BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak,
remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi
kunci pertumbuhan menuju fase selanjutnya, dimana fase ini sudah membentuk
kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di
sepanjang hidupnya.
Remaja adalah anak-anak yang berusia sekitar 11 - 21 tahun. Anak – anak
pada usia ini mengalami pertumbuhan, dimana anak – anak remaja belum
mencapai bentuk akhir dari tubuhnya. Remaja Merupakan tahapan dimana
seseorang berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan
fisik, prilaku, kognitif, biologis dan emosi (Ferry, 2009).
Untuk melakukan aktivitas fisik seorang remaja harus memiliki kebugaran
jasmani yang baik. Dalam kebugaran jasmani ada beberapa komponen yang harus
dimiliki dalam diri seorang remaja yaitu daya tahan jantung, paru, kekuatan otot,
daya tahan otot, daya otot, fleksibilitas otot, kordinasi, keseimbangan, ketepatan,
kecepatan reaksi, dan kelincahan (agility). Komponen tersebut yang nantinya
akan meningkatkan keterampilan pada seorang remaja. Kemampuan tersebut
didapatkan dari latihan, aktivitas fisik dan olahraga yang biasa dilakukan oleh
remaja (Nenggala, 2007). Tetapi masalah yang timbul sekarang banyak remaja
yang malas melakukan aktivitas olahraga hingga aktivitas fisik. Keadaan
lingkungan sekitar yang memudahkan dirinya dalam beraktivitas mengakibatkan
penurunan komponen kebugaran yang ada di dalam tubuh remaja sehingga terjadi
1
2
pula penurunan keterampilan hidup yang selalu di layani dan difasilitasi oleh
keluarga atau lingkungan sekitar yang sering disebut sedentary life. Inaktivitas
yang terjadi dari sendetary lifestyle yang dilakukan pada remaja akan berdampak
pada penurunan kemampuan jaringan lunak dalam bekerja. Penurunan
kemampuan fisiologis dari jaringan lunak tersebut mengakibatkan penurunan
keterampilan yang ada diantaranya penurunan kelincahan (agility).
Agility adalah kemampuan untuk mengubah arah tubuh dalam pola yang
efisien dan efektif. Agility terdiri dari kombinasi antara kekuatan otot, ketepatan,
kecepatan reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular.
Agility pada umumnya adalah kemampuan untuk bergerak secara cepat dan
berpindah posisi tanpa kehilangan keseimbangan (Jay, 2011). Penurunan nilai
agility yang terjadi akibat sendentary life yang dialami oleh remaja akan
mengganggu remaja tersebut dalam aktivitas fisiknya dan kemampuan dalam
berolahraga (Thomas, 2005).
Dalam melakukan aktivitas fisik seperti berlari dan berjalan otot
gastrocnemius dan otot quadriceps merupakan salah satu otot penting dalam
penggerak tungkai. Kedua otot ini juga menentukan tingkat agility, dimana
semakin baik power pada kedua otot ini maka agility akan semakin baik. Pada
dasarnya power merupakan kemampuan seseorang untuk mengerahkan kekuatan
secara maksimal dalam waktu sependek-pendeknya, sehingga unsur utamanya
adalah kekuatan dan kecepatan.
Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa agility sangatlah penting dalam
kecepatan bergerak. Peningkatan agility dapat dilatih dengan beberapa latihan,
3
adapun latihan yang dapat meningkatkan agility adalah dengan latihan eksentrik
m.gastrocnemius, latihan eksentrik m.quadriceps, dan latihan plyometric.
Latihan eksentrik merupakan latihan yang melibatkan prestreching otot,
senhingga mengaktifkan Stretch shortening cycle. Prinsip Stretch shorten cycle
dapat digunakan untuk meningkatkan latihan dalam olahraga dimana latihan ini
membutuhkan kekuatan otot secara maksimal dalam jumlah waktu yang minimum
dengan menggunakan propioseptor dan elastis otot untuk menghasilkan kekuatan
yang maksimal. Pada otot cendrung memiliki sifat elastis ketika terulur dengan
cepat seperti karet gelang. Artinya semangkin cepat otot berkontraksi secara
eksentrik, maka semangkin besar pula stretch reflex yang dihasilkan. Kontraksi
eksentrik-konsentrik ini bekerja secara berpasangan sebagai perangsang
propioseptif untuk memfasilitasi peningkatan muscle reqruitment pada waktu
yang minimum atau pada waktu yang singkat. Sehingga peningkatan dalam sistem
neuromuskular memungkinkan seseorang atau atlit untuk mengontrol kontraksi
ototnya menjadi lebih baik (Carolyn, 2007).
Latihan eksentrik m.gastrocnemius : otot gastroknemius atau juga dikenal
sebagai leg triceps ini memiliki dua kepala. Kedua kepala gastrocnemius berorigo
pada condylus femoralis. Otot gastrocnemius berinsertio pada calcaneus dan
membentuk tendon Achilles. Dari belakang, kepala lateral yang terletak lateral
tungkai. Kepala medial terletak pada bagian medial tungkai. Kedua kepala ini
bergabung untuk membentuk muscle belly. Serat otot gastrocnemius sebagian besar
fast-twitch fibers. Fast-twitch fibers dapat aktif berkontraksi dan dalam melakukan
gerakan eksplosif dalam waktu yang singkat, sehingga gastrocnemius yang paling
aktif selama gerakan-gerakan seperti melompat atau berlari. Tendon dari
gastrocnemius adalah tendon Achilles. Otot gastrocnemius melewati dua sendi yaitu
4
lutut dan pergelangan kaki. Sehingga otot ini berkoordinasi dengan otot-otot lain
untuk bergerak pada masing-masing sendi. Latihan eksentrik pada otot ini akan
meningkatkan stabilitasi pada sendi ankle, meningkatkan kekuatan dan meningkatkan
daya tahan dari otot gastrocnemius (Hans, 2014).
Latihan eksentrik m. quadriceps: otot quadriceps femoris adalah sekumpulan otot
besar dan merupakan salah satu otot yang kuat ditubuh manusia serta ikut menjaga
stabilitas sendi lutut. Karena otot quadriceps femoris merupakan penstabil utama
sendi lutut (primary stabilizer), maka jika terjadi kelemahan pada kelompok otot ini
dapat meningkatkan resiko terjadinya cidera lutut. Latihan eksentrik pada otot ini
akan meningkatkan stabilitasi pada sendi lutut, meningkatkan kekuatan dan
meningkatkan daya tahan dari otot quadriceps (Hans, 2014).
Sedangkan latihan plyometric adalah jenis latihan yang dirancang khusus
untuk meningkatkan kecepatan, gerakan yang kuat dan meningkatkan fungsi
system saraf, dimana pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja atau
perforna dalam olahraga. Gerakan plyometric terjadi dimana otot berkontraksi
dengan cepat dengan menggunakan kekuatan, elastisitas otot dan sistem
persyarafan untuk dapat melompat lebih tinggi, berlari lebih cepat, melempar
lebih jauh atau memukul lebih keras tergantung tujuan latihan yang diinginkan.
Dalam latihan ini seseorang harus memiliki kekuatan dan daya tahan serta
fleksibalitas otot yang memadai. Kriteria untuk melakukan latihan ini biasanya
mencangkup 80% hingga 85% tingkat kekuatannya dan 90% hingga 95% luas
gerak sendi. Spesifikasi latihan harus didesain sesuai dengan kegiatan fungsional
yang diinginkan (Thomas, 2005).
Adapun jenis latihan plyometric yang diberikan sesuai dengan intensitasnya.
Pada intensitas rendah terdiri dari squat jump, box jump dan lateral box jump.
5
Pada intensitas sedang atau moderat terdiri dari split squat jump, tuck jump,
lateral box push off, bounding, bonding with ring, box drill with ring dan lateral
hardle jump. Sedangkan pada intensitas tinggi terdiri dari zigzag hops, single leg
tuck jum, single leg lateral hops dan depth jump (Davies, 2010).
Pelatihan plyometric dilakukan sesuai dengan metode latihan FITT
(Frequency, Intensity, Time, Type) yang disusun dalam progam pelatihan sebagai
berikut:
Pada latihan 1 : Tuck Jumps, untuk penguatan grup ekstensor panggul, lutut
dan pergelangan kaki secara konsentrik serta mengembangkan stabilitas kaki pada
tahap mendarat yang penting pada tahap momentum lepas landas hingga mendarat
dengan ketinggian kaki maksimal (Thomas, 2005).
Pada latihan 2 : Box Jumps, untuk penguatan grup otot ekstensor anggota
gerak bawah dan grup otot fleksor dan ekstensor batang tubuh sebagai
peningkatan beban dan penetapan target loncatan melalui momentum ayunan
lengan dan tubuh untuk menambah kemampuan loncat tegak tanpa awalan
(Thomas, 2005).
Pada Latihan 3 : Bounding, menekankan pada loncatan untuk mencapai
ketinggian maksimum dan juga jarak horisontal. Dalam pelatihan ini yang
dikembangkan yaitu power tungkai dan pinggul (Thomas, 2005).
Sementara latihan eksentrik merupakan kontraksi dimana kerja otot yang
disebut origo dan insersio saling menjauh dalam pengertian otot lebih memanjang.
Pada kontraksi eksentrik ini bisa disebut kerja otot negatif karena otot tersebut
diregangkan oleh gaya eksternal selagi otot berkontraksi, pada kontraksi eksentrik
aktivitas kontraktil melawan peregangan hal ini ketika otot menurunkan beban
6
selama tindakan ini serat-serat otot memanjang tetapi tetap berkontraksi melawan
peregangan, ketegangan ini menahan berat badan. Sehingga selama kontaksi
eksentrik kekuatan otot yang dihasilkan dari otot lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kontraksi isometrik dan kontraksi kosentrik (Jay, 2011).
Pada peningkatan agility kekuatan otot sangat berpengaruh, dimana kekuatan
otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tenaga dan tenaga
selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Kekuatan otot juga
dapat diartikan sebagai kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh crosssectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal
pada aksis sendi. Dalam latihan eksentrik ada tiga faktor penting yang saling
berhubungan secara sirkuler yaitu gaya otot (muscle force), kecepatan gerakan
(spedd of movement), dan derajat penguluran muskulotendinogen (degree of
musculotedinous) (Carolyn, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
Apakah kombinasi latihan eksentrik m.gastrocnemius dan latihan plyometric
lebih baik dari pada latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric
terhadap peningkatan agility pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kombinasi latihan eksentrik m.gastrocmineus dengan
latihan plyometric lebih baik dari pada latihan eksentrik m.quadriceps dengan
7
latihan plyometric terhadap peningkatan agility pada mahasiswa di
Universitas Esa Unggul
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
baik bagi peneliti, maupun bagi pembaca dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Manfaat yang diharapkan antara lain:
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pelatih fisik,
fisioterapis dan atlit tentang kombinasi latihan eksentrik m.gastrocmineus
dengan Latihan plyometric lebih baik dari pada Latihan eksentrik
m.quadriceps dengan latihan plyometric terhadap peningkatan agility pada
mahasiswa di Universitas Esa Unggul.
2. Bagi Institusi Olahraga
Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui kombinasi latihan
eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric lebih baik dari pada latihan
eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agility
pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan informasi untuk program
Magister fisioterapi dan sebagai bahan pembanding penelitian selanjutnya.
8
4. Bagi peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan,
pengalaman dan kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari kombinasi
latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric lebih baik dari
pada latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap
peningkatan agility pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul.
Download