HUKUM ACARA PERDATA

advertisement
HUKUM ACARA PERDATA
Oleh :
Hamonangan Albariansyah, SH, MH
(Disarikan dari buku ajar “Hukum Acara Perdata di Indonesia”,
karya Bpk. Ahmaturrahman, SH)
Kartu Kuliah (KK)
Lengkapi isian biodata KK
Tempel pasphoto “pantas” dan stempel
fakultas
Tulis di pojok kanan atas KK kelas saudara
berdasarkan isian KRS online
Contoh : “ Kelas A “
Wajib mencantumkan tanggal di bagian
kolom kiri,setiap perkuliahan
Tulis jumlah paraf dosen pada saat akhir
perkuliahan
Aturan Perkuliahan HAPER
3 SKS = maximal 32 X Pertemuan (termasuk mid)
Mahasiswa wajib hadir minimal 85% = 21 X masuk :
 Mahasiswa tidak dapat mengikuti UAS
 tidak ada tugas pengganti kehadiran
Hadir di kelas tidak berdasarkan pilihan di KRS atau tidak di
cantumkan tanggal/kuliah di KK = KK tidak di paraf
Max telat masuk kelas 10 menit  tdk diizinkan masuk
Komponen nilai
Tugas - Quiz (lisan) + UTS (lisan) + UAS
Tugas copy-paste atau kumpul tugas tidak tepat waktu = “ 0 ”
Pemalsuan paraf, menitip KK dan/atau Kecurangan Ujian = “D“
Ujian susulan max.1 minggu setelah Mata Kuliah tsb
KK hilang = ujian lisan 2 soal, 1 paraf
Tidak ada absensi menggunakan KK sementara (kertas)
Mahasiswa mentaati aturan akademik selama di kelas
Buku Bacaan Hukum Acara Pedata
Prof. Sudikno Mertokusumo, SH,
“Hukum Acara Perdata Indonesia”
Prof. Abdulkadir Muhammad, SH,
“Hukum Acara Perdata Indonesia”
Buku tsb ada di Perpustakaan anda
PERTEMUAN 1
GARIS BESAR POKOK PEMBELAJARAN (GBPP)
HUKUM ACARA PERDATA
Pendahuluan
Pemberian Kuasa (Lastgeving)
Penyelesaian Perkara Perdata
Gugatan
Upaya Menjamin Hak (Sita Jaminan)
Pemeriksaan Di Persidangan
Pembuktian
Putusan Hakim (Vonnis)
Upaya Hukum (Recht Middelen)
Pelaksanaan Putusan Hakim (Eksekusi)
Bab I
Pendahuluan
Hukum Acara, hukum proses, hukum formil
Hukum Acara : hukum yang mengatur caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata material dengan perantara hakim
agar memperoleh perlindungan hukum untuk mencegah
tindakan menghakimi sendiri (eigenrichting)
Ps.666 ayat 3 BW, 2 pendapat mengenai tindakan
menghakimi sendiri :
Tidak dibenarkan, negara telah menyediakan upaya untuk
memperoleh perlindungan hukum melalui pengadilan
Tidak dibenarkan, akan tetapi abapila peraturan yang ada tidak
cukup memberikan perlindungan, maka tindakan menghakimi
sendiri secara tidak tertulis dibenarkan.
Hukum Proses : Rangkaian perbuatan hukum yang mengatur
cara atau apa saja yang dilakukan agar hukum materil dapat
diwujudkan
Hukum Formil : hukum yang mengutamakan kebenaran cara
dan bentuk agar substansi hukum materil dapat dilaksanakan
Hukum Acara Perdata
Prof.Dr. Sudikno Mertokusumo, SH
Hukum Acara Perdata adalah
kumpulan aturan-aturan hukum
yang mengatur bagaimana cara menjamin
ditaatinya hukum perdata materil
dengan perantara hakim
Perbedaan :
H.Acara Pidana : hak yang dilanggar
bersangkutan dengan kepentingan umum
H.Acara Perdata : hak yang dilanggar
bersangkutan dengan kepentingan pribadi
Perlindungan hukum yang diberikan Pengadilan
untuk mencegah eigenrichting
Tuntutan hak yang mengandung
sengketa  Gugatan, sekurangkurangnya dua pihak
Tuntutan hak yang tidak mengandung
sengketa  Permohonan, hanya satu
pihak saja
Timbulnya perkara perdata karena
inisiatif pihak penggugat, bukan inisiatif
hakim
Persidangan Perdata
1. Tuntutan hak tidak mengandung sengketa
/peradilan tidak sesungguhnya (Voluntaire
Jurisdictie).
Ciri- cirinya :
Mengadili perkara tidak mengandung konflik atau
sengketa, melainkan tuntutan hak berupa permohonan
Hanya terdapat satu pihak, tanpa lawan
Produk pengadilan berupa Penetapan (Bechikking) atau
putusan menerangkan,menetapkan (declaratoir)
Penetapan mempunyai kekuatan hukum mengikat pada
diri pemohon sendiri dan pihak ketiga
Penetapan tidak memerlukan pertimbangan atau alasan
Aturan BW buku ke IV tidak berlaku
Contohnya ; penetapan wali hakim, ahli waris,
permohonan kewarganegaraan, pengangkatan anak,
penetapan pengampuan
2. Tuntutan hak yang mengandung sengketa/peradilan
sesungguhnya (Contentiuese Jurisdictie).
Ciri-cirinya :
Sekurang-kurang nya dua pihak yang bersengketa
(Penggugat-Tergugat),
tuntutan hak dalam bentuk gugatan
Produk pengadilan diakhiri dengan putusan (vonnis)
Putusan mengikat para pihak yang bersengketa saja
Putusan harus mempunyai alasan yang kuat dan
tepat
Buku ke IV BW berlaku
Contoh nya : sengketa hak atas tanah, sengketa
HAKI, sengketa ganti kerugian
Yang diatur dalam HaPdt ..?
Bagaimana cara pihak yang dirugikan mengajukan
perkaranya ke pengadilan
Bagaimana cara pihak yang diserang
mempertahankan hak nya
Bagaimana hakim bertindak terhadap pihak-pihak
yang berperkara
Bagaimana hakim memeriksa dan memutus perkara
Bagaimana melaksanakan putusan hakim (eksekusi)
Dengan kata lain Hukuk Acara Perdata adalah :
> Rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana
orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan
dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak, untuk
melaksanakan peraturan hukum perdata materill
SUMBER HUKUM ACARA PERDATA
HIR (Herziene Indonesische Reglement) di
dalam Stb.1941 : 44 Pasal 118-245,
berlaku bagi Gol. Bumiputera daerah Jawa
& Madura
RBg (Rechtsreglement voor de
Buitenwesten) di dalam Stb.1927 : 227
Pasal 142-314, berlaku bagi Gol.
Bumiputera daerah luar Jawa & Madura
BRv (Reglement opde Burgerlijke
Rechtvordering) di dalam Stb.1847 : 52,
berlaku bagi Gol.Eropa & yang
dipersamakan. Skerang sebagai Pedoman
UU Kekuasaan Kehakiman, 48 tahun
2009
UU Mahkamah Agung, 5 tahun 2004
UU No.2 tahun 1986 ttg Peradilan
Umum jo UU No.8 tahun 2004 jo UU
No.49 tahun 2009 ttg Perubahan
kedua UU No.2 tahun 1986 ttg
Peradilan Umum
SEMA
Yurispurdensi
Perjanjian Internasional
Asas-asas dalam HAPdt
(see UU No. 4 tahun 2004)
Peradilan dilakukan “demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan yang maha Esa”.
Pada kepala Putusan hakim.
Fungsinya : memberi kekuatan eksekutorial
pada putusan hakim.
Kekuatan eksekutorial adalah kekuatan untuk
dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam
putusan itu secara paksa oleh alat negara.
Peradilan dilakukan dengan :
“sederhana”, mudah dipahami dan tidak
berbelit-belit.
“cepat”, tidak banyak formalitas
“biaya ringan”, terjangkau oleh rakyat.
Hakim bersifat menunggu
Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak,
pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada
pihak yang berkepentingan
Hakim bersifat Pasif
Ruang lingkup atau luasnya pokok sengketa
yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa
pada asasnya ditentukan oleh pihak yang
berperkara, bukan hakim
Ultra Petita Partium, Hakim hanya mengadili apa
yang dituntut, dilarang memvonis atas perkara
yang tidak dituntut atau menjatuhkan vonis lebih
dari yang dituntut
Pembuktian diserahkan kepada para pihak,
pihak yang berperkara bebas mengajukan upaya
hukum
Beracara atau berperkara memerlukan biaya
yang meliputi :
Biaya kepaniteraan, pemanggilan,,
pemberitahuan para pihak dan bea materai
Biaya perkara dibebankan kepada :
Pihak Penggugat, karena ia mengajukan gugatan
Jika gugatan dikabulkan, maka biaya perkara
dibebankan kepada pihak yang kalah (tergugat)
Jika gugatan ditolak, biaya dibebankan kepada
Penggugat (Penggugat kalah)
Apabila para pihak tidak mampu, maka beracara
secara gratis (prodeo), biaya dibebankan kepada
negara (Pasal 237 HIR atau 273 RBg)
Asas Hakim Majelis, sekurangkurangnya 3 orang hakim.
Maksud & tujuannya untuk menjamin
pemeriksaan yang seobjektif nya dan
memberikan perlindungan HAM di bidang
peradilan
Namun dalam prakteknya dapat ditemui
pemeriksaan dengan hakim tunggal (Unus
Judex) untuk mempercepat jalannya
proses. Contoh : putusan declaratoir,
pelanggaran lalu lintas.
Hakim harus mendengarkan kedua pihak
(Audi et Alteram Partem)
Hakim tidak memihak, para pihak diperlakukan
sama
Asas Sidang Terbuka Untuk Umum, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang
Artinya setiap orang diperbolehkan hadir dan
mendengarkan pemeriksaan di persidangan
Tujuan asas ini adalah menjamin objektifitas
peradilan, sebagai social control oleh masyarakat.
Akan tetapi pada pembacaan putusan harus
dalam sidang yang terbuka untuk umum, apabila
putusan diucapkan dalam sidang yang tidak
dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan
tersebut tidak sah, tidak mempunyai kekuatan
hukum yang mengakibatkan batalnya putusan
menurut hukum
Putusan Hakim harus disertai dengan alasanalasan.
Tujuan dicantumkan alasan-alasan tersebut
sebagai pertanggungjawaban hakim dan
objektifitas atas putusan kepada masyarakat
Putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup
pertimbangan (Onvoldoende Gemotiveerd)
merupakan alasan untuk mengajukan kasasi dan
harus dibatalkan
Alasan-alasan hakim dalam penjatuhan
keputusan :
Perundang-undangan
Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat
Jurisprudensi, doktrin, dan harga emas (masalah ganti
kerugian)
Pertemuan 2
Kekuasaan Kehakiman
Sejak UU No.4 tahun 2004, badan peradilan secara organisasi, administrasi
dan financial dibawah kekuasaan MA
P. Umum
UU No. 49 tahun 2009
Memeriksa dan mengadili perkara orang sipil baik pidana maupun perdata
P. Militer
UU No. 31 tahun 1997
Peradilan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana yang khusus dilakukan oleh
anggota TNI
P. Agama
UU No. 50 tahun 2009
Orang Muslim dan Perdata Tertentu seperti perkawinan, perceraian, warisan, hibah,
wasiat, wakaf, sadaqoh
P. TUN
UU No. 51 tahun 2009
Mengadili perkara yang timbul akibat tindakan penguasa yang berupa penetapan
(Beschikking) yang merugikan orang lain secara individu
P. Niaga
UU No. 37 tahun2004
Mengadili perkara kepailitan
P. Tipikor
UU No. 46 tahun 2009, mengadili perkara tindak pidana korupsi
Pembagian PN dan PT
Berdasarkan Volume Perkara, Luas Wilayah, dan Potensi Daerah, yaitu :
PN Klas I A,
P. Perdata > 300/thn
P. Pidana > 800/thn
PN Klas I B,
P. Perdata < 300/thn
P. Pidana < 800/thn
PN Klas II A,
P. Perdata < 150/thn
P. Pidana < 400/thn
PN Klas II B,
P. Perdata < 60/thn
P. Pidana < 200/thn
Klas A :
Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang
Klas B :
Aceh, Padang, Palembang, Denpasar, Banjarmasin, Manado, Ambon
dan Jayapura
STRUKTUR ORGANISASI
1. Ketua PN/PT


Pengalaman 10 tahun sebagai hakim PN/PT
5 tahun bagi hakim PT yang pernah menjabat ketua PN
2. Hakim

WNI, Pegawai Negeri, Sarjana Hukum, min 25 tahun,
berwibawa, adil, jujur, bertaqwa, setia kepada Pancasila dan
UUD 45
3. Panitera





Dalam tugasnya dibantu oleh panitera pengganti
Tugas nya menyelenggarakan administrasi perkara
Mengikuti dan mencatat jalannya persidangan
Dalam perkara perdata bertugas melaksanakan putusan
pengadilan
Membuat salinan putusan
4. Juru Sita (deur waader)





Dalam tugasnya dibantu oleh juru sita pembantu
Melaksanakan semua perintah ketua sidang
Menyampaikan pengumuman, teguran, protes dan
pemberitahuan putusan pengadilan
Melakukan penyitaan atas perintah ketua
pengadilan
Membuat berita acara penyitaan
TUGAS POKOK BADAN PENGADILAN
Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan
mengadili suatu perkara yang diajukan dengan
dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib memeriksa dan mengadili
Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai dalam masyarakat
Pengadilan mengadili menurut hukum, tidak
membeda-bedakan orang
Pengadilan membantu mengatasi segala
hambatan untuk dapat tercapainya peradilan
sederhana, cepat dan biaya ringan
Sejarah Hukum Acara Perdata dan
Peradilan di Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
Zaman Hindia Belanda (1848-1942)
Zaman Jepang (1942-1945)
Zaman RIS (1945 dan 1949 dan 1950)
Periode 1950-1959
Periode 5 Juli 1959 s/d 11 Maret 1966
dan sesudah 11 Maret 1966
Zaman Hindia Belanda (1848-1942)
a. H.L.Wichers ditugaskan pemerintah HB menjabat
ketua Hooggerechtshof (MA) di Batavia
b. Tidak membenarkan praktek pengadilan yang
memeriksa, memutus perkara perdata untuk
gol.Bumiputera menggunakan aturan gol.Eropa
tanpa landasan UU
c. Dengan peraturan Gubjen
J.J.Rochussen,memerintahkan Wichers
merancang Reglement tentang administrasi Polisi,
acara perdata dan acara pidana bagi Bumiputera
sekaligus gol.Timur Asing di Jawa-Madura.
Disamakan  kecerdasan sama
d. Rancangan yg telah disahkan tsb lazim disebut Het
Inlandsch Reglement (HIR)
e. Menyusul kemudian aturan untuk luar jawa-madura
yang disebut dengan Rechtsreglement voor de
Buitenwesten (RBg), Stb 1927 No.227
Susunan Peradilan
Jawa-Madura
- Hooggerechtshof
- Raad van Justitie
- Residentiegerecht
- Landrecht
- Landraad
- Districtgerecht
Luar Jawa-Madura
Hooggerechtshof
Raad van Justitie
Residentiegerecht
Landrecht
Magistraadgerecht
Zaman Jepang
UU No.1 tahun 1942 yang menentukan
“bahwa untuk sementara waktu segala UU
dan peraturan dari pemerintah Hindia
Belanda dahulu terus berlaku, sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan
balatentara Jepang”
Tidak ada perubahan dalam hukum materill,
hanya perubahan penyederhanaan sistem
peradilan dengan sistem hakim tunggal,
menjadi : Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Swapraja, Peradilan Adat
dan Peradilan Militer.
Periode RIS
UU No. 7 tahun 1947 tentang susunan
keluasaan MA dan Kejaksaan Agung
UU No.20 tahun 1947 tentang Banding di
jawa-madura,dan RBg diluar Jawa-madura
4 lingkungan peradilan ; umum, agama,
adat dan militer
Periode 1950-1959
Menghapus pengadilan khusus,hanya
meninggalkan PN yang berkuasa pada
tingkat pertama memeriksa,mengadili
UU No.1 tahun 1951 ttg susunan peradilan
umum, yaitu PN, PT dan MA
Periode 5 Juli 1959- 11 Maret 1966
UU No.19/1964 ttg Ket.Pokok kekuasaan
kehakiman
UU No.13 tahun 1965 ttg Pengadilan dalam
Peradilan Umum
4 lingkungan peradilan, yaitu : Peradilan
umum,peradilan agama, peradilan militer,
peradilan TUN
Namun kedua UU tsb memberikan eksekutif
dapat intervensi perkara,pengadilan,peradilan,
bertentangan dengan UUD’45
Orde baru,Digantikan dgn UU No.14 tahun
1970 ttg Pokok Kekuasaan Kehakiman dan
UU No.2 tahun Peradilan Umum.
Belum ada HaPdt yg berlaku secara
Universal,seperti HaPidana (UU No.8/1981)
Bab II
Pemberian Kuasa (Lastgeving)
Lastgeving adalah :
suatu persetujuan atau perjanjian
dengan mana seorang memberikan
kekuasaan atau wewenang kepada
orang lain
Yang menerimanya untuk atas
namanya melakukan perbuatan
hukum suatu urusan/perihal
Pengaturan Lastgeving
Hukum Formil HIR,RBg & Brv
Hukum Materill, BW/KUHPerdata, UU No.18 tahun
2003 ttg Advokat
Advokat : orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik
didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi
persyaratan UU ini.
Jasa Hukum : jasa yang diberikan advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili,mendampingi,membela dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien
Kuasa Insidential : memberikan jasa dalam bidang hukum
hanya untuk sekali saja (1 perkara). Orang yang dapat
menjadi kuasa insidential,yaitu :
Mempunyai hub.keluarga dengan salah satu pihak sampai
derajat ketiga
Mereka yang ada hubungan kerja dengan suatu instansi
Mereka yang termasuk salah satu pihak dalam perkara
Persyaratan Advokat
See Pasal 3 UU No.18/2003:
WNI, tinggal di Indonesia, tidak berstatus
PNS/Pejabat Negara
Berusia min.25 tahun
Berijazah Sarjana, latar belakang pendidikan hukum
Lulus ujian advokat yang diadakan organisasi
advokat
Magang min 2 tahun terus menerus pada kantor
advokat
Tidak pernah dipidana dengan ancaman 5 tahun >
Berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab,adil dan
integritas tinggi.
Cara Pemberian Kuasa
Secara Lisan
Pihak yang memberikan kuasa selalu hadir
bersama pihak yang menerima kuasa
Ditunjuk lisan ketika membuat gugatan
lisan dilakukan didepan ketuan PN. Maka
ketika itulah disebutkan maksud memberi
kuasa.
Ditunjuk secara lisan dimuka persidangan.
Pemberi dan penerima kuasa hadir di
sidang (dicatat dalam berita acara sidang)
Secara Tertulis
Dengan menunjuk nama orang yang
diberi kuasa di dalam surat gugatan.
Dengan Surat Kuasa Khusus :
mencantumkan identitas pemberi dan
penerima kuasa
Mencantumkan lawan dan objek perkara
Mencantumkan pengadilan tempat
berperkara
Mencantumkan hal-hal yang dikuasakan
(jika perlu) cantumkan pemberian hak
substitusi (memberikan kuasa kepada
orang lain)
Bab III
Penyelesaian Perkara Perdata
Litigasi
Gugatan
Permohonan
Perdamaian melalui Pengadilan
Non-Litigasi
Arbitrase
ADR
SYARAT MENGAJUKAN TUNTUTAN HAK
Tuntutan Hak harus mempunyai
kepentingan hukum yang cukup
merupakan syarat utama dapat
diterimanya tuntutak hak oleh
pengadilan guna diperiksa
Gugatan harus diajukan oleh orang
yang mempunyai hubungan hukum
dan kepentingan.
Persyaratan Mengajukan Gugatan
Gugatan pada pokoknya memuat :
Identitas, deskripsi ciri-ciri dari penggugattergugat
Fundamental petendi, dalil-dalil konkret
tentang adanya hubungan hukum yang
merupakan dasar serta alasan-alasan dari
pada tuntutan.
Petitum, tuntutan perihal yang dimintakan
kepada pengadilan untuk diputuskan
Fundamental Petendi terdiri dari dua bagian, yaitu :
Uraian tentang kejadian atau bagian peristiwa yang
merupakan penjelasan duduk perkara. Kejadian
yang nyata yang mendahului peristiwa hukum,
sejarah asal mula terjadinya hak
Uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum
yang menjadi dasar yuridis daripada tuntutan
See Pasal 1865 BW, barang siapa yang mengaku
mempunyai suatu hak atau menyebut suatu peristiwa
untuk meneguhkan haknya atau untuk membantah hak
orang lain, harus membuktikan adanya hak atau peristiwa
tersebut
Petitum, putusan yang diharapkan/dimintakan agar
diputuskan hakim, harus jelas dan sempurna (tidak
bertentangan satu dengan lainnyaobscuurlibel),hendaknya bersifat tunggal, sehingga
apabila terjadi, makan tidak diterimanya gugatan.
Sistematika Putusan :
menguraikan tentang Duduknya Perkara – Pertimbangan
Hukumnya
Misal
PERTEMUAN 3
Pemberian Kuasa (Lastgeving)
Download