Dana ekspansi Jamsostek Rp1,5 triliun

advertisement
ASURANSI & PEMBIAYAAN
Bisnis Indonesia, Kamis, 23 Desember 2010
PROTEKSI
Dana ekspansi Jamsostek Rp1,5 triliun
BII Finance tambah cabang
JAKARTA: PT BII Finance Center
menambah enam cabang di luar Jawa,
seperti di Papua, Sumatra, Kalimantan, dan
Sulawesi.
Langkah tersebut ditujukan guna
mendorong pertumbuhan bisnis
pembiayaan mobil baru sepanjang tahun ini.
Hingga saat ini, total cabang perusahaan
mencapai 29 cabang.
Direktur Utama BII Finance Alexander
mengatakan penambahan jaringan di
beberapa wilayah lazim dilakukan guna
memperluas penetrasi bisnis pembiayaan
yang tumbuh dengan baik pada tahun ini.
“Total cabang kami sudah mencapai 29
jaringan di seluruh Indonesia. Penambahan
cabang dilakukan seusuai dengan rencana
kerja yang disusun pada awal tahun,”
katanya di Jakarta, kemarin.
Saat ini, BII Finance sudah memiliki 29
cabang, satu tambahan cabang di Jayapura,
tiga cabang baru di Sumatra, dan dua
cabang baru di Kalimantan dan Sulawesi.
Saham BII Finance dikuasai 99,99% oleh
BII dan sisanya oleh Yayasan Dana Pensiun
BII. Selain pembiayaan konsumen,
perseroan juga mengantongi izin usaha
untuk bergerak dalam bidang anjak piutang
(factoring), sewa guna usaha (leasing), dan
kartu kredit. (BISNIS/MTS)
Jumlah peserta Dapen Tugu naik
JAKARTA: Jumlah peserta Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) Tugu Mandiri
sepanjang tahun ini naik menjadi 34.058
orang seiring dengan penetrasi bisnis yang
mulai digencarkan sejak awal tahun.
Direktur Utama Asuransi Jiwa Tugu
Mandiri Maryoso Sumaryono mengatakan
jumlah peserta dana pensiun terus
bertambah mengingat strategi pemasaran
yang lebih banyak membidik korporasi.
“Peserta kami sudah mencapai 34.058
orang dari 107 perusahaan. Oleh karena itu,
kami akan tetap meningkatkan jumlah
peserta,” katanya di Jakarta, baru-baru ini.
DPLK Tugu Mandiri yang berinduk pada
Asuransi Jiwa Tugu Mandiri optimistis nilai
aset kelolaan pada akhir tahun ini
menembus Rp600 miliar setelah pada
kuartal III/2010 aset lembaga jaminan hari
tua itu mencapai Rp541 miliar.
Pencapaian asset under management
(AUM) pada triwulan III/2010 tersebut
meningkat 11% dibandingkan dengan periode
yang sama tahun lalu, yaitu Rp487 miliar
seiring dengan tambahan iuran dan hasil
investasi sepanjang tahun ini. (BISNIS/MTS)
Bisnis perbankan dilirik guna sokong kinerja
OLEH SYLVIANA PRAVITA R.K.N.
Bisnis Indonesia
JAKARTA: PT Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) menyediakan dana Rp1,5 triliun
guna membentuk perusahaan induk Jamsostek Incorporated dalam
3 tahun ke depan.
Perusahaan asuransi sosial itu
juga mengkaji pencarian mitra
strategis guna menggarap bisnis
perbankan yang memberikan
bunga kredit ringan bagi pekerja.
Menurut Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga, perusahaannya akan mengucurkan dana senilai Rp500 miliar melalui
salah satu lini bisnis yang akan
digarap perseroan, yaitu perusahaan investasi.
Perusahaan investasi tersebut,
yaitu Jamsostek Investment Company (JIC), akan menjadi motor
guna menggandeng mitra bagi
enam lini bisnis lainnya.
Adapun, JIC juga akan melibatkan Islamic Development
Bank yang menyertakan dana
Rp500 miliar, sehingga modal
awal JIC Rp1 triliun.
“Jadi, penyertaan langsung kami melalui JIC sebesar Rp500 miliar dan kami memperkirakan penyertaan langsung bagi seluruh
lini bisnis lain yang akan digarap
Jamsostek Incorporated, yaitu
Rp1 triliun. Total penyertaan
Rp1,5 triliun,” katanya, kepada
Bisnis, kemarin.
Hotbonar mengatakan rencana
tersebut saat ini masih dikaji dan
belum meraih persetujuan dari
pemangku kepentingan.
Berdasarkan draf rencana pendirian Jamsostek Incorporated
yang diperoleh Bisnis, Jamsostek
Incorporated merupakan rencana
investasi yang digagas dengan penanaman modal Jamsostek pada
tujuh perusahaan di lini bisnis
yang berbeda.
Tujuh lini bisnis tersebut meliputi bisnis investasi, bisnis pelayanan kesehatan, bisnis perbankan atau bank bagi pekerja,
bisnis servicing company, bisnis
reasuransi, bisnis properti, dan
bisnis pembiayaan perumahan.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Investasi Jamsostek Elvyn
G. Masassya mengatakan Jamsostek bakal menggandeng satu
bank lewat mekanisme partisi-
BISNIS INDONESIA
JAKARTA: PT Asuransi Syariah
Mubarakah membidik pertumbuhan premi sebesar 18,5% pada
2011 menjadi Rp237 miliar dari
proyeksi perolehan akhir tahun
ini, yaitu Rp200 miliar.
Direktur Mubarakah Parmin
Sastro Wijono mengatakan kontribusi (premi) perseroan per 30 November 2010 tercatat Rp154,12 miliar atau mengalami penurunan
hampir 50% dari periode yang sama tahun lalu sekitar Rp300 miliar.
Menurut dia, penurunan tersebut disebabkan oleh kebijakan
perusahaan yang membatasi
aktivitas bisnis kesehatan akibat
loss ratio yang tinggi. Porsi asuransi kesehatan pada tahun ini
hanya 18% dibandingkan dengan posisi 2009 mencapai 60%
dari total bisnis.
Komposisi bisnis Mubarakah
tahun ini didominasi oleh bisnis
asuransi jiwa bagi kredit perbankan sebesar 74%, sedangkan sisanya pada tabungan hari
tua karyawan, kesejahteraan
karyawan dan sejumlah bisnis
lain.
“Pendapatan premi pada tahun
ini menurun, karena pembatasan
bisnis kesehatan, karena ada ke-
of Agency Rusli Chan di Jakarta, kemarin. Berdasarkan laporan keuangan per November 2010, Avrist memiliki rasio modal
sebesar 787%, aset lebih dari Rp9,4 triliun atau meningkat
29% dari pencapaian yang sama tahun lalu.
Regulator pastikan tak atur
tarif asuransi properti
BISNIS INDONESIA
JAKARTA: Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memastikan tidak akan melakukan
pengaturan tarif asuransi properti,
karena pasar asuransi itu masih terbatas.
Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata mengatakan aktivitas bisnis asuransi properti sampai sekarang cenderung belum memasyarakat atau belum dimanfaatkan secara luas oleh pemilik
rumah individu.
Menurut dia, pasar bisnis asuransi
properti cenderung masih sangat terbatas atau baru dimanfaatkan oleh
kalangan tertentu, khususnya pengusaha untuk menutup pertanggungan gedung atau bangunan yang
bersifat komersial.
Hal itu mencakup pertanggungan
yang dilakukan terhadap hotel, apartemen, pabrik, dan perkantoran.
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan keadaaan bisnis asuransi kendaraan bermotor yang mengalami
pengaturan tarif.
“Kalau kendaraan bermotor, pasarnya menjangkau masyarakat luas. Jadi, hal itu membutuhkan pengaturan dari regulator agar masyarakat tidak menjadi korban. Asuransi properti masih dominan komersial, sehingga tidak akan diatur,”
ujarnya, kemarin.
Isa menuturkan rendahnya tarif
Rencana
penyertaan modal
Jamsostek Incorporated
membentuk JIC. Jamsostek menguasai kepemilikan saham mayoritas 51%.
Mekanisme serupa akan digunakan Jamsostek untuk bisnis
properti dan pembiayaan perumahan.
Rencana akuisisi
Bisnis
Mekanisme
Investasi
Joint venture, Jamsostek 51%, mitra 49%
Pelayanan kesehatan
Akuisisi, Jamsostek 51%, mitra 49%
Perbankan
Partisipasi modal maksimal 30%
Servicing company
Subsidi Jamsostek 99%
Reasuransi
Partisipasi modal maksimal 40%
Properti
Joint venture, Jamsostek 51%, mitra 49%
Pembiayaan perumahan
Joint venture, Jamsostek 51%, mitra 49%
Sumber: PT Jamsostek, diolah
pasi modal maksimal sebesar
30% guna menggarap bisnis perbankan.
Selanjutnya, Elvyn memaparkan rencana pembentukan Jamsostek Incorporated tersebut secara umum ditujukan untuk
mendukung bisnis inti yang dijalankan perseroan.
Menurut dia, tujuan bisnis inti
perseroan sesuai dengan amanat
UU Jamsostek, yaitu mengelola
dan menginvestasikan dana dari
peserta, sehingga keuntungan
BISNIS/ILHAM NESABANA
yang diperoleh dapat dikembalikan kepada peserta.
Berdasarkan draf tersebut, Jamsostek Incorporated direncanakan
memberikan modal pada perusahaan yang akan dijadikan mitra
dalam berbagai bentuk usaha,
meliputi perusahaan patungan
(joint venture), partisipasi modal,
akuisisi, dan subsidi untuk anak
perusahaan.
Dia mencontohkan Jamsostek
menggandeng perusahaan lain dalam bentuk joint venture dalam
Partisipasi modal Jamsostek
pada bisnis reasuransi maksimal
40% dari total kepemilikan.
Elvyn menyatakan pembentukan JIC ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program jaminan sosial dan memberi kontribusi bagi pendapatan Jamsostek, termasuk melakukan sinergi
proyek perusahaan pelat merah.
Bisnis properti dan pembiayaan
rumah bertujuan untuk menyediakan pembiayaan terhadap kebutuhan rumah atau apartemen
yang terjangkau.
Dia memaparkan bisnis lain
yang akan dijalankan juga akan
berorientasi pada peserta, seperti
rencana akuisisi PT Nayaka yang
ditujukan untuk menopang program jaminan kesehatan peserta.
“Selain itu, pemberian subsidi
kepada anak perusahaan Jamsostek PT Bijak untuk program manajemen dan pelayanan buruh.”
(04) ([email protected])
Mubarakah incar premi Rp237 miliar
BISNIS/DEDI GUNAWAN
ASET MENINGKAT: Direktur PT Avrist Assurance Supardi Suparman (kedua kanan) berbincang dengan (dari kiri)
Vice President & Head of Alternative Distribution Norman Tetelepta, Assistant Vice President Ating Ekaningtyas, Senior
Vice President Heriati Gunawan, dan Vice President & Head
5
properti yang terjadi selama beberapa waktu terakhir ini cenderung
akibat persaingan tidak sehat antarpelaku usaha.
Dia meminta agar industri mengendalikan dan mengatur bisnisnya sendiri, serta meningkatkan disiplin terhadap prinsip-prinsip berasuransi yang benar, terutama dari
sisi pengelolaan risiko (underwriting).
“Meski kami ingin melindungi industri ini, kami tidak mau melindungi dengan membabi buta. Mereka adalah pihak-pihak yang bisa
bernegosiasi. Jadi, hal ini membutuhkan kesadaran pelaku usaha
dalam berbisnis, terutama untuk
mengatur diri sendiri dan disiplin
terhadap prinsip asuransi,” jelasnya.
Terkait dengan persaingan tidak
sehat tarif properti yang berkisar 1
per mil-1,5 per mil tersebut, Isa menyatakan pihaknya sedang berusaha
untuk mulai mengumpulkan data
terkait dengan aktivitas bisnis tersebut.
Pengumpulan data tersebut ke depan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan penelitian sebagai
acuan bagi industri dalam menentukan tarif.
“Kami sedang membangun basis
data lewat koordinasi dengan asosiasi dan mendiskusikan bagaimana
mekanisme dan pengelolaannya.
Data statistik asuransi properti itu
antara lain akan diperoleh dari Badan Pengelola Pusat Data Asuransi
Nasional,” tutur Isa.
Humas Asosiasi Asuransi Umum
Indonesia (AAUI) Willy Suwandi
Dharma mengungkapkan tarif properti membutuhkan pengaturan, karena kompetisi yang sangat ketat.
Hal itu menyebabkan perusahaan
reasuransi mulai menjauhi aktivitas
bisnis ini, karena menilai manajemen pengelolaan risiko sangat sulit,
serta potensi loss ratio yang tinggi.
Ketua AAUI Kornelius Simanjuntak sempat mengungkapkan pihaknya tetap akan mengupayakan pengaturan tarif asuransi tersebut kepada
regulator guna memproteksi aktivitas bisnis ini.
“Kami masih menyusun rencana
pengaturan tersebut untuk dapat diajukan kepada regulator. Persaingan
bisnis ini memang sudah sangat tidak sehat, sehingga harus diupayakan ada pengaturan,” kata Kornelius.
Isa menambahkan sebenarnya data statistik tentang asuransi properti
yang dimiliki badan tersebut secara
umum sudah dapat dipergunakan
oleh pelaku industri sebagai acuan,
karena memuat data dalam 10 tahun
terakhir.
Meski demikian, pelaku industri
seperti enggan memanfaatkan data
tersebut dan cenderung menjalankan usaha dengan mengejar perolehan premi dan mengesampingkan
acuan yang ada.
“Sudah ada panduan data, sehingga saya pikir industri yang harus menyelesaikan persoalan tarif.” (04)
bijakan untuk mengejar kualitas
dibandingkan kuantitas. Tahun
depan, kami membidik peningkatan 50% lewat ekspansi jalur
distribusi,” ujarnya kepada Bisnis, kemarin.
Parmin menuturkan rencana
ekspansi jalur distribusi tersebut
lebih ditujukan pada kerja sama
dengan bank (bancassurance)
yang secara umum membidik potensi nasabah perbankan.
Sejumlah bank yang akan digandeng pada tahun depan meliputi Bank Mandiri, BNI Syariah,
BRI Syariah, Bank Muamalat, Bukopin Syariah, Bank Jabar dan
sejumlah BPD, serta BPR Syariah
dan Koperasi.
Dia memaparkan pihaknya
membidik komposisi pendapatan
premi 2011 dari jalur bancassurance dengan bank umum dan
BPR mencapai 35%, bank syariah dan BPR syariah 25%, sedangkan koperasi 15%, dan sisanya
melalui jalur distribusi lain.
Selain itu, pihaknya juga menargetkan penambahan jumlah agen
dari posisi saat ini sebanyak 153
orang menjadi 250 orang pada
2011.
“Tahun depan, kami akan lebih
fokus untuk mengembangkan
bancassurance dan meningkatkan porsi bisnis asuransi jiwa
kredit, menyusul adanya kebijakan bank yang mensyaratkan
perlindungan asuransi jiwa untuk kredit consumer,” katanya.
Parmin menuturkan penurunan bisnis pada tahun ini juga telah menyebabkan penurunan
aset perseroan per 30 November
2010 sebesar 14,3% menjadi
Rp162 miliar dari periode yang
sama tahun lalu Rp189 miliar.
Namun, investasi perseroan selama 9 bulan pertama pada
tahun ini mengalami kenaikan
sekitar 25% menjadi Rp100,17
miliar dibandingkan dengan
periode sama 2009 sebesar
Rp79,86 miliar. (04)
Download