Contoh Kasus Konflik Kepentingan

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika Dan
Filsafat
Komunikasi
PokokBahasan :
Komunikasi Dialogis dan
Konflik Kepentingan
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Marcomm
TatapMuka
13
Kode MK
DisusunOleh
MK 85009
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Conflict of interest adalah sebuah
konflik berkepentingan yang terjadi
ketika sebuah individu atau organisasi
yang
terlibat
dalam
berbagai
kepentingan.
Mahasiswa mampu menerapkan etika
secara proporsional dalam pengambilan
keputusan dalam bidang komunikasi.
Konflik Kepentingan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan
Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. Konflik dalam
organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan
respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang
telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993). Sedang menurut Pace & Faules
(1994), Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat,
dan dialami. Dapat disimplukan bahwa konflik adalah situasi dalam obyektifitas individu
mungkin berada dibawah sadar pada satu titik yang memotivasi seseorang untuk bertindak
sesuai kepentingan orang lain yang bukan kepentingan dirinya.
Adapun penyebab konflik adalah :

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Dari konflik ini dapat muncul sebuah hasil sebagai berikut :

meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami
konflik dengan kelompok lain.

2016
keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
2
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling
curiga dll.

kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik
Jenis-jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu
konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar
kelompok dan konflik antar organisasi.
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila
pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai
berikut:
1.
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
2.
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan
kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
3.
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan
tujuan.
4.
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuantujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali
menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak
menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
1.
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua
pilihan yang sama-sama menarik.
2.
Konflik pendekatan - penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua
pilihan yang sama menyulitkan.
2016
3
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu
hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa
anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan
organisasi tersebut.
c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok
kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia
berada.
d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik
antar lini dan staf, pekerja dan pekerja - manajemen merupakan dua macam bidang konflik
antar kelompok.
e. Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap
sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini
berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produkproduk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber
daya secara lebih efisien.
2016
4
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengertian Konflik Kepentingan
Menurut Wikipedia, Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang
pada posisi yang memerlukan kepercayaan, seperti pengacara, politikus, eksekutif atau
direktur
suatu
perusahaan,
memiliki
kepentingan
profesional
dan
pribadi
yang
bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk
menjalankan tugasnya. Suatu konflik kepentingan dapat timbul bahkan jika hal tersebut tidak
menimbulkan tindakan yang tidak etis atau tidak pantas. Suatu konflik kepentingan dapat
mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu profesi.
Konflik kepentingan menyebabkan benturan antara loyalitas profesional dan
kepentingan lain yang akan mengurangi kredibilitas agen moral. Konflik biasanya muncul
dari peran yang kita mainkan dalam suatu kelompok sosial. Konflik muncul sebagai tarikan
antara keberpihakan pada nilai partikular dan kewajiban secara umum. Tidak seperti nilai
kebenaran, pada konflik kepentingan tidak ada satu peraturan pun yang melarang hal-hal
yang potensial memunculkan konflik kepentingan. Konsultan komunikasi, sebagai contoh,
secara legal tidak dilarang untuk menangani klien dua pihak yang bertarung di pemilihan
kepala daerah dalam waktu yang bersamaan. Namun secara etis, hal demikian akan
memunculkan konflik kepentingan.
Maka
dapat
dikatakan
bahwa
membagi
kesetiaan
bukanlah
bagian
dari
pembentukan nilai moral dasar. Para orang tua misalnya, melarang kita untuk berbohong
atau mencuri. Namun mereka tidak pernah mengajarkan kepada kita soal konflik
kepentingan. Padahal pada kenyataannya, konflik kepentingan akan mendorong kita untuk
berbuat tidak jujur dan tidak adil. Seorang menteri yang menangani kasus kenaikan harga
kedelai tentu akan mengalami konflik kepentingan jika pada saat yang sama ia adalah
pemilik dari perusahaan pengimpor sembako. Begitu juga jurnalis yang melakukan
investigasi korupsi akan menghadapi dilema kepentingan jika kemudian salah satu kroni
atau keluarganya ternyata terlibat korupsi tersebut.
Beberapa organisasi profesi memang memiliki kebijakan tertentu untuk menghadapi
konflik kepentingan seperti dengan melarang penerimaan perquisites [penghasilan
tambahan] dan freebies [pemberian gratis] serta keterlibatan dalam organisasi politik. Kode
etik profesi juga mewajibkan jurnalis untuk menghindari konflik kepentingan. Menurut
2016
5
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Manajer Kode Etik Associated Press, jurnalis harus menghindari praktek-praktek yang
menimbulkan konflik dengan kemampuan reporter untuk menghadirkan berita dengan fair
dan tidak bias. Jeffrey Olen dalam buku Ethics in Journalism malah mengatakan bahwa
adopsi media soal peraturan-peraturan untuk menghilangkan konflik kepentingan adalah
bukan hanya untuk memaksimalkan jangkauan audiens, tapi jurnalis memang secara
mendasar memiliki kewajiban moral untuk dapat dipercaya. Seorang kritikus musik yang
menerima undangan menonton gratis suatu pertunjukan, bisa saja ia tetap objektif dalam
menulis kritik musiknya, namun audiens yang mengetahui bahwa ia menerima undangan
menonton konser gratis tetap akan memiliki keraguan ketika membaca kritik musik tersebut.
Salah satu problem utama dalam menghilangkan konflik kepentingan adalah
keterlibatan struktur pada level tinggi. Ambil contoh pada media, konflik kepentingan justru
muncul dari perusahaan besar yang notabene adalah pengiklan di media yang
bersangkutan ketika perusahaan tersebut menjadi subjek media. Pada sisi lain, beberapa
organisasi media malah dimiliki oleh perusahaan besar, seperti NBC yang dimiliki oleh
General Electric. Dalam hal ini mungkinkah divisi pemberitaan akan gencar mengungkap
skandal yang melibatkan GE? Mungin saja jawabannya iya, tapi tetap saja hal tersebut
memunculkan konflik kepentingan.
Conflict of interest adalah sebuah konflik berkepentingan yang terjadi ketika sebuah
individu atau organisasi yang terlibat dalam berbagai kepentingan, salah satu yang mungkin
bisa merusak motivasi untuk bertindak dalam lainnya.
Sebuah konflik kepentingan hanya bisa ada jika seseorang atau kesaksian
dipercayakan dengan ketidakberpihakan beberapa; jumlah sedikit kepercayaan diperlukan
untuk menciptakannya. Adanya konflik kepentingan adalah independen dari pelaksanaan
ketidakpantasan. Oleh karena itu, konflik kepentingan dapat ditemukan dan dijinakkan
secara sukarela sebelum korupsi pun terjadi. Contoh beberapa pekerjaan dimana konflik
kepentingan adalah kemungkinan besar yang harus dihadapi atau ditemukan meliputi: polisi,
pengacara, hakim, adjuster asuransi, politikus, insinyur, eksekutif, direktur sebuah
perusahaan, penelitian medis ilmuwan, dokter, penulis, dan editor.
2016
6
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Maka dari pada itu kita bisa mendefinisikan konflik kepentingan sebagai situasi di
mana seseorang memiliki atau pribadi yang cukup kepentingan pribadi untuk muncul untuk
mempengaruhi tujuan pelaksanaan tugas-nya resmi atau sebagai, katakanlah, seorang
pejabat publik, karyawan, atau profesional.
Sebuah konflik kepentingan bisa eksis dalam beberapa jenis situasi:

Dengan pejabat publik yang kepentingan pribadi bertentangan dengan jabatannya
profesionalnya.

Dengan karyawan yang bekerja untuk satu perusahaan tetapi yang mungkin memiliki
kepentingan pribadi yang bersaing dengan kerjanya.

Dengan orang yang memiliki posisi otoritas dalam satu organisasi yang bertentangan
dengan kepentingan-nya dalam organisasi lain.

Dengan orang yang memiliki tanggung jawab yang saling bertentangan.
Tidak hanya itu ada hal-hal penting yang kita dapat perhatikan untuk mengetahui konflik
berkepentingan ini, antara lain :
1. Konflik berkepentingan nyata dan dapat di bayangkan.
Pada umumnya konflik berasal dari peraturan yang kita gunakan dengan komunitas kita
dan untuk alasan tersebut, konflik menjadi bagian nyata dibanding peraturan yang kita
buat. Oleh sebab itu sering terlihat nya sebuah konflik sulit untuk dihindari. Dan ada
alasan yang masuk akal yang membuat konflik berkepentingan dapat diterima dan tidak
harus . Tapi paling tidak khalayak harus diberitahu kondisinya.
Satu masalah yang biasa ada dari sikap media dimana media profesional melihat
pontesi dari konflik berkepentingan dapat menarik banyak perhatian yang di jadikan awal
dari sebuah pemberitaan.
Media massa adalah sebuah bisnis besar dan tergantung dari banyaknya iklan yang
mendukung mereka. Bagian editorial lebih menekankan sisi komersil untuk sehariharinya. kebanyakan koran dan media penyiaran mengasingkan integritas jurnalistik dari
tekanan komersil.
2016
7
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa organisasi berita juga dimiliki oleh perusahaan yang kesetiaannya lebih ke
dasar dibandingkan kebebasan jurnalistik. ABC contohnya, ABC dimiliki oleh Walt
Disney Company.
Di dunia media kemungkinan pengunaaan konflik berkepentingan sangat tidak terhingga
dan ini menjadi kewajiban pengurus media untuk lebih sensitif kepada masalah etika
akibat dari konflik yang ada.
2. Menyadari konflik : pada keadaan tersulit.
Jika kita menghindari konflik atau paling tidak belajar untuk mengikuti mereka, kita harus
mengerti dan belajar untuk apa konflik itu ada. Beberapa orang menjadi tidak sadar
akibat dari perbuatan mereka. Walaupun demikian konflik berkepentingan bisa berasal
dari segala macam situasi. Profesionalisme media pada konflik berkepentingan ini
terdapat 3 area yang spesifik :
a. Hubungan yang saling bertentangan
Memang sulit untuk memberikan2 hal besar. Sikap dari kepribadian kita tentu saja
terbatas, ketika kita ikut serta didalam sebuah konflik yang saling bertentangan.
Beberapa contoh hubungan yang saling bertentangan adalah checkbook journalism,
personal relationship, dan the journalist as citizen.
b. Partisipasi publik yang bertentangan
Dua sisi dalam jurnalism. Kadang didalam dunia jurnalis ada dua sisi yang saling
bertentangan dimana pastisipasi publik kadang tidak sesuai dengan keinginan dari
media. Hal ini tentu saja membuat media dihadapkan pada suatu kondisi yang
bertentangan dimana di satu sisi mereka harus mendapatkan partisipasi publik tapi di
satu sisi juga mereka harus mendapat kan berita yang bisa menimbulkan partisipasi
publik yang sesuai keinginan mereka.
c. Kepentingan pribadi dan maksud tersembunyi
Konflik yang ada antara profesionalisme media dan kepentingan pribadi dengan
maksud tersembunyi terkadang menimbulkan banyak pertanyaan. Tidak beruntung
nya kepentingan pribadi dan maksud tersembunyi didalam sebuah media profesional
tidak akan terjadi pada sebuah organisasi berita yang editornya dapat memilih dan
menggunakan kedua hal ini secara tepat dan sesuai.
2016
8
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Pendekatan untuk menangani konflik yang berkepentingan.
Biasanya, tidak menghilangkan masalah dan menjelaskan masalah yang ada bisa
menjadi salah satu penanganan konflik ini.
Terdapat 3 hal yang di ikuti dan bisa berubah menjadi petunjuk moral dan dijadikan standart
dari sebuah proses moral.

Pertama, tentu saja tujuan dari penyelesaian konflik harus dihindari dari konflik
pribadi seperti ke profesionalan media dalam membuat berita.

Kedua, jika konflik tidak bisa di antisipasi, untuk mengatasi sebuah dilema, walaupun
faktanya telah ada. Misal kantor penerbit koran tidak bisa menangani masalah yang
timbul didalam perusahaan nya yang bisa dijadikan sebuah pemberitaan tetapi jika
koran tersebut menutup nutupi cerita sebenarnya, mereka harus menganggap diri
mereka terhindar dari konflik berkepentingan.

Ketiga, jika konflik kepentingan tidak bisa dihindari, ini harus di beritahu kepada
publik atau klien.
4. Konflik kepentingan : studi Kasus
Terdapat beberapa kasus mengenai konflik kepentingan. Misalnya PR practitioner yang
menjadi aktivis politik, tes DNA : media memanggil hakim dalam kasus kematian warga
kulit hitam di amerika. Kemudian kasus gen atau warna kulit di amerika.
Contoh Tindakan dari Situasi Konflik Kepentingan Antar Perusahaan & Karyawan
1. Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personel yang masih ada
hubungan keluarga (family), atau dengan perusahaan yang dikontrol oleh personel
tersebut.
Contohnya seorang pemilik sebagian dari sebuah perusahaan yang sedang
mengikuti tender penyediaan untuk Air Products, menempatkan saudara laki-lakinya
untuk mengevaluasi penawaran yang masuk.
2. Segala kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan.
Contoh : Seorang karyawan menggunakan asset perusahaan baik itu mobil,
2016
9
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komputer (internet), atau yang lain yang digunakan
untuk kepentingan atau
keperluan pribadi salah satunya seperti jalan-jalan bersama keluarganya.
3. Segala penggunaan pribadi maupun berbagi atas informasi rahasia perusahaan
demi suatu keuntungan pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang
milik perusahaan atau produk, yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut.
Contoh : Karyawan dari suatu perusahaan menyebarluaskan strategi bisnis atau
strategi pemasaran kepada perusahaan lain demi keuntungan pribadi.
4. Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang menguntungkan
pribadi.
Contoh: Seorang karyawan menjual barang kepada konsumen dengan harga yang
lebih mahal dari harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan .
5. Segala penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak ketiga yang
berhubungan dengan perusahaan.
Contoh: Tanpa sepengetahuan perusahaan, seorang karyawan bagian pembelian
barang membeli bahan baku dengan kualitas yang lebih rendah dengan standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan pada supplier lain, sehingga ia mendapatkan
keuntungan dari pihak ketiga.
Konflik Kepentingan Dalam Perusahaan
Perusahaan manapun pasti pernah mengalami konflik internal. Mulai dari tingkat
individu, kelompok, sampai unit. Mulai dari derajat dan lingkup konflik yang kecil sampai
yang besar. Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut tentang pribadi antarkaryawan,
sampai yang relatif besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan
manajemen. Contoh lainnya dari konflik yang relatif besar yakni antara karyawan dan
manajemen. Secara kasat mata kita bisa ikuti berita sehari-hari di berbagai media. Disitu
tampak konflik dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan. Apakah hal itu karena tuntutan
besarnya kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi karir, ataukah karena tuntutan hak
asasi manusia karyawan.
2016
10
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Konflik itu sendiri merupakan proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa
pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara
negatif.
Faktor-faktor kondisi konflik (Robbins, Sthepen ,2003, Perilaku Organisasi):

Harus dirasakan oleh pihak terkait

Merupakan masalah persepsi

Ada oposisi atau ketidakcocokan tujuan, perbedaan dalam penafsiran fakta,
ketidaksepakatan pada pengharapan perilaku

Interaksi negatif-bersilangan

Ada peringkat konflik dari kekerasan sampai lunak.
Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis
konflik:

Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak
dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan
subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara
optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen
kompensasi dan karir.

Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat
hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang
perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan
sumberdaya, dan pemasaran.

Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas
berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi
pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar
dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi
keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal
lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan
produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya
mampu
memproduksi
jumlah
produksi
secara
terbatas
karena
langkanya
sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.

Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh
seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian
2016
11
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem
koordinasi yang tidak jelas.
Konflik Kepentingan Organisasi dapat digambarkan, bahwa didalamnya terdapat :
1. Adanya suatu jenjang jabatan atau kedudukan yang memungkinkan semua individu
terbagi dalam posisi yang jelas.
2. Adanya pembagian kerja sesuai dengan jabatan atau posisi yang dimiliki
Jabatan ini berkaitan dengan adanya kekuasaan. Semakin tinggi jabatan seseorang
dalam suatu organisasi/suatu lembaga, maka semakin besar pula kekuasaan yang
dimilikinya. Kekuasaan ini berkaitan juga dengan kepentingan sesesorang untuk membuat
suatu aturan. Aturan atau peraturan adalah suatu perjanjian yang telah disepakati dan
mengikat sekelompok orang/lembaga/organisaasi tertentu. Aturan dibuat untuk ditaati oleh
setiap anggotanya. Namun terkadang dalam pelaksanaannya tidak semua anggota menaati
peraturan tersebut. Apalagi jika yang melanggarnya adalah seseorang yang memiliki jabatan
penting dalam organisasi/lembaga itu, maka akan sulit bagi jenjang atau kedudukan yang
berada dibawahnya untuk menegur atau mengingatkannya. Dan apabila ini dibiarkan terusmenerus bisa memicu adanya suatu konflik kepentingan. Konflik dapat terjadi antara individu
dengan individu, antara individu dengan kelompok, mapun kelompok dengan kelompok
Contoh kasus konflik kepentingan antara individu (pimpinan suatu perusahaan)
dengan kelompok (karyawan), yaitu penyalahgunaan kekuasaan untuk melakukan tindak
korupsi, seperti penggunaan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi si petinggi
perusahaan. Korupsi jelas sangat bertentangan dengan hukum yang berlaku. Tindak korupsi
akan merusak dasar kepercayaan yang justru harus diciptakan karena akan berpengaruh
besar terhadap kemajuan suatu perusahaan. Dengan adanya tindak korupsi tersebut lambat
laun perusahaan akan mengalami kerugian dan bahkan terancam bangkrut. Untuk
menghindarinya, biasanya perusahaan mengambil kebijakan dengan mengurangi/mem-PHK
karyawan-karyawannya ataupun menunda pembayaran gaji mereka. Bila hal ini tidak segera
diselesaikan tentu saja akan memicu adanya konflik, karyawan-karyawan tersebut akan
melakukan mogok kerja, atau berdemonstrasi menuntut hak & kesejahteraan mereka.
Segala tindak kejahatan dalam suatu perusahaan/organisasi harus memiliki sanksi,
misalkan dalam kasus korupsi tersebut dengan cara menurunkan pangkat jabatannya,
2016
12
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memberhentikannya ataupun mendendanya. Maka, dari itu kejujuran, kedisiplinan dan
kepatuhan dalam melaksanakan aturan sangat diperlukan guna perbaikan kualitas suatu
perusahaan/organisasi
itu
sendiri.
Para
pimpinan
dan
semua
anggota
perusahaan/organisasi harus mengetahui secara tegas bahwa kepatuhan terhadap
peraturan adalah tanggunga jawab mereka.
Sumber Konflik Sosial
Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu
beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk
dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu
yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu
ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. Kadang sesuatu yang
sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Kesimpulannya sumber konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak
rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber
konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya
rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai berikut:
(1) perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan,
(2) langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas
dan posisi, dan
(3) persaingan.
Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber daya
menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak-hak istimewa
2016
13
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
muncul, konflik kepentingan akan muncul (Johnson & Johnson, 1991). Menurut Anoraga
(dalam Saputro, 2003) suatu konflik dapat terjadi karena perbendaan pendapat, salah
paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan sensitif.
1. Perbedaan pendapat
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa
dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat
tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan
sebagainya.
2. Salah paham
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan
dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang
lain.
3. Ada pihak yang dirugikan
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing
pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak,
kurang senang atau bahkan membenci.
4. Perasaan sensitif
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain.
Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Baron & Byrne (dalam Kusnarwatiningsih, 2007) mengemukakan konflik disebabkan
antara lain oleh perebutan sumber daya, pembalasan dendam, atribusi dan kesalahan
dalam berkomunikasi. Sedangkan Soetopo (2001) juga mengemukakan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi timbulnya konflik, antara lain: (1) ciri umum dari pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik; (2) hubungan pihak-pihak yang mengalami konflik sebelum terjadi
konflik; (3) sifat masalah yang menimbulkan konflik; (4) lingkungan sosial tempat konflik
terjadi; (5) kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; (6) strategi yang biasa
digunakan pihak-pihak yang mengalami konflik; (7) konsekuensi konflik terhadap pihak yang
mengalami konflik dan terhadap pihak lain; dan (8) tingkat kematangan pihak-pihak yang
berkonflik. Ada enam kategori penting dari kondisi-kondisi pemula (antecedent conditions)
yang menjadi penyebab konflik, yaitu: (1) persaingan terhadap sumber-sumber (competition
2016
14
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
for resources), (2) ketergantungan pekerjaan (task interdependence), (3) kekaburan bidang
tugas (jurisdictional ambiguity), (4) problem status (status problem), (5) rintangan
komunikasi (communication barriers), dan (6) sifat-sifat individu (individual traits) (Robbins,
Walton & Dutton dalam Wexley & Yukl, 1988).
Schmuck (dalam Soetopo dan Supriyanto, 1999) mengemukakan bahwa kategori
sumber-sumber konflik ada empat, yaitu (1) adanya perbedaan fungsi dalam organisasi, (2)
adanya pertentangan kekuatan antar orang dan subsistem, (3) adanya perbedaan peranan,
dan (4) adanya tekanan yang dipaksakan dari luar kepada organisasi.
Sedangkan Handoko (1998) menyatakan bahwa sumber-sumber konflik adalah
sebagai berikut.
1. Komunikasi: salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit
dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu
manajer yang tidak konsisten.
2. Struktur:
pertarungan
kepentingan
atau
kekuasaan
sistem
antar
penilaian
yang
departemen
dengan
bertentangan,
kepentingan-
persaingan
untuk
memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan
dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3. Pribadi: ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan
perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan dalam nilai-nilai atau
persepsi.
Berbeda pula dengan pendapat Mangkunegara (2001) bahwa penyebab konflik
dalam organisasi adalah:
(1) koordinasi kerja yang tidak dilakukan,
(2) ketergantungan dalam pelaksanaan tugas,
(3) tugas yang tidak jelas (tidak ada diskripsi jabatan),
(4) perbedaan dalam orientasi kerja,
(5) perbedaan dalam memahami tujuan organisasi,
2016
15
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(6) perbedaan persepsi,
(7) sistem kompetensi intensif (reward), dan
(8) strategi permotivasian yang tidak tepat.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang sumber konflik sebagaimana dikemukakan
oleh beberapa ahli, dapat ditegaskan bahwa sumber konflik dapat berasal dari dalam dan
luar diri individu. Dari dalam diri individu misalnya adanya perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan
serta perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri individu misalnya adanya tekanan dari
lingkungan, persaingan, serta langkanya sumber daya yang ada.
Faktor penyebab konflik

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan,
pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan
dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai
kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus
dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena
2016
16
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi
para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna
mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat
ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan
kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu,
misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena
perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang
memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk
dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilainilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara
cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu
seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah
yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahanperubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan
proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap
semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan
masyarakat yang telah ada.
Sumber Konflik Kepentingan
Jika kita ingin menghindari konflik, atau paling tidak menguranginya, maka kita harus
mengetahui sumber koflik kepentingan. Banyak orang terjerat konflik loyalitas tanpa
menyadari adanya pelanggaran nilai etis didalamnya. Padahal kehidupa ini penuh dengan
2016
17
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
jebakan dilema loyalitas, dan jikapun kita bisa mengetahui perangkap tersebut dalam
banyak kasus kita tidak berdaya untuk menghindarinya.
Diantara sumber konflik kepentingan yang utama adalah:
a. Hubungan yang Menimbulkan Konflik [conflicting relationships]
Tentu sulit bagi seseorang untuk mengabdi pada dua tuan. Inilah yang terjadi bila kita
memiliki dua hubungan yang sama-sama memerlukan loyalitas serupa. Independensi kita
akan menjadi terbatas. Agen iklan atau praktisi PR misalnya, tugas utamanya adalah
terhadap klien. Namun jika terjadi konflik kepentingan maka pelayanan kepada klien
tersebut menjadi terbatas. Contohnya adalah ketika perusahaan PR menangani klien dari
perusahaan perminyakan, namun pada saat yang sama ia juga memiliki klien dari organisasi
pelestarian lingkungan. Tentu hal ini akan menimbulkan konflik kepentingan.
b. Pemberian dan Hadiah [gifts and perks]
Praktisi komunikasi bertanggung jawab terhadap audiensnya, dan jika ia menerima hadiah,
cenderamata dan pemberian lain yang mengandung kepentingan tersembunyi [vested
interests] maka hal tersebut akan memunculkan keraguan terhadap obyektivitas praktisi
komunikasi tersebut. Walaupun pemberian gratis tersebut berupa hal-hal yang ringan seperti
makan siang gratis, namun jika dilakukan terus-menerus maka hal tersebut akan mengikis
independensi profesi. Di mana publik, munculnya sumber konflik sama berbahaya dibanding
konflik itu sendiri.
Wacana "pengharaman" menerima hadiah memang terjadi belakangan ini. Sebelumnya,
penerimaan hadiah bukanlah sesuatu yang diharamkan. Namun seiring dengan perubahan
zaman, hal tersebut kemudian menjadi norma etis yang baru. Banyak organisasi profesi
telah membuat kode etik yang ketat terkati penerimaan hadiah dari pihak lain. Dalam hal ini
malah banyak organisasi wartawan yang menyamaratakan antara pemberian [gift] dengan
sogokan [bribe]. Keduanya, dengan sopan namun tegas, harus ditolak demi independesi
dan pertimbangan etis.
Seorang purist [orang yang mempertahankan kemurnian prinsip] bahkan akan menolak
pemberian secangkir kopi dari klien. Namun demikian, pemberian yang paling sulit untuk
2016
18
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ditolak, dan karenanya menjadi sorotan dalam kacamata etis, adalah perjalanan gratis,
seperti produser film atau musik yang melakukan tour ke sejumlah daerah untuk promosi
film atau musik mereka. Produser lalu menyediakan perjalanan gratis bagi wartawan, kritikus
film, pejabat PR, dan praktisi komunikasi lainnya untuk mengikuti tour tersebut.
c. Checkbook Juornalism
Checkbook juornalism terjadi ketika media membayar narasumber, sehingga media yang
bersangkutan akan memperoleh hak eksklusif untuk menampilkan narasumber tersebut.
Checkbook juornalism menjadi sorotan etis karena terjadi pertentangan konflik, sebagai
akibat adanya kendali dari pihak tertentu [narasumber] dalam tampilan pesan. Kasus yang
menonjok dalam sejarah adalah ketika CBS membayar Haldeman, pegawai senior mantan
presiden Richard Nixon, yang pada tahun 1975 dibayar sebesar US$100.000 untuk untuk
membeberkan skandal Watergate. Sembilan tahun kemudian CBS bahkan membayar
rekaman wawancara dengan Nixon yang berdurasi 90 menit seharga US$500.000.
Persaingan komunikasi dengan mengandalkan faktor finansial tentu bukanlah persaingan
yang sehat dan fair. Sebaliknya, persaingan yang sehat dan fair justru menekankan pada
aspek kualitas, akurasi, kecepatan dan coverage.
d. Hubungan personal
Faktor berikutnya yang sangat berpotensi memunculkan konflik kepentingan namun sangat
sulit dihindari adalah hubungan personal. Bagaimanapun praktisi komunikasi adalah juga
manusia yang niscaya mengembangkan hubungan sosial, tak terkecuali dengan klien. Maka
akan sulit jika kemudian ia harus mengkomunikasikan pesan yang bersinggungan dengan
seseorang yang memiliki hubungan personal. Maka dalam konteks ini bisa dipahami jika ada
sejumlah praktisi komunikasi yang memilih untuk menghindar dari kedekatan personal.
Maka dalam konteks ini bisa dipahami, misalnya, bahwa sejumlah organisasi/perusahaan
menerapkan larangan adanya kedekatan famili diantara karyawannya.
2016
19
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e. Partisipasi publik
Dilema konflik kepentingan juga muncul dari kenyataan bahwa praktisi komunikasi juga
bagian dari publik secara umum. Dengan demikian ada interaksi antara dirinya dengan
masyarakat dimana ia berada.
Pendekatan Terhadap Konflik Kepentingan
Sejatinya tidak ada solusi yang tuntas bagi penyelesaian konflik kepentingan. Namun
demikian Louis Alvin Day [1996: 162] menyodorkan tiga pendekatan untuk mengatasi konflik
kepentingan, yakni:

Penetapan tujuan sedemikian rupa sehingga konflik kepentingan bisa dicegah.
Konflik mesti dicegah dengan menjadikan tugas [duty based] sebagai koridor tingkah
laku praktisi komunikasi.

Jika konflik tidak dapat diantisipasi, setiap upaya harus dikerahkan untuk mengatasi
konflik. Misalnya suatu koran melakukan investigasi kasus korupsi yang melibatkan
pemilik saham. Maka harus dipertimbangkan betul sejauh mana investigasi
dijalankan dan sejauh mana hasil investigasi ditulis dalam koran. Hal ini
dimaksudkan agar potensi konflik kepentingan tidak kemudian berkembang menjadi
konflik sesungguhnya.

Jika konflik kepentingan tidak bisa dicegah, maka publik atau klien harus mengetahui
akan adanya konflik tersebut. Konsultan PR yang menangani klien dua organisasi
yang berseberangan misalnya, harus memberi tahu kepada kedua klien tersebut
tentang adanya konflik kepentingan dimaksud. Dengan demikian akan dicari
langkah-langkah produksi pesan yang menguntungkan kedua klien tersebut. Prinsip
ini juga merupakan penerapan dari prinsip golden mean yang dikemukakan oleh
Aristoteles.
Contoh Kasus Konflik Kepentingan
a. Real, yaitu timbul jika aksi dengan motivasi yang tidak tepat terjadi. Contoh kasus
tertangkapnya Nunun Nurbaiti sebagai tersangka kasus pemilihan Deputi Senior
Bank Indonesia di Thailand. Nunun tak lain adalah istri dari Adang Darajatun mantan
Wakapolri. Dalam kasus ini kita bisa lihat bahwa dengan kekuasaannya mantan
Wakaplori bisa melindungi sang istri selama bertahun–tahun. Disinilah terlihat konflik
2016
20
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kepentingan antara seorang suami dan mantan wakapolri untuk membela kepetingan
negara atau istri tercinta.
Conflict of Interest Penegakan Hukum di Indonesia
Komitmen Indonesia sebagai negara hukum tentu tidak hanya didengungkan dalam
ruang legalistik positivistik semata. Tidak hanya dikurung dalam konstitusi seperti
postulasi di awal tulisan ini, namun dapat dibuktikan secara aktual dan faktual. Akan
tetapi negara hukum Indonesia akan terbayar murah dan status negara hukumnya
terancam dengan melihat adanya praktik-praktik penegakan hukum belakangan ini.
Konsep the rule of law yang diimplementasikan oleh aparatur hukum dari kepolisian
hingga lembaga peradilan dan bahkan komisi dan satgas sekalipun luput dari citacita penegakan hukum yang independen, imparsial, dan bebas dari intervensi
kekuasaan maupun politik. Kondisi tersebut terjadi lantaran campur tangan politik
(partai politik dan politisi) dalam aktivitas penegakan hukum. Hal inilah yang
kemungkinan menjadi pintu masuk robohnya negara hukum Indonesia yang
kemungkinan akan terdegradasi oleh negara kekuasaan sentralis (machstaat) jika
tetap dipertahankan. Negara hukum pun dipertanyakan.
Campur Tangan Politik
Di samping adanya faktor-faktor kriminogen terkait dengan terjadinya infiltrasi antara
hukum dan politik belakangan ini, tentunya tidak dapat dilepaskan dari peran dan
karakteristik kepemimpinan. Hal yang lumrah untuk dilontarkan karena kasus-kasus
besar dan berdimensi struktural saat ini setidaknya melibatkan partai politik
penguasa negara ini. ICW mencatat ada 10 kasus korupsi yang melibatkan Partai
Demokrat.
Tidak terimplementasikannya penegakan hukum secara independen, tentu tidak
hanya karena masalah sikap aparatur (attitudinal problem) namun juga karena
intervensi politik, yang keduanya bersinergi secara simultan. Ketua KPK pun
mengakui proses pemberantasan korupsi terhambat oleh politik (Republika, Rabu,
27 Juli 2001). Beberapa kasus extra ordinary crime yang mampir di KPK mayoritas
dipengaruhi oleh konfigurasi politik, misalnya ditelantarkannya kasus Bank Century
yang sampai saat ini tidak mendapatkan kepastian hukum dan hanya mentah di
DPR. Dalam hal tersebut jelas dan tentu dimenangkan oleh partai-partai yang
berkepentingan dengan keberadaan eksekutif saat ini. Dalam kasus Bank Century
2016
21
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berpotensi menyeret para pemilik kursi eksekutif, seperti mundurnya Sri Mulyani dari
Menteri Keuangan lantaran terseret dalam kasus ini.
Adapun kasus lain yang kini tengah mendapat sorotan publik yang melibatkan
mantan Bendahara Partai Demokrat Nazaruddin, yakni terkait dugaan korupsi dalam
program pembangunan wisma atlet SEA Games dan tenaga kependidikan,
Kemendiknas. Dalam kasus ini konon kader Partai Demokrat tersebut telah
menyumbang Rp 13 miliar ke Partai Demokrat, dan dalam pengakuannya
Nazaruddin diperintahkan untuk lari ke luar negeri oleh pimpinan umum Partai
Demokrat agar tidak terjamah oleh hukum. Meskipun belum bisa dipastikan semua,
pengakuan Nazaruddin di beberapa media massa adalah benar, patut untuk diduga
bahwa telah terjadi campur tangan politik dalam aktivitas penegakan hukum di
Indonesia. Dan masih ada beberapa kasus yang kemungkinan melibatkan beberapa
kader partai politik termasuk Andi Nurpati dari Demokrat dalam kasus mafia pemilu,
Agusrin Najamudin, Gubernur Lampung yang dalam kasusnya divonis bebas oleh
hakim Syarifudin Umar. Nunun Nurbaetie tersangka suap pemilihan Deputi Senior
Gubernur BI yang hingga saat ini masih melancong ke luar negeri.
b. Potensial, timbul jika adanya kesempatan bagi satu komunitas menggiring seseorang
untuk bertindak tidak sesuai dengan haknya. Dalam kasus pemilihan Deputi Senior
Bank Indonesia diindikasikan tidak hanya melibatkan sang suami yang ikut membela
selama pelarian. Namun ada pihak pihak lain seperti Miranda G, dan anggota DPR
pada era tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ada sekelompok besar yang juga
andil dalam perlarian Nunun selama ini guna melindungi mereka dari hukum.
Hasilnya bisa kita lihat kasus ini berlarut – larut sampai sekarang bahkan KPK pun
belum menemukan titik terang mengenai kasus tersebut.
c. Imaginer, timbul pada imainasi sesorang saja dan tidak ada secara realitas.
Epik pertarungan ”cicak melawan buaya” tiba pada titik yang mengaduk-aduk emosi
masyarakat luas dengan ditahannya Wakil Ketua KPK (nonaktif) Bibit Samad Rianto
dan Chandra M Hamzah oleh Polri.
Penjelasan Presiden dan Kepala Polri, kelihatannya tidak mampu meredam gejolak
tersebut —bila tidak hendak dikatakan justru menuai kekecewaan masyarakat.
Praktis berakhir sudah masa ”bulan madu” 100 hari pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono jilid 2.
Banyak pihak di kalangan masyarakat sipil berpendapat bahwa bola kini berada di
tangan Presiden SBY, dan di situlah titik kekecewaan mereka, sebab Presiden
2016
22
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bersiteguh tidak mau mengintervensi proses hukum yang tengah berlangsung. Di
sinilah tidak terdapat titik temu antara tuntutan masyarakat sipil dan Presiden.
Deadlock.
Dalam perspektif tertentu, pendirian Presiden SBY tersebut dapat dimengerti.
Presiden memang tak bisa melakukan intervensi atas sebuah proses hukum. Akan
tetapi, di sisi lain, Presiden juga tidak boleh alpa bahwa ”keunikan” perkara ini
ketimbang perkara-perkara hukum lain seumumnya adalah bahwa kalau bicara
proses hukum, secara umum diasumsikan bahwa yang menyelenggarakan proses
hukum—kepolisian dan kejaksaan—adalah pihak yang netral dan obyektif karena
mereka bukan merupakan pihak yang terlibat dalam perkara yang sedang diproses.
Adapun dalam perkara ini, perkaranya melibatkan mereka yang menyelenggarakan
proses hukum terhadap perkara itu sendiri. Dengan kata lain, proses hukum ini
berlangsung di tangan pihak-pihak yang berkepentingan. Di sini terjadi conflict of
interest.
Buah simalakama
Maka, wajar belaka bila masyarakat sulit bersedia memercayai kredibilitas proses
hukum yang sedang berlangsung. Wajar belaka bila mereka berwasangka bahwa
sedang berlangsung suatu skenario kriminalisasi KPK, apalagi dengan adanya
serangkaian kejanggalan di mata mereka. Di sinilah letak buah simalakama bagi
Presiden.
Oleh karena itu, satu-satunya jalan keluar bagi Presiden adalah membentuk tim
independen dugaan kriminalisasi KPK tersebut, yang dapat dibentuk melalui
keputusan presiden. Dengan demikian, ia dapat memenuhi desakan agar ia turun
tangan sekaligus tidak dianggap memihak atau mengintervensi dalam masalah ini.
Tim tersebut harus beranggotakan orang-orang yang bukan berasal dari Polri,
kejaksaan, maupun KPK. Lebih dari itu, mereka haruslah orang-orang yang memiliki
kecakapan yang dibutuhkan serta independensi dan integritas yang tinggi. Tugas tim
ini adalah melakukan kajian secara komprehensif dan tuntas terhadap dugaan
kriminalisasi KPK ini, membuat rekomendasi, lalu melaporkannya kepada presiden
dan masyarakat umum.
Dengan demikian, apa yang dilakukan tim ini selain akan membuat terang perkara
ini secara obyektif juga sekaligus akan berfungsi sebagai semacam audit terhadap
penanganan Polri dan kejaksaan atas perkara ini. Apakah, misalnya, secara hukum
valid apabila polisi menahan orang di antaranya dengan alasan sering menggelar
konferensi pers sehingga penyidik merasa terganggu—apa, misalnya, landasannya
dalam KUHAP, UU Polri, atau peraturan perundang-undangan lain.
2016
23
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tentu saja, kedua pimpinan nonaktif KPK itu bukanlah dewa. Mereka juga bisa
salah. Akan tetapi, demikian pula sebaliknya, para insan Polri juga bukanlah dewa
sehingga pelaksanaan kewenangan mereka, meminjam kata-kata Presiden SBY
sendiri ketika bertandang ke kantor harian ini sekitar empat bulan silam, ”must not go
unchecked”—dengan kata lain: must not go unaudited.
Tak kurang Presiden SBY sendiri pula yang menyatakan kepolisian harus bisa
menjelaskan latar belakang, alasan, serta rujukan hukum tindakannya dalam proses
hukum. Justru inilah yang bagi masyarakat terasa absen dan tak kunjung tiba dari
pihak Polri. Ini semua perlu walau kita menyadari bahwa proses hukum memang
harus berjalan lebih cepat. Hanya saja proses hukum seyogianya mendengar dan
menyimak juga hasil kerja tim independen yang meneliti compliance terhadap due
process of law.
Tim independen ini tidak mesti bersifat pro yustisia karena, sayangnya, kita tidak
mengenal lembaga special prosecutor dalam sistem hukum kita. Namun, tim ini
memberikan laporan dan rekomendasi kepada Presiden dan masyarakat umum.
Selanjutnya, Presiden mengambil tindakan berdasarkan laporan dan rekomendasi
tersebut. Hanya dengan cara inilah kredibilitas, integritas, dan legitimasi proses
hukum perkara ini—dan juga pemerintahan SBY—bisa diselamatkan. Langkah ini
adalah langkah yang bijaksana dan akan menjadi graceful exit bagi Presiden dari
kemelut ini berikut bola panas yang sedang berada di tangannya. Langkah ini
bahkan mungkin akan menjadi graceful exit bagi semua pihak yang terkait dalam
gonjang-ganjing ini.
Presiden
Presiden sudah menciptakan preseden semacam itu bagi dirinya ketika membentuk
Tim Lima perekomendasi Pelaksana Tugas KPK beberapa waktu lalu. Sebagai
anggota Tim Lima, penulis mengalami sendiri tiadanya intervensi atau ”titipan” apa
pun dari Presiden SBY terhadap tim tersebut. Presiden menerima baik laporan tim
tersebut dan kemudian melaksanakan rekomendasinya. Oleh karena itu, agaknya
tidak terdapat alasan bagi Presiden untuk tidak mengulanginya lagi kali ini.
Dalam dunia politik, terdapat semacam ”hukum tak tertulis” yang berbunyi ”bulan
madu 100 hari pertama”: selama 100 hari pertama sebuah pemerintahan baru,
pihak-pihak yang kritis terhadap pemerintah biasanya ”menahan diri” tidak berteriak
terlalu keras dahulu guna memberikan kesempatan kepada pemerintah tersebut.
Akan tetapi, sungguh sangat patut disayangkan bahwa akibat prahara ini praktis
sirna sudah masa bulan madu 100 hari SBY sebelum waktunya.
2016
24
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebagaimana kita saksikan hari-hari ini, suara-suara keras nan lantang yang
ditujukan kepada Presiden SBY terkait prahara ini kini telah bergema di mana-mana.
”Hukum tak tertulis” itu ”terpaksa” dilanggar sudah. Oleh karena itu, bila Presiden
masih hendak menyelamatkan ”bulan madu”-nya, take action right now: bentuk tim
independen pengusut dugaan kriminalisasi terhadap pimpinan KPK!
Kesimpulan : Dari semua kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang atau
kelompok mempunyai kepentingan terhadap suatu hal, keadaan, atau kasus maka mereka
akan mencoba mengintervensi permasalahan tersebut guna melindungi hak–hak atau
kepentingan mereka. Dalam bentuk apapun konflik itu, semuanya mengandalkan
kekuasaan, dimana etika atau bahkan hukum dilanggar.
2016
25
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
1. A. Judge. Timothy dan Stephen P.Robbins. 2008. Prilaku Organisasi, Edisi 12.
Jakarta : Salemba Empat
2. Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ:Prentice
Hall.
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_kepentingan
2016
26
Etika dan Filsafat Komunikasi
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download