Tinjauan Pustaka Ekspresi gen litik virus Epstein-Barr: manfaatnya untuk penegakan diagnosis karsinoma nasofaring Daniel Joko Wahyono*, Bambang Hermani**, Purnomo Soeharso*** *Program Doktor Ilmu Biomedik - Program Pascasarjana FKUI/ Fakultas Biologi Universitas Soedirman **Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok FKUI/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ***Departemen Biologi Kedokteran FKUI ABSTRAK Latar belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) bersifat endemik secara geografis (di Asia Tenggara) dan berasosiasi dengan beragam faktor lingkungan dan genetik. KNF tidak berdiferensiasi konsisten dengan adanya infeksi virus Epstein-Barr (VEB). Prevalensi KNF pada populasi Indonesia cukup tinggi sebesar 6,2/100.000 penduduk per tahun. Tujuan: Menjelaskan kegunaan analisis ekspresi gen litik immediate-early VEB untuk menegakkan diagnosis KNF dan meningkatkan efisiensi dalam penanganan KNF. Tinjauan Pustaka: Replikasi VEB pada epitel nasofaring berimplikasi pada dua reaksi seluler, yaitu siklus laten dan litik VEB. Ekspresi gen litik VEB terdiri dari tiga fase, yaitu immediate-early, early dan late. Ekspresi gen immediate-early BZLF1 dan BRLF1 diperlukan untuk menginduksi gen litik fase early dan late, sehingga kedua gen tersebut dikenal sebagai gen transaktivator. Gen fase early litik BALF1 mengekspresikan protein replikasi pada KNF. Ekspresi gen fase late BCLF1 berperan penting untuk replikasi VEB pada KNF, terutama untuk membentuk struktur virion. Perubahan siklus laten menjadi siklus litik pada sel tumor dapat terjadi secara spontan, terutama melalui transduksi sinyal setelah aktivasi oleh anti-IgG, TGF-β dan CD4+. Pada KNF, induksi siklus litik VEB dengan cisplatin dan radiasi sinar γ menyebabkan peningkatan ekspresi gen BRLF1 dan BZLF1 yang berkorelasi dengan peningkatan progresivitas tumor. Teknik RT-PCR akan sangat berguna untuk mendeteksi ekspresi mRNA gen BRLF1 dan BZLF1 VEB pada lokasi tumor primer, sedangkan teknik real time RT-PCR digunakan untuk mengukur kuantitas mRNA gen tersebut. Kesimpulan: Ekspresi gen litik immediate-early VEB pada biopsi tumor KNF memberikan informasi klinis dasar yang lebih akurat untuk diagnosis dan terapi KNF. Kata kunci: ekspresi gen litik VEB, karsinoma nasofaring, diagnosis KNF ABSTRACT 1 Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is endemic in certain geographic regions, such as Southeast Asia, and is associated with several environmental and genetic factors. Undifferentiated NPC is consistent with Epstein-Barr virus (EBV) infection. NPC is the most common ENT tumor in Indonesia with high prevalence among native populations and yearly overall incidence estimated 6.2 per 100.000 population. Purpose: To explain the advantage of EBV immediate-early gene expression analysis in determining of NPC diagnosis and management of NPC. Review: Replication of EBV implies to two cellular reactions, i.e. latentcy and lytic cycle expression of EBV lytic genes which consists of three lytic phases, i.e. immediate-early, early and late phase. Expression of immediateearly genes BZLF1 and BRLF1 are needed to induct of early and late genes, so both genes are known as transactivator genes. BALF1, an early lytic gene, expresses some protein regulating EBV replication in NPC. Expression of BCLF1, a late lytic gene, is essential for EBV replication, particularly in the forming of virion structure in NPC. Switching from latent to lytic cycle in tumor cells can happened spontaneously, particularly when the viral immediate early genes are induced via signal transduction after initial activation by anti-IgG, TGF-β and CD4+. In NPC, the induction of EBV lytic cycle by cisplatin and irradiation gamma leads to the increasing expression of BRLF1 and BZLF1 which have a correlation with the increasing of tumor progression. RT-PCR technique is a very useful for detecting mRNA BRLF1 and BZLF1 gene expression at the site of primary tumor, while real-time RT-PCR technique is used to measure the mRNA level of those genes. Conclusion: Expression of EBV immediate-early lytic gene in the biopsy of NPC primary tumour provides a basic clinical information for NPC diagnosis and therapy more accurately. Key words: expression EBV lytic gene, nasopharyngeal carcinoma, NPC diagnosis. Alamat korespondensi: Daniel Joko Wahyono, Program Biomedik FKUI. Jl. Salemba Raya 6 Jakarta. E-mail: [email protected] wilayah Cina Selatan, Asia Tenggara, PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring India Barat Daya, Afrika Utara, Eskimo (KNF) dan Alaska. Insidens pada pria cenderung merupakan tumor ganas pada sel epitel nasofaring dan merupakan lebih tinggi dibandingkan wanita dengan penyakit rasio 2,3:1.2 KNF merupakan bentuk multifaktor yang bersifat endemik.1 Daerah keganasan ketiga yang dijumpai pada pria endemik KNF adalah daerah dengan dengan insidensi di Cina Selatan berkisar populasi risiko tinggi KNF, terutama di 2 23-30/100.000 penduduk per tahun.3 Pada limfoma populasi lymphoproliferative disease (PLTD) dan Indonesia yang mempunyai Burkitt, post-transplant keragaman etnik tinggi dengan populasi Hodgkin’s berkisar 225 juta jiwa, KNF adalah tumor berasosiasi dengan VEB dan sel epitel THT yang paling tinggi prevalensinya sebagai sel targetnya adalah karsinoma pada populasi penduduk asli dengan angka nasofaring dan karsinoma gaster.7 insidensi 6,2/100.000 penduduk per tahun, disease. Infeksi litik Malignansi yang herpesvirus dibagi sehingga populasi Indonesia termasuk menjadi tiga fase ekspresi gen, yaitu dalam kelompok daerah dengan populasi immediate-early, early dan late. Pada fase risiko agak tinggi KNF. Insidensi KNF immediate-early yang pada transkripsi transaktivator replikasi virus asli di Sulawesi. yang berfungsi mengatur ekspresi baik gen Berdasarkan atas seluruh diagnosis KNF virus seluler maupun lainnya. Fase early yaitu pria 22% dan wanita 8%, maka rasio mengekspresikan paling tinggi populasi penduduk ditemukan (IE) berlangsung komponen proses 4,5 replikasi DNA virus. Fase late terekspresi tidak ketika terbentuk sebagian besar protein (undifferentiated struktur kapsul virus, tegumentum dan carcinoma) atau KNF WHO tipe IIB selubung virus. Pada infeksi litik VEB, dianggap 100% berasosiasi dengan infeksi induksi VEB.6 KNF WHO tipe IIB dengan transaktivator BZLF1 insidens yang tinggi ditemukan pada membutuhkan gen populasi di sebagian besar wilayah Asia yaitu Tenggara, sedangkan pada populasi di immediate-early Afrika dan Eskimo insidensinya lebih diperlukan untuk menginduksi seluruh rendah.5 Berdasarkan frekuensi malignansi rangkaian gen-gen lain pada siklus litik, beragam yang berkaitan dengan VEB, ada seperti gen litik fase early dan late.7 Oleh dua tipe sel target utama virus yaitu karena itu, tinjauan pustaka ini bertujuan limfosit B dan sel epitel. Malignansi yang menjelaskan kegunaan analisis ekspresi berasosiasi dengan infeksi VEB dan gen litik immediate-early VEB untuk limfosit B sebagai sel targetnya adalah menegakkan KNF antara pria dan wanita adalah 2,4:1. KNF tipe berdiferensiasi karsinoma 3 replikasi BRLF1. virus oleh secara gen efisien transaktivator lain, Ekspresi BZLF1 diagnosis gen dan KNF litik BRLF1 dan meningkatkan efisiensi dalam penanganan EBNA1(BKRF1), LMP1(BNLF1), Zebra KNF. (BZLF1) dan berbagai gen lainnya.9,10 Pada saat ini, sekuens genom VEB-2 strain TINJAUAN PUSTAKA AG876 telah berhasil dipetakan secara Aspek biologi VEB Virus lengkap.11 Sekuens genom VEB-1 dan Epstein-Barr (VEB) adalah VEB-2 mempunyai homologi yang tinggi spesies Human herpesvirus 4 dari genus menunjukkan bahwa kedua subtipe VEB Lymphocryptovirus dan termasuk dalam ini merupakan satu spesies, walaupun familia Herpesviridae. VEB adalah virus lokasi gen EBNA1 berbeda pada kedua herpes-γ yang berasosiasi dengan jaringan subtipe VEB tersebut. Identifikasi subtipe limfoid dan kanker pada sel epitel.8 Pada VEB dari sampel klinis dapat dilakukan keadaan normal, infeksi VEB hanya dengan teknik PCR.9 terbatas pada manusia sebagai inangnya, Prevalensi walaupun hasil eksperimen pada beberapa daerah endemik malaria dan limfoma yang diselubungi protein inti berbentuk nukleus, Burkitt. Prevalensi VEB-2 ini diduga protein berkaitan dengan kegagalan fungsi sel T tegumentum dan selubung luar. Pada selubung luar terdapat tinggi banyak ditemukan di Afrika terutama di Struktur morfologi VEB terdiri dari DNA kapsul lebih daripada VEB-2, meskipun VEB-2 lebih jenis kera juga dapat terinfeksi VEB. toroid, VEB-1 dan stimulasi sel B poliklonal yang intensif tonjolan pada sistem imun inangnya.10 VEB-1 9,10 glikoprotein, yaitu Gp 350/320. VEB digolongkan ternyata lebih berkaitan dengan penyakit menjadi dua yang subtipe, yaitu VEB subtipe 1 atau A (VEB- vitro.9 sekuens genom VEB sekitar 85%. Kedua perbedaan tersebut sekuens Pada menunjukkan mempunyai polimorfik VEB dan lebih efisien daripada VEB-2 secara in Kedua subtipe ini mempunyai homologi VEB dengan kemampuan mentransformasi sel B yang 1) dan VEB subtipe 2 atau B (VEB-2). subtipe berasosiasi penderita bahwa usia 77% muda penderita membawa VEB-1, 17% VEB-2 dan 5% yang membawa signifikan pada gen EBNA2 (BYRF1) dan keduanya.12 VEB-1 dapat menginfeksi sel epitel orofaring dan EBNA3A-C (BERF1-3), sedangkan variasi genetik relatif kecil terdapat pada gen-gen 4 limfosit darah tepi, sedangkan VEB-2 hanya menginfeksi orofaring saja.10 VEB dari strain B95-8 adalah virus herpes yang pertama kali diketahui seluruh sekuens fragmen restriksi BamHI secara lengkap. Tata nama gen-gen VEB dirumuskan berdasarkan atas orientasi transkripsi setelah titik awal transkripsi pada fragmen restriksi BamHI, yaitu pada Gambar 1. Genom DNA VEB merupakan DNA untai ganda berbentuk episomal (A) atau berbentuk linier (B), dengan segmen oriP (origin of plasmid replication) dan oriLyt (lytic replication).13 sisi kanan atau kiri titik awal transkripsi. Daerah BamHI-A merupakan fragmen yang terpanjang, selanjutnya disusul oleh Genom VEB bentuk linier yang fragmen BamHI-B. Gen BALF-2 adalah berupa gen yang terletak pada sisi kiri kerangka linear VEB terbentuk dari pemotongan Wp pada daerah pengulangan ekson pada (W repeats) segmen TR bentuk sirkular VEB. Sekuens yang DNA berulang terdiri dari TR dan internal ditranskripsikan pada periode Laten III. repeat (IR). TR terdapat pada masing- Transkrip EBNA1 yang berasal dari masing ujungnya berukuran 0,5 kpb, promotor Qp yang berlokasi pada daerah BamHI-Q yang ditranskripsikan ganda berukuran 84 open reading frame (ORFs). Bentuk EBNA-LP berasal dari promoter Cp atau BamHI-W untai panjang sekitar 172 kpb dan mengandung baca kedua fragmen BamHI-A. Transkrip daerah DNA sedangkan internal repeat (IR) berukuran pada 3 kpb. IR1 memisahkan genom menjadi periode Laten I dan II (Gambar 1.A). sekuens unik panjang (unique long atau Protein LMP2 ditranslasi dari mRNA yang UL) dan sekuens unik pendek (unique memotong daerah terminal repeat TR short atau US) (Gambar 2). Selama siklus genom VEB sirkular yang dikenal sebagai litik, genom VEB dilipat-gandakan sampai heterogenic region (Nhet) (Gambar 1.B) lebih dari 100 kali dan DNA VEB untuk menghasilkan genom virus bentuk berbentuk intermedier berupa molekul episomal (sirkular).13 concotameric, 5 selanjutnya terpotong- potong menjadi unit genom linier dan Zta untuk menginduksi secara maksimal dikemas dalam nukleus virion.14 aktivasi beberapa promotor gen VEB yang sangat penting untuk replikasi VEB, yaitu gen BMLF1, BMRF1, BHRF1 dan DNA polimerase VEB. Rta diketahui pula berkontribusi terhadap onkogenesis KNF, terutama berkaitan dengan regulasi siklus Gambar 2. Skema diagram genom VEB linear. TR: terminal repeat; UL: unique long; US: unique short; IR1: internal repeat 1.10 sel. Rta diduga memfasilitasi pertumbuhan tumor, sehingga gen BRLF1 berkontribusi Ekspresi gen litik VEB Pada fase terhadap perkembangan KNF.16 immediate-early (IE) Fase early mengekspresikan berlangsung transkripsi gen transaktivator komponen replikasi DNA virus.7 Ekspresi replikasi virus yang berfungsi mengatur gen litik early VEB jarang terjadi pada ekspresi baik gen virus. BZLF1 diketahui keganasan yang berasosiasi dengan VEB menjadi faktor transkripsi pertama yang dan tidak berkontribusi terhadap proses akan berikatan dan mengaktivasi promotor onkogenesis, kecuali ekspresi gen BHRF1. gen BRLF1 yang termetilasi. Metilasi Ekspresi gen litik early dapat diinduksi ekstensif pada gen transaktivator BRLF1 oleh perlakuan kimiawi, iradiasi dan menyebabkan tidak terekspresinya gen aktivasi 7 reseptor membran sel yang BRLF1 pada infeksi laten. Rta (BRLF1 terinfeksi VEB pada siklus laten yang transcriptional activator) dan Zta (BZLF1 diperantarai transcriptional merupakan transaktivator Zta. protein gen litik fase immediate-early dan diekspresikan dengan aktivator transkripsi yang utama dalam promoternya sendiri pada daerah BamHI-H siklus litik VEB. Pada permulaan replikasi (Hp) selama fase early litik virus, tetapi VEB, Zta dan Rta melakukan autostimulasi tidak terdeteksi pada siklus laten virus. terhadap ekspresinya, selanjutnya kedua Transkrip BHRF1 predominan ditemukan protein tersebut saling mengaktivasi satu pada sel B yang berasosiasi dengan VEB dengan lainnya dan bekerja sama dalam pada limfoma. Ekspresi BHRF1 kadang- activator) 15 menginduksi gen-gen litik fase late. Rta oleh ekspresi protein Gen BHRF1 melimpah oleh kadang terdeteksi dalam kadar rendah pada dapat bereaksi sendiri atau sinergis dengan 6 KNF, penyakit Hodgkin dan sel T limfoma dan 10 protein tegumen. Gen litik late non-Hodgkin. Struktur dan fungsi protein VEB adalah BCLF1, BDLF1, BFRF3, BHRF1 homolog dengan protein anti- BORF1 apoptosis mengekspresikan bcl-2, sehingga mampu dan BBRF1. Gen-gen protein ini kapsul virus mencegah efek sitotoksik sel terinfeksi (MCP, mCP dan sCP), protein yang VEB oleh sel T sitoktoksik. BHRF1 juga berikatan dengan mCP (mCPBP) dan menyebabkan penghambatan diferensiasi protein portal. Protein tegumentum VEB sel dan menginduksi proliferasi sel epitel. diekspresikan antara lain oleh gen BPLF1, Enzim yang terkait dengan gen litik early BOLF1, VEB dapat dijadikan target potensial obat BGLF2, BBRF2, BSRF1, BGLF3 dan antivirus, sehingga dapat diaplikasikan BBLF1.17 Antibodi yang bereaksi dengan sebagai terapi tumor di masa depan.9 Gen- kompleks antigen kapsul virus (viral gen yang berperan penting dalam replikasi capsid antigen atau VCA) merupakan DNA VEB pada siklus litik dan replikasi marka diagnosis serologi terhadap infeksi DNA spesifik oriLyt adalah BZLF1, VEB yang penting. Semua individu karier BALF5, BMRF1, BALF2, BBLF4, BSLF1 VEB mengembangkan antibodi terhadap dan BBLF2/3. Semua protein gen litik protein early VEB bekerja sinergi pada garpu (BFRF3) replikasi untuk mensintesis untai leading berukuran dan lagging genom VEB. Replikasi DNA merupakan protein scaffold dan Gp125 VEB tergantung pada ekspresi protein gen (BALF4) merupakan protein membran inti. BZLF1, BRLF1 dan BSMLF1. Pada fase Gen-gen litik late VEB, genom VEB akan berlipat glikoprotein ganda dari 100 kali menjadi 1000 kali.17 (gp350/220) BALF4 (gB atau gp110), BVRF1, late BGLF1, litik, seperti merupakan kecil, yang VCA-p18 protein VCA-p40 berfungsi VEB BGLF4, kapsul (BdRF1) membentuk adalah BLLF1 Gen litik late VEB terekspresi ketika BXLF2 (gH atau gp85), BKRF2, BZLF2 terbentuk sebagian besar protein struktur (gp42), BILF2 (gp55/80 atau gp78), kapsul virus, tegumentum dan selubung BDLF3 (gp150), BLFR1 (gp15), BBRF3 virus.7 Pada fase late litik gen lestari (gp84/113) dan BILF1 (gp64). Gen BLLF1 (conserved) Herpesvirus mengekspresikan mengekspresikan 5 protein kapsul, 5 protein selubung virus virion yang utama, yaitu Gp350/220 yang 7 glikoprotein selubung berlokasi pada Badan Golgi dan plasma diferensiasi membran. adalah merupakan faktor diferensiasi transkripsi memperantarai virion berikatan dengan yang secara langsung menginduksi gen CD21 pada sel B inang dan menjadi target BZLF1. XBP1 dan PKD (protein kinase D) utama secara Peran dalam Gp350/220 menetralkan respons sel plasma sinergi dan melakukan XBP1 aktivasi antibodi.9 Oleh karena respons imun sel T transkripsi gen BZLF1 dan BRLF1.7 dapat bereaksi dengan gp350/220 secara Replikasi litik dari galur sel yang terinfeksi langsung, maka gp 350/220 merupakan secara laten dapat dilakukan dengan 17 komponen utama dalam vaksin VEB. induksi antara lain menggunakan anti- Ekspresi immunoglobulin gen BCRF1 mempunyai antibody (anti-IgG), homologi tinggi dalam struktur dan fungsi aktivasi transforming IL-10 pada manusia (human IL-10 atau (TGFβ) dan hIL-10). BCRF1 mampu menghambat Rangkaian aktivasi gen litik virus diawali respons fungsi oleh gen immediate early, kemudian makrofag, sel NK dan produksi IFN-γ. diikuti oleh gen early dan gen late. Gen Ekspresi IL-10 meningkat pada sebagain immediate early besar penyakit yang berasosiasi dengan transduksi sinyal VEB dan dapat dideteksi pada baik permulaan anti-IgG, TGFβ, jaringan Transkrip BZLF1 dan imun yang lokal terutama telah terinfeksi VEB growth aktivasi sel factorβ CD4 +. T diinduksi melalui setelah aktivasi CD4 +. BRLF1 maupun serum darah. Oleh karena itu, diekspresikan 30 menit setelah aktivasi dan terdeteksinya ekspresi BCRF1 berkorelasi selanjutnya berfungsi dengan prognosis penderita yang buruk transkripsi. BZLF1 dan ekspresi BCRF1 juga berkorelasi pengikatan pada beberapa promoter gen, dengan ekspresi LMP1.9 yaitu the lytic origin of replication sebagai faktor mempunyai situs (oriLyt), promoter BZLF1 sendiri (Zp) dan Mekanisme induksi dan inhibisi siklus juga mengaktivasi gen BRLF1. Baik litik VEB BZLF1 dan BRLF1 diperlukan untuk Induksi spontan replikasi virus lebih aktivasi gen early.10 Transisi dari siklus ditentukan oleh lingkungan intrasel plasma laten menuju siklus litik VEB dapat daripada diinduksi oleh bahan perusak DNA, seperti faktor yang menyebabkan 8 kemoterapi (cisplatin), radiasi phorbol ester, sodium sinar-γ, butirat diperkirakan terdapat pada 30 persen promoter genom manusia.18 Protein LF2 dan bortezomid. Pada induksi dengan cisplatin merupakan dan irradiasi sinar γ, BRLF1 merupakan dibentuk oleh gen LF2 mediator yang lebih dominan daripada berikatan BZLF1 dalam transisi dari siklus laten menghambat Rta. Penghambatan Rta oleh menjadi litik pada KNF. BRLF1 sendiri LF2 dapat terjadi baik pada sel B maupun juga mampu menggagalkan kondisi laten sel epitel dan menyebabkan penurunan 60- VEB dan menginduksi ekspresi gen late 90% fungsi promoter BALF2, BMLF1 dan litik dengan BMRF1. Penurunan aktivitas Rta melalui adenovirus pada galur sel KNF. Baik dua mekanisme yaitu pertama, pengikatan BRLF1 dan BZLF1 berperan sama penting faktor-faktor transkripsi dengan pada induksi dengan phorbol ester dan berkurang sodium transkripsi BMRF1 pada butirat. infeksi Bortezomid dapat faktor dengan dan transkripsi Rta yang dapat dan berfungsi DNA gangguan aktivasi aktivasi keasaman dengan mengaktivasi ekspresi gen litik virus, daerah sehingga gambaran menginduksi modifikasi Rta oleh small keganasan positif VEB secara in vivo.18 ubiquitin-like modifier (SUMO) 2 dan 3. Setelah BZLF1 dan BRLF1 teraktivasi, Ekspresi maka berlangsung serangkaian ekspresi menghentikan aktivitas litik virus pada sel gen litik fase early yang berperan dalam terinfeksi VEB yang diinduksi dengan Rta replikasi virus dan gen litik fase late yang atau Zta. Oleh karena itu, LF2 berpotensi berperan dalam sintesis DNA maupun sebagai inhibitor replikasi VEB.19 akan tampak Rta; yang kedua, LF2 koekspresi yang tinggi LF2 akan komponen virion.7 Nuclear factor-Y (NF-Y) adalah faktor transkripsi yang mempunyai Metode diagnosis ekspresi transkrip gen peranan VEB sebagai mediator yang penting dalam Uji mRNA in situ hybridization regulasi ekspresi gen BRLF1 dan BZLF1 (RISH) yang cisplatin mendeteksi mRNA EBER 1/2 pada semua peningkatan sel tumor yang mengandung VEB. Teknik diinduksi dimanifestasikan radiasi dengan dan ekspresi gen BRLF1 dan BZLF1. NF-Y RISH 9 merupakan digunakan teknik terutama sensitif untuk menganalisis ekspresi mRNA pada sel dan U1A snRNP (housekeeping gene).20 tunggal. Pada saat ini, teknik EBER RISH Teknik real-time RT-PCR (qRT-PCR) juga ini merupakan teknik yang paling baik digunakan untuk mengukur peningkatan untuk deteksi morfologi VEB pada sampel atau penurunan ekspresi mRNA gen litik klinis.9 Deteksi ekspresi transkrip (mRNA) VEB dan gen GADPH (housekeeping gen VEB yang dulu lazim digunakan gene) digunakan sebagai kontrol internal adalah teknik Northern Blotting (NB). proses PCR, seperti pengukuran ekspresi Sekarang deteksi mRNA gen VEB dengan mRNA pada gen BRLF1 dan BZLF1.19 teknik reverse transcriptase PCR (RT- Nucleic acid sequence based amplification PCR), karena teknik ini lebih sensitif untuk (NASBA) saat ini terutama digunakan mendeteksi mRNA yang mengalami proses untuk mendeteksi amplifikasi mRNA VEB pembuangan intron (spliced mRNA) dalam yang tidak mengalami proses pembuangan jumlah kecil dan memerlukan lebih sedikit intron simultan adalah penggunan primer transkrip secara gen target DISKUSI Infeksi gen house-keeping sebagai kontrol internal terutama KNF WHO-IIB (undifferentiated kualitas kontrol yang lebih baik. Pada carcinoma) yang sangat konsisten terhadap sampel klinis, kuantitas RNA perlu diukur infeksi VEB.5 Pada KNF WHO-IIB, terlebih dahulu sebelum dianalis RT-PCR ekspresi mRNA BRLF1 hanya terdeteksi dengan teknik gel elektroforesis RNA spesifik pada spesimen biopsi KNF yaitu 4 untuk mendeteksi 18S/28S RNA.9 Teknik secara simultan (VEB) sebagai penyebab utama timbulnya KNF, dengan jumlah sedikit dan menghasilkan mendeteksi Epstein-Barr terpenting. Infeksi VEB telah terbukti digunakan untuk biopsi jaringan limfoma digunakan virus merupakan faktor etiologi KNF yang pada RT-PCR. Teknik ini lebih efisien RT-PCR seperti BCRF1 (vIL-10) dan BARF1. dikombinasikan dengan primer transkrip multiprime mRNA), 9 jumlah sampel klinis. Teknik multiprime RT-PCR (non-spliced dari 7 spesimen biopsi KNF, sedangkan untuk ekspresi mRNA gen litik lain (BZLF1, ekspresi BALF2 dan BCLF1) dapat pula terdeteksi mRNA VEB, yaitu EBNA1, EBNA2, pada limfosit darah tepi dan spesimen LMP1, LMP2A, LMP2B, BZLF1, BARTs biopsi KNF baik pada penderita KNF 10 maupun individu normal.16 Oleh karena, dimanifestasikan mRNA BRLF1 spesifik terdeteksi pada ekspresi spesimen biopsi tumor penderita KNF, Pengukuran peningkatan ekspresi mRNA maka mRNA BRLF1 berpotensi digunakan gen BRLF1 dan BZLF1 dilakukan dengan untuk menegakkan diagnosis KNF. teknik real-time RT-PCR atau kuantitatif gen dengan BRLF1 peningkatan dan BZLF1. Aktivasi VEB berupa transisi dari RTpPCR (qRT-PCR). Pada pemberian galur sel yang terinfeksi secara laten cisplatin dan radiasi (15 Gy) setelah 72 menjadi litik dapat menggunakan anti- jam menunjukkan peningkatan ekspresi immunoglobulin mRNA BRLF1 dari 4,3 kali rerata menjadi aktivasi antibody transforming (anti-IgG), growth factorβ 7,9 kali rerata dan peningkatan ekspresi + 10 Di mRNA BZLF1 dari 4,0 kali rerata menjadi samping itu, aktivasi VEB dapat pula 7,5 kali rerata. BRLF1 berperan lebih disebabkan oleh bahan perusak DNA dominan daripada BZLF1 pada induksi seperti radiasi dengan cisplatin dan radiasi sinar γ.18 sinar-γ, phorbol ester, sodium butirat dan Dengan demikian, aktivasi VEB berupa bortezomid.18 Transisi siklus laten menjadi transisi siklus laten menjadi siklus litik siklus litik ditandai dengan aktivasi gen VEB dapat diinduksi dengan kemoterapi litik immediate early yang mengawali dan radioterapi yang ditunjukkan dengan serangkaian aktivasi gen litik VEB berupa terjadinya peningkatan ekspresi kedua gen ekspresi transkrip gen BZLF1 dan BRLF1 litik immediate-early VEB. (TGFβ) dan aktivasi sel T CD4 . kemoterapi (cisplatin), aktivasi VEB dan selanjutnya berfungsi Aktivasi VEB setelah radiasi (15 Gy) sebagai faktor transkripsi.10 Oleh karena dan pemberian cisplatin berperan pula itu, BRLF1 dan BZLF1 berperan penting pada peningkatan kadar konsentrasi DNA sebagai mediator transisi siklus laten VEB bebas dalam plasma/serum. Di menuju siklus litik. samping itu, aktivasi VEB juga terjadi Nuclear factor-Y (NF-Y) adalah faktor transkripsi yang mempunyai setelah induksi dengan phorbol ester dan peranan sodium butirat. kemoterapi regulasi ekspresi gen BRLF1 dan BZLF1 ekspresi gen litik late VEB BXLF1, yaitu yang suatu analog timidin kinase virus Herpes radiasi dan cisplatin 11 pula dan sebagai mediator yang penting dalam diinduksi dapat Radioterapi menginduksi simplex. Gen BXLF1 berperan dalam periode litik, yaitu gen litik early dan late. fosforilasi ganciclovir Transisi sel tumor dari siklus laten menjadi (GCV), sehingga menghasilkan analog siklus litik VEB dapat terjadi baik secara nukleosida yang bersifat toksik pada VEB. spontan maupun induksi. Pada siklus litik Aplikasi klinis terapi kombinasi GCV VEB aktivasi gen immediate early dari dengan radioterapi dan kemoterapi telah siklus laten menjadi siklus litik juga dapat terbukti peningkatan diinduksi oleh bahan perusak DNA, antara sitotoksisitas dan penurunan progresivitas lain bahan kemoterapi (cisplatin), radiasi tumor dibandingkan dengan radioterapi sinar γ, phorbol ester, sodium butirate dan obat antivirus mengakibatkan 18 dan/atau kemoterapi saja. Oleh karena bortezomid. Induksi siklus litik VEB pada itu, metode terapi berbasis siklus litik virus KNF dengan cisplatin dan radiasi sinar-γ berpotensi menjadi metode baru yang dimanifestasikan dengan prospektif dalam aplikasi klinis untuk mRNA dan mengatasi kemungkinan terjadi rekurensi menunjukkan tumor pada penderita KNF. Reaktivasi VEB secara in vivo berkorelasi BRLF1 terjadi peningkatan BZLF1 yang reaktivasi VEB. Sebagai ringkasan, dapat dikemukakan dengan peningkatan progresivitas tumor bahwa KNF tidak berdiferensiasi (WHO dan mempercepat tercapainya stadium KNF tipe IIB-2005) sangat konsisten lanjut tumor. Metode yang digunakan terhadap infeksi virus Epstein-Barr (VEB). untuk mendeteksi ekspresi mRNA gen Replikasi VEB pada epitel nasofaring immediate-early VEB BRLF1 dan BZLF1 berimplikasi pada dua reaksi seluler, yaitu adalah teknik RT-PCR yang spesifik untuk siklus litik dan laten VEB. Gen BZLF1, mendeteksi BRLF1, BALF1 dan BCLF1 adalah gen mengalami proses pembuangan intron litik pada (spliced mRNA) dan teknik real time RT- perkembangan KNF. Siklus litik VEB PCR untuk mengukur kuantitas mRNA terbagi menjadi tiga fase ekspresi gen yaitu kedua gen tresebut. VEB yang penting immediate-early, early dan late. Pada fase transkrip mRNA yang Pendekatan terapi KNF berbasis siklus immediate-early ekspresi gen BZLF1 dan litik BRLF1 diperlukan untuk menginduksi kemoterapi yang dikombinasikan dengan seluruh rangkaian gen-gen lain pada pemberian gancilovir (GCV) terbukti telah 12 VEB dengan radioterapi dan menyebabkan peningkatan sitotoksisitas Fachiroh J, et al. Noninvasive diagnosis dan penurunan progresivitas tumor. Terapi of berbasis litik virus ini terutama bermanfaat nasopharyngeal brushing reveal high untuk Epstein-Barr virus (VEB) DNA load and mengatasi kemungkinan terjadi demikian ekspresi gen Int J Cancer 2006; 119:608-14. litik 6. immediate-early VEB pada biopsi tumor 7. terapi KNF. 8. A, nasofaring. Adham M. Immunological consequences of Epstein-Barr replication. Dissertation. virus Sweden: Biology, Karolinska Institutet, Young LS, Rickinson AB. Epstein-Barr Dalam: Soepardi 2004; 4(10):757-68. Karsinoma 9. EA, Middeldorp JM, Brink AATP, van den Brule AJC, Meijer CJLM. Pathogenic Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, roles for Epstein-Barr virus (VEB) gene eds. Buku ajar ilmu kesehatan: telinga products in VEB-associated proliferative hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi disorders. Crit Rev Oncol Hematol 2003; keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 45:1-36. 2007. 10. Chan ATC, Teo PML, Johnson PJ. Thesis School of Biomedical Science. 2002; 13:1007-15. Soeripto. nasopharyngeal McAulay KA. Studies on immune regulation of Epstein-Barr virus. PhD Nasopharyngeal carcinoma. Ann Oncol Epidemiology of carcinoma. Berita University of Edinburg 2008. 11. Dolan A, Addison C, Gatherer D, Davison AJ, McGeoch DJ. The genome Kedokteran Masyarakat 1998; XIII:207- of Epstein-Barr virus type 2 strain 11. Steven AOG. virus: 40 years on. Nat Rev Cancer 1:18-27. 5. on Stockholm; 2008. p. 4. Res Advance Res Updated Med 2000; 4. Cacais Cell Mutirangura A. Molecular mechanism of nasopharyngeal carcinoma development. 3. Update Department of Microbiology Tumor and DAFTAR PUSTAKA Roezin LDR. Pathol 2007; 1:81-6. yang lebih akurat untuk diagnosis dan 2. Thompson nasopharyngeal carcinoma. Head Neck KNF memberikan informasi klinis dasar 1. carcinoma: carcinoma-specific viral BARF1 mRNA. rekurensi tumor pada penderita KNF. Dengan nasopharyngeal SJC, Verkuijlen AG876. Virology 2006; 350:164-70. SAWM, Hariwiyanto B, Harijadi, Paramita DK, 13 12. Higgins CD, Swerdlow AJ, Macsween gene KF, Harrison N, Williams H, McAulay carcinoma: potensial use in diagnosis. J K, et al. A study of risk factors for Gen Virol 2000; 81:2417-23. acquisition of Epstein-Barr virus and its 13. 17. Alto SM. Modern diagnosis of Epstein- 2007; 195:474-82. lymphoproliferative disease. PhD Thesis. Murray PG, Young LS. Epstein-Barr Finland: University of Helsink; 2007. virus infection: basis of malignancy and ISBN 978-952-10-3823-5. p. 19-20. 18. Chia MC, Leung A, Krushel T, Alajez Med 2001; 3:1-20. NM, Lo KW, Busson P, et al. Nuclear Kudoh A, Fujita M, Zhang L, Shirata N, factor-Y and Epstein Barr virus in Daikoku T, Sugaya Y, et al. Epstein-Barr nasopharyngeal cancer. Clin Cancer Res virus 2008; 14:984-94. lytic providing replication an environment. elicit ATM S-phase-like J Biol Chem 19. Calderwood MA, Holthaus AM, cellular Johannsen E. The Epstein-Barr virus 2005; LF2 protein inhibits viral replication. J 280(9):8153-6. 16. nasopharyngeal Barr virus infections and post-transplant checkpoint signal transduction while 15. in subtypes. Journal of Infectious Diseases potential for therapy. Expert Rev Mol 14. BRLF1 Virol 2008; 82(17):8509-19. Chang Y, Chang SS, Lee HH, Doong 20. Steven SJC, Verkuijlen SAWM, SL, Takada K, Tsai CH. Inhibition of the Middeldorp JM. Quantitative detection Epstein-Barr virus lytic cycle by Zta- of Epstein-Barr virus DNA in clinical targeted RNA interference. J Gene Virol specimens by rapid real-time PCR 2004; 85:1371-9. targeting a highly conserved region of Feng F, Ren EC, Liu D, Chan SH, Hu H. EBNA-1. Methods Mol Biol 2005; Expression of Epstein-Barr virus lytic 292:15-26. 14