Pengaruh Kreativitas Iklan dan Daya Tarik Iklan terhadap Efektivitas

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
Sikap konsumen terhadap merek dapat timbul setelah mengenal merek.
Upaya produsen untuk mengenalkan merek kepada konsumen dapat dilakukan
melalui iklan.
Sebuah iklan dianggap efektif setidaknya harus memenuhi unsur
kreatifitas dan daya tarik dari iklan tersebut.
Iklan itu sendiri sesungguhnya
merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Berdasarkan hal tersebut maka
perlu dikemukakan kajian teoritis mengenai komunikasi massa, periklanan,
kreativitas iklan, daya tarik iklan, efektivitas iklan, sikap terhadap merek serta
pengaruh kreativitas iklan dan daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan yang
mempengaruhi sikap terhadap merek.
1.1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah suatu proses melalui mana komunikatorkomunikator menggunakan media untuk menyebarluskan pesan-pesan secara
luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat
mempengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai
macam cara (McQuail, 1987). Definisi lainnya menyebutkan bahwa komunikasi
massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat
kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga
atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang
yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2001).
Terdapat sejumlah ciri yang membedakan komunikasi massa dengan
bentuk komunikasi lainnya. Menurut McQuail (1987) bahwa ciri-ciri utama dari
8
komunikasi massa adalah: sumber komunikasi massa bukanlah satu orang,
melainkan suatu organisasi formal dan “sang pengirim”-nya seringkali
merupakan komunikator profesional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam,
serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut seringkali “diproses”,
distandarisasi dan selalu diperbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk
dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, secara acuan simbolik yang
mengandung nilai “kegunaan”. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat
satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut juga bersifat
impersonal, bahkan mungkin sekali seringkali bersifat non moral dan kalkulatif,
dalam pengertian bahwa sang pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas
konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang dijualbelikan dengan
uang atau ditukar dengan perhatian tertentu.
1.2. Periklanan
Periklanan merupakan salah satu dari empat alat utama yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengarahkan komunikasi yang meyakinkan kepada
sasaran pembeli dan publik. Periklanan menurut Kotler (2005) didefinisikan
sebagai segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang, atau jasa
oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
Pendapat lain
menyebutkan bahwa periklanan adalah komunikasi non-individu dengan
sejumlah biaya dengan berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga
non-laba, serta individu-individu (Swastha dan Irawan, 1990). Periklanan dapat
dipandang sebagai kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik
secara lisan ataupun dengan penglihatan (berupa berita), tentang suatu produk,
jasa, atau ide.
Untuk membuat periklanan yang dapat menggugah keinginan yang besar
maka manajer pemasaran harus memulai dengan mengidentifikasikan pasar
sasaran dan motif pembelian. Kotler (2005) mengemukakan adanya lima
keputusan utama dalam membuat program periklanan, yang disebutnya dengan
9
lima M, yaitu : (1) Mission (misi): apakah tujuan periklanan, (2) Money (uang):
barapa banyak yang dapat dibelanjakan, (3) Message (pesan): pesan apa yang
harus disampaikan, (4) Media (media): media apa yang akan digunakan, (5)
Measurement (pengukuran): bagaimana mengevaluasi hasilnya.
Iklan yang digunakan untuk mempromosikan barang atau jasa kepada
konsumen ditujukan agar konsumen melakukan suatu tindakan yang diinginkan
oleh pemasang iklan. Menurut Kotler (2005) upaya periklanan mempunyai
beberapa tujuan antara lain: menginformasikan adanya merk produk di pasaran,
membujuk konsumen untuk membeli produk, dan mengingatkan konsumen
terhadap produk. Bagi konsumen periklanan mempunyai manfaat antara lain: (1)
Memperluas alternatif, artinya dengan iklan konsumen dapat mengetahui adanya
berbagai produk yang pada gilirannya akan menimbulkan pilihan, (2) Membantu
produsen menumbuhkan kepercayaan kepada konsumen. Iklan yang tampil
secara mantap dihadapan masyarakat dengan ukuran besar dan logo yang
menarik akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi bahwa perusahaan tersebut
bonafide dan produknya bermutu, (3) Membuat orang kenal, ingat dan percaya
pada produk yang ditawarkan, (4) Memuaskan keinginan konsumen dalam
pembelian produk.
1.3. Kreativitas Iklan
Kreativitas sering dijelaskan sebagai sebuah istilah suatu “pemikiran
kreatif”, “kemampuan”, “pemecahan masalah”, “imaginasi”, atau “inovasi”.
(Sternberg and Davidson, 1995). Dibutuhkan banyak sekali aspek “sesuatu yang
baru” atau “originalitas”. Sebagai contoh kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu “hal yang baru” dan tidak terduga (Sternberg and Lubart,
1999). Originalitas memang dibutuhkan didalam suatu konsep kreativitas namun
hal itu belum cukup sebab dibutuhkan juga suatu “nilai” dimana hal tersebut
harus “tepat (bermanfaat, dapat diterapkan dalam suatu keadaan yang sulit)”
10
(Sternberg and Lubart, 1999). Selain itu kombinasi dari “hal yang baru” dan
“tepat” atau “bermanfaat” akan lebih baik lagi apabila dapat dikombinasikan
dengan penerimaan yang luas dimasyarakat (Gruber and Wallace, 1999).
Kreatifitas iklan adalah how to say-nya sebuah pesan periklanan atau cara
yang dilakukan untuk mengkomunikasikan pesan iklan (what to say) kepada
audiens. Prinsip pertama kreatifitas dalam sebuah iklan adalah bahwa kreatifitas
tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Kreatifitas membuka, memilih,
kemudian mengatur kembali, menggabungkan, menghasilkan fakta, keahlian dan
ide yang sudah ada sebelumnya. Dalam arti lain bahwa kreatifitas adalah
penggabungan ide-ide yang telah ada untuk menciptakan sesuatu yang baru
(Roman, Maas & Nisenholtz, 2005).
Menciptakan iklan yang kreatif tidaklah mudah, karena karya iklan
merupakan hasil kolaborasi antara penulis naskah dengan pengarah seni atau
antara agen dan klien (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005). Oleh karena itu pada
tahap brainstorming (pencarian ide yang bebas) dalam sebuah kelompok semua
ide ditampung untuk kemudian dinilai ulang. Biasanya saat brainstorming tim
kreatif menggunakan strategi tertentu dalam eksekusi kreatif. Strategi tersebut
dengan cara melantur, lanturan disengaja untuk tujuan tertentu dengan tetap
menjaga relevansinya, maksudnya adalah melantur sejauh-jauhnya namun
merelevansikan sedekat-dekatnya (Hakim, 2005).
Kreativitas iklan telah menjadi perhatian beberapa peneliti. Iklan yang
kreatif akan menarik perhatian orang yang melihatnya. Iklan yang kreatif adalah
iklan yang dianggap original atau asli tidak meniru orang lain, iklan yang
mencengangkan, tidak terduga, tidak disangka-sangka, penuh arti dan
mempengaruhi emosi. Iklan yang kreatif membuat audience memperhatikan
iklan tersebut hingga detail dan rinci (Handoko, 2006). Selain itu iklan yang
kreatif harus unik, smart dan mengundang rasa ingin tahu. Iklan unik yang
berarti tidak biasa, berbeda, atau lain dari pada yang lain. Sedangkan iklan smart
11
untuk istilah iklan yang mencengangkan, tidak terduga, tidak disangka sangka,
penuh arti dan bisa mempengaruhi emosi (Riyanto, 2008).
Berdasarkan uraian di atas maka kreativitas iklan dapat didefinisikan
sebagai iklan yang dianggap orisinil, smart, unik serta mengundang rasa ingin
tahu khalayak sasarannya.
1.4. Daya Tarik Iklan
Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa
besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Indriarto,
2006). Untuk menarik pemirsanya, iklan dapat menggunakan endorser seperti
selebritis, atlet terkenal dan tokoh. Iklan dapat juga menggunakan humor untuk
menarik pemirsanya, bahkan tema-tema erotis/seksual sering digunakan.
Menurut Shimp (2000) daya tarik yang sering digunakan dalam iklan
diantaranya adalah:
a. Daya tarik peran pendukung (endorser) dalam iklan
Banyak iklan mendapat dukungan (endorsement) eksplisit dari berbagai tokoh
popular. Selain dukungan dari para selebriti, produk-produk juga menerima
dukungan eksplisit dari kaum nonselebriti. Menurut urutan tingkat
kepentingannya,
pertimbangan
pertama
adalah
kredibilitas
endorser,
kecocokan endorser dengan khalayak, kecocokan endorser dengan merek,
daya tarik endorser, dan setelah itu pertimbangan lainnya.
b. Daya tarik humor dalam periklanan
Pemakaian humor sangat efektif untuk membuat orang-orang memperhatikan
iklan dan menciptakan kesadaran merek. Bila dilakukan dengan benar dan
pada keadaan yang tepat, humor dapat merupakan teknik periklanan yang
sangat efektif.
c. Daya tarik rasa takut
Pemakaian rasa takut diharapkan akan sangat efektif sebagai cara untuk
meningkatkan motivasi. Para pengiklan mencoba memotivasi para pelanggan
12
untuk mengolah informasi dan melakukan tindakan dengan menggunakan
daya tarik rasa takut yang menyebutkan konsekuensi negatif jika tidak
menggunakan produk yang diiklankan, atau konsekuensi negatif dari perilaku
yang tidak baik. Logika yang mendasari penggunaan daya tarik rasa takut
adalah untuk melibatkan khalayak dengan pesan sehingga mendorong
diterimanya argumen-argumen pesan.
d. Rasa bersalah sebagai pemikat
Seperti rasa takut, rasa bersalah juga menjadi pemikat bagi emosi negatif.
Daya tarik terhadap rasa bersalah itu kuat karena secara emosional rasa
bersalah memotivasi orang dewasa untuk melakukan tindakan bertanggung
jawab yang menyebabkan penurunan dalam tingkat rasa bersalah. Para
pengiklan dan komunikator pemasaran lainnya menyajikan rasa bersalah dan
mencoba untuk membujuk para calon pelanggan dengan menegaskan atau
menyimpulkan bahwa rasa bersalah dapat dihapus dengan menggunakan
produk yang dipromosikannya.
e. Pemakaian unsur seksual di dalam periklanan
Iklan yang berisi daya tarik seksual akan efektif bila hal ini relevan dengan
pesan penjualan dalam iklan. Tetapi, bila digunakan dengan benar, dapat
menimbulkan perhatian, meningkatkan ingatan dan menciptakan asosiasi yang
menyenangkan dengan produk yang diiklankan.
f. Daya tarik musik iklan
Musik telah menjadi komponen penting dunia periklanan hampir sejak suara
direkam pertama kali. Jingle, musik latar, nada-nada popular, dan aransemen
klasik digunakan untuk menarik perhatian, menyalurkan pesan-pesan
penjualan, menentukan tekanan emosional untuk iklan, dan mempengaruhi
suasana hati para pendengar.
Berdasarkan uraian di atas maka daya tarik iklan dapat didefinisikan
sebagai seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian
pemirsanya melalui penggunaan endorser serta musik pendukung iklan tersebut.
13
1.5. Efektivitas Iklan
Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan promosi gagasan,
barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Pengiklan tidak hanya
mencakup perusahaan bisnis, tetapi juga museum, organisasi amal, dan lembaga
pemerintah yang mengarahkan pesannya kepada masyarakat sasaran (Kotler,
2005). Sedangkan menurut Kasali (1992) iklan adalah pesan yang menawarkan
suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media namun
demikian untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih
diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. Iklan dapat juga meliputi
setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non-personal dan promosi dari
gagasan, barang-barang, atau jasa-jasa oleh suatu sponsor yang diketahui
(Rewoldt et al., 2005).
Mendefinisikan periklanan yang efektif akan terasa mudah apabila kita
menggunakan suatu pandangan yaitu sebuah iklan disebut efektif apabila iklan
tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan.
Perspektif ini mendefinisikan efektivitas iklan dari sisi hasil apa saja yang telah
dicapai. (Shimp, 2000). Meskipun definisi tentang periklanan yang efektif dapat
dipergunakan untuk segala kegunaan (multi purpose definition) dianggap tidak
terlalu praktis karena tidak memberikan definisi yang tunggal, namun definisi
tersebut bisa dianggap cukup baik karena dapat mencakup berbagai karakteristik
umum. Sebuah iklan yang baik atau efektif adalah sebuah iklan yang diciptakan
untuk pelanggan yang spesifik, dan iklan yang memikirkan dan memahami
kebutuhan pelanggan, selain itu iklan yang efektif adalah iklan yang dapat
mengkomunikasikan keuntungan yang spesifik, dan menekankan pada tindakan
spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Iklan yang baik (atau efektif)
memahami bahwa orang–orang tidak membeli produk tapi mereka membeli
keuntungan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang efektif adalah iklan
14
yang mendapat perhatian dan diingat, serta membuat orang-orang bertindak
untuk melakukan pembelian (Schultz dan Tannenbaum dalam Shimp, 2000).
Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan Direct Rating Model
yang terdiri dari lima aspek seperti dijelaskan di bawah ini (Durianto dkk., 2003):
a.
Perhatian
Perhatian didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus
yang baru masuk. Faktor-faktor yang menentukan perhatian yang dapat
dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu determinan (penentu)
pribadi dan determinan stimulus.
b.
Pemahaman
Pemahaman berkaitan dengan penafsiran suatu stimulus. Makna suatu
stimulus bergantung pada bagaimana suatu stimulus dikategorikan dan
diuraikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
c.
Respon kognitif
Sifat respon kognitif menentukan penerimaan atas suatu klaim. Hal yang
sangat penting adalah respon yang disebut argumen pendukung dan kontra
argumen. Argumen pendukung adalah pikiran penyokong klaim. Kontra
argumen adalah pikiran yang menentang klaim dalam pesan.
d.
Respon afektif
Respon afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan sebuah
stimulus. Respon afektif memiliki peran yang penting selama tahap
penerimaan dalam proses informasi.
e.
Sikap terhadap iklan
Kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap suatu
produk sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan itu. Iklan
yang disukai atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan
sikap yang lebih positif terhadap suatu produk.
15
Berdasarkan uraian di atas maka efektivitas iklan dapat didefinisikan
sebagai iklan yang mampu menarik perhatian, memberikan pemahaman,
menciptakan respon kognitif dan afektif serta sikap yang positif dari khalayak
sasaran terhadap iklan tersebut.
1.6. Sikap terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001) adalah kecenderungan yang
dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung
(positif) atau tidak mendukung (negatif) secara konsisten. Evaluasi konsumen
terhadap merek tertentu ini di mulai dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap
terhadap merek didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah
tertanam dibenak konsumen. seperti telah disebutkan diatas bahwa komponen
sikap ada 3 yaitu: kognitif, afektif dan konatif maka ketiga komponen sikap ini
juga terdapat dalam sikap konsumen terhadap produk, yaitu Assael (2001):
a.
Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran).
b.
Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi
terhadap merek oleh konsumen.
c.
Intention to buy adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya
komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang
konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
Menurut Percy dan Rositter (1992) ada empat karakteristik penting dalam
memahami sikap terhadap merek yaitu
a.
Sikap terhadap merek tergantung pada motivasi relevan dari konsumen yang
berarti jika motivasi konsumen berubah seiring dengan evaluasi merek maka
sikap konsumen terhadap merek akan mengalami perubahan.
16
b.
Sikap terhadap merek terdiri dari komponen kognitif/ keyakinan (believe)
dan komponen afektif (feeling) yang akan memberi konsumen dalam
menentukan sikapnya terhadap merek.
c.
Komponen kognitif pada akirnya akan memberi serangkaian keyakinan
manfaat (benefit believe) yang membentuk sikap konsumen terhadap merek.
d.
Sikap terhadap merek adalah konsep relatif dimana setiap konsumen pasti
mempunyai motivasi yang berbeda dalam sikapnya akan merek produk.
Berdasarkan uraian di atas maka sikap terhadap merek dapat didefinisikan
sebagai kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi
merek mencakup kepercayaan terhadap merek, evaluasi terhadap merek serta
maksud untuk membeli.
1.7. Pengaruh Kreativitas Iklan dan Daya Tarik Iklan Terhadap Efektivitas
Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Merek
1.7.1. Pengaruh Kreativitas Iklan terhadap Efektivitas Iklan
Iklan yang kreatif adalah iklan yang bisa membedakan dirinya dari
iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja; iklan yang tidak biasa dan
berbeda. Iklan yang sama dengan sebagian besar iklan lainnya tidak akan
mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan tidak akan dapat menarik
perhatian konsumen (Handoko, 2006).
Untuk membuat iklan yang kreatif dan menarik dibutuhkan para
pekerja yang profesional yang memiliki kreatifitas dalam memproses iklan,
mulai dari perencanaan pesan, perencanaan media hingga bagaimana
menyampaikan (expose) pesannya. Pada agen pembuat iklan (perusahaan
periklanan) terdapat bagian khusus yang merancang kreatifitas, mereka ini
adalah yang disebut copywritter, scripwritter atau screenwritter dan pengarah
seni yang disebut art director atau visualizer.
17
Kreatifitas iklan dapat dikatakan merupakan komponen yang sangat
penting dari iklan (Riyanto, 2008). Iklan yang kreatif akan menjadikan iklan
tersebut efektif karena dengan tampilan yang kreatif maka pesan iklan akan
dapat mempengaruhi audien.
Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh kreativitas
iklan terhadap efektivitas iklan telah dilakukan.
Handoko (2006) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa kreativitas iklan berpengaruh positif
terhadap efektivitas iklan sepeda motor Honda di televisi. Hal tersebut dapat
disebabkan karena iklan Honda mudah dipahami dan dicerna maksudnya oleh
penonton yang sedang melihat iklan tersebut, sehingga membuat iklan
tersebut menjadi efektif.
1.7.2. Pengaruh Daya Tarik Iklan terhadap Efektivitas Iklan
Pada dasarnya konsumen pasti ingin membeli produk yang berkualitas.
Akan tetapi jika kualitas antara beberapa produk sangat seimbang, mungkin
akhirnya iklan suatu produklah yang dijadikan dasar oleh seorang konsumen
untuk membeli produk yang diminati (Situmorang, 2008). Maka dalam hal ini,
daya tarik iklanlah yang akan mempengaruhi persepsi konsumen sehingga
iklan tersebut dapat efektif. Nurrohman (2009) menjelaskan bahwa efektivitas
iklan dipengaruhi oleh daya tarik iklan tersebut. Hal ini berarti dengan
menariknya sebuah iklan maka masyarakat akan semakin tertarik untuk
melihat dan memperhatikan iklan sehingga iklan tersebut dapat efektif.
Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh daya tarik iklan
terhadap efektivitas iklan telah dilakukan.
Arfianto (2010) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa daya tarik iklan berpengaruh positif
terhadap efektivitas iklan produk sepeda motor Honda di televisi. Hal ini
disebabkan karena daya tarik iklan seperti penggunaan endorser yang cocok
dan menarik akan membuat khalayak ingin mengikuti trend seperti yang
18
dipakai oleh endorser tersebut, sehingga mendorong pemirsa untuk melakukan
pembelian produk. Hal ini dapat menjelaskan bahwa iklan yang ditampilkan
efektif.
1.7.3. Pengaruh Efektivitas Iklan terhadap Sikap terhadap Merek
Sebuah Iklan yang efektif harus meningkatkan brand awareness dan
mengaitkan bagian-bagian dalam iklan dengan merek yang sedang diiklankan
(Till dan Baack, 2005). Saat sebuah iklan tidak memfasilitasi reaksi iklan
dengan merek maka iklan tersebut hanya merupakan hiburan bagi orang yang
menyaksikannya. Iklan tersebut dirasa efektif apabila iklan tersebut berhasil
menarik perhatian pemirsa atau pembacanya kepada merek (Backer, Honea
dan Russell 2004).
Percy dan Rositter (1992) menjelaskan efektivitas iklan dengan brand
awareness (pengetahuan akan merek) dan brand attitude (sikap terhadap
merek). Sikap terhadap merek ini berkaitan dengan ekspektasi dan nilai merek
(brand value). Sebuah pendapat menunjukkan bahwa saat pemirsa atau
pembaca bereaksi positif terhadap iklan, maka mereka juga akan bereaksi
positif terhadap merek (Backer, Honea dan Russell, 2004).
Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh efektivitas
iklan terhadap sikap terhadap merek telah dilakukan. Handoko (2006) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin tinggi efektifitas iklan maka
akan semakin positif sikap terhadap merek yang diiklankan. Dengan
menghasilkan iklan sepeda motor Honda yang efektif maka akan membuat
sikap konsumen terhadap merek yang diiklankan menjadi lebih positif. Hal
tersebut ditandai dengan iklan sepeda motor Honda yang menjadi lebih
diingat, disukai dan dipilih dibandingkan merek-merek pesaing.
19
1.8.
Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta pengembangn hipotesis di atas, maka dapat dibuat
kerangka pikir penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Kerangka Pikir Penelitian
Kreativitas Iklan:
 Keorisinilan
 Smart
 Keunikan
 Rasa ingin tahu
Daya Tarik Iklan:
 Kredibilitas endorser
 Kecocokan endorser
dengan khalayak
 Kecocokan endorser
dengan merek
 Daya tarik endorser
 Daya tarik musik
iklan
Efektivitas Iklan:
 Perhatian
 Pemahaman
 Respon kognitif
 Respon afektif
 Sikap terhadap iklan
Sikap terhadap
merek:
 Brand believe
 Brand evaluation
 Intention to buy
Berdasarkan Gambar 2.1. di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Efektivitas
iklan dapat dipengaruhi oleh faktor kreativitas iklan dan daya tarik iklan.
Semakin tinggi kreativitas iklan dan daya tarik iklan maka semakin efektif
iklan tersebut. Hal ini didukung dengan temuan sebelumnya oleh Handoko
20
(2006) dan Arfianto (2010). Efektivitas iklan itu sendiri selanjutnya dapat
mempengaruhi sikap terhadap merek suatu produk. Hal ini didukung dengan
temuan Handoko (2006).
Dari penjelasan di atas maka dapat dikemukakan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H1: diduga terdapat pengaruh kreativitas iklan terhadap efektivitas iklan
Indosat Mentari
H2: diduga terdapat pengaruh daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan
Indosat Mentari
H3: diduga terdapat pengaruh efektivitas iklan terhadap sikap terhadap merek
Indosat Mentari
21
Download