Perbandingan Motivasi Berprestasi dan Urutan Kelahiran Psikologis

advertisement
Perbandingan Motivasi Berprestasi dan Urutan Kelahiran Psikologis pada
Remaja Laki-laki Bersuku Batak Toba
Jessica Leofitri, Stephanie Yuanita Indrasari, Adhityawarman Menaldi
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Laki-laki pada keluarga Batak Toba memiliki peran yang penting karena membawa marga
keluarganya dan dituntut untuk memiliki prestasi yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat perbandingan motivasi berprestasi dan urutan kelahiran psikologis pada remaja lakilaki Batak Toba. Motivasi berprestasi diukur menggunakan Achievement Motives ScaleRevised (AMS-R) yang disusun oleh Lang & Fries (2006) menghasilkan skor motivasi
berprestasi hope of success dan fear of failure. Urutan kelahiran psikologis akan
menggunakan alat ukur White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) yang
disusun oleh Campbell, White & Stewart (1991) menghasilkan kategorisasi skor urutan
kelahiran yang dipersepsikan oleh individu di dalam keluarganya. Responden penelitian
sebanyak 124 laki-laki bersuku Batak Toba dan berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian ini
adalah terdapat perbedaan motivasi berprestasi hope of success pada urutan kelahiran
psikologis remaja laki-laki di keluarga Batak Toba. Kemudian, ditemukan bahwa tidak
terdapat perbedaan motivasi berprestasi fear of failure pada urutan kelahiran psikologis
remaja laki-laki di keluarga Batak Toba.
kata kunci:
fear of failure, hope of success, motivasi berprestasi, urutan kelahiran, urutan kelahiran psikologis
A Comparative Study of Achievement Motivation and Psychological Birth Order among
Batak Toba Male Adolescence
Abstract
Male in Batak Toba’s family have an important role because they inherit the family name and
demanded to have high achievements. This research is aimed to find comparisons of
achievement motivation and psychological birth order in male adolescence of Batak Toba
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
tribe. In this research, achievement motivation measured with Achievement Motives ScaleRevised (AMS-R) developed by Lang & Fries (2006), which will result achievement
motivation score in hope of success and fear of failure. Next, the researcher measured the
psychological birth order with White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI)
developed by Campbell, White & Stewart (1991) which will give the categorization of
respondent’s birth order that perceived by the individual in his family. Respondents in this
research are 124 male adolescence, aged 18-24 and have Batak Toba’s tribe. The research
found that there are differences of achievement motivation hope of success in psychological
birth order male adolescence Batak Toba’s tribe and there is no difference of achievement
motivation fear of failure in psychological birth order male adolescence Batak Toba’s tribe.
keywords:
achievement motivation, birth order, fear of failure, hope of success, psychological birth order
Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai macam budaya. Salah satu suku
yang cukup terdengar yaitu suku Batak. Terdapat banyak nama-nama tokoh terkenal di
Indonesia terutama di bidang tarik suara dan bidang hukum yang bersuku Batak. Itulah
sebabnya kata “Batak” tidak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia karena suku
Batak merupakan salah satu etnis terbesar yang ada di Indonesia. Dari keenam sub-suku
tersebut, suku Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya (Irmawati, 2007).
Batak Toba memiliki adat istiadat yang mengikat sejak lama. Mereka memegang
teguh kebiasaannya, tatanan sosial kemasyarakatan dan hukum-hukum yang tertulis dengan
jelas secara adat. Kekerabatan yang kuat dan juga falsafah-falsafah yang jelas terus dipegang
erat oleh masyarakat Batak Toba. Perjalanan hidup orang Batak Toba tidak terpisah dari
perlakuan adat dan hidupnya akan selalu bergandengan dengan adatnya (Situmeang, 2007).
Salah satu falsafah yang jelas dan menjadi tujuan hidup masyarakat Batak Toba adalah 3H
yang terdiri dari Hagabeon (kebahagiaan dalam keturunan), Hamoraon (kekayaan) dan
Hasangapon (kemuliaan dan kehormatan). Keturunan, baik putra dan putri, merupakan citacita utama setiap keluarga Batak Toba, teapi kelahiran putra akan menjadi jaminan bahwa
terdapat pewaris marga yang akan melanjutkan, menggantikan kedudukan dalam acara adat
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
dan tanggung jawab adat, dan pembawa nama dalam silsilah kekerabatan dalam masyarakat
Batak Toba (Situmeang, 2007).
Gaya pengasuhan orang tua Batak dan peran yang diharapkan di dalam keluarga dapat
membangun motivasi anak, terutama anak laki-laki di dalam keinginannya untuk berprestasi
dan mencapai kesuksesan di hidupnya. Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai
kebutuhan untuk mencapai keunggulan dan kesuksesan, dimana faktor yang dapat
memengaruhi adalah individu tersebut, latar belakang keluarga dan pengalamannya di sekolah
(Chabra & Kumari, 2001). McClelland (dalam Ziegler, Schmukle, Egloff & Buhner, 2010)
mencetuskan konsep keinginan untuk berprestasi (n ach) yang memiliki hubungan untuk
berkompetisi dengan performa seseorang. Kemudian Atkinson (1964) mengembangkan dan
membedakan kecenderungan motivasi berprestasi antara hope of success (HS) dan fear of
failure (FF) yaitu motif seseorang untuk berprestasi adalah dengan cara memiliki harapan
untuk sukses atau karena menghindari kegagalan. Motivasi berprestasi dapat berbeda-beda
tergantung dari urutan kelahiran seseorang. Motivasi berprestasi pada anak sulung bisa
berbeda dengan motivasi berprestasi pada anak kedua, dan bisa juga berbeda dengan anak
bungsu.
Salah satu tokoh dalam teori kepribadian yaitu Alfred Adler mencetuskan teori
mengenai urutan kelahiran yang dikatakan bahwa walaupun seseorang berasal dari keluarga
yang sama, atmosfir disekitarnya dapat berbeda dan membangun karakteristik pribadi yang
berbeda-beda dari setiap urutan kelahirannya (Adler, 1997).
Urutan kelahiran sendiri terbagi menjadi dua yaitu secara ordinal dan psikologis. Urutan
kelahiran psikologis merupakan bagaimana anak tersebut menempatkan atau mempersepsikan
diri mereka di dalam struktur keluarga (Shulman & Mosak, 1977 dalam Campbell, White &
Stewart, 2006). Dengan menggunakan urutan kelahiran psikologis, perbandingan tidak hanya
sekedar menggunakan urutan kelahiran yang sudah terberi, tetapi mempertimbangkan
penghayatan individu terhadap urutan kelahirannya di keluarga, sekaligus menghayati urutan
kelahiran psikologisnya.
Menarik untuk meneliti mengenai kecenderungan motivasi berprestasi yang dimiliki
oleh remaja laki-laki dengan latar belakang keluarga Batak Toba dengan urutan kelahiran
secara psikologis yang berbeda-beda. Untuk melihat penghayatan urutan kelahiran psikologis
yang mendalam dan juga motivasi berprestasi, peneliti akan meneliti hal ini kepada remaja,
karena remaja pada umumnya sudah dapat memiliki tanggung jawabnya sendiri, menentukan
keputusannya sendiri, mengetahui apa yang diinginkannya (Papalia, Olds & Feldman, 2009),
dan yang terpenting menentukan apa yang ingin mereka pelajari dan tekuni di dalam
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
pendidikan. Remaja dianggap sudah dapat merasakan sendiri kebutuhannya untuk mencapai
prestasi, tujuan personalnya yang ingin dicapai dan sudah dapat mengetahui peranannya di
dalam keluarga dan bagaimana mereka merasakan posisinya di dalam keluarga.
Permasalahan yang diangkat dirumuskan dengan pertanyaan: “Apakah terdapat
perbedaan motivasi berprestasi (hope of success dan fear of failure) dan urutan kelahiran
psikologis pada remaja laki-laki bersuku Batak Toba?”. Tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan motivasi berprestasi dan urutan
kelahiran psikologis pada remaja laki-laki bersuku Batak Toba.
Tinjauan Teoritis
Motivasi Berprestasi
Atkinson (1964) membedakan motivasi berprestasi antara hope of success (HS) dan fear
of failure (FF) dengan definisi yaitu sebagai keinginan atau dorongan untuk bertindak karena
adanya harapan untuk mendapatkan tujuan yang bernilai, yang di dalam prosesnya dapat
terjadi tindakan mencapai kesuksesan atau tindakan menghindari kegagalan. Atkinson (1964)
juga mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai perbandingan kinerja dengan yang orang
lain dan terhadap kegiatan standar tertentu.
Seseorang di dalam melakukan tugas-tugas akademisnya akan memiliki tujuan untuk
mempertahankan keunggulan dari dirinya, mencapai standar keunggulan ataupun menghadapi
tantangan. Hasil yang dicapai adalah dua hal yaitu keberhasilan atau kegagalan. Tingkah
lakunya untuk termotivasi mencapai tujuan dapat dikategorisasikan sebagai approach
tendency. Approach tendency adalah ketika seseorang terpacu untuk memaksimalkan
keberhasilannya dan juga kecenderungannya untuk meminimalkan kegagalan di dalam
tugasnya. Perbedaan tersebut terbentuk antara The Need for Achievement yang aktif,
approach-based atau HS (hope of success) dan anxiety-based atau FF (fear of failure) (Pang,
2010). Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi hope of success bertingkah laku terarah
menuju tujuan yang terlihat dalam antisipasi diri terhadap konsekuensi positif dari
kesuksesan. Mereka akan cenderung memiliki kepuasan positif setelah pencapaian (Pang,
2010). Atkinson (1957) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi
hope of success yang tinggi akan memberikan motivasi diri yang tinggi pada tugas di situasi
kerja yang dibatasi dan menekan. Sedangkan seseorang yang memiliki metode motivasi
berprestasi fear of failure memiliki tingkah laku terarah menuju tujuan dalam antisipasi diri
dari konsekuensi negatif kegagalan. Mereka akan lebih merasakan ketidakpuasan yang tinggi
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
setelah menghadapi kegagalan (Pang, 2010). Menurut Atkinson (1957) seseorang dengan
motivasi berprestasi fear of failure yang tinggi akan mempertimbangkan tujuan-tujuannya,
apakah ia akan sukses atau tidak di dalam usahanya mencapai tujuan tersebut. Aktivitas yang
dipilih oleh individu yang memiliki fear of failure yang tinggi adalah aktivitas yang akan
mengurangi kecemasan dan kegagalan individu tersebut.
Urutan Kelahiran Psikologis
Urutan kelahiran sendiri dibagi menjadi dua yaitu actual birth order atau juga disebut
urutan kelahiran ordinal, sesuai dengan urutan kelahiran anak di keluarga dan urutan
kelahiran psikologis dimana anak menggambarkan posisi dirinya di dalam konstelasi
keluarga. Konstelasi keluarga didefinisikan sebagai pengelompokkan posisi sosial anggota
keluarga di dalam relasi terhadap satu sama lain (Shulman & Mosak, 1988 dalam Fizel,
2008) hal ini termasuk urutan kelahiran saudara kandung, jenis kelamin saudara, perbedaan
usia antar saudara kandung. Adler (1997) percaya bahwa kepribadian anak sangat besar
terbentuk dari posisinya di dalam keluarga karena orang tua kebanyakan memperlakukan
anak berbeda tergantung dari urutan kelahirannya. Walaupun dua anak yang berasal dari
keluarga yang sama, bertumbuh di situasi yang sama, atmosfir yang mengelilingi akan
berbeda. Urutan kelahiran dimulai pada saat anak masuk ke dalam keluarga, dan kemudian
terbentuk dari cara orang tua, saudara kandung dan lingkungan anak memberikan efek
terhadap anak tersebut (Leman, 2001 dalam Murphy, 2012)
Stewart & Stewart (2001) dalam Fizel (2008) mengatakan bahwa urutan kelahiran
psikologis menggambarkan posisi individu yang dirasakan di dalam keluarga. Hal ini juga
menyangkut konstelasi keluarga yaitu urutan kelahiran, jenis kelamin saudara dan jarak antara
saudara kandung. Hal ini sesuai dengan definisi dari urutan kelahiran psikologis sendiri yaitu
cara individu memahami dan menginterpretasikan posisi mereka di dalam konstelasi keluarga.
Adler (1927) dalam Magruder (2012) mengatakan bahwa interpretasi menyebabkan seseorang
untuk berfikir, bertingkah laku dan merasakan di dalam cara yang sangat personal dan unik.
White, Campbell, Stewart & Davies (1997 dalam Magruder, 2012) di dalam studinya
mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki urutan kelahiran psikologis yang sama akan
berfikir dan bertingkah laku cenderung sama di dalam caranya memikirkan tugas atau
pekerjaan.
Penelitian-penelitian lainnya yang dilakukan mengenai urutan kelahiran dan prestasi
akademis menunjukkan bahwa untuk usia perkuliahan dan kesuksesan di dalam pekerjaan
didefinisikan oleh prestasi akademis yang dimiliki oleh seseorang (Magruder, 2012).
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
Hargrove & Falbo (1984) dalam Srivastava (2008) meneliti hubungan antara urutan kelahiran
dengan motivasi berprestasi dan menemukan korelasi yang signifikan antara keduanya. Salah
satu dari hasilnya mengindikasikan kemungkinan adanya kehadiran competitiveness yang
memediasi hubungan antara urutan kelahiran prestasi.
Kemudian, Hayes & Bronzaft (1979) dalam Magruder (2012) menemukan bahwa
tidak ada salah satu dari urutan kelahiran yang lebih menonjol dari yang lain dalam mencapai
akademik, pekerjaan dan sukses. Melalui beberapa penelitian di atas yang memiliki hasil yang
berbeda-beda, maka peneliti ingin melihat lebih lanjut apakah terdapat pengaruh dari motivasi
berprestasi dengan urutan kelahiran di dalam suatu kultur budaya di Indonesia.
Setelah melakukan pencarian literatur mengenai urutan kelahiran dan motivasi
berprestasi, peneliti akan menggunakan alat ukur yang dianggap sesuai dengan tujuan dan
teori pada penelitian ini. Alat ukur pertama adalah Achievement Motives Scale-Revised
(AMS-R) (Lang & Fries, 2006) dimana alat ukur ini akan menghasilkan nilai hope of success
dan fear of failure yang dimiliki oleh responden. Alat ukur kedua adalah motivasi berprestasi
yang menggunakan White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) (White,
Campbell, Stewart & Davies, 1991 dalam Magruder, 2012) dimana alat ukur ini memberikan
hasil kategorisasi urutan kelahiran psikologis responden.
Kultur Batak Toba
Tujuan hidup masyarakat Batak Toba dirumuskan ke dalam 3H yaitu Hagabeon
(kebahagiaan dalam keturunan), Hamoraon (kekayaan), Hasangapon (kemuliaan dan
kehormatan). Di dalam nilai utama kekerabatan ini, anak laki-laki menduduki peringkat
pertama, sementara peringkat kedua adalah hula-hula yakni pihak pemberi istri, disusul pada
peringkat ketiga yaitu kerukunan (satahi) dan urutan keempat adalah anak perempuan (boru)
(Situmeang, 2007).
Orang Batak menganut paham patrilinear atau garis ayah sehingga yang dicatat hanya
nama keturunan laki-laki dari marga (nama belakang) yang bersangkutan. Jika seseorang
tidak memiliki anak laki-laki maka namanya tidak akan berlanjut dalam silsilah keluarga.
Orangnya akan disebut “punu” (tidak berputra). Dari 3H diatas, Hagabeon baru akan
dianggap lengkap dan sempurna jika ibu melahirkan putra dan putri. Seseorang yang memiliki
kekayaan, kemuliaan, kehormatan atau pangkat yang tinggi tidak akan berarti jika tidak
memiliki keturunan, terutama laki-laki (Situmeang, 2007).
Metode Penelitian
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
Penelitian ini menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R)
yang disusun oleh Lang & Fries (2006) dan menghasilkan skor motivasi berprestasi hope of
success dan fear of failure. Sedangkan, urutan kelahiran psikologis akan diukur menggunakan
alat ukur White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) yang disusun oleh
Campbell, White & Stewart (1991), menghasilkan kategorisasi skor urutan kelahiran yang
dipersepsikan oleh individu di dalam keluarganya.
Penelitian ini termasuk cross sectional study, prospective karena penelitian ini
bertujuan untuk melihat fenomena, situasi, hasil atau masalah yang akan terjadi atau muncul
di masa yang akan datang (Kumar, 2005) yaitu mengenai motivasi berprestasi yang dimiliki
remaja laki-laki di keluarga Batak Toba. Menurut Kumar (2005) disain dari penelitian ini
adalah non-experimental karena di dalam penelitian ini peneliti akan mendemonstrasikan
hubungan antara motivasi berprestasi dan urutan kelahiran psikologis tetapi tidak menjelaskan
hubungan keduanya dan tidak ada variabel yang dimanipulasi.
Penelitian ini menurut Gravetter & Forzano (2012) adalah applied research karena
bertujuan untuk menjawab pertanyaan praktikal dan juga dapat diaplikasikan ke kehidupan
sehari-hari. Kemudian, menurut Gravetter & Forzano (2012) objektivitas penelitian ini adalah
penelitian komparasi, dimana penelitian ini melihat hubungan antara dua variabel dan
membandingkan dua atau lebih skor grup yaitu motivasi berprestasi terhadap skor grup urutan
kelahiran psikologis. Jika ditinjau dari jenis informasi yang dicari, penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif karena melihat dari pendekatannya, dimana penelitian ini berdasarakan
pengukuran variabel peserta untuk memperoleh nilai individu, nilai-nilai numerik, yang
kemudian dianalisis secara statistik untuk ringkasan dan interpretasi (Gravetter & Forzano,
2012).
Pada penelitian ini, populasinya adalah individu yang berjenis kelamin laki-laki,
bersuku Batak Toba, berusia 18-24 tahun dan sampel pada penelitian ini adalah 124 orang
remaja laki-laki, bersuku Batak Toba dan berusia 18-24 tahun.
Penelitian ini menggunakan desain non-probability sampling karena besaran populasi tidak
sepenuhnya diketahui dan tidak dapat mendata anggota dari populasi. Metode sampling ini
berdasarkan faktor-faktor seperti logika secara umum dan kemudahan, dengan usaha untuk
mempertahankan keterwakilan dan menghindari bias (Gravetter & Forzano, 2012).
Kemudian, proses memilih sampel menggunakan convenience sampling dimana peneliti
meminta individu yang bersedia menjadi responden yang mudah untuk didapat (Gravetter &
Forzano, 2012), dimana prosedur ini dilakukan peneliti ke beberapa gereja Huria Kristen
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
Batak Toba (HKBP) di Jakarta karena peneliti aktif di dalam kegiatan pemuda di salah satu
gereja HKBP di Jakarta. Peneliti memanfaatkan koneksi yang dimiliki untuk menghubungi
organisasi pemuda di HKBP-HKBP Jakarta dan sekitarnya. Kemudian peneliti melakukan
snowball sampling dimana sampel yang digunakan melalui jaringan dari responden
sebelumnya yang menjadi sampel (Kumar, 2005). Snowball sampling dilakukan kepada
responden yang mengisi dan juga penyebaran kuesioner secara online terhadap individu yang
sesuai dengan kriteria.
Analisis dan statistik yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif untuk penelitian ini digunakan untuk menjelaskan gambaran umum
responden dimulai dari usia, posisi di dalam keluarga, nilai rata-rata, modus, persentase dari
skor individu. Kemudian juga sebagai gambaran umum dari hasil urutan keluarga secara
ordinal dan psikologikal yang diperoleh oleh responden.
b. One way ANOVA
Statistik ANOVA dilakukan untuk mengevaluasi perbedaan mean antara dua atau lebih
perlakuan (atau populasi) (Gravetter & Wallnau, 2008). Pengujian ini dilakukan untuk
menemukan perbandingan motivasi berprestasi hope of success pada anak sulung, tengah,
bungsu dan tunggal pada remaja laki-laki Batak Toba dan perbandingan motivasi berprestasi
fear of failure pada anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal pada remaja laki-laki Batak
Toba.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Gambaran Usia Responden
Usia
Frekuensi
Persentase
18
19
20
21
22
23
24
Total
Mean
11
15
21
21
15
17
24
124
21.30
8.9%
12.1%
16.9%
16.9%
12.1%
13.7%
19.4%
100.0%
Berdasarkan tabel usia responden diatas, rentang usia responden penelitian adalah 18-
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
25 tahun dan frekuensi responden paling banyak adalah yang berusia 24 tahun sebanyak 24
responden.
Tabel 2. Frekuensi Urutan Kelahiran Ordinal Responden
Urutan Kelahiran
Anak Sulung
Anak Tengah
Anak Bungsu
Anak Tunggal
Total
Frekuensi
42
40
33
9
124
Persentase
33.9%
32.3%
26.6%
7.3%
100.0%
Berdasarkan tabel persentase urutan kelahiran ordinal diatas, diperoleh data responden
terbesar adalah 42 anak sulung (34%) dan responden terkecil adalah anak tunggal yaitu
sebanyak 9 responden (7%).
Anak sulung secara urutan kelahiran ordinal (O) memiliki responden yang paling
banyak (36%, 15 responden) sebagai urutan kelahiran psikologis anak sulung (P) dan
kemudian responden paling sedikit adalah anak tengah (9%, 4 responden).
Anak tengah (O), responden paling banyak (40%, 16 responden) mendapatkan hasil
anak sulung (P) dan responden paling sedikit adalah anak tengah (P) dan tunggal (P) dengan
hasil yang sama yaitu 17% atau 7 responden.
Anak bungsu (O), sebagian besar responden mendapatkan hasil anak tengah (P) dan
anak tunggal (P) (27%, 9 responden). Hasil yang paling sedikit adalah anak sulung (P) yaitu
21% atau 7 responden.
Anak tunggal (O) adalah sebagian besar responden memperoleh hasil sebagai anak
bungsu (P) yaitu sebesar 44% atau 4 responden. Kemudian, hasil paling sedikit adalah anak
tengah (P) dan anak tunggal (P) yaitu sebanyak 11% atau 1 responden.
Penentuan tinggi rendah dari hope of success dan fear of failure dilakukan dengan
hypothetical mean dimana diperoleh kategorisasi tinggi dan rendah dari hope of success dan
fear of failure. Nilai rendah adalah sebesar 5 sampai 12.50 dan nilai tinggi sebesar 12.51
sampai 20. Dari 124 responden, seluruhnya memperoleh hasil hope of success yang tinggi.
Kemudian pada fear of failure, 65 (52%) responden memiliki nilai fear of failure yang tinggi.
Tabel 3. Hasil Hope of Success dan Fear of Failure Dari Setiap Urutan Kelahiran
Urutan Kelahiran
Hasil Hope of Success
Hasil Fear of Failure
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
Mean
SD
Mean
SD
Anak Sulung (P)
17.88
1.990
12.68
3.387
Anak Tengah (P)
16.43
1.859
13.00
3.362
Anak Bungsu (P)
17.91
1.505
11.97
2.725
Anak Tunggal (P)
17.00
2.160
12.86
3.808
Secara Keseluruhan (P)
17.44
1.956
12.58
3.301
*F=3.954,
*F=0.573,
Sig.=0.010
Sig.=0.634
Hasil mean dan standar deviasi dari hasil hope of success dan fear of failure
menunjukkan bahwa secara keseluruhan remaja Batak Toba memiliki motivasi berprestasi
yang lebih tinggi di aspek hope of success dibandingkan fear of failure. Hal ini juga terlihat di
setiap urutan kelahiran psikologis dimana pada anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal yang
memiliki hasil mean dan standar deviasi lebih tinggi di aspek hope of success dibandingkan
fear of failure. Anak bungsu (P) memiliki nilai mean motivasi berprestasi hope of success
yang paling tinggi yaitu sebesar 18 pada signifikansi 0.010 yang berarti motivasi hope of
success tertinggi adalah pada urutan kelahiran psikologis anak bungsu. Kemudian, dari
keseluruh mean yang diperoleh, hasil hope of success cenderung lebih tinggi dibandingkan
fear of failure, sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja laki-laki bersuku Batak Toba
memiliki motivasi berprestasi hope of success yang tinggi dibandingkan fear of failure.
Hasil analisis one way ANOVA didapatkan F sebesar 3.954 dengan signifikansi 0.010,
pada LOS 0.05. Dengan demikian H null ditolak dan Ha diterima, terdapat perbedaan
motivasi berprestasi hope of success pada urutan kelahiran psikologis remaja laki-laki di
keluarga Batak Toba, sehingga disimpulkan bahwa urutan kelahiran psikologis memiliki
hubungan motivasi berprestasi hope of success.
Hasil analisis one way ANOVA, F sebesar 0.573 dengan signifikasi 0.634, pada LOS
0.05. Dengan demikian H null diterima dan HA ditolak yaitu tidak terdapat perbedaan
motivasi berprestasi fear of failure pada urutan kelahiran psikologis remaja laki-laki di
keluarga Batak Toba, sehingga disimpulkan bahwa urutan kelahiran psikologis tidak memiliki
hubungan terhadap motivasi berprestasi fear of failure.
Pembahasan
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
Seluruh responden memiliki nilai motivasi berprestasi hope of success yang tinggi,
namun sebanyak 65 responden juga memiliki nilai fear of failure yang dikategorikan tinggi.
Fear of failure diasumsikan memiliki emosi dasar yaitu kecemasan (Pang, 2010). Atkinson
(1957) mengatakan bahwa mereka yang memiliki motif untuk menghindari kegagalan yang
tinggi, akan sangat berspekulasi dengan goals nya, terutama jika ia menganggap tidak akan
sukses didalam usahanya tersebut, ia akan memilih aktivitas yang mengurangi kecemasannya
akan kegagalan. Jika hal ini benar terbukti, dapat diasumsikan bahwa remaja Batak Toba yang
memiliki fear of failure cenderung tinggi juga memiliki tingkat kecemasan tinggi.
Pada hasil urutan kelahiran, terbukti bahwa terdapat perbedaan motivasi berprestasi
hope of success pada anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal. Hal ini sesuai dengan
penelitian Mastropasqua & Isabella (1993) dan Srivastava (2008) yang menemukan adanya
perbedaan motivasi berprestasi pada karakteristik urutan kelahiran yang berbeda-beda.
Temuan selanjutnya pada penelitian ini sesuai dengan teori urutan kelahiran yang
menyebutkan bahwa anak tunggal terkadang memiliki karakteristik anak sulung (Campbell et
al., 1991 dalam Magruder, 2012) dan juga anak bungsu (Duffy, 2011). Sebagian besar anak
tunggal secara ordinal menghayati dirinya sebagai anak bungsu sebagai urutan kelahiran
psikologisnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada remaja Batak Toba, karakteristik anak
bungsu lebih terlihat pada anak tunggal secara ordinal. Kemudian, anak tengah memiliki hasil
urutan kelahiran psikologis paling banyak pada anak tunggal. Hal ini dapat dikaitkan dengan
jarak keluarga konstelasi keluarga yang perlu mempertimbangkan jarak usia antar saudara
apakah akan berbeda pada jarak usia yang berbeda jauh ataupun dekat. Hal yang perlu diteliti
kembali adalah mengenai alat ukur urutan kelahiran psikologis. Alat ukur ini pertama kali
diadaptasi ke Bahasa Indonesia di dalam penelitian ini. Walaupun alat ukur ini memiliki hasil
validitas dan reliabilitas yang tinggi saat uji coba, peneliti belum mengukur social desirability
pada setiap itemnya.
Temuan lain di penelitian ini adalah ditemukannya anak bungsu sebagai posisi yang
memiliki motivasi berprestasi hope of success yang paling tinggi, sementara pada umumnya
anak sulunglah yang memiliki prestasi yang lebih tinggi dari dibandingkan saudaranya yang
lebih muda (Adler, 1997; Murphy, 2012). Hal ini mungkin terjadi dikarenakan anak pertama
menjadi pengalaman pertama juga bagi orang tua, sehingga orang tua masih ragu-ragu dan
belum memiliki gambaran dan memakai naluri saat awal membesarkan anak. Seperti yang
dikatakan oleh Leman (1985) dalam Flanagan & Morrison (2007) yaitu saat menjadi orang
tua pertama kali, orang tua berusaha untuk memastikan bahwa perannya terlaksana dengan
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
benar dan membuat anak berusaha untuk terus menyenangkan orang tuanya dengan
melakukan hal yang sesuai.
Hal lain yang ditemukan di dalam penelitian ini adalah responden remaja tunggal lakilaki Batak Toba. Dari 124 data yang diperoleh, hanya 9 orang yang merupakan anak tunggal.
Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan keluarga Batak untuk memiliki banyak
keturunan. Seperti yang disebutkan di dalam Situmeang (2007) bahwa salah satu faktor
penting yang dipertimbangkan dalam budaya Batak adalah hagabeon atau banyak keturunan
yang merupakan cita-cita utama dari masyarakat Batak. Gambaran keluarga sempurna bagi
orang Batak adalah berputra, berputri dan bercucu.
Budaya Batak dapat berbeda penghayatannya bagi keluarga yang sudah lama menetap
di Jakarta ataupun di kota besar lainnya, kemudian juga mengenai tempat kelahiran responden
atau orang tua responden. Tempat kelahiran dan tempat dibesarkannya orang tua dan
responden di Sumatra Utara ataupun di Jakarta mungkin akan menghasilkan hasil yang
berbeda dalam penghayatan terhadap sukunya. Kekurangan pada penelitian ini adalah tidak
adanya data mengenai domisili dan tempat kelahiran responden. Penelitian ini menjadi sangat
luas karena peneliti tidak mempertimbangkan domisili dan tempat kelahiran responden.
Pola asuh tersebut juga dapat dikaitkan lebih dalam dengan peranan ayah tidak hanya
peranan ibu. Secara keseluruhan peran orang tua sangat berpengaruh pada nilai motivasi
berprestasi anak. Batak Toba sangat mengedepankan prinsip “Tuailah apa yang ditanam”.
Lebih baik menanam berapapun yang dimiliki karena kita tidak akan tahu berapa yang akan
dituai. Hal ini menunjukkan kandungan esensi kehidupan yaitu harapan bagi orang Batak.
Siapapun orangnya, harapan selalu ada di dalam dirinya. Dasar inilah yang menjadikan
remaja laki-laki Batak Toba memiliki harapan akan kesuksesan yang tinggi dan tidak
mengajarkan anak untuk takut akan kegagalan dalam hal apapun yang dilakukannya.
Terdapat beberapa alasan lain yang kemungkinan besar berkontribusi atau
berpengaruh cukup besar pada perolehan motivasi berprestasi hope of success remaja laki-laki
Batak Toba yang tinggi. Salah satunya adalah karena sejak awal ketika anak laki-laki lahir
dan mendapatkan marga, marga tersebut menjadi identitas pribadi dan kelompok dari pewaris
marga dimana makna tersebut menjadi pembuktian diri bagi seseorang (Situmeang, 2007).
Hal ini menjadi pembuktian yang harus dibuktikan oleh laki-laki Batak sebagai penyandang
marga, dengan mencari kemajuan, harta kekayaan, pangkat dan jabatan untuk menunjukkan
identitas diri. Tetapi ia juga tetap harus ikut di dalam acara yang mengandung adat Batak
Toba dan tidak melupakan keluarga terutama mereka yang satu marga (Situmeang, 2007).
Anak laki-laki sangat di elu-elukan bagi keluarga Batak. Keturunan tidak dapat disandingkan
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
dengan harta kekayaan karena sebuah keluarga tidak akan sempurna jika keluarga Batak tidak
memiliki anak laki-laki karena anak laki-laki merupakan jaminan bahwa keluarga akan
memiliki pewaris garis keturunan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data yang sudah dilakukan mengenai perbedaan motivasi
berprestasi hope of success (HS) didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan motivasi
berprestasi hope of success pada urutan kelahiran psikologis anak sulung, tengah, bungsu dan
tunggal di remaja laki-laki keluarga Batak Toba, dimana pada urutan kelahiran psikologis
bungsu memiliki hasil motivasi berprestasi hope of success yang paling tinggi.
Hasil selanjutnya adalah mengenai perbedaan motivasi berprestasi fear of failure (FF)
pada urutan kelahiran psikologis remaja laki-laki Batak Toba yaitu tidak terdapat perbedaan
motivasi berprestasi fear of failure pada urutan kelahiran psikologis anak sulung, tengah,
bungsu dan tunggal di remaja laki-laki keluarga Batak Toba.
Saran

Pengaruh hasil urutan kelahiran psikologis dari jarak usia responden dengan
saudaranya dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk memperkaya
penelitian ini.


Penghayatan peran remaja Batak Toba dapat lebih diperdalam melalui data
kontrol seperti menambahkan pengetahuan mengenai Batak pada responden
bukan hanya pada orang tua responden dan juga domisili dan tempat kelahiran
responden
Pencarian alat ukur yang mengukur mengenai seberapa besar “kebatakan”
responden.

Revisi pada item psychological birth order inventory yang sudah diadaptasi
pada penelitian ini mengenai kemungkinan adanya item yang memiliki social
desirability.

Saran bagi orang tua mengenai bagaimana pola asuh orang tua dalam membina
anak agar setelah melihat banyaknya hasil urutan kelahiran psikologis yang
jauh berbeda dengan urutan kelahiran ordinalnya.
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014

Saran bagi orang tua dan guru agar tidak terpengaruh dengan posisi anak di
dalam keluarga karena urutan kelahiran psikologis tidak selalu sama dengan
urutan kelahiran ordinal, kesuksesan anak tidak dapat bergantung dengan
posisinya di dalam keluarga.
Daftar Referensi
Books:
Adler, A. (1997). C. Brett (Ed.), Understanding Life. USA: Oneworld.
Atkinson, J.W. (1964) An introduction to motivation. New Jersey: D. Van Nostrand
Company, Inc.
Gravetter, F. J., & Forzano, L. B. (2012). Research method for the behavioral sciences. (4th
ed.). Canada: Cengage Learning
Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2009). Statistics for the behavioral sciences. (8th ed.).
USA: Cengage Learning
Kumar, R. (2005). Research Methodology A Step-By-Step Guide For Beginners. (2nd ed.)
London: Sage Publications.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development. (11th ed.). New
York: McGrawHill.
Situmeang, D. P. L. (2007). Dalihan natolu sistem sosial kemasyrakatan batak toba. (1st ed.).
Jakarta: Kerabat.
Ziegler, M., Schmukle, S. W., Egloff, B., & Buhner, M. (2010). Investigating measures of
achievement motivation(s).
Online document:
Chabra, S., & Kumari, L. (2011). Effect of parental encouragement on achievement
motivation of adolescents. International Journal of Education & Allied Sciences, 3(2),
73-78.
Retrieved
from
http://search.proquest.com/docview/1039640996?accountid=17242
Irmawati. (2007). Keberhasilan suku batak toba (tinjauan psikologi ulayat). Retrieved from
http://www.scribd.com/doc/31338776/irma-batak-toba
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
Journal Article:
Atkinson, J. W. (1957). Motivational determinants of risk-taking behavior. Psychological
Review, 64(No. 6).
Lang, J. W. B., & Fries, S. (2006). A revised 10-item version of the Achievement Motives
Scale: Psychometric properties in German-speaking samples. European Journal of
Psychological Assessment, 22, 216-224
Srivastava, S. K. (2011). Study the effect of achievement motivation among birth orders.
Journal of Psychosocial, 6(2), 169-178.
Article from a Database:
Flanangan, S., & Morrison, P. (2007). Does Birth Order Really Matter?. WVU Extension
Service Families and Health Programs.
Theses, Dissertation:
Campbell, L., White, J., & Stewart, A. (2006). The Relationship of Psychological Birth Order
to Actual Birth Order. Reading in the Theory of Individual Psychology (). New York:
Taylor & Francis Group.Pang, J. S. (2010). The achievement motive: A review of theory
and assessment of n achievement, hope of success, and fear of failure. Manuscript
submitted for publication, Nanyang Technological Univesity, Singapore, .
Duffy, C. M. (2011). The influence of birth order and gender on narcissism as it relates to
career development. (Doctoral dissertation, Texas A&M University).
Fizel, L. (2008). The relationship of birth order to perfectionism. (Doctoral dissertation, Pace
University).
Magruder, J. A. (2012). Psychological birth order and career adaptability in an at-risk
collage population. (Doctoral dissertation, University of Mississippi).
Murphy, L. J. (2012). The impact of birth order on romantic relationships. (Master's thesis,
Adler
Graduate
School)Retrieved
from
http://www.alfredadler.edu/sites/default/files/Murphy_MP_2012.pdf
Perbandingan motivasi..., Jessica Leofitri, FPSI UI, 2014
Download