HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA TENAGA KERJA HOME INDUSTRI TIKAR MENDONG (Survei pada Tenaga Kerja Tikar Mendong Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya) Neneng Sri Rahayu Sri Maywati dan Yulda Faturohman Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja Universitas Siliwangi ([email protected]) Dosen Pembimbing Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Abstrak Hubungan Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pada Tenaga Kerja Home Industry Tikar Mendong (Survei Pada Tenaga Kerja Home Industry Tikar Mendong Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya) Tenaga kerja dalam melakukan segala macam aktivitas kerjanya selalu memerlukan penerangan. Namun yang membedakan kebutuhan intensitas cahaya tergantung pada jenis dari pekerjaannya. Penerangan itu sendiri adalah suatu cahaya yang mengenai suatu permukaan benda atau obyek yang menyebabkan terang permukaan benda tersebut dan obyek benda-benda yang berada di sekitarnya dan berpengaruh terhadap kesehatan. Jika lingkungan kerja memiliki penerangan yag buruk dapat berakibat sebagai berikut : kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal-pegal di daerah mata, dan sakit kepala di daerah mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan kerja. Kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara intensitas penerangan terhadap kelelahan mata pada tenaga kerja home industy tikar mendong Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel yang diteliti adalah tenaga kerja home indutry tikar mendong sebanyak 31 orang yang diambil secara purposive random sampling. Intensitas penerangan pada lapang pandang (lokal) didapatkan nilai rata-rata 154 lux yaitu kurang dari NAB 300 lux, hasil pengukuran kelelahan mata didapatkan rata-rata waktu reaksi 420.88 milidetik yang termasuk jenis kelelahan mata ringan. Keluhan subjektif yang yang dirasakan adalah merasakan perih pada mata, mata terasa kering dan mata mudah berair 83,9%. Analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi pearson diperoleh nilai p=0.000 adanya korelasi yang signifikan dan berarti adanya tingkat korelasi negatif antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata (r = -0.795) pada α = 0.05. Diharapkan agar pengusaha home industry tikar mendong untuk meningkatkan kualitas pencahayaan serta diperhatikan pula tata letak penempatan lampu agar tingkat pencahayaan yang diterima pekerja merata. Kata Kunci : Penerangan, Intensitas Penerangan, Kelelahan Mata, Tenaga Home Industry tikar Mendong. Kepustakaan : 1985 – 2009 Kerja Abstract Relationship Intensity Illumination Against Fatigue Eye On Labor Home Industry Mats Mendong ( Survey of Labour Home Industry Mats Mendong Village shovel Purbaratu District of Tasikmalaya ) Labor in doing all kinds of work activities always require illumination . But what distinguishes the needs of light intensity depending on the type of job . Lighting itself is a light incident on a surface of the object or the object that causes the bright surface of the object and the object of the objects in the surrounding areas and the effect on health . If the work environment have Yag bad lighting can result as follows : eye fatigue by reducing the power and efficiency of work , mental fatigue , complaints of aches in the eye area , and headache in the eye area impairment of vision and increased accidents. Eye fatigue is a subjective condition caused by excessive use of the eye muscles . The purpose of this study to determine the relationship between the intensity of light on the labor eyestrain industy mat rushes home village shovel Purbaratu District of Tasikmalaya . The study was an observational analytic cross sectional approach . The samples studied are labor indutry mat rushes home as many as 31 people were taken by purposive random sampling . The intensity of illumination in the field of view ( local ) obtained an average value of less than 154 lux to 300 lux NAB , eye fatigue measurement results obtained an average reaction time of 420.88 milliseconds which includes jeis mild eyestrain . Subjective complaints which are perceived to feel sore on the eyes , the eyes easily feel dry and watery eyes 83.9 %. Statistical analysis using Pearson correlation test p-value = 0.000 obtained correlation is significant and means that there is a negative correlation between the level of light intensity with eyestrain ( r = -0795 ) at α = 0:05 . It is expected that employers mat rushes home industry to improve the quality of the lighting and the layout is also noted that the placement of the lights light levels received by workers equally. Keywords : Lighting , Illumination intensity , Eye Fatigue , Labor Home Industry mat Mendong . Bibliography : 1985 - 2009 A. PENDAHULUAN Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya (ILO International Labour Organizatio). Penerangan adalah suatu cahaya yang mengenai suatu permukaan benda atau obyek yang menyebabkan terang permukaan benda tersebut dan obyek bendabenda yang berada di sekitarnya dan berpengaruh terhadap kesehatan (Gempur Santoso, 2004). Penerangan yang intensitasnya rendah akan menimbulkan kelelahan, ketegangan mata dan keluhan pegal sekitar mata (Gempur Santoso, 2004). Menurut Sastrowinoto (1985) dalam Tony Kristian (2010:3) kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Perasaan lelah cenderung bersifat subyektif. Disaat lelah seseorang cenderung mendapat rintangan, kegiatan menjadi berkurang dan tidak mempunyai kemauan, baik untuk kerja fisik maupun kerja mental, sehingga seluruh tubuh dihinggapi rasa berat. Gejala umum dari kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh, semua aktifitas menjadi tergantung dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk (Budiono, dkk, 2003:87). Survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Home Industi Tikar Mendong Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, diketahui bahwa dari 13 orang pekerjanya bekerja kurang lebih 8 jam dalam satu hari tanpa shift kerja. Dalam tahap penenunan tikar tersebut membutuhkan ketelitian mata yang cukup besar, sehingga membutuhkan intensitas penerangan yang standar yaitu 300 lux karena termasuk jenis pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Pada ruang penenunan menggunakan penerangan alami yaitu dari cahaya matahari dan penerangan buatan (lampu), dari hasil wawancara terhadap para pekerja mereka merasakan penerangan di tempat kerja tersebut kurang. Hasil survei yang dilakukan kepada 13 pekerja 10 pekerja mengeluh pegalpegal dan gatal di daerah mata. Akibatnya keluhan subyektif yang sering dialami pekerja yaitu rasa lelah mata sebesar 76.9% (10 orang) dan 3 orang pekerja (23%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Dalam kondisi penerangan yang kurang mata secara otomatis akan bekerja lebih berat untuk melihat objek kerja tersebut, secara teori kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan mata pada tenaga kerja di Home Industi Tikar Mendong. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian yaitu : “Adakah Hubungan Antara Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja di Home Industry Tikar Mendong Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya?”. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 – 19 Oktober 2014 yang dimulai pukul 10.30 – 13.00 WIB. Tempat penelitian di home industry tikar mendong Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dan jenis penelitian adalah obsevasional analitik. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 49 tenaga kerja dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 31 tenaga kerja. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dengan tujuan untuk menjaring sampel yang memenuhi syarat atau kriteria yang sudah ditentukan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Reaction Timer rangsang cahaya untuk mengetahui tingkat kelelahan mata pekerja, Lux meter unutk mengetahui tingkat pencahayaan lokal dan Kuesioner untuk mengetahui keluhan subyektif dari kelelahan mata pekerja. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis uji hubungan antara Intensitas Penerangan dengan Tigkat Kelelahan Mata. Selanjutnya hipotesis dilakukan uji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya menggunakan Korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara Intensitas Penerangan dengan Tigkat Kelelahan Mata. C. PEMBAHASAN 1. Hasil Pengukuran a. Intensitas Penerangan Lokal Hasil pengukuran intensitas penerangan lokal di Home Industry tikar mendong pada lapang pandang pekerja (lokal) dengan kondisi cerah didapatkan hasil pengukuran yang bervariasi yaitu minimal 63 lux dan maksimal 556 lux dengan rata-rata 154 lux. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri serta Penerangan di tempat kerja untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan ketelitian diperlukan cahaya minimal 300 lux dan tidak menimbulkan bayangan. Pada tempat kerja dengan penerangan yang tidak sesuai akan meningkatkan kelelahan mata akibat akomodasi mata yang berlebihan dan konsentrasi kerja yang lebih tinggi (Astono dalam Dian, 2005:50). b. Tingkat Kelelahan Mata Hasil pengukuran kelelahan mata menggunakan alat reaction timer yang dilakukan terhadap pekerja home industry tikar mendong sebanyak 31 responden, didapatkan nilai waktu reaksi minimum 175.81 milidetik dan nilai maksimum 849.28 milidetik dengan nilai rata-rata 420.88 milidetik. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan sejak mata diberi aksi reaksi berupa rangsang cahaya sampai responden memberi reaksi dengan cara menekan tombol respon pada alat reaction timer. Upaya mata yang melelahkan menjadi sebab kurangnya daya dan efisiensi kerja, keluhan mental, keluhan pegal-pegal di daerah mata, sakit kepada di daerah mata karena akomodasi dipaksa dan terjadi penglihatan kabur. Menurut Granjean dalam Dian (2005 : 51) untuk kelelahan visual ini timbul dari semua gejala yang muncul setelah tekanan dari berbagai fungsi didalam mata yang berlebihan, hal ini terjadi karena otot ciliari menggunakan seluruh kekuatan kontraksi untuk dapat mempertahankan fokus terhadap obyek. c. Keluhan Subyektif Pada Mata Hasil wawancara yang diperoleh dari 10 pertanyaan mengenai keluhan subyektif kelelahan mata jawaban rata-rata responden 50% menunjukan bahwa responden mengalami keluhan subyektif kelelahan mata tersebut. Keluhan subyektif yang paling banyak dirasakan oleh responden yaitu merasakan perih pada mata, mata terasa kering dan mata mudah berair mendapatkan hasil yang sama yaitu 26 responden (83,9%). Keluhan subyektif yang dirasakan ini muncul akibat gerakan mata secara cepat akan menghasilkan tunutan yang lebih berat terhadap persepsi, konsentrasi dan motor kontrol pada tangan sehingga mata mengalami tekanan yang berlebihan, ketegangan otot ciliari pada periode yang lama sehingga akan muncul gejala-gejala ketegangan mata (mata terasa pegal-pegal dan sakit kepala) akan menambah kelelahan secara umum (Dian dalam Granjean, 2005 : 52). 2. Analisis Bivariat Grafik 4.1 Hubungan Intensitas Penerangan dengan Tingkat Kelelahan Mata Pada Tenaga Kerja Home Industry Tiksr mendong Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Berdasarkan hasil uji statistik pearson diperoleh nilai Sig. (p) yang besarnya 0,000 pada taraf signifikan α<0,05 yang berarti sangat signifikan atau ada hubungan intensitas penerangan terhadap kelelahan mata. Berdasarkan nilai yaitu sebesar -0,795, yang artinya tingkat korelasi antara tingkat penerangan dengan kelelahan mata sangat erat. Sifat korelasi terdapat pada nilai r yang negatif, artinya bahwa setiap penurunan intensitas penerangan diikuti peningkatan kelelahan mata atau sebaliknya. Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu besar atau pun kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau atau berkontraksi secara berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah (Depkes, 2008). Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukan gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain: kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur, tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda, mata terasa panas, mata terasa kering (Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja, 1995). Hal ini didukung oleh dengan penelitian Fathoni Firmansyah (2010) dengan judul Hubungan Antara Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata Tenaga Kerja pada bagian ruang controll room dan workshop, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian didapatkan hasil yang signifikan. Yaitu dengan nila r hitung sebesar -0,966, jika dibandingkan dengan nilai r tabel pada α 5% dan n = 40, maka diketahui r tabel = 0,312, sehingga r hitung > r tabel berarti ada pengaruh antara intensitas penerangan terhadap kelelahan mata. Sifat korelasinya negatif dan signifikan. D. KESIMPULAN Adanya hubungan yang bermakna antara intensitas penerangan terhadap tingkat kelelahan mata nilai Sig. (p) yang besarnya 0,000 pada taraf signifikan α<0,05 yang berarti sangat signifikan atau ada hubungan intensitas penerangan terhadap kelelahan mata. Berdasarkan nilai r yaitu sebesar -0,795, yang artinya tingkat korelasi antara tingkat penerangan dengan kelelahan mata sangat erat. Sifat korelasi terdapat pada nilai r yang negatif, artinya bahwa setiap penurunan intensitas penerangan diikuti peningkatan kelelahan mata atau sebaliknya. Keluhan subyektif yang paling banyak dirasakan oleh responden yaitu merasakan perih pada mata, mata terasa kering dan mata mudah berair mendapatkan hasil yang sama yaitu 26 responden (83,9%). E. SARAN Saran ini ditujukan bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas pencahayaan di tempat kerja perlu diupayakan memberikan penerangan yang memadai sesuai dengan standar yaitu sebesar 300 lux, mengoptimalkan cahaya alami (cahaya dari sinar matahari), dan melakukan perawatan bagi lampu yang padam atau kusam. Selain itu perlu diperhatikan pula tata letak penempatan lampu agar tingkat pencahayaan yang diterima pekerja merata. Dan untuk pekerja Jika mata mulai mengalami keluhan subyektif kelelahan mata usahakan segera istirahat 10 menit setelah bekerja 1 jam. Bagi pekerja yang memiliki kelainan refraksi mata sebaiknya hindari penggunaan lensa kontak karena kan menyebabkan mata cepat kering sehingga berisiko untuk terjadi kelelahan mata. F. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2008. Pencahayaan Salah Perburuk Penglihatan. http://www.klikdokter.com/article/detail/401.htm. Diakses pada tanggal 22 September 2010 DEPKES RI, 2003. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1202/MENKES/SK/VIII/2003. www.litbang.depkes.go.id/download/is2010/indikatdf Diakses pada tanggal 22 September 2014. Ahmadi Ruslan, 2009. Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Cok Gd Rai Padmanaba, 2006. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas Mahasiswa Desain Interior http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartementID=INT. Diakses pada tanggal 22 September 2014. Gempur Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka. Grandjean, E. 1988. Fitting the Task To the Man. A Texbook of Occupational Ergonomics, 4th Hiperkes Dan Keselamatan Kerja. Vol. XXIV. No.2. 41-44. Jaschinski, 1990. Jarak Melihat Layar VDU dan Dokumen di Dempat Kerja. http://ww8.yuwie.com/blog/?id=919758. Diakses pada tanggal 19 September 2014.