- Unpad Repository

advertisement
1
2
POTENSI PENERBITAN SUKUK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN DI INDONESIA*
Oleh : Dr Lastuti Abubakar,S.H.,M.H.
[email protected].
I. PENDAHULUAN
Krisis finansial secara global sudah berlangsung lama, ditandai dengan
kejatuhan Enron, perusahaan yang bermain dalam transaksi derivatif berupa
forward dan swap, diperparah dengan kasus subprime mortgage sebagai salah
satu instrumen finansial yang direkayasa (structured finance), dan diakhiri
dengan bangkrutnya Yunani. Penyebab krisis finansial global tersebut ditengarai
disebabkan oleh beberapa hal antara lain : pinjam meminjam (kredit) yang
berlebihan yang cenderung mengeksploitasi para peminjam (debitor), benturan
kepentingan antara ekonomi produktif dan utang untuk konsumsi; sekuritisasi
finansial yang tidak transparan semisal banyaknya instrumen utang yang
disekuritisasi, credit ratings yang menyesatkan dan kegagalan menerapkan tata
kelola yang baik ( governance) seperti kompensasi untuk para eksekutif yang
tidak terkendali, manajemen risiko yang tidak seimbang, benturan kepentingan
dan moral hazard terkait lembaga pemeringkat1. Krisis ini mendesak seluruh
pelaku ekonomi, termasuk pemerintah negara-negara mencari solusi untuk
mengatasi krisis berlanjut. Sistem ekonomi Islam dianggap mampu memberikan
jalan keluar karena filosofinya yang justru menjauhi eksploitasi, melarang
penjualan utang, transaksi yang spekulatif (maisir) dan transaksi yang objeknya
tidak jelas (gharar) 2 dan menawarkan instrumen finansial yang aman , disamping
mengharuskan adanya komisi syariah atau dewan pengawas syariah yang akan
memantau setiap aktivitas ekonomi syariah.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global yang mengarah pada
penggunaan sistem ekonomi syariah, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas
muslim terbesar terus membenahi infrastruktur hukumnya agar dapat
memanfaatkan peluang ini. Bermula dengan diperkenalkannya dual banking
system 3, yang memungkinkan nasabah memilih perbankan yang menawarkan
baik produk konvensional maupun produk syariah. Selanjutnya, Indonesia terus
*tulisan ini merupakan bagian dari Buku “ Kompilasi Hukum Bisnis –dalam Rangka Purnabhakti Prof. Dr. H.Man
Sastrawidjaja,S.H.,S.U.
1
Thomas A Myers, From Enron to Subprime Mortgage to Greece : How Islamic Finance Principles Might Have
Avoided the Recent Financial Crises, Durham Islamic Summer School, 2012.
2
Lihat Lastuti Abubakar, Implikasi Aktivitas Ekonomi Syariah Terhadap Perkembangan Hukum Ekonomi di
Indonesia, Jurnal Legal Review Volume I Nomor 2 Desember Tahun 2010.
3
Dual banking system sudah diperkenalkan oleh UU no : 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU no : 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan, dan dikukuhkan dengan diundangkannya UU No : 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah.
3
menerus melebarkan sayap, mengembangkan regulasi, institusi dan menawarkan
aneka ragam produk syariah baik di pasar lokal maupun global.
Dari sisi regulasi dan institusi, terlihat dari banyaknya regulasi yang dikeluarkan
untuk mengatur aktivitas ekonomi syariah, mulai dari Undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan otoritas tertentu seperti Bank Indonesia (Peraturan Bank
Indonesia), Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal- Lembaga Keuangan (
Peraturan Bapepam –LK ) hingga dikukuhkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia
melalui Dewan Syariah Nasional sebagai sumber dalam pembentukan
perundang-undangan yang mengatur aktivitas syariah.
Bertumbuhnya jumlah Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah, asuransi
syariah, koperasi syariah dan kontrak-kontrak yang menggunakan akad syariah di
Indonesia menunjukkan grafik meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan
Indonesia memang masih jauh di bandingkan negara Islam lainnya, menurut hasil
survey tahun 2010 oleh The Banker , terkait institusi yang bergerak di bidang
industri keuangan Islam yakni bank, asuransi dan lembaga pembiayaan serta aset
lainnya, Indonesia berada di urutan ke 12 di bawah Bangladesh, bahkan United
Kingdom yang notabene bukan negara dengan mayoritas penduduk beragama
Islam.4 Meskipun pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia terhitung lambat
bila dibandingkan negara lain, khususnya Malaysia, namun keuangan syariah
Indonesia mulai diperhitungkan dunia. Salah satu indikasinya adalah penempatan
Indonesia di posisi ke empat dalam Islamic Finance Country Index mengalahkan
Malaysia.5
Banyak faktor yang menyebabkan lambannya pertumbuhan pranata berbasis
syariah di Indonesia, antara lain adalah kesiapan regulasi yang menjadi landasan
hukum bagi aktivitas berbasis syariah, minimnya sumber daya manusia yang
memahami syariah dan yang tak kalah penting adalah kemauan pemerintah
untuk mengembangkan keuangan syariah. Sementara itu, di negara-negara lain,
seperti Malaysia, Uni Emirat Arab dan negara Islam lainnya, pemanfaatan produk
syariah sudah menjadi kebutuhan, khususnya untuk menunjang pembangunan
ekonomi. Pembiayaan pembangunan atau pembiayaan perusahaan saat ini lebih
di dominasi oleh penerbitan surat berharga syariah (sukuk), baik government
sukuk maupun corporate sukuk. Berkaitan dengan corporate sukuk ini, Muzaffar
Hisham CEO Maybank Islamic menegaskan bahwa “ seandainya Indonesia ,salah
satu pasar keuangan syariah terbesar di Asia membuka sukuk berdenominasi
rupiah untuk korporat, Indonesia akan melesat di pasar sukuk global.6
Terminologi sukuk dikenal dalam aktivitas ekonomi Islam, khususnya
keuangan Islam, yakni merupakan bentuk jamak dari sakk atau sertifikat. Dalam
praktik banyak yang menyamakan sukuk dengan obligasi, sementara menurut
4
Sinergi Keuangan Syariah Asean, Majalah Sharing, Edisi 67 Tahun VI Juli 2012.
Ekonomi Syariah Khas Indonesia, Majalah Sharing, Edisi 62 ,Tahun VI Februari 2012, Hlm : 10.
6
Sinergi Keuangan Syariah , Majalah Sharing, Edisi 67 Tahun VI Juli 2012.
5
4
hemat penulis terdapat perbedaan mendasar antara ke duanya, yakni obligasi
merupakan surat berharga yang bersifat utang, dan memberikan keuntungan
pada pemiliknya berupa bunga yang disepakati. Di sisi lain, sukuk adalah surat
berharga syariah yang merupakan bukti kepemilikan atas suatu aset berwujud ,
hak atas manfaat, dan jasa-jasa, yang mekanismenya tunduk pada prinsip
syariah, dan menghindari keuntungan dari bunga sebagaimana halnya obligasi.
Hal ini sesuai dengan tujuan diterbitkannya sukuk yakni untuk menggantikan
obligasi yang bersifat utang dengan kewajibannya membayar berdasarkan
bunga.7 Dalam berbagai literatur memang sukuk dipadankan dengan Islamic
Bonds 8 atau obligasi syariah, yang maknanya tidak sama dengan pengertian
obligasi.
Berbeda halnya dengan obligasi konvensional yang menyatakan bahwa
penerbit berhutang pada investor, maka sukuk di desain untuk mengalihkan
kepemilikan atas satu atau lebih aset dasar. Ini merupakan fitur penting, yang
menyebabkan sukuk merupakan instrumen yang dapat diperdagangkan untuk
kepentingan syariah.9
Di Indonesia, dengan diterbitkannya Undang-Undang No : 19 Tahun 2008
Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara , maka
landasan hukum bagi pemerintah untuk melakukan percepatan pembangunan
seharusnya sudah kokoh, tinggal bagaimana kemauan pemerintah ( political will )
untuk menggunakan dan mengoptimalkan sukuk , baik sukuk negara maupun
korporasi sebagai alternatif pembiayaan pembangunan.
Pasal 1 Angka 1 UU SBSN mendefisikan SBSN atau sukuk negara sebagai “
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing”. Selanjutnya Pasal 1 Angka 3 menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan aset negara adalah “objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang
Milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan
maupun selain tanah, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai
dasar penerbitan SBSN “.
Bukan tidak mungkin , salah satu cara untuk mengatasi hambatan dalam
pembangunan transportasi untuk mengurai kemacetan ibukota misalnya dapat
diperoleh melalui penerbitan sukuk. Sebagai perbandingan misalnya, Malaysia
merencanakan pembangunan jalur MRT sungai Buloh- Kajang line (SBK Blue Line)
yang diestimasi akan menelan dana lebih dari RM 30 miliar melalui penerbitan
sukuk.
7
Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 32/DSN-MUI/ 2002 Tentang Obligasi Syariah.
Muhammad al-Bashir Muhammad al-Amine, Global Sukuk and Islamic Securitization Market, Brill, London,
2012, hlm. 57.
9
Lihat wedderburn- Day, A. Roger, Souvereign Sukuk : Adaptation and Innovation, Law & Contemporary
Problems, Fall 2012, Vol.73 Issue 4, hlm . 325-333. Di download dari
http://web.ebscohost.com/ehost/delivery?sid=f135f349-bced-4874.
8
5
Saat ini Malaysia memang dikenal sebagai salah satu pemimpin pasar sukuk
dunia. Berdasarkan laporan Zawya Quarterly Bulletin Q1 2012, penerbitan sukuk
global meningkat 55 % pada kuartal II 2012 dari kuartal II 2011 meningkat dari
USD 25 miliar atau menjadi USD 67,9 miliar, dan penerbit terbesar adalah
Malaysia dengan 69,8 %. 10 tahun 2012, Malaysia melalui CIMB Islamic kembali
mengeluarkan sukuk
berdenominasi poundsterling yang permintaannya
diprediksi akan sangat kuat. Beberapa alasan bagi perusahaan-perusahaan
Malaysia dapat menggunakan kesempatan dengan sangat baik adalah
perekonomian Malaysia yang sehat dan regulasi yang baik dengan dukungan
pemerintah yang sangat kuat.11
Praktik penerbitan sukuk sebagai alternatif pembiayaan pembangunan di
Indonesia ditengarai masih terkendala oleh regulasi, minimnya sosialisasi dan
lemahnya sumber daya manusia. Namun demikian, pemerintah optimis dan
mencoba untuk mulai menggunakan sukuk sebagai alternatif pembiayaan
proyek. Hal ini terlihat dari penerbitan sukuk berbasis proyek yang sudah
dialokasikan dalam APBN 2012. Pasca penerbitan UU SBSN, pemerintah memiliki
6 jenis sukuk negara dengan sukuk beredar (outstanding)per Juli 2012 sebanyak
Rp 111,4 Triliun. Salah satu jenis sukuk yang menjadi andalan pemerintah adalah
sukuk berbasis proyek (Project based sukuk/PBS) yang bertujuan mempercepat
pembangunan infrastruktur
dan menggerakkan sektor riil. Selanjutnya,
pemerintah berencana menerbitkan sukuk proyek (project financing sukuk)
sebesar Rp. 1,5 triliun pada tahun 2013 untuk membiayai satu proyek
infrastruktur yakni pembangunan proyek jalur ganda Kereta Api Cirebon Kroya
sepanjang 158 km.12
Beberapa permasalahan yang masih memerlukan kajian lebih lanjut adalah
bagaimana regulasi dapat mendukung keberadaan sukuk sebagai alternatif
pembiayaan pembangunan di Indonesia, upaya apa yang dapat dilakukan
pemerintah dan swasta untuk menarik investor agar yakin bahwa berinvestasi
pada sukuk akan mendatangkan keuntungan investasi yang dijamin dan
dilindungi, serta bagaimana mengatasi keterbatasan sumber daya manusia yang
memahami aktivitas ekonomi syariah, khususnya tentang sukuk sebagai surat
berharga.
II. MANFAAT SUKUK DALAM AKTIVITAS EKONOMI
10
Ambisi negeri Jiran, Majalah Sharing, Edisi 68 Tahun VI Agustus 2012.
Mohamad Safri Shahul Hamid, CIMB Islamic Plots Sterling Sukuk Breakthrough, Euroweek 22 Juni 2012, Issue
1261,hlm.45, di download dari http :// web.ebscohost.com/ehost/delivery?sid=5e 746697-d985-4027 tanggal
14 September 2012.
12
Jakarta, Info Publik, Jum’at, 24 juni 2011.
11
6
Kehadiran sukuk dalam aktivitas ekonomi mengikuti eksistensi sukuk sebagai
surat berharga syariah, baik yang diterbitkan oleh negara (souvereign sukuk)
maupun oleh korporasi (corporate sukuk).
Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sakk atau dalam bentuk plural
disebut sukuk yang berarti “ ..a claim similar to a note or certificate, like a trust
certificate.....this claim however is not simply a financial claim to a cash flow, but
an ownership claim. A sakk represent either a proportional or an undivided
interest in an asset or pool of assets ”. 13 Sementara itu, The Accounting and
Auditing Organization of Islamic Financial Institution (AAOIFI) Shariah Standard
No : 17 on investment sukuk mendefinisikan sukuk sebagai “ certificates of equal
value representing undivided shares in ownership of tangibles assets, usufruct
and services or in ownership of the asset of a particular project or special
investment activity. Sejalan dengan AAOIFI, The Islamic Financial Services Board
(IFSB) standard on Capital Adequaty Requirements for Sukuk Securitizations and
Real Estate Investment mendefinisikan sukuk sebagai “ certificates with each
sakk representing a proportional undivided ownership right in tangible assets,or
a pool of predominantly tangible assets, or a business venture”. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sukuk adalah sertifikat
yang memberikan atau mempresentasikan hak kepemilikan yang tidak terbagi
kepada pemegangnya atas aset , manfaat, jasa-jasa atau aset tertentu, proyek
atau kegiatan investasi tertentu.
Dalam hukum positif Indonesia, sukuk
sebagai surat berharga syariah
dikukuhkan dalam Fatwa DSN No : 32 /DSN-MUI/IX/2002, yang mendefinisikan sukuk
atau obligasi syariah sebagai “ suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo”. Selanjutnya , sebagai instrumen keuangan sukuk berkaitan dengan
beberapa hal,yakni14 :
1. merupakan surat berharga
2. keikutsertaan investasi
3. ada underlying assets
4. Kupon menjadi bagi hasil
5. Segmentasi syariah dan non syariah
6. Emiten kriteria Jakarta Islamic Indeks (JII)
7. Dicatat sebagai investment account.
13
Rodney Wilson, Overview of The Sukuk Market, Euro Money Books, Nestor House-Playhouse Yard,
London,UK, 2004,hlm. 42.
14
Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam- Istilah-istilah Populer dalam Perbankan, Bursa Saham,
Multifinance, dan Asuransi Syariah, Elek Media Komputindo, Jakarta, 2009, hlm : 6
7
Selain beberapa karakteristik di atas, sukuk bukanlah instrument utang melainkan
penyertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil.15 Berdasarkan
hal tersebut, akad yang menjadi dasar hubungan hukum antara penerbit atau emiten
( mudharib) dan investor (pemilik dana/ shahibul maal) bukanlah utang piutang,
melainkan penyertaan. Return atau keuntungan yang di dapat oleh investor dapat
berupa bagi hasil/margin di dapat dari akad murabahah, salam, istishna, sedangkan
berupa fee di dapat dari akad ijarah.
. Sebagai surat berharga, tentu saja sukuk memiliki nilai komersial baik sebagai
instrumen investasi bagi pemilik dana (investor) maupun sebagai alternatif
pembiayaan bagi dunia usaha. Oleh karena itu, manfaat sukuk dapat dilihat baik dari
sisi investor maupun sisi pelaku usaha.
a. Sukuk sebagai instrumen investasi
Berdasarkan Peraturan Bapepam –LK No : IX.A.13 tentang Penerbitan Efek
Syariah sukuk di definisikan sebagai “ efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak
terpisahkan atau tidak terbagi), atau syuyu”/undivided share atas :
1. Aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
2. Nilai manfaat atas aset berwujud ( manafiul ayyan) tertentu baik yang sudah
ada maupun yang akan ada;
3. Jasa ( al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada.
4. Aset proyek tertentu (maujudat masyru” muayyan) ; dan atau
5. Kegiatan investasi yang telah ditentukan ( nasyath intistmarin khashah).
Istilah sukuk tidak digunakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Hal ini terlihat dalam Fatwa No : 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang
Obligasi Syariah ,yang menggunakan istilah obligasi syariah.
Sukuk sebagai instrumen investasi memiliki karakteristik yang khas yakni keberadaan
underlying asset berupa aset riil yang menjadi dasar penerbitan sukuk. Hal ini
menjadi jaminan bagi para investor bahwa investasi yang ditanamkan akan
dilindungi sebesar nilai aset yang mendasari transaksi sukuk tersebut. Selain itu,
sukuk memberikan keuntungan bagi para investor berupa 16:
1. Memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif
dibandingkan dengan isntrumen keuangan lain.
2. Pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk negara sampai dengan jatuh
tempo dijamin oleh pemerintah.
3. Dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.
15
Penulis berpendapat bahwa pengertian sukuk sebagai penyertaan (investasi) hanya tepat untuk sukuk yang
akadnya mudharabah, namun tidak tepat untuk jenis sukuk dengan akad yang lain, semisa sukuk murabahah.
16
Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam – Tinjauan Teoretis dan Praktis, Kencana, Jakarta,
2010, hlm .
8
4. Memungkinkan diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin ( capital
gain )
5. Aman dan terbebas dari unsur riba (usury), gharar ( uncertainty ) dan maysir
(gambling).
6. Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan syariat Islam.
Di samping itu, investor akan memperoleh hasil dari pengelolaan aset sukuk.
Disinilah letak perbedaan sukuk dengan obligasi. Ciri khas sukuk lainnya adalah , jika
sertifikat tersebut mencerminkan kewajiban kepada pemegangnya, maka sertifikat
tersebut tidak dapat diperjualbelikan di pasar sekunder sehingga menjadi instrumen
jangka panjang yang dimiliki hingga jatuh tempo atau dijual pada nilai nominal.17
Berikut ini perbedaan antara sukuk, obligasi dan saham
Deskripsi
Tabel 1: perbedaan sukuk,obligasi, dan saham
sukuk
obligasi
Saham
Prinsip dasar
Bukan merupakan Surat pernyataan Bukti kepemilikan
surat
utang, utang dari penerbit saham perusahaan
melainkan
bukti
kepemilikan
bersama
atas
suatu aset/proyek
Klaim
Klaim kepemilikan
didasarkan pada
aset/proyek yang
spesifik
Penggunaan dana
Harus
Dapat digunakan Dapat digunakan
dipergunakan
untuk apa saja
untuk apa saja
untuk
kegiatan
usaha yang halal
Jenis penghasilan
Imbalan, bagi hasil, Bunga/kupon,
marjin dan capital capital gain
gain
Dividen/capital
gain
Underlying asset
Perlu
Tidak perlu
Tidak perlu
Syariah
endorsement
Perlu
Tidak perlu
Tidak perlu
Emiten
berkedudukan
sebagai
phak
peminjam
Menyatakan
kepemilikan
terhadap
perusahaan
17
Tim Kajian Pengembangan Produk Syariah, Pengembangan Produk Syariah di Pasar Modal (Sukuk
Musyarakah dan Sukuk Ishtisna), Bapepam-LK, Jakarta, 2009, hlm. 4
9
Sumber : tim Kajian Pengembangan Produk Syariah-Bapepam-LK, 2009.
Salah satu ciri surat berharga sebagai instrumen investasi adalah dapat
diperdagangkan, namun demikian sukuk berdasarkan aset atau proyek yang
mendasarinya (underlying asset) dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis , yakni sukuk
yang dapat diperdagangkan (tradable sukuk) yakni sukuk yang mewakili aset
berwujud atau porsi kepemilikan dari usaha atau portofolio investasi tertentu,
contohnya seperti sukuk ijarah, sukuk mudharabah atau sukuk musyarakah, dan
sukuk yang tidak dapat diperdagangkan (non-trdable sukuk) yakni sukuk yang
mewakili piutang dalam bentuk uang maupun barang tidak dapat diperdagangkan,
contohnya sukuk salam, ishtisna dan sukuk murabahah.
b. Sukuk sebagai alternatif pembiayaan
Perkembangan sukuk sebagai alternatif pembiayaan dimulai pada tahun 2002
ketika Malaysia menerbitkan sukuk berdenominasi dollar sebesar 600 juta US
dolar, yang selanjutnya diikuti oleh penerbitan Solidarity Trust Sukuk dari Islamic
Development bank (IDB) sebesar 400 juta US dolar pada September 2003. Sejak
saat itu,sekitar 40 jenis sukuk baik souvereign18 maupun corporate sukuk
ditawarkam di Bahrain, Malaysia, Saudi Arabia, Qatar, Uni Emirat Arab, United
Kingdom, Jerman, Pakistan dan Indonesia serta sejumlah negara lain di dunia.19
Saat ini, sukuk populer dan tumbuh menjadi alternatif pembiayaan yang
menempati posisi penting dalam pembiayaan pemerintah dan korporasi global
sebagai instrumen pasar modal yang tunduk pada prinsip syariah.
Di Indonesia, perkembangan pemanfaatan sukuk sebagai alternatif
pembiayaan , khususnya pembiayaan proyek menunjukkan grafik meningkat dari
tahun ke tahun. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal,
per April 2011 tercatat emisi sukuk oleh korporasi sebesar Rp. 7.815.00 miliar
dengan 47 jenis sukuk , dan tercatat 32 jenis dengan nilai sukuk outstsnding
sebesar Rp. 6.221.00 miliar.20 Selanjutnya berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa emiten atau penerbit sukuk di Indonesia masih sangat terbatas,
yakni terdiri dari BUMN seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Adhikarya
(Persero) ,Tbk, PT Pupuk Kalimantan Timur (Persero), dan bebrapa korporasi
yakni PT Indosat,Tbk,PT Matahari Putra Prima, Tbk; PT Berlian Laju Tanker, Tbk;
PT Salim Ivomas Pratama; PT Mitra Adhiperkasa, TBk; PT Titan Petrokimia
Nusantara, dan 2 emiten dari perbankan yakni PT Bank Pembangunan Sumatra
Barat ( Bank Nagari ) dan PT Bank Pembangunan Sulawesi Selatan. Melihat
jumlah dan karakteristik penerbit sukuk di Indonesia, dapat dikatakan fungsi
sukuk sebagai alternatif pembiayaan belum digunakan secara optimal.
18
Souvereign sukuk merujuk pada sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah atau badan usaha milik negara,
sedangkan corporate sukuk adalah sukuk yang diterbitkan oleh korporasi swasta.
19
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, John Wilay & Sons Limited, Englad, 2007, hlm . 389.
20
Data statistik Pasar Modal Syariah 2011.
10
Berdasarkan Pasal 3 UU SBSN, jenis SBSN yang dapat dikeluarkan dapat berupa :
1. SBSN ijarah, yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah
2. SBSN mudharabah
Di lihat dari jenis akadnya penerbitan sukuk Indonesia ,khususnya SBSN baru
menggunakan akad mudharabah dan ijarah. Dimaksudkan dengan akad
mudharabah , berdasarkan Pasal 1 Angka 7 UU SBSN adalah :
“ akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai penyedia
modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan dari
kerjasama tersebut akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai
dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak”.
Sementara itu, ijarah adalah “ akad yang satu pihak bertindak sendiri atau
melalui wakilnya menyewakan hak atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan
harga sewa dan periode sewa yang disepakati”.
Khusus sukuk yang diterbitkan oleh negara (SBSN) maka hingga saat ini yang
digunakan sebagian besar adalah akad ijarah sale and lease back.
Namun demikian, otoritas keuangan dalam hal ini Bapepam-LK sudah
mencanangkan penerbitan sukuk dengan akad-akad lain seperti sukuk
musyarakah dan sukuk istishna.
III. PRAKTIK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN MELALUI PENERBITAN SUKUK
Penerbitan sukuk , baik sebagai alternatif investasi maupun pembiayaan
perusahaan di Indonesia menjadi topik ekonomi dalam beberapa tahun terakhir.
Penggunaan sukuk sebagai alternatif pembiayaan di Indonesia memang relatif
kecil dibandingkan dengan total nilai pembiayaan secara keseluruhan, namun
dari data yang dikeluarkan oleh otoritas keuangan, perkembangan sukuk
memperlihatkan grafik meningkat dari tahun ke tahun. Sejak diundangkannya
UU No : 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syarah Negara (SBSN),
pemerintah telah menerbitkan Rp. 4.699 miliar dengan underlying asset berupa
aset atau bangunan milik negara , sementara itu, penerbitan sukuk korporasi
sampai akhir tahun 2008 mencapai Rp 4,76 Triliun, dan pada periode 2007-2012
mencapai Rp 5,2 Triliun untuk sukuk dengan akad ijarah (72 %), dan sisanya
Rp.52,4 Triliun adalah sukuk mudharabah ( 28%). Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Bapepam –LK dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang pada
tahun 2012 baik SBSN maupun sukuk korporasi mengalami peningkatan yang
signifikan.
Tabel 2 : jumlah Total Penerbitan Sukuk 2002- 2012
Tahun
Sukuk Korporasi
SBSN
Jumlah Total
SBSN
dan
11
Jumlah Total
Total penebit
Jumalah Total sukuk
korporasi
(miliar )
(miliar)
2002
175.00
1
-
175.00
2003
740.00
6
-
740.00
2004
1.394.00
13
-
1.394.00
2005
1.979.40
16
-
1.979.40
2006
2.179.00
17
-
2.179.40
2007
3.204.40
21
-
3.204.40
2008
5.498.40
29
4.699.70
10.198.10
2009
7.015.40
43
14.298.90
21.234.30
2010
7.815.00
47
38.500.00
46.315.40
2011
7.915.00
48
62.771.00
70.686.40
2012 /juli
9.390.40
52
76.875.00
86.265.40
Sumber : Bapepam-LK dan Ditjen Pengelolaan Utang, 2012.
Berdasarkan tabel di atas ,diketahui bahwa sukuk korporasi pertama diterbitkan
oleh PT Indosat, Tbk pada bulan oktober 2002 dengan akad mudharabah dengan
nilai nominal RP. 175 miliar. Selanjutnya, pada pertengahan Juli 2012 ,jumlah
total kor[porasi yang menerbitkan sukuk berjumlah 52 dengan nilai total
Rp.9,390.00 triliun.
Sejak awal 2011 penerbit sukuk di dominasi oleh perusahaan yang bergerak di
bidang infrastruktur , utilitas dan transportasi sebesar 25 %, , jasa keuangan 18
% , perdagangan , jasa dan investasi sebanyak 14% . industri kimia dasar dan
industri barang konsumsi sebesar 3 %. 21Data ini menunjukkan bahwa sukuk
sebagai alternatif pembiayaan semakin banyak digunakan oleh para pelaku
usaha. Bersama sama dengan negara Asean lainnya, yakni Malaysia dan
Singapura, Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan sukuk yang cukup kuat
pada tahun 2012. Allan Redemerio,Director, Head of Infrastructure Ratings at
Standard & Poor’s percaya bahwa Indonesia berpotensi menjadi pusat bagi pasar
sukuk dengan alasan bahwa Populasi muslim yang besar dan fakta bahwa
penerbit sukuk Indonesia cenderung lebih banyak melakukan pinjaman yang
21
Republika. co.id, 2011.
12
sifatnya lintas negara mengingat pasar utang lokal yang kecil.22 Dengan langkah
cepat untuk mempromosikan sukuk, maka akan mempercepat eksistensi sukuk
sebagai instrumen pembiayaan.
Dari sisi investor, sukuk masih didominasi oleh institusi keuangan yakni
perusahaan asuransi sebesar 29 %, perbankan syariah 27 %, 12 % oleh dana
pensiun, 9 % dikuasai perusahaan sekuirtas, 5 % oleh perusahaan asuransi
syariah (Takaful), selebihnya (4%) dimiliki oleh bank konvensional, reksadana
syariah, raksadana konvensional, dan dana pensiun syariah.23 Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa investor non syariah mengasai sukuk sebesar
63 %, dan sisanya dikuasai oleh investor syariah sebesar 37 %.
Minat investor terhadap sukuk sebagai alternatif investasi di Indonesia cukup
menggembirakan, hal ini misalnya, dapat dilihat dari pemesanan sukuk IFR 0001
dan IFR 0002 yang oversubscribed 24, yakni sebanyak 1.6 kali dengan total
permintaan mencapai Rp. 8.07 triliun dari target Rp.5 triliun. Permintaan dari
investor domestik mencapai Rp.7.1 triliun atau 88% dari total permintaan. Hal ini
menunjukkan bahw pasar sukuk di Indonesia sangat potensial.
Berkenaan dengan praktik penerbitan sukuk sebagai alternatif pembiayaan,
pemerintah sejak tahun 2011 sudah berencana menerbitkan SBSN untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur di tanah air. Nilai sukuk berbasis
proyek tersebut mencapai Rp.20,9 Triliun. Setidaknya pada tahun 2011 ada 2
jenis sukuk yang diterbitkan, yakni :
1. Sukuk yang diterbitkan menggunakan proyek-proyek kementerian/lembaga
(K/L) yang sudah ada dalam APBN sebagai dasar penerbitan (project
underlying).
2. Sukuk yang diterbitkan secara khusus untuk membiayai proyek-proyek baru
(project based sukuk).
Proyek yang didanai dari hasil penerbitan sukuk ini antara lain untuk pembangunan
jalan tol 40 %, perumahan atau rusunawa sebesar 15 %, fasilitas penyeberangan dan
pelabuhan 16 % dan peningkatan kapasitas bandara 5,6 %. Penerbitan SBSN
tersebut diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia di pasar
internasional,mengingat penerbitan sukuk tersebut menciptakan bencmark di pasar
keuangan syariah internasional dan perluasan basis investor,khususnya Islamic
investors dari pasar internasional. Diharapkan pada tahun 2013, beberapa proyek
infrastruktur akan dapat dibiayai dengan sukuk, selain satu proyek pembangunan
jalur ganda kereta api Cirebon Kroya. Struktur sukuk yang diterbitkan oleh
pemerintah menggunakan akad ijarah asset to be leased, yang berarti penggunaan
22
Lorraine Cushine, Sukuk Growth Potential Strong in Southeast Asia, Asiamoney Jan 2012, Vol 23 Issue 1,
hlm.100, di download dari http:// web.obscohost.com/ehost/delivery?sid=5e747797-d985-4027-87 tanggal 14
September 2012.
23
Ibid.
24
Oversubscribed terjadi apabila jumlah permintaan melebihi jumlah sukuk yang dtawarkan pada pasar
perdana.
13
proyek sebagai underlying asset penerbitan tidak akan mengubah pelaksanaan
kegiatan oleh kementerian/lembaga , termasuk dalam pelaksanaan anggaran.
Beberapa manfaat penerbitan sukuk bagi Indonesia, selain untuk mendapatkan
pembiayaan pembangunan, melainkan juga bermanfaat antara lain 25:
1. Proyek-proyek infrastruktur yang menyerap biaya besar yang selama ini tidak
dapat dibiayai, dapat direalisasi dengan masuknya investor asing, khususnya
negara-negara timur tengah.
2. Korporasi dapat memanfaatkan sukuk untuk melakukan ekspansi usaha,
khususnya ikut berperan serta dalam pembangunan.
3. Pasar modal dan pasar keuangan syariah akan berkembang dengan hadirnya
produk-produk yang semakin variatif, mengingat keberagaman produk
merupakan salah satu daya tarik investor, yang dapat meningkatkan permintaan
pasar. Diharap kan kehadiran sukuk dapat meningkatkan jumlah aset keuangan
syariah, dan selanjutnya berdampak terhadap dinamisasi pasar modal syariah.
4. Diversifikasi basis investor, khususnya basis investor yang menginginkan
berinvestasi secara syariah, sehingga optimalisasi dana masyarakat dapat
tercapai.
Mengacu pada tujuan dan manfaat penerbitan sukuk dalam menunjang
pembangunan ekonomi, maka sudah selayaknya
Indonesia mempersiapkan
infrastruktur legal dan meminimalisasi hambatan lainnya guna meningkatkan peran
sukuk sebagai alternatif pembiayaan dan investasi, khususnya di pasar global.
Disamping manfaat ekonomis, maka praktik penerbitan sukuk di Indonesia
berimplikasi terhadap pembangunan manusia Indonesia, khsuusnya terhadap
pengembalian keahlian dalam berbagai instrumen pembiayaan Islam, terhadap
pendidikan dan pelatihan serta dapat menciptakan
IV. BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS DALAM PENERBITAN SUKUK DI INDONESIA
Mengacu pada praktik penerbitan sukuk di Indonesia, potensi untuk
mengembangkan sukuk sangat besar, namun demikian perlu ditemukenali
hambatan-hambatan yang menyebabkan pasar sukuk Indonesia masih jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya malaysia. Penulis
menemukan beberapa kendala dalam pengembangan sukuk di Indonesia.
1. Kendala yuridis
Indonesia memang memiliki serangkaian aturan yang berkenaan dengan
penerbitan sukuk, mulai dari UU sampai Fatwa DSN-MUI,khususnya UU No :
19 Tahun 2008 Tentang SBSN. Berdasarkan UU SBSN, jenis akad yang banyak
digunakan dalam praktik adalah akas ijarah sale and lease back. Hal ini
berarti investor pemegang sukuk seharusnya menjadi pemilik dari aset dasar
yang digunakan dalam penerbitan sukuk. Selanjutnya pemerintah menyewa
25
Lihat pula Nurul Huda & Mohamad Heykal, op.cit, hlm. 266.
14
kembali aset tersebut, mengelola aset dan membagi keuntungan kepada
investor sebagai return investor. Dari sudut pandang hukum, masih terdapat
keragu-raguan mengenai status kepemilikan aset selama sukuk belum jatuh
tempo. Apakah aset beralih kepada investor karena akad yang dijual adalah
jual, atau hanya hak manfaat dari aset saja yang dialihkan kepada investor. Ke
duanya menyisakan problem hukum, mengingat aset negara atau barang
milik negara tidak diperkenankan untuk dialihkan atau dijaminkan. Hal ini
jelas diatur dalam pasal 2 G UU No : 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara. Andai yang dialihkan hanyalah hak manfaat, maka perlu penegasan
dan landasan hukum yang kokoh mengenai kedudukan investor sebagai
penerima manfaat saja, namun tidak memiliki asetnya. Dari sisi hukum
kebendaan, sangat sulit untuk memisahkan pengalihan hak manfaat dari
bendanya mengingatkan sistem hukum benda tidak mengenal dua
lownership.
Kendala yuridis lain adalah ketentuan di bidang perpajakan yang
dianggap tidak efisien, karena kadangkala terhadap akad yang dilakukan
dalam penerbitan sukuk masih terkendala dengan pajak ganda.
2. Kerjasama antar lembaga yang belum optimal dan political will yang masih
rendah.
Penerbitan sukuk di Indonesia memerlukan kerjasama yang solid bukan
hanya antara pemerintah dan swasta sebagai pelaku usaha yang secara
profesional mampu melaksanakan proyek-proyek yang sudah direncanakan,
melainkan juga memerlukan kordinasi antara otoritas keuangan, antar
kementerian/lembaga. Selain Bapepam-LK dan Bank Indonesia ,dan sekarang
hadir Otoritas Jasa Keuangan, maka penerbitan sukuk memerlukan kerjasama
antara kementerian keuangan, Bappenas, Kementerian BUMN, dan
kementerian lain yang menggagas proyek yang akan dibiayai oleh sukuk.
Berkaitan dengan peran pemerintah, baik sebagai pelaku maupun regulator,
diperlukan keterlibatan secara aktif dan kemauan yang kuat untuk
membangun infrastruktur yang dapat mendorong bertumbuhnya keuangan
syariah secara cepat. Malaysia misalnya, selain menargetkan pangsa pasar
secara realistis 26, maka pemerintah terlibat secara langsung dengan
perusahaan-perusahaan keuangan berbasis syariah. Perlaku /perusahaan
yang aktif dalam penerbitan instrumen syariah hampir 70 % memiliki afiliasi
dengan pemerintah.
3. Kendala lain yang dihadapi Indonesia adalah kendala sumber daya manusia.
Saat ini, perguruan tinggi yang berkonsentrasi pada ekonomi atau keuangan
syariah belum banyak, hal ini diakui oleh Muhammad Syafii Antonio ,ketua
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia. Fakultas hukum Unpad misalnya,
26
Pada tahun 2010 Malaysia menargetkan pangsa pasar keuangan syariah mencapai 20 %, dan itu dapat
dicapai. Lihat Sharing, op.cit, hlm : 16.
15
memasukkan ekonomi syariah secara sporadis ke dalam matakulaih tertentu,
sebagai bagian dari satuan acara perkuliahan. Hal ini berbeda dengan
Malaysia , yang secara serius mengembangkan sumber daya manusia. Selain
rutin menggagas konferensi keuangan syariah yang sifatnya internasional,
Malaysia mencoba menjadikan negaranya sebagai pusat sumber daya
berbasis syariah dengan mendirikan INCEIF ( International Center for
Education in Islamic Finance )sebagai lembaga yang menghasilkan sumber
daya manusia yang handal di bidang syariah. Di samping itu masih terdapat
IBFIM ( Islamic Banking and Finance Institute Malaysia ) dan ISRA
(International Sharia Research Academy ) 27. Malaysia juga giat mengundang
perusahaan-perusahaan internasional dari Timur Tengah untuk membuka
cabang di Malaysia dengan insentif pengurangan bahkan penghapusan pajak.
4. Kurangnya sosialisasi bagi masyarakat sebagai investor potensial.
Pangsa pasar yang besar di Indonesia masih belum menjamin bahwa
penerbitan sukuk dapat segera menyerap dana masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari data statistik yang dikeluarkan Bapepam-LK bahwa nilai nominal
dari sukuk yang beredar (outstanding) hanya 4,5 % , dan sisanya 95,6 % masih
dikuasai oleh obligasi konvensional. Sedangkan dari sisi jumlah sukuk yang
beredar baru 11,5 % dari 100 % , yang artinya 88, 5 masih didominasi oleh
obligasi konvensional.28
Minimnya pengetahuan tentang surat berharga sukuk, memerlukan
sosialisasi terus menerus agar masyarakat memahami sukuk secara
komprehensif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa simpulan yang dapat ditarik dalam praktik penerbitan sukuk sebagai
alternatif investasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Simpulan :
1. Sukuk berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif pembiayaan
pembangunan di Indonesia, khususnya pembangunan infrastruktur yang
menyerap dana besar. Sukuk yang dapat diterbitkan adalah sukuk yang
selain menyerap dana dari pasar lokal, juga dapat menyerap dana global atau
lintas negara.
2. Selain pemerintah yang dapat menerbitkan souvereign sukuk atau sukuk
negara, maka korporasi merupakan mitra pemerintah dalam menyerap dana
baik lokal maupun global untuk pembiayaan pembangunan, khususnya
infrastruktur. Selanjutnya pemerintah dan swasta dapat bekerja sama ,
dimana setiap pelaku usaha swasta yang menerbitkan sukuk menjadi afiliasi
atau memiliki hubungan dengan pemerintah.
27
28
Ambisi negeri Jiran, Majalah Sharing, Edisi 68 Tahun VI Agustus 2012.
Indonesia Bond market Guide, Volume I Part 2, hlm. 65.
16
3. Indonesia masih belum optimal mempersiapkan infrastruktur yang dapat
menghasilkan human capital atau sumber daya manusia yang siap
mendukung pasar sukuk khususnya, dan aktivitas ekonomi syariah pada
umumnya. Hal ini terlihat belum banyak institusi pendidikan atau pun pusat
studi yang menghasilkan tenaga2 berpengetahuan syariah yang handal.
b. Saran :
1. Diperlukan political will yang kuat dari pemerintah untuk menyiapkan
infrastruktur baik legal maupun sumber daya manusia yang handal untuk
mendukung pengembangan pasar sukuk di Indonesia.
2. Diperlukan mekanisme yang tepat bagi hubungan pemerintah-swasta dalam
menyerap dana lokal dan global melalui penerbitan sukuk.
3. Diperlukan kerjasama antara perguruan tinggi, pusat studi atau institusi yang
sudah ada dengan perguruan tinggi dan institusi di negara-negara yang sudah
mapan dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang ekonomi
syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Thomas A Myers, From Enron to Subprime Mortgage to Greece : How Islamic Finance
Principles Might Have Avoided the Recent Financial Crises, Durham Islamic Summer
School, 2012.
Dat Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam – Tinjauan Teoritis dan
Praktis, Kencana, Jakarta, 2010.
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, John Wilay & Sons Limited, Englad, 2007
Rodney Wilson, Overview of The Sukuk Market, Euro Money Books, Nestor House-Playhouse
Yard, London,UK
Muhammad al-Bashir Muhammad al-Amine, Global Sukuk and Islamic Securitization Market,
Brill, London, 2012
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-undang No 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, Undang-undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 32/DSN-MUI/ 2002 Tentang Obligasi Syariah.
Makalah, Artikel, Dan Lain-lain
Lastuti Abubakar, Implikasi Aktivitas Ekonomi Syariah Terhadap Perkembangan Hukum
Ekonomi di Indonesia, Jurnal Legal Review Volume I Nomor 2 Desember Tahun 2010.
Sinergi Keuangan Syariah Asean, Majalah Sharing, Edisi 67 Tahun VI Juli 2012.
Ekonomi Syariah Khas Indonesia, Majalah Sharing, Edisi 62 ,Tahun VI Februari 2012
Ambisi negeri Jiran, Majalah Sharing, Edisi 68 Tahun VI Agustus 2012
Indonesia Bond market Guide, Volume I Part 2
Republika. co.id 2011.
17
Statistik Pasar Modal Syariah 2011.
Tim Kajian Pengembangan Produk Syariah, Pengembangan Produk Syariah di Pasar Modal
(Sukuk Musyarakah dan Sukuk Ishtisna), Bapepam-LK, Jakarta, 2009
Lorraine Cushine, Sukuk Growth Potential Strong in Southeast Asia, Asiamoney January
2012,
Vol
23
Issue
1,
di
download
dari
http://
web.ebscohost.com/ehost/delivery?sid=5e747797-d985-4027-87
tanggal
14
September 2011
Wedderburn- Day, A. Roger, Souvereign Sukuk : Adaptation and Innovation, Law &
Contemporary Problems, Fall 2012, Vol.73 Issue 4, hlm . 325-333. Di download dari
http://web.ebscohost.com/ehost/delivery?sid=f135f349-bced-4874.
Ekonomi Syariah Khas Indonesia, Majalah Sharing, Edisi 62 ,Tahun VI Februari 2012
18
Download