PRESS RELEASE

advertisement
PRESS RELEASE
DISKUSI ”Indonesia dan Kekayaan Peninggalan Bawah Air”
Jakarta, 11 Mei 2010 - Sehubungan dengan pro dan kontra tentang pelelangan 271 ribu keping harta
karun yang diangkat dari kapal karam di perairan Cirebon pada 5 Mei lalu, serta mengamati
berbagai pembahasan yang berkembang baik dari media massa maupun masyarakat, maka BPPI
menggagas sebuah forum diskusi untuk mendukung penyampaian informasi yang tepat dari
berbagai pihak yang terkait serta mengundang berbagai pemikiran dan pendapat dari berbagai
kalangan masyarakat dan institusi terkait bertempat di Domus Mata Hari – Griya BPPI, Jl. Veteran I
No. 30 Jakarta Pusat. Narasumber terdiri dari Surya Helmi-Direktur Peninggalan Bawah Air,
KemBudpar, Nunus Supardi-Mantan Direktur Peninggalan Purbakala yang sekarang aktif sebagai
pemerhati, Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST dari Keraton Kanoman Cirebon, serta Mustaqim Asteja
dari komunitas peduli pelestarian yaitu Kendi Pertula Heritage Society. Narasumber dari Unesco
yaitu Masanori Nagaoka – Culture Specialist yang sedianya hadir ternyata berhalangan namun tetap
mengirimkan beberapa informasi terkait dari kebijakan UNESCO.
Indonesia sebagai negara kelautan memiliki kekayaan yang luar biasa, tidak saja dari sisi biota laut,
tetapi juga benda cagar budaya (BCB), tinggalan bawah laut. Diduga ratusan kapal sejak abad ke-7
hingga abad ke-19 tenggelam dan barang-barang yang diangkutnya menjadi benda cagar budaya.
Walaupun pengangkatan BCB itu dibolehkan, namun harus memenuhi kaedah-kaedah arkeologi.
Pengangkatan BCB di Cirebon yang hasilnya akan dilelang, 5 Mei mendatang, sudah dilakukan
dengan kaedah-kaedah arkeologi, sehingga laporan hasil penelitiannya dibukukan. (Surya Helmi,
Direktur Peninggalan Bawah Air, KemBudpar).
BCB peninggalan bawah laut itu merupakan kekayaan yang tak ternilai, karena itu dari sisi
arkeologi, ia merupakan jejak budaya peradaban manusia masa lalu, yang merupakan jejak
peradaban bangsa. Atas dasar itu, dalam pengangkatan BCB peninggalan bawah laut, harus
memenuhi kaedah-kaedah arkeologi. Cara seperti ini, sangat bermanfaat dari ilmu pengetahuan ,
Dari BCB bisa ditelusuri sejarah tentang kapal yang tenggelam, tentang asal-usul barang
bawaannya, dan bagaimana peradaban manusia waktu itu. (Nunus Supardi, mantan Direktur
Purbakala).
Lokasi penemuan yang berada di perairan Cirebon juga telah membuat juru bicara Keraton
Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST menyatakan tidak mengklaim temuan itu
sebagai milik Keraton Cirebon. Benda itu dibuat lebih dulu, jauh sebelum Keraton Cirebon berdiri
sekitar tahun 1.400. Namun, saat itu Cirebon adalah bagian dari Kerajaan Pajajaran. Daerah ini
sudah ramai sejak dahulu karena memiliki pelabuhan besar. "Karena itu, kami tidak menginginkan
benda-benda cagar budaya itu keluar dari lndonesia."
INDONESIAN HERITAGE TRUST
Jl. Veteran I No. 27, Jakarta 10110, Indonesia
t. +62.21.7030 6222 t/f. +62.21.35 111 27 e. [email protected] w. bppi-indonesianheritage.org
Pemerintah Indonesia akan melelang 271 ribu keping harta karun yang diangkat dari kapal karam di
perairan Cirebon pada 5 Mei. Kementerian Budaya dan Pariwisata telah menyimpan 976 item harta
peninggalan Kerajaan Tiongkok dan Persia itu untuk negara. Yang akan dilelang 271 ribu item. 90
persen barang tersebut adalah porselin dan 976 barang lainnya disimpan Negara. Sesuai peraturan,
barang yang diambil dari Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT), akan
terlebih dahulu diserahkan ke Kementerian Budaya dan Pariwisata. Budpar akan menyeleksi barang
yang mana yang akan diambil oleh Negara untuk disimpan di museum. Sisa dari seleksi tersebut,
kemudian akan dilelang kepada pihak luar. Hasilnya akan dibagi dua antara pemerintah dan swasta
yang ikut andil dalam pencarian harta ini. Pembagiannya sama rata, masing-masing mendapat 50
persen. Nilai pembukaan lelang US$ 10 juta, dengan 271.000 benda yang terbagi dalam 30 jenis
harta karun. (Sudirman Saad, Pelaksana Tugas Direktur Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Harta karun senilai Rp 720 miliar tersebut diangkut dari perairan Laut Jawa, utara Cirebon, oleh PT
Paradigma Putra Sejahtera (PPS) bekerjasama dengan COSMIX Underwater Research Ltd
(Cosmix). Pemburu harta karun dari Belgia, Luc Haymens, yang terlibat dalam proyek ini
menyatakan, pihaknya perlu menyelam 22 ribu kali untuk mengangkut harta karun itu dari dasar
laut dalam rentang waktu Februari 2004 hingga Oktober 2005. Item yang dilego mencakup rubi,
mutiara, perhiasan emas, batu kristal dari dinasti Fatimiyah, gelas dari Iran dan porselen indah
kekaisaran Cina peninggalan sekitar tahun 976. Rincian harta karun yang dilelang antara lain vas
bunga terbesar dari Dinasti Liao (907-1125), barang-barang Yue Mise dari era Lima Dinasti (907960) dengan warna hijau khusus untuk Kaisar. Selain itu ada juga 11.000 mutiara, 4.000 rubi, 400
safir merah dan lebih dari 2.200 batu akik. (Adi Agung, Direktur Utama PT Paradigma Putra
Sejahtera)
Pembahasan yang menarik ini tentunya membutuhkan pemahaman yang tepat untuk disebarluaskan
kepada banyak pihak secara luas. Ini bukan sekedar membicarakan milik dan kepentingan siapa,
tetapi bagaimana pusaka yang tidak ternilai sebagai bagian dari sejarah bangsa dapat dilestarikan
dengan tepat serta bagaimana teknis perlindungan pusaka peninggalan bawah air yang sangat kaya
di Indonesia.
-------------------------------------Informasi lebih lanjut hubungi:
Catrini P. Kubontubuh, [email protected], 0813.813.03.696
Download