Hukum Acara Pidana - Data Dosen UTA45 JAKARTA

advertisement
Bahan Ajar TA 2014/2015
HUKUM ACARA PERDATA
4 SKS
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta
2015
BAHAN AJAR
HUKUM ACARA PERDATA
4 SKS
Hj. METIAWATI SH., MH.
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2015
HUKUM ACARA PERDATA
 Proses beracara dalam pengadilan Perdata diatur
dalam HIR dan UU Nomor 14 Tahun 1970 yang telah
dirubah terakhir dengan UU No 4 Tahun 2004 yang
mencangkup:
TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PERADILAN PERDATA
 Tahapan Administratif :
A. Penggugat memasukkan surat gugatan ke Pengadilan Negeri yang berwenang
menurut pasal 118 HIR ditentukan bahwa kewenangan Pengadilan Negeri yang
berhak untuk memeriksa perkara adalah :
1. Pengadilan Negeri dimana terletak tempat diam (domisili)
2. Apabila Tergugat lebih dari seseorang maka tuntutan di masukan ke dalam
Pengadilan negeri di tempat diam ( Domisili) salah seorang dari Tergugat
tersebut atau apabila terdapat hubungan yang berhutang dan penjamin
mqaka tuntutan disampaikan kepada Pengadilan negeri tempat si domisili
yang berhutang atau salah seorang yang berhutang itu.
TAHAPAN ADMINISTRASI
3.
Apabila Tergugat tidak diketahui tempat domisilinya atau tergugat tidak
dikenal maka tuntutan dimasukkan kepada Pengadilan Negeri Tempat
domisili sang Penggugat atau salah satu Penggugat atau apabila Tuntutan
tersebut mengenai barang tetap maka tuntutan dimasukkan ke dalam
Pengadilan Negeri yang daerah hukum barang tersebut terletak
4.
Tuntutan juga dapat dimasukkan kepengadilan Negeri yang telah disepakati
oleh pihak Penggugat.
B.
Penggugat membayar biaya perkara;
C.
Penggugat mendapatkan bukti pembayaran perkara;
D.
penggugat menerima nomor perkara .
HAK DAN KEWAJIBAN TERGUGAT ATAU PENGGUGAT
Dalam hal pemahaman bahasa :
Pasal 120
Bilamana penggugat buta huruf maka surat gugatannya yang dapat dimasukkannya
dengan lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang mencatat gugatan itu
Pasal 131
1. Jika kedua belah pihak menghadap akan tetapi tidak dapat diperdamaikan (hal ini
mesti disebutkan dalam pemberitahuan pemeriksaan) maka surat yang
dimasukkan oleh pihak-pihak yang dibacakan dan jika salah satu pihak tidak paham
bahasa yang dipakai dalam surat itu diterjemahkan oleh juru bahasa yang ditunjuk
oleh ketua dalam bahasa dari kedua belah pihak
2. Sesudah itu maka penggugat dan tergugat didengar kalau perlu memakai seorang
juru bahasa
3. Jika juru bahasa itu bukan berasal dari juru bahasa pengadilan negeri yang sudah
disumpah maka harus disumpah terlebih dahulu dihadapan ketua . ayat ketiga dari
pasal 154 berlaku bagi juru bahasa
Dalam Hal Gugatan Balik
Pasal 132 a :
(1) Tergugat berhak dalam tiap tiap perkara memasukkan gugatan melawan/Gugat
balik, kecuali :
1. Kalau Penggugat memajukan gugatan karena suatu sifat sedang gugatan melawan
hukum itu akan mengenai dirinya sendiri dan sebaliknya
2. Kalau pengadilan negeri yang memeriksa surat gugatan penggugat tidak berhak
memeriksa gugatan melawan itu berhubung dengan pokok perselisihan
3. Dalam perkara perselisihan tentang menjalankan keputusan
(2) Jikalau dalam pemeriksaan tingkat pertama tidak memajukan gugat melawan,
maka dalam bandingan tidak dapat mengajukan gugatan itu.
DALAM HAL KEWENANGAN PENGADILAN
Pasal 134
Jika perselisihan itu suatu perkara yang tidak masuk kekuasaan pengadilan
negeri maka setiap waktu dalam pemeriksaan perkara itu dapat diminta
supaya hakim menyatakan dirinya tidak berkuasa dan hakimpun wajib
mengakuinya karena jabatannya
DALAM HAL PEMBUKTIAN
PASAL 137
Pihak Pihak dapat menuntut melihat surat-surat keterangan
lawannya dan sebaliknya surat mana diserahkan kepada
hakim untuk keperluan itu
DALAM HAL BERPERKARA TANPA BIAYA
Pasal 237
orang orang yang demikian yang sebagai penggugat atau sebagai Tergugat hendak berperkara akan
tetapi tidak mampu membayar biaya perkara dapat diberi izin berperkara dengan tak berbiaya
Pasal 238
(1) apabila penggugat menghendaki izin itu , maka ia memajukan permintaan untuk itu pada waktu
memasukkan surat gugatan atau pada waktu ia memajukan gugatannya dengan lisan sebagaimana
diatur dalam pasal 118 dan 120
(2) apabila izin dikehendaki oleh Tergugat maka izin itu diminta pada waktu itu memasukkan jawabnya
yang dimaksudkan pada pasal 121
(3) permintaan dalam kedua hal itu harus disertai dengan surat keterangan tidak mampu yang diberikan
oleh kepala polisi pada tempat tinggal si pemohon yang berisi keterangan yang menyatakan bahwa
benar orang tersebut tidak mampu
PENENTUAN HARI SIDANG
Pasal 122
Ketika menentukan hari persidangan maka ketua menimbang jauh
letaknya tempat diam atau tempat tinggal kedua belah pihak daripada
tempat pengadilan negeri bersidangdan dalam surat perintah sedemikian
maka waktu antara memanggil kedua belah pihak dan hari persidangan
ditetapkan kecuali dalam hal yang perlu sekali tidak boleh kurang dari tiga
hari pekerjaan
KEMUNGKINAN – KEMUNGKINAN YANG DAPAT
TERJADI PADA SIDANG PERTAMA
1. PENGGUGAT HADIR, TERGUGAT TIDAK HADIR
Pasal 125
(1) jikalau si Tergugat walaupun dipanggil dengan patut tidak menghadap
Pengadilan Negeri pada hari yang telah ditentukan itu, dan tidak juga
menyuruh seseorang lain menghadap selaku wakilnya maka tuntutan itu
diterima dengan keputusan tidak hadir (Verstek) kecuali jika tuntutan itu
melawan hak atau tidak beralasan
KEMUNGKINAN – KEMUNGKINAN YANG DAPAT
TERJADI PADA SIDANG PERTAMA
2.
PENGGUGAT TIDAK HADIR , TERGUGAT HADIR
Pasal 124
Jikalau si Penggugat walaupun dipanggil dengan patut tidak menghadap pengadilan
negeri pada hari yang telah ditentukan itu dan tidak juga menyuruh orang lain
menghadap selaku wakilnya , maka tuntutannya dipandang gugur dan si
Penggugat dihukum membayar biaya perkara akan tetapi si Penggugat berhak
sesudah membayar biaya tersebut memasukkan tuntutannya sekali lagi
KEMUNGKINAN – KEMUNGKINAN YANG DAPAT
TERJADI PADA SIDANG PERTAMA
3. KEDUA BELAH PIHAK TIDAK HADIR
Ada tanggapan bahwa demi kewibawaan badan peradilan serta
agar jangan sampai ada perkara yang beralurut –larut maka
hal ini gugatan perlu dicoret dari daftar dan dianggap tidak
pernah ada
HAK
HAK
Dalam Hal pemberian nasehat
Pasal 119 Ketua Pengadilan negeri berkuasa member nasehat dan pertolongan kepada
Penggugat atau wakilnya tentang hal memasukkan surat gugatan
Pasal 132
Ketua Berhak pada waktu memeriksa member penerangan kepada belah pihak dan
yang menunjukan supaya hukum dan keterangan yang mereka dapat dipergunakan
jika ia menganggap perlu supaya perkara berjalan dengan baik dan teratur
DALAM HAL KEWENANGAN HAKIM
DALAM HAL KEWENANGAN HAKIM
Pasal 159 ayat (4) hakim berwenang untuk menolak permohonan penundaan
permohonan penundaan sidang para pihak kalau ia beranggapan bahwa hal
tersebut tidak diperlukan
Pasal 175 diserahkan kepada timbangan dan hati hatinya hakim untuk menentukan
harga suatu pengakuan dengan lisan yang diperbuat di luar hukum
Pasal 180
(1) Ketua PN dapat memerintahkan supaya suatu keputusan dijalankan terlebih dahulu
walaupun ada perlawanan atau bandingnya apabila ada surat yang sah suatu
tulisan yang menurut aturan yang berlaku yang dapat diterima sebagai bukti atau
jika ada hukuman lebih dahulu dengan keputusan yang sudah mendapatkan
kekuasaaan yang pasti demikian juga dikabulkan tuntutan terlebih dahulu terlebih
lagi di dalam perselisihan tersebut terdapat hak kepemilikan
(2) akan tetapi dalam hal menjalankan terlebih dahulu ini tidak dapat menyebabkan
seseorang dapat ditahan
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN
Dalam hal pembuktian
Pasal 172
Dalam hal menimbang harga kesaksian hakim harus menumpahkan perhatian
sepenuhnya tentang pemufakatan dari saksi saksi
cocoknya kesaksian yang
diketahui dari tempat lain tentang perkara yang diperselisihkan tentang sebabsebab yang mungkin ada pada saksi itu untuk menerangkan duduk perkara dengan
cara begini atau begitu tentang perkelakuan adat dan kedudukan saksi dan pada
umumnya segala hal yang dapat menyebabkan saksi-saksi dapat dipercaya benar
atau tidak
Pasal 176
Tiap tiap pengakuan harus diterima segenapnya dan hakim tidak bebas untuk
menerima sebagian dan menolak sebagian lagi sehinga merugikan orang yang
mengaku itu kecuali orang yang berutang itu dengan maksud akan melepaskan
dirinya menyebutkan perkara yang terbukti dengan kenyataan yang dusta
DALAM HAL MENJATUHKAN PUTUSAN
DALAM HAL MENJATUHKAN PUTUSAN
Pasal 178
(1) hakim karena jabatannya pada waktu bermusyawarah wajib mencukupkan segala
alas an hukum yang tidak dikemukakan oleh kedua belah pihak
(2) hakim wajib mengadili atas selutuh bagian gugatan
(3) ia tidak diijinkan menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak digugat atau
memberikan apa yang digugat
Dalam hal pemeriksaaan perkara di muka pengadilan
Pasal 372
(1) ketua ketua majelis pengadilan diwajibkan memimpin pemeriksaan dalam
persidangan dan permusyawaratan
(2) dipikulkan juga pada mereka kewajiban untuk memelihara ketertiban baik dalam
persidangan segala sesuatu yang diperintahkan untuk keperluan itu, harus
dilakukan dengan segera dan seksama
TUGAS HAKIM
TUGAS HAKIM (Undang Undang No 14 Tahun 1970)
Pasal 2 ayat (1)
Tugas pokok daripada hakim adalah menerima memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya
Pasal 5 ayat (2)
Dalam perkara perdata hakim harus membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeraskerasnya mengtasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang
sederhana cepat dan biaya ringan
Pasal 14 ayat (1)
Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang dalih bahwa
hukum tidak atau kurang jelas melainkan ia wajib untuk memeriksa dan mengadilinya
UPAYA HUKUM
UPAYA HUKUM
Sifat dan berlakunya upaya hukum berbeda
Tergantung apakah merupakan upaya hukum biasa atau upaya hukum luar biasa
UPAYA HUKUM BIASA
Upaya hukum ini pada asasnya terbuka untuk setiap putusan selama tenggang waktu
yang ditentukan oleh UU upaya hukum tersebut bersifat menghentikan
pelaksanaan putusan untuk sementara
UPAYA HUKUM
Upaya hukum biasa ini terbagi atas :
a. PERLAWANAN yaitu upaya hukum terhadap putusan yang tergugat pada dasarnya
perlawanan ini disediakan bagi pihak tergugat yang dikalahkan bagi penggugat
yang dalam putusan verstek dikalahkan tersedia upaya hukum banding
b. BANDING yaitu pengajuan perkara kepada pengadilan yang lebih tinggi untuk
dimintakan pemeriksaan ulang
c. PROROGASI yaitu mengajukan suatu sengketa berdasarkan suatu persetujuan
kepada kedua belah pihakkepada hakim yang sesungguhnya tidak wenang
memeriksa sengketa tersebut yaitu kepada hakim dalam tingkat peradilan yang
lebih tinggi
d. KASASI yaitu tindakan MA untuk menegakkan dan membetulkan hukum jika hukum
ditentang oleh putusan hakim pada tingkatan tertinggi alasan-alasan hukum yang
dipergunakan dalam permohonan kasasi adalah
(1) tidak berwenang atau mel;ampauan batas wewenang
(2) salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku
(3) lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
2. UPAYA HUKUM LUAR BIASA
PENINJAUAN KEMBALI
Yaitu peninjauan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap dengan syarat terdapat hal hal atau keadaan yang ditentukan oleh UndangUndang
Dendenverset adalah perlawanan pihak ketiga yang diajukan oleh pihak ketiga
terhadap putusan yang merugikan pihaknya perlawanan ini diajukan kepada hakim
yang menatuhkan putusan yang dilawan itu dengan menggugat para pihak yang
bersangkutan dengan cara biasa apabila perlawanan itu dikabulkan maka putusan
yang dilawan itu diperbaiki sepanjang merugikan pihak ketiga
SURAT KUASA
SURAT KUASA
Proses berperkara di Pengadilan
Kuasa pada umumnya
Pengertian kuasa
Diatur dalam pasal 1792 KUHPdt yaitu pemberian kuasa adalah suatu persetujuan
yang mana seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain yang
menerimanya untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan
JENIS-JENIS KUASA
JENIS-JENIS KUASA
Kuasa umum
Kuasa yang diberikan secara umum merupakan perbuatan perbuatan
pengurusan yang meliputi segala kepentingan pemberi kuasa kecuali
perbuatan kepemilikannya
Kuasa khusus pasal 123
Hanya mengenai suatu kepentingan tertentu atau lebih
BENTUK-BENTUK PEMBERIAN KUASA
BENTUK BENTUK PEMBERIAN KUASA ANTARA LAIN :
Akta otentik
Kuasa dibawah tangan
Surat biasa
Secara lisan
Dan lain lain
Hak kuasa
Hak subtitusi
Hak retensi
BENTUK-BENTUK PEMBERIAN KUASA
Hak dan kewajiban para pihak
Hak dan kewajiban para pihak pihak
1801, 1802, 1803,1805 KUHPerdata
Kewajiban pemberi kuasa diatur dalam
1809,1810,1811,1812 KUHPerdata
Hak dan Kewajiban Penerima Kuasa
Hak hak penerima kuasa diatur dalam pasal-pasal 1807,1808,1810,1811,1812 KUHPdt
Kewajiban penerima kuasa diatur dalam pasal-pasal 1800,1801,1803,1804 dan pasal
1806 KUHPerdata
BERAKHIRNYA PERSETUJUAN PEMBERIAN KUASA
Berakhirnya persetujuan pemberian kuasa
1. atas kehendak pemberi kuasa
2. atas permintaan penerima kuasa
3. persoalan yang dikuasakan telah dapat diselesaikan
4. salah satu pihak meninggal dunia
5. salah satu pihak dibawah pengampuan
6. salah satu pihak dalam keadaan pailit
7. karena perkawinan perempuan yang member atau menerima kuasa
8. atas keputusan pengadilan (1814 KUHPerdata)
PERMOHONAN
PERMOHONAN
1. Permohonan (Gugatan Voluntair)
Diatur dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 14/1970 sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang No 35 Tahun 1999 tetapi tidak diatur dan Undang Undang
Nomor 4 Tahun 2004 adalah :
Penyelesaian setiap perkara yang digunakan kepada badan-badan peradilan
mengandung pengertian yang di dalamnya penyelesaian masalah yang
bersangkutan dengan yurisdiksi Voluntair
Yang dimaksud permohonan (gugatan voluntair) adalah permasalahan perdata yang
diajukan dalam bentuk permohonan yang ditandatangani pemohon atau kuasanya
yang ditujukan kepada KPN
2. Landasan hukum yurisdiksi Voluntair
Pasal 2 menjelaskan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang 1470
c. Fundamental Petendi / dasar Permohonan tidak serumit dalam gugatan
contentiosa, cukup memuat dan menjelaskan hubungan hukum antara diri
pemohon dengan permasalahan hukum yang dipersoalkan
CONTOH PERMOHONAN
CONTOH PERMOHONAN
Bidang Hukum Keluarga
Permohonan Izin Pologami (pasal 5 UU 1/74
Permohonan pembatalan perkawinan (pasal 25,26,27 UU /1/1974
Permohonan pengangkatan wali (pasal 23 ayat (2) KHI Keppres 1 tahun 1991 jo
pemeneg No 2 Tahun 1987
Permohonan penegasan pengangkatan anak (Sema No 6 tahun 1983 tanggal 30
September 1983 Tentang penyempurnaan Sema No 2 tahun 1979
CONTOH PERMOHONAN
Bidang perlindungan konsumen berdasarkan UU no 8 tahun 99
Misalnya
 Permohonan penetapan eksekusi kepada pengadilan negeri atas putusan mejelis
badan penyelesaian sengketa konsumen (pasal 57)
 Permohonan berdasarkan UU No 5 tahun 99 tentang larangan monopoli dan
persaingan
Misalnya
Permohonan atau permintaan penetapan eksekusi kepada pengadilan negeri atas
putusan komisi pengawas persaingan usaha (KPPU) yang telah berkekuatan hukum
tetap (pasal 46 ayat (2)
CONTOH PERMOHONAN
 Permohonan berdasarkan UU NO 16 /2001 Tentang Yayasan
Misalnya
Permohonan pemeriksa yayasan berdasarkan pada pasal 53 kepada Ketua PN
untuk mendapatkan data dan keterangan atas dugaan organ yayasan melakukan
perbuatan melawan hukum
CONTOH PERMOHONAN
 Permohonan berdasarkan UU No 1 / 95 tentang perseroan Terbatas
Misalnya
Permohonan pembubaran UU No 1/95 Tentang Perseroan Terbatas
Misalnya
Permohonan pembubaran pasal 7 ayat 4
Misalnya permohonan pencegahan masuknya barang yang berkaitan melanggar
hak merk
PETITUM PERMOHONAN
 Petitum Permohonan
 Bersifat Desklaratif
Pemohon meminta agar dalam dictum penetapan pengadilan memuat pernyataan
dengan kata kata menyatakan bahwa pemohon adalah orang yang berkepentingan
atas masalah yag dimohon
Petitum tidak boleh melibatkan pihak lain atas masalah yang dimohon
Tidak boleh memuat petitum yang bersifat condemnatoir (mengandung hukum)
Petitum permohonan harus dirinci satu persatu tentang hal-hal yang dikendaki
pemohon untuk ditetapkan pengadilan kepadanya
Petitum tidak boleh bersifat ex aquo bono
PROSES PEMERIKSAAN PEMOHON
PROSES PEMERIKSA PEMOHON
Pemohon secara Ex Parte yaitu
Pemohon secara Ex Parte yaitu hanya mendengar keterangan pemohon atau kuasanya
Sehubungan dengan permohonan
Memeriksa bukti atau saksi yang diajukan pemohon
Tidak ada tahap replik, duplik dan kesimpulan
PUTUSAN PEMOHON
PUTUSAN PEMOHON
Bentuk penetapan
Diktum bersifat deklaratur (hanya bersifat berisi penegasan, pernyataan atau
deklarasi tentang hal yang dimohon /diminta
Kekuatan pembuktian
Penetapan sebagai akta otentik
Hanya mengikat pihak pemohon
Tidak melekat azas Ne bis in idem
UPAYA HUKUM TERHADAP PENETAPAN
Upaya hukum Terhadap Penetapan
Penetapan atas permohonan merupakan putusan Tingkat pertama dan terakhir
Upaya yang dapat diajukan adalah kasasi bukan banding (pasal 43 ayat (1) UU 14/85
sebagaimana telah diubah UU No 5/2004
Upaya Hukum yang dapat diajukan terhadap permohonan yang keliru
Mengajukan perlawanan terhadap permohonan selama proses pemeriksaan
berlangsung
(perlawanan
pihak ketiga) dan perkara diselesaian secara
contradictoir
Mengajukan gugatan perdata
Mengajukan permintaan pembatalan kepada MA Atas Penetapan
Mengajukan upaya hukum PK
GUGATAN KONTENTIOSA
Gugatan Kontentiosa
Pengertian gugatan Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 2 (1) UU14/70
(Sebagaimana diubah dengan UU No 35 Tahun 1999 dan sekarang diatur
dalam pasal 16 (1) UU No 4 tahun 2004
Gugatan merupakan tuntutan perdata tentang hak yang mengandung
sengketa dengan pihak lain
GUGATAN KONTENTIOSA
 Bentuk gugatan
Lisan
Diajukan kepada kepada KPN dengan lisan
Menjelaskan atau menerangkan isi dan maksud gugatan
 Tertulis (pasal 118 (1) HIR /142rbg
Bisa melalui kuasa atau dilakukan oleh Penggugat sendiri
GUGATAN KONTENTIOSA
Hal yang harus dimuat dalam surat gugatan
a. gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri sesuai dengan kompetensi relative
b. diberi tanggal
c. ditandatangani penggugat atau kuasanya
tentang tanda tangan pada umumnya merupakan tanda atau inisial nama yang
dituliskan dengan tangan sendiri oleh penandatangan selain tanda tangan bias
dibubuhi cap jempol berdasarkan Stb 1919 776 (Cap Jempol disamakan dengan
tanda tangan
GUGATAN KONTENTIOSA
identitas para pihak
merupakan syarat formil keabsahan gugatan tetapi penyebutan indentitas dalam
perkara perdata sangat sederhana dibandingkan dengan surat dakwaan nama
lengkap tempat lahir umur dan tanggal lahir , jenis kalamin, kebangsaan,tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka
DASAR GUGATAN
Fundamental Petendi / Dasar Gugatan /Posita / Dasar tuntutan
(Grondslag Van De Lis)
Dalil Gugatan harus menjelaskan fakta fakta yang mendahului peristiwa hukum yang
menjadi penyebab timbulnya perkara tersebut (Ajaran Substantierings theorie)
Dalil gugatan yang harus dengan jelas memperlihatkan hubungan hukum yang
menjadi dasar tuntutan yang menjelaskan peristiwa atau hukum yang
dikemukakan dalam gugatan (Rechtsverhouding) yang menjadi dasar tuntutan,
namun tidak perlu dikemukan sebab terjadinya hubungan hukum oleh karena hal
tersebut dapat dijelaskan dalam proses pemeriksaan
DASAR GUGATAN
Pada pokoknya fundamentum petendi harus memuat unsure/dasar hukum (rechtelijke
Ground) dan dasar fakta (Feitelijke Ground)
Namun demikian dalil gugatan yang dianggap tidak mempunyai dasar hukum apabila
dijadikan dalil gugatan hal hal sebagai berikut :
Pembebasan pemidanaan atas laporan Tergugat
Dalil gugatan berdasarkan perjanjian tidak halal (Contoh perjanjian Future Commodity
Trading)
Tuntutan ganti rugi atas PMH mengenai kesalahan hakim dalam melaksanakan fungsi
peradilan (SEMA No 9 Tahun 1976 16 Desember 1976)
Dalil gugatan rugi atas sesuatu hasil yang tidak dirinci berdasarkan fakta
Dalil gugatan yang saling bertentangan
Hak atas objek gugatan yang tidak jelas
PENTITUM GUGATAN
Petitum gugatan
Agar gugatan tidak mengandung cacat formal maka petitum harus mencantumkan
petitum gugatan yang berisi pokok tuntutan Penggugat berupa deskripsi yang jelas
menyebut satu persatu dalam akhir gugatan tentang hal hal apa yang menjadi
pokok tuntutan penggugat yang harus dinyatakan dan dibebankan keopada
Tergugat
Petitum terdiri dari petitum primer dan petitum Subsidair (Ex Aequo Et Bono)
GUGATAN CLASS ACTION
GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK (CLASS ACTION)
Pengertian Class Action (Representatif Action)
Gugatan berisi tuntutan melalui proses pengadilan yang diajukan oleh satu atau
beberapa orang yang bertindak sebagai wakil kelompok (Class Representative)
Selain itu antara seluruh anggota anggota kelompok dengan wakil kelompok terdapat
kesamaan fakta atas dasar hukum yang melahirkan :
Kesamaan kepentingan (common interest)
Kesamaan penderitaan (common grievance)
GUGATAN CLASS ACTION
Apa yang dituntut memenuhi syarat untuk kemanfaatan bagi seluruh anggota
Menurut PERMA No 1 tahun 2002 istilah yang digunakan adalah cara gugatan class
Action
•
Tujuan claas Action
Mengembangkan penyederhanaan akses masyarakat memperoleh keadilan
Mengefektifkan efisiensi penyelesaian pelanggaran hukum yang merugikan orang
banyak
GUGATAN CLASS ACTION
•
Bedanya konsep hak gugatanLSM dengan class action
Konsep class action berdasarkan commonality yaitu prinsip kesamaan yang berkenaan
dengan fakta atau dasar hukum dan kesamaan tuntutan hukum antara lain :
1. Kesamaan kepentingan (same interest)
2. Kesamaan penderitaan (same grievance)
3. Kesamaan tujuan (same purpose)
Konsep LSM berdasarkan pembelian hak oleh undang undang LSM mempunyai hal
legal standing, mengajukan gugatan atas nama kepentingan kelompok tertentu
organisasi atau badan swasta yang harus memenuhi syarat berbentuk badan
hukum atau yayasan dalam anggaran dasar organisasi disebut tegas tujuan
didirikannya untuk kepentingan tertentu Telah melakukan kegiatan sesuai dengan
angggaran dasar
1. kewenangan absolute lingkungan peradilan
Kekuasaaan kehakiman (judicial power) yang berada dibawah MA dilakukan dan
dilaksanakan oleh beberapa lingkungan peradilan yang terdiri dari :
a) Peradilan umum
b) Peradilan agama
c) Peradilan militer
d) Peradilan TUN
pasal 24 AYAT 2 UUD 1945 dan pasal 10 ayat 1 UU 14/70(diubah dengan UU 75 tahun
1999) sekarang pasal 2 jo pasal 10 ayat 2 UU No 4 /2004
Kewenangan absolute extra judicial berdasarkan yurisdiksi khusus oleh Undang
Undang: ( pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dan pasal 2 jo pasal 10 ayat 2 UU 4/2004
diantaranya :
Arbitrase( UU 30/1999)
P4P (UU 22 /1957 Jo UU 2 tahun 2004 tentang P4P
Pengadilan pajak ( semula UU 17 /97 Tentang BPSP sekarang UU 14 Tahun 2002
Tentang pengadilan Pajak )
Mahkamah pelayaran (St 1934-215 ( 27-4-34) jo St. 1938-2
2. KEWENANGAN RELATIF PN
Dalam hal ini setiap PN Terbatas daerah hukumnya, sesuai dengan UU No 2 tahun
1986 Tentang kedudukan (UU No 8 / 2004)
Sedangkan keewnangan mengadili diatur dalam pasal 118 HIR/142 Rbg.
Proses penyampaian
Penyampaian gugatan ke PN
PUTUSAN PERDAMAIAN SISTEM MEDIASI
Putusan akta perdamaian dalam rangka system mediasi
Diatur dalam SEMA 1 tahun 2002 disempurkan dengan SEMA No 2/2003
Mediasi proses penyelesaian sengketa di pengadilan melalui perundingan antara pihak
yang berperkara
Perundingan yang dilakukan para pihak dibantu oleh mediator yang bersifat
membantu atau memudahkan penyelesaian yang telah ditentukan
Jawaban
Jawaban dapat berupa pengakuan atau bantahan (Vermeer) dalam jawaban bias juga
diajukan eksepsi yaitu sanggahan atau batahan dari tergugat yang tidak langsung
mengenai pokok perkara yang berisi tuntutan batalnya gugatan : eksepsi bisa di
ajukan untuk kompetensi relative (pasal 125 (2)133 HIR 149 (2),159 RBg).
diajukan pada awal sidang
kompetensi absolute (dapat di ajukan sewaktu waktu pengadilan negeri(134 HIR,160
RBg
demikian juga dalam jawaban bisa di ajukan gugat balik (gugat REKONPENSI)
adalah gugatan yang di ajukan tergugat terhadap penggugat dalam (pasal 132 A dan
132 b HIR ,pasal 157 158 RBg )
REPLIK
Sebagai penegasan terhadap gugatan dan bantahan tehadap jawaban tergugat
DUPLIK
Sebagai penegasan terhadap jawaban dan bantahan terhadap replik penggugat
PEMBUKTIAN
Pembuktian
164 HIR / 284 RBg
1. bukti tulisan HIR pasal 138,165,167, Rbg Pasal 164 ,285,305,KUHPerdata pasal 18671894
Bukti saksi
HIR Pasal 139,152,168,172 Rbg Pasal 165,179 KUHPdt
PEMBUKTIAN
Bukti persangkaan
HIR Pasal 173 Rbg pasal 310 KUHPdt Ps 1915-1922
Pengakuan
HIR Pasal 174-175-176 Rbg pasal 311-312-313 KUHPdt
Sumpah
HIR Pasal 155-158-177 Rbg pasal 182-185-314 KUHPerdata pasal 1929-1945
Pemeriksaaan Setempat (Descente)
HIR pasal 153Rbg pasal 180
Keterangan Ahli (Expertise)HIR Pasal 154
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Merupakan kesimpulan jawab-menjawab dan kejadian selama proses persidangan
khususnya tentang alat-alat bukti
PUTUSAN
Putusan adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat Negara yang diberi
wewenang untuk diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak
Syarat-Syarat Putusan
Kepala putusan
Indentitas para pihak
Pertimbangan
Amar
Putusan hakim bisa berupa dikabulkan ditolak atau tidak dapat diterima (NO)
VONIS PUTUSAN HAKIM
 VONIS PUTUSAN HAKIM
•
Putusan Condemnatoir adalah putusan menghukum
•
Putusan Consitutif adalah putusan meniadakan atau menciptakan suatu keadaan
hukum yang baru misalnya pemutusan perkawinan
•
Declaratoir bersifat menerangkan missal pengesahan anak
UPAYA HUKUM
UPAYA HUKUM
 UPAYA HUKUM BIASA
Perlawanan Verset
Upaya hukum terhadap putusan yang dijatuhkan di luar hadirnya Tergugat (Pasal 125
(3) Jo 129 HIR,149 (3) Jo 153 Rbg
Banding
Diatur dalam pasal 188-194 HIR (Dicabut dengan UU Dar No 1/1951) yang berlaku UU
No 20/1947 Tentang peradilan ulangan di jawa dan Madura pasal (199-205)
Prorogasi
Ialah megajukan suatu sengketa berdasarkan suatu persetujuan kedua belah pihak
kepada hakim yang yang sesungguhnya tidak berwenang memeriksa perkara itu
yaitu kepada hakim pengadilan Tinggi diatur dalam pasal 324 -326Rv
Kasasi
Terhadap putusan yang dimintakan banding dan yang diputus dalam tingkat akhir
selain MA dapat dimintakan kasasi ke MA oleh pihak pihak yang berkepentingan
(pasal 10 (3), 20 UU 14/70, pasal 43UU 14 Tahun 1985
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
 UPAYA HUKUM LUAR BIASA
•
PENINJAUAN KEMBALI
Putusan yang dijatuhkan dalam tingkat terakhir dan putusan yang dijatuhkan dengan
Verstek dan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk mengajukan perlawanan
dapat dimohonkan PK (Diatur dalam pasal 21 UU No 14/70 pasal 66-77 UU No
14/85 Tentang syarat syarat PK diatur dalam pasal 67 UU No 14/85
•
Perlawanan pihak ketiga (derden Verset)
Yaitu perlawanan yang diajukan oleh pihak ketiga terhadap suatu putusan yang
merugikan hak-haknya
PELAKSANAAN PUTUSAN
PELAKSANAAN PUTUSAN
Suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti
dapat melaksanakan secara sukarela oleh yang bersangkutan yaitu pihak
yang dikalahkan , apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan secara
sukarla sehingga diperlukan bantuan dari pengadilan untuk melaksanakan
putusan secara paksa dengan cara si pemohon mengajukan permohonan
pelaksanaan putusan (Eksekusi) Ke Pengadilan yang bersangkutan
196,225,200 (11) HIR 208,259,218 (2) Rbg
PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA
 PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA
• PERTAMA
Pihak berperkara dating ke pengadilan agama dengan membawa surat gugatan atau
permohonan
• KEDUA
Pihak berperkara menghadap petugasmeja pertama dan menyerahkan surat gugatan
atau permohonan minimal 2 (dua) rangkap untuk surat gugatan ditambah
sejumlah tergugat
Petugas meja pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu
berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang
kemudian ditulis dalam surat kuasa untuk membayar (skum) besarnya biaya panjar
biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut didasarkan pada pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90 UURI no 3 tahun
2006 Tentang Peradilan Agama
CATATAN…
•
Catatan
•
1 bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (Cuma Cuma),
ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari
lurah atau kepala desa setempat yang dilegalisir oleh Camat
•
2. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara diktaksir Rp 00 ditulis dalam
surat kuasa untuk membayar SKUM didasarkan pasal 237-245 HIR
•
3 Dalam tingkat pertama para pihak yang tidak mampu atau berperkara secara
prodeo perkara tersebut ditulis dalam surat gugatan atau permohonan disebutkan
alasannya penggugat atau pemohon untuk berperkara secara prodeo dan dalam
petitumnya
PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA
• KEEMPAT
Petugas meja pertama menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan kepada
pihak berperkara disertai dengan surat kuasa untuk membayar SKUM dalam
rangkap 3 (tiga)
• KELIMA
Pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (kasir) surat gugatan atau
permohonan tersebut dan surat kuasa untuk membayar SKUM
• KEENAM
Pemegang kas menandatangani surat kuasa untuk membayar SKUM membubuhkan
nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam surat kuasa untuk
membayar (SKUM) dan dalam surat gugatan atau permohonan
• KETUJUH
Pemegang kas menyerahkan asli surat kuasa untuk membayar SKUM kepada pihak
berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke Bank
PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA
•
KEDELAPAN
Pihak berperkara dating ke loket layanan bank dan mengisi slip penyetoran panjar
biaya perkara pengisian data dalam slip bank tersebut sesuai dengan surat kuasa
untuk membayar SKUM seperti no urut dan besarnya biaya penyetoran kemudian
pihak berperkara menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang
sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut
•
KESEMBILAN
Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang sudah divalidasi dari petugas
layanan bank pihak berperkara menunjukan slip pembayaran tersebut dan
menyerahkan surat kuasa untuk membayar SKUM kepada pemegang kas
PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA
KESEPULUH
Pemegang kas setelah meneliti slip Bank kemudian menyerahkan kembali kepada
pihak berperkara . pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam surat
kuasa untuk mrmbayar SKUM dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara
asli dan tindakan pertama surat kuasa untuk membayar SKUM serta surat gugatan
atau permohonan yang bersangkutan
KESEBELAS
Pihak berperkara menyerahkan kepada meja kedua surat gugatan atau permohonan
sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 rangkap serta tindakan pertama surat kuasa
adalah untuk membayar SKUM
PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA
•
KEDUA BELAS
Petugas meja kedua mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan dalam
register bersangkutan serta member nomor register pada surat gugatan atau
permohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh
pemegang kas
•
KETIGA BELAS
Petugas meja kedua menyerahkan kembali 1 rangkap surat gugatan atau permohonan
yang telah diberikan nomor register kepada pihak berperkara
.
PENDAFTARAN SELESAI
PENDAFTARAN SELESAI
PIHAK PIHAK berperkara akan dipanggil oleh jurusita / Jurusita pengganti untuk
menghadap ke persidangan setelah ditetapkan susunan majelis hakim dan hari
sidang pemeriksaan perkaranya
Download