3. tindakan sebelum dan selama sidang ok

advertisement
FAKULTAS HUKUM:
Hukum Acara Perdata
Email : [email protected], [email protected]
A. TINDAKAN SEBELUM DAN SELAMA SIDANG
B. DESKRIPSI SINGKAT
3
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT
(SPEED)
Tindakan sebelum mengajukan gugatan atau proses
persidangan
berlangsung, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan atau diteliti oleh penggugat sebelum ia
benar-benar masuk kepada proses peradilan. Pertama,
adalah faktor biaya. Kedua, Tergugat dan alamat domisili
tergugat, Ketiga, Wilayah Hukum, Keempat, Bentuk
Gugatan dan kuasa.
Faktor biaya menjadi sangat penting karena berkaitan dengan
keberlangsungan proses peradilan tersebut, tidak jarang
terjadi bahwa proses peradilan menelan waktu yang cukup
panjang, sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Yang kedua teliti siapa tergugat dan alamat domisili tergugat,
hal ini penting dilakukan karena akan berdampak kepada
kekaburan identitas tergugat (obscure libel). Wilayah hukum
juga hal yang harus diteliti, apakah pengadilan yang
mengadili tersebut
mempunyai kewenangan dalam
menangani perkara tersebut. dan terakhir adalah bentuk
gugatan dan kuasa, hal ini menentukan apakah kita
berhadapan sendiri atau memberikan kuasa kepada orang
lain untuk mewakili tindakan hukum kita selama dalam proses
peradilan.
Sedangkan tindakan pada saat proses berlangsung, gugatan
harus memenuhi syarat formal gugatan dengan didukung
fakta dan dasar hukum yang kuat. ada 3 akibat hukum
apabila tidak memiliki dasar gugatan yang kuat untuk
diajukan. Pertama, dinyatakan tidak diterima oleh hakim atau
N.O(niet ontvankelijk verkloard), kedua, kekaburan gugatan
(Obscuur Libel), ketiga, penolakan gugatan.
Agar supaya gugatan tersebut diterima maka harus
memenuhi syarat formal surat gugatan disertai dengan fakta
dan hukum yang kuat.
MODUL
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2011
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Mahasiswa dapat menjelaskan
hal-hal apa saja yang harus diteliti
sebelum proses persidangan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan teknis membuat surat gugatan dan
permohonan.
D. ISI POKOK BAHASAN
1. TINDAKAN SEBELUM SIDANG
Hal- hal yang harus diketahui oleh penggugat sebelum melalui tahap proses
persidangan adalah pertama faktor biaya, hal ini sesuai dengan pasal 3 ayat (2)
Undang-Undang No 4 Tahun 2004 jo. 121 ayat 4, 182,183 HIR jo. 145 ayat 4, 192-194
Rbg. Biaya yang dimaksud adalah meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk
pemanggilan, pemberitahuan para pihak serta biaya materai. Diluar biaya tersebut
apabila menggunakan bantuan seorang pengacara, maka harus pula mengeluarkan
biaya yang telah disepakati antara pengacara dan klien yang bersangkutan. Pengadilan
Negeri Baturaja dengan putusannya tanggal 6 Juni 1971 No 6/1971/Pdt menggugurkan
gugatan penggugat karena penggugat tidak menambah perskot biaya perkaranya,
sehingga penggugat dianggap tidak lagi meneruskan gugatannya. (Law Report I 1973).
Bagi masyarakat yang tidak mampu, dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma
(prodeo) dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan dari pembayaran biaya perkara,
dengan mengajukan surat keterangan tidak mampu yang dibuat oleh polisi (pasal 237
HIR,273Rbg).
Faktor kedua adalah siapakah pihak tergugat ? apakah perseorangan
person recht,apakah badan hukum? atau bukan badan hukum?. Hal ini penting untuk
membedakan antara tergugat perseorangan dan badan hukum, apabila tergugat
adalah perseorangan sangat mudah menentukan dengan melihat pada identitas dari
perseorangan tersebut, tetapi apabila tergugatnya adalah badan hukum, harus diteliti
terlebih dahulu siapakah dewan direksi, atau orang yang bertindak keluar dalam
perusahaan tersebut.
Terkait dengan hal tersebut ada adagium yang menyebutkan bahwa
legitima
persona standi in judicio, pada asasnya setiap orang yang merasa mempunyai hak
dan ingin menuntutnya atau ingin mempertahankan atau membelanya, berwenang
untuk bertindak selaku pihak, baik selaku “penggugat” maupun selaku “tergugat”.ada
syarat yang harus diperhatikan sebagai kapasitas sebagai penggugat dan tergugat
yakni cakap melakukan perbuatan hukum (pasal 1329 BW)
1. Dewasa (pasal 47 UU no.1 tahun 1974)
laki-laki 18 tahun, wanita 16 tahu, atau sudah pernah menikah walau belum 18
tahun atau 16 tahun.Perwalian,dilakukan oleh orang lain (bukan orang tua)
2. Tidak dalam pengampuan
- Penggugat dan tergugat, yang mempunyai kepentingan
Pihak materiil adalah penggugat dan tergugat, Pihak formil : yang beracara di
pengadilan.
- Pihak belum dewasa (pasal 47 dan 50 UU no 1 tahun 1974), yang dimaksud
dengan pihak materiil : anak tersebut, sedangkan pihak formil adalah orang
tua/ wali.
Page 2 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
-
Brawijaya University
2011
Apabila badan hukum yang dimaksud dengan pihak Materiil adalah badan
hukum, sedangkan pihak formil adalah pengurus.
3. Pengacara : bukan pihak, karena hanya merupakan pihak yang diberi kuasa .
untuk lebih jelasnya mengenai para pihak dalam beracara penulis menjelaskan
dalam tabel berikut ini:
NO
TERGUGAT
GUGATAN DITUJUKAN KEPADA
DASAR HUKUM
01
Orang Perorangan
02
Badan Hukum publik Badan
hukum
(Negara/Pemerintah)
pimpinannya
03
Badan
Hukum Badan hukum diwakili pengurusnya,
Keperdataan
apabila telah dibubarkan kepada
(PT,Yayasan, Koperasi) salah seorang pemberesnya.
04
Firma
Seluruh
persero
05
CV
Diwakili pesero pengurus aktifnya
06
BUMN
a. Pesero
b. Perum
c. Perjan
BUMD (Badan
Milik Negara)
Pemerintah RI cq. Departemen yang
membawahi
BUMN,
cq
BUMN
diwakili oleh pimpinannya
07
Orang perorangan tersebut
diwakili
persero/salah
Pasal 6 No 3 RV
oleh Pasal 6 No 3 RV
seorang Pasal 6 No 5 RV
Pasal 6 No 5 RV
Usaha Pemerintah RI cq. Departemen yang
membawahinya, cq Pemda yang
membawahinya,
cq
BUMD
itu
sendiri, diwakili oleh pimpinannya.
Ketiga adalah wilayah hukum atau kompetensi relative, atau dalam
bahasa lain adalah kepada Pengadilan Negeri dimanakah gugatan atau tuntutan hak itu
harus diajukan? Hal ini berkenaan dengan dengan pasal 118 HIR jo. Pasal 142 Rbg.
Sebagai asas ditentukan bahwa pengadilan negeri ditempat tinggal (mempunyai
alamat, berdomisili yang wenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak actor sequitor
forum rei.
Keempat adalah Bentuk gugatan. Bentuk gugatan apakah berbentuk tertulis
atau dengan lisan. Apabila gugatan berbentuk tulisan maka harus memenuhi anatomi
atau syarat formalitas yang harus ada di dalam gugatan. Sedangkan gugatan
berbentuk lisan sebagaimana terdapat di dalam pasal 120 HIR jo. Pasal 144 Rbg
sebagaimana berikut:
a. Diajukan dan dibuat berdasarkan pasal 120 HIR jo. 144 Rbg.
b. Pencari keadilan orang yang buta huruf yang dinyatakan dalam gugatan lisan.
c. Keterangan penggugat atau pemohon dicatat oleh Ketua/ hakim yang ditunjuk.
d. Format dan isi gugatan lisan sama dengan gugatan tertulis.
e. Setelah dibacakan dan disetujui isinya oleh penggugat/ pemohon, kemudian
ditandatangani oleh Ketua/Hakim yang ditunjuk.
Page 3 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2011
Kelima adalah Kuasa, Sedangkan yang dimaksud dengan kuasa adalah
Persetujuan dimana seseorang bertindak sebagai kuasa dan pihak lain bertindak
sebagai penerima kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa melakukan perbuatan
atau tindakan (pasal 1792KUHPerdata) berkenaan dengan hal tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa surat kuasa khusus (1). Diberikan kepada orang tertentu,(2)
Melaksanakan perbuatan tertentu,(3) Lawan orang tertentu (4) Mengenai hal
tertentu,(5) Di pengadilan tertentu. Dalam pemeriksaan dalam tingkat kasasi
acapkali ternyata baik dalam perkara perdata dan pidana surat kuasa yang
diberikan oleh orang yang berkepentingan tidak memenuhi syarat-syarat. Sesuai
dengan dengan isi Surat Edaran Mahkamah Agung No 2 Tahun 1959 tentang surat
kuasa khusus. Berdasarkan pasal 7 ayat (..) Undang-Undang no 20 Tahun 1947
(untuk daerah Jawa dan Madura) dan pasal 7 Undang-undang darurat 1951 no 1
(untuk seluruh Indonesia), permohonan banding dapat diajukan oleh pihak-pihak
yang berperkara dalam perkara perdata maupun pidana atau oleh seorang wakil
yang disengaja, jadi secara khusus, diberi kuasa untuk memajukan permohonan,
begitupun mengenai permohonan kasasi, pasal 113 ayat (1) dan 122 ayat (1)
Undang-Undang Mahkamah Agung, akan tetapi adakalanya pembuatan surat kuasa
bersifat umum, yakni dengan hanya menggunakan kata-kata yang kurang lebih
berbunyi sebagaimana berikut:” memberi kuasa kepada x untuk mewakili A
menghadap di semua sidang-sidang pengadilan, mengadakan perlawanan,
memajukan permohonan banding, dan permohonan kasasi, dan sebagainya
tidak diperkenankan”. Seharusnya didadalam surat kuasa yang menurut
kehendak pembuat undang-undang harus bersifat khusus itu dicantumkan bahwa
surat kuasa itu hanya akan digunakan:…..
2. GUGATAN DAN PERMOHONAN
2.1 Definisi Gugatan
Cara mengajukan gugatan bisa tertulisan dan bisa secara lisan. Tertulis dengan
surat permintaan yang ditanda tangani penggugat/ kuasanya suratpermintaan.
maksudnya gugatan kuasa khusus (pasal 123 HIR)Dasar hukum gugatan diatur
dalam pasal 118 dan 120 HIR ; pasal 142, 144.
Defini dari gugatan adalah suatu cara untuk mendapatkan hak yang dikuasai orang
lain atau yang dilanggar orang lain, melalui pengadilan.(Jeremias1993:3). Senada
dengan definisi Jeremias, Rachmi mengatakan bahwa gugatan adalah surat yg
dibuat oleh pihak yg merasa hak/kepentingan hukum dilanggar atau dirugikan
(penggugat)oleh tergugat, yg ditujukan ke Pengadilan dan disertai permintaan
memeriksa dan memutus agar tergugat dipaksa memulihkan hak penggugat yang
dilanggarnya serta memenuhi kewajiban kewajiban lainnya akibat dari dilanggarnya
hak penggugat tersebut(Rachmi 2012:slide no 1). Hal yang terpenting untuk
diketahui, bahwa gugatan merupakan tuntutan hak yang mengandung sengketa.
Inilah yang membedakan dengan permohonan. Meskipun keduanya dilakukan
dimuka persidangan dengan menggunakan prosedur hukum acara perdata yang
sama, namun keduanya memiliki perbedaan yang tegas. Untuk lebih jelasnya akan
di sampaikan sebagaimana berikut:
Tabel 1 : Perbedaan Antara gugatan dan permohonan (Badriyah Harun, 2009:18)
NO GUGATAN
PERMOHONAN
01
Terdapat konflik kepentingan antara Kepentingan sepihak dan tidak ada
Page 4 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
02
03
04
05
06
07
08
09
10
Brawijaya University
pihak yang satu dengan yang lain
Pihaknya terdiri dari:
Orang yang melakukan gugatan di
sebut sebagai penggugat sedangan
orang yang digugat disebut dengan
tergugat
Adanya sengketa
Pihak ketiga dapat ditarik sebagai
pihak lawan
Tersedianya upaya banding dan
kasasi untuk memeriksa putusan
Produk yang dikeluarkan adalah
putusan pengadilan
Disebut sebagai contentiosa atau
gugatan sebenarnya
Sebelum upaya pembuktian terdapat
acara
jawab
menjawab,
bantah
membatah diantara kedua belah
pihak,
baru
kemudian
diadakan
pemeriksaan bukti-bukti.
Tersedia upaya hukum banding dan
juga kasasi
Contoh gugatan
1. Gugatan sengketa warisan
2. Sengketa hak milik
3. Sengketa kepailitan
4. Sengketa
penyalahgunaan
wewenang penguasa
5. Gugatan wanprestasi
6. Gugatan ganti rugi
7. Gugatan perceraian
8. Gugatan perbutan melawan
hukum
2011
kepentingan pihak lain
Pihaknya terdiri dari satu pihak, yaitu
pemohon
Tidak ada sengketa
Tidak ada pihak ketiga yang ditarik
sebagai pihak lawan
Tidak dapat dilakukan upaya banding
maupun kasasi
Produk yang dikeluarkan adalah
penetapan pengadilan
Disebut sebagai vouluntair atau
gugatan sukarela
Tidak ada upaya jawab menjawab,
bantah membantah, melainkan hanya
pembuktian
Tidak tersedianya upaya hukum
banding, melainkan hanya kasasi
Contoh permohonan
1. Permohonan izin poligami
2. Permohonan
izin
melangsungkan
perkawinan
tanpa izin orang tua
3. Permohonan
pencegahan
perkawinan
4. Permohonan dispensasi nikah
5. Permohonan
pembatalan
perkawinan
6. Permohonan
pengangkatan
wali
7. Permohonan
penegasan
pengangkatan anak,
8. Permohonan
pemeriksaan
yayasan
9. Permohonan pembubaran PT
2.2 SYARAT FORMAL GUGATAN
1. Ditujukan secara tertulis dalam bentuk suatu surat gugatan
2. Ditujukan kepada ketua pengadilan setempat, yakni ketua pengadilan yang
berwenang memeriksa dan mengadili perkara yang bersangkutan
3. Memuat keterangan/identifikasi yang lengkap, baik mengenai penggugat
maupun tergugat
4. Memuat dasar-dasar/ alasan-alasan tuntutan (fundamental potendi/posita) serta
petendi/tuntutan (petitum)nya memenuhi syarat-syarat:
a. Jelas dan terang maksudnya
b. Rasional dan masuk akal
c. Disertai/dilandasi dengan fakta-fakta bukti-bukti perkara yang asli/autentik
Page 5 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2011
d. Dilandasi dengan kejadian-kejadian materialnya yang lengkap dan inheren
e. Dilandasi dengan dasar-dasar hukum yang rasional
f. Berisi tuntutan yang wajar/layak : tidak mengandung pemerasan
5. Bermaterai
6. Bertandatangan Penggugat/kuasanya (Khamimuddin 2010:4)
2.3 SYARAT MATERIIL GUGATAN
1. Berdasarkan fakta-fakta yang sebenarnya (dapat dibuktikan kebenarannya)
2. Menyebutkan/memaparkan/menggambarkan uraian yang benar mengenai faktafakta kejadian materiil.
3. Pengajuan gugatan dilandasi dengan akal sehat atau logika kewajaran yang
patut berdasarkan kerugian yang diderita oleh penggugat.
2.4 TEORI CARA MEMBUAT GUGATAN
Pertama, Teori Subtantierings Theorie: teori menyatakan bahwa gugatan itu
harulah diuraikan sejarah peristiwanya, hubungan kerjanya. Atau dalam kata lain
gugatan selain harus menyebutkan peristiwa-peristiwa hukum yang menjadi dasar
gugatan, juga harus menyebutkan kejadian-kejadian nyata yang mendahului
peristiwa hukum tersebut. Sedangkan yang kedua adalah teori Individualiseringts
theorie. Teori menyatakan bahwa gugatan cukup menunjukkan hubungan hukum
yang menjadi dasar gugatan tanpa harus disebutkan sejarahnya (Mr. Tresna,
1976;160). Senada dengan hal tersebut Sudikno Mertokusumo, 1979:31-32)
menyebutkan bahwa teori ini cukup disebut peristiwa-peristiwa atau kejadiankejadian yang menunjukkan adanya hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan,
tanpa harus menyebutkan kejadian-kejadian nyata yang mendahului dan menjadi
sebab timbulnya kejadian-kejadian tersebut. sejarah terjadinya atau sejarah
adanya pemilikan hak milik atas benda itu tidak perlu dimasukkan dalam gugatan
karena hal itu dapat dikemukakan dalam persidangan dengan disertai bukti-bukti
seperlunya. Lebih lanjut Jeremias mengatakan ada 10 prinsip pokok membuat
gugatan:
1. Cara berpikir Distinktif
Suatu ciri khusus seorang ahli hukum haruslah mempunyai kemampuan berpikir
distinktif, tepat, teliti dan terkristalisasi. Selain itu dituntut pula ketajaman dan
kelihaian dalam menangani suatu perkara (schuyt, law as communication,
diterjemahkan oleh Nico Ngani, hukum sebagai alat komonikas, 1988:8).
Berpikir distinktif dalam gugatan sangatlah penting, kata distinktif berasal dari
bahasa Inggris artinya jelas, terang,nyata. Berbeda dengan (John M.Echols dan
Hasan Sadily, 1990:189). Berpikir distincktif maksudnya adalah berpikir secara
terang, jelas, nyata, tidak mengacaukan hal yang satu dengan yang lainnya, dan
tidak membingungkan para pembacanya. Contoh berpikir secara distinktif dalam
membuat gugatan sebagaimana berikut:
A Misalnya menggugat B karena si B menempati tanahnya si A secara melawan
huku. Dalam gugatannya, A harus jelas menyatakan tanahnya terletak dimana,
luasnya berapa, persil berapa, serta batas-batasnya dimana. Hal ini sesuai
dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 17 April 1979 No
1149/1979.
2. Dasar hukum
Page 6 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
3.
4.
5.
6.
7.
Brawijaya University
2011
Dalam membuat surat gugatan, bukan asal membuat atau menyusun gugatan
hanya sekedar untuk mencari perkara. Membuat gugatan kepada seseorang
harus diketahui terlebih dahulu dasar hukumnya. Dasar hukum ini berupa
peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, praktek peradilan atau
kebiasaan. Gugatan tidak ada dasar hukumnya sudah pasti akan ditolak oleh
hakim. Sebab, dalam memutus perkara secara baik hakim berpegang kepada
tigal hal yaitu : kepastian hukum, manfaat dan keadilan (Sudikno Mertokusumo,
1986:130)
Klasifikasi Hukum
Yang dimaksud dengan klasifikasi hukum adalah kemampuan para pihak atau
ahli hukum dalam menggolongkan atau mengkatagorikan klasifikasi hukum
tersebut. apakah suatu gugatan itu dapat diklasifikasikan sebagai gugatan
perbuatan melawan hukum, gugatan wanprestasi, atau dapat digolongkan
menjadi peristiwa perdata, pidana atau menjadi obyek Pengadilan Tata Usaha
Negara.
Penguasaan Hukum Materiil
Hukum acara perdata (hukum formal) mempunyai tujuan untuk menegakkan
hukum materiil. Oleh karena itu dalam membuat gugatan, penguasaan hukum
materiil sangat menentukan untuk dinyatakan dikabulkan atau ditolaknya suatu
gugatan. Sebab yang diperdebatkan jika terjadi gugat menggugat di pengadilan
adalah tentang hukum materiilnya.
Bahasan Indonesia (membahasakannya)
Dalam membuat gugatan faktor penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar ini sangat menentukan sukses tidaknya suatu gugatan. Sebab kalau
bahasa Indonesianya kacau, orang yang akan membacanya tidak mudah
mengerti apa maksud kita dalam gugatan tersebut. penggunaan bahasa
Indonesia ini penting. Sebab bahasa melambangkan jalan pikiran seseorang.
Apalagi bahasa tertulis, yang seharusnya tunduk kepada hukum bahasa, hukum
logika dan hukum ilmu hukum itu sendiri
Posita harus singkron dengan petitum
Posita artinya ceritera tentang duduknya perkara atau masalah. Dalam
menyusun posita yang baik harus tunduk pada kaidah-kaidah ilmiah yang
sistematik logik dan obyektif. Posita yang tidak sistematis, tidak runtut dan
bertentangan dengan satu sama lainnya membuat gugatan dikualifikasikan
sebagai gugatan yang obscuur libel. Sedangkan petitum adalah tuntutan yang
harus diminta atau dimohonkan kepada hakim. Petitum ini harus jelas dan tidak
boleh bertentangan satu sama lain atau bertentangan dengan posita gugatan.
Gugatan yang positanya bertentangan dengan petitum membuat gugatan kabur
(Sudikno Mertokusomo, 1988:36). Posita harus singkron dengan petitum.
Maksudnya adalah apabila A menyatakan dalam posita gugatannya bahwa tanah
yang menjadi sengketa adalah miliknya, maka dalam petitum dia harus
mengatakan: menyatakan menurut hukum bahwa tanah sengketa adalah milik
penggugat.
Berpikir taktis
Berpikit taktis maksudnya adalah berhubungan dengan kelihaian seseorang
pengacara atau ahli hukum untuk menggali data dari kliennya dan bagaimana
menuangkannya dalam gugatan. tidak semua yang diceritakan oleh kliennya
Page 7 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2011
harus diungkapkan dalam gugatan. walaupun ceritera klien tersebut secara
logika formal benar, namun belum tentu benar menurut logika hukum. Misalnya
seseorang klien menceritakan pada advocatnya bahwa tanahnya ditempati
seseorang yang kaya tanpa bayar sewa, hanya disuruh menempati saja sejak
tahun 1950 an. Kalau advocatnya tidak berpikir taktis, maka ceritera kliennya
yang benar itu akan dipercayainya dan advocate tersebut akan langsung
membuat gugatan dengan title gugatan pengosongan karena penempatan tanpa
hak. Dan setelah masuk dalam persidangan orang menempati rumah berdalih
bahwa dia menempati tanah tersebut sejak tahun 1950 an karena ada hubungan
sewa menyewa. Tetapi jika advocat berpikir taktis maka tidak akan membuat
surat gugatan dengan titel pengosongan tetapi putus hubungan sewa menyewa
atau wanpretasi. Sebab tidak logis bahwa seseorang yang kaya hanya
menempati rumah orang tanpa sewa, walaupun kenyataannya benar-benar
demikian.
8. Ketelitian
Ketelitian dalam hal membuat surat gugatan sangat diperlukan. Sebab salah
kata, salah istilah, salah kalimat akan mengubah pengertian dan akibatnya fatal,
yaitu gugatan dinyatakan di tolak dan dinyatakan tidak dapat diterima oleh
hakim. Masalah ketelitian ini menyangkut banyak hal. Misalnya, subyek gugatan,
obyek gugatan, dasar hukum, teori-teori, penggunaan istilah-istilah, sitematika,
penyebutan tahun dan segalanya.
9. Singkat padat tetapi mencakup
Membuat gugatan atau jawab menjawab dalam berperkara ibarat tinju, bukan
banyak pukulan yang harus kena ditubuh lawan yang akan mempunyai nilai
tinggi, tetapi biar satu pukulan namun kena sasaran, yang nilainya tinggi.
Misalnya pada bagian dagu yang akan membuat knoct out lawan. Membuat
gugatan seharusnya singkat dan padat. Singkat maksudnya kalimatnya terang,
bahasa Indonesia dan logikanya baik dan benar. Pembuatan gugatan yang
singkat padat dilakukan denga menggolongkan ceritera klien yang sifatnya
abtrak/umum kedalam hal yang khusus atau konkrit.
10.Hukum acara perdata
Penguasaan hukum acara perdata sudah mutlak harus dikuasai seperti dalam
kompetensi pengadilan, dumana gugatan harus diajukan, bagaimana harus
mengajukan gugatan intervensi, perlawanan, eksekusi dan sebagainya.
(Jeremias Lemek,2000:10)
2.5 3 HAL YANG HARUS ADA DI DALAM GUAGATAN
Pasal 8 (3) Rv : gugatan memuat 3 hal, yaitu :
a. Identitas para pihak
- tergugat dan kuasanya
- penggugat dan kuasanya
b. Posita/ Fundamentum petendi/ dasar gugatan
- uraian kejadian
- Penjelasan duduk perkara
- uraian hukumnya
- adanya hak atau hubungan hukum menjadi dasar yuridis dari pada
tuntutan
- Dalam membuat posita ada 2 teori yaitu :
Page 8 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2011
1. Substansi (menggambarkan asal mula peristiwanya)
2. Indivilualisasi (menggambarkan hubungan hukum)
c. Petium => apa yang dimnta untuk diputus
- Primer
- Sekunder
- Subsider (tuntutan pengganti)
2.6 3 KEMUNGKINAN NASIB GUGATAN
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa ada 3 nasib gugatan yang
pertama Tidak diterimanya gugatan atau N.O (Niet Onvankelijk verkloard)hal ini
disebabkan tidak memenuhi syarat formal misalnya gugatan yang ditujukan kepada
pengadilan yang tidak berwenang menangani gugatan untuk mengadili, gugatan
tidak sesuai dengan formalitas surat gugatan, gugatan yang tidak memiliki dasar
hukum. Terhadap hal ini masih bisa gugatan diajukan kembali. Kedua, Diterima,
dalam artian gugatan telah memenuhi syarat formal dan materiil. Ketiga, Ditolak,
dalam hal ini tidak memiliki dasar hukum dan fakta yang kuat, atau tidak memenuhi
syarat materiil, atau dalil yang diajukan dipersidangan tidak terbukti, gugatan
tersebut tidak boleh diajukan kembali, namun ada upaya hukum berikutnya yaitu
bisa melakukan banding.
Page 9 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2011
REFERENSI
A. Pitlo, Pembuktian dan Daluwarsa, terjemahan. M. Isa, Intermasa, Jakarta, 1978
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti,
2000.
Ahmad Kamil dkk, Kearah Pembaharuan Hukum Acara Perdata dalam SEMA DAN
PERMA,Kencana Prenada Media Group. 2008.
Chatib Rasyid, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik pada Peradilan
Agama, UII Press, Yogyakarta 2009.
H.Drion Bewijzen in het recht, Themis 1966 afl.5/6
Jeremias Lemek, Penuntun Membuat Gugatan, Liberty, Yogyakarta,1993.
Martiman Prodjohamidjojo, Strategi Memenangkan Perkara, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2002.
Mariyadi, dkk, Hukum Acara Perdata (Panduan Pengemban Profesi Hukum),
Visipress Media, Surabaya, 2008.
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Peradilan Indonesia, PT Zaher Trading,
1997.
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.
M. Situmorang, Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi, Rineka Cipta,
Jakarta1992.
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata, Pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2000
Sudikno Mertokusumo,Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Kedelapan, Liberty
Yogyakarta, 2009.
Retnowulan Sutantio dkk, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Mandar
Maju: Bandung, 1979.
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980.
R. Soeroso, Hukum Acara Perdata Lengkap dan praktis, HIR, Rbg dan
Yurisprudensi, Sinar Grafika, Jakarta 2010.
R. Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata, Tata cara dan proses persidangan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2009.
Subekti, Hukum Acara Perdata, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman- Bina Cipta; Bandung 1989
Sudaryat, Cara Mudah Membuat Gugatan Perdata, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2010.
Victor M. Situmorang, Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi, Rineka Cipta,
Jakarta1992.
Surat Edaran Mahkamah Agung
SEMA Nomor 2 Tahun 1959 tentang Surat Kuasa Khusus
SEMA Nomor 1 Tahun 1971 tentang Surat Kuasa Khusus
SEMA Nomor 6 Tahun 1994 tentang Surat Kuasa Khusus
Page 10 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2011
PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi
1. Apakah advocat atau Pengacara bisa disebut para pihak dalam hukum acara
perdata?
2. Sebutkan pengaruh teori dari Teori Subtantierings Theorie
dan
Individualiseringts theorie dalam membuat sebuah gugatan?
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. Apa sajakah yang harus diketahui penggugat sebelum mengajukan gugatan ?
mengapakah demikian berilah alasannya !
2. Bagaimanakah cara mengajukan gugatan ? sebut dasar hukumnya !
3. Terhadap pengajuan gugatan terdapat 3 kemungkinan nasib gugatan yang
dimaksud , sebut dan jelaskan kemungkinan-kemungkinan tersebut !
4. Gugatan diajukan kepada ketua pengadilan berdasarkan kekuasaan relative
sebut dan jelaskan 6 alternatif pengajuan gugatan berdasarkan kekuasaan
yang dimaksud !
5. H.I.R dan Rbg hanya mengatur cara mengajukan gugatan. Sedangkan isi
gugatan !tidak diatur. Sebut dan jelaskan tiga hal yang harus ada dalam
gugatan !
6. Jelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam perkara ! mengapakah seorang
pengacara tidak dapat disebut sebagai pihak ? jelaskan !
C. QUIZ -mutiple choice (Evaluasi)
D. PROYEK
1. Buatlah Surat Kuasa Khusus
2. Buatlah Surat Gugatan
E.
LAMPIRAN
Page 11 of 21
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 12 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 13 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 14 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 15 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 16 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 17 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 18 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 19 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 20 of 21
2011
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 21 of 21
2011
Download