleh Pengadilan Negeri dapat menuntut pengembalian harta
kekayaan orang hilang atau tidak hadir kepada Balai Harta Peninggalan yang telah melakukan
pengelolaan harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid) tersebut.
Jika melihat website Balai Harta Peninggalan masih kurangnya informasi yang jelas dan detail
mengenai bagaimana pengajuan pengembalian harta kekayaan orang hilang oleh ahli waris.
Hal ini menimbulkan kebingungan dari ahli waris yang akan mengajukan permohonan
pengembalian. Kemudian, yang menjadi perhatian adalah bagaimana jika ahli waris menuntut
pengembalian fisik harta kekayaan maksudnya disini adalah ahli waris tidak mau menerima
uang hasil jual beli/ sewa menyewa rumah/ bangunan/ tanah yang sebelumnya telah
disepakati oleh Balai Harta Peninggalan dengan penghuni atau orang yang menempati rumah/
bangunan/ tanah tersebut dan Apakah ada upaya hukum yang dapat dilakukan oleh ahli waris
orang hilang atau tidak hadir tersebut.
Terdapat 3 (tiga) permasalahan yang akan dibahas didalam tulisan ini, yakni: bagaimana
pengaturan ketidakhadiran secara normatif, bagaimana pelaksanaan dalam pengelolaan
terhadap harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid), dan bagaimana proses pengajuan
pengambilan harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid) apabila ternyata terdapat ahli
waris menuntut pengambilan harta kekayaan dimana, sebelumnya dikelola Balai Harta
Peninggalan.
Tujuan umum penulisan ini yaitu mengkaji bagaimana peraturan perundang- undangan
Indonesia mengatur mengenai hak kebendaan khususnya dalam pengajuan harta kekayaan
orang hilang atau dalam keadaan tidak hadir (afwezigheid) oleh ahli warisnya di Balai Harta
Peninggalan Jakarta. Sedangkan, tujuan khusus penulisan ini adalah menjawab pokok-pokok
permasalah diatas, yakni: untuk mengetahui dan memahami mengenai perluasan subjek
ketidakhadiran dari subjek hukum manusia yang meliputi juga badan hukum, untuk
mengetahui pelaksanaan dalam pengelolaan terhadap harta kekayaan orang tidak hadir
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
(afwezigheid) yang dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan Jakarta, dan untuk mengetahui
proses pengajuan pengambilan kembali harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid)
apabila ternyata terdapat ahli warisnya dimana, sebelumnya dikelola Balai Harta Peninggalan.
Tinjauan Teoritis
Pengaturan mengenai keadaan tidak hadir (afwezigheid) terdapat didalam KUHPerdata, Buku
Pertama tentang Orang, Bab ke XVIII Pasal 463 KUHPerdata sampai dengan Pasal 495
KUHPerdata kemudian, pasal- pasal diluar Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, antara
lain Instruksi untuk Balai Harta Peninggalan (BHP) di Indonesia, yaitu Ordonnantie Van
tanggal 5 Oktober 1872, Lembaran Negara Tahun 1872 No. 166 tentang Balai Harta
Peninggalan Indonesia yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1873. Kemudian, dari
ketentuan- ketentuan diatas dapat dijelaskan bahwa yang menjadi landasan hukum adanya
suatu ketidakhadiran (afwezigheid) adalah harus adanya suatu penetapan hakim (beschikking),
tentunya penetapan ini terbit dikarenakan adanya pengajuan permohonan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang berkenaan atau Pengadilan Negeri setempat (raad van justitie van de
woonplaats des afwezigen). Kasus yang banyak terjadi sehingga permohonan itu terjadi akibat
permohonan yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan8 dengan harta kekayaan si tak
hadir itu.
KUHPerdata pada Pasal 463 KUHPerdata memberikan pengertian keadaan tidak hadir yang
cukup dapat dipahami:
“Jika terjadi, seorang telah meninggalkan tempat tinggalnya, dengan tidak memberi
kuasa kepada kuasa kepada seorang wakil, guna mewakili dirinya dan mengurus harta
kekayaannya, pun ia tidak mengatur urusan- urusan dan kepentingan- kepentingan itu,
ataupun jika pemberian kuasa kepada wakilnya tidak berlaku lagi, maka, jika ada
alasan yang mendesak guna mengurus seluruh atau sebagian harta kekayaan itu, atau
guna mengadakan seorang wakil baginya, Pengadilan Negeri tempat tinggal si yang
tak hadir, atas permintaan mereka yang berkepentingan,…”
Sedangkan pada Pasal 467 KUHPerdata berbunyi:
8
Dapat dilihat dari contoh kasus berupa Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
139/Pdt.P/2006/PN.Jkt.Pst tanggal 5 Februari 2007 dimana, praktek permohonan atas penetapan afwezigheid
pada umumnya dimohonkan oleh penghuni benda tetap yang merupakan milik si afwezig, dan dapat dikatakan
tidak pernah dimohonkan/ dimajukan oleh si afwezig sendiri.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
“ Jika terjadi, seorang telah meninggalkan tempat tinggalnya, dengan tidak memberi
kuasa kepada seorang wakil, guna mewakili dirinya dan mengurus harta kekayaannya,
pun ia tidak mengatur urusan- urusan dan kepentingannya itu…”
KUHPerdata merumuskan bahwa yang dapat dinyatakan tidak hadir hanyalah subjek
hukum manusia, tidak menjelaskan secara eksplisit subjek hukum badan hukum juga dapat
dinyatakan tidak hadir. Subjek hukum manusia yang dapat dinyatakan tidak hadir adalah
subjek hukum manusia yang cakap bertindak untuk melakukan perbuatan dan yang
meninggalkan domisilnya tanpa memberikan informasi serta, tanpa mengatur segala
kepentingannya sepeninggalnya. KUHPerdata tidak memasukkan subjek hukum badan
hukum untuk dapat dinyatakan tidak hadir karena dalam melakukan aktivitasnya dan
kegiatan hariannya diwakilkan oleh pengurusnya, dan juga badan hukum tidak dapat
sekehendaknya meninggalkan tempat kedudukan yang telah ditentukan dalam anggaran
dasarnya. Namun dalam prakteknya badan hukum maupun perkumpulan yang tidak
berstatus badan hukum juga dapat dinyatakan tidak hadir, hal ini berdasarkan hasil
penelitian bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat juga telah menetapkan selain subjek
hukum manusia, badan hukum maupun perkumpulan yang tidak berstatus badan hukum
dapat dinyatakan tidak hadir (afwezigheid).9
Dalam prakteknya, secara umum dapat dikemukakan syarat- syarat untuk mengajukan
permohonan ketidakhadiran sebagai berikut:
1. Seseorang dapat membuktikan bahwa ia menguasai harta milik orang lain,
umpamanya menguasai 1 (satu) pintu bangunan rumah berikut pekarangannya,
sedangkan pemilik bangunan dan pekarangan itu tidak diketahui
keberadaannya.
2. Adanya maksud dari penghuni tersebut untuk memiliki rumah berikut
pekarangan milik orang yang tidak diketahui lagi dimana berada melalui jalur
hukum yang diperkenankan oleh Undang- Undang.
3. Dapat menunjukkan surat- surat bukti, bahwa seseorang itu telah
meninggalkan tempat tinggalnya (domisilinya), dan tidak diketahui lagi
dimana berada. Surat- surat tersebut adalah surat- surat yang diterbitkan oleh
Instansi yang berwenang, misalnya lurah, camat, dan lain- lain,
4. Dapat dikemukakan saksi- saksi didalam sidang permohonan yang mengetahui
bahwa benar seseorang telah meninggalkan tempat tinggalnya (domisilinya).
5. Adanya keyakinan Hakim untuk menentukan, apakah benar seseorang itu telah
meninggalkan tempat tinggalnya (domisilinya).
9
Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 139/Pdt.P/2006/PN.Jkt.Pst tanggal 5 Februari 2007,
yang menetapkan bahwa Yayasan Abdullah Bin Salmin Bin Mahrie Wakf yang berkedudukan di Jl. Raden Saleh
I No. 7A RT. 002/002 Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat dinyatakan dalam keadaan tidak hadir
(afwezigheid).
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Menurut J.Satrio, pembagian keadaan tidak hadir dibagi menjadi beberapa periode yang
semuanya dihitung sejak si tidak hadir meninggalkan tempat kediamannya atau sejak terakhir
diketahuinya berita mengenai masih hidupnya si tidak hadir, yakni:
1. Yang pertama : periode sampai 5 tahun;
2. Yang kedua : periode sesudah mencapai 5 tahun;
3. Yang ketiga : periode sesudah mencapai 10 tahun;
4. Yang keempat : periode sesudah mencapai 30 tahun.10
Periode jangka waktunya dihitung sejak ketetapan barangkali meninggal dunia diberikan yang
garis besarnya sebagai berikut:
a) Sebelum 30 tahun, sejak si tidak hadir dinyatakan barangkali meninggal dunia;
b) Sesudah 30 tahun.11
Dalam KUHPerdata pengaruh tidak hadir (afwezigheid) terhadap kedudukan hukum
seseorang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tahap/ masa, serta berakibat hukum, yaitu:
1.
Tahap tindakan sementara (voorlopige voorzieningen) dengan syarat: tidak ada
ditempat, tidak memberikan kuasa, jangka waktu pemberian kuasa sudah habis, BHP
melakukan pengurusan diatas dasar undang-undang;
2.
Tahap mulai dikeluarkannya peraturan persangkaan mati atau meninggal dunia
(vermoedelijk overleden), dimana terdapat jangka waktunya, yaitu: 5 tahun tidak
menganggkat kuasa (Pasal 467), 10 tahun meninggalkan kuasa (Pasal 470), dan 1
tahun dimana, orang tidak hadir itu adalah awak/penumpang kapal yang
hilang/kecelakaan. Tahapan ini tidak perlu didahului dengan tindakan sementara dan
cukup kalau sudah beberapa lama tidak pulang;
3.
Tahap masa peralihan hak kepada ahli waris secara definitif (definitieve erfopvolging).
Ahli waris menguasasi+menikmati tapi, bukan sebagai pemilik setelah adanya
kepastian meninggal dunia apabila, belum menerima kepastian meninggal dunia, harus
menunggu 30 tahun atau 100 tahun (Pasal 485)12
Metode Penelitian
10
J. Satrio, Hukum Pribadi Bagian I (Persoon Alamiah), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal 210.
11
Lihat ketentuan Pasal 482 KUHPerdata dan Pasal 484 KUHPerdata.
12
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis Safioedin, Op.Cit., hal. 200.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
penulisan kepustakaan (library research) atau penulisan yuridis normatif.13 Sedangkan, sifat
penulisan ini adalah deskriptif14 yang lebih dikhususkan kepada deskriptif analitis. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Maka, alat pengumpulan data
untuk penelitian ini adalah studi dokumen yang bersumber dari data sekunder, antara lain:
peraturan perundang-undangan, hasil-hasil penulisan, hasil karya dari kalangan pakar hukum,
dokumen-dokumen, kamus, dan sebagainya. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan
dengan melakukan wawancara. Tipe peneltian ini adalah deskriptif analitis
Hasil Penelitian
Apabila didalam penetapan Pengadilan Negeri terdapat suatu perintah kepada BHP untuk
melaksanakan pengurusan harta kekayaan dari subjek hukum yang dinyatakan tidak hadir
(afwezigheid), maka BHP berwenang dan berkewajiban melaksanakan pengurusan tersebut
sesuai dengan penetapan Pengadilan Negeri setempat yang salinannya disampaikan kepada
Balai Harta Peninggalan.15 Beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh Balai Harta
Peninggalan setelah penetapan ketidakhadiran (afwezigheid) dari Pengadilan Negeri diterima
BHP, yaitu:
1. Melaksanakan Inventarisasi Boedel ketidakhadiran (afwezigheid)
Balai Harta Peninggalan pada dasarnya berwenang menguasai harta kekayaan dari subjek
hukum tak hadir tersebut, serta berkewajiban mengelolanya lebih lanjut (Bagian I, Bab XVIII,
Buku I KUHPerdata jo. Bab IV Instruksi untuk BHP di Indonesia), wajib dengan segera
menyusun, memelihara, dan menyimpan register ketidakhadiran dengan baik dan cermat
(Pasal 40 Peraturan Rumah Tangga Balai Harta Peninggalan) dan selanjutnya melakukan
pencatatan dan pendaftaran secara lengkap terhadap harta kekayaan afwezigheid tersebut.
13
Dalam penulisan hukum pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari
masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan
yang diperoleh dari bahan pustaka dinamakan data sekunder. Penulisan hukum yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder dinamakan penulisan hukum normatif. Lihat Soerjono Soekanto dan
Sri Mamudji.
14
Suatu penulisan deskriptif, dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan, atau gejala- gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa- hipotesa, agar
dapat membantu didalam memperkuat teori- teori lama, atau didalam rangka menyusun teori- teori baru. Lihat
Soerjono Soekanto, Pengantar Penulisan Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal 10.
15
Pasal 464-465 KUHPerdata, Pasal 66 Instruksi untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia LN. 1872
No. 166 dan Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M.07.HT.05.10 Tahun 1984.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Pendaftaran dan pencatatan harta tersebut bertujuan untuk mengetahui harta kekayaan mana
saja yang menjadi harta kekayaan afwezigheid, karena dimungkinkan satu objek harta
kekayaan dapat menjadi milik beberapa orang. Balai Harta Peninggalan jika perlu setelah
mengadakan penyegelan, berwajib membuat daftar lengkap dari segala harta kekayaan yang
pengurusannya dipercayakan kepadanya.16 Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan
pertanggungjawaban kepengurusannya (Pasal 465 KUHPerdata).
2. Iklan (Pengumuman) Ketidakhadiran
Setelah melaksanakan pendaftaran terhadap harta afwezigheid, Balai Harta Peninggalan
berkewajiban dalam pelaksanaan pengurusannya mengiklankan atau mempublikasikan
Penetapan Pengadilan tentang ketidakhadiran (afwezigheid) pada Lembaran Berita Negara
sesuai dengan ketentuan Pasal 1036 KUHPerdata17 dan dalam prakteknya juga mengiklankan
atau mempublikasikannya dalam surat- surat kabar umum18 yang tujuannya agar masyarakat
mengetahuinya.
3. Izin Pelaksanaan Jual Harta Kekayaan ketidakhadiran (afwezigheid) dari Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum.
Dengan dikeluarkannya Instruksi Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang- Undangan No.
JHS.10/1/6 tanggal 26 Februari 1975, Balai Harta Peninggalan harus terlebih dahulu
memperoleh izin tertulis dari Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang- Undangan
(sekarang Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum).
4. Izin Penjualan Harta Kekayaan orang yang tidak hadir (afwezigheid) dari Pengadilan
Negeri
Masalah yang selalu timbul pada Balai Harta Peninggalan dalam melaksanakan pengurusan
harta kekayaan orang yang tidak hadir (afwezigheid) adalah tidak tersedianya dana atau
16
Lihat ketentuan Pasal 464 ayat (1) jo. Pasal 465 KUHPerdata. 17
Pasal 1036 KUHPerdata berbunyi: Dalam waktu tiga bulan terhitung mulai berakhirnya tenggang
waktu yang ditetapkan dalam Pasal 1024, si waris diwajibkan memanggil para berpiutang yang tak terkenal
dengan memasang suatu iklan dalam Berita Negara, untuk segera melakukan perhitungan tanggung jawab
tentang pengurusannya kepada mereka maupun kepada para berpiutang yang terkenal serta para penerima hibah
wasiat, dan untuk melunasi piutang- piutang serta hibah- hibah mereka, sekadar harga warisan mencukupi.
18
Sebagai contoh: Lihat Lampiran Foto copy potongan Surat Kabar Rakyat Merdeka pada Jumat, 11
Mei 2007 mengenai Pengumuman dari Balai Harta Peninggalan Jakarta bahwa Yayasan Abdullah Bin Salmin
Bin Mahrie Wakf dalam keadaaan tidak hadir. Diberikan oleh Bapak Tamsir, S.H. selaku Sekretaris/ Anggota
Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Jakarta di Balai Harta Peninggalan pada hari Selasa, 9 September 2014.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
anggaran untuk merawat dan melakukan perbaikan- perbaikan terhadap harta kekayaan orang
yang tidak hadir (afwezigheid) yang biasanya dalam bentuk tanah dan/ atau bangunan rumah
yang sudah berumur tua yang perlu dirawat atau diperbaiki. Untuk mengatasi hal tersebut,
serta untuk menghindarkan kemungkinan kerugian yang lebih besar dan pembiayaan
pengurusan yang terus menerus adalah dengan cara menjual harta kekayaan orang yang tidak
hadir (afwezigheid) tersebut. Dalam prakteknya penjualan harta kekayaan orang yang tidak
hadir (afwezigheid) yang dilakukan Balai Harta Peninggalan selalu dilakukan dengan
penjualan di bawah tangan, yang dilaksanakan di hadapan pejabat yang berwenang yaitu
Notaris, yang sebelum melakukan penjualan, Balai Harta Peninggalan harus terlebih dahulu
memperoleh izin menjual dari Pengadilan Negeri. Untuk memperoleh izin menjual dari
Pengadilan Negeri, Balai Harta Peninggalan harus terlebih dahulu mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan Negeri.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Prosedur Penyelesaian Afwezigheid (Harta Kekayaan Orang Tidak Hadir) dari Buku Saku
Tugas dan Fungsi BHP
MENERIMA PERMOHONAN PENETAPAN
PENGADILAN NEGERI
Orang yang
Dinyatakan tidak hadir
sehingga BHP berwenang
mewakili/ mengurus
kepentingannya
PENETAPAN PENGADILAN NEGERI
Bahwa Seseorang dinyatakan tidak hadir
(afwezigheid)
Memanggil
Si pemohon/ yang
berkepentingan
BALAI HARTA PENINGGALAN (BHP)
Membuat Berita Acara (BA) Penghadapan Si Pemohon Afwezig
BHP menguasai dan mengurus harta kekayaan serta mewakili kepentingan orang yang bersangkutan, berdasarkan Penetapan
Pengadilan Negeri setempat yang diktumnya secara tegas menyatakan seseorang berada dalam keadaan tidak hadir dan
memerintahkan BHP untuk mengurus harta kekayaan serta mewakili kepentingan orang yang tidak hadir dimaksud (setelah
Penetapan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap)
Membuat serta memelihara, menyimpan register ketidakhadiran dengan cermat
Membuat pencatatan harta- harta kekayaan secara terperinci
Mengumumkan adanya penetapan ketidakhadiran dalam Berita Negara
Menyampaikan pemberitahuan tertulis tentang penetapan ketidakhadiran kepada BPK dan Kejaksaan Negeri
Membuat perjanjian sewa menyewa antara BHP dengan penghuni yang bersangkutan
Menjual budel afwezig setelah memperoleh izin prinsip dari Menteri, Penetapan izin jual dari Tim Penaksir,
pelaksanaan menjual dari Menteri
Menyampaikan perhitungan penutup kepada BPK setelah budel dikelola selama lebih dari 1/3 abad dan
memperoleh persetujuan BPK selanjutnya mengajukan permohonan kepada PN setempat agar budel ditetapkan
Izin
setelah
Atas permintaan Menteri, BHP menyerahkan barang- barang itu kepada negara dan apabila berupa uang tunai menyerahkan
kepada Kas Negara
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Prosedur Pengalihan Boedel Afwezigheid Menjadi Milik Negara
Demi hukum BHP bertugas mengurus:
Harta Peninggalan tidak terurus dan
penguasaan sementara atas harta tersebut
Keputusan pengalihan BHP diperintahkan
untuk mengurus harta peninggalan orang
tidak hadir (afwezigheid)
(Pasal 1126, 1127, dan 1129 KUHPerdata)
(Perseorangan/ Badan Hukum)
Perhitungan penutup tiap tahun kepada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK)
(Pasal 73 LN. 1872 No. 166)
Persetujuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
(Pasal 74 LN. 1872 No. 166)
Setelah 1/3 abad permintaan kepada PN untuk menjadi
milik Negara.
(LN. 1836 No. 56 jo LN. 1850 No. 3)
Vonis Pengadilan
Harta Milik Negara
Perintah untuk menyetor ke kas Negara
oleh Menteri melalui Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum
Setor ke Kas Negara
Laporan kepada Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum
Sumber : Bahan Diklat Tehnis Balai Harta Peninggalan, Jakarta 2006
Pembahasan
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Pembahasan
akan
menganalisa
Kasus
Khioen
Tjin
(Penetapan
Nomor:
136/PDT.P/2003/PN.JKT.PST), dimana pihak-pihaknya, antara lain:
a) Drs. Burhanuddin sebagai pemohon;
b) Khioen Tjin sebagai orang yang tidak hadir;
c) Balai Harta Peninggalan Jakarta.
Berikut uraian kasus posisinya: Nenek pemohon (Ny. Mariam) sejak tahun 1957 sampai
dengan tahun 1963 telah menyewa bangunan rumah milik Khioen Tjin yang terletak di Jalan
Kecapi No. 7 RT.012/RW. 08, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat dengan
sistem pembayaran setiap bulannya sesuai bukti kwitansi sewa rumah. Nenek pemohon telah
meninggal dunia pada tahun 1972, rumah sewa tersebut dilanjutkan oleh Bapak Pemohon
(Rasidi Oesman, S.H) beserta keluarga, kemudian Bapak Pemohon mendapatkan Surat Izin
Perumahan (SIP), pada tanggal 6 Februari 1976 dengan Nomor: II/76. Bapak Pemohon
menyerahkan rumah sewa kepada Pemohon (Drs. Burhanuddin) pada tanggal 17 Agustus
1983 melalui surat pernyataan. Dengan diperolehnya surat pernyataan, Pemohon mengajukan
permohonan untuk mendapatkan SIP dari Kantor Dinas Perumahan DKI Jakarta pada tanggal
5 Oktober 1983 atas nama Pemohon, kemudian diperpanjang lagi pada tahun 1986, tahun
2001, dan tahun 2002 yang berlaku hingga 2004, juga telah mengajukan permohonan SKPT
tanggal 20 Mei 1985 No. 1085/V/JP/85 dari Kantor Agraria untuk mengetahui lebih lanjut
status tanah yang ditempati Pemohon. Pemohon juga telah melakukan pembayaran PBB
melalui Kantor Bank Negara Indonesia (BNI) sejak tahun 1986 sampai dengan tahun 2003.
Hakim juga telah memanggil dan mendengarkan keterangan saksi. Pengadilan telah
memanggil secara resmi kepada Khioen Tjin selaku pemilik bangunan rumah secara patut
melalui Panggilan Umum pada Harian Rakyat Merdeka Edisi tanggal 12 Januari 2004 dan 26
Januari 2004 untuk hadir dipersidangan, akan tetapi Khioen Tjin tidak pernah hadir
dipersidangan dan tidak pula mengirimkan kuasa sebagai wakilnya untuk hadir dipersidangan.
Pemohon memohon kepada Hakim untuk menetapkan Khioen Tjin sebagai orang tidak hadir,
menetapkan Pemohon sebagai penghuni rumah, dan menetapkan BHP Jakarta sebagai yang
menguasai dan mengurus harta kekayaan orang yang dinyataka tidak hadir. Hakim PN Jakpus
mengabulkan permohonan pemohon untuk sebagian, menetapkan Khioen Tjin sebagai orang
tidak hadir, menyatakan BHP Jakarta untuk menguasai dan mengurus rumah milik Khioen
Tjin, dan membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Berdasarkan uraian kasus posisi diatas, analisis akan dilihat dari pertimbangan hukum oleh
hakim dalam menetapkan seseorang untuk dinyatakan sebagai orang yang tidak hadir
(afwezigheid), yakni:
• Pada Kasus Khoen Tjin, Pemohon baru mengajukan permohonan penetapan orang hilang
atau tidak hadir setelah 40 tahun sejak Khioen Tjin (yang diajukan tidak diketahui
keberadaaannya) . Dengan demikian, jangka waktu telah hilangnya Khioen Tjin telah
terpenuhi;
• Persangkaan bahwa seseorang tersebut benar- benar telah hilang atau bahkan meninggal
dunia perlu juga diperkuat dari hasil keterangan kesaksian para saksi + surat-surat
bukti;
• Hakim dapat saja berpendapat bahwa Khioen Tjin/ Termohon telah meninggal
dunia meskipun tidak diketahui secara pasti umur Termohon , dengan melihat pada
bangunan rumah yang telah ditempati secara turun menurun oleh keluarga Pemohon
kemudian, nenek Pemohon sebagai orang yang pertama melakukan sewa menyewa
bangunan rumah milik Khioen Tjin telah meninggal tahun 1972 bisa saja ditafsirkan,
umur Khioen Tjin sudah tua;
• Pengadilan telah melakukan pemanggilan secara patut sebanyak 2 (dua) kali saja
melalui Panggilan Umum pada Harian Rakyat Merdeka masing- masing Edisi tanggal 12
Januari 2004 dan 26 Januari 2004 untuk hadir dipersidangan dimana, seharusnya
diberikan izin pemanggilan untuk ke tiga kalinya. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 468
KUHPerdata;
• Hakim tetap mengabulkan sebagian permohonan pemohon
Melihat pertimbangan hukum oleh hakim diatas, penulis tidak setuju dan tidak sependapat.
Hal ini dikarenakan Penetapan Pengadilan No: 136/PDT.P/2003/PN.JKT.PST tidak
memenuhi Pasal 468 KUHPerdata. Kasus Khioen Tjin hanya dilakukan pemanggilan secara
patut sebanyak 2 (dua) kali saja melalui Panggilan Umum pada Harian Rakyat Merdeka
masing- masing Edisi tanggal 12 Januari 2004 dan 26 Januari 2004 untuk hadir dipersidangan
dimana, seharusnya diberikan izin pemanggilan untuk ke tiga kalinya. Dengan demikian,
pertimbangan Hakim pada kasus Khioen Tjin tidak bersifat konstitusional atau tidak sesuai
dengan aturan hukum yang ada dan berlaku di Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
1. Pada prakteknya subjek hukum yang dapat dinyatakan tidak hadir (afwezigheid) telah
diperluas oleh Hakim, sehingga juga meliputi ketidakhadiran (afwezigheid) subjek hukum
badan hukum. Ketidakhadiran (afwezigheid) badan hukum yang terjadi dalam praktek di
lapangan tidak lagi merupakan pengecualian dari ketidakhadiran (afwezigheid) atas subjek
hukum manusia, melainkan sebagai suatu hal yang sudah diterima dalam praktek hukum
bahwa subjek hukum badan hukum dapat dinyatakan sebagai orang tidak hadir
(afwezigheid).
2. Pelaksanaan dalam pengelolaan terhadap harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid)
dilakukan Balai Harta Peninggalan setelah menerima salinan resmi/ turunan penetapan
ketidakhadiran (afwezigheid) dari Pengadilan Negeri setempat.Hal- hal yang dilakukan
oleh BHP setelah diterimanya penetapan ketidakhadiran (afwezigheid), antara lain:
1) Memanggil pemohon penetapan dan membuat berita acara penghadapan;
2) Meninjau ke lapangan dan melakukan pencatatan harta milik orang yang tidak hadir;
3) Pemohon diminta untuk membuat surat permohonan membeli rumah/ bangunan
tersebut yang ditetapkan sebagai afwezig;
4) Memasang iklan pada surat kabar dan Berita Negara;
5) Membuat perjanjian sewa menyewa antara penghuni dengan Balai Harta Peninggalan,
dibuat dengan akta notaris;
6) Melaporkan tentang penetapan ini kepada Badan Pemeriksa Keuangan, Kejaksaan, dan
menyurati Pengadilan Negeri apakah ada bantahan terhadap penetapan afwezig ini;
7) Balai Harta Peninggalan mengajukan Surat Ijin Prinsip kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Dirjend. AHU, dengan melampirkan:
penetapan, pencatatan harta, surat ke BPK, surat ke Kejaksaan, pemasangan iklan,
surat jawaban dari Pengadilan Negeri tentang ada atau tidaknya bantahan, akta
perjanjian sewa, bukti pembayaran sewa, surat permohonan membeli rumah/
bangunan afwezig; Tim gabungan turun memeriksa rumah/ bangunan afwezig;
8) Setelah mendapatkan jawaban Surat Ijin Prinsip dari Dirjend. AHU, Balai Harta
Peninggalan mengajukan izin menjual harta kekayaan afwezig;
9) Mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri untuk menjual harta kekayaan afwezig,
dengan terlebih dahulu membentuk Tim Penaksir. Namun, sejak ada peraturan yang
dikeluarkan pada tahun 2005, Balai Harta Peninggalan sudah bisa menerapkan
bahwa Tim Appraisal yang menjadi Tim Penaksir;
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
10) Setelah penetapan izin jual dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri, maka Balai Harta
Peninggalan mengajukan pelaksanaan penjualan harta milik orang tidak hadir
(afwezigheid) tersebut;
11) Balai Harta Peninggalan memberitahukan kepada pemohon afwezig/ penghuni
bangunan/ rumah tentang harga NJOP dan harga pemasaran pada umumnya
berdasarkan hasil penelitian tim gabungan/ tim appraisal yang meneliti;
12) Balai Harta Peninggalan membuat surat kuasa untuk hadir di hadapan Notaris dalam
rangka melaksanakan jual beli dan pemindahan hak atas bangunan rumah afwezig
(terlebih dahulu si pemohon diminta untuk mentransfer uang pembelian ke rekening
Balai Harta Peninggalan). Jual beli atas bangunan rumah harus dibuat dengan akta
jual beli dihadapan Notaris;
13) Balai Harta Peninggalan melaporkan ke Dirjend. AHU atas pelaksanaan penjualan
boedel afwezig;
14) Balai Harta Peninggalan berhak menyimpan uang hasil penjualan tersebut selama 1/3
abad dengan mendepositokannya di Bank Negara. Apabila, telah lewat jangka waktu
1/3 abad maka, BHP menyerahkan harta kekayaan orang yang tidak hadir tersebut
kepada kas negara.
3. Proses pengajuan pengambilan harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid) apabila,
ternyata terdapat ahli waris menuntut pengambilan harta kekayaan dimana, sebelumnya
dikelola oleh Balai Harta Peninggalan, yakni:
Dalam hal harta kekayaan orang tidak hadir (afwezigheid) telah dikelola oleh Balai Harta
Peninggalan kemudian, jangka waktu 1/3 abad belum lewat semenjak dikeluarkannya
penetapan namun, ahli waris orang tidak hadir (afwezigheid) atau orang yang telah
dinyatakan tidak hadir (afwezigheid) tersebut datang menghadap ke Balai Harta
Peninggalan maka, Balai Harta Peninggalan akan mengembalikan harta kekayaan orang
yang tidak hadir (afwezigheid). Akan tetapi, sebelum melakukan pengembalian harta
kekayaan kepada ahli waris orang yang dinyatakan tidak hadir (afwezigheid) atau orang
yang telah dinyatakan tidak hadir (afwezigheid) perlu adanya pemenuhan persyaratan
dibawah ini, antara lain:
1) Ahli waris orang yang dinyatakan tidak hadir atau orang yang telah dinyatakan tidak
hadir (afwezigheid) harus memperoleh penetapan Pengadilan Negeri sebagai syarat
mutlak. Apabila yang mengajukan adalah ahli waris orang yang dinyatakan tidak
hadir, maka ahli waris harus mendapatkan surat keterangan ahli waris orang yang
dinyatakan tidak hadir dari Pengadilan Negeri sedangkan, apabila yang mengajukan
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
adalah orang yang telah dinyatakan tidak hadir (afwezigheid) itu sendiri, maka
Penetapan Pengadilan Negeri berupa pencabutan penetapan dinyatakan sebagai orang
yang hilang/ tidak hadir yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri.
Kemudian, apabila yang dituntut pengembaliannya berupa tanah maka, harus dapat
menunjukkan sertifikat tanah sebagai bukti pemilik sah atas tanah tersebut;
2) Balai Harta Peninggalan mengajukan permohonan izin kepada Dirjend. AHU untuk
menyerahkan harta kekayaan yang telah dikelola oleh Balai Harta Peninggalan;
3) Setelah menerima permohonan izin dari Dirjend. AHU maka, ahli waris orang yang
dinyatakan tidak hadir atau pemilik asli dapat menguasai harta kekayaan tersebut
beserta dengan pengembangannya. Pengembangan disini berupa hasil bunga, dan
lainnya tentunya, setelah dikurangi dengan jasa hukum yang diberikan oleh Balai
Harta Peninggalan kepada afwezigheid tersebut;
Apabila, ahli waris orang yang dinyatakan tidak hadir atau orang yang dinyatakan tidak
hadir tidak mau menerima uang hasil penjualan harta kekayaan orang yang dinyatakan
tidak hadir (afwezigheid) yang telah dilakukan penjualan sebelumnya oleh Balai Harta
Peninggalan kepada pihak lain dalam artian tetap menuntut pengembalian fisik harta
kekayaan berupa bangunan rumah/ bangunan gedung/ tanah. Balai Harta Peninggalan
mempersilahkan ahli waris orang yang dinyatakan tidak hadir atau pemilik asli yang
sebelumnya telah dinyatakan sebagai orang tidak hadir (afwezigheid) untuk mengajukan
gugatan ke Pengadilan.
Saran
Penulis memberikan saran yaitu Stb. 1872/166 mengenai Instruksi Untuk Balai- Balai Harta
Peninggalan di Indonesia (Instructie voor de Weeskamer in Indonesie) perlu dicabut dan DPR
RI harus segera mensahkan Rancangan Undang- Undang BHP, dengan memperhatikan
muatan materi Stb. 1872/ 166 yang masih dapat dipergunakan dengan hukum saat ini.
Kepustakaan
Buku Teks
-----------, Buku Saku Tugas dan Fungsi Balai Harta Peninggalan. Jakarta: Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Kantor Wilayah DKI Jakarta Balai Harta
Peninggalan. Jakarta:September 2013.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Cahyono, Akhmad Budi dan Surini Ahlan Sjarif. Mengenal Hukum Perdata. Jakarta: CV.
Gitama Jaya, 2008.
Departemen Kehakiman, Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan. Himpunan
Peraturan Perundang-Undangan Balai Harta Peningggalan Buku I.-------------Departemen Kehakiman RI, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Himpunan
Surat Keputusan Tentang Balai Harta Peninggalan. Jakarta, 2000.
------------. Himpunan Peraturan Perundang- Undangan RI Menurut Sistem Engelbrecht.
Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2006.
Ichsan, Achmad. Hukum Perdata IA. Jakarta: PT Pembimbing Masa.
Mamudji, Sri, Hang Rahardjo, dan Wahyu Andrianto. Buku Panduan Penulisan Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Cet.1. Depok: Badan Penerbit FHUI, 2012.
Mamudji, Sri. Et al. Metode Penulisan dan Penulisan Hukum. Depok: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.
Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Asis Safioden. Hukum Orang dan Keluarga. Cet III.
Jakarta: Alumni, 1986.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1995.
Salayan, Abdul Wahis dan Muhammad Fausi Ridwan. Tata Hukum Indonesia, Hukum
Perdata. Jakarta: 1960.
Satrio, J. Hukum Pribadi Persoon Alamiah Bagian I. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999.
Sjarif, Surini Ahlan. Slide Perkuliahan Hukum Orang dan Keluarga Semester Pendek.
Depok: 2012/2013.
Subekti, Wienarsih Imam dan Sri Soesilowati Mahdi. Hukum Perorangan dan Kekeluargaan
Perdata Barat. Jakarta: Gitama Jaya Jakarta, 2005.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penulisan Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.
Syahrani, H. Riduan. Seluk- Beluk dan Asas- Asas Hukum Perdata. Bandung: PT. Alumni,
2006.
Tutik, Titik Triwulan. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Cet.3. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, November 2011.
Vollmar, H.F.A. Hukum Keluarga menurut KUHPerdata. Bandung: Tarsito, 1982.
Wirosoemarto, Soenjoto. Azaz-Azaz Hukum Perdata. Solo: Fakultas Hukum UNS Sebelas
Maret, 1997.
Internet
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Prananingrum, Dyah Hapsari. “ Telaah Terhadap Esensi Subyek Hukum: Manusia dan Badan
Hukum”. file:///C:/Users/CW%2016/Downloads/J00866.pdf. Diunduh pada tanggal 29
September 2014.
Tanpa Nama. “Hilangnya pesawat Adam Air Boeing 737-400-PK-KKW dalam tujuan ke
Manado yang merenggut nyawa 102”. http://news.liputan6.com/read/2022536/kisahhilangnya-adam-air-3-hari-muncul-petunjuk. Diunduh pada tanggal 9 September 2014.
Tanpa Nama. “Kecelakaan Kapal di perairan Selat Bangka yang menyebabkan hilangnya 10
penumpang”. http://berita.plasa.msn.com/nasional/okezone/kapal-tenggelam-di-selatbangka-10-penumpang-hilang. Diunduh pada tanggal 9 September 2014.
Tanpa
Nama. “Profil dan Perkembangan Hukum Balai Harta Peninggalan”.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/2113_Profil%20dan%20Perkembangan
%20Hukum%20BHP.pdf. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014.
Tanpa
Nama.
“Negeri
Surakarta
Nomor:
05/Pdt.P/2007/PN.Ska”.
http://putusan.mahkamahagung.go.id/main/pencarian/?q=Penetapan+Pengadilan+Neg
eri+Surakarta+Nomor%3A+05%2FPdt.P%2F2007%2FPN.Ska. Diunduh pada tanggal
7 Januari 2015
Thegoldenboy, Yudhistira. “--------“. http://www.scribd.com/doc/46901893/PengertianDomisili. Diunduh pada tanggal 21 September 2014.
Napitupulu, Yunus. “Tugas PIH”. http://www.academia.edu/5866919/Tugas_PIH. Diunduh
pada tanggal 20 September 2014.
Perundang- Undangan
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan oleh R.
Soebekti dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, cetakan ke- 19, 1985.
Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kehakiman No M.02.UM.01.06 Tahun 1998.
Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kehakiman No. M.22-PR.02Th.1990.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.02HT.05.10 Tahun 2005.
Republik Indonesia. Surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 19 Juni 1980 Nomor.
M.01.PR.07.01-80 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta
Peninggalan.
Republik Indonesia. Undang-Undang
Kependudukan.
No.
24
Tahun
2013
tentang
Administrasi
_______. Ordonnantie Van 5 Oktober 1872, Stb 1872 No. 166 Tentang Balai Harta
Peninggalan Indonesia.
Tuntutan ahli waris terhadap..., Angelia Stephanie Wirawan, FH UI, 2015
Download