4065

advertisement
Pengelolaan Nyeri Pre dan Post Operasi Histerektomi pada Ny. S dengan Mioma Uteri
Dessy Hary Sartika*, Eko Mardiyaningsih**, Umi Setyoningrum***
Akademi Keperawatan Ngudi waluyo Ungaran
ABSTRAK
Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam
berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui
pengelolaan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien dengan mioma uteri di RSUD Ambarawa.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa relaksasi nafas dalam untuk
memenuhi kebutuhan mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 1
hari pada Ny. S. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan didapatkan nyeri berkurang dan tidak menyebabkan masalah komplikasi lain
akibat dari adanya mioma yang diderita Ny. S.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan teknik relaksasi terhadap pengontrolan
terjadinya gangguan rasa nyaman nyeri untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien.
Kata kunci
: pengelolaan nyeri
LATAR BELAKANG
Mioma uteri adalah neoplasma jinak
yang berasal dari jaringan ikat yang
menumpangnya dan dikenal dengan istilah
fibromioma, leiomioma / fibroid yang
biasanya terjadi pada saluran genitalia
umumnya pada traktus genitalis dan sifatnya
dipengaruhi oleh produksi hormon. Mioma
terdiri atas serabut-serabut otot polos yang
diselingi dengan untaian jaringan ikat dan
dikelilingi kapsul yang tipis. Mioma uteri
dapat berdegenerasi ganas dan ditemukan
hanya 0,32 sampai 0,6 % dari seluruh mioma
menjadi leiomiosarkoma serta 50-75 %
merupakan sarkoma uterus. Keganasan
merupakan neoplasma yang perlu diwaspadai
dan menurut profil kesehatan Provinsi Jawa
Tengah kejadian penyakit yang berasal dari
neoplasma masih terjadi dan angka
kejadiannya masih tinggi.
Beberapa gejala yang dapat ditemukan
pada penderita mioma uteri seperti perdarahan
abnormal
(menoragia,
menometroragia,
metroragia), terasa nyeri bila sudah ada torsi
bertangkai dan jika submukosa mioma terlahir,
gangguan miksi dan defekasi (konstipasi),
perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah
yang menimbulkan infertilitas, penekanan
saluran tuba oleh mioma uteri, sering abortus,
anemia (perdarahan) dan nyeri panggul
maupun nyeri abdomen yang akut. Nyeri yang
dikeluhkan oleh penderita mioma uteri timbul
akibat adanya mioma yang sudah bertangkai
dan mengalami torsi (Tresnawati, 2013;
Setiati, 2012; Hollingworth, 2014; Llewellyn
&Jones, 2002).
Menurut Farley (2013) & Hollingworth
(2014), menyatakan bahwa nyeri abdomen
merupakan sensasi yang tidak menyenangkan
yang berkisar dari nyeri tajam seperti tusukan
pisau sampai tumpul pada area abdomen
bagian bawah. Sedangkan nyeri panggul dapat
diklasifikasikan menjadi nyeri panggul akut
dan nyeri panggul kronis. Gejala nyeri yang
dialami oleh penderita fibroid pada umumnya
sangat menggangu terhadap kondisi fisik dan
tentunya berpengaruh pada aktifitas seharihari.
Dari uraian akibat nyeri yang dirasakan
oleh penderita fibroid di atas, dapat
disimpulkan bahwa nyeri dapat menggangu
kenyamanan seseorang sehingga, nyeri
mempunyai
kesamaan
makna
dengan
gangguan
kenyamanan.
Kenyamanan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang
merupakan tujuan dari pemberian asuhan
keperawatan yang utama dan merupakan suatu
keadaan yang telah terpenuhi jika klien sudah
merasa tentram, lega, dan rileks (Sukarni &
Wahyu, 2013; Potter & Perry, 2006).
Penatalaksanaan nyeri pada penderita
mioma uteri diantaranya penatalaksanaan
farmakologik seperti berbagai obat yang dapat
digunakan dalam bidang obstetrik untuk
menghilangkan rasa nyeri ringan dan
tergolong blok saraf atau motorik seperti
lidokain,
kloroprokain,
bupivakain,
mepivakain, dan tetrakain. Kemudian senyawa
analgesik narkotik yang dapat menurunkan
nyeri berat, nyeri persisten, dan nyeri rekuren
seperti meperidin dan fentanil. Sedangkan
penatalaksanaan non-farmakologik seperti
beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk
menghilangkan rasa nyeri diantaranya seperti
mengubah posisi, melakukan tindakan ritual
(melangkah, berayun-ayun, menggosok),
makan, meditasi, atau mengompres bagian
yang nyeri dengan kompres dingin atau
kompres hangat (bisa menggunakan buli-buli
panas),
melakukan
aktifitas
yang
menggunakan otot. Teknik relaksasi nafas
dalam dan teknik distraksi juga dapat
dilakukan
untuk
mengalihkan
atau
menghilangkan rasa nyeri klien baik pada saat
sebelum operasi ataupun sesudah menjalani
operasi. Teknik ini dapat membantu klien
dalam mempertahankan kontrol sepanjang
klien merasakan nyeri.
Berbagai metode non-farmakologik
untuk mengontrol rasa tidak nyaman dapat
diterapkan antara lain hipnosis, yoga, sentuhan
terapeutik, terapi aroma meliputi penggunaan
teh dan jamu-jamuan atau uap yang dapat
memberikan efek yang bermanfaat bagi
beberapa
wanita.
Vokalisasi
seperti
mendengarkan bunyi-bunyian juga bisa
dilakukan untuk menurunkan ketegangan,
relaksasi dengan bantuan imajiner yang dapat
mengarahkan wanita berfikir positif (Perry &
Potter, 2006; Bobak, 2005).
Berdasarkan data-data dan uraian di atas
maka penulis bermaksud untuk melakukan
pengelolaan nyeri pre dan post operasi
histerektomi atas indikasi mioma uteri pada
Ny. S di ruang Bougenville RSUD Ambarawa
dengan menggunakan manajemen asuhan
keperawatan.
METODE PENGELOLAAN
Pengkajian
Pengkajian
merupakan
suatu
pendekatan
yang
sistematis
untuk
mendapatkan informasi serta data yang
selengkap-lengkapnya mengenai klien baik
secara subyektif maupun obyektif. Dalam
pengkajian dengan masalah keperawatan
resiko maupun aktual nyeri pre dan post
operasi histerektomi, harus didukung dengan
adanya data mengenai karakteristik nyeri
klien. Dalam pemberian terapi nyeri, hal
terpenting yang perlu dilakukan pemantauan
karakteristik nyeri pre dan post operasi baik
secara klinis maupun fisiologis atau dapat
diukur menggunakan Numerical Ratting Scale
(NRS) merupakan skala yang menggunakan
garis lurus dengan rentang angka 0-10 yang
digolongkan menjadi: skala 0 dikategorikan
dalam bebas nyeri, skala 1-3 termasuk nyeri
derajat ringan, 4-6 nyeri derajat sedang, dan 710 adalah nyeri derajat berat. Pemantauan ini
dimaksud agar petugas kesehatan dapat
mengetahui derajat ambang nyeri sehingga
mampu melakukan penurunan nyeri sesuai
dengan criteria nyeri dalam batas normal
(skala 1-3) (Desen & Japaries, 2011; Rohmah
& Walid, 2010; Mc. Caffery, dalam Barker,
2002).
Tindakan Keperawatan
Rencana keperawatan yang telah
disusun oleh penulis adalah berikan posisi
yang nyaman pada pasien, ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, berikan kompres
hangat, kaji ulang skala nyeri. Selain tindakan
mandiri yang dilakukan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan juga
dilakukan
tindakan
kolaborasi
dalam
pemberian analgesik.
Posisi yang nyaman dapat menurunkan
tegangan otot sehingga dapat menurunkan rasa
nyeri dan meningkatkan kenyamanan. Dengan
dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam
akan memberikan perasaan kontrol yang kian
meningkat pada pasien, dan membantu pasien
untuk
menyegarkan
tubuh
kembali,
penggunaan kompres hangat mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke
suatu area
dan
kemungkinan
dapat
menurunkan
sensasi
nyeri
dengan
mempercepat penyembuhan (Doenges, 2000;
Smeltzer, 2002; Perry & Potter, 2005).
HASIL PENGELOLAAN
Intervensi
yang
telah
disusun
kemudian diimplementasikan pada hari
berikutnya. Salah satu implementasi yang
dilakukan adalah pada mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam tanggal 17 Maret 2014.
Pada tanggal 18 Maret 2014 penulis
melakukan tindakan kompres hangat dengan
menggunakan buli-buli panas di pinggang
klien. Implementasi ini dilakukan untuk
mengatasi nyeri post operasi histerektomi.
Setelah melakukan semua implementasi
keperawatan, penulis melakukan evaluasi pada
hari Rabu, 19 Maret 2014 dengan kesimpulan
masalah teratasi sebagian.
PEMBAHASAN
Masalah keperawatan nyeri pre dan post
operasi pada Ny. S sudah aktual karena
melihat dari tanda dan gejala yang sudah
memenuhi seluruh batasan karakteristik.
Batasan karakteristik mayor (yang harus
terdapat) pada diagnosa keperawatan ini
adalah komunikasi atau secara subyektif
mengungkapkan secara verbal tentang
perasaan nyeri atau melaporkan tentang isarat.
Sedangkan batasan karakteristik minor (60% 79%) atau secara subyektif antara lain
mengatupkan rahang atau pergelangan tangan,
perubahan kemampuan untuk melanjutkan
kemampuan aktifitas sebelumnya, agitasi,
ansietas, peka rangsang, menggosok bagian
yang
nyeri,
postur
tidak
biasanya,
ketidakaktifan fisik atau imobilitas, masalah
dengan konsentrasi, mencurigai, perubahan
pada pola tidur, rasa takut mengalami cidera,
mata sangat terbuka lebar atau tajam,
gambaran kurus, mual dan muntah (Wilkinson,
2007 dan Carpenito, 2006).
Menurut penulis nyeri merupakan
perasaan tidak nyaman yang dialami setiap
individu baik karena adanya respon dari dalam
tubuh maupun factor ekstrinsik. Nyeri
merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,
yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh dan
bersifat mengganggu dan menyulitkan lebih
banyak orang dibandingkan suatu penyakit
apapun (Perry & Potter, 2005; Judha &
Fauziah, 2012).
Beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya nyeri menurut Setiati
(2013) adalah akan terasa nyeri jika mioma
sudah bertangkai hingga mengalami torsi.
Menurut penulis, yang menjadi
penyebab dari nyeri pada Ny. S berdasarkan
pengkajian di atas adalah karena adanya
mioma yang terletak di bawah endometrium
yang akan mendesak uterus ke arah atas dan
menyebabkan nyeri. Jika hal ini tidak segera
ditangani maka akan mengakibatkan berbagai
permasalahan kesehatan seperti memperlambat
proses penyembuhan, menurunnya peredaran
darah ke daerah perifer tubuh, melambatnya
metabolisme tubuh dan menurunnya kinerja
sistem imun sehingga akan memperparah
penyakit yang sedang diderita (Taufan, 2011).
Rencana tindakan keperawatan pada
hari Senin, 17 Maret 2014 jam 12.00 WIB
adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi
dengan kriteria hasil skala nyeri menjadi 1- 3,
Pasien tidak tampak meringis. Rencana yang
telah disusun oleh penulis adalah kaji derajat
nyeri dan kualitasnya, monitor TTV klien,
bimbing klien melakukan teknik relaksasi
nafas dalam dan atau teknik distraksi, berikan
posisi yang nyaman, lakukan kompres hangat
di bagian perut yang nyeri, kolaborasi dengan
tim medis dalam memberikan obat analgesik.
Menurut
Intervensi
yang
telah
disusun
kemudian diimplementasikan pada hari Selasa,
18 Maret 2014. Salah satu implementasi yang
dilakukan adalah mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam. Penulis juga mengkaji
karakteristik nyeri.
Hasil evaluasi pada Rabu, 19 Maret
2014 pada jam 11.00 WIB klien mengatakan
bahwa nyerinya sudah berkurang. Dari data
objektif didapatkan skala nyeri menjadi 3,
klien tampak rileks, nyeri muncul saat luka
disentuh. Dengan menganalisa data diatas,
maka penulis menyimpulkan bahwa masalah
nyeri pada Ny. S sudah teratasi dan intervensi
dapat dipertahankan dan dilanjutkan.
Hal yang menjadi hambatan dalam
pemberian asuhan keperawatan adalah klien
kurang
mampu
secara
fisik
dalam
menggerakkan
badannya
yaitu
dalam
memiringkan badannya. Namun dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan klien
sangat
kooperatif
sehingga
beberapa
implementasi dapat berjalan dengan lancar.
KESIMPULAN
Hasil Pengelolaan yang penulis
dapatkan
setelah
melakukan
tindakan
keperawatan selama 3 hari yaitu dari hasil
pengkajian awal yang dilakukan penulis
kepada Ny. S data yang didapat yaitu klien
mengatakan nyeri di perut bagian bawah
sampai menjalar ke pinggang dengan skala
nyeri 6, nyeri muncul saat klien menggerakkan
badannya, nyeri yang dirasakan klien seperti
ditusuk-tusuk, dan hilang timbul setiap 20
menit sekali. Hasil pengkajian pada hari kedua
setelah menjalankan operasi histerektomi yaitu
klien mengatakan nyeri diluka operasi dengan
skala 7 dan nyeri muncul terus - menerus.
Namun setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari penulis melakukan evaluasi pada
tanggal 19 Maret 2014 pukul 10.30 WIB
dengan kondisi Ny. S sudah membaik, tetapi
Ny. S masih tampak lemah karena kondisi luka
operasi histerektomi yang masih belum boleh
dibuka karena masih hari kedua setelah operasi
dan pergerakan tubuh Ny. S masih terbatas.
Pada hari itu Ny. S masih merasakan nyeri
karena adanya luka operasi histerektomi
sehingga
klien
masih
memerlukan
pengawasan, perawatan, dan pelayanan dari
petugas kesehatan dan tidak lepas dari
perhatian dan dukungan keluarga.
Sehubungan dengan hal tersebut,
disarankan untuk perawat RSUD Ambarawa
agar menguasai mengenai konsep-konsep
keperawatan maternitas, khususnya pada
pasien
dengan
nyeri
dan
mampu
menerapkannya di lapangan kerja.
REFERENSI
Bobak, Irene. M., Lowdermilk. Deitra
Leonard., Jensen Margaret D. (2005). Buku
Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
(Wijayarini, Maria A., Anugerah Petter I,
Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda J. (2006). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Text Book: Hand
Book Of Nursing Diagnosis. (Monica Ester,
Penerjemah). Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. & Moorhouse, Mary
Frances. (2001). Rencana Perawatan Maternal
/ Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Doenges, M., E., Moorhouse, M., F., Geissler,
A., C. (2000). Rencana asuhan keperawatan
(edisi 4). (I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati,
Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Farley, Cindy L. & Tharpe, Nell L. (2013).
Kapita Selekta Praktik Klinik Kebidanan.
(Dwi Widiarti., Estu Tiar., Fruriolina Ariani.,
Renata Komalasari, Penerjemah.). Jakarta:
EGC.
Hollingworth, Tony. (2014). Diagnosa
Banding dalam Obstetri & Ginekologi A-Z.
(dr. Aryandhito Widhi Nugroho, Penerjemah.).
Jakarta: EGC.
Judha, M., Sudarti., Fauziah, Afroh. (2012).
Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
NANDA.
(2012-2014).
Diagnosa
keperawatan: definisi dan klasifikasi (Made
Sumarwati, Nike Budhi Subekti, Penerjemah.).
Jakarta: EGC.
Setiati, E. (2012). Kenali Penanganan Tumor
dan Kanker pada Wanita. Yogyakarta: Pustaka
Rama.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, B. G. (2002).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. (Andry Hartono,
H. Y. Kuncara, Elyna S. Laura Siahan, &
Agung Waluyo, Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Sukarni K, Icemi. & Wahyu P. (2013). Buku
Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Potter, A. Patricia & Perry, A. G. (2006).
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik (Edisi 4). (Renata Komalasari, Dian
Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina Hany dan
Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. (2007). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC. Edisi 7. (Widyawati,
Syahirul Alimi, Elsi Dwihapsari, Intan Sari
Nurjanah, Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Download