PENGARUH PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI

advertisement
PENGARUH PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
TERHADAP ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SERANG
PERIODE 2001-2007
Oleh:
Agis Andriansyah Hidayat
NIM: 204082002459
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGARUH PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
TERHADAP ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SERANG
PERIODE 2001-2007
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Agis Andriansyah Hidayat
NIM: 204082002459
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM
Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si
NIP. 130 676 334
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
Hari ini Jumat Tanggal 12 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Agis Andriansyah Hidayat
NIM:
204082002459 dengan judul Skripsi ”PENGARUH PENERIMAAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN
SERANG PERIODE 2001-2007”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Desember 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE., Ak., M.Si
Ketua
Rahmawati, SE., MM
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Hari ini Senin Tanggal 22 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Agis Andriansyah Hidayat NIM: 204082002459 dengan judul Skripsi
”PENGARUH PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP
ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SERANG PERIODE 20012007”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM
Ketua
Rahmawati, SE., MM
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
Jenis Kelamin
Tempat/Tanggal Lahir
Agama
Status Perkawinan
Alamat
Telepon/ Hp
Email
Agis Andriansyah Hidayat
Laki-laki
Pandeglang, 24 Agustus 1986
Islam
Belum Menikah
Kp/Desa Cigandeng RT 02/RW 01 N0. 01
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang - Banten
: (021) 94842215 / 085219203643
: [email protected]
:
:
:
:
:
:
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1.
2.
3.
4.
SDN Cigandeng I Menes-Pandeglang
MTs MA Pusat Menes-Pandeglang
SMAN 4 Pandeglang
S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi
1998
2001
2004
2004-Sekarang
PENGALAMAN ORGANISASI
1. BEM Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial
2. BEM Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial
Anggota Divisi Seni dan
Budaya
Anggota Divisi Kerohanian
2005-2006
2006-2007
The Influence of Acceptance Income Original Area to Budget Area
Sub Province Serang Period 2001-2007
By:
Agis Andriansyah Hidayat
ABSTRACT
The purpose of this research is to know influence of Acceptance Income
Original Area to Budget Area is Sub-Province Serang Period 2001-2007. The variable
used in this research is Acceptance Income Original Area (X) as an independent
variable to Budget Area (Y) as a dependent variable.
The data have been taken in this research obtained from Finance Organizer and
Asset Area on Duty (DPKAD) Sub-Province Serang in the form of report realization
Acceptance Income Original Area and Budget Area Period 2001-2007. This research
use simple regression linear method with statistic t-test, correlation test, and
determination test.
The result of the research to indicate that Acceptance Income Original Area
influence to Budget Area in Sub-Provinces Serang Period 2001-2007 with coefficient
determination is 0,931 or 93,1%. Acceptance Income Original Area has positive
correlation with Budget Area of equal to 0,965 or 96,5%. Statistic t-test indicate level
significant is 0,000 < 0,05 it means that Acceptance Income Original Area influence
significant to Budget Area Sub Province Serang.
Keyword: Acceptance Income Original Area, Budget Area
Pengaruh Penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang Periode 2001-2007
Oleh:
Agis Andriansyah Hidayat
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang Periode 2001-2007.
Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(X) sebagai variabel bebas terhadap Anggaran Belanja Daerah (Y) sebagai variabel
terikat.
Data yang diambil dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang berupa laporan realisasi Penerimaaan
Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Belanja Daerah Periode 2001-2007. Penelitian
ini menggunakan metode regresi linear sederhana dengan uji koefisien determinasi, uji
koefisien korelasi, dan uji t-statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang tahun 2001-2007
dengan koefisien determinasi R2 sebesar 0,931 atau 93,1%. Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah mempunyai hubungan (korelasi) positif dengan Anggaran Belanja Daerah
sebesar 0,965 atau 96,5%. Uji t-statistik menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,000 <
0,05 artinya bahwa Penerimaan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang.
Kata kunci: Penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Anggaran Belanja Daerah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robill ‘Aalamiin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT,
Tuhan semesta alam. Kepada-Nya kita memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-
Nya kita memohon petunjuk dan hidayah dari-Nya. Kepada-Nya kita wajib bersyukur
atas rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan dan tauladan kita Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar
Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan
kesulitan telah penulis hadapi. Namun, berkat petunjuk dan hidayah Allah SWT,
dukungan, bimbingan, serta bantuan berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda dan Ibunda yang tidak pernah mengenal kata
lelah dan tak pernah berhenti untuk mencurahkan keringat dan air mata untuk
merawat, mendidik, membesarkanku dengan penuh rasa kasih sayang, tulus, dan
sabar. Do’a yang kalian panjatkan kepada Allah SWT dengan tetesan dan cucuran
air mata dalam setiap sujud, dzikir demi kesuksesan buah hatinya telah memberikan
semangat dalam setiap langkah kehidupanku. Semoga segala ukiran indah yang
telah mereka perbuat menjadi penyebab atas turunnya Rahmat dan Ampunan-Mu
dan menjadi sebab lindungan-Mu di setiap langkah kehidupan mereka. Amiin
2. Terimakasih untuk adik-adiku tersayang Apep, Anres, Melis dan Melsa yang telah
memberikan semangat dalam setiap langkahku dan memberikan warna yang begitu
indah dalam hidupku. Adiku Apep yang selalu setia menemaniku disaat suka
maupun duka yang telah banyak membantu dan memotivasi selama pembuatan
skripsi A’a. Semoga Apep juga cepat selesai kuliahnya, Amiin. A’a sayang kalian
semua.
3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, waktu dan ilmunya, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang
Bapak berikan menjadi amal jariah yang tidak terputus sampai kapanpun.
4. Bapak Afif Sulfa SE., Ak, M.Si selaku Dosen pembimbing II, terimakasih atas
segala bimbingan, motivasi dan waktu yang telah diberikan, semoga segala kebaikan
dan ketulusan yang Bapak berikan menjadi amal jariah yang tidak terputus sampai
kapanpun.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Afif Sulfa SE, AK., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Ibu Yessi Fitri
SE, AK., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.
7. Para penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Abdul Hamid MS, Amilin SE., AK.,
M.Si, Rahmawati, SE., MM.
8. Para penguji ujian Skripsi: Prof. Dr. Abdul Hamid MS, Dr. Yahya Hamja, MM,
Rahmawati, SE., MM.
9. Seluruh Dosen FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmunya, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu.
10. Segenap Staf Tata Usaha FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Mba
Ani, Ka Isma, Pak Sukmadi, Mas Sendy, Mas Alfred, terimakasih atas pelayanan
yang telah diberikan.
11. Bapak Drs. M. Juhro terimakasih telah banyak memotivasi penulis.
12. Bapak Yudi Tuchlani, SH selaku Kabid Wasbang dan Kewaspadaan Nasional dan
Bapak Yul Syafril, SH selaku Kasubid Wasbang dan Kewaspadaan Nasional
Kabupaten Serang, Teh Ratih Astri, serta seluruh pegawai Badan Kesbang Politik,
Linmas, dan Pol PP Kabupaten Serang.
13. Bapak Drs. H. Toto Suharto, M.Si Selaku Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang dan Ibu Dra. Hj. Emi Selaku Sekretaris
DPKAD Kabupaten Serang.
14. Bapak Soleh Muslim, Bsc Selaku Kabid Anggaran dan Perbendaharaan.
15. Bapak Iman Farid S, Sos Selaku Kasi Anggaran dan Perbendaharaan, yang telah
banyak membantu dan memotivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak. Serta seluruh pegawai
DPKAD Kabupaten Serang terimakasih atas bantuannya.
16. Teman-teman terbaiku: Juni, Gita, Ka Edi, Andi, Khoir terimakasih atas
bantuannya. Sahabat-sahabat terbaikku dikampus: Ferdi, Edy, Ama, Santo, Syifa,
Indah, Ka Reni, Nanang, Andi, Dika, Uchu, Nanda, Herlina, dan semua sahabatku di
Akuntansi 2004, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
17. Teman-teman kosan Kasim, Iyan, Ado, Oby, Fauzi, Rifki, Fahri, Jay, Agung, Nasir,
Dadang, Agus, Iin, terimakasih atas bantuan dan motivasinya.
18. Pihak-pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu, penulis akan selalu mengingat atas
kebaikan dan doa-doanya.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik. Akhir kata penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Juni 2009
Agis Andriansyah Hidayat
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...........................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI............................................
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................
iv
ABSTRACT ................................................................................................
v
ABSTRAK ..................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR.................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
BAB. I. PENDAHULUAN
A. ...........................................................................................Latar
Belakang Penelitian..........................................................
1
B. ...........................................................................................Perumusan
Masalah ...........................................................................
5
C. ...........................................................................................Tujuan dan
Manfaat Penelitian....................................................................
5
1. Tujuan Penelitian .................................................................
5
2. Manfaat Penelitian ...............................................................
6
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-dasar Perpajakan.............................................................
7
1. Pengertian Pajak ..................................................................
7
2. Fungsi Pajak ........................................................................
8
3. Asas Pemungutan Pajak .......................................................
9
4. Jenis-jenis Pajak...................................................................
10
5. Sistem Pemungutan Pajak ....................................................
12
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD).................................................
13
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)............................................
14
a. Pajak Daerah ....................................................................
14
b. Retribusi Daerah ..............................................................
18
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan......
22
d. Lain-lain PAD yang Sah...................................................
22
C. Anggaran Belanja Daerah dalam APBD....................................
23
D. Penelitian Sebelumnya..............................................................
25
E. Perbedaan Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya ....
27
F. Kerangka Pemikiran .................................................................
27
G. Hipotesis...................................................................................
28
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
29
B. Metode Penentuan Sampel........................................................
29
C. Metode Pengumpulan Data.......................................................
30
D. Metode Analisis .......................................................................
30
E. Operasional Variabel Penelitian................................................
34
BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..........................................
35
1. Kabupaten Serang ................................................................
35
a. Sejarah Kabupaten Serang ...............................................
35
b. Visi dan Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Serang .......
40
c. Keadaan Wilayah Kabupaten Serang ...............................
41
2. DPKAD Kabupaten Serang..................................................
42
B. Penemuan dan Pengolahan Data ...............................................
50
1. Temuan dan Pembahasan ...................................................
50
2. Pengolahan Data dan Hasil Pengujian Statistik.....................
56
a. Uji Normalitas..................................................................
57
b. Uji Hipotesis ....................................................................
58
BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..............................................................................
66
B. Implikasi ..................................................................................
67
C. Saran ......................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
69
LAMPIRAN ................................................................................................
73
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
3.1
Kriteria Korelasi
33
4.1
Sumber-Sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Serang Tahun 2001-2007
50
4.2
53
4.3
Kontribusi penerimaan PAD terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang Tahun 2001-2007
Daftar Realisasi PAD dan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten
Serang Tahun 2001-2007
4.4
Hasil Uji Koefisien Determinasi
58
4.5
Hasil Uji Koefisien Korelasi
60
4.6
Hasil Uji t-statistik
63
DAFTAR GAMBAR
56
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
27
4.1
Hasil Uji Normalitas
57
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
1
Hasil Output SPSS
2
Laporan Realisasi APBD Kabupaten Serang Tahun
2001-2007
Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi
di Kabupaten Serang Tahun 2007
Jumlah Perusahaan Industri Besar/Sedang dan Tenaga
Kerja di Kabupaten Serang Tahun 2007
Struktur Organisasi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang
Surat Keterangan Riset
3
4
5
6
Halaman
73
77
90
91
92
93
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Disahkannya UU No. 22 tahun 1999 (direvisi dengan UU No.32 tahun 2004)
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 (direvisi dengan UU No.33
Tahun 2004) tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, telah
menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan
daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang dikenal sebagai era otonomi
daerah.
Dalam otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih
besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain
adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, memudahkan
masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan
persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Sejalan
dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali
sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan dan
pembangunan di daerahnya melalui PAD (Setiaji dan Adi, 2007).
Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan
personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah dalam jumlah
besar. Sementara, sejauh ini dana perimbangan yang merupakan transfer keuangan
oleh pusat kepada daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah,
meskipun jumlahnya relatif memadai yakni sekurang-kurangnya 25 persen dari
Penerimaan Dalam Negeri dalam APBN, namun daerah harus lebih kreatif dalam
meningkatkan PAD-Nya untuk meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam
pembelanjaan APBD-Nya (Sidik, 2002 dalam Setiaji dan Adi, 2007).
Menurut Ahmad Yani (2008:51), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sumber-sumber pendapatan asli
daerah terdiri dari:
1. pajak daerah
2. retribusi daerah
3. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu syarat utama
keberhasilan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undangundang Nomor 5 tahun 1974. Sehingga kepada daerah diharapkan agar mampu
mengoptimalkan penerimaan-penerimaan dari sektor ini dalam pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan tanpa adanya ketergantungan
yang berlebihan kepada pemerintah pusat (Sofwani dkk., 2005).
Dalam penciptaan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus beradaptasi
dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai
sektor yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber PAD. Dengan
meningkatnya pelayanan publik, diharapkan kontribusi masyarakat semakin
meningkat, sehingga penerimaan PAD pun akan meningkat. Sidik (2002) dalam
Harianto dan Adi (2007), menegaskan bahwa keberhasilan peningkatan PAD
hendaknya tidak hanya diukur dari jumlah yang diterima, tetapi juga diukur dengan
perannya untuk mengatur perekonomian masyarakat agar dapat lebih berkembang,
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Dalam penyelenggaraan tugas dan kewenangannya, maka pemerintah daerah
akan terus mengupayakan agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi andalan
dalam APBD. Sumber utama pembangunan suatu daerah harus dapat dibiayai dari
Pendapatan Asli Daerah sehingga daerah tidak bergantung dari subsidi pusat (Tjip
Ismail, 2004 dalam Ariyanto, 2006).
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja
daerah dalam APBD. Alokasi anggaran belanja daerah ini didasarkan pada
kebutuhan daerah, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun
pembangunan. Kebijakan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja
daerah, senantiasa diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan yaitu
peningkatan kemakmuran yang merata, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
stabilitas yang mantap (www.dipenda.go.id dalam Abdullah, 2004).
Kabupaten Serang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi
Banten. Propinsi Banten merupakan Propinsi yang muda yang berdiri pada tanggal 4
Oktober 2000. Pembentukan Propinsi ini menjadikan Kabupaten Serang sebagai
pusat pemerintahan, sehingga dalam perkembangannya Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memajukan
daerah melalui sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tercatat dari tahun 2001-2007
realisasi penerimaan PAD Kabupaten Serang mengalami peningkatan.
Indikasi-indikasi di atas membuat penulis tertarik untuk meneliti pengaruh
penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten
Serang. Selain itu, alasan lain yang mendasari penelitian ini juga didasarkan pada
penelitian sebelumnya:
Adam Hesa (2006) dengan judul “Analisis Hubungan Pendapatan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah (ABD) Kota Depok
Periode 2000-2004”. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa variabel
independen yaitu Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai hubungan yang
tidak signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah Kota Depok.
Ariyanto (2006) dengan judul “Analisa Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Depok Tahun
2000-2005”. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah
berpengaruh terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Depok.
Arniyanti Ayuningtyas (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah" (Studi Kasus
Pada Seluruh Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah). Berdasarkan penelitiannya
disimpulkan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebelum dan sesudah
otonomi berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Daerah.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, berdasarkan tinjauan penulis terhadap
peneliti sebelumnya, untuk itu penulis mencoba menelitinya dalam bentuk skripsi
yang berjudul “Pengaruh Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Terhadap
Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang Periode 2001-2007”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dirumuskan yaitu apakah Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Anggaran Belanja
Daerah Kabupaten Serang.
2. Manfaat Penelitian
Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak diantaranya:
a. Bagi penulis, yaitu dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman dibidang ekonomi dan perpajakan yang diperoleh selama dibangku
kuliah, khususnya mengenai PAD dan Anggaran Belanja Daerah.
b. Bagi instansi terkait, dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Serang yaitu:
1) Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah untuk lebih dapat
meningkatkan penerimaan PAD.
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevalusai efektifitas dan efisiensi
penggalian sumber-sumber penerimaan PAD.
c. Bagi masyarakat yaitu dapat memberikan gambaran tentang pentingnya
penerimaan PAD terhadap Anggaran Belanja Daerah.
d. Bagi Akademik yaitu dapat menambah informasi tentang PAD dan Anggaran
Belanja Daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli dalam
bidang perpajakan yang memberikan pengertian berbeda, namun pada intinya dan
tujuannya sama.
Berikut ini beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli dalam
Ilyas dan Burton (2004:4) yaitu:
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa,
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaranpengeluaran umum.
Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Smeets
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang individual. Maksudnya adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Soeparman Soemahamidjaja
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang
dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra-prestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Dari 4 (empat) pengertian pajak di atas, dapat disimpulkan bahwa ada lima
unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu:
a. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.
b. Sifatnya dapat dipaksakan.
c. Tidak ada kontraprestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak.
d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta).
e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin
dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
2. Fungsi Pajak
Menurut Waluyo (2008:6), terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi penerimaan
(budgeter) dan fungsi mengatur (reguler).
a. Fungsi penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi mengatur (reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih
tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang
mewah.
3. Asas Pemungutan Pajak
Menurut Siti Resmi (2003:9-10), terdapat tiga asas pemungutan pajak yaitu
asas domisili (asas tempat tinggal), asas sumber, dan asas kebangsaan,
a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik
penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan yang berasal
dari luar negeri. Setiap wajib pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di
wilayah Indonesia (Wajib Pajak Dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh
penghasilan yang diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
b. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan
yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib
pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan
pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi.
c. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan
suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap
orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia.
4. Jenis-jenis Pajak
Menurut Ilyas dan Burton (2004:17), terdapat berbagai jenis pajak yang
dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu menurut sifatnya, sasarannya/objeknya,
dan lembaga pemungutannya.
a. Menurut Sifatnya
1) Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan
secara
berulang-ulang
pada
waktu-waktu
tertentu,
misalnya
Pajak
Penghasilan.
2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada
orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa tertentu
saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.
b. Menurut Sasaran/ Objeknya
1) Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya). Setelah diketahui
keadaaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya
pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya Pajak Penghasilan.
2) Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan atau melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau
peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah
diketahui objeknya barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan
hukum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan
Nilai.
c. Menurut Lembaga Pemungutannya
1) Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang
dalam pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat
Jenderal Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat tersebut dikumpulkan dan
dimasukkan sebagai dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PBB, Pajak/Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Bea Materai.
2) Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang
dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
(Dipenda). Hasil dari pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan
dimasukkan sebagai penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
Contoh Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi): Pajak Kendaraan Bermotor, Bea
Balik Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Contoh Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten): Pajak Hotel dan Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan
dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan.
5. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Erly Suandy (2005:136), sistem pemungutan pajak dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) macam yaitu official assessment system, self assessment system,
dan withholding system.
a. Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak di mana jumlah
pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan
ditetapkan oleh fiskus/aparat pajak. Jadi dalam sistem ini wajib pajak bersifat
pasif sedangkan fiskus bersifat aktif. Menurut sistem ini utang pajak timbul
apabila telah ada ketetapan pajak dari fiskus. Dengan demikian jika
dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka official assessment
system sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran formal, artinya
utang pajak timbul apabila sudah ada ketetapan pajak dari fiskus.
b. Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak di mana wajib pajak
harus menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan jumlah pajak
yang terutang. Aparat pajak (fiskus) hanya bertugas melakukan penyuluhan
dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian
jika dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka self assessment
system sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran materiil, artinya
utang pajak timbul apabila ada yang menyebabkan timbulnya pajak
(tatbestand). Untuk mensukseskan self assessment system ini dibutuhkan
beberapa prasyarat dari wajib pajak, antara lain:
1. Kesadaran wajib pajak (Tax consciousness)
2. Kejujuran wajib pajak
3. Kemauan membayar pajak dari wajib pajak (Tax mindedness)
4. Kedisiplinan wajib pajak (Tax disciplin)
c. Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang mana besarnya
pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang
dimaksud disini antara lain pemberi kerja, dan bendaharawan pemerintah.
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Ahmad Yani (2008:51), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PAD merupakan pendapatan asli daerah yang potensinya berada didaerah dan
dikelola oleh pemerintah yang bersangkutan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini
merupakan salah satu sumber pendapatan yang cukup diandalkan oleh pemerintah
daerah Kota/Kabupaten, karena dana ini murni digali sendiri dan dapat digunakan
sepenuhnya untuk dimanfaatkan sesuai prioritas daerah dalam menjalankan
penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan daerah (Soeratno dan Soeparmono,
2002:15).
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak dapat dipisahkan dari
pendapatan daerah secara keseluruhan. Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:
a. Pajak Daerah
1) Dasar Hukum
Menurut Mardiasmo (2006:12), dasar hukum pemungutan pajak daerah
dan retribusi daerah adalah Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang No. 34 Tahun 2000.
2) Pengertian Pajak Daerah
Menurut Mardiasmo (2006:12), beberapa pengertian yang terkait
dengan pajak daerah antara lain:
a) Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b) Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
c) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan
lainnya.
d) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan
Pajak Daerah.
e) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau
pemotong pajak tertentu.
3) Sistem Pemungutan Pajak daerah
Menurut Marihot P. Siahaan (2005:69), pemungutan pajak daerah saat
ini menggunakan tiga sistem pemungutan pajak, sebagaimana tertera
dibawah ini:
a) Dibayar sendiri oleh wajib pajak. Sistem ini merupakan perwujudan dari
system self assessment, yaitu sistem pengenaan pajak yang memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang SPTPD (Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah).
b) Ditetapkan oleh kepala daerah. Sistem ini merupakan perwujudan dari
system official assessment, yaitu sistem pengenaan pajak yang dibayar
oleh wajib pajak, setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh kepala daerah
atau pejabat yang ditunjuk melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah atau
dokumen lain yang dipersamakan.
c) Dipungut oleh pemungut pajak. Sistem ini merupakan perwujudan dari
system withholding, yaitu sistem pengenaan pajak yang dipungut oleh
pemungut pajak pada sumbernya, antara lain perusahaan listrik negara
(PLN) yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah No. 65
tahun 2001 tentang pajak daerah sebagai pemungut pajak penerangan
jalan atas penggunaan tenaga listrik yang disediakan oleh PLN.
4) Jenis Pajak dan Objek Pajak
Menurut Mardiasmo (2006:13), pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian
yaitu:
a) Pajak Propinsi, terdiri dari:
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
b) Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir
8. Pajak Lain-lain.
5) Tarif Pajak
Menurut Mardiasmo (2006:13), tarif jenis pajak sebagaimana
disebutkan di atas ditetapkan paling tinggi sebesar:
a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air sebesar 5% (lima
persen).
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air sebesar
10% (sepuluh persen).
c) Pajak Bahan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 5% (lima
persen).
d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
dan Air
Permukaan sebesar 20% (dua puluh persen).
e) Pajak Hotel sebesar 10% (sepuluh persen).
f) Pajak Restoran sebesar 10% (sepuluh persen).
g) Pajak Hiburan sebesar 35% (tiga puluh lima persen).
h) Pajak Reklame sebesar 25% (dua puluh lima persen).
i) Pajak Penerangan Jalan sebesar 10% (sepuluh persen).
j) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C sebesar 20% (dua puluh
persen).
k) Pajak Parkir sebesar 20% (dua puluh persen).
Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 s/d 4 ditetapkan
seragam diatur di seluruh Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada angka 5 s/d 11 ditetapkan dengan
peraturan daerah.
b. Retribusi Daerah
1) Dasar Hukum
Menurut Marihot P. Siahaan (2005:431), pemungutan retribusi daerah
yang saat ini didasarkan pada Undang-undang No. 34 Tahun 2000 sebagai
perubahan Undang- undang Nomor 18 tahun 1997.
2) Pengertian Retribusi Daerah
Menurut Mardiasmo (2006:14), beberapa pengertian yang terkait
dengan retribusi daerah antara lain:
a) Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
b) Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan
yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
c) Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemampuan serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
d) Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.
e) Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan
untuk
pembinaan,
pengaturan,
pengendalian
dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang, prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
3) Jenis Retribusi Daerah
Menurut Mardiasmo (2006:15), jenis retribusi daerah dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu:
a) Retribusi Jasa Umum
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte
Catatan Sipil
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6. Retribusi Pelayanan Pasar
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8. Retribusi Pemeriksaaan Alat Pemadam Kebakaran
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
b) Retribusi Jasa Usaha
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2. Retribusi Pakaian Grosir dan atau Pertokoan
3. Retribusi Tempat Pelelangan
4. Retribusi Terminal
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
6. Retribusi Tempat Penginapan
7. Retribusi Tempat Penyedotan Kakus
8. Retribusi Rumah Potong Hewan
9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
10. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
11. Retribusi Penyebrangan di Atas Air
12. Retribusi Pengolahan Limbah cair
13. Retribusi Penjualan Produksi Daerah.
c) Retribusi Perizinan Tertentu
Jenis retribusi perizinan tertentu adalah :
1. Retribusi izin Mendirikan Bangunan
2. Retribusi tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3. Retribusi izin Gangguan
4. Retribusi izin Trayek
4) Objek Retribusi Daerah
Menurut Mardiasmo (2006:16), objek retribusi daerah terdiri dari:
a) Jasa umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b) Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial.
c) Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan
untuk
pembinaan,
pengaturan,
pengendalian,
dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
5) Subjek Retribusi Daerah
Menurut Mardiasmo (2006:17), subjek retribusi daerah sebagai berikut:
a) Retribusi jasa umum
adalah orang pribadi atau
badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
b) Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
c) Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari Pemerintah daerah.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Menurut Ahmad Yani (2008:73), hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan merupakan hasil yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan yang
terpisah dari pengelolaan APBD. Jika atas pengelolaan tersebut memperoleh
laba, laba tersebut dapat dimasukkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli
daerah. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ini mencakup:
1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD).
2) Bagian
laba
atas
penyertaan
modal
pada
perusahaan
milik
pemerintah/Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
d. Lain-lain PAD yang Sah
Menurut Ahmad Yani (2008:74), lain-lain PAD yang sah merupakan
penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi
daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis-jenis
lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari:
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.
2) Jasa giro.
3) Pendapatan bunga.
4) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.
5) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
6) Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing.
7) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
8) Pendapatan denda pajak.
9) Pendapatan denda retribusi.
10) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.
11) Pendapatan dari pengembalian.
12) Fasilitas sosial dan fasilitas umum.
13) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
14) Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
C. Anggaran Belanja Daerah dalam APBD
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan
penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran
(Mardiasmo, 2004:61).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan
kemampuan pendapatan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan
daerah. APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: pendapatan daerah, belanja
daerah, dan pembiayaan daerah (Sugianto, 2008:15).
Anggaran adalah alat-alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi
sebagai instrumen kebijakan ekonomi. Anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka
mencapai tujuan pemerintah (Sugianto, 2008:16). Anggaran daerah pada hakikatnya
merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab. Dengan demikian APBD harus benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan
masyarakat dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Widjaja,
2002:67).
Anggaran Belanja Daerah (ABD) merupakan bagian dari struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja daerah (APBD). Anggaran Belanja Daerah dapat
didefinisikan sebagai semua pengeluaran kas daerah dalam periode anggaran tertentu
yang menjadi beban daerah (Arniyanti Ayuningtyas, 2008:30).
Belanja daerah di Kabupaten Serang diantaranya belanja tidak langsung
meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Profinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Desa, belanja bantuan keuangan kepada Profinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Desa, belanja tidak terduga. Belanja langsung meliputi belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja modal.
D. Penelitian Sebelumnya
Muhamad Adam Hesa (2006) meneliti “Analisis Hubungan Pendapatan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah (ABD) Kota Depok
Periode 2000-2004”.
Berdasarkan penelitiannya disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan
antara pajak daerah dan retribusi daerah terhadap ABD Kota Depok, dengan
koefisien korelasi untuk pajak daerah sebesar 0,838 dan retribusi daerah 0,943.
Variabel yang sangat kuat berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Daerah (ABD)
Kota Depok adalah retribusi daerah karena mempunyai korelasi yang tinggi yaitu
sebesar 94,3%. Dari hasil uji koefisien determinasi diperoleh Adjusted R Square
0,847. Hal ini berarti Anggaran Belanja Daerah Kota Depok dapat dijelaskan oleh
variabel independen (pajak daerah dan retribusi daerah) sebesar 84,7%. Sementara
hasil uji t menunjukkan signifikansi t sebesar 0,441 > 0,05 yang mengindikasikan
pajak daerah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Anggaran Belanja
Daerah (ABD) Kota Depok. Sementara untuk hasil uji t-tabel retribusi daerah
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,138 > 0,05 yang mengindikasikan bahwa
retribusi daerah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Anggaran
Belanja Daerah (ABD) Kota Depok.
Ariyanto “Analisa Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Depok Tahun 2000-2005”. Dari
hasil penelitiannnya dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah mempunyai hubungan
(korelasi) positif dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar
0,996 atau 99,6%. Pajak Daerah memiliki kontribusi signifikan terhadap APBD
dengan koefisien determinasi sebesar 0,991 atau 99,1%. Pajak Daerah berpengaruh
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Dearah (APBD) Kota Depok dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Arniyanti Ayuningtyas (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah" (Studi Kasus
Pada Seluruh Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah). Berdasarkan penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebelum otonomi
berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Daerah dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah setelah otonomi berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Daerah dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
E. Perbedaan Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya
1. Objek Penelitian dilakukan di Kabupaten Serang.
2. Sampel data penelitian yaitu selama kurun waktu 7 tahun dari tahun 2001-2007.
3. Variabel Independen yang digunakan adalah penerimaan PAD yaitu jumlah
seluruh penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Serang
Laporan Realisasi APBD Kabupaten Serang
Anggaran Belanja Daerah
(Y)
Penerimaan PAD
(X)
Analisis Regresi
Linear Sederhana
Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien Korelasi
Uji t-Statistik
Kesimpulan
G. Hipotesis
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
Ha: Penerimaan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Anggaran Belanja
Daerah Kabupaten Serang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya yaitu mengenai pengaruh
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah. Penelitian
ini dilakukan dengan memilih Kabupaten Serang sebagai objeknya. Dimana data
dalam penelitian ini diperoleh Pada Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Kabupaten Serang.
Data yang dibutuhkan adalah data sekunder eksternal, yaitu suatu data yang
dikumpulkan dan diterbitkan oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Kabupaten Serang dalam bentuk laporan realisasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Serang yaitu selama periode 7 tahun dari
2001-2007.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling yaitu model convenience sampling. Bentuk sampling ini termasuk kedalam
metode pemilihan sampel nonprobabilitas dimana anggota sampel yang dipilih
berdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan atau mudah untuk
mengukurnya dan bersifat kooperatif dengan kriteria yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).
C. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan antara lain:
1. Studi Kepustakaan
Dalam metode ini secara langsung penulis memperoleh informasi yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti berasal dari buku-buku, majalah, jurnal, internet,
bahan-bahan kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan penelitian ini.
2. Penelitian lapangan ini merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung dilokasi objek penelitian yaitu pada Kantor Dinas Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan atas objek data dan kronologis suatu
kegiatan, merekam, menghitung, serta mencatat data yang diperoleh.
b. Interview (wawancara), yaitu pengumpulan data dengan mengadakan tanya
jawab yang dilakukan pada pokok persoalan.
D. Metode Analisis
Sesuai dengan masalah penelitian yang ditulis yaitu untuk mengetahui
pengaruh penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang, maka peneliti menggunakan metode analisis statistik dengan
pengujian sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi
normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau
mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik.
Dasar pengambilan keputusan:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso,
2000:212).
2. Uji Hipotesis
a. Persamaan regresi
Persamaan regresi bertujuan untuk memprediksi besarnya variabel
dependen (Anggaran Belanja Daerah) dengan menggunakan variabel
independen (Penerimaan PAD) yang sudah diketahui besarnya. Uji hipotesis
dilakukan dengan metode regresi sederhana. Metode ini dipilih karena
penelitian dirancang untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Adapun rumus persamaan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
Dimana:
Y = Variabel dependen yang diprediksi (Anggaran Belanja Daerah)
X = Variabel independen (Penerimaan PAD)
a = Konstanta
b = Angka arah atau koefisien yang menunjukkan peningkatan atau penurunan
variabel dependen berdasarkan variabel independen.
Hipotesis:
H0 : Koefisien regresi tidak signifikan
Ha : Koefisien regresi signifikan
Kriteria pengujian
Jika Anggaran Belanja Daerah < 0,05 maka H0 ditolak
Jika Anggaran Belanja Daerah > 0,05 maka H0 diterima
b. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 (koefisien
determinasi) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai koefisien
determinasi (R2) yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:83).
c. Uji Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui apakah diantara dua
variabel terdapat hubungan dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan
dan seberapa besar hubungan tersebut. Untuk mengetahui apakah diantara dua
variabel terdapat hubungan atau tidak, maka digunakan tingkat signifikansi
sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Jika
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak (Santoso 2000:149152).
Menurut Sugiyono (2007) dalam Duwi Priyatno (2008:54) pedoman untuk
memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Korelasi
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
-
0,199
0,399
0,599
0,799
1,000
=
=
=
=
=
Korelasi sangat rendah
Korelasi rendah
Korelasi sedang
Korelasi kuat
Korelasi sangat kuat
d. Uji t- statistik
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen/terikat
digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih besar dari
0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probabilitas t
lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen (koefisien regresi signifikan) (Ghozali, 2006:84-85).
E. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua varibel yaitu variabel independen (X) dan
variabel dependen (Y). Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel dependen adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro & Supomo,
2002:63).
1. Variabel Independen
Penerimaan PAD adalah jumlah seluruh penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
2. Variabel Dependen
Anggaran belanja daerah yaitu semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kabupaten Serang
a. Sejarah Kabupaten Serang
Sejarah Kabupaten Serang tentunya tidak terlepas dari pada sejarah
Banten pada umumnya, karena Serang semula merupakan bagian dari wilayah
Kerajaan/Kesultanan Banten yang berdiri pada Abad ke XVI dan Pusat
Pemerintahannya terletak di Daerah Serang.
Sebelum abad ke XVI, berita-berita tentang Banten tidak banyak tercatat
dalam sejarah, konon pada mulanya Banten masih merupakan bagian dari
kekuasaan Kerajaan Sunda, penguasa di Banten saat itu adalah Prabu Pucuk
Umun, putera dari Prabu Sidaraja Pajajaran. Adapun pusat pemerintahannya
bertempat di Banten Girang (± 3 Km di Selatan Kota Serang). Pada abad ke VI,
Islam mulai masuk ke Banten di bawa oleh Sunan Gunung Jati atau Syech
Syarifudin Hidayatullah yang secara berangsur-angsur mengembangkan
Agama Islam di Banten dan sekitarnya serta dapat menaklukan pemerintahan
Prabu Pucuk Umum (Tahun 1524-1525M).
Selanjutnya beliau mendirikan Kerajaan/Kesultanan Islam di Banten
dengan mengangkat puteranya bernama Maulana Hasanuddin menjadi Raja/
Sultan Banten yang pertama yang berkuasa ± 18 tahun (Tahun 1552-1570 M).
Atas prakarsa Sunan Gunung Jati, pusat pemerintahan yang semula bertempat
di Banten Girang dipindahkan ke Surosowan Banten lama (Banten lor) yang
terletak ± 10 Km di Sebelah Utara Kota Serang.
Setelah Sultan Hasanuddin wafat (Tahun 1570), digantikan oleh
puteranya yang bernama Maulana Yusuf sebagai Raja Banten yang kedua
(Tahun 1570-1580 M) dan selanjutnya diganti oleh Raja/Sultan ketiga,
keempat dan seterusnya sampai dengan terakhir Sultan yang ke 21 (dua puluh
satu) yaitu Sultan Muhammad Rafiudin yang berkuasa pada tahun 1809 sampai
dengan 1816. Jadi periode Kesultanan/Kerajaan Islam di Banten berjalan
selama kurun waktu: ± 264 tahun yaitu dari tahun 1552 s/d 1816.
Pada zaman Kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting,
terutama pada akhir abad ke XVI (Juni 1596), dimana orang-orang Belanda
datang untuk pertama kalinya mendarat di Pelabuhan Banten di bawah
pimpinan Cornelis De Houtman dengan maksud berdagang. Namun sikap yang
congkak dari orang-orang Belanda tidak menarik simpati Pemerintah dan
Rakyat Banten saat itu, sehingga sering timbul ketegangan diantara masyarakat
Banten dengan orang-orang Belanda.
Pada saat tersebut, Sultan yang bertahta di Banten adalah Sultan yang ke
IV adalah Sultan yang ke IV yaitu Sultan Abdul Mufakir Muhammad Abdul
Kadir yang waktu itu masih belum dewasa/bayi, sedang yang bertindak sebagai
walinya adalah Mangkubumi Jayanagara yang wafat kemudian pada Tahun
1602 dan diganti oleh saudaranya yaitu Yudha Nagara.
Pada Tahun 1608 Pangeran Ramananggala diangkat sebagai Patih
Mangkubumi. Sultan Abdul Mufakir mulai berkuasa penuh dari Tahun 1624
s/d Tahun 1651 dengan Ramananggala sebagai Patih dan Penasehat Utamanya.
Sultan Banten yang ke VI adalah Sultan Abdul Fatah cucu Sultan ke V yang
terkenal dengan julukan Sultan Ageng Tirtayasa yang memegang tampuk
pemerintahan dari Tahun 1651 sampai dengan 1680 (± selama 30 tahun). Pada
masa pemerintahannya Bidang Politik, Perekonomian, Perdagangan, Pelayaran
maupun Kebudayaan dan Agama berkembang maju dengan pesat. Demikian
pula kegigihan dalam menentang Kompeni Belanda. Atas kepahlawanannya
dalam perjuangan menentang Kompeni Belanda, maka berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa dianugrahi
kehormatan predikat sebagai Pahlawan Nasional.
Pada waktu berkuasanya Sultan Ke VI ini, sering terjadi bentrokan dan
peperangan dengan para Kompeni Belanda yang pada waktu itu telah berkuasa
di Jakarta. Dengan cara Politik Adu Domba (Devide Et Impera) terutama
dilakukan antara Sultan Ageng Tirtayasa yang anti Kompeni dengan puteranya
yaitu Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) yang pro Kompeni Belanda dapat
melumpuhkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya tidak berdaya dan menyingkir kepedalaman, namun dengan bujukan
Sultan Haji, Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap, kemudian ditahan dan
dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya pada tahun 1692. Namun sekalipun
Sultan Ageng Tirtayasa telah wafat, perjuangan melawan Belanda terus
berkobar dan dilanjutkan oleh para pengikutnya yang setia dengan gigih dan
pantang menyerah. Sejak wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa, maka Kesultanan
Banten mulai mundur (suram), karena para Sultan berikutnya sudah mulai
terpengaruh oleh Kompeni Belanda, sehingga pemerintahannya mulai labil dan
lemah.
Pada Tahun 1816 Kompeni Belanda dibawah pimpinan Gubenur Vander
Capellen datang ke Banten dan mengambil alih kekuasaan Banten dari Sultan
Muhammad Rafiudin. Belanda membagi wilayah menjadi tiga bagian/negeri
(Kabupaten) yaitu Serang, Lebak, dan Caringin dengan Kepala Negerinya
disebut Regent (Bupati), sebagai Bupati pertama untuk serang diangkat
Pangeran Aria Adi Santika dengan Pemerintahannya tetap bertempat di
Keraton Kalbon.
Pada tanggal 3 Maret 1942, Tentara Jepang masuk ke Daerah Serang
melalui Pulau Tarahan dipantai Bojonegara. Jepang mengambil alih
Keresidenan yang pada waktu itu dikuasai oleh Belanda, sedangkan Bupatinya
tetap dari pribumi yaitu RM Jayadiningrat. Kekuasaan Jepang berjalan selama
kurang lebih tiga setengah tahun. Setelah tanggal 17 Agustus 1945, kekuasaan
Keresidenan beralih dari tangan Jepang kepada Republik Indonesia dan sebagai
Residennya adalah KH. Tb Achmad Chatib serta sebagai Bupati Serang adalah
KH. Sya’mun, sedangkan untuk Jabatan Wedana dan Camat-camat banyak
diangkat dari para tokoh ulama. Dengan datangnya Tentara Belanda ke
Indonesia yang menimbulkan Class/Agresi ke I sekitar Tahun 1946/1947.
Daerah Banten/Serang menjadi Daerah blokade yang dapat bertahan dari
masuknya serbuan Belanda, dan putus hubungan dengan Pemerintah Pusat
yang pada saat itu di Yogyakarta, sehingga daerah Banten dengan ijin
Pemerintah Pusat mencetak uang sendiri yaitu Oeang Republik Indonesia
Daerah Banten yang dikenal dengan istilah ORIDAB.
Pada tanggal 19 Desember 1948 pada waktu itu Class/Agresi II, baru
Serdadu Belanda dapat memasuki Daerah Banten/Serang untuk selama 1 (satu)
Tahun dan setelah KMD Tahun 1949, Belanda meninggalkan kembali Daerah
Banten/Serang, yang selanjutnya Daerah Serang menjadi salah satu Daerah
Kabupaten di Wilayah Propinsi Jawa Barat. Sejak tanggal 4 Oktober 2000,
terbentuknya Propinsi Banten maka Kabupaten Serang resmi menjadi bagian
dari Propinsi Banten. Kemudian sejak adanya Jabatan Regent atau Bupati pada
Tahun 1826 sampai sekarang, telah terjadi 32 kali pergantian Bupati. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pemerintahan di Serang telah
mengalami 4 (empat) kali masa peralihan kekuasaan/pemerintahan, yaitu:
1. Pemerintahan Kesultanan Kerajaan Banten yang berkuasa selama
± 290
Tahun, dimulai sejak Sultan Maulana Hasanuddin yaitu Tahun 1526 sampai
Tahun 1816. Dan saat berdirinya Keraton Surosoan sebagai pusat
pemerintahan yang ditandai dengan penobatan Pangeran Sabakingking
dengan pangeran Hasanuddin pada tanggal 1 Muharram 933 H/8 Oktober
1526 M, kemudian di jadikan landasan penetapan sebagai Hari Jadi
Kabupaten Serang.
2. Pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa selama ± 126 Tahun yaitu pada
Tahun 1816 sampai Tahun 1942.
3. Pemerintahan Jepang yang berjalan selama ± 3,6 Tahun yaitu dari Tahun
1942 sampai Tahun 1945.
4. Pemerintahan Republik Indonesia dimulai sejak diproklamasikannya
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 sampai
sekarang.
b. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Serang
1. Visi: Terwujudnya pemerintahan yang amanah menuju Kabupaten Serang
Terdepan yang Islami, Berkeadilan dan Sejahtera.
2. Misi:
a) Meningkatkan Kualitas Manajemen Pemerintahan
b) Meningkatkan Sarana dan Prasarana Publik
c) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur
d) Meningkatkan Kualitas SDM Melalui Pendidikan dan Pelayanan
Kesehatan
e) Penyelenggaraan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
f) Menghayati dan Mengembangkan Nilai-nilai Religius Islam
g) Meningkatkan Potensi Ekonomi Daerah.
c. Keadaan Wilayah Kabupaten Serang
1. Luas Wilayah dan Letak Tofografis Daerah
Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam Kabupaten/Kota
yang terdapat di Propinsi Banten, terletak diujung barat bagian utara Pulau
Jawa dan merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau
Sumatera dengan Pulau Jawa, dengan jarak ± 70 Km dari Kota Jakarta,
Ibukota Negara Indonesia.
Secara Geografis wilayah Kabupaten Serang terletak antara
50 50’
- 60 21’ Lintang Selatan dan 1050 7’ - 106 0 22’ Bujur Timur. Jarak
terpanjang menurut garis lurus dari Utara ke Selatan adalah sekitar 60 Km
dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur sekitar 90 Km, dengan batas-batas
administratif sebagai berikut:
a) Sebelah Utara Kabupaten Serang berbatasan dengan Laut Jawa.
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda.
Wilayah Kabupaten Serang sebagian besar adalah dataran rendah yang
memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim tropis dengan curah
hujan yang cukup tinggi dan hari hujan banyak ukuran tertinggi dalam
sebulan 99 mm dan rata-rata 13 hari hujan. Sekitar 79,12 persen dari luas
wilayah keseluruhan Kabupaten Serang digunakan untuk lahan pertanian.
Luas wilayah Kabupaten Serang secara administratif tahun 2007 tercatat
1.734,09 Km2 yang terbagi atas 34 Kecamatan dengan 374 desa/kelurahan,
dengan 20 diantaranya Kelurahan.
2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Serang pada tahun 2007 berdasarkan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), sebesar 1.808.464 jiwa, dengan
penduduk laki-laki sebanyak 920.439 jiwa dan lebih banyak dibanding
penduduk perempuan sebesar 888.025 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk
selama periode (2000-2007) sebesar 1,29 persen, rata-rata anggota
rumahtangga di Kabupaten Serang 4,2 orang per rumahtangga, dan tingkat
kepadatan penduduk mencapai sekitar 1.043 jiwa per kilometer persegi
dimana sebagian besar penduduknya mendiami daerah pedesaan.
2. Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang.
a. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Serang (Bidang Tugas Organisasi)
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Serang berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Serang Nomor 32
Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1) Kepala Dinas
Kepala dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah, yang mempunyai tugas pokok memimpin,
merumuskan, mengkoordinasikan, melakukan pembinaan, pengarahan dan
evaluasi dibidang administrasi pengelolaan keuangan daerah meliputi:
pendapatan,
belanja,
pembiayaan,
manajamen
aset
daerah,
dan
ketatausahaan dinas dan melaporkan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala Dinas mempunyai fungsi:
a) perumusan perencanaan kebijakan teknis operasional dan administratif di
bidang pengelola keuangan dan aset daerah;
b) penyelenggaraan, pengkoordinasian, pengendalian kegiatan operasional
dan adminstratif di bidang pengelola keuangan dan aset daerah;
c) penyelenggaraan dan pembinaan aparatur pada dinas;
d) pengkoordinasian di bidang pengelola keuangan dan aset daerah dengan
satuan kerja perangkat daerah dan instansi terkait;
e) penyelenggaraan evaluasi, pelaporan dan pertanggungjawaban kinerja
dinas.
2) Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seseorang Sekretaris berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, yang mempunyai tugas pokok
memimpin
dan
mengkoordinir
penyusunan
rencana
program
dan
pengendalian kegiatan Sekretariat, penyiapan koordinasi penyusunan
kebijakan pembinaan kepegawaian, pengaturan pengelolaan ketatausahaan,
rumah tangga, keuangan dan perlengkapan dinas, pelaksanaan laporan
akuntabilitas dan evaluasi kinerja dinas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi:
a) penyusunan program kerja, rencana kegiatan, evaluasi dan pelaporan
kinerja dinas;
b) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis ketatalaksanaan;
c) penyelenggaraan program kegiatan dan pengendalian kegiatan pada
Sekretariat;
d) pengkoordinasiaan dan sinkronisasi tugas, program, dan kegiatan tiaptiap bidang pada dinas;
e) penyusunan rencana strategis dinas;
f) penyelenggaraan pengelolaan urusan administrasi umum, kepegawaian,
dan keuangan dinas;
g) penyelenggaran pengelolaan rumah tangga dan perlengkapan dinas;
h) pengkoordinasian
dan pembinaan tugas-tugas sub bagian pada
sekretariat;
i) penyusunan laporan pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan kinerja
dinas;
j) penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan bidang pengelolaan
keuangan dan aset daerah;
k) penyusunan laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati bidang
pengelolaan keuangan dan aset daerah.
Sekretariat, membawahkan:
1. Sub Bagian Program dan Evaluasi;
2. Sub Bagian Umum;
3. Sub Bagian Keuangan.
3) Bidang Pendapatan
Bidang Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, yang mempunyai tugas
pokok memimpin,
merumuskan,
merencanakan,
mengkoordinasikan,
membina, mengevaluasi pendapatan daerah serta membuat laporan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala
Bidang Pendapatan mempunyai fungsi:
a) penyusunan program dan kegiatan pada bidang pendapatan daerah;
b) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis pendapatan daerah;
c) pengkoordinasian dan pembinaan dan pengawasan kegiatan tiap-tiap
seksi pada bidang pendapatan;
d) penyelenggaraan pengendalian dan penatausahaan pendapatan daerah;
e) penyelenggaraan
koordinasi
dengan
instansi
terkait
pendapatan daerah;
f) penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan pendapatan daerah;
Bidang pendapatan membawahkan:
pengelola
1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan;
2. Seksi Penetapan dan Penagihan;
3. Seksi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
4) Bidang Anggaran dan Perbendaharaan
Bidang Anggaran dan Perbendaharaan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas,
yang
mempunyai
tugas
pokok
memimpin,
merencanakan
penyusunan program, pedoman petunjuk teknis, membina, mengelola,
menginventarisasi, mengevaluasi dan melakukan penatausahaan APBD
serta membuat laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk
melaksanakan tugas pokok Kepala Bidang Anggaran dan Perbendaharaan
mempunyai fungsi:
a) penyusunan rencana dan program bidang anggaran dan perbendaharaan;
b) penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pengelolaan anggaran,
perbendaharaan, belanja dan pembiayaan daerah;
c) penyusunan dan penyiapan rancangan kebijakan Pemerintah Daerah di
bidang belanja daerah;
d) penyusunan rencana APBD, rencana perubahan APBD, nota keuangan
dan surat penyediaan dana;
e) penyelenggaraan pembinaan dan pengendalian belanja dan pembiayaan
daerah;
f) penyelenggaraan inventarisai, analisa dan kajian permasalahan belanja
dan pembiayaan daerah;
g) penyelenggaraan pengelolaan dan pengendalian kas daerah;
h) penyelenggaraan penatausahaan APBD;
i) pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan kegiatan tiap-tiap seksi
pada bidang anggaran dan perbendaharaan;
j) penyelenggaraan koordinasi dengan instansi terkait;
k) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan anggaran dan perbendaharaan.
Bidang Anggaran dan Perbendaharaan, membawahkan:
1. Seksi Anggaran;
2. Seksi Perbendaharaan;
3. Seksi Kas Daerah.
5) Bidang Akuntansi
Bidang Akuntansi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, yang mempunyai tugas
pokok memimpin, merumuskan, merencanakan penyusunan program,
mengkoordinasikan, pembinaan, dan mengevaluasi serta melaporkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala
Bidang Akuntansi mempunyai fungsi:
a) penyusunan program kegiatan bidang akuntansi;
b) penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pengelolaan keuangan daerah;
c) penyelenggaraan pembukuan dan penyusunan laporan keuangan daerah
secara berkala;
d) penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah;
e) penyelenggraaan dokumentasi dan analisa keuangan daerah;
f) pembinaan fungsi akuntansi terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah;
g) pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan kegiatan tiap-tiap seksi
pada bidang akuntansi;
h) penyelenggaraan koordinasi dengan instansi terkait;
i) penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan.
Bidang Akuntansi, membawahkan:
1. Seksi Pembukuan dan Pelaporan
2. Seksi Analisis Keuangan Daerah.
6) Bidang Aset Daerah
Bidang Aset Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, yang mempunyai tugas
pokok
merumuskan
kebijakan,
merencanakan
dan
melaksanakan
pengelolaan aset daerah meliputi penatausahaan dan inventarisasi,
pengamanan dan pengawasan, pemanfaatan aset daerah serta menyusun
laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala Bidang Aset Daerah mempunyai
fungsi:
a) penyusunan program, kegiatan, pemanfaatan dan pengendalian aset
daerah;
b) penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis bidang aset daerah;
c) pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan kegiatan tiap-tiap seksi
pada bidang aset daerah;
d) penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan di bidang aset daerah;
e) penyelenggaraan koordinasi dengan intansi/pihak terkait dibidang aset
daerah;
f) penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan bidang aset daerah.
Bidang Aset Daerah, membawahkan:
1. Seksi Penatausahaan dan Inventarisai;
2. Seksi Pengamanan dan Pengawasan;
3. Seksi Pemanfaatan.
B. Penemuan dan Pengolahan Data
1. Temuan dan Pembahasan
Sejak diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat
dan Daerah atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, telah membawa
dampak yang positif terhadap daerah-daerah untuk menggali sumber-sumber
pendapatan yang ada di daerahnya diantaranya Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan
yang cukup diandalkan di daerah karena digali sendiri oleh pemerintah daerah.
Kabupaten Serang merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi
Banten, selama 7 tahun terakhir realisasi penerimaan PAD terus mengalami
peningkatan. Sumber-sumber penerimaan PAD Kabupaten Serang dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Sumber-Sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Serang Tahun 2001 – 2007
Tahun
Pajak
Daerah
Retribusi
Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan
Lain-lain
PAD yang sah
PAD
2001
20.762.868.640,97
21.336.163.745,85
1.640.433.823,26
2.250.730.901,46
45.990.197.111,54
2002
19.695.878.232,12
27.773.665.237,22
2.855.265.226,45
9.858.968.765,22
60.183.777.461,01
2003
21.349.786.556,25
23.672.809.254,11
2.815.050.596,10
14.025.378.238,37
61.863.024.644,83
2004
27.927.725.107,43
33.940.333.201,30
2.937.688.959,52
3.160.771.391,71
67.966.518.659,96
2005
32.996.849.009,00
41.680.427.992,00
3.935.927.549,00
6.174.354.245,79
84.787.558.795,79
2006
34.016.561.540,00
48.261.835.877,00
4.468.935.937,00
12.256.266.968,00
99.003.600.322,00
2007
36.693.749.959,00
63.619.210.851,00
5.527.434.790,00
16.743.145.202,00
122.583.540.802,00
Sumber Data: Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang
Pada Tabel 4.1 di atas menunjukkan penerimaan PAD Kabupaten Serang
tahun 2001 sebesar Rp. 45.990.197.111,54 yang terdiri dari penerimaan pajak
daerah sebesar Rp. 20.762.868.640,97; retribusi daerah
Rp.
21.336.163.745,85; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp.
1.640.433.823,26 dan lain-lain PAD yang sah Rp. 2.250.730.901,46.
Pada tahun 2002, penerimaan PAD Kabupaten Serang sebesar
60.183.777.461,01 yang terdiri dari penerimaan pajak daerah
Rp.
sebesar
Rp. 19.695.878.232,12; retribusi daerah Rp. 27.773.665.237,22; hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 2.855.265.226,45 dan lain-lain PAD yang
sah Rp. 9.858.968.765,22. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada
tahun 2002 penerimaan PAD Kabupaten Serang terjadi peningkatan yang
signifikan sebesar 30,86% atau
Rp. 14.193.580.349,47.
Pada tahun 2003, penerimaan PAD Kabupaten Serang sebesar
Rp.
61.863.024.644,83 atau terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 2,79%,
yang terdiri dari penerimaan pajak daerah sebesar
Rp.
21.349.786.556,25; retribusi daerah Rp 23.672.809.254,11; hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 2.815.050.596,10 dan lain-lain PAD yang
sah Rp. 14.025.378.238,37.
Pada tahun 2004, penerimaan PAD Kabupaten Serang sebesar
Rp.
67.966.518.659,96 yang berarti terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar
9,86%, yang terdiri dari penerimaan pajak daerah sebesar
Rp.
27.927.725.107,43; retribusi daerah Rp. 33.940.333.201,30; hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 2.937.688.959,52 dan lain-lain PAD yang
sah Rp. 3.160.771.391,71.
Pada tahun 2005, penerimaan PAD Kabupaten Serang sebesar
Rp.
84.787.558.795,79 yang terdiri dari penerimaan pajak daerah sebesar Rp.
32.996.849.009,00; retribusi daerah Rp. 41.680.427.992,00; hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 3.935.927.549,00 dan lain-lain PAD yang
sah Rp. 6.174.354.245,79. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada
tahun 2005 penerimaan PAD Kabupaten Serang terjadi peningkatan sebesar
24,75% atau Rp. 16.821.040.135,83.
Pada tahun 2006, penerimaan PAD Kabupaten Serang menjadi sebesar Rp.
99.003.600.322,00 atau terjadi kenaikan sebesar 16,76% dari tahun sebelumnya,
yang terdiri dari penerimaan pajak daerah sebesar
Rp.
34.016.561.540,00; retribusi daerah Rp.48.261.835.877,00; hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 4.468.935.937,00 dan lain-lain PAD yang
sah Rp. 12.256.266.968,00.
Pada akhir tahun anggaran 2007, penerimaan PAD Kabupaten Serang
sebesar Rp. 122.583.540.802,00 yang berarti meningkat dari tahun sebelumnya
sebesar 23,82% atau Rp 23.579.940.480 yang terdiri dari penerimaan pajak daerah
sebesar Rp. 36.693.749.959,00; retribusi daerah Rp. 63.619.210.851,00; hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp. 5.527.434.790,00 dan lain-lain
PAD yang sah Rp. 16.743.145.202,00.
Tabel 4.1 di atas menunjukkan, bahwa penerimaan PAD Kabupaten Serang
dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 terus mengalami peningkatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Serang
untuk lebih menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah diantaranya dengan
intensifikasi dan ekstensifikasi disektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari
pendapatan asli daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber diluar
pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai
dengan dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian
pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Dengan penggalian dan peningkatan
pendapatan asli daerah diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan
kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan (Fiqih, 2007:14).
Data mengenai kontribusi penerimaan PAD terhadap Anggaran Belanja
Daerah Kabupaten Serang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Kontribusi penerimaan PAD terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang Tahun 2001-2007
Tahun
Realisasi PAD
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
45.990.197.111,54
60.183.777.461,01
61.863.024.644,83
67.966.518.659,96
84.787.558.795,79
99.003.600.322,00
122.583.540.802,00
Realisasi Anggaran
Belanja Daerah
Kontribusi
(%)
ABD
14,56
16,58
12,27
12,81
15,66
12,98
13,85
14,10
315.863.990.309,40
362.793.619.360,50
504.107.195.985,31
530.240.058.518,74
541.168.060.832,09
762.283.131.568,00
884.643.458.970,00
Rata-rata
Sumber Data: DPKAD Kabupaten Serang
Tabel 4.2 di atas terlihat, kontribusi penerimaan PAD terhadap Anggaran
Belanja Daerah Kabupaten Serang pada tahun 2001 sebesar 14,56%, dan pada
tahun 2002 naik menjadi sebesar 16,58%. Pada tahun 2003 kontribusi penerimaan
PAD terhadap Anggaran Belanja Daerah mengalami penurunan menjadi sebesar
12,27%. Pada tahun 2004 kembali mengalami kenaikan sebesar 12,81%. Pada
tahun 2005 kembali mengalami kenaikan sebesar 15,66%, pada tahun 2006 turun
menjadi 12,98%, dan pada akhir tahun anggaran 2007 kembali mengalami
kenaikan sebesar 13,85%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya kontribusi penerimaan
PAD terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang dari tahun 2001-2007
diantaranya penerimaan PAD yang meningkat tetapi tidak sebanding dengan
kenaikan anggaran belanja daerahnya. Untuk membiayai Anggaran Belanja
Daerahnya Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih tergantung pada subsidi
pusat berupa dana perimbangan seperti DAU.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya didalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi
(Darwanto dan Yustikasari:2007).
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. Pendapatan dalam
negeri neto adalah penerimaan Negara yang berasal dari pajak dan bukan pajak
setelah dikurangi dengan penerimaan Negara yang
dibagihasilkan
kepada daerah. Jumlah DAU 26% ini merupakan jumlah DAU untuk seluruh
Propinsi dan Kabupaten/Kota. Proporsi DAU antara Propinsi dan Kabupaten/Kota
dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Proporsi DAU antara DAU Propinsi
dan Kabupaten/Kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90% (Ahmad Yani,
2008:142-143).
Menurut BPS (2004) dalam Paidi Hidayat dkk., (2007), ada beberapa faktor
yang semakin kecilnya kontribusi PAD terhadap total belanja, yaitu:
a) Masih adanya sumber-sumber pendapatan potensial yang dapat digali akan
tetapi berada diluar wewenang pemerintah daerah.
b) Rendahnya tingkat hidup dan ekonomi masyarakat yang tercermin dalam
pendapatan per-kapita.
c) Masih kurang kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber
pendapatan yang ada di daerahnya.
Rata-rata kontribusi penerimaan PAD terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang selama kurun waktu 7 tahun terakhir dari tahun 2001-2007
(Tabel 4.2), relatif masih rendah sebesar 14,10%. Maka untuk itu, Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang harus lebih menggali lagi sumber-sumber penerimaan
PAD yang ada secara optimal.
Kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang sangat tepat pada saat ini untuk
meningkatkan penerimaan daerah dalam jangka pendek sebaiknya dititikberatkan
pada intensifikasi pemungutan pajak yaitu mengoptimalkan jenis-jenis pungutan
pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada (Machfud Sidik, 2002:13).
2. Pengolahan Data dan Hasil Pengujian Statistik
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Dinas Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Serang, realisasi penerimaan PAD dan
realisasi Anggaran Belanja Daerah selama kurun waktu 7 tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Daftar Realisasi PAD dan Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang Tahun 2001-2007
Realisasi Anggaran
Tahun
Realisasi PAD
Belanja Daerah
2001
45.990.197.111,54
315.863.990.309,40
2002
60.183.777.461,01
362.793.619.360,50
2003
61.863.024.644,83
504.107.195.985,31
2004
67.966.518.659,96
530.240.058.518,74
2005
84.787.558.795,79
541.168.060.832,09
2006
99.003.600.322,00
762.283.131.568,00
2007
122.583.540.802,00
884.643.458.970,00
Sumber Data: DPKAD Kabupaten Serang
Untuk dapat lebih jelas mengenai pengujian ini, yaitu untuk mengetahui
pengaruh Penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang, dipergunakan berupa data daftar realisasi penerimaan PAD
dan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang Tahun 2001-2007 (Tabel 4.3),
dan untuk pengolahan datanya menggunakan teknik analisis statistik berdasarkan
program SPSS, 12 yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi
normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Santoso, 2000:212).
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Anggaran Belanja Daerah
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, dari hasil pengujian uji normalitas
terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
variabel dependen yaitu Anggaran Belanja Daerah yang didasarkan pada
variabel independen yaitu penerimaan PAD.
b. Uji Hipotesis
1) Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 (koefisien
determinasi) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai koefisien
determinasi (R2) yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:83).
Tabel 4.4
Hasil Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.965
.931
a Predictors: (Constant), PAD
Adjusted R
Square
.917
Std. Error of the
Estimate
58843380225.33350
b Dependent Variable: Anggaran Belanja Daerah
Tabel 4.4 di atas menunjukkan, nilai koefisien determinasi R2
(R
Square) sebesar 0,931% atau 93,1%. Artinya 93,1% variabel Anggaran
Belanja Daerah Kabupaten Serang dapat dijelaskan oleh variabel
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan sisanya 6,9% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain.
Besarnya pengaruh Penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap
Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang, karena Pendapatan Asli
Daerah (PAD) merupakan sumber pembiayaan yang sangat penting bagi
daerah, karena dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah yang dapat
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Menurut Halim dalam Adrian Sutedi (2009:10), ciri utama suatu
daerah mampu melaksanakan otonomi sebagai berikut:
a) Kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut memiliki
kemampuan
dan
kewenangan
untuk
menggali
sumber-sumber
keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan.
b) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh
karena itu, PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang
didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Hasil Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
Adam Hesa (2006) bahwa Anggaran Belanja Daerah Kota Depok dapat
dijelaskan oleh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebesar 84,7%
sedangkan sisanya 15,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Selain itu,
penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
Ariyanto (2006) bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Depok dapat dijelaskan oleh Pajak Daerah sebesar 99,1%. Pajak Daerah
dan Retribusi daerah dapat menjelaskan Anggaran Belanja Daerah yang
sangat kuat, karena Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan bagian
dari Pendapatan Asli Daerah.
2) Uji Koefisien Korelasi
Uji Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi atau hubungan antara variabel independen (Penerimaan PAD)
terhadap variabel dependen (Anggaran Belanja Daerah).
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Korelasi
Correlations
PAD
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Anggaran Belanja Daerah Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Anggaran
Belanja
PAD
Daerah
1
.965**
.
.000
7
7
.965**
1
.000
.
7
7
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.5 di atas terlihat, penerimaan Pendapatan Asli Daerah
dengan Anggaran Belanja Daerah mempunyai nilai koefisien korelasi yang
positif sebesar 0,965 atau 96,5%. Koefisien korelasi sebesar 96,5%
menunjukkan tingkat hubungan yang sangat kuat antara Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah dengan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten
Serang. Jadi semakin tinggi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah, maka
semakin tinggi pula Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang.
Pengujian dengan melihat nilai signifikansi, peneliti dapat menguji
hipotesis yang dilakukan apakah diterima atau ditolak. Adapun ketentuan
diterima atau ditolak apakah nilai signifikansi dibawah atau sama dengan
0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Pada tabel 4.5 terlihat, nilai Sig
0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak yang berarti ada
korelasi/hubungan yang signifikan antara Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah dengan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang.
Adanya Hubungan yang sangat kuat antara Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah dengan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang sebesar
96,5%, karena selama kurun waktu 7 tahun terakhir dari tahun 2001-2007
penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Serang mengalami
peningkatan. Peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah ini tentunya
akan menambah Anggaran Belanja Daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pembelanjaan
daerah, jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah
daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian daerah akan meningkat
pula, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali
potensi-potensi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Harianto
dan Adi, 2007).
Menurut Bappenas (2003) dalam Setiaji dan Adi (2007), menyatakan
bahwa dalam era otonomi daerah seharusnya peran PAD semakin besar
dalam membiayai berbagai belanja daerahnya. Maka untuk itu, Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang harus dapat meningkatkan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar dapat meningkatkan Anggaran Belanja
Daerah.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Adam Hesa (2006) yang menunjukkan bahwa Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah mempunyai Hubungan yang sangat kuat dengan
Anggaran Belanja Daerah Kota Depok, dimana koefisen korelasi Pajak
Daerah sebesar 83,8% dan Retribusi Daerah sebesar 94,3%. Selain itu,
penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
Ariyanto (2006) bahwa Pajak Daerah mempunyai hubungan yang sangat
kuat dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Depok sebesar
99,6%. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai hubungan yang
sangat kuat dengan Anggaran Belanja Daerah, karena Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3) Uji t-statistik
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen/terikat digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t
lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan
jika nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi
signifikan) (Ghozali, 2006:84-85).
Tabel 4.6
Hasil Uji t-Statistik
a
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
(Constant) -19967759543.869 73975168168.924
PAD
7.450
.911
a Dependent Variable: Anggaran Belanja Daerah
Standardized Coefficients
Beta
1
.965
t
Sig.
-.270
.798
8.182
.000
Tabel 4.6 di atas dapat dilihat t-hitung sebesar 8.182 sedangkan ttabel dengan dk (7-2) 5 adalah 2.015, jadi t-hitung 8.182 > t-tabel dk (72) =2.015. Dengan demikian H0 ditolak dan
Ha diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten
Serang.
Pengujian melalui nilai signifikansi, dimana terlihat di atas nilai Sig
0,000 lebih kecil dari 0,05, dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang.
Adanya pengaruh penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap
Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang karena penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Serang dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan, yang mengindikasikan bahwa adanya upaya
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang untuk lebih menggali potensipotensi penerimaan PAD yang ada di Kabupaten Serang. Selain itu,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah
yang cukup diandalkan untuk pembiayaan daerah karena digali sendiri
oleh pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ariyanto (2006) bahwa Pajak Daerah berpengaruh terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Depok dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05. Selain itu, penelitian ini juga konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Arniyanti Ayuningtyas (2008) bahwa Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sebelum dan sesudah otonomi berpengaruh
terhadap Anggaran Belanja Daerah dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada Tabel 4.6, maka dapat dibuat
persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:
Y= a + bX
Y= -19.967.759.543, 87 + 7,45 X
Dari hasil tersebut dapat dijelaskan konstanta sebesar
-
19.967.759.543,87 yang menyatakan bahwa jika tidak ada Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah, maka Anggaran Belanja Daerah Kabupaten
Serang adalah Rp. -19.967.759.543,87.
Koefisien regresi PAD sebesar 7,45 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1% Penerimaan Pendapatan Asli Daerah akan menambah
Anggaran Belanja Daerah sebesar Rp 7,45 Milyar.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerimaan Pendapatan Asli
Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang Periode 2001-2007.
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh sangat kuat terhadap Anggaran
Belanja Daerah Kabupaten Serang dengan koefisien determinasi sebesar 93,1%.
2. Berdasarkan uji koefisien korelasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dengan
Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang mempunyai nilai koefisien korelasi
yang positif sebesar 0,965 atau 96,5%. Koefisien korelasi sebesar 96,5%
menunjukkan tingkat hubungan yang sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan yang sangat kuat antara Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
dengan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang. Jadi, semakin tinggi
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah maka semakin tinggi pula Anggaran Belanja
Daerah Kabupaten Serang.
3. Hasil uji t-statistik menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05 dan t-hitung 8.182 > t-tabel dk (7-2) =2.015. Dengan demikian H0 ditolak
dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah
Kabupaten Serang.
4. Dari hasil persamaan regresi diperoleh Y= 19.967.759.543, 87 + 7,45 X.
Dari hasil tersebut dapat dijelaskan konstanta sebesar
-
19.967.759.543,87 yang menyatakan bahwa jika tidak ada Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah, maka Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Serang
adalah Rp. -19.967.759.543,87. Koefisien regresi PAD sebesar 7,45 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1% Penerimaan Pendapatan Asli Daerah akan
menambah Anggaran Belanja Daerah sebesar Rp 7,45 Milyar.
B. IMPLIKASI
Diberlakukannya UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU
No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah atau yang
lebih dikenal dengan otonomi daerah, telah membawa dampak yang positif terhadap
daerah-daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatan yang ada di daerah
diantaranya Pendapatan Asli Daerah.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah memberikan dampak positif terhadap
Kabupaten Serang. Hal ini dapat terlihat, dengan meningkatnya Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Serang selama kurun waktu 7 tahun terakhir
yaitu dari tahun 2001 sampai dengan 2007. Meningkatnya Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah berpengaruh sangat besar terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten
Serang, sehingga kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Serang diharapkan agar
lebih menggali lagi sumber-sumber penerimaan PAD diantaranya dengan
intensifikasi dan ekstensifikasi disektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. Dengan
meningkatnya Penerimaan Pendapatan Asli Daerah diharapkan Pemerintah Daerah
mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan dengan baik untuk pembangunan
dan kemajuan daerah di Kabupaten Serang.
C. SARAN
1. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Serang diharapkan lebih bekerja keras lagi
secara optimal dalam menggali potensi-potensi penerimaan PAD yang ada di
Kabupaten Serang agar dapat meningkatkan Anggaran Belanja Daerahnya.
2. Diharapkan
kepada
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Serang agar
dapat
mengevaluasi peraturan daerah yang berkaitan dengan pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang
sah sehingga akan meningkatkan penerimaan PAD.
3. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Serang agar lebih melakukan pendekatan
lagi kepada masyarakat, sehingga akan timbul kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak dan retribusi daerah yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan penerimaan PAD dan anggaran belanja daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Danang Teguh. “Pengaruh Pajak Hiburan terhadap APBD DKI Jakarta”,
Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004.
Ariyanto. “Analisa Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Depok”, Skripsi FEIS UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Ayuningtyas, Arniyanti. “Analisis Pengaruh Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap Anggaran Belanja Daerah”, (Studi Kasus Pada Seluruh
Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah). Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2008.
BAPPEDA. “Profil Daerah Kabupaten Serang 2007/2008”, BAPPEDA, Kabupaten
Serang, 2008.
Darwanto dan Yustikasari, Yulia. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal”. Simposium Nasional Akuntansi X Universitas Hasanudin Makassar,
2007.
Fiqih, Hardiansyah. “Analisis Pengaruh Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi DKI Jakarta Tahun 2002-2006”.
Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Cetakan IV,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2007.
Harianto, David dan Adi Priyo Hari. “Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja
Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Pendapatan Per Kapita”, Simposium
Nasional Akuntansi X Universitas Hasanudin Makassar, 2007.
Hesa, Muhamad Adam. “Analisis Hubungan Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah (ABD) Kota Depok 2000-2004”,
Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Ilyas, B Wirawan dan Burton Richard. “Hukum Pajak ”, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, 2004.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Mardiasmo. “Akuntansi Sektor Publik”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004.
Mardiasmo. “Perpajakan Edisi Revisi 2006”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006.
Paidi Hidayat, Wahyu Ario Pratomo., dan Agus Harjito. “Analisis Kinerja Keuangan
Kabupaten/Kota Pemekaran di Sumatera Utara”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol. 12 No.3, Desember 2007 Hal:213-222.
Peraturan Bupati Kabupaten Serang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007
Peraturan Bupati Serang Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serang
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang
Priyatno, Duwi. “Mandiri Belajar SPSS”, MediaKom, Yogyakarta, 2008.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Resmi, Siti. “Perpajakan Teori & Kasus”, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik.” Penerbit PT Elex Media
Komputindo, Jakarta 2000.
Sekilas Memori Arsip Pemerintah Kabupaten Serang. Hari Jadi Kabupaten Serang ke–
481 Tahun 2007, Kantor Arsip Daerah Kabupaten Serang, Kabupaten Serang,
2007.
Setiaji, Wirawan dan Adi Priyo Hari. “Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah
Otonomi Daerah: Apakah Mengalami Pergeseran?Studi Pada Kabupaten dan
Kota se Jawa-Bali”, Simposium Nasional Akuntansi X Universitas Hasanudin
Makassar, 2007.
Siahaan, P. Marihot. “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.” PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2005.
Sidik, Machfud. “Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah”, Disampaikan dalam Acara
Orasi Ilmiah dengan Thema “Strategi Meningkatkan Kemampuan Keuangan
Daerah Melalui Penggalian Potensi Daerah Dalam Rangka Otonomi Daerah”
Acara Wisuda Ke XXI STIA LAN Bandung Tahun Akademik 2001/2002- di
Bandung, 10 April 2002.
Soeratno, Soeparmono.”Urgensi Pajak Daerah dan Penghasilan Daerah dalam
Struktur Pendapatan Asli Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”,
Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Agustus: 13-20 STIE YKPN, Yogyakarta,
2002.
Sofwani, Ahmad., Wahab Solichin Abdul, dan Fuad Barrul. “Mobilisasi SumberSumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Rangka Pembangunan Daerah
(Studi di Kabupaten Muara Enim)”, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik FIA
UNIBRAW, Vol. V, No. 2, 2005.
Suandy, Erly. “Hukum Pajak Edisi 3”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Sugianto. “Pajak dan Retribusi Daerah”, Penerbit PT Grasindo, Jakarta, 2008.
Sutedi, Adrian. “Implikasi Hukum atas Sumber Pembiayaan Daerah dalam Kerangka
Otonomi Daerah”, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Waluyo. “Perpajakan Indonesia Edisi 8”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2008.
Widjaja, HAW. “Otonomi Daerah dan Daerah Otonom”, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002.
Yani, Ahmad. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia
Edisi Revisi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Download