makalah biokimia

advertisement
MAKALAH
BIOKIMIA II
“DEKARBOKSILASI OKSIDATIF, SIKLUS ASAM SITRAT,
DAN FOSFORILASI OKSIDATIF”
OLEH
KELOMPOK IV
NAMA ANGGOTA : 1. LALU SINGGIH AJI PUTRA
2. NONI MULIANA LISTIAWATI
3. SAMSUL RIZAL UMAMI
4. SITI FATIMAH
5. QOMARIATUL KIBITIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
RESPIRASI SEL
Pada metabolisme karbohidrat salah satu substansi yang penting yang akan
dipelajari adalah oksidasi glukosa yang disebut dengan respirasi sel. Proses oksidasi ini
terjadi secara aerobik. Dimana glukosa ini akan di oksidasi lebih lanjut menjadi energi.
Karena glukosa termasuk ke dalam senyawa organik yang mengandung karbon, hidrogen
dan oksigen maka dapat dioksidasi secara sempurna menjadi CO2 dan H2O. Selama proses
ini energi yang berasal dari senyawa organik sebagian besar dikonversi menjadi panas atau
kalor. Di sebagian besar sistem biologi, energy dilepaskan dari molekul, tidak berasal dari
pembakaran tetapi oleh kontrol metabolisme oksidasi yang disebut dengan proses
respirasi. Oksidasi aerobik glukosa ini memerlukan partisipasi dari tiga proses
metabolisme yang saling terkait (Siklus asam sitrat, transpor elektron dan fosforilasi
oksidatif) semua proses ini terjadi di mitokondria. Mitokondria sering disebut dengan
pabrik energi dari sel.
Di dalam materi ini akan dibahas salah satu bagian dari sebagian besar proses
respirasi sel yaitu oksidasi rantai karbon dari piruvat untuk membentuk ko-enzim dan
beberapa ATP. Piruvat yang digunakan dibentuk oleh proses glikolisis, piruvat yang
dihasilkan dari proses glikolisis ini tidak dikonversi menjadi laktat, tetapi piruvat ini
dioksidasi untuk membentuk CO2 dan Asetil-KoA yang melalui proses enzimatik.
Langkah pertama dalam oksidasi piruvat ini adalah reaksi dekarboksilasi oksidatif yang
melibatkan ko-enzim A. Produk dari reaksi ini adalah CO2 dan asetil ko-A. Dua karbon
ditambahkan dari ko-enzim A. Selanjutnya Asetil-Koa yang dihasilkan dibawa ke siklus
kreb untuk diubah lebih lanjut menjadi ATP (Horton, 2002: 372).
DEKARBOKSILASI OKSIDATIF, SIKLUS ASAM SITRAT,
TRANSPORT ELEKTRON & FOSFORILASI OKSIDATIF
1. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang
beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom 2 C, yaitu asetil koenzim-A (asetil koA). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap
persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di
intermembran mitokondria. Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul
oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu
siklus Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen
yang cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam
piruvat yang mendapat molekul oksigen yang cukup akan meneruskan tahapan reaksi
yaitu ke siklus krebs. Namun, asam piruvat ini tidak dapat begitu saja masuk ke dalam
siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah.
Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus
mempunyai dua atom C (2 C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi
dekarboksilasi oksidatif.
Gambar tahap dekarboksilasi oksidatif.
Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan
tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar
asam trikarboksilat (daur Krebs).
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks
mitokondria melibatkan tiga macam enzim yaitu piruvat dehidrogenase, dihidrolipoamid
asetil transasetilase, dan dihidrolipoamid dehidrogenase dan lima macam gugs prostetik
yaitu Tiamin pirofosfat (TPP), asam lipoat, koenzim-A, Flavin Adenin Dinukleotida
(FAD), dan Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD) yang berlangsung dalam lima
tahap reaksi.
Pertama-tama, molekul asam piruvat yang dihasilkan reaksi glikolisis akan
melepaskan satu gugus karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung
sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa
dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya,
asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH.
Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari
vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil
yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam
siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut. Selama reaksi transisi ini, satu molekul
glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan
2 molekul NADH.
Dekarboksilasi oksidatif akan mengubah asam piruvat menjadi asetil ko-A. Tahap
ini terjadi dalam beberapa reaksi yang dikatalisis oleh kompleks enzim yang disebut
piruvat dehidrogenase. Enzim ini terdapat pada mitokondria pada sel eukariotik,
sedangkan pada prokariotik terdapat pada sitoplasma.
Hasil dari dekarboksilasi oksidatif adalah molekul asetil ko-A, NADH, dan CO2.
Satu molekul glukosa akan diubah menjadi dua molekul asam piruvat dalam glikolisis,
artinya proses dekarboksilasi oksidatif untuk satu molekul glukosa akan menghasilkan 2
molekul asetil ko-A, 2 NADH, dan 2 CO2. Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini bersifat
irreversible.
2. Siklus Asam Sitrat
Jalur metabolisme daur asam trikarboksilat ( asam sitrat ) pertama kali ditemukan
oleh Hans Krebs pada tahun 1937. Oleh karena itu jalur ini disebut pula daur krebs.
Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria,
yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat
menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini adalah proses oksidasi dengan
menggunakan oksigen atau aerob. Jalur daur ini merupakan jalur metabolisme yang
utama dari berbagai senyawa hasil metabolisme, yaitu hasil katabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Asetil koenzim–A ( sebagai hasil katabolisme lemak dan karbohidrat
), oksalasetat, fumarat, dan α – ketoglutarat ( sebagai hasil katabolisme asam amino dan
protein), masuk ke dalam daur krebs untuk selanjutnya dioksidasi melalui beberapa tahap
reaksi yang kompleks menjadi CO2, H2O dan energi ATP.
Didalam sel eukariot, metabolisme asam trikarboksilat berlangsung didalam
mitokondrion. Sebagai enzim dalam metabolisme ini terdapat didalam cairan matrik dan
sebagian lagi terikat pada bagian dalam membran mitokondrion. Telah pula diketahui
bahwa beberapa enzim dalam siklus asam sitrat ( seperti akonitat hidratase, isositrat
dehidrogenase, fumarase, dan malat dehidrogenase ) terdapat di dalam sitoplasma sel
jaringan tertentu meskipun di situ tidak ditunjukan adanya kegiatan siklus asam sitrat.
Fungsi utama siklus krebs adalah :
1. Menghasilkan karbon dioksida terbanyak pada jaringan manusia.
2. Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai pernapasan
untuk produksi ATP.
3. Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk digunakan
pada sintesis asam lemak.
4. Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam nukleat.
5. Melakukan pengendalian langsung atau tidak langsung (alosterik) terhadap sistem
enzim lain melalui komponen-komponen siklus.
Tabel reaksi enzimatik dari siklus asam sitrat
TAHAP REAKSI DAUR KREBS
Pada tahap reaksi pertama, enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi
kondensasi antara asetil koenzim–A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi
ini merupakan suatu reaksi kondensasi aldol antara gugus metil dari asetil koenzim–A
dan gugus karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis ikatan tioester dan
pembentukan senyawa
koenzim–A bebas. Reaksi ini adalah suatu hidrolisis
eksergonik yang menghasilkan energi dan merupakan reaksi pendorong pertama
untuk daur krebs. Laju reaksi ditentukan oleh jumlah asetil koenzim–A yang tersedia,
oksaloasetat dan kadar suksinil koenzim–A yang merupakan zat penghambat saing (
inhibitor kompetitif ) dan sitrat sintase.
Tahap reaksi kedua merupakan pembentukan asam isositrat dari sitrat melalui
cis-akonitat, dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitase. Enzim ini
mengkatalisis reaksi reversibel penambahan H2O pada ikatan rangkap cis-akonitat
dalam dua arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke pembentukan
isositrat. Asam sitrat adalah molekul prokiral, yaitu suatu molekul yang dapat
bereaksi secara senjang meskipum tidak mempunyai atom karbon yang senjang. Hal
ini dimungkinkan karena setengah bagian dari molekulnya bersifat bayangan cermin
yang tak dapat ditumpangtindahkan terhadap setengah bagian lainnya. Keadaan ini
dapat dibedakan oleh enzim akonitase yang stereospesifik sehingga enzim ini hanya
akan menyerang salah satu dari setengah bagian tersebut. percobaan dengan
radioisotop membuktikan, akonitase hanya menyerang bagian molekul sitrat yang
berasal dari oksalat saja. Telah diketahui akonitase terdapat di dalam jaringan hewan
dalam dua bentuk isoenzim, satu dalam mitokondrion dan yang lain dalam sitosol.
Tahap reaksi ketiga, Oksidasi isositrat menjadi α – ketoglutarat berlangsung
melalui pembentukan senyawa antara oksalosuksinat yang berikatan dengan enzim
isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan sebagai koenzimnya. Telah diketahui
adanya dua macam isositrat dehidrogenase, yang satu berikatan dengan NAD ( NAD
– isositrat dehidrogenase ) dan yang lainnya dengan NADP ( NADP – isositrat
dehidrogenase ). NAD – Isositrat dehidrogenase terdapat hanya di dalam
mitokondrion maupun sitoplasma. Enzim yang pertama mengkatalisis proses oksidasi
isositrat menjadi oksalosuksinat dan dekarboksilasi oksalosuksinat menjadi α –
ketoglutarat.
Pengubahan
isositrat
ke
oksaloasetat
dapat
dihambat
oleh
difenilkloroarsin, sedangkan dekarboksilasi oksaloasetat dihambat oleh pirofosfat.
Tahap reaksi keempat adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinatmelalui
pembentukan subsinil ke koenzim-A. pembentukan suksinil koenzim-A dari α-
ketoglutarat adalah reaksi yang irreversible dan dikatalisis oleh enzim kompleks αketoglutarat dehidrogenase. Reaksi ini berlangsung yang sama seperti proses oksidasi
piruvat menjadi asetilkoenzim-A dan CO2, yaitu dengan melibatkan koenzim tiamin
pirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, FAD, dan NAD+. Suksinil koenzim-A adalah
suatu senyawa tioester berenergi tinggi. Selanjutnya suksinil koenzim-A melepaskan
koenzim-A nya dengan dirangkaikan dengan reaksi pembentukan energy, GTP dari
GDP dan fosfat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase yang
khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk
sintesis ATP dari ADP dengan enzim nukleosida difosfat kinase.
Reaksi :
GTP
+
ADP
GDP
+
ATP
Pembentukan GTP ( atau ATP) yang dikaitkan dengan reaksi deasilasi suksinil
koenzim-A ini disebut fosforilase tingkat substrat. Ini berlainan dengan proses
fosforilasi yang dihubungkan dengan rantai pernapasan (fosforilasi bersifat oksidatif).
Pada reaksi tahap kelima, suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim
suksinat dehidrogenase yang berkaitan dengan flavin adenin dinukleotida (FAD)
sebagai koenzimnya. Enzim ini terbuat pada membrane dalam mitokondrion. Dalam
reaksi ini FAD berperan sebagai gugus penerima hydrogen.
Reaksi tahap keenam merupakan reaksi reversible penambahan satu molekul
H2O ke ikatan rangkap fumarat, menghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim
fumarase tanpa koenzim. Enzim ini bersifat stereospesifik, bertindak hanya terhadap
bentuk L-stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses
penambahan trans atom H Dan gugus OH ke ikatan rangkap fumarat.
Pada reaksi tahap terakhir, siklusasam trikarboksilat, L-malat diooksidasi
menjadi oksalasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD.
Reaksi ini adalah endergonik tetapi laju reaksinya berjalan lancar kekanan. Hal ini
dimungkinkan karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksalasetat dengan
asetil koenzim-A adalah reaksi eksergonik yang irreversible. Malat dehidrogenase
adalah enzim yang berzifat stereospesifik untuk bentuk L-stereoisomer dari malat.
3. Fosforilasi Oksidatif
Fosforilasi oksidatif merupakan nama yang diberikan untuk sintesis ATP
(fosforilasi) yang terjadi ketika NADH dan FADH2 dioksidasi (sehingga oksidatif) oleh
transpor elektron melalui rantai respirasi. Rantai respirasi adalah rangkaian proses
transfer elektron hidrogen yang terjadi pada bagian membran dalam mitokodria dengan
melibatkan sejumlah enzim. Hasil akhir dari rangkaian proses transfer electron ialah
sejumlah energi berbentuk ATP yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme
hidup.
Aliran electron dari substrat ke oksigen merupakan sumber energy ATP
Pada setiap putaran siklus asam sitrat, 4 pasang atom hydrogen dipindahkan dari
isositrat, α-ketoklutarat, suksinat, dan malat melalui aktifitas dehidrogenase spesifik.
Atom hidrogen ini, pada beberapa tahap memberikan elektronnya kepada rantai transport
electron dan menjadi ion H+ yang terlepas kedalam medium cair. Electron tersebut
diangkut disepanjang rantai molekul pembawa electron, sampai electron-elektron ini
mencapai oksidase sitokrom, yang menyebabkan pemindahan electron ke oksigen, yakni
molekul penerima electron pada organisme aerobic. Pada saat masing-masing atom
oksigen menerima 2 elektron dari rantai tersebut, 2 atom H+, yang setara dengan 2H+
yang dilepaskan sebelumnya dari 2 atom hydrogen yang dipindahkan oleh dehidrogenase
diambil dari medium cair untuk membentuk H2O.
Rantai respirasi terdiri dari serangkaian protein dengan gugus prostetik yang
terikat kuat, dan mampu menerima dan memberikan electron. Setiap anggota dapat
menerima electron dari anggota sebelumya, dan memindahkan electron ke molekul
anggtoa berikutnya, dalam uraian reaksi yang spefisik. Elektron yang masuk ke dalam
rantai transport electron yang kaya akan energy, tetapi pada saat electron tersebut melalui
rantai, menuju ke oksigen dengan cara setahap demi setahap, electron tersebut
kehilangan kandungan energy bebasnya. Banyak dari energy tersebut yang disimpan
dalam bentuk ATP oleh mekanisme molekul pada membrane mitokondria sebelah dalam.
Pada saat masing-masing pasangan elektron melalui rantai respirasi dari NADH menuju
oksigen sintesis 3 molekul ATP dari ADP dan posfat berlaangsung bersama-sama.
Ketiga bagian rantai respirasi yang memberikan energy untuk menghasilkan ATP
melalui fosforilasi oksidatif disebut sisi penyimpanan energi.
Senyawa pengangkut electron selalu berfungsi dalam urutan spesifik
Pertama, potensial redoks bakunya secara berturut-turut semakin positif pada arah menuju
oksigen, karena electron cendrung mengalir dri sistem elektro negative ke sistem elekro
positif menyebabkan penurunan dalam energy bebas. Kedua, setiap rantai anggota respirasi
bersifat spesifik bafi senyawa pemberi dan penerima electron tertentu. Sebagai contoh.
NADH dapat memindahkan electron ke NADH dehidrogenase, tetapi tidak dapat
memindahkan electron ini secara lagsung ke sitokrom b atau ke sitokrom c. Ketiga, kompleks
structural protein pengangkut electron yang fungsinya serupa telah dapat diisolasi dari
membrane mitokondria. Kompleks I terdiri dari NADH dhidrogenase dan pusat besisulfurnya yang erat berhubungan dalam fungsinya. Kompleks II terdiri dari saksinat
dehidrogenase dan pusat besi sulfurnya. Komplek III terdiri dari sitokrom b dan c2, serta
pusat besi sulfur spesifik. Sitrokrom a dan a3 bersama-sama menyusun kompleks IV.
Ubikuinon merupakan rantai penghubung di antara kompleks I, II, dan III, serta sitokrom c
merupakan rantai penghubung diantra kompleks III dan IV.
Fosforilasi Oksidatif
Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam
mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi
respiratorik berlangsung. Sistem respirasi dengan proses pembentukan intermediat berenergi
tinggi (ATP) ini dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan
organisme aerob menangkap energi bebas dari substrat respiratorik dalam proporsi jauh lebih
besar daripada organisme anaerob.
NADH dan FADH2 yang terbentuk pada reaksi oksidasi dalam glikolisis, reaksi
oksidasi asam lemak dan reaksi-reaksi oksidasi dalam siklus asam sitrat merupakan molekul
tinggi energi karena masing-masing molekul tersebut mengandung sepasang elektron yang
mempunyai potensial transfer tinggi. Bila elektron-elektron ini diberikan pada oksigen
molekuler, sejumlah besar energi bebas akan dilepaskan dan dapat digunakan untuk
menghasilkan ATP. Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat transfer
electron dari NADH atau FADH2 kepada O2 melalui serangkaian pengemban electron. Proses
ini merupakan sumber utama pembentukan ATP pada organisme air. Sebagai contoh,
fosforilasi oksidatif menghasilkan 26 dari 30 molekul ATP yag terbentuk pada oksidasi
sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Aliran electron dari NADH atau FADH2 ke O2 melalui kompleks-kompleks protein,
yang terdapat pada membran dalam mitokondria, akan menyebabkan proton terpompa keluar
dari matriks mitokondria. Akibatnya, terbentuk kekuatan daya gerak proton yang terdiri dari
gradient pH dan potensial listrik trans membran. Sintesis ATP teradi bila proton mengalir
kembali kedalam matriks mitokondria melalui suatu kompleks enzim. Jadi, oksidasi dan
fosforilasi terangkai melalui gradient proton melintasi membran dalam mitokondria.
Proses fosforilasi oksidatif
Organisme kemotrop memperoleh energi bebas dari oksidasi molekul bahan bakar,
misalnya glukosa dan asam lemak. Pada organisme aerob, akseptor elektron terakhir adalah
oksigen. Namun elektron tidak langsung ditransfer langsung ke oksigen, melainkan dipindah
ke pengemban-pengemban khusus antara lain nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) dan
flavin adenin dinukleotida (FAD).
Pengemban tereduksi ini selanjutnya memindahkan elektron ke oksigen melalui rantai
transport elektron yang terdapat pada sisi dalam membran mitokondriaGradien proton yang
terbentuk sebagai hasil aliran elektron ini kemudian mendorong sintesis ATP dari ADP dan Pi
dengan bantuan enzim ATP sintase. Proses tersebut dinamakan fosforilasi oksidatif. Dalam
hal ini energi dipindahkan dari rantai transport elektron ke ATP sintase oleh perpindahan
proton melintasi membran. Proses ini dinamakan kemiosmosis.
Secara ringkas fosforilasi oksidatif, terdiri atas 5 proses dengan dikatalisis oleh
kompleks enzim, masing-masing kompleks I, kompleks II, kompleks III, kompleks IV dan
kompleks V
Tabel 1 Informasi tentang enzim yang berperan dalam fosforilasi oksidatif
Nama
Penyusun
NADH dehydrogenase (or)
Kompleks I
Kompleks II
NADH-coenzyme Q reductase
Succinate dehydrogenase (or)
Succinate-coenzyme Q reductase
kDa Polypeptides
800
25
140
4
Kompleks III Cytochrome C – coenzyme Q oxidoreductase 250
9-10
Kompleks IV
Cytochrome oxidase
170
13
Kompleks V
ATP synthase
380
12-14
Dalam fosforilasi oksidatif, daya gerak elektron diubah menjadi daya gerak proton
dan kemudian menjadi potensial fosforilasi. Fase pertama adalah peran komplek enzym
sebagai pompa proton yaitu NADH-Q reduktase, sitokrom reduktase dan sitokrom oksidase.
Komplek-komplek transmembran ini mengandung banyak pusat oksidasi reduksi seperti
flavin, kuinon, besi-belerang, heme dan ion tembaga. Fase kedua dilaksanakan oleh ATP
sintase, suatu susunan pembentuk ATP yang digerakkan melalui aliran balik proton kedalam
matriks mitokondria.
Transport electron dan fosforilasi oksidatif terjadi pada Membran Mitokondria sebelah
dalam
Pada sel eukariotik, hampir semua dehidrogenasa spesifik yang diperlukan pada
oksidasi piruvat dan bahan bakar lain melalui siklus asam sitrat terletak pada bagian sebalah
dalam mitokondria, yaitu matriks. Molekul pemindahan elektron dari rantai respirasi dan
molekul enzim yang melakukan sitesa ATP dari ADP dan fosfat terbenam dalam membran
sebelah dalam. Bahan bakar siklus asam sitrat seperti piruvat, harus dipindahkan dari sitosol (
tempat dilakukannya sintesi molekul-molekul tersebut) melalui membran mitokondria
kedalam bagian matrik disebelah dalam sebagai tempat aktivitas dehidrogenase. Demikian
pula, ADP yang dibentuk dari ATP selama aktivitas yang memerlukan energy didalam sitosol
harus dipindahkan didalam metrics mitokondria, untuk mengikat posfat kembali menjadi
ATP. ATP baru yang terbentuk harus dikembalikan kesitosol. Sistem transport membran
yang khusus pada membrane mitokondria sebah dalam tidak hanya melangsungkan
masuknya piruvat dan bahan bakar lain kedalam mitokondria, tetapi juga masuknya posfat
dan ADP. Dan keluarnya ATP selama fosforilasi oksidatif. Jadi, membrana mitokondria
sebalah dalam merupakan sruktur komplek yang mengandung molekul pembawa electron,
sejumlah enzim, dan beberapa sistem transport membran. Yang bersama-sama menyusun
sampai 75% atau lebih berat total membrane, sisanya merupakan lipida. Struktur membrane
sebelah dalam amat komplek, berliku-liku, dan bersifat mosaic; integritas membran ini
penting bagi pembentukan ATP yang menunjang aktivitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Siklus Krebs. Di akses pada tanggal 20 Maret
https://intanpambua.wordpress.com/2014/03/26/tugas-siklus-krebs/ .
2016
di
Anonim. 2010. Dekarboksilasi Oksidatif. Di akses pada tanggal 20 Maret 2016 di
http://biologipedia.blogspot.co.id/2010/10/dekarboksilasi-oksidatif.html .
Horton, et al. 2002. Principles Of Biochemistry Third Edition.
International: Canada.
Strayer, L. 1995. Biochemistry. W. H. Freeman And Company: New York.
Person Education
Download