Strategi Penetapan Harga

advertisement
STRATEGI PENETAPAN HARGA
M. Suyanto
www.msuyanto.com
1.1. Strategi Penetapan Harga
Strategi penetapan harga menjadikan tantangan yang
semakin meningkat untuk banyak perusahaan, karena deregulasi,
informasi dari pembeli, persaingan global yang ketat, pertumbuhan
pasar yang lambat dan peluang perusahaan untuk meningkatkan
posisi pasarnya. Harga berdampak pada kinerja keuangan dan
berpengaruh penting pada nilai penempatan posisi merek di benak
pelanggan. Harga juga memungkinkan menjadi sebuah perwakilan
dari ukuran kualitas produk manakala pelanggan sulit
mengevaluasi produk yang kompleks.
Di dalam proses penetapan harga jual suatu produk,
perusahaan hendaknya mengikuti prosedur yang terdiri dari enam
langkah pokok, yaitu memilih sasaran harga, menentukan
permintaan, memperkirakan biaya, menganalisis pesaing, memilih
metode harga dan memilih harga akhir.
1.1.1. Memilih Sasaran Harga
Langkah pertama adalah memilih sasaran harga, seperti
misalnya bertahan hidup, maksimalisasi keuntungan jangka
pendek, volume penjualan, permintaan pasar, unggul dalam
pangsa pasar, persaingan, prestise atau status quo. Perusahaan
bertujuan bertahan hidup akan berusaha dengan menurunkan
harga. Laba tidak begitu dipentingkan, selama harga dapat
menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap. Sasaran ini
hanya untuk jangka pendek dan diharapkan dalam jangka panjang
perusahaan
Laba sekarang maksimum dilakukan perusahaan dengan
memperkirakan permintaan dan biaya yang dihubungkan dengan
alternatif harga dan memilih harga yang menghasilkan laba
sekarang maksimum, arus kas atau return on investment (ROI).
Strategi ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa permintaan
dan fungsi biaya dapat diketahui, tetapi pada kenyataannya sulit
diperkirakan. Strategi ini mengabaikan kinerja jangka panjang,
mengabaikan efek dari variabel bauran pemasaran, reaksi pesaing
dan kendala hukum pada harga.
Sasaran berorientasi pada volume penjualan dilakukan
perusahaan dengan mengatur harga sedemikian rupa untuk
meningkatkan volume penjualan. Perusahaan mengasumsikan
bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan
biaya per unit lebih rendah dan laba jangka panjang lebih tinggi
serta berasumsi bahwa pasar peka terhadap harga.
Sasaran unggul dalam pangsa pasar dilakukan dengan
meningkatkan
atau
memelihara
pangsa
pasar
tanpa
mempertimbangkan fluktuasi penjualan dalam industri. Sasaran
unggul dalam pangsa pasar sering digunakan perusahaan untuk
produk yang mencapai tahap dewasa dalam siklus hidup produk.
Sasaran permintaan pasar adalah penetapan harga yang
dihubungkan dengan harapan pelanggan dan situasi pembelian
yang khusus. Sasaran ini sering dikenal dengan ”beri harga dengan
apa yang pasar kehendaki”.
Sasaran persaingan merancang harga untuk menandingi
atau mengalahkan harga pesaing. Tujuannya untuk memelihara
persepsi nilai yang baik relatif terhadap pesaing. Tempo Scan
menetapkan harga Bodrex sedemikian rupa agar dapat
berkompetisi dengan pesaing.
Sasaran prestis dilakukan dengan merancang harga yang
konsisten dengan sebuah produk yang mempunyai status yang
tinggi atau prestis. Harga ini dirancang dengan sedikit
memperhatikan struktur biaya perusahaan atau pesaing.
Sasaran status quo merupakan sasaran yang menetapkan
harga untuk memelihara harga yang ada dalam usaha
memepertahankan posisi relatif terhadap pesaing.
1.1.2. Menentukan Permintaan
Langkah kedua, perusahaan menentukan permintaan yang
akan memperlihatkan jumlah produk yang akan dibeli di pasar
dalam periode tertentu, pada berbagai tingkat harga. Makin
inelastis
permintaan, makin mampu perusahaan menaikturunkan harganya. Menentukan permintaan dimulai dengan
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga.
Menurut Nagle faktor yang membuat pembeli kurang peka tehadap
harga antara lain produk bersifat khusus, pembeli kurang sadar
tehadap produk pengganti, pembeli tidak mudah membandingkan
dengan kualitas produk pengganti, yang dibelanjakan kecil
dibanding pendapatan totalnya, yang dibelanjakan kecil dibanding
biaya total produk akhirnya, sebagian biaya ditanggung pihak lain,
produk digunakan bersama dengan aktiva yang dibeli sebelumnya,
produk dianggap memiliki kualitas, prestis atau eksklusif dan
pembeli tidak dapat menyimpan produk tersebut.
Setelah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepekaan harga, perusahaan berusaha mengukur kurva permintaan
dengan berbagai metode. Metode pertama melibatkan analisis
statistik atas data harga masa lalu, jumlah terjual dan faktor lain
untuk menentukan hubungannya. Metode kedua adalah melakukan
eksperimen harga dengan mengubah harga berbagai produk yang
dijual di toko diskon dan mengamati hasilnya. Metode ketiga
adalah meminta pembeli untuk menyatakan berapa banyak unit
yang akan mereka beli pada berbagai harga yang diusulkan.
Selanjutnya perusahaan perlu untuk mengetahui elastisitas
permintaan terhadap perubahan harga. Jika permintaan hampir
tidak berubah dengan adanya perubahan kecil terhadap harga,
maka permintaan itu disebut inelastis, tetapi jika permintaan itu
berubah banyak maka permintaan itu disebut elastis. Permintaan
kurang elastis bila terdapat hanya sedikit atau bahkan tidak ada
barang pengganti atau pesaing, pembeli tidak segera menyadari
harga tinggi tersebut, pembeli lambat dalam mengubah kebiasaan
membelinya dan mencari harga yang lebih rendah, dan pembeli
berpikir bahwa harga yang lebih tinggi itu pantas karena
peningkatan kualitas, inflasi secara normal dan lain sebagainya.
Pertimbangan penurunan harga dilakukan jika permintaan tersebut
elastis.
1.1.3. Memperkirakan Biaya
Langkah ketiga ialah perusahaan memperkirakan perilaku
biaya pada berbagai tingkat produksi dan perilaku biaya dalam
kurva pengalamannya. Biaya perusahaa ada dua jenis, yaitu biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (overhead) adalah biaya yang
tidak bervariasi dengan produksi atau penjualan, misalnya gaji
karyawan. Biaya variabel merupakan biaya yang bervariasi
langsung dengan tingkat produksi, misalnya biaya bahan untuk
produksi. Biaya total merupakan biaya tetap dan biaya variabel
untuk tingkat produksi. Sedangkan biaya rata-rata adalah biaya per
unit untuk tingkat produksi atau total biaya dibagi produksi.
Perusahaan harus mengetahui bagaimana biaya bervariasi
dengan berbagai tingkat produksi agar dapat menetapkan harga
yang tepat. Perusahaan Jepang sering menggunakan metode yang
disebut penetapan biaya sasaran (target costing) yaitu biaya
ditentukan dari hasil riset pasar untuk menentukan fungsi-fungsi
yang diinginkan dari produk, kemudian menentukan harga jual
produk tersebut sesuai dengan daya tariknya dan harga pesaingnya.
Selanjutnya mengurangi margin laba dari harga ini, sehingga
diperoleh biaya sasaran yang harus dicapai dan menelitia biaya
setiap unsur, misalnya desain, rekayasa, produksi, penjualan dan
lainnya serta memecahkan dalam unsur yang lebih kecil,
merekayasa ulang komponen, menghilangkan beberapa fungsi,
menurunkan biaya pemasok agar proyeksi biaya akhir sesuai
dengan kisaran biaya sasaran.
1.1.4. Menganalisis Biaya, Harga dan Penawaran Pesaing
Perusahaan dapat menggunakan analisis biaya, permintaan
pasar, biaya pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi
pesaing sebagai dasar penetapan harga. Perusahaan juga perlu
untuk membandingkan biayanya dengan biaya pesaing, apakah
biaya produksinya lebih rendah atau lebih tinggi dan juga harga
dan kualitas penawaran pesaing. Dengan mengetahui biaya, harga
dan kualitas pesaing, perusahaan dapat menggunakan sebagai titik
orientasi untuk menetapkan harga.
Perusahaan harus menetapkan harga dekat dengan harga
pesaing, jika pesaing itu merupakan pesaing utama. Jika kualitas
kualitas penawaran lebih tinggi dari pesaing, maka perusahaan
dapat menetapkan harga lebih tinggi dari harga pesaing, tetapi jika
kualitas penawaran lebih rendah dari pesaing, maka perusahaan
hendaknya menetapkan harga lebih rendah dari pesaing. Meskipun
demikian tidak menutup kemungkinan pesaing mengubah
harganya sebagai tanggapan terhadap harga yang ditetapkan
perusahaan.
1.1.5. Memilih Metode Penetapan Harga
Kelima, perusahaan memilih salah satu dari berbagai
metode harga yaitu: markup pricing,
target-return pricing,
competitive pricing, demand pricing, preceived value pricing dan
value pricing.
Penetapan harga markup (markup pricing) merupakan
metode dengan menambahkan markup standar pada biaya
produksi. Penetapan harga markup populer karena menetapkan
biaya dan mengaitkan dengan harga lebih mudah, harga menjadi
serupa jika industri menetapkan harga dengan metode ini dan
merupakan penetapan harga yang lebih adil. Namun demikian
metode ini tidak akan menghasilkan penetapan harga yang optimal,
karena mengabaikan permintaan.
Penetapan harga berdasarkan target (target-return pricing)
merupakan metode penetapan harga yang menghasilkan tingkat
pengembalian atas investasi (ROI) yang diinginkan.
Penetapan harga berdasarkan persaingan (competitive pricing)
merupakan metode penetapan harga dengan menggunakan harga
pesaing, apakah di bawah, sama atau di atas harga pesaing. XL
menentukan harga berdasarkan persaingan dengan iklan “TARIF
TERMURAH Nelpon ke siapa saja se-Indonesia hanya Rp. 10,per detik”, ditunjukkan pada Gambar 1.1. Demikian pula yang
dilakukan Air Asia juga menentukan harga berdasarkan persaingan
dengan harga lebih rendah dari pesaing. Harga yang ditetapkan
tersebut yang sesuai dengan promosinya berkisar antara
10 % - 20 %. Iklannya ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.1.
Gambar 1.2.
Penetapan harga berdasarkan permintaan adalah penetapan
harga yang dihubungkan dengan harapan pelanggan dan situasi
pembelian yang khusus. Sasarannya untuk menentukan seberapa
besar harapan pembeli untuk membayar produk berdasarkan
kontribusinya terhadap kebutuhan atau keinginannya. Lelang di
Internet merupakan metode penetapan harga berdasarkan
permintaan. PT. Les Nouveaux Constructeurs Premier Real
Property Indonesia atau Premier Indonesia menetapkan harga
berdasarkan permintaan. Perusahaan yang membidik pasar atas
tersebut menetapkan harga bergantung pada tahap pembangunan
dan fasilitas yang diinginkan atas permintaan pelanggan. Salah satu
hunian mewah tersebut adalah Cental Park, ditunjukkan pada
Gambar 1.3.
Gambar 1.3.
Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan
(preceived value pricing) merupakan penetapan harga berdasarkan
nilai yang dipersepsikan pelanggan sesuai dengan pemikiran
penentuan posisi produk. AQUA menggunakan strategi ini dengan
memasang harga sesuai dengan yang dipersepsikan pelanggan
yaitu air yang dianggap jernih dan sehat, sehingga memasang
harga mahalpun tetap laku. Iklan AQUA ditunjukkan pada Gambar
1.4.
Gambar 1.4.
Penetapan harga berdasarkan nilai (value pricing)
merupakan penetapan harga berdasarkan manfaat dan harga
produk. Semakin tinggi manfaat produk dan semakin rendah
harganya maka semakin tinggi nilai produk tersebut. Manfaat dapat
berupa kualitas, kehandalan, prestis, keistimewaan, garansi, merek,
pilihan, pelayanan dan sebagainya. Toyota Lexus menetpkan harga
berdasarkan nilai dengan memberikan fasilitas mobil mewah tetapi
dengan harga lebih rendah daripada mobil mewah pesaing dari
Lexus, Gambar 1.5. menunjukkan Gambar mobil Lexus.
Gambar 1.5.
1.1.6. Memilih Harga Akhir
Langkah terakhir dalam prosedur penetapan harga jual
adalah menentukan harga akhir, yang harus mencerminkan caracara psikologis yang paling efektif, harus reaksi-reaksi yang
mungkin timbul dari distributor, dialer, tenaga penjualan
perusahaan, pesaing, pedagang dan pemerintah.
Perusahaan harus mempertimbangkan psikologi harga,
disamping faktor lainnya, terutama faktor ekonomi. Faktor ego
sangat efektif digunakan untuk menetapkan harga, misalnya untuk
harga mobil mewah dan parfum mahal yang menggambarkan citra
dari produk tersebut. Iklan dari jam TAGHeuer mencitrakan jam
yang dipakai hanya orang yang khusus. Dalam iklan tersebut
menggunakan Fernando Alonso, juara dunia Formula 1 sebagai
daya tarik iklan, ditunjukkan pada Gambar 1.6.
Angka-angka psikologis sering digunakan dalam
menetapkan harga dalam iklan. Perusahaan lebih memilih
harga Rp. 999.000,- daripada Rp. 1.000.000,-. Padahal hanya
selisih
Rp. 1.000,- atau lebih memilih Rp. 299.000,- daripada
Rp.300.000,-.
Gambar 1.6.
Perusahaan harus mempunyai kebijakan yang konsisten dalam
menentukan harga. Perusahaan penerbangan mengenakan biaya
bila tiket yang mendapat potongan tidak dipakai pada tanggal dan
jam yang telah ditentukan. Bank memberikan penalti bagi yang
tidak tepat waktu membayar angsuran. Demikian pula hotel
memberikan tambahan biaya jika melebihi jam checkout.
Perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan dan resiko
bersama dengan distributor, penyalur dan wiraniaga terhadap
reaksi dari pembeli yang tidak puas serta harus mempertimbangkan
reaksi pihak lain atas harga yang ditentukan, antara lain reaksi dari
distributor, penyalur, wiraniaga dan bahkan pesaing.
1.1.7. Menyesuaikan Harga
Perusahaan sering menerapkan strategi modifikasi
terhadap harga dasarnya. Modifikasi pertama adalah harga per
wilayah geografis, yang muncul karena masalah bagaimana
menetapkan harga bagi pelanggan yang letaknya jauh dari
perusahaan penjual. Alternatif-alternatif yang ada pada modifikasi
geografis ini, mencakup harga FOB, harga seragam harga per
wilayah, harga bertitik patokan, dan harga termasuk angkutan.
Modifikasi kedua adalah potongan harga dan imbalan
khusus mencakup potongan tunai, potongan jumlah, potongan
fungsional, potongan musiman dan apa yang disebut dengan
imbalan khusus (allowances). Potongan tunai merupakan
pengurangan harga apabila membayar secara tunai atau membayar
tagihannya sebelum jatuh tempo. Potongan jumlah merupakan
pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah
besar. Potongan fungsional merupakan potongan yang diberikan
kepada anggota saluran perdagangan yang melakukan fungsi
tertentu, misalnya fungsi penjualan, penyimpanan dan melakukan
pencatatan. Potongan musiman adalah pengurangan harga untuk
pembeli yang membeli tidak pada musimnya. Sedangkan imbalan
khusus adalah pengurangan harga dari daftar harga, yang terdiri
dari potongan tukar tambah dan potongan promosi. Potongan tukar
tambah merupakan pengurangan harga dengan menyerahkan
barang lama ketika membeli barang baru, ditunjukkan pada
Gambar 1.7. Potongan promosi adalah pengurangan pembayaran
atau harga untuk memberi imbalan karena membantu aktivitas
promosi.
Gambar 1.7.
Modifikasi ketiga berupa harga promosi yang meliputi
harga "tumbal", harga kejadian khusus, rabat tunai, pembiayaan
berbunga rendah, bentuk pembayaran lebih lama, garansi dan
kontrak jasa serta potongan psikologis.
Modifikasi keempat adalah harga diskriminatif, yaitu
penetapan harga yang berbeda bagi pelanggan yang bermacammacam bentuk produk yang berbeda, tempat yang berbeda dan
waktu yang berbeda.
Modifikasi kelima berupa menetapkan harga pada
pembaruan produk asli yang dilindungi oleh hak paten untuk
"market skimming" atau untuk penerobosan pasar; penetapan harga
jual terhadap produk tiruan dengan mengambil salah satu dari
sembilan strategi harga mutu.
Modifikasi terakhir terjadi pada bauran produk yang
mencakup penetapan harga lini produk, produk oposional dan
produk yang saling menarik, serta produk sampingan.
Bila perusahaan sedang mempertimbangkan untuk
memprakarsai suatu perubahan harga, maka ia sebaiknya dengan
hati-hati memperhitungkan reaksi pelanggan dan pesaing. Reaksi
pelanggan sangat dipengaruhi oleh penafsiran pelanggan atas
perubahan harga itu sendiri. Sedangkan reaksi pesaing mengalir
dari seperangkat kebijakan pesaing tentang bagaimana semestinya
bereaksi atau dari tanggapan spontan pada setiap situasi. Selain itu
perusahaan yang memprakarsai perubahan harga hendaknya juga
mengantisipasikan kemungkinan reaksi dari pembekalan, pedagang
perantara dan pemerintah.
Perubahan yang menghadapi tindakan perubahan harga jual
yang dilakukan oleh pesaing harus mencoba memahami niat
pesaing serta kira-kira arah perubahan harga tadi. Apabila
kecepatan reaksi diperlukan, maka perusahaan sebaiknya
mempersiapkan terlebih dahulu segala strategi yang berbeda-beda
bagi segala kemungkinan tindakan pesaing yang berbeda-beda
pula.
DAFTAR PUSTAKA
Alsem, Karl Jan. 2007. Strategic Marketing : An Applied
Perspective. New York : McGraw-Hill.
Arens, William F. 2002. Contemporary Advertising. New York :
McGraw-Hill
Bearden, W.O., Ingram, T. N. and LaForge, R. W. 2007.
Marketing : Principles and Perspectives. Fifth Edition. New
York : McGraw-Hill.
Cateora, Philip R. and Graham, John L. 2002. International
Marketing, Eleventh Edition. New York : McGraw-Hill
Cravens, David W. and Piercy, Nigel F. 2006. Strategic Marketing.
Eighth Edition. New York : McGraw-Hill
Cristine Y. Chen. 2002. The Wold’s Most Admired Companies
2002. March 11. Fortune.
David Martin, Marc Ryan. 2002. Fortune 500 Companies Grow
Fonder of Internet Advertising. Jupiter Media Metrix
David Miller. 1996. Web Multimedia Development. New Riders..
Dooly, Michael. 1992. Kicking Up A Little Dust: Print, September.
Seventh Edition. New York : McGraw-Hill
Dwyer, F. Robert and Tanner, John F. 2006. Business Marketing :
Connecting Strategy, Relationship and Learning. Third Edition.
New York : McGraw-Hill.
Elliot, Stuart. 1996. Big, Bold, Outside and in Fashion. The New
York time, 11 Juli, C1.
Elsom Cook. 2001. Principles of Interactive Multimedia. New
York : McGrawHill.
England, E. and Finney. A. 2002. Managing Multimedia : Project
Management for Web and Convergent Media. Addison Wesley
Publishers.
Etzel, M. J., Walker, B. J. and Stanton, W. J. 2007. Marketing.
Fourteenth Edition. New York : McGraw-Hill.
Ferrell, O.C. and Hartline, Michael D. 2005. Marketing Strategy.
Fourth Edition. Natorp Boulevard Mason : Thomson SouthWestern.
Fisher, Christy. 1995. King of Road : American Demographics.
Agustus, hal.55
Friedman, Mildred,. 1989. Graphic Design In America : A Visual
History. Mineapolis, MN, Walker Art Center and New York,
Harry N. Abrams.
Fred T. Hofstetter. 2001. Multimedia Literacy. Third Edition.
McGrawHill
Goldfarb, Roz. 1997. Careers by Design : A Headhunter’s Secrets
for Succes and Survival in Graphic Design. New York,
Allworth.
George E. Belch, Michael A. Belch. 2004. Advertising and
Promotion : An Integrated Marketing Communications
Perspective, Fourth Edition. New York : McGraw-Hill
Goldman, Kevin. 1994. Spending On Billboards Is Rising: Video
Tool Makes Buying Easier. Wall Street Journal, 27 Juni. B6.
Gonnella, Rose, Anderson, Landa. 2000. Creative Jolt
Inspirations.
Cincinnati, OH, North Light Books.
Grover, Ronald. 1998. Billboard Aren’t Boring Anymore. Business
Week 21 September, hal. 88-89
Heller, Steven. 1993. Graphic Design, New York, Rockport,
Allworth Press
Holland, Bierut, Drenttel. 1993. Graphic Design : America, New
York, Rockport, Allworth Press
Jeff Foster. 1997. Photoshop Web Magic. Hayden Books.
Johansson, Johny K. 2006. Global Marketing : Foreign Entry,
Local Marketing & Global Management. Fourth Edition. New
York : McGraw-Hill
Keegan, Warren J. And Green, Mark S. 2000. Global Marketing.
Second Edition. New Jersey : Printice-Hall.
Keyes, J. 1990. Multimedia Offers Managers Multiple Business
Solutions. Computer World.
Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing
Management. 12th Edition. New Jersey : Pearson Education.
Labuz, Ronald. 1991. Contemporary Graphic Design, New York,
Van Nostrand Reinhold
Landa, Robin, 1998. Thinking Creatively, Cincinnati, North Light
Books.
Landa, Robin, 2001. Graphic Design Solutios, Cincinnati, North
Light Books
Majalah Marketing. 2004. Majalah Pemasaran dan Penjualan,
No.1-12. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero.
Majalah Marketing. 2005. Inspiring The Leadership, No.1-12.
Jakarta: PT. Info Cahaya Hero.
Majalah Marketing. 2006. Inspiring The Leadership, No.1-12.
Jakarta: PT. Info Cahaya Hero.
Majalah Marketing. 2007. Inspiring The Leadership, No.1-8.
Jakarta: PT. Info Cahaya Hero.
Majalah Marketing. 2007. Top Brand 2000-2007, Edisi Khusus
No.1. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero.
Majalah Marketing. 2007. 10 Karakter Unik Konsumen Indonesia,
Edisi Khusus. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero.
Majalah Swa Sembada. 2004. No.1-24. Jakarta: Yayasan Sembada
Swakarya.
Majalah Swa Sembada. 2005. No.1-24. Jakarta: Yayasan Sembada
Swakarya.
Majalah Swa Sembada. 2006. No.1-24. Jakarta: Yayasan Sembada
Swakarya.
Majalah Swa Sembada. 2007. No.1-15. Jakarta: Yayasan Sembada
Swakarya.
Meggs, Philip B. 1983. A History of Graphic Design. New York,
Van Nostrand Reinhold
Michael E. Porter, 1985. Competitive Advantages. Free Press.
Miller, Cyndee. 1995. Outdoor Gets a Makeover. Marketing News,
10 April, hal. 26.
Nichols, John. 1995. Outdoor New York Tops Ideas, Gannetteer,
September, hal.8
Nielson, J. 1995. Multimedia and Hypertext : The Internet and
Beyond. New York. Harcourt Braco.
Neubourne, Ellen. 2000. Road Show : The New Face of Billboards.
Business Week, 8 Mei hal.75
OAAA. 2005. Introduce Yourself to Outdoor Advertising. OAAA.
New York
OAAA. 2000. Creating Award Winning Outdoor. OAAA. New
York
Peter, J. Paul and Donnelly, James H. 2006. A Preface to
Marketing Management.Tenth Edition. New York:McGraw-Hill
Richardson, Margaret. 1993. Best Selling Design : Book Jackets
andCovers, Three Case Study, U&lc, Vol.20, No.2, Summer /
Fall
Robert Levering, Milton Moskowitz. 2002. The 100 Best
Companies To Work For . March 11. Fortune
Ries, Al dan Jack Trout. 2001. Positioning : The Battle for Your
Mind. New York : McGraw-Hill.
Ries, Al and Jack Trout. 1993. The 22 Immutable Laws of
Marketing, New York, Harper Business.
Robisn Landa. 2001. Graphic Design Solutions. Second Edition.
OnwordPress-Thomson Learning
Richard Raysman & Jeffrey D. Neuburger. 2003. Multi-media
Publishing:
Legal Issues To Consider. Published in
MusiCopyright Intelligence
Shamms Moprtier. 2001. Flash 5 : Weekend Crash
Shimp,Terence A. 2000. Advertising and Promotion :
Supplemental
Aspects
of
Integrated
Marketing
Communications, Fifth Edition. The Dryden Press
Sloane, A. 1996. Multimedia Communication. . New York :
McGraw-Hill Publishing.
Suyanto, M.. 2007. Strategic Management : The Most Admired
Companies. Andi Yogyakarta
Suyanto, M.. 2005. Strategi Periklanan Televisi Perusahaan Top
Dunia. Andi Yogyakarta
Suyanto, M.. 2003. Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan. Andi
Yogyakarta
Suyanto, M.. 2003. Strategi Periklanan pada E-Commerce
Perusahaan Top Dunia. Andi Yogyakarta
Suyanto, M. 2003. Multimedia alat untuk Meningkatkan
Keunggulan Bersaing, Andi Yogyakarta
Suyanto, M.. 2002. Strategi Pemasaran Global Berbasis Internet.
Jurnal DASI Vol. III No. 1. AMIKOM Yogyakarta.
Suyanto, M.. 2002. Evaluasi Efektivitas Periklanan Berbasis
Internet. Jurnal DASI Vol. III. No. 2. AMIKOM Yogyakarta
Suyanto, M.. 2001. Manajemen Periklanan.
Jurnal DASI Vol. II No. 4. Desember. AMIKOM Yogyakarta
The Editors of PC Magazine. 2002. Top 100 Undiscovered Web
Sites. PC Magazine
The Editors of PC Magazine. 2002. The Best Product for 2002. PC
Magazine
The Editors of PC Magazine. 2002. The Eighteenth Annual Awards
for Technical Excellence. PC Magazine.
Thomas J. Kueglen, Jr. 2000. Web Advertising and Marketing :
Make The Web Work for You. Third Edition. A Devision of
Prima Publishing
Thomas Russel, W. Ronald Lane. 1999. Kleppner’s Advertising
Procedure, Fourteenth Edition. Prentice-Hall
Walker, O. C., Mullins, J. W., Boyd, H. W. and Larreche, J. L.
2006. Marketing Strategy. Fifth Edition. New York : McGrawHill
Ward Hanson. 2000. Principles of Internet Marketing. South
Western College Publishing.
White, Roderick. 2005. Best Practice – Outdoor Advertising :
Solus or Support ?. Admap. Mei. Hal.12-14.
Williams, Roy H. 2003. Outdoor Ads That Get Results. Sales &
Marketing. 4 Agustus.
Wong, Wucius, Benjamin, 1994. Visual Design on the Computer.
New York, Design Books
WWW.CAKRAM.CO.ID
Yin, Sandra. 2002. Counting Eyes On Billboards. American
Demographic. Desember
Download