BAB II KAJIAN TEORI Sikap konsumen terhadap merek dapat timbul setelah mengenal merek. Upaya produsen untuk mengenalkan merek kepada konsumen dapat dilakukan melalui iklan. Sebuah iklan dianggap efektif setidaknya harus memenuhi unsur kreatifitas dan daya tarik dari iklan tersebut. Iklan itu sendiri sesungguhnya merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikemukakan kajian teoritis mengenai komunikasi massa, periklanan, kreativitas iklan, daya tarik iklan, efektivitas iklan, sikap terhadap merek serta pengaruh kreativitas iklan dan daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan yang mempengaruhi sikap terhadap merek. 1.1. Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah suatu proses melalui mana komunikatorkomunikator menggunakan media untuk menyebarluskan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai macam cara (McQuail, 1987). Definisi lainnya menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2001). Terdapat sejumlah ciri yang membedakan komunikasi massa dengan bentuk komunikasi lainnya. Menurut McQuail (1987) bahwa ciri-ciri utama dari 8 komunikasi massa adalah: sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal dan “sang pengirim”-nya seringkali merupakan komunikator profesional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut seringkali “diproses”, distandarisasi dan selalu diperbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, secara acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut juga bersifat impersonal, bahkan mungkin sekali seringkali bersifat non moral dan kalkulatif, dalam pengertian bahwa sang pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang dijualbelikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu. 1.2. Periklanan Periklanan merupakan salah satu dari empat alat utama yang digunakan oleh perusahaan untuk mengarahkan komunikasi yang meyakinkan kepada sasaran pembeli dan publik. Periklanan menurut Kotler (2005) didefinisikan sebagai segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Pendapat lain menyebutkan bahwa periklanan adalah komunikasi non-individu dengan sejumlah biaya dengan berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu (Swastha dan Irawan, 1990). Periklanan dapat dipandang sebagai kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik secara lisan ataupun dengan penglihatan (berupa berita), tentang suatu produk, jasa, atau ide. Untuk membuat periklanan yang dapat menggugah keinginan yang besar maka manajer pemasaran harus memulai dengan mengidentifikasikan pasar sasaran dan motif pembelian. Kotler (2005) mengemukakan adanya lima keputusan utama dalam membuat program periklanan, yang disebutnya dengan 9 lima M, yaitu : (1) Mission (misi): apakah tujuan periklanan, (2) Money (uang): barapa banyak yang dapat dibelanjakan, (3) Message (pesan): pesan apa yang harus disampaikan, (4) Media (media): media apa yang akan digunakan, (5) Measurement (pengukuran): bagaimana mengevaluasi hasilnya. Iklan yang digunakan untuk mempromosikan barang atau jasa kepada konsumen ditujukan agar konsumen melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemasang iklan. Menurut Kotler (2005) upaya periklanan mempunyai beberapa tujuan antara lain: menginformasikan adanya merk produk di pasaran, membujuk konsumen untuk membeli produk, dan mengingatkan konsumen terhadap produk. Bagi konsumen periklanan mempunyai manfaat antara lain: (1) Memperluas alternatif, artinya dengan iklan konsumen dapat mengetahui adanya berbagai produk yang pada gilirannya akan menimbulkan pilihan, (2) Membantu produsen menumbuhkan kepercayaan kepada konsumen. Iklan yang tampil secara mantap dihadapan masyarakat dengan ukuran besar dan logo yang menarik akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi bahwa perusahaan tersebut bonafide dan produknya bermutu, (3) Membuat orang kenal, ingat dan percaya pada produk yang ditawarkan, (4) Memuaskan keinginan konsumen dalam pembelian produk. 1.3. Kreativitas Iklan Kreativitas sering dijelaskan sebagai sebuah istilah suatu “pemikiran kreatif”, “kemampuan”, “pemecahan masalah”, “imaginasi”, atau “inovasi”. (Sternberg and Davidson, 1995). Dibutuhkan banyak sekali aspek “sesuatu yang baru” atau “originalitas”. Sebagai contoh kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu “hal yang baru” dan tidak terduga (Sternberg and Lubart, 1999). Originalitas memang dibutuhkan didalam suatu konsep kreativitas namun hal itu belum cukup sebab dibutuhkan juga suatu “nilai” dimana hal tersebut harus “tepat (bermanfaat, dapat diterapkan dalam suatu keadaan yang sulit)” 10 (Sternberg and Lubart, 1999). Selain itu kombinasi dari “hal yang baru” dan “tepat” atau “bermanfaat” akan lebih baik lagi apabila dapat dikombinasikan dengan penerimaan yang luas dimasyarakat (Gruber and Wallace, 1999). Kreatifitas iklan adalah how to say-nya sebuah pesan periklanan atau cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan pesan iklan (what to say) kepada audiens. Prinsip pertama kreatifitas dalam sebuah iklan adalah bahwa kreatifitas tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Kreatifitas membuka, memilih, kemudian mengatur kembali, menggabungkan, menghasilkan fakta, keahlian dan ide yang sudah ada sebelumnya. Dalam arti lain bahwa kreatifitas adalah penggabungan ide-ide yang telah ada untuk menciptakan sesuatu yang baru (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005). Menciptakan iklan yang kreatif tidaklah mudah, karena karya iklan merupakan hasil kolaborasi antara penulis naskah dengan pengarah seni atau antara agen dan klien (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005). Oleh karena itu pada tahap brainstorming (pencarian ide yang bebas) dalam sebuah kelompok semua ide ditampung untuk kemudian dinilai ulang. Biasanya saat brainstorming tim kreatif menggunakan strategi tertentu dalam eksekusi kreatif. Strategi tersebut dengan cara melantur, lanturan disengaja untuk tujuan tertentu dengan tetap menjaga relevansinya, maksudnya adalah melantur sejauh-jauhnya namun merelevansikan sedekat-dekatnya (Hakim, 2005). Kreativitas iklan telah menjadi perhatian beberapa peneliti. Iklan yang kreatif akan menarik perhatian orang yang melihatnya. Iklan yang kreatif adalah iklan yang dianggap original atau asli tidak meniru orang lain, iklan yang mencengangkan, tidak terduga, tidak disangka-sangka, penuh arti dan mempengaruhi emosi. Iklan yang kreatif membuat audience memperhatikan iklan tersebut hingga detail dan rinci (Handoko, 2006). Selain itu iklan yang kreatif harus unik, smart dan mengundang rasa ingin tahu. Iklan unik yang berarti tidak biasa, berbeda, atau lain dari pada yang lain. Sedangkan iklan smart 11 untuk istilah iklan yang mencengangkan, tidak terduga, tidak disangka sangka, penuh arti dan bisa mempengaruhi emosi (Riyanto, 2008). Berdasarkan uraian di atas maka kreativitas iklan dapat didefinisikan sebagai iklan yang dianggap orisinil, smart, unik serta mengundang rasa ingin tahu khalayak sasarannya. 1.4. Daya Tarik Iklan Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Indriarto, 2006). Untuk menarik pemirsanya, iklan dapat menggunakan endorser seperti selebritis, atlet terkenal dan tokoh. Iklan dapat juga menggunakan humor untuk menarik pemirsanya, bahkan tema-tema erotis/seksual sering digunakan. Menurut Shimp (2000) daya tarik yang sering digunakan dalam iklan diantaranya adalah: a. Daya tarik peran pendukung (endorser) dalam iklan Banyak iklan mendapat dukungan (endorsement) eksplisit dari berbagai tokoh popular. Selain dukungan dari para selebriti, produk-produk juga menerima dukungan eksplisit dari kaum nonselebriti. Menurut urutan tingkat kepentingannya, pertimbangan pertama adalah kredibilitas endorser, kecocokan endorser dengan khalayak, kecocokan endorser dengan merek, daya tarik endorser, dan setelah itu pertimbangan lainnya. b. Daya tarik humor dalam periklanan Pemakaian humor sangat efektif untuk membuat orang-orang memperhatikan iklan dan menciptakan kesadaran merek. Bila dilakukan dengan benar dan pada keadaan yang tepat, humor dapat merupakan teknik periklanan yang sangat efektif. c. Daya tarik rasa takut Pemakaian rasa takut diharapkan akan sangat efektif sebagai cara untuk meningkatkan motivasi. Para pengiklan mencoba memotivasi para pelanggan 12 untuk mengolah informasi dan melakukan tindakan dengan menggunakan daya tarik rasa takut yang menyebutkan konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk yang diiklankan, atau konsekuensi negatif dari perilaku yang tidak baik. Logika yang mendasari penggunaan daya tarik rasa takut adalah untuk melibatkan khalayak dengan pesan sehingga mendorong diterimanya argumen-argumen pesan. d. Rasa bersalah sebagai pemikat Seperti rasa takut, rasa bersalah juga menjadi pemikat bagi emosi negatif. Daya tarik terhadap rasa bersalah itu kuat karena secara emosional rasa bersalah memotivasi orang dewasa untuk melakukan tindakan bertanggung jawab yang menyebabkan penurunan dalam tingkat rasa bersalah. Para pengiklan dan komunikator pemasaran lainnya menyajikan rasa bersalah dan mencoba untuk membujuk para calon pelanggan dengan menegaskan atau menyimpulkan bahwa rasa bersalah dapat dihapus dengan menggunakan produk yang dipromosikannya. e. Pemakaian unsur seksual di dalam periklanan Iklan yang berisi daya tarik seksual akan efektif bila hal ini relevan dengan pesan penjualan dalam iklan. Tetapi, bila digunakan dengan benar, dapat menimbulkan perhatian, meningkatkan ingatan dan menciptakan asosiasi yang menyenangkan dengan produk yang diiklankan. f. Daya tarik musik iklan Musik telah menjadi komponen penting dunia periklanan hampir sejak suara direkam pertama kali. Jingle, musik latar, nada-nada popular, dan aransemen klasik digunakan untuk menarik perhatian, menyalurkan pesan-pesan penjualan, menentukan tekanan emosional untuk iklan, dan mempengaruhi suasana hati para pendengar. Berdasarkan uraian di atas maka daya tarik iklan dapat didefinisikan sebagai seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya melalui penggunaan endorser serta musik pendukung iklan tersebut. 13 1.5. Efektivitas Iklan Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Pengiklan tidak hanya mencakup perusahaan bisnis, tetapi juga museum, organisasi amal, dan lembaga pemerintah yang mengarahkan pesannya kepada masyarakat sasaran (Kotler, 2005). Sedangkan menurut Kasali (1992) iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media namun demikian untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. Iklan dapat juga meliputi setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non-personal dan promosi dari gagasan, barang-barang, atau jasa-jasa oleh suatu sponsor yang diketahui (Rewoldt et al., 2005). Mendefinisikan periklanan yang efektif akan terasa mudah apabila kita menggunakan suatu pandangan yaitu sebuah iklan disebut efektif apabila iklan tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan. Perspektif ini mendefinisikan efektivitas iklan dari sisi hasil apa saja yang telah dicapai. (Shimp, 2000). Meskipun definisi tentang periklanan yang efektif dapat dipergunakan untuk segala kegunaan (multi purpose definition) dianggap tidak terlalu praktis karena tidak memberikan definisi yang tunggal, namun definisi tersebut bisa dianggap cukup baik karena dapat mencakup berbagai karakteristik umum. Sebuah iklan yang baik atau efektif adalah sebuah iklan yang diciptakan untuk pelanggan yang spesifik, dan iklan yang memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan, selain itu iklan yang efektif adalah iklan yang dapat mengkomunikasikan keuntungan yang spesifik, dan menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Iklan yang baik (atau efektif) memahami bahwa orang–orang tidak membeli produk tapi mereka membeli keuntungan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang efektif adalah iklan 14 yang mendapat perhatian dan diingat, serta membuat orang-orang bertindak untuk melakukan pembelian (Schultz dan Tannenbaum dalam Shimp, 2000). Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan Direct Rating Model yang terdiri dari lima aspek seperti dijelaskan di bawah ini (Durianto dkk., 2003): a. Perhatian Perhatian didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk. Faktor-faktor yang menentukan perhatian yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu determinan (penentu) pribadi dan determinan stimulus. b. Pemahaman Pemahaman berkaitan dengan penafsiran suatu stimulus. Makna suatu stimulus bergantung pada bagaimana suatu stimulus dikategorikan dan diuraikan dengan pengetahuan yang sudah ada. c. Respon kognitif Sifat respon kognitif menentukan penerimaan atas suatu klaim. Hal yang sangat penting adalah respon yang disebut argumen pendukung dan kontra argumen. Argumen pendukung adalah pikiran penyokong klaim. Kontra argumen adalah pikiran yang menentang klaim dalam pesan. d. Respon afektif Respon afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan sebuah stimulus. Respon afektif memiliki peran yang penting selama tahap penerimaan dalam proses informasi. e. Sikap terhadap iklan Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap suatu produk sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan itu. Iklan yang disukai atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap suatu produk. 15 Berdasarkan uraian di atas maka efektivitas iklan dapat didefinisikan sebagai iklan yang mampu menarik perhatian, memberikan pemahaman, menciptakan respon kognitif dan afektif serta sikap yang positif dari khalayak sasaran terhadap iklan tersebut. 1.6. Sikap terhadap Merek Sikap terhadap merek menurut Assael (2001) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif) secara konsisten. Evaluasi konsumen terhadap merek tertentu ini di mulai dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah tertanam dibenak konsumen. seperti telah disebutkan diatas bahwa komponen sikap ada 3 yaitu: kognitif, afektif dan konatif maka ketiga komponen sikap ini juga terdapat dalam sikap konsumen terhadap produk, yaitu Assael (2001): a. Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran). b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. c. Intention to buy adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran. Menurut Percy dan Rositter (1992) ada empat karakteristik penting dalam memahami sikap terhadap merek yaitu a. Sikap terhadap merek tergantung pada motivasi relevan dari konsumen yang berarti jika motivasi konsumen berubah seiring dengan evaluasi merek maka sikap konsumen terhadap merek akan mengalami perubahan. 16 b. Sikap terhadap merek terdiri dari komponen kognitif/ keyakinan (believe) dan komponen afektif (feeling) yang akan memberi konsumen dalam menentukan sikapnya terhadap merek. c. Komponen kognitif pada akirnya akan memberi serangkaian keyakinan manfaat (benefit believe) yang membentuk sikap konsumen terhadap merek. d. Sikap terhadap merek adalah konsep relatif dimana setiap konsumen pasti mempunyai motivasi yang berbeda dalam sikapnya akan merek produk. Berdasarkan uraian di atas maka sikap terhadap merek dapat didefinisikan sebagai kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek mencakup kepercayaan terhadap merek, evaluasi terhadap merek serta maksud untuk membeli. 1.7. Pengaruh Kreativitas Iklan dan Daya Tarik Iklan Terhadap Efektivitas Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Merek 1.7.1. Pengaruh Kreativitas Iklan terhadap Efektivitas Iklan Iklan yang kreatif adalah iklan yang bisa membedakan dirinya dari iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja; iklan yang tidak biasa dan berbeda. Iklan yang sama dengan sebagian besar iklan lainnya tidak akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan tidak akan dapat menarik perhatian konsumen (Handoko, 2006). Untuk membuat iklan yang kreatif dan menarik dibutuhkan para pekerja yang profesional yang memiliki kreatifitas dalam memproses iklan, mulai dari perencanaan pesan, perencanaan media hingga bagaimana menyampaikan (expose) pesannya. Pada agen pembuat iklan (perusahaan periklanan) terdapat bagian khusus yang merancang kreatifitas, mereka ini adalah yang disebut copywritter, scripwritter atau screenwritter dan pengarah seni yang disebut art director atau visualizer. 17 Kreatifitas iklan dapat dikatakan merupakan komponen yang sangat penting dari iklan (Riyanto, 2008). Iklan yang kreatif akan menjadikan iklan tersebut efektif karena dengan tampilan yang kreatif maka pesan iklan akan dapat mempengaruhi audien. Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh kreativitas iklan terhadap efektivitas iklan telah dilakukan. Handoko (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kreativitas iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan sepeda motor Honda di televisi. Hal tersebut dapat disebabkan karena iklan Honda mudah dipahami dan dicerna maksudnya oleh penonton yang sedang melihat iklan tersebut, sehingga membuat iklan tersebut menjadi efektif. 1.7.2. Pengaruh Daya Tarik Iklan terhadap Efektivitas Iklan Pada dasarnya konsumen pasti ingin membeli produk yang berkualitas. Akan tetapi jika kualitas antara beberapa produk sangat seimbang, mungkin akhirnya iklan suatu produklah yang dijadikan dasar oleh seorang konsumen untuk membeli produk yang diminati (Situmorang, 2008). Maka dalam hal ini, daya tarik iklanlah yang akan mempengaruhi persepsi konsumen sehingga iklan tersebut dapat efektif. Nurrohman (2009) menjelaskan bahwa efektivitas iklan dipengaruhi oleh daya tarik iklan tersebut. Hal ini berarti dengan menariknya sebuah iklan maka masyarakat akan semakin tertarik untuk melihat dan memperhatikan iklan sehingga iklan tersebut dapat efektif. Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan telah dilakukan. Arfianto (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan produk sepeda motor Honda di televisi. Hal ini disebabkan karena daya tarik iklan seperti penggunaan endorser yang cocok dan menarik akan membuat khalayak ingin mengikuti trend seperti yang 18 dipakai oleh endorser tersebut, sehingga mendorong pemirsa untuk melakukan pembelian produk. Hal ini dapat menjelaskan bahwa iklan yang ditampilkan efektif. 1.7.3. Pengaruh Efektivitas Iklan terhadap Sikap terhadap Merek Sebuah Iklan yang efektif harus meningkatkan brand awareness dan mengaitkan bagian-bagian dalam iklan dengan merek yang sedang diiklankan (Till dan Baack, 2005). Saat sebuah iklan tidak memfasilitasi reaksi iklan dengan merek maka iklan tersebut hanya merupakan hiburan bagi orang yang menyaksikannya. Iklan tersebut dirasa efektif apabila iklan tersebut berhasil menarik perhatian pemirsa atau pembacanya kepada merek (Backer, Honea dan Russell 2004). Percy dan Rositter (1992) menjelaskan efektivitas iklan dengan brand awareness (pengetahuan akan merek) dan brand attitude (sikap terhadap merek). Sikap terhadap merek ini berkaitan dengan ekspektasi dan nilai merek (brand value). Sebuah pendapat menunjukkan bahwa saat pemirsa atau pembaca bereaksi positif terhadap iklan, maka mereka juga akan bereaksi positif terhadap merek (Backer, Honea dan Russell, 2004). Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh efektivitas iklan terhadap sikap terhadap merek telah dilakukan. Handoko (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin tinggi efektifitas iklan maka akan semakin positif sikap terhadap merek yang diiklankan. Dengan menghasilkan iklan sepeda motor Honda yang efektif maka akan membuat sikap konsumen terhadap merek yang diiklankan menjadi lebih positif. Hal tersebut ditandai dengan iklan sepeda motor Honda yang menjadi lebih diingat, disukai dan dipilih dibandingkan merek-merek pesaing. 19 1.8. Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta pengembangn hipotesis di atas, maka dapat dibuat kerangka pikir penelitian sebagai berikut: Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Kreativitas Iklan: Keorisinilan Smart Keunikan Rasa ingin tahu Daya Tarik Iklan: Kredibilitas endorser Kecocokan endorser dengan khalayak Kecocokan endorser dengan merek Daya tarik endorser Daya tarik musik iklan Efektivitas Iklan: Perhatian Pemahaman Respon kognitif Respon afektif Sikap terhadap iklan Sikap terhadap merek: Brand believe Brand evaluation Intention to buy Berdasarkan Gambar 2.1. di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Efektivitas iklan dapat dipengaruhi oleh faktor kreativitas iklan dan daya tarik iklan. Semakin tinggi kreativitas iklan dan daya tarik iklan maka semakin efektif iklan tersebut. Hal ini didukung dengan temuan sebelumnya oleh Handoko 20 (2006) dan Arfianto (2010). Efektivitas iklan itu sendiri selanjutnya dapat mempengaruhi sikap terhadap merek suatu produk. Hal ini didukung dengan temuan Handoko (2006). Dari penjelasan di atas maka dapat dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1: diduga terdapat pengaruh kreativitas iklan terhadap efektivitas iklan Indosat Mentari H2: diduga terdapat pengaruh daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan Indosat Mentari H3: diduga terdapat pengaruh efektivitas iklan terhadap sikap terhadap merek Indosat Mentari 21