Jamsostek Akan Titipkan Dana yang Belum Diklaim inspirasi-usaha.com Direktur Pelayanan PT Jamsostek (Persero), Djoko Sungkono menyatakan PT Jamsostek akan menitipkan dana jaminan hari tua i (JHT) pekerja yang belum diklaim ke Balai Harta Peninggalan ii (BHP). Penitipan dana tersebut terkait dengan persiapan menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial iii (BPJS) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek ingin menjaga kepercayaan pekerja bahwa dana mereka tidak hilang meskipun mereka tidak mengajukan klaim JHT ke PT Jamsostek. Dana yang belum diklaim pekerja tersebut, sebagaimana hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berjumlah sekitar Rp 1,8 triliun, dana tersebut tidak diklaim pekerja karena berbagai alasan. PT Jamsostek menduga sebagian pekerja tidak tahu bahwa mereka peserta Jamsostek karena minimnya informasi dari perusahaan sehingga saat berhenti bekerja mereka alpa mengajukan klaim. Sebelumnya BUMN tersebut sudah melakukan imbauan dan membuat iklan di sejumlah media surat kabar agar pekerja berhak mengajukan dengan membawa bukti kepesertaan. Terakhir dana tak bertuan dari PT Jamsostek berjumlah Rp 1,8 triliun untuk satu juta peserta dari yang sebelumnya dilaporkan dana tersebut mencapai Rp 4,9 triliun karena sejumlah pekerja mengajukan klaim atas haknya. Sebagaimana yang diamanatkan peraturan perundangan PT Jamsostek harus memisahkan aset, maka dana tersebut dipisahkan dari aset perusahaan dan dititipkan ke BHP. Pemindahan dana tersebut dilakukan secara bertahap dan pada waktunya pekerja dapat mengajukan klaim ke BHP, artinya dana tersebut tidak hilang, hak pekerja harus kembali ke pekerja. Saat ini, proses pemindahan itu sedang dibahas di forum Kemenkumham, Kemenakertrans, BHP dan PT Jamsostek. Pelaksanaan program-program jaminan sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan memerlukan penyelarasan peraturan dan perundang-undangan Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum terutama terkait dengan program JHT dan jaminan pensiun bagi pekerja formal di perusahaan swasta dan BUMN atau unit usaha lainnya. Sumber Berita: suarapembaruan.com, 2 Agustus 2012 pelitaonline.com, 03 Agustus 2012 i Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu. Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja: ‐ Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap; ‐ Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang‐kurangnya 5 tahun dengan masa tunggu 1 bulan; ‐ Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI. Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko‐risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko‐risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial. (http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=3&id=15) ii Balai Harta Peninggalan merupakan lembaga yang diperlukan untuk mengurus harta peninggalan dari seseorang berhubungan dengan perwalian, pengampuan, ketidakhadiran, harta peninggalan tidak terurus, pendaftaran waris, surat keterangan waris. Balai Harta Peninggalan juga merupakan unit pelaksana teknis dalam lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Balai Harta Peninggalan sendiri mempunyai tugas yang berkaitan dengan pengawasan, perlindungan dan pengurusan terhadap kekayaan yang mencakup harta peninggalan, harta kekayaan orang tidak hadir, harta peninggalan tak terurus, harta anak dibawah umur sepanjang tidak berada dibawah perwalian, harta mereka yang diletakkan dibawah pengampuan, dan harta pailit. Dalam produk hukum kolonial yang berkaitan dengan Balai Harta Peninggalan, peraturan perundang‐undangan yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, sehingga peraturan tersebut perlu dicabut dan diganti. Peraturan perundang‐undangan dibidang Balai Harta Peninggalan produk kolonial Hindia Belanda itu antara lain : 1. Institutie voor de Weeskamer in Indonesie (Ordanantie van 5 Oktober 1872, Stb. 1872 Nomor 166) 2. Vereeniging toteene regeling van het de kassen der weeskamers en der boedelkamers en regelling van het beheer dier Kassen (Ordonantie van 9 Septenber 1897, Stb. 1897 Nomor 231). (www.djpp.depkumham.go.id/component/content/article/64‐rancangan‐undang‐undang/2096‐ruu‐tentang‐balai‐ harta‐peninggalan.html) iii Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (Undang‐undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum