BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Sebelum membahas pengertian Manajemen Keuangan sebaiknya kita telusuri dulu beberapa istilah pokok beserta pengertian-pengertian yang terkait dengan Manajemen dan Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Sri wilujeng SP (2007:02) Manajemen berasal dari kata kerja to manage yang berarti mengatur, mengelola, melaksanakan dan mengurus. Menurut James A.F. Stoner yang dialihbahasakan oleh T. Hani Handoko (2003:8) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen penting dalam mewujudkan impian atau tujuan, baik bagi perseorangan maupun bagi suatu lembaga atau perusahaan, karena tujuan itulah yang akan memberikan arahan bagi kegiatan yang akan dilakukan serta digunakan untuk mengatur efektifitas kegiatannya. Menurut M Fuad (2000:93) berdasarkan pengertian pengertian tersebut, manajemen mempunyai fungsi berikut : Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan sasaran bagi kinerja organisasi dimasa mendatang dan memutuskan upaya upaya yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian dapat dikatakan sebagai proses penciptaan hubungan antara berbagai fungsi, personalia, dan faktor faktor fisik, agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan. Pengerahan (Actuating) Pengarahan dapat dikatakan, sesuatu dalam bentuk tindakan yang mengusahakan agar semua anggota organisasi melakukan kegiatan yang sudah ditentukan kearah tercapainya tujuan. Pengendalian (Controling) Pengendalian merupakan aktivitas untuk menemukan, mengoreksi adanya penyimpangan penyimpangan dari hasil yang telah dicapai, dibandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.1.2 Pengertian Keuangan Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:34) Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar dan instrument yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah. Menurut Le Coutre dan Hasenack yang disadur oleh Bambang Riyanto, bahwa : Pembelanjaan adalah meliputi keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dan mengatur penarikan dan penggunaan dana dimana disini termasuk juga perencanaan beserta pelaksanaannya. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian dari pembelanjaan adalah keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dan mengatur penarikan dan penggunaan dana. Dimana didalamnya termasuk aktivitas perencanaan dan pelaksanaannya. Dari uraian diatas tentang pengertian manajemen dan pengertian keuangan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana didalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer keuangan. Untuk lebih jelasnya beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai tentang pengertian manajemen keuangan. 2.1.3 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2003:3) Manajemen Keuangan adalah seluruh aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam memaksimalkan nilai perusahaan yaitu harga dimana calon pembeli siapa atau bersedia membayarnya jika suatu perusahaan menjualnya. Menurut Agus Sartono (2001:6) Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Menurut Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., MSBA dan Dra. Inge Barlian, Ak., M.sc. (2003:43) Manajemen Keuangan yaitu yang berhubungan dengan tugas-tugas keuangan dalam suatu perusahaan bisnis. Manajemen keuangan secara efektif mengelola urusan keuangan dari berbagai jenis usaha, yang berkaitan dengan keuangan atau non-keuangan, pribadi atau public, besar atau kecil, profit atau non-profit. Manajemen keuangan melakukan berbagai kegiatan, seperti anggaran, perencanaan keuangan, manajemen kas, administrasi kredit, analisa investasi, dan usaha memperoleh dana. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usahausaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayaai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. 2.2 Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasi sehari-harinya, misalkan untuk membayar gaji pegawai, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan pada jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan produk perusahaan. Uang yang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidup perusahaan. 2.2.1 Pengertian Modal Kerja Terdapat beberapa pendapat mengenai modal kerja, antara lain sebagai berikut : Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:288) Modal Kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga bias dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar. Menurut Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., MSBA dan Dra. Inge Barlian, Ak., M.sc. (2003:187) Modal Kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misalnya giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan. Menurut Munawir (2002:114) terdapat tiga konsep mengenai modal kerja, yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mecukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kualitas modal kerja, dalam konsep ini besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang benar-benar dapat dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan sesudah dikurangi besarnya utang jangka pendek (net working capital) 3. Konsep Fungsional Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana untuk menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya danadana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor, dan aktiva tetap lainnya. Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan modal kerja adalah jumlah keseluruhan dari aktiva lancar yang dipergunakan untuk membiayai atau menutupi kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan. Modal kerja yang cukup akan memungkinkan suatu perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin, akan tetapi modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, dan sebaliknya adanya ketidakcukupan modal kerja merupakan indicator utama kegagalan perusahaan. 2.2.2 Fungsi dan Manfaat Modal Kerja Fungsi modal kerja menurut Amin Widjaja Tunggal (1995:91) adalah sebagai berikut: 1. Modal kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan. 2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai, dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang. 3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara credit standing perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu, memungkinkan perusahaan untuk mengahadapi situasi darurat seperti : pemogokan. 4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit pada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya. 5. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar. 6. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa, dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit. 7. Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan perusahaan untuk menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik. Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping itu memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan atau manfaat, antara lain : 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajibankewajiban tepat pada waktunya. 3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya. 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. 2.2.3 Jenis-jenis Modal Kerja Mengenai jenis-jenis modal kerja, Bambang Riyanto (1981:52) mengutip dari W.B. Taylor, menggolongkannya kedalam : 1. Modal Kerja Permanen (permanent working capital), yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terusmenerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam: 1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitasi usahanya. 2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (variable working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam: 1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan dan fluktuasi musim. 2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. 3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu, misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak. 2.2.4 Penentuan Besarnya Modal Kerja Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, efisiensi dan terhindar dari resiko kesulitan likuiditas. Untuk menentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja. Menurut Bambang Riyanto (2001:64) besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung kepada dua faktor yaitu: a. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja dan b. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin besar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi simpanan digudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh dan biaya-biaya lainnya. Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja, cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya. Sementara menurut Agnes Sawir (2005:136) besarnya modal kerja dipengaruhi oleh 4 faktor umum dan 5 faktor khusus, yaitu: Keempat faktor umum tersebut antara lain: 1) Volume penjualan 2) Faktor musiman 3) Perkembangan teknologi 4) Filosofi perusahaan Kelima faktor khusus tersebut antara lain: 1) Ukuran perusahaan 2) Aktivitas perusahaan 3) Ketersediaan kredit 4) Perilaku menghadapi keuntungan 5) Perilaku menghadapi resiko. Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Banyak perusahaan yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya. Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk atau jasa perusahaan, merupakan faktor penentu besarnya modal kerja. Adanya tren produk tertentu pada waktu tertentu menyebabkan permintaan akan barang atau jasa meningkat sehingga diperlukan modal kerja yang tinggi. Perubahan teknologi, yang tentu saja berdampak pada proses produksi, dapat mempunyai pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja. Pada proses produksi konvensional yang biasanya dikerjakan oleh tenaga manusia kemudian digantikan oleh mesin dapat mengurangi pengeluaran terhadap pekerja yang akhirnya akan mengurangi kebutuhan modal kerja. Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja parmanen maupun musiman, misalnya ada kebijakan penghematan yang ditekankan oleh manajemen baru. Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dnegan perusahaan kecil. Perusahaan besar dnegan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total aktiva atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tida akan membutuhkan persediaan. Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang. Sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar. Jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan. Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas menyediakan keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan risiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual. Sementara menurut Amin Widjaja Tunggal (1997:96) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja sebagai berikut: a. Sifat/ jenis perusahaan b. Waktu yang diperlukan c. Cara/syarat pembelian dan penjualan d. Tingkat perputaran persediaan e. Tingkat perputaran piutang f. Siklus Usaha g. Resiko kemungkinan penurunan harga aktiva lancar h. Musim Sifat/jenis perusahaan, didasarkan pada kebutuhan modal kerja pada perusahaan kepentingan umum (seperti perusahaan gas, telepon, air minum dan sebagainya) adalah relatif rendah, oleh karena persediaan dan piutang dalam persediaan tersebut cepat beralih menjadi uang. Sedangkan pada perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa juga relatif kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan keuangan. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual dan harga satuan barang yang bersangkutan. Adanya hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang itu dijual kepada para pembeli. Kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh syarat-syarat pembelian dan penjualan. Makin banyak diperoleh syarat kredit yang lunak untuk membeli barang dari pemasok, maka lebih kurang/sedikit uang yang perlu ditanamkan dalam persediaan. Tingkat perputaran persediaan, seperti makin banyak kali suatu persediaan dijual dan diganti kembali (perputaran persediaan) maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam persediaan. Kebutuhan modal kerja tergantung dari jangka waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Makin sedikit waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, makin sedikit modal kerja yang diperlukan. Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan dengan mengatur kebijakan mengenai pemberian kredit, syarat penjualan, ditetapkannya kredit maksimum bagi para pembeli dan cara penagihan. Siklus Usaha (Konjungtur, dalam usaha Prosperity (konjungtur tinggi) aktivitas perusahaan diperluas dan ada kecenderungan bagi perusahaan untuk membeli barang mendahului kebutuhan agar dapat memanfaatkan harga rendah dan untuk memastikan diri akan adanya persediaan yang cukup. Resiko kemungkinan penurunan harga aktiva lancar, suatu penurunan harga dibandingkan dengan nilai buku dari aktiva lancar seperti surat berharga, persediaan, piutang maka mengakibatkan penurunan modal kerja. Sehubungan dengan makin besar risiko kerugian semacam itu makin besar modal kerja yang diperlukan. Untuk dapat menampung kontingensi tersebut (kemungkinan yang belum pasti akan terjadi) perusahaan mengusahakan adanya banyak uang/surat berharga. Musim, apabila perusahaan tidak terpengaruh oleh musim maka penjualan tiap bulan rata-rata sama. Tetapi dalam hal ada musim, maka terdapat perbedaan di dalam musim maka terjadi aktivitas yang besar, sedangkan diluar musim aktivitas adalah rendah. Perusahaan yang mengalami musim memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka relatif pendek. 2.2.5 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja dilakukan untuk mengetahui bagaimana modal kerja tersebut digunakan dan dibelanjakan oleh perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:288) menyatakan bahwa Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang dan modal naik. Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai berikut : a. Pendapatan bersih Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasi-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari modal kerja ini harus di gunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba-rugi perusahaan. Dalam perhitungan laba rugi terdapat dua jenis biaya usaha, yakni (a) pos-pos biaya yang memerlukan penggunaan modal kerja, contohnya pembelian barang dagangan atau bahan baku, pembayaran gaji, upah, dan premi asuransi; (b) pospos biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas atau menimbulkan utang yang akhirnya juga tidak memerlukan penggunaan modal kerja, contohnya yaitu beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi. Meskipun biaya-biaya ini diperhitungkan sebagai biaya usaha dalam menentukan pendapatan bersih, tetapi dalam menghitung jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan, biaya-biaya (noncash) tersebut harus dikeluarkan karena biayabiaya tersebut tidak menggunakan modal kerja. Lain halnya dengan kasus kerugian karena piutang tidak terbayar. Kerugian piutang tidak terbayar akan mengurangi piutang. Sebaliknya penyusunan harus dikurangkan dari aktiva tetap yang tidak ada pengaruhnya terhadap modal kerja. b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos surat-surat berharga menjadi pos kas . Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaiknya, jika terjadinya kerugian maka modal kerja akan berkurang. c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya yang tidak dipergunakan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut. Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya dapat dimasukkan ke dalam pos-pos insidentil (extraordinary item). d. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik Utang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperluakn sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga di samping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya. e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Karena ketergantunagn akan kredit bank dan kredit jangka pendek lainnya, makanya adanya credit rating yang tingi tingkatnya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting. f. Kredit dari supplier atau trade creditor Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa biasa di beli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu yang harus di lunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja. Sumber-sumber modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001:353) adalah sebagai berikut : 1. Berkurangnya aktiva tetap. 2. Bertambahnya utang jangka panjang. 3. Bertambahnya modal. 4. Adanya keuntungan dari operasai perusahaan. Sumber-sumber kerja yang normal menurut Amin Widjaja Tunggal (1995:104) adalah sebagai berikut : 1. Operasi rutin perusahaan. 2. Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga dan penanaman sementara lainnya. 3. Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang/aktiva tak lancar dan lain-lain 4. Pengembalian pajak dan keuntungan luar biasa lain. 5. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi dan saham serta penyetoran dana oleh para pemilik perusahaan. 6. Pinjaman jangka pendek dan jangka panjang dari bank dan pihak lain. 7. Pinjaman yang dijamin dengan hipotek atas aktiva tetap atau aktiva lancar. 8. Penjualan piutang dengan cara penjualan biasa atau dengan factoring (penjualan dengan cara penjualan faktur, pemberian kredit, diserahkan pada lembaga keuangan) 9. Kredit perdagangan Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai berikut : a. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang dividen). b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan dan persekutuan). c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas. d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar. e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang. f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan. Transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan bentuk aktiva lancar tetapi tidak mengubah jumlah aktiva lancar adalah a. Pembelian tunai surat-surat berharga. b. Pembelian tunai barang-barang dagangan. c. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang dagang menjadi piutang wesel. Apabila didasarkan pada data neraca, perubahan modal kerja (dalam pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya karena pengaruh dari perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar (noncurrent accounts). Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperbesar modal kerja (neto) adalah: a. Berkurangnya aktiva tetap. b. Bertambahnya utang jangka panjang. c. Bertambahnya modal saham. d. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan Penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001:353) sebagai berikut : a. Bertambahnya aktiva tetap b. Berkurangnya utang jangka panjang c. Berkurangnya modal saham d. Pembayaran dividen tunai e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Menurut Sudarsono dan Edilius dalam bukunya yang berjudul Manajemen Koperasi Indonesia (2004:195) yang merupakan sumber dan penggunaan modal kerja, yaitu : 1. Sumber-sumber dari modal kerja adalah : a. Berkurangnya aktiva tetap b. Bertambahnya hutang jangka panjang c. Bertambahnya modal d. Ada keuntungan dari operasi perusahaan 2. Penggunaan modal kerja adalah : a. Bertambahnya aktiva tetap b. Berkurangnya hutang jangka panjang c. Berkurangnya modal d. Pembayaran kas deviden e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Untuk mempermudah dalam pengerjaan laporan sumber dan penggunaan modal kerja, langkah-langkah yang diambil sebagai berikut : 1. Menyusun laporan perubahan modal kerja, yang menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal kerja atau unsur Current Accounts antara dua titik waktu. 2. Mengelompokkan perubahan unsur-unsur Non Current Accounts antara dua titik tersebut kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar dan memperkecil modal kerja. 3. Mengelompokkan unsur-unsur pada laporan laba rugi, terutama laba ditahan kedalam golongan perubahan yang memberikan efek memperbesar atau memperkecil. 4. Menyusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja dengan mengkonsolidasikan perubahan-perubahan yang ada. 2.2.6 Manfaat Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Pada Perusahaan Dengan adanya analisis sumber dan penggunaan modal kerja maka manfaat yang akan didapat oleh perusahaan diantaranya : Pimpinan perusahaan dan manajer perusahaan akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dari hasil-hasil keuangan yang telag dicapai pada periode yang lalu dan periode sekarang. Dengan mengadakan analisis tersebut maka akan dapt diketahui keberhasilan-keberhasilan serta kegagalan diwaktu yang lalu. Dengan demikian, melalui analisis tersebut pihak manajemen perusahaan dapat menyusun rencana kebijaksanaan yang lebih baik, memperbaiki cara kepemimpinan pada masa lalu, menentukan dan memperbaiki sistem pengawasan intern yang ada dengan melihat kesalahan dimasa lalu, agar dapat dijadikan harapan tidak terulang lagi pada periode selanjutnya. Penentuan kebutuhan modal kerja sangat penting bagi perusahaan, karena jika modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan ini akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Demikian juga bila modal kerja terlalu kecil akan ada resiko terhambatnya proses produksi.